BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN MOTIVASI BELAJAR A. STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Langsung Secara bahasa strategi diartikan sebagai “rencana yang cermat mengenai untuk kegiatan 55 mencapai sasaran khusus”. Secara istilah strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.56 Wina Sanjaya mengutip pendapat J.R David mengatakan bahwa strategi dapat diartikan sebagai “a plan, method, or seriesof activities designed to achieves a particular goal”.57 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi adalah “suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.”58 Sedangkan Yatim Riyanto mengutip pendapat Slameto mengatakan bahwa strategi adalah suatu rencana tentang pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran.59 5555 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1993), Edisi 2, Cet. Ke-2,hlm. 964 56 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Balai Pustaka, 2005, hal. 11 57 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2007), hlm. 126 58 Saiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif :Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,(Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm.325 59 Yatim Riyanto, Paradigma …,hlm.131 30 31 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Menurut bahasa pembelajaran adalah ‘proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar’.60 Menurut istilah pembelajaran (instruction) adalah : Upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kea rah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat dipandang pula sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.61 Syaiful Bahri Djamarah mengutip pendapat Sardiman mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumbersumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.62 Jadi pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Hamzah B Uno dan Nurdin Muhammad mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seseorang pengajar untuk mencapai materi pembelajaran sehingga akan 60 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus …,hlm.14 61 Abdul Majid, Strategi.., hlm. 4 Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1993, Edisi 2, Cet. Ke-2),hlm.14 62 Saiful Bahri Djamarah, Guru…, hlm.324 32 memudahkan siswa mencapai tujuan yang dikuasai di akhir kegiatan belajar.63 Strategi pembelajaran menurut Ahmad Barizi dan Muhammad Idris diartikan sebagai perencanaan, cara atau serangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan tertentu atau sebagai pola umum kegiatan guru-siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.64 Sementara itu Sunhaji mengutip pendapat Joyce dan Weill mengatakan bahwa strategi pembelajaran dipahami sebagai model-model dalam mengajar65. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah mengutip pendapat Kozma mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dipilih dan dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.66 Dan menurut Bermawy Munthe strategi pembelajaran adalah alat atau media, bukan tujuan pembelajaran.67 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan dapat dikuasai pada akhir kegiatan belajar. 63 Hamzah B Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 5-6 64 Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru …, hlm. 81 65 Sunhaji, 2008. Strategi Pembelajaran : Konsep dan Aplikasinya, Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan,vol.13, hlm.2 hlm.55 66 Saiful Bahri Djamarah, Guru…, hlm.325 67 Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2014), 33 Dalam artikel yang diterbitkan oleh Saskatchewan Education sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid, dikemukakan bahwa strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi 5, yaitu strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tidak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri dan pengalaman (experiental).68 Menurut Abdul majid, strategi pembelajaran langsung (direct instruction) merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru dan melibatkan keaktifan siswa. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Strategi ini biasanya bersifat deduktif dan untuk mengembangkan aktifitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. 69 Menurut Suyanto dan Asep Jihad, strategi pembelajaran langsung untuk pertama kali diperkenalkan pada tahun 1968 oleh Siegfried Engelmann untuk membantu siswa belajar dan menguasai materi pelajaran serta terbukti sukses dalam meningkatkan hasil belajar. Strategi ini tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi serta mengecek pemahaman dengan tanya jawab yang memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Strategi ini merupakan cara yang efektif untuk memberikan informasi dari subtopik ke subtopik secara bertahap dengan menggunakan banyak contoh, gambar-gambar dan demonstrasi (untuk menjembatani antara konsep dan 68 Abdul Majid, Strategi …, hlm. 72 69 Abdul Majid, Strategi …, hlm. 73 34 abstrak). Dan strategi ini efektif dalam penggunaan waktu, menjaga perhatian siswa serta paling mudah dalam perencanaan dan penggunaannya.70 David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald Kauchak menyebutnya dengan pembelajaran langsung. Menurutnya bahwa : Pembelajaran langsung merupakan salah satu strategi pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan dan skill-skill dasar yang dibutuhkan siswa untuk pembelajaran berikutnya dan efektifitas strategi ini dalam ruang kelas sudah banyak ditulis dalam bentuk penelitian– penelitian. Pembelajaran langsung (direct instruction) pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktifitas belajar siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan procedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Strategi ini merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan dan skill-skill dasar yang dibutuhkan siswa untuk pembelajaran berikutnya.71 Menurut Arends, yaitu : “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”72 Arends menyatakan bahwa Direct Instruction didesain secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, serta dapat dilakukan secara tahap demi tahap. Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat 70 Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global, ( Jakarta : Esensi Erlangga Group, 2013), hlm.138 71 David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald Kauchak, Methods For Teaching Metodemetode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 198 72 Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), (Tersedia http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2014/12/model-pengajaran-langsung-direct.html) 35 diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, contohnya siswa akan dapat menyebutkan rukun wudhu sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa akan dapat mempraktekan cara wudhu yang benar .73 Menurut Arends, Sering kali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.74 Proses pembelajaran dengan strategi ini diharapkan pemahaman pengetahuan deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan keterampilan akademik siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap.75 Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak mengatakan bahwa pengajaran langsung adalah satu model yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk 73 S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya : Unesa-University Press, 2000), hlm.6 74 75 Richard I. Arends, Learning To…, hlm. 300 Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X Dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mu’allimat NW Pancor, artikel ini diakses padatangggal 09 November 2014 di http://satutikrahayu.blogspot.com/2014/11/pdm.html 36 pembelajaran lebih jauh76. Peran guru dalam strategi ini adalah menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin pengetahuan/keterampilan dengan dikuasai benar, siswa, merencanakan mendemontrasikan dan memberikan bimbingan latihan awal, mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik dan mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan bagi siswa. 77 Menurut Harvey , Richard dan Matthew kefektifan strategi pengajaran langsung karena dalam strategi ini meliputi pemodelan efektif, kemandirian yang muncul secara gradual, belajar dengan bertanya dan adanya pemeriksaan berkelanjutan, seperti dalam uraian berikut : Pelajaran Pengajaran Langsung dimulai dengan sesi pemodelan yang efektif, yang menguraikan setiap langkah terkait suatu keterampilan dan mendemonstrasikan cara setiap langkah dilakukan. Sebuah sesi pemodelan yang efektif menjelaskan kepada para murid hasil-hasil apa yang sedang berusaha mereka capai dan hal-hal apa yang diharapkan dari diri mereka ketika mereka mengembangkan keterampilan tersebut. Yang terakhir, pemodelan efektif berarti mengajarkan langkah-langkah melakukan keterampilan tersebut dan juga mengajarkan penyuaraan pemikiran untuk mengekspos pemikiran tersembunyi yang berlangsung saat menjalankan setiap langkah. Pada pengajaran keterampilan, tujuan akhirnya adalah menggerakkan para murid dari ketergantungan pada guru menuju pengaplikasian keterampilan secara mandiri (self-directed). Melalui pendekatannya, empat fase pemerolehan keterampilan (pemodelan, praktik terarah, praktik terbimbing, dan praktik mandiri), pengajaran langsung mendidik para pemelajar seiring mereka bergerak menuju kemandirian. Pertanyaan-pertanyaan merupakan bagian integral dari pemerolehan keterampilan, karena pertanyaan-pertanyaan memaksa para murid menganalisis langkah-langkah terkait suatu keterampilan. Pada fase praktik terarah dari pengajaran langsung, guru menggunakan dua jenis 76 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan…, hlm.363 77 Yatim Riyanto, Paragdima …, hlm. 132 37 pertanyaan dalam mengarahkan para murid melakukan suatu keterampilan dan membantu mereka “membentuk” pemahaman mereka yaitu pertanyaan procedural meminta para murid mendeskripsikan sebuah langkah terkait suatu keterampilan (misalnya, “Pada penembakan bola bebas, apa langkah berikutnya?”) dan pertanyaan konseptual memaksa para murid menganalisis suatu langkah atau mengeksplorasi dasar pemikiran di baliknya (misalnya, “Mengapa penting untuk menekuk kedua lutut kalian sebelum menempatkan bola basket pada posisi menembak ?) Kemudian, pada fase praktik terbimbing, para murid menghasilkan sendiri pertanyaan-pertanyaan mereka saat mereka berusaha menjalankan langkah-langkah suatu keterampilan, disertai bimbingan guru. Pengajaran langsung menggabungkan kesempatan majemuk berpraktik agar para murid dapat belajar dari kesalahan-kesalahan mereka dan belajar dengan lebih efektif. Praktik seharusnya merupakan suatu periode bagi para murid berkolaborasi dan berbagi ide-ide ; guru seharusnya berfungsi sebagai Pembina yang membimbing, menginstrusikan, dan memberikan umpan balik. Selain itu, saat praktik berlangsung, para murid harus diberikan kriteria-kriteria keberhasilan pengaplikasian suatu keterampilan, sehingga mereka mengetahui seperti apa wujud kinerja keteladanan dan berusaha mencapainya.78 Dalam pengistilahan strategi pembelajaran langsung Richard I Arends mengatakan : Model ini membantu siswa mempelajari berbagai keterampilan dan pengetahuan dasar yang dapat diajarkan secara langkah-demi langkah. Untuk maksud kita di sini, model itu disebut direct instruction model (model pengajaran langsung). Model ini tidak selalu memiliki nama yang sama kadang-kadang disebut active learning (Good, Grouws, & Ebmeier1983). Hunter (1982) menyebut pendekatan mastery teaching model. Rosenshine dan Stevens (1986) menyebut pendekatan ini explicit instruction..79 Dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah strategi pembelajaran langsung. Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa 78 Harvey F. Silver, Richard W. Strong, Matthew J. Perini, Strategi-Strategi Pengajaran : Memilih Strategi Berbasis Penelitian yang Tepat untuk Setiap Pelajaran, Original title : The Strategic Teacher : Selecting the Right Reseach-Based Strategy for Every Lesson diterjemahkan oleh Ellys Tjo, (Jakarta : Indeks, 2012), hlm.30-40 79 Richard I. Arends, Learning …, hlm. 294 38 strategi pembelajaran langsung atau Direct Intruction atau pengajaran langsung adalah suatu strategi pembelajaran yang bersifat teacher center yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah ditujukan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi. 2. Landasan Teoritik dan Empirik Strategi Pembelajaran Langsung Menurut Richard I. Arends, strategi pembelajaran langsung menggunakan landasan teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli yaitu teori belajar perilaku dan teori belajar sosial Bandura. 80 a. Teori belajar perilaku Teori belajar perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respon). Belajar merupakan proses pembiasaan. Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan.81 Teori belajar perilaku menekankan pada perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dapat diobservasi. Menurut teori ini, belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik dari lingkungan. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang diharapkan. Penguatan melalui umpan 80 81 Richard I. Arends, Learning To…, hlm. 295-296 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 17 39 balik kepada siswa merupakan dasar praktis penggunaan teori ini dalam pembelajaran. Pembelajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. 82 Keterkaitan teori perilaku dengan penelitian yaitu dalam proses pembelajaran dengan menggunakan startegi pembelajaran langsung (Direct Instruction), siswa akan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan mampu mengerjakan soal yang berupa pemecahan masalah atau mempraktekannya karena sudah mendapatkan stimulus dari guru dengan menggunakan pembelajaran langsung tersebut. b. Teori belajar sosial Bandura Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku. Teori belajar sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan penekanannya pada proses mental internal. Prinsip-prinsip teori belajar sosial yang diterapkan dalam perilaku mengajar menurut Bandura sebagaimana dikutip oleh Richard I. Arends adalah : 1) Menggunakan berbagai strategi untuk mendapatkan perhatian siswa, 2) Memastikan bahwa observasinya tidak terlalu kompleks’ 3) Mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki, 4) Menggunakan latihan/praktik untuk memastikan resitasi jangka panjang, 5) Memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru itu sehingga siswa akan termotivasi untuk menghasilkan atau menggunakan perilaku baru tersebut.83 82 https://elnasr.wordpress.com/2013/11/15/model-pengajaran-langsung-direct-instruction/ 24.12.14/10.00 WIB 83 Richard I. Arends, Learning To…, hlm. 297 40 Menurut Trianto, selain prinsip-prinsip di atas dalam teori belajar sosial menekankan pada pemodelan (modelling), dan penguatan diri (Self-Regulation) yang merupakan hal penting dalam strategi pembelajaran langsung (direct instruction).84 1) Pemodelan (modelling) Pemodelan (modelling) merupakan pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modelling berarti mendemonstrasikan suatu prosedur kepada siswa. Modelling mengikuti urutan-urutan sebagai berikut : a. Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar. b. Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki siswa. c. Guru mendemonstrasikan berbagai perilaku tersebut dengan jelas, terstruktur dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakan setelah setiap langkah selesai dikerjakan. d. Siswa perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.85 Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain (model). Guru sebagai model, dan siswa mengamati tingkah laku guru. Ada dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). 84 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implikasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm.53 85 Agus Suprijono, Cooperative …, hlm.17 41 Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning. Apabila seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau Vicarious Reinforcement. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang (pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang memperhatikan. Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh orang secara langsung, tetapi dapat juga menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model.86 Menurut Trianto tahap-tahap belajar melalui pengamatan adalah atensi, retensi, produksi, dan motivasi. a) Atensi, (1) Guru (model) memberikan contoh kegiatan tertentu (demontrasi) di depan siswa sesuai dengan skenario yang telah disepakati. Siswa melakukan observasi terhadap keterampilan guru dalam melakukan kegiatan tersebut menggunakan lembar observasi yang telah disediakan; (2) Guru bersama-sama siswa mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Tujuan diskusi ini adalah untuk mencari kekurangan dan kesulitan siswa dalam mengamati langkahlangkag kegiatan yang yang disampaikan oleh guru dan untuk melatih siswa dalam menggunakan lembar observasi. b) Retensi, diisi dengan kegiatan guru menjelaskan struktur langkahlangkah kegiatan (demonstrasi) yang telah diamati oleh siswa, untuk menunjukan langkah-langkah tertentu yang telah disajikan. c) Produksi, pada fase ini siswa ditugasi untuk menyiapkan langkahlangkah kegiatannya (demonstrasi) sendiri sesuai dengan langkah86 hlm.124 Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008), 42 langkah yang telah dicontohkan, hanya dari sudut yang berbeda. Selanjutnya, hasil kegiatan disajikan dalam bentuk diskusi kelas yang dilakukan secara bergiliran. Guru dan siswa diskusi akan memberikan refleksi pada saat diskusi sesudah KBM berlangsung. Hal ini dilakukan bergantian terhadap kelompok lain. d) Motivasi, berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan diskusi. Pada saat diskusi kelompok lain diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya.87 2) Pengaturan Diri (Self-Regulation) Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah pengaturan diri (self Relugation). Menurut Bandura bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku itu terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian memberikan penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment) terhadap dirinya sendiri. Untuk dapat membuat pertimbanganpertimbangan ini, seseorang harus mempunyai harapan tentang penampilan sendiri. Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri secara langsung dan dialami oleh orang lain, menentukan sejauh mana perilaku yang baru itu akan ditampilkan.88 Menurut Bandura sebagaimana dikutip oleh Richard I Arend, ada tiga langkah dalam belajar melalui observasional, yaitu : a) Siswa harus memperhatikan aspek-aspek kritis dari apa yang akan dipelajari. b) Siswa harus meretensi/menyimpan atau mengingat perilaku itu 87 88 09 Trianto, Mendesain Model …,hlm.54 Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan…., artikel ini diakses pada tangggal Desember 2014/16.10 WIB 43 c) Siswa harus mampu mereproduksi atau melakukan perilaku itu.89 Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan jalan ini memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk mengekpresikan tingkah laku yang dipelajarinya.90 Teori belajar sosial berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dalam pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada fase Extended Practice siswa melakukan pelatihan lanjutan dan penerapan berdasarkan pengamatannya pada saat guru menjelaskan pada fase demonstrating dan fase Guided Practice. Landasan empirik penerapan strategi pembelajaran langsung yaitu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran langsung dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru. Diantara hasil penelitian tersebut adalah : a) Penelitian Stalling dan Kaskowitz. Hasil penelitiannya menunjukan pentingnya waktu yang dialokasikan pada tugas ( time on task). Penelitian ini memberi dukungan empirik penggunaan strategi pembelajaran langsung. Banyak hal yang terungkap dari penelitian tersebut diantaranya yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan) yang menggunakan pembelajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan siswa 89 90 Richard I. Arends, Learning To…, hlm. 297 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 77 44 yang tinggi dari pada guru yang menggunakan metode -metode informal dan berpusat pada siswa. 91 b) Penelitian Fitzpatrick di Inggris. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa para guru yang menggunakan pembelajaran langsung lebih mampu membuat siswa-siswanya terlibat di kelas. 92 c) Penelitian Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi bertaraf internasional. Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar.. Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart Report. Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di Inggris dan Singapura. Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan salah satu faktor utama pembelajaran langsung (Direct Instruction).93 Beberapa hasil penelitian tentang implementasi strategi pembelajaran langsung (direct instruction) tersebut menunjukkan bahwa : a) adanya peningkatan time on task (waktu efektif siswa belajar / berada dalam tugas) b) meningkatkan hasil belajar siswa 91 Trianto, Model Pembelajaran…, hlm. 45 92 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 43 93 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching…, hlm.49 45 c) meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran meskipun pendekatannya bersifat teacher centered (berpusat pada guru)94 3. Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Langsung Menurut Abdul Majid strategi pembelajaran langsung memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu : a. Adanya tujuan pembelajaran. Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus beroeirentasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan mengandung criteria keberhasilan. b. Adanya sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. c. Adanya system pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.95 Sedangkan menurut Richard I. Arends, ada tiga ciri-ciri dalam pembelajaran ini , yaitu : a. Adanya tipe hasil belajar yang dihasilkan, b. Sintaksis atau langkah kegiatan instruksionalnya secara keseluruhan, c. Lingkungan belajar yang terfokus pada tugas akademis dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran.96 4. Tujuan Strategi Pembelajaran Langsung 94 Richard I. Arends, Learning To…, hlm. 299-300 95 Abdul Majid, Strategi …, hlm. 73-74 96 Richard I. Arends, Learning To…, hlm. 295 46 Menurut Richard I. Arends, penggunaan strategi pembelajarn langsung adalah untuk meningkatkan pengusaan berbagai keterampilan (pengetahuan procedural) dan pengetahuan factual yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah dan menghemat banyak waktu dalam pelasanaannnya.97 Dan menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun, tujuan utama strategi pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa peneliti menggunakan strategi pembelajaran langsung bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-latihan terbimbing98. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. 99Dengan demikian, pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dsb. 5. Sintak Strategi Pembelajaran Langsung 97 Richard I. Arends, Learning To…, hlm. 295 98 Sofiyah, Pengaruh ….2010 99 Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun, Models of …, hlm. 423-424 47 Dalam strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction) ada beberapa fase atau tahapan yang harus dilalui oleh guru dan siswa. Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak pembelajaran langsung memiliki empat fase, 100 yaitu seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Fase Strategi Pembelajaran Langsung Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak Fase Fase 1 : Perkenalan dan review Guru memperkenalkan pelajaran dan mereview pemahaman awal Fase 2 : Presentasi Keterampilan baru disajikan, dijelaskan, dan digambarkan dengan contoh Fase 3 : Latihan Terbimbing Siswa melatih keterampilan di bawah bimbingan guru Fase 4 : Latihan Mandiri Siswa melatih sendiri keterampilan Tujuan Menarik perhatian siswa dan menarik mereka ke dalam pelajaran Secara informal meneliti pemahaman siswa untuk menjamin mereka memiliki pemahaman minimum yang dibutuhkan untuk memahami keterampilan Mendorong keterlibatan siswa Memastikan bahwa siswa memahami kerangka kerja konseptual untuk keterampilan Memulai proses mengembangkan keterampilan Memastikan keberhasilan siswa Membangun otomatisitas keterampilan Mendorong transfer ke konteks baru Sedangkan menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun strategi pembelajaran langsung memiliki lima fase, yaitu : a. Orientasi b. Presentasi c. Praktik yang terstruktur 100 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan …, hlm.368 48 d. Praktik di bawah bimbingan guru e. Praktik mandiri 101 Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Jamil Suprihatiningrum bahwa dalam pembelajaran langsung memiliki lima fase102 yaitu seperti pada bagan di bawah ini : Tabel 2.2 Fase Strategi PembelajaranLangsung Menurut Jamil Suprahatiningrum Fase Fase-1 Clarify goal and establishset