KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI SARANA EFEKTIF BAGI TERLAKSANANYA TINDAKAN KEPERAWATAN YANG OPTIMAL Aniharyati Abstract: Communication of Therapeutic is planned communication consciously, aims to and centred for the recovering of patient. Communication of Therapeutic which do not be executed better will generate patient become less co-operative in accepting each; every given treatment action. In order to improving the quality of treatment fulfilling standard practice treatment hence effort taken is executing communication of therapeutic representing especial matter, because without good communication process will not be created by good is same activity between and nurse of patient, when communication of therapeutic the in conducting with a few step namely Phase Pre Interaction, Phase Orientation, Phase Work and Phase Terminal/tired of target of optimal treatment action. Kata Kunci: Komunikasi Terapeutik, Tindakan Keperawatan RSUD Bima, 2009-2010). Hasil wawancara dengan LATAR BELAKANG Komunikasi terapeutik di bidang pasien yang berkunjung pada Poli RSUD Bima keperawatan memegang peranan penting untuk mengatakan menciptakan hubungan harmonis antara perawat, menunggu tanpa mengetahui apa dan berapa lama pasien, dan tenaga kesehatan lainnya, guna mengenal harus menunggu. Penelitian tentang gambaran peran kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan perawat dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik di serta kerja sama untuk memenuhi kebutuhan RSUD Bima tahun 2010 didapatkan hasil bahwa tersebut. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada tahap yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan persiapan 16,1%, tahap Perkenalan 41,7%, tahap kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien kerja 24,1% dan tahap terminasi 33,3%. Hal di atas (Indra menggambarkan bahwa penerapan Wati, 2003). terapeutik antara Keefektifan perawat komunikasi dan pasien akan bahwa pasien dianjurkan untuk komunikasi terapeutik belum dilakukan secara baik dan benar, mengoptimalkan tindakan keperawatan yang akan sehingga menyebabkan pasien mempercepat setiap tindakan yang diberikan menjadi kurang proses penyembuhan fisik dan psikologis pasien (Anas Tamsuri, 2002). kooperatif, merasa tidak puas bahkan pulang paksa. Data di RSUD Bima pada tahun 2009 jumlah kunjungan sebesar dalam menerima Pelaksanaan komunikasi terapeutik yang 3,315 orang dan yang belum dilaksanakan dengan baik dan benar dapat pulang paksa sejumlah 469 klien (14,15%), tahun menjadi hambatan yang cukup berarti dalam 2010 jumlah kunjungan 3.257 orang dan yang pulang penerapan asuhan keperawatan yang bermutu sesuai paksa sejumlah 372 orang (12,00%) (Rekap Medis standar praktek keperawatan yang profesional. ___________________________________________________________________________ Aniharyati: Prodi Keperawatan Bima Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Gatot Subroto Bima 749 JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011 Permasalah di atas perlu mendapat perhatian Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk serius dan dikaji lebih jauh agar penyebab dari tidak mendorong atau menganjurkan kerja sama antara terlaksananya komunikasi terapeutik secara efektif perawat dan pasien dalam proses keperawatan, dalam setiap tahapan dapat diidentifikasi secara jelas, membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan dengan yang dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada demikian komunikasi perawat terapeutik sebagai dapat pelaksana mengetahui dan tahap preventif kegunaannya adalah mencegah memahami ha-hal yang perlu diperbaiki untuk adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan meningkatkan kemampuan diri sebagai tenaga diri pasien. profesional di bidang kesehatan. Dalam keperawatan rangka yang meningkatkan memenuhi standar Tujuan kualitas Tujuan komunikasi terapeutik adalah: praktek a. Membantu keperawatan, maka upaya yang dilakukan adalah permasalahan melaksanakan komunikasi terapeutik secara baik dan kesehatannya menjelaskan sehingga dapat dapat mengambil tindakan untuk mengubah yang sangat efektif untuk memudahkan perawat situasi yang ada bila pasien percaya pada hal dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan yang diperlukan; baik, sehingga tercapainya tujuan dari tindakan b. Mengurangi keperawatan secara optimal. mengambil keraguan, tindakan membantu yang dalam efektif dan mempertahankan kekuatan egonya; KOMUNIKASI TERAPEUTIK c. Fisik mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan Pengertian dirinya sendiri. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien purwanti, untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran serta benar, karena komunikasi terapeutik adalah sarana (Heri pasien 1994). Komunikasi a. Empati terapeutik Empati termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak yaitu kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau perasaan orang saling memberikan pengertian antara perawat dan lain. pasien, persoalan mendasar dari komunikasi ini b. Rasa percaya (trust) adalah adanya saling membutuhkan antara perawat Rasa percaya (trust) yaitu respek seseorang dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam terhadap kebutuhan orang lain dan berhasrat akan komunikasi pribadi antara perawat dan pesien, membuat sesuatu yang akan dipertanggung perawat yang memberikan bantuan dan pasien yang jawabkan. menerima bantuan yang diberikan. c. Validasi Kegunaan 750 Aniharyati, Komunikasi Terapeutik Sebagai Sarana Efektif Validasi yaitu penegasan kembali tentang pesan mengatakan bahwa tahap yang jika tahap awal dari komunikasi terapeutik. Dengan komunikator merasa bahwa orang yang diajak adanya pemakaian diri secara terapeutik berarti bicara menerima dan memberi respek terhadap memaksimalkan apa yang dikatakannya. meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam disampaikan. Hal ini terjadi persiapan merupakan pemakaian kekuatan dan memberi asuhan keperawatan pada klien. Tugas d. Perhatian Merupakan tingkat keterlibatan emosi dalam tambahan pada fase komunikasi yang diekspresikan secara non verbal informasi tentang klien dan menentukan kontak pada apa yang dikatakan orang lain dengan cara pertama dengan klien (Buddi Anna keliat, 1996). Sedangkan memandang, mengangguk, atau dengan perabaan ini adalah mendapatkan penerapan komunikasi teraupetik pada tahap pra interaksi yang belum jika dianggap tepat. optimal sebanyak 16,1%. Hal ini diakibatkan oleh Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik berbagai faktor di antaranya bahwa kemampuan Menurut Heri Purwanto ada 4 tahap komunikasi komunikasi tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku terapeutik yaitu: seseorang yang melibatkan aktivitas fisik, mental, a. Tahap Persiapan latar Tahap persiapan atau pra interaksi adalah belakang usia, dan b. Tahap Perkenalan/orientasi tahap ini harus dilakukan oleh perawat untuk Perkenalan memahami dirinya, mengatasi kecemasannya dan merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat pertama kali bertemu atau meyakinkan dirinya bahwa dia betul-betul siap untuk kontak dengan pasien. Pada saat berkenalan, perawat berinteraksi dengan pasien. harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu Tugas perawat pada tahap ini antara lain: kepada mengeplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan klien memperkenalkan sebelum berinteraksi dengan klien, menganalisis (Brammer, dirinya 1993). berarti Dengan perawat telah terbuka pada pasien dan ini hal ini diharapkan akan kekuatan dan kelemahan diri, mengumpulkan data mendorong pasien untuk membuka dirinya. tentang klien, dan merencanakan pertemuan pertama Tugas perawat pada tahap ini antara lain: dengan klien membina di RSUD Bima komunikasi terapeutik tahun 2010 rasa saling percaya, menunjukan penerimaan dan komunikasi terbuka, merumuskan tentang gambaran peran perawat sebagai pelaksana kontrak bersama klien, menggali pikiran dan bahwa 83,9% perasaan, pelaksanaan tahapan persiapan dalam komunikasi mengidentifikasi masalah klien, serta merumuskan tujuan dengan klien. teraupetik sebagian besar sudah terlaksana dengan baik. pengalaman, pendidikan (Heri Purwanto, 1993). masa persiapan sebelum berhubungan dengan pasien, Dari hasil penelitian sosial, Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa Hal ini didukung oleh teori stuart & sunden, masih terdapat 41,7% penerapan 1995 (dikutip oleh Buddi Anna keliat, 1998) yang 751 tahapan orientasi JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011 dalam komunikasi terapeutik yang belum optimal. optimal. Hal ini karena dalam menjalani tahapan Hal ini berarti bahwa perawat belum mampu dalam kerja, perawat belum mampu mengeksplorasikan memulai hubungan seperti membina rasa percaya, perasaan yang tepat dan mendorong kesadaran diri menerima dan mengerti terhadap pikiran, perasaan dengan menghubungkan persepsi pikiran, perasaan, serta permasalahan pasien. Seperti teori yang dan perbuatan pasien. Hal ini didukung oleh teori dikemukakan oleh Budi Anna Keliat, 1996 bahwa di Heri Purwanto, 1994 yang mengatakan bahwa tugas samping tehnik dalam fase kerja ini adalah meningkatkan interaksi komunikasi, perawat juga harus bisa