DNA Repair - DocShare.tips

advertisement
DNA Repair
26 Apr
DNA sebagai materi genetic yang selalu mengalami berbagai reaksi kimia dan selalu
melakukan kopi DNA. Perubahan struktur DNA ini disebut mutasi DNA yang dapat terjadi
pada saat proses replikasi DNA. Untuk menstabilkan hal tersebut maka DNA memiliki
kemampuan untuk memperbaiki (repair) kesalahan yang terjadi pada dirinya sendiri. Jika
mutasi DNA yang terjadi cukup banyak dan DNA tidak sempat untuk memperbaiki (repair)
dirinya sendiri maka akan terjadi kelainan ekspresi genetic bahkan menyebabkan terjadinya
penyakit genetik. Konsumsi makanan yang bergizi serta istirahat yang cukup memungkinkan
tubuh untuk dapat melakukan repair DNA.
DNA repair merupakan suatu mekanisme perbaikan DNA yang mengalami kerusakan /
kesalahan yang diakibatkan oleh proses metabolisme yang tidak normal, radiasi dengan sinar
UV, radiasi ion, radiasi dengan bahan kimia, atau karena adanya kesalahan dalam replikasi
DNA. Mekanisme perbaikan yang terdapat ditingkat selular secara garis besar disesuaikan
dengan jenis kerusakan yang tentu saja terkait erat dengan jenis factor penyebabnya. Sel-sel
menggunakan mekanisme-mekanisme perbaikan DNA untuk memperbaiki kesalahankesalahan pada sekuens basa molekul DNA. Kesalahan dapat terjadi saat aktivitas selular
normal, ataupun dinduksi. DNA merupakan sasaran untuk berbagai kerusakan: baik eksternal
agent maupun secara spontan.
Apabila ada kesalahan / kerusakan DNA, sel mempunyai dua pilihan :
1. Kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara mengaktifkan DNA repair. Namun apabila
kesalahan yang ada sudah tidak mampu lagi ditanggulangi, sel memutuskan untuk
beralih ke pilihan kedua.
2. Apabila DNA tidak mampu diperbaiki lagi, akibat dari adanya kesalahan yang fatal
maka akan dimatikan daripada hidup membawa pengaruh yang buruk bagi
lingkungan sekelilingnya. Kemudian sel dengan DNA yang normal akan meneruskan
perjalanan untuk melengkapi siklus yang tersisa yaitu S (sintesis) G2 (Gap 2) dan M
(Mitosis).
Proses perbaikan DNA itu harus melibatkan berbagai macam komponen, yang sangat
berperan penting dalam mekanisme perbaikan DNA tersebut. Komponen-komponen yang
terlibat dalam mekanisme perbaikan DNA dapat dijelaskan secara rinci pada penjelasan
berikut ini.
Komponen yang Terlibat dalam Proses DNA Repair
Repair system
Base excision
Enzim/protein
DNA glycosylase
AP Endonuklease
DNA Polymerase I
DNA ligase
Repair sistem
mismatch
Enzim/protein
Dam metilase
MutS,MutL,MutH
Exonuclease
DNA Helicase II
Nucleotid exicion
UVrA,UVrB,UVrC
DNA polymerase I
DNA Ligase
SSB Protein
DNA plomerase III
DNA Ligase
Mekanisme DNA repair
Pada dasarnya perbaikan DNA dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Demage reversal : penggantian secara langsung, photoreactivation merupakan cara
perbaikan DNA dengan melibatkan pembuangan atau pembalikan DNA yang rusak
oleh sebuah enzim tunggal yang tergantung oleh cahaya. Pada bakteri E. Coli enzim
itu dikodekan oleh gen phr. Adanya kerusakan pada suatu segmen pirimidin (timin
dan sitosin) yang telah berpasangan (dimer) pada suatu struktur DNA, akan
mengaktifkan suatu proses perbaikan dimana suatu kompleks protein enzim
fotoreaktif akan memutuskan ikatan hydrogen tetapi tanpa memutuskan ikatan
fosfodiester antar nukleotida. Perubahan urutan akan diperbaiki dengan pergantian
sesame nukleotida dengan basa pirimidin, dan akan diikuti proses penangkupan
kembali celah yang semula tercipta.