Menjelaskan dan menetapkan tujuan Fase-2 Demonstrate knowledge or skill Mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan Fase-3 Provide guide practice Memberikan latihan dan memberikan bimbingan Fase-4 Check for understanding and provide feedback Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik Fase-5 Provide extended practice and transfer Memberikan latihan lanjutan/mandiri Aktifitas Guru Memberikan tujuan secara keseluruhan, memberikan informasi latar belakang dan pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Mendemonstrasikan dengan jelas tahap demi tahap suatu pengetahuan atau keterampilan baru Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk melatih pengetahuan atau keterampilan baru Menyediakan kebenaran pemahaman siswa dan kinerja siswa. Memberikan umpan balik sesegera mungkin dan disampaikan dengan jelas Menyiapkan latihan lanjutan pada situasi yang lebih kompleks dan memberikan perhatian pada proses transfer 101 Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun, Models of…, hlm. 428-429 102 Jamil Suprihatiningrum, Strategi …, hlm. 232-233 49 Dalam penelitian ini penulis mengambil pendapat Jamil Suprahatiningrum dengan menggunakan lima fase yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. 6. Aplikasi Strategi Pembelajaran langsung Aplikasi strategi pembelajaran langsung di kelas sesuai dengan fase-fase yang telah di uraikan di atas. Berikut ini beberapa hal-hal yang harus di perhatikan oleh guru dalam tiap-tiap fase : a. Menjelaskan dan menyiapkan tujuan 1) Menjelaskan Tujuan Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Tujuan yang baik seharusnya berbasis siswa dan spesifik dengan menyebutkan situasi testing-nya dan mengidentifikasi tingkat kinerja yang diharapkan.103 Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu. Tujuan langkah ini untuk menarik perhatian dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi siswa agar berperan dalam pembelajaran.104 2) Menyiapkan Siswa 103 Richard I. Arends, Learning To…, hlm.301 104 Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun, Models of …,hlm. 428 50 Menurut Jamil Suprihatiningrum, kegiatan menyiapkan siswa bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingat kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu.105 b. Mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds, kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang komplek menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah. Dalam mendemontrasikan perilaku yang dimaksud guru mengaitkan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki oleh siswa dan disampaikan dengan jelas, terstruktur dan berurutan.106 Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah: 1) kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok 105 Jamil Suprihatiningrum, Strategi…, hlm. 233 106 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching…, hlm. 49 51 bahasan/LKS; 2) presentasi selangkah demi selangkah; 3) prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin-poin yang sulit; 4) pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa, dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa.107 c. Memberikan latihan dan memberikan bimbingan Salah satu tahap penting dalam strategi pembelajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “ pelatihan terbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan. Menurut S. Kardi dan Moh. Nur ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut : 1) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna. 107 Anwar Holil, Model Pengajaran Langsung, artikel ini diakses pada tanggal 24 November 2014 di http://anwarholil.blogspot.com/ 2013/01/model-pengajaran-langsung.html 52 2) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari. 3) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practiced). 4) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.108 d. Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik Pada pembelajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang- kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Menurut Yatim Riyanto ada beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut: 1) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan. 2) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik. 3) Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud. 4) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 5) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar. 6) Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar. 7) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan bukan pada “hasil.” 8) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana 108 S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran…, hlm.35-36 53 menilai kinerjanya sendiri.109 e. Memberikan latihan lanjutan/mandiri Menurut Trianto, kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pembelajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. Pekerjaan rumah diberikan berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnya. Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.110 7. Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran langsung Jamil Suprihatiningrum menyebutkan beberapa kelebihan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran langsung, yaitu : a. Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan materi yang akan diberikan ke siswa b. Strategi ini memungkinkan untuk diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil c. Melalui pembimbingan, buru dapat menekankan hal-hal penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa d. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah karena guru memberikan bimbingan secara individual 109 110 Yatim Riyanto, Paragdima…, hlm. 283 Trianto, Model Pembelajaran…, hlm. 52 54 e. Informasi yang banyak dapat tersampaikan dalam waktu yang relative singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa f. Melalui kegiatan mendengarkan (ceramah) dan mengamati (demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. g. Kegiatan demonstrasi dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat diantara teori (yang harus terjadi) dengan observasi (kenyataan) h. Strategi ini berguna bagi siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas seperti yang didemontrasikan oleh guru.111 Adapun kelemahan strategi pembelajaran langsung menurut Abdul majid yaitu : a. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, b. Sulit mengetahui pengetahuan awal siswa, c. Sulit memahami tingkat pembelajaran dan pemahaman siswa serta gaya belajar atau ketertarikan siswa d. Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. e. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusia, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. 112 111 Jamil Suprihatiningrum, Strategi…, hlm. 236-237 112 Abdul Majid, Strategi …, hlm. 75-76 55 Sedangkan menurut Daniel Muijs dan David Reynolds, pelaksanaan strategi pembelajaran langsung akan sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.113 B. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa Latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak.114 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, motivasi adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.115 Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya yaitu : a. Menurut Cliffotd T. Morgan, motivasi adalah sebuah istilah umum yang menunjukan keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang didorong oleh keadaan dan tujuaan atau bagian akhir darii tingkah laku116. 113 114 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching…, hlm. 61 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi …, hlm. 319 115 Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English, 2002), hlm.997 116 Cliffotd T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York : MC. Graw Hill Book Company,Inc, 1961), hlm.66 56 b. Menurut Atkinson sebagaimana dikutip oleh Purwa Atmaja, motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang untuk berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh.117 c. Menurut Esa Nur Wahyuni dengan mengutip pendapat Printich dan Schunk motivasi adalah proses yang terjadi di dalam individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.118 d. Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.119 e. Menurut Keller sebagaimana dikutip oleh Made Wena, motivasi merupakan intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukan tingkat usaha yang dilakukannya.120 f. Menurut M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi kebutuhan.121 g. Menurut Winkel, motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seorang agar ia menjadi tergerak 117 118 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi …, hlm. 319 Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam ….,13 119 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), hlm. 158 120 Made Wena, Strategi Pembelajaran…,hlm. 33 121 M.Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm.90 57 hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.122 Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenagkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.123 Adapun menurut Made Wena dengan mengutip pendapat Keller mengatakan : Motivasi belajar sebagai a general trait dan a situation-spesific state. Sebagai suatu a general trait motivasi belajar diasumsikan sebagai suatu kecenderungan siswa yang relative stabil dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan sebagai a situation-spesific state , motivasi belajar diasumsikan sebagai suatu kecenderungan yang tidak stabil dalam kegiatan pembelajaran, dalam arti motivasi belajar siswa bisa meningkat dan bisa menurun.124 Sedangkan menurut Hamzah B.Uno motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.125 122 Winkel, Psychology Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia, 1991), hlm.71 123 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : Refika Aditama, 2012), hlm.26 124 Made Wena, Strategi Pembelajaran…,hlm. 34 125 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 23 58 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. 2. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Oemar Hamalik menyebutkan beberapa fungsi motivasi dalam belajar, yaitu : a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b. Sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang dinginkan. c. Sebagai penggerak. Artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.126 Menurut Sardiman motivasi memiliki tiga fungsi yaitu : a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. 126 Oemar Hamalik, Proses… , hlm. 161 59 c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan. Sedangkan Purwa Atmaja Prawira mengutip pendapat Fudyartanto mengatakan bahwa motivasi berfungsi untuk mengarahkan dan mengatur tingkah laku individu, penyeleksi tingkah laku individu dan memberi energi dan menahan tingkah laku individu.127 3. Macam-macam Motivasi Belajar Dilihat dari sudut pandang para psikolog berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organism ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Diantaranya menurut Woodwort dan Marquis sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif itu ada tiga golongan yaitu : a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur dan sebagainya. b. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri dari bahaya, motif berusaha mengatasi suatu rintangan. 127 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan …,hlm.320-322 60 c. Motif objektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu disekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita.128 Dalam membicarakan macam-macam motivasi belajar, Made Wena membagi motivasi ditinjau dari tipe motivasi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.129 a. Motivasi Intrinsik Menurut Sardiman, motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.130 Sedangkan Sobry Sutikno mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 131 Dan menurut Oemar Hamalik motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar dan untuk menemui tujuan-tujuan murni yang dimiliki oleh para siswa.132 Sedangkan menurut Paul Eggen dan Don kauchak motivasi intrinsik adalah motivasi untuk 128 M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2000), hlm.64 129 130 Made Wena, Strategi Pembelajaran …, hlm.33 Sardiman, Interaksi dan…, hlm.88 131 Sobry Sutikno dan Nurlaeli, Pendidikan Sekarang dan Masa Depan, (Bandung : NTP Pres, 2006), hlm.45 132 Oemar Hamalik, Proses… , hlm. 162 61 terlibat di dalam kegiatan untuk kegiatan itu sendiri. 