memiliki sikap sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan dan penampilan dalam komunikasi. satu perawat menguasai tentang Menurut hemat penulis, dilihat dari tugas sama lain untuk mengatasi kecemasan, menggunakan tehnik komunikasi terapeutik sebagai perawat dalam tahap perkenalan ini, perawat cara memerlukan dan hubungan kerja sama, serta meningkatkan faktor pengetahuan yang sangat baik tentang psikologi fungsional komunikasi terapeutik melalui pengkajian untuk dapat menggali pikiran dan perasaan serta dan evaluasi masalah yang ada untuk meningkatkan mengidentifikasi masalah pasien, sehingga perawat komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan bersama-sama pasien bisa menentukan tujuan dari pasien pada perawat. keterampilan berkomunikasi perawatan yang hendak dilakukan. Tahap interaksi pemecahan, Tahap dan dalam kerja mengembangkan berhubungan dengan adalah dasar bagi hubungan terapeutik perawat- pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang pasien selanjutnya. akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan Kegagalan pada tahap orientasi akan menimbulkan dicapai. Harapan klien pada tahap ini, perawat kegagalan pada keseluruhan interaksi (Surayani, memahami apa yang disampaikan oleh pasien, akan 2005: 60). tetapi c. dan menentukan tahap kerja terkadang tidak menyimpulkan permasalahan yang dihadapi dan diinginkan oleh Tahap Kerja Tahap perawat ini merupakan inti pasien, akibatnya dari dapat terjadi ketidaksamaan persepsi antara perawat dan pasien, sehingga keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, penyelesaian masalah tidak terarah dan tidak relevan G.W, 1998). Pada tahap ini perawat dan klien dengan hasil yang diharapkan dan masalah pasien berkerja sama untuk mengatasi masalah yang tidak terselesaikan. dihadapi klien. Perawat juga dituntut mempunyai d. Tahap terminasi kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam proses verbal maupun non Tugas perawat pada tahap ini antara lain: verbal klien (Suryani, 2005). Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang Dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah dilaksakan, melakukan evaluasi subjektif, bahwa masih terdapat 24,3% penerapan tahapan menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang kerja dalam komunikasi terapeutik yang belum 752 Aniharyati, Komunikasi Terapeutik Sebagai Sarana Efektif telah dilakukan, dan membuat kontrak waktu untuk menegaskan pertemuan berikutnya. terapeutik Dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang perawat proses komunikasi dan pasien penyembuhan akan fisik dan psikologis. Komunikasi terapeutik yang diterapkan Kegagalan pada tahap ini karena terminasi yang dengan baik dan benar akan menciptakan hubungan dilakukan dengan tiba-tiba dan sepihak tanpa yang harmonis antara perawat dan pasien, dan pasien penjelasan, situasi ini dapat menimbulkan perilaku merasa nyaman menjalani perawatan dan kooperatif negative dalam menerima pasien maksimal keefektifan dilakukan. pada belum antara mempercepat bahwa masih terdapat 33,3% penerapan tahapan terminasi bahwa karena danya perasaan setiap penolakan, kehilangan dan mengingkari manfaat Dengan interaksi yang telah dilakukan. Hal ini didukung oleh komunikasi terapeutik adalah sarana efektif bagi Stuart G.W. (1998) yang menyatakan bahwa proses terlaksananya tindakan keperawatan yang optimal. terminasi perawat-pasien merupakan aspek penting demikian, tindakan keperawatan. dapat Strategi Menanggapi Berkomunikasi dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal itu dinyatakan Respon bahwa Klien Dalam respon yang tidak dilaksanakan dengan baik oleh perawat, maka Dalam regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada pasien. disampaikan klien, perawat dapat menggunakan Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai kemampuan perawat untuk terbuka, empati, dan berikut: responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan a. Diam tahap sebelumnya. itu, sebenarnya tenang, tidak melakukan b. Mendengar, yaitu proses aktif penerimaaan penelitian dari Media Purnama menyimpulkan masalah artinya pembicaraan selama beberapa detik atau menit. Secara umum, komunikasi terapeutik pada bagaimanapun menanggapi informasi dan penelaahan semua reaksi seseorang terhadap pasien yang diterima. masalah yang dihadapi manusia bisa ditanggulangi dengan berkomunikasi yang baik (Media Litbangkes, c. Menghadirkan topik pembicaraan yang umum, 2002). Menurut Stuart and Sundeen (1999) yang dengan cara menggunakan pertanyaan atau mengatakan hubungan yang terjalin antara perawat pernyataan dan klien merupakan hubungan