2. Demage removal : proses ini lebih kompleks karena melibatkan replacing atau
penggantian dengan dipotong-potong. Pada excision repair diawali dengan proses
pengidentifikasian ketidaksesuaian sekuen / urutan DNA dalam suatu proses
pengawasan yang dilakukan oleh endonuklease perbaikan DNA. Kompleks enzim
tersebut akan menginisiasi proses pemisahan DNA heliks utas ganda menjadi suatu
segmen utas tunggal. Proses ini akan diakhiri dengan pertautan kembali antara dua
utas tunggal tersebut untuk kembali menjadi bagian dari heliks utas ganda, dengan
perantaraan enzim DNA ligase.
3. Demage tolerance : Mentoleransi kesalahan.Hal ini dilakukan bila kesalahan tidak
dapat diperbaiki sehingga kesalahan terpaksa ditoleransi dan yang terotong adalah
kedua strand. Mekanisme ini adalah sebentuk replikasi rawan kesalahan (error-phone)
yang memprbaiki kerusakan-kerusakan pada DNA tanpa mengembalikan sekuens
basa awal. Tipe perbaikan ini bisa dipicu oleh kerusakan DNA dalam tingkat tinggi.
Pada bakteri E. Coli, system tersebut diatur oleh gen-gen recA dan umu yang
dihipotesiskan mengubah fidelitas (ketepatan) polymerase DNA setempat. Dalam rose
situ, polymerase melakukan replikasi melewati kerusakan DNA, sehingga
memungkinkan sel untuk bertahan hidup atau sintas. Jika sel tersebut berhasil sintas
melalui seluruh kerusakan DNA, besar kemungkinan sel itu mengandung satu atau
lebih mutasi.
Ada 3 tipe demage removal yaitu :(a) Base excision repair, hanya 1 basa yang rusak dan
digantikan dengan yang lain. Basa-basa DNA dapat dirusak melalui deaminasi. Tempat
kerusakan basa tersebut dinamakan dengan”Abasic site” atau “AP site”. Pada E.coli enzim
DNA glycosilase dapat mengenal AP site dan membuang basanya. Kemudian AP
endonuklease membuang AP site dan Nukleotida sekitarnya. Kekosongan akan diisi dengan
bantuan DNA Polymerase I dan DNA Ligase. DNA polymerase I berperan didalam
mensintesis atau menambahkan pasangan basa yang sesuai dengan pasangannya.sedangkan
DNA Ligase berperan dalam menyambungkan pasangan basa yang telah disintesis oleh DNA
polymerase I. (b)Nucleotide excision repair, adalah memotong pada bagian /
salah satu segmen DNA, dari DNA yang mengalami kerusakan. Kerusakan nukleotida yang
disebabkan oleh sinar UV, sehingga terjadi kesalahan pirimidin dimer (kesalahan dua basa
tetangga). Pada E. Coli terdapat protein yang terlibat dalam proses pembuangan atau
pemotongan DNA yang mengalami kerusakan, protein tersebut adalah UVrA, UVrB, UVrC,
setelah protein tersebut mengenali kesalahan, maka nukleotida yang rusak tersebut
dihilangkan (dipotong) sehingga terjadi kekosongan pada segmen untaian nukleotida tersebut.
Selanjutnya untuk mengisi kekosongan tersebut maka RNA polymerase I mensintesis
nukleotida yang baru untuk dipasangkan pada segmen DNA yang mengalami kekosongan
tadi, tentu saja dengan bekerja sama dengan DNA ligase dalam proses penyambungan
segmen DNA tersebut. (c) Mismatch repair. Pada tahap ini yaitu memperbaiki kesalahankesalahan yang terjadi ketika DNA disalin. Selama replikasi DNA, DNA polymerase
sendirilah yang melakukan perbaikan salah pasang. Polimerase ini mengoreksi setiap
nukleotida terhadap cetakannya begitu nukleotida ditambahkan pada untaian. Dalam rangka
mencari nukleotida yang pasangannya tidak benar, polymerase memindahkan nukleotida
tersebut kemudian melanjutkan kembali sintesis, (tindakan ini mirip dengan mengoreksi
kesalahan pada pengolah kata dengan menggunakan tombol “delete” dan kemudian
menuliskan kata yang benar). Protein-protein lain selain DNA polymerase juga melakukan
perbaikan salah pasang. Para peneliti mempertegas pentingnya protein-protein tersebut ketika
mereka menemukan bahwa suatu cacat herediter pada salah satu dari protein-protein ini
terkait dengan salah satu bentuk dari kanker usus besar. Rupanya cacat ini mengakibatkan
kesalahan penyebab kanker yang berakumulasi di dalam DNA. Pada intinya mekanisme
perbaikan mismatch ini mendeteksi terlebih dahulu pasangan basa yang tidak “cocok
(matched)” atau tidak berpasangan dengan benar. Kesalahan berpasangan basa atau mismatch
dapat terjadi saat replikasi ataupun rekombinasi DNA, dimana untuk memperbaiki basa yang
tidak berpasangan, terlebih dahulu harus diketahui pasangan basa mana yang mengalami
kesalahan basa pada untai DNA. Caranya segmen DNA yang membawa basa yang salah
dibuang, sehingga terdapat celah (gap) di dalam untai DNA. Selanjutnya dengan bantuan
enzim polymerase celah ini akan diisi oleh segmen baru yang membawa basa yang telah
diperbaiki, yang kemudian dilekatkan dengan bantuan enzim ligase.
Base Excision Repair
Nucleotide Excision Repair
Mismatch Repair
Tulisan ini disusun oleh ISNADA
http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/04/26/dna-repair/
DNA Repair
DNA merupakan sasaran untuk berbagai kerusakan: baik eksternal agent maupun
spontaneous endogenous processes.
Given agent process dapat menimbulkan: radikal bebas, single & double strand breaks,
merusak residu deoxyribose, menginduksi base alterations: mis. Metilasi, perubahan basa
karena proses kimia tertentu.
Kerusakan DNA dapat terjadi karena: metabolismes seluler, eksposur dengan sinar UV,
radiasi ion, eksposur dengan bahan kimia, kesalahan replikasi.
Perbaikan dengan: aktivasi cekpoin pada siklus sel, aktivasi program transkripsi, DNA repair
(direct reversal, base excision repair, nucleotide excision repair, mismatch repair, double
strand break repair, homolog recombination), apoptosis.
Kerusakan DNA diklasifikasikan dalam beberapa cara, yi:
• Modifikasi basa:
- Perubahan kimia
- Ikatan kovalen antara basa yang berdekatan
- Kehilangan basa
• Intrastrand cross-linking, mencegah replikasi dan transkripsi DNA
• Kerusakan DNA tipe tiga
- Kerusakan strand DNA, yang paling hebat yaitu kerusakan double-strand DNA (DSBs) -->
DNA-nya putus.
Pada deaminasi C. C mengalami deaminase sehingga menjadi U. Maka pada saat DNA
replikasi G diganti A. Setelah replikasi terjadi mutasi (seharusnya G diganti U). Pasangannya
mengalami deaminasi sehingga pasangannya diganti. Atau dengan merubah U menjadi C
sementara G tetap. -->Poin mutation: perubahan 1 basa.
Depurinasi A. Kehilangan A: mutasinya dengan memotong (kehilangan 1 basa) atau
mengganti pasangan yang hilang.
Abnormalitas dari DNA repair bisa menyebabkan cancer dan penuaan.
Beberapa cara untuk repair
- Single step reactions, direct reversal (langsung diganti) dengan single enzyme seperti
photolyase atau O-6-methyl-DNA-alkyltransferase.
- Single and multi-step base excision repair mechanisms. (glikosilasis)
- Multi-step reaction
DNA repair dikelompokkan menjadi 3 cara:
- Damage reversal: langsung digantikan
- Damage removal: dihilangkan
- Damage tolerance: mentoleransi kesalahan
Damage reversal
- Cara mudah untuk memperbaiki DNA
- Enzim yang mereparasi tidak perlu memotong DNA tetapi hanya menggantikan saja (pada
proof reading).
- Photorectivation merupakan contoh damage reversal .
Kalau terjadi kesalahan, missal DNA polymerase melakukan kesalahan sehingga timbul
misincorporated nucleotide sehingga kalau tidak sesuai (mis. Harusnya G dipasang A) maka
akan timbul tonjolan, sehingga proof reading akan mundur karena memiliki exonuclease
activity, membetulkan kesalahan dan selanjutnya maju lagi.
Damage removal
Lebih kompleks karena melibatkan replacing (penggantian) dengan dipotong-potong. Ada
tiga tipe damage removal, yaitu:
• Base excision repair, hanya 1 basa yang rusak dan digantikan dengan yang lain.
• Mismatch repair, penggantian basa yang tidak sesuai yang dilakukan dengan enzim.
• Nucleotide excision repair, memotong pada salah satu segmen DNA yang mengalami
kerusakan.
Base Excision repair
Uracil (U) dipotong (Glycosylase) --> dikeluarkan (phosphodiesterase) --> diganti (DNA
polymerase) dengan C --> ditempelkan (ligase)
Nucleotide Excision repair
Kesalahannya pyrimidine dimer (kesalahan 2 basa tetangga), maka yang dilakukan dengan
memotong pada satu tempat tertentu dan dilepas oleh DNA helicase, selanjutnya DNA
polymerase dan DNA ligase bekerja untuk memperbaikinya.
Pada mismatch proofreading karena kesalahan pada kedua strand sehingga harus dipotongpotong.
Damage tolerance dilakukan bila kesalahan tidak dapat diperbaiki sehingga kesalahan
terpaksa ditoleransi dan yang terpotong adalah kedua strand. Ada 2 cara:
- Homolongous recombination (HR), menggunakan sister kromatid untuk memperbaiki
kerusakan. Pada cara ini tidak akan terjadi delesi.
- Non homologous end joining (NHEJ), bila putusnya tidak sama makan akan diratakan dulu
dengan eksonukleuse, kemudian ada enzim tertentu yang bekerja dan akan menggabungkan.
Tetapi akan terjadi delesi.
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/genetics/2077854-dna-repair-perbaikandna/#ixzz2Wh6gVGRm
Kerusakan DNA bisa saja terjadi secara tiba-tiba. Penyebabnya juga bermacam-macam, bisa
berupa radiasi UV, bahan kimia mutagen, ataupun oksidasi; dan salah satu bentuk kerusakan
DNA adalah terpotongnya kedua utas DNA. Hal ini bisa menjadi masalah yang serius karena
sel tidak bisa menggunakan DNA yang terpotong-potong seperti itu untuk beraktivitas secara
normal. Jika dibiarkan saja, maka hal ini juga bisa menjadi penyebab timbulnya kanker.
Namun demikian, kita tidak perlu kuatir karena sebenarnya sel-sel kita sendiri mempunyai
suatu sistem reparasi yang luar biasa canggih, efisien, dan nyaris tidak pernah salah. Nah,
pertanyaannya adalah bagaimana cara kerjanya?
Keterangan gambar: Setelah molekul DNA mengalami kerusakan, ujung-ujung DNA yang
rusak akan mencari utas DNA lain yang utuh yang memiliki urutan basa yang sama dengan
dirinya supaya bisa memperbaiki diri. Gambar ini merupakan pencitraan dari titik temu
antara molekul protein RecA-DNA (horizontal) dengan molekul DNA lain yang utuh
(vertikal), dimana keduanya akan dicocokkan apakah memiliki urutan yang sama atau tidak.
Jika tidak, maka ikatan yang terbentuk tidak akan cukup kuat dan segera terpisah.
Sedangkan bila urutan basa yang sesuai ditemukan maka akan terbentuk ikatan yang kuat
dan stabil sehingga proses reparasi dapat berlangsung. (Credit: Image courtesy Cees Dekker
lab TU Delft / Tremani)
Sekelompok peneliti di Belanda dari Delft University mencoba mengungkapkannya
menggunakan bakteri E.coli. Dan hasil penelitian mereka menunjukkan ada dua langkah
utama dalam proses reparasi DNA ini. Langkah pertama, protein-protein reparasi yang
diketahui sebagai protein RecA akan membentuk suatu struktur berfilamen pada ujung DNA
yang rusak. Kemudian langkah yang kedua, filamen-filamen ini bertanggung jawab
memeriksa utas-utas DNA yang baru-baru saja digandakan atau pada kromosom DNA yang
kedua (kita mempunyai dua kopi untuk tiap-tiap kromosom, kan?). Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk mencari urutan DNA yang cocok dengan ujung DNA yang rusak tadi. Tentunya
terdengar cukup sederhana bukan? Tetapi coba kita lihat lagi, genom manusia ada sekitar tiga
milyar pasang basa, dan mencoba menemukan seutas DNA berisi beberapa ratus pasang basa
yang diinginkan, tentu bukan menjadi hal yang mudah. Ibarat mencari sebuah jarum di
tengah tumpukan jerami.
Tetapi coba kita lihat lagi, genom manusia ada sekitar tiga milyar pasang basa, dan mencoba
menemukan seutas DNA berisi beberapa ratus pasang basa yang diinginkan, tentu bukan
menjadi hal yang mudah. Ibarat mencari sebuah jarum di tengah tumpukan jerami.
Tetapi sekali lagi, sel-sel tubuh kita melakukan pekerjaan yang amat luar biasa. Proses
pencarian ini ternyata hanya memakan waktu beberapa menit dan tentunya dengan efisiensi
dan ketepatan yang tidak kalah mengagumkan. Ketika urutan basa DNA yang sesuai sudah
ditemukan maka kedua molekul akan saling berikatan dengan kuat sehingga proses
perbaikanpun dapat berlangsung.
http://sciencebiotech.net/proses-perbaikan-dna-yang-rusak-mencari-jarum-dalam-tumpukanjerami/
DNA dalam inti sel di tubuh kita bisa mengalami kerusakan dari berbagai agen luar (eksternal agent)
maupun kerusakan secara langsung (spontaneous endogenous processes). Proses kerusakan DNA
oleh agen dapat menimbulkan meliputi : radikal bebas, single & double strand breaks, merusak
residu deoxyribose, menginduksi base alterations misalnya metilasi, perubahan basa karena proses
kimia tertentu. Kerusakan DNA dapat terjadi karena metabolisme seluler, eksposur dengan sinar UV,
radiasi ion, eksposur dengan bahan kimia, kesalahan replikasi.
Perbaikan kerusakan DNA dengan cara aktivasi cek point pada siklus sel, aktivasi program transkripsi,
DNA repair (direct reversal, base excision repair, nucleotide excision repair, mismatch repair, double
strand break repair, homolog recombination), apoptosis.
Kerusakan DNA diklasifikasikan dalam beberapa cara, yaitu :
• Modifikasi basa:
- Perubahan kimia
- Ikatan kovalen antara basa yang berdekatan
- Kehilangan basa
• Intrastrand cross-linking, mencegah replikasi dan transkripsi DNA
• Kerusakan DNA tipe tiga
- Kerusakan strand DNA, yang paling hebat yaitu kerusakan double-strand DNA (DSBs) yang
menyebabkan DNA-nya putus.
Pada deaminasi C. C mengalami deaminasi sehingga menjadi U. Maka pada saat DNA replikasi G
diganti A. Setelah replikasi terjadi mutasi (seharusnya G diganti U). Pasangannya mengalami
deaminasi sehingga pasangannya diganti atau dengan merubah U menjadi C sementara G tetap.
Poin mutation merupakan perubahan 1 basa.
Depurinasi A. Kehilangan A: mutasinya dengan memotong (kehilangan 1 basa) atau mengganti
pasangan yang hilang.
Abnormalitas dari DNA repair bisa menyebabkan cancer dan penuaan.
Beberapa cara untuk repair / memperbaiki
- Single step reactions, direct reversal (langsung diganti) dengan single enzyme seperti photolyase
atau O-6-methyl-DNA-alkyltransferase.
- Single and multi-step base excision repair mechanisms. (glikosilasis)
- Multi-step reaction
Perbaikan DNA / DNA repair dikelompokkan menjadi 3 cara:
- Damage reversal: langsung digantikan
- Damage removal: dihilangkan
- Damage tolerance: mentoleransi kesalahan
keterangan:
Damage reversal
- Cara mudah untuk memperbaiki DNA
- Enzim yang mereparasi tidak perlu memotong DNA tetapi hanya menggantikan saja (pada proof
reading).
- Photorectivation merupakan contoh damage reversal .
Kalau terjadi kesalahan, misal DNA polymerase melakukan kesalahan sehingga timbul
misincorporated nucleotide sehingga kalau tidak sesuai (misalnya harusnya G dipasang A) maka akan
timbul tonjolan, sehingga proof reading akan mundur karena memiliki exonuclease activity,
membetulkan kesalahan dan selanjutnya maju lagi.
Damage removal
Lebih kompleks karena melibatkan replacing (penggantian) dengan dipotong-potong. Ada tiga tipe
damage removal, yaitu:
• Base excision repair, hanya 1 basa yang rusak dan digantikan dengan yang lain.
• Mismatch repair, penggantian basa yang tidak sesuai yang dilakukan dengan enzim.
• Nucleotide excision repair, memotong pada salah satu segmen DNA yang mengalami kerusakan.
Base Excision repair
Uracil (U) dipotong (Glycosylase) --> dikeluarkan (phosphodiesterase) --> diganti (DNA polymerase)
dengan C --> ditempelkan (ligase)
Nucleotide Excision repair
Kesalahannya pyrimidine dimer (kesalahan 2 basa tetangga), maka yang dilakukan dengan
memotong pada satu tempat tertentu dan dilepas oleh DNA helicase, selanjutnya DNA polymerase
dan DNA ligase bekerja untuk memperbaikinya.
Pada mismatch proofreading karena kesalahan pada kedua strand sehingga harus dipotong-potong.
Damage tolerance dilakukan bila kesalahan tidak dapat diperbaiki sehingga kesalahan terpaksa
ditoleransi dan yang terpotong adalah kedua strand. Ada 2 cara:
- Homolongous recombination (HR), menggunakan sister kromatid untuk memperbaiki kerusakan.
Pada cara ini tidak akan terjadi delesi.
- Non homologous end joining (NHEJ), bila putusnya tidak sama makan akan diratakan dulu dengan
eksonukleuse, kemudian ada enzim tertentu yang bekerja dan akan menggabungkan. Tetapi akan
terjadi delesi.
Sumber : Molecular Biology of the cell Fifth Edition 2008
Sumber: KLIK SINI
PROTEIN YANG BERPERAN DALAM PERBAIKAN DNA (DNA REPAIR)
1.Protein hHR23a
Rad23 keluarga protein, termasuk protein manusia homologs hHR23a dan hHR23b, merangsang
perbaikan eksisi nukleotida dan telah ditunjukkan untuk memberikan hubungan antara sebuah novel
yang ditengahi proteasome degradasi protein dan perbaikan DNA. Proteasomal mengatur S5a
subunit hHR23a struktur protein. Rad 23a berisi empat terstruktur domain dihubungkan oleh linker
fleksibel daerah. Domain tersebut berinteraksi dalam mode intramolekul, dan dengan menggunakan
data coupling dipolar residu dalam kombinasi dengan Usikan pergeseran kimia analisis. hHR23a
konformasi yang tertutup didefinisikan oleh interaksi N-terminal ubiquitin-seperti domain dengan
dua ubiquitin-terkait domain. Pengikatan S5a subunit proteasomal mengganggu hHR23a interaksi
interdomain dan dengan demikian menyebabkannya untuk mengadopsi konformasi yang dibuka.
Sumber LENGKAPNYA : KLIK SINI
2. protein MLH 1
Fungsi protein MLH 1
Memperbaiki kesalahan saat replikasi, termasuk dalam mismatch repair (MMR). Protein ini memiliki
3 domain, yaitu domain PSM, MutS a dan ATP ase.
Mekanisme kerja : MLH1 berikatan dengan PSM2 membentuk kompleks MutL a, MutL a berikatan
dengan MutS a (MSH2-MSH6), kompeks ini mengaktivasi protein lain untuk memperbaiki kesalahan
(membuang sekuen DNA yang keliru & mengganti dengan sekuens yang benar / removal).
Gangguan patologis protein MLH1
Mutasi pada MLH1 menyebabkan rentan terhadap kanker, yaitu pada usus besar (Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC)) dan risiko kanker pada rahim, ovarium, payudara, perut, usus
halus dan laring.
Sumber LENGKAPNYA : KLIK SINI
3. Protein MSH2
Gen MutS H2 yang disandi oleh MSH2 terletak pada kromosom 2p22-p21, dimulai dari 47.483.767
bp sampai 47.593.877 bp, terdiri dari 16 exon dan 15 intron, 80.098 bp, 110,111 basa, 932 asam
amino, berat molekul 104.743 Da.
MSH2 sebagai komponen dari sistem MMR pasca replikasi DNA.
Protein MSH2 memiliki peran ganda dalam DNA repair dan apoptosis.
2 bentuk heterodimer berbeda yaitu MutS α (MSH2-
-MSH3).
http://wanenoor.blogspot.com/2011/11/perbaikan-dna-atau-dna-repair.html#.UcINYtj9VsQ
TAHAPAN, KERUSAKAN SERTA PERBAIKAN
REPLIKASI DNA
Posted in Uncategorized by Anindy Okta Harisandy @ Jan 2, 2013
Tahapan Replikasi
1. Kedua pasangan rantai DNA dibuka dan dipisah oleh enzim pembuka, yang berfungsi
memecah ikatan hidrogen lemah di antara pasangan basa.
2. Enzim polimerase DNA, dengan memakai keempat jenis nukleotida pelengkap yang
ada dengan bebas dalam nukleus, memasangkan dan melekatkan nukleotida tersebut
pada basa yang terlihat di setiap rantai tunggal DNA yang terbuka.
3. Setelah pemasangan nukleotida selesai, maka didapatkan dua dobel heliks DNA yang
terbentuk lengkap, masing-masing DNA identik dengan rangkaian nukleotida pada
heliks DNA aslo yang berfungsi sebagai pola. Dengan demikian, informasi genetik
telah berhasil tersalin dengan tepat.
4. Replikasi seperti itu disebut semikonservatif karena replikasi tersebut
mempertahankan setiap rantai dobel heliks DNA yang asli, sementara setiap rantai
juga menerima rantai pasangan sintesis baru yang sesuai.
Kesalahan dalam replikasi DNA
1. Mesin replikasi dapat melakukan kesalahan dengan melewatkan suatu basa,
menambahkan satu jenis basa atau lebih, atau menganti dengan jenis basa yang salah.
Misalnya kesalahan pasangan antara adenin dengan guanin atau timin dengan sitosin.
2. Perubahan dalam molekul DNA juga dapat terjadi akibat pajanan agen fisik dan kimia
yang berpotensi merusak susunan struktur alami dari DNA seperti sinar-x atau
karsinogen dalam lingkungan.
3. Perubahan yang dihasilkan dalam rangkaian nukleotida tersebut dikenal dengan nama
mutasi, yang akan terus disalin dalam replikasi selanjutnya dan dapat mengakibatkan
konsekuensi yang membahayakan sel itu sendiri bahkan dapat merubah susunan sel
yang telah sesuai.
Perbaikan DNA adalah suatu proses yang konstan dan dapat meminimalkan perubahan
aksidental yang terjadi akibat kesalahan selama proses maupun mutasi gen. Beragam jenis
enzim perbaikan DNA secara terus menerus akan memindai molekul DNA dan mengeluarkan
nukleotida yang rusak.
http://blog2.tp.ac.id/anindyoktaharisandy/2013/01/02/tahapan-kerusakan-serta-perbaikanreplikasi-dna/
Perbaikan DNA
DNA adalah molekul yang terus-menerus dapat mengalami kerusakan atau perubahan kimia.
Perubahan kimia ini dapat disebabkan oleh radiasi yang berenergi tinggi, ketidakstabilan
kimiawi basa sitosin di dalam sistem cairan dan kerusakan oleh senyawa kimia reaktif di
lingkungan. Seperti radiasi ultraviolet, radiasi pengion, sinar kosmik, sinar X, dan pancaran
radio aktif dari pengujian bom atom serta hasil buangan radio aktif dari tenaga nuklir. Radiasi
ultraviolet dan pengion menimbulkan kerusakan DNA sampai kira-kira 10 % dari kerusakan
yang disebabkan oleh agen-agen non biologis. Selain itu, kerusakan DNA juga dapat
disebabkan oleh stress. Kerusakan tersebut dapat segera diperbaiki oleh sel, melalui
mekanisme enzimatik spesifik.
Perbaikan kerusakan DNA oleh sel dapat dilakukan melalui mekanisme: a) perbaikan bebas
kesalahan, yaitu DNA yang diperbaiki persis seperti keadaan semula, b) perbaikan dengan
fotoreaktivasi, yaitu dengan menggunakan enzim fotoreaktivasi yang dapat memutuskan
ikatan kovalen basa timin-timin (dimer timin), c) perbaikan eksisi, yaitu DNA yang rusak
dipotong pada bagian yang rusak lalu disambung kembali oleh enzim polymerase dan ligase,
d) perbaikan rekombinasi postreplikatif, yaitu utas DNA induk yang rusak akan
menghasilkan DNA tiruan yang mempunyai celah setelah duplikasi, dan e) perbaikan tidak
bebas kesalahan, yaitu bagian DNA yang rusak diperbaiki dengan komponen yang mungkin
tidak sama dengan komponen yang hilang.
Perbaikan kerusakan DNA juga dapat terjadi dengan cara rekombinasi homolog. Untuk
menghindari kerusakan kromosom dan memungkinkan perbaikan, daerah yang mengalami
kerusakan harus mendapatkan strand komplemeter. Jalur rekombinasi membuat penggunaan
DNA homolog pada cabang lain dari cabang replikasi. Protein rec-A memediasi reaksi
pertukaran strand yang menjalankan perbaikan DNA dengan bantuan energy ATP hidrolisis.
Ketika kerusakan dibuat menjadi bagian dupleks, kerusakan dapat berangsur-angsur
diperbaiki.
Kerusakan karena ultraviolet
Jika bakteri dikenai sinar ultraviolet, dapat terjadi penggabungan kovalen dan residu
pirimidin pada untai
DNA, (seringkali dua residu
timin) membentuk suatu basa dimer. Jika tidak dilepaskan dan diperbaiki, dimer timin ini
menghalangi proses replikasi oleh DNA polimerase terhadap untai di belakang daerah
kerusakan ini. Dimer timin dikeluarkan dan tempat kosong yang ditinggalkan disambung
kembali oleh kerja empat enzim secara berurutan. Enzim pertama dinamakan ultraviolet
endonuklease atau endonuklease UV. Enzim ini memotong untaian DNA yang mengalami
kerusakan pada tempat 5’ dimer timin. Pada tahap kedua, DNA polimerase I menambahkan
deoksiribonukleotida yang benar ke ujung 3’ untai rusak yang terbuka, membuat potongan
pendek DNA yang bersifat komplementer dengan untai cetakan. Selama proses ini, baik
DNA yang mengandung dimer timin akan terlepas. Pada tahap ketiga, endonuklease
memotong bagian yang rusak ini. Pada tahap terakhir potongan DNA baru dengan pasangan
basa yang benar disisipkan ke dalam untaian keseluruhan oleh DNA ligase. Dimer primidin
dapat dibentuk dan diperbaiki bukan hanya pada bakteri yang terkena radiasi ultraviolet,
tetapi juga pada sel-sel mulut manusia yang terbuka terhadap sinar matahari yang tidak
tersaing.
Kerusakan oleh Deaminasi Spontan Sitosin menjadi Urasil
DNA juga dapat mengalami perubahan oleh karena ketidakstabilan kimiawi basa sitosin di
dalam sistem cairan. Residu sitosin secara perlahan-lahan mengalami kehilangan spontan
gugus aminonya oleh hidrolisis menjadi residu urasil, yang biasanya tidak dijumpai pada
DNA. Bilaman untai DNA yang mengandung residu urasil melangsungkan replikasi, urasil
tidak dapat membentuk ikatan yang kuat dengan residu Guanin (G) yaitu pasangan normal
sitosin. Sebaliknya urasil akan cenderung berpasangan dengan residu adenin. Bilaman untai
DNA baru yang mengandung residu A yang salah melakukan replikasi tentunya keduanya
akan memperoleh T pada untai komplementer. Hasilnya adalah dupleks DNA anak yang
mengandung pasangan basa A-T dan bukan pasangan G-C seperti ditentukan oleh DNA
induk semula yang tidak rusak.
Jenis kerusakan ini diperbaiki dengan suatu cara baru. Enzim khusus urasil –DNA
glikosidase, menghidrolisis basa urasil yang salah ini dari untai rusak tersebut. Residu
deoksiribosa fosfat yang tertinggal, yang sekarang kehilangan basa, kemudian dipotong pada
sisi 5’ ikatan fosfodiesternya oleh DNA polimerase I yang selanjutnya menyisipkan unit
sitidin fosfat yang benar pada ujung 3’ yang sekarang terbuka pada untai rusak tadi, untuk
berpasangan basa dengan residu G pada untai yang tidak rusak. Untai ini lalu disambung
secara kovalen oleh DNA ligase untuk menyempurnakan proses perbaikan ini.
Kerusakan oleh Senyawa Kimia Eksternal
DNA juga dapat mengalami kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang terbawa ke
lingkugan sebagai produk aktivitas industri. Produk tersebut tidak selalu merusak dalam
keadaan aslinya, tetapi dapat mengalami metabolisme oleh sel menjadi bentuk yang merusak.
Senyawa kimia reaktif tersebut dapat digolongkan menjadi tiga golongan utama, yaitu 1)
senyawa penyebab deaminasi, terutama asam nitrat (HNO2) atau senyawa yang dapat
mengalami metabolisme menjadi asam nitrit atau turunan nitrit lainnya, 2) senyawa penyebab
alkilasi, misalnya senyawa dimetilsulfat yang sangat reaktif dapat menyebabkan metilasi
residu guanine dan menghasilkan O-metilguanin yang tidak dapat melakukan pasangan basa
dengan sitosin yang merupakan pasangan normal guanin, dan 3) senyawa kimia yang dapat
merangsang atau bersifat basa yang biasanya terdapat pada DNA.
Download