133 Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Menurut Lepper dan Hadell sebagaimama dikutip oleh Dale H. Schunk dan Paul R. Pintrich mengatakan bahwa : Empat sumber utama motivasi instrinsik : tantangan, keingintahuan, kontrol, dan fantasi. Motivai instrinsik mungkin bergantung pada para murid mendapati bahwa aktivitas-aktivitas bersifat menantang, seperti ketika tujuan-tujuan berada pada level kesulitan menengah dan keberhasilan tidak pasti terjadi. Motivasi instrinsik juga mungkin bergantung pada keingintahuan para pemelajar yang distimulasi oleh aktivitas yang mengejutkan, tidak kongruen, atau memiliki kesenjengan dengan ide-ide mereka yang sudah ada sebelumnya. Motivasi instrinsik sebagian berasal dari pengalaman para murid merasakan kontrol atas pemelajaran dan partisipasi pengerjaan tugas mereka. Yang terakhir, aktivitas yang membantu para pemelajar menjadi terlibat dalam khayalan da fantasi mungkin meningkatkan motivasi instrinsik.134 Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Contoh : siswa yang belajar karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai ataupun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupilneed and purpose. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan 133 134 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi …, hlm.67 Dale H. Schunk, Paul R. Pintrich, Judith L. Meece, Motivasi dalam Pendidikan : Teori, Penelitian dan Aplikasi. Original Title : Motivation in Education : Theory, Research, and Applications. Diterjemahkan oleh Ellys Tjo, ( Jakarta : Indeks, 2012), hlm.357 62 berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya. b. Motivasi Ekstrinsik Menurut Anita Woolfolk, motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang diciptakan oleh factor-faktor eksternal seperti reward dan hukuman.135 Menurut Oemar Hamalik, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, hadiah, atau ijazah.136 Adapun menurut Ivor K.Davies, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang mengacu pada faktor-faktor dari luar, dan ditetapkan pada tugas oleh guru atau orang lain.137 Sedangkan menurut Sardiman, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.138 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar, tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar. Misalnya, seseorang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan harapan mendapat skor tes yang tinggi atau pujian dari guru. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya 135 Anita Woolfolk, Educational Psychology Active Learning Edition Edisi Kesepuluh Bagian Kedua, Original title : Educational Psychology Active Learning Edition Tenth Edition, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 188 136 Oemar Hamalik, Proses… , hlm. 163 137 Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, ( Jakarta : Rajawali, 1995), hlm.216 138 Sardiman, Interaksi dan…, hlm.91 63 aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaiatan dengan belajar. Antara motivasi instrinsik dan ektrinsik saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi instrinsik. 4. Prinsip Motivasi Belajar Menurut Kenneth H Hover sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik, mengemukakan prinsip- prinsip motivasi sebagai berikut : a. Pujian akan lebih efektif daripada hukuman, b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang mendasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan, c. Motivasi yang berasal dari dalam individu akan lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar, d. Terhadap perbuatan yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan, e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain, f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi, g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakan daripada apabila tugas-tugas tersebut dipaksakan oleh guru, h. Pujian-pujian yang datang dari luar kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat, i. Teknik dan proses belajar yang bervairasi cukup efektif untuk memelihara minat siswa, 64 j. Manfaat minat yang dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis, k. Kegiatan-kegiatan yang kurang merangsang akan diremehkan oleh siswa yang tergolong pandai, l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar, m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat menimbulkan kesulitan belajar, n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi, o. Setiap siswa memiliki tingkat frustasi yang berbeda, p. Tekanan kelompok kebanyakan efektif dalam motivasi daripada tekanan dari orangtua atau guru, q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.139 Menurut Nanang Hanafiah ada beberapa prinsip dalam motivasi belajar , yaitu : a. Peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan internal dan eksternal peserta didik itu sendiri. b. Pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalaman belajar yang baru akan menumbuhkankembangkan motivasi belajar peserta didik. c. Motivasi belajar peserta didikk akan berkembang jika disertai pujian daripada hukuman. d. Motivasi instrinsik peserta didik dalam belajar akan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, meskipun keduanya saling menguatkan. e. Motivasi belajar peserta didik yang satu dapat merambat kepada peserta didik yang lain. f. Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan tujuan yang jelas. g. Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan implementasi keberagaman mode. 139 Oemar Hamalik, Proses… , hlm. 163-166 65 h. Bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar akan menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik i. Motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestasi belajar peserta didik. j. Gangguan emosi peserta didik dapat menghambat terhadap motivasi dan mengurangi prestasi belajar. k. Tinggi rendahnya motivasi berpengaruh terhadap tinggi rendahnya gairah belajar peserta didik. l. Motivasi yang besar akan berpengaruh terhadap terjadinya proses pemebelajaran secara aktif, kreatif, inoatif, dan menyenangkan.140 5. Indikator Motivasi belajar Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif-motif lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi sebab utama tingkah laku individu pada saat tertentu. Motif yang lemah hampir tidak mempunyai pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan menjadi lemah karena ada motif lain yang lebih kuat pada saat itu. Hakekat motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukungnya. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seorang dalam belajar. Menurut Hamzah B Uno indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar e. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar 140 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi …,hlm.27 66 f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.141 Menurut Made Wina, indikator motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut : a. minat, b. ketajaman perhatian, c. konsentransi, d. ketekunan dalam belajar, e. keterlibatan dalam kegiatan belajar, f. rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, g. selalu berusaha mencoba, h. aktif mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran.142 Menurut Martin Handoko, untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa dapat didlihat dari beberapa indikator sebagai berikut : a. Kuatnya kemauan untuk belajar b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar c. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.143 Sedangkan menurut Sardiman, indikator motivasi belajar siswa dapat dilihat dari : 141 Hamzah B Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya : Analisis Di Bidang Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm.23 142 Made Wena, Strategi Pembelajaran…,hlm. 34 143 hlm.59 Martin Handoko, Motivasi Daya penggerak Tingkah Laku, (Jakarta : Kanisius, 1992), 67 a. Tekun mengahadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa d. Lebih senang bekerja sendiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya.144 Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu memiliki motivasi yang tinggi. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Indikator-indikator perilaku motivasi belajar yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah : a. Motivasi Intrinsik 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan b. Motivasi Ekstrinsik 1) Adanya penghargaan dalam belajar 2) Adanya keinginan yang menarik dalam belajar 3) Adanya lingkungan belajar yang kondusif 6. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar 144 Sardiman, Interaksi dan…, hlm.81 68 Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrisik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman,ada beberapa bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain ; a. Memberi angka b. Hadiah c. Saingan/ Kompetisi d. Ego-involvement e. Memberi ulangan f. Mengetahui hasil g. Pujian h. Hukuman i. Hasrat untuk belajar j. Tujuan yang diakui k. Minat145 Menurut Oemar Hamalik ada beberapa cara dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, cara tersebut adalah : a. Memberi hadiah b. Memberi pujian c. Memberi angka 145 Sardiman, Interaksi…, hlm.91-95 69 d. Kerja kelompok e. Persaiangan f. Adanya tujuan dan level of aspiration g. Sarkasme h. Penilaian i. Karyawisata dan ekskursi j. Menonton film pendidikan k. Belajar melalui radio.146 Sedangkan menurut Purwa Atmaja Prawira dengan mengutip pendapat Fudryartanto mengatakan bahwa beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu : a. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan b. Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa c. Guru menciptakan level aspirsi berupa performasi yang mendorong ke level berikutnya d. Guru melakukan kompetensi dan kerja sama pada siswa e. Guru menggunakan hasil belajar sebagai umpan balik f. Guru melakukan pujian kepada siswa g. Guru mengusahakan selalu ada yang baru ketika melakukan pembelajaran di kelas h. Guru perlu menyiapkan tujuan yang jelas 146 Oemar Hamalik, Proses… , hlm. 166-168 70 i. Guru dalam mengajar tidak menggunakan prosedur yang menekan j. Guru menggunakan contoh-contoh hidup sebagai model-model yang menarik bagi siswa k. Guru melibatkan siswa secara aktif.147 7. Mengukur Aspek-aspek Dalam Motivasi Motivasi merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran siswa. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat terlihat dari indicator motivasi itu sendiri. Mengukur motivasi belajar dapat diamati dari sisi-sisi berikut : a. Durasi belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi blajar dapat dikukur dari seberapa lama penggunaan waktu siswa untuk melakukan kegiatan belajar. b. Sikap terhadap belajar, yaitu motivasi belajar siswa dapat diukur dengan kecenderngan perilakunya terhadap belajar apakah senang, ragu-ragu, atau tidak senang. c. Frekuensi belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi belajar dapat diukur dari seberapa sering kegiatan belajar itu dilakukan siswa dalam periode tertentu. d. Konsistensi terhadap belajar, yaitu tinggi-rendahnya motivasi belajar siswa dapat diukur dari ketetapan dan kelekatan siswa terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. e. Kegigihan dalam belajar, yaitu tinggi-rendahnya motivasi belajar siswa dapat diukur dari keuletan dan kemampuannya dalam mensiasati dan memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 147 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi …,hlm.347-350 71 f. Loyalitas terhadap belajar, yaitu tinggi-rendahnya motivasi belajar siswa dapat diukur dengan kesetiaan dan berani mempertaruhkan biaya, tenaga, dan pikirannya secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran. g. Visi dalam belajar, yaitu motivasi belajar siswa dapat diukur dengan target belajar yang kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. h. Achievement dalam belajar, yaitu motivasi belajar siswa dapat dikukur dengan prestasi belajarnya.148 8. Alat Ukur Motivasi Ada beberapa alat ukur yang dapat diguakan untuk mengetahui motivasi seseorang, alat yang digunakan yaitu : a. Tes tindakan (performance test), yaitu alat untuk memperoleh informasi tentang loyalitas, kesungguhan, targeting, kesadaran, durasi, dan frekuensi kegiatan. b. Kuisioner (questionaire) untuk memahami tentang kegigihan dan loyalitas. c. Mengarang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya. d. Tes prestasi untuk memahami informasi tentang prestasi belajarnya. e. Skala untuk memahami informasi tentang sikapnya.149 148 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep…, hlm. 28-29 72 Alat ukur motivasi belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner/angket. 149 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep ..., hlm.29