yang harmonis berbicara atau memilih topik pembicaraan. yang mendorong klien untuk d. Menspesifikkan dengan cara membuat pertanyaan sangat diperlukan dalam upaya pemecahan masalah yang lebih spesifik dan tentatif. yang dihadapi pasien itu sendiri, dan apabila hubungan tersebut ingin terjalin dan tercapai dengan e. Menggunakan pertanyaan terbuka. Menanyakan maksimal dibutuhkan suatu teknik komunikasi yang sesuatu yang bersifat luas, yang memberikan baik yang dapat dilakukan antara perawat dan klien, klien tehnik (mengungkapkan, klarifikasi, menggambarkan, komunikasi tersebut disebut dengan kesempatan untuk mengesplorasi, membandingkan, atau mengilustrasikan). komunikasi terapeutik. Anas Tamsuri (2003) juga 753 JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011 f. Sentuhan. Melakukan kontak fisik untuk ini sering digunakan pada pendahuluan untuk meningkatkan kepedulian. menemukan rencana perawatan berikutnya. g. Mengecek persepsi atau memvalidasi. Metode n. Menyatakan realita. Membantu klien yang sama dengan klarifikasi, tetapi pengecekan membedakan antara yang nyata dan yang tidak dilakukan nyata. terhadap kata-kata khusus yang disampaikan klien. h. Menawarkan o. Pengakuan. Memberi komentar dengan teknik diri. Menawarkan kehadiran, menghakimi perhatian, dan pemahaman tentang sesuatu. terhadap perubahan perilaku seseorang atau usaha yang telah dilakukan. i. Memberi informasi. Memberi informasi secara p. Klarifikasi waktu. Membantu klien faktual secara spesifik tentang klien walaupun mengklarifikasi waktu atau kejadian, situasi, tidak kejadian dan hubungan antara peristiwa dan diminta. Apabila tidak mengetahui informasi yang dimaksud, perawat menanyakan waktu. ketidaktahuannya dan menanyakan pada orang yang dapat dihubungi untuk q. Memfokuskan. Membantu klien mengembangkan mendapatkan topik yang penting. Penting bagi perawat atau informasi. menunggu klien beberapa saat tentang tema apa j. Menyatakan kembali dan menyimpulkan. Secara aktif mendengarkan pesan utama yang mereka sampaikan (perhatikan) sebelum yang memfokuskan pembicaraan. disampaikan klien dan kemudian menyampaikan kembali pikiran dan perasaan itu Sikap Perawat dalam Komunikasi dengan Perawat hadir secara utuh (fisik dan menggunakan kata-kata serupa. psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien. k. Mengklarifikasi. Metode membuat inti seluruh Perawat tidak cukup untuk mengetahui teknik pesan dari pernyataan klien lebih dimengerti. komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap Klarifikasi dapat dilakukan bila perawat tidak dapat menyatakan melakukan kembali. klarifikasi Perawat dengan atau penampilan dalam berkomunikasi. dapat Egan (1975) dikutip oleh Suryani (2005) menyatakan mengidentifikasikan kembali pesan dasar/meminta klien mengulang dan menyatakan kembali pesan Mengembalikan ide, sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik, yaitu: yang a. Berhadapan, arti dari posisi ini adalah “saya siap disampaikan. l. Refleksi. lima untuk anda“. perasaan, b. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada pertanyaan kepada klien untuk memungkinkan level yang sama berarti menghargai klien dan eksplorasi ide dan perasaan mereka terhadap menyatakan situasi. berkomunikasi. m. Menyimpulkan dan merencanakan. Menyatakan poin utama dalam diskusi untuk mengklarifiksi hal-hal relevan yang perlu didiskusikan. Tehnik 754 keinginan untuk tetap Aniharyati, Komunikasi Terapeutik Sebagai Sarana Efektif c. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini Salah satu upaya untuk meningkatkan menunjukan keinginan untuk mengatakan atau kualitas keperawatan yang memenuhi standar praktek mendengar sesuatu. keperawatan yang dilakukan adalah meningkatkan d. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kemampuan diri perawat dalam kaki tangan menunjukan keterbukaan. e. Tetap rileks, tetap dapat melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik dan benar karena mengontrol komunikasi terapeutik adalah sarana yang sangat keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi efektif dalam memudahkan perawat dalam dalam memberikan respon pada klien. melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, sehingga terlaksananya tindakan keperawatan yang Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik optimal. Dalam teknik berkomunikasi teraputik harus selalu berpanduan pada 3 aspek berkomunikasi DAFTAR PUSTAKA terapeutik yaitu, tahapan berkomunikasi terapeutik, AASP, Chandradewi, Siti Wathaniah. Panduan Penelitian. Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram, 2010. strategi menanggapi respon klien, dan sikap perawat