1 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini memberi kesempatan mahasiswa untuk menerapkan asuhan kebidanan nifas dalam praktik kebidanan. B. Kegunaan Mata Kuliah Dengan adanya mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas (ASKEB III) diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dalam melakukan asuhan yang komprehensif pada masa nifas yaitu menjabarkan konsep dasar masa nifas, menggambarkan proses laktasi dan menyusui, menyebutkan macam-macam respon orang tua terhadap bayi, mengidentifikasikan perubahan fisiologis masa nifas, mengidentifikasikan adaptasi psikologi masa nifas, menentukan kebutuhan dasar masa nifas, menerapkan asuhan fisik dan psikososial, merencanakan tindak lanjut asuhan nifas di rumah, menganalisis deteksi dini komplikasi masa nifas dan penanganannya, dan menyusun dokumentasi asuhan kebidanan masa nifas dalam bentuk laporan. C. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas ini adalah mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas sesuai dengan prosedur operasional dengan benar D. Susunan Urutan Buku Ajar 1. Konsep Dasar Masa Nifas 1.1 Pengertian masa nifas 1 2 1.2 Tujuan asuhan masa nifas 1.3 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas 1.4 Kebijakan program masa nifas 2. Proses Laktasi dan Menyusui 2.1 Anatomi dan Fisiologi payudara 2.2 Dukungan bidan dalam pemberian ASI 2.3 Manfaat pemberian ASI 2.4 Komposisi gizi dalam ASI 2.5 Upaya memperbanyak ASI 2.6 Tanda bayi cukup ASI 2.7 ASI Eksklusif 2.8 Cara merawat payudara 2.9 Cara menyusui yang benar 2.10 Masalah dalam pemberian ASI 3. Respon Orang Tua Terhadap Bayi 3.1 Bouding attachment 3.2 Respon ayah dan keluarga 3.3 Sibling rivalry 4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 4.1 Perubahan masa reproduksi 4.2 Perubahan sistem pencernaan 4.3 Perubahan sistem perkemihan 4.4 Perubahan sistem musculoskeletal 3 4.5 Perubahan sistem endokrin 4.6 Perubahan tanda-tanda vital 4.7 Perubahan sistem kardiovaskuler 4.8 Perubahan sistem hemologi 5. Perubahan Psikologis Masa Nifas 5.1 Adaptasi psikologi ibu masa nifas 5.2 Post partum blues 5.3 Kesedihan dan duka cita 6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas 6.1 Nutrisi dan cairan 6.2 Ambulasi 6.3 Eliminasi BAB/BAK 6.4 Kebersihan diri/perineum 6.5 Seksual 6.6 Latihan / senam nifas 7. Asuhan Fisik dan Psikososial 8. Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah 8.1 Jadwal kunjungan rumah 8.2 Asuahn lanjutan masa nifas di rumah 8.3 Penyuluhan masa nifas 9. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas dan Penanganannya 9.1 Perdarahan pervaginam 9.2 Infeksi masa nifas 4 9.3 Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur 9.4 Demam, muntah, rasa sakit ketika berkemih 9.5 Pembengkakan di wajah dan ektremitas 9.6 Payudara yang berubah menjadi merah dan panas dan terasa sakit 9.7 Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama 9.8 Rasa sakit, merah, lunak dan pembengakakan di kaki 9.9 Merasa sedih dan tak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri 10. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Masa Nifas E. Petunjuk Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca referensi yang direkomendasikan 5 BAB I A. Kompetensi Dasar Mempraktekkan asuhan kebidanan nifas (Askeb III) dalam praktik kebidanan B. Indikator Mengidentifikasi perubahan fisiologis masa nifas. C. Deskripsi Singkat Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep,sikap,dan keterampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan perubahan fisiologis masa nifas. 6 Uraian Materi Pada periode 6 minggu setelah melahirkan diharapkansemua sistem dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil (Beischer dan Mackay 1986, Cunningham et al 1993). Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi(Ilmu Kebidanan, Prof, Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo, SpOG). 1. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik yang terjadi adalah : Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. a. Corpus uterus Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada tabel: 7 No. Waktu Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus 1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram 2. Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram 3. 1 Minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram 4. 2 Minggu Tidak teraba di atas Simfisis 350 gram 5. 6 Minggu Bertambah kecil 50 gram 6. 8 Minggu Sebesar normal 30 gram Gambar Proses Involusi Uterus 8 b. Endometrium Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta. : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar Hari I akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian ya4ng mengalami degenerasi. c. Lochea Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak lapisan atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis, sedangkan lapisan bawah yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik dan menjadi lapisan endomerium yang baru. Bagian yang nekrotis akan keluar menjadi lochea. Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea juga mengalami perubahan karena proses involusi. Perubahan lochea tersebut adalah : 1) Lochea rubra (Cruenta) Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum, warnanya merah mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan chorion. 9 2) Lochea Sanguilenta Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska persalinan. 3) Lochea Serosa Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta. 4) Lochea Alba Sejak 2 -6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan menngandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri. Lochia mempunyai suatu karakteristik bau yang idak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat pada Lochia Serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi. Lochia disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam post partum yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai lochia rubra, sejumlah kecil sebagai lochia serosa dan sejumlah lebih sedikit lagi lochia alba. Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita post partum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia berdiri. 10 Total jumlah rata-rata pembuangan Lochia kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml. (Varney’s Midwifery) d. Involusi tempat plasenta. Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm. e. Perubahan pada pembuluh darah uterus. Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir. f. Perubahan servix Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri. g. Vagina dan pintu keluar panggul Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post 11 partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis. h. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum hamil. Payudara Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi 12 payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit. 2. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN a. Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin. Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya makanan padat dan pengendalian diri terhadap BAB. Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB. b. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal. 13 3. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN a. Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium. Diuresis yang SISTEM banyak mulai segera setelah persalinan PERUBAHAN PERKEMIHAN sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi. b. Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing poenuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu. 4. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL a. Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. b. Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peregangan selama kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai beberapa derajat 14 tingkat diastasis recti, yang merupakan separasi dari otot rectus abdomen. Berapa parah diastasis ini adalah tergantung pada sejumlah faktor termasuk kondisi umum wanita dan tonus otot, apakah wanita berlatih dengan setia untuk memperoleh kembali kesamaan otot abdominalnya, pengaturan jarak kehamilan (apakah dia mempunyai waktu untuk memperoleh kembali tonus ototnya sebelum kehamilan selanjutnya) dan apakah kehamilannya mengalami overdistensi abdomen seperti kehamilan ganda. c. Sakit punggung Biasanya pada persalinan lama dan sulit ibu akan merasakan lelah dan ngilu pada punggung bawah atau mungkin juga timbul ketegangan & rasa tdk nyaman pada punggung bagian atas, leher, dan bahu krn terus-menerus dalam posisi mendorong dalam waktu lama. Rasa nyeri pada tulang ekor juga bisa timbul krn adanya memar/retak y timbul karena penekanan tulang belakang ibu oleh bagian belakang kepala bayi pada presentasi posterior. Rasa nyeri pada tulang punggung juga bisa timbul setelah pembiusan epidural. 5. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN a. Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus. 15 b. Prolaktin Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan. c. HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesterone di dalam darah ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari. Tabel Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Nifas Hormon Perubahan Yang Terjadi Keadaan Terendah Hormon Placental Lactogen Menurun 24 jam Estrogen Menurun Hari ke-7 Progesteron Menurun Hari ke-7 FSH Menurun Hari ke 10-12 LH Menurun Hari ke 10-12 Prolaktin Menurun Hari ke-14 16 6. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL Tabel perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut : Tanda – Tanda Vital No. 1. Temperatur Temperatur kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama postpartum Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat celsius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita tidak harus demam. 2. Denyut nadi Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap denyut nadi di atas 100 x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi atau haemoragic post partum. Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil. 3. Pernapasan Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan. 4. Tekanan Darah Seharusnya stabil dalam kondisi normal, sedikit berubah atau menetap. 17 7. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER Sistem kardiovaskuler Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/menit, keadaan ini dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg pada saat klien merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih disebabkan oleh reflek ortostatik hipertensi. Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil.(Saifuddin, 2002). a. Volume Darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (odema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan (peningkatan sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil) menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi 18 kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu kehilangan 300-400ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal per vaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah ini pada saat operasi caesaria. Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat. Respons wanita dalam menghadapi kehilangan darah selama masa pascapartum dini berbeda dari respon wanita tidak hamil. Tiga perubahan fisiologi pasca partum yang melindungi wanita: 1.Hilangnya sirkulasi uteroplasma yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 1015%, 2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi, 3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan dalam wanita hamil. Oleh karena itu, syok hipovolemik biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal. b. Komponen Darah Hematokrit dan Hemoglobin Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca partum. Tidak ada SDM yang rusak selama masa pasca partum, tetapi semua kelebihan SDM akan menurun secara bertahap sesuai dengan usia SDM. Waktu yang pasti kapan volume SDM kembali ke nilai sebelum hamil tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah melahirkan. 19 Sel Darah putih Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 1012 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal yang umum. Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis disertai peningkatan normal laju endap darah merah dapat membingungkan dalam menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu ini. Faktor Koagulasi Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap meningkat pada awal puerperium. Keadaan hiperkoagulasi, yang bisa diiringi kerusakan pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme, terutama setelah wanita melahirkan secara caesaria.aktivitas fibrinolitik juga meningkat selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir. Faktor I,II,VIII,IX, dan X menurun dalam beberapa hari untuk mencapai kadar sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin, yang memungkinkan dilepaskan, dari bekas tempat plasenta juga dapat ditemukan dalam darah maternal. 20 LATIHAN 1. Berat uterus pada 2 minggu masa nifas adalah: A. ± 50 gram B. ± 100 gram C. ± 150 gram D. ± 250 gram E. ± 300 gram 2. Di bawah ini adalah hormon yang berpengaruh pada sistem endokrin, kecuali : A. Oksitosin B. Estrogen C. Progesteron D. HCG E. Gonadotropin 3. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan pada masa nifas, kecuali : A. Status pernikahan B. Primiparitas C. Merokok D. Peningkatan berat badan selama hamil 21 E. Wanita yang bekerja kembali di luar rumah 4. Hyperpigmentasi kulit pada dinding perut yang berwarna putih mengkilap di sebut : A. Striae Livida B. Striae Albikan C. Striae Gravidarum D. Linea Nigra E. Linea Albikan 22 DAFTAR PUSTAKA 1. Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihana. 2. Saleha, Sitti.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika 3. Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya 4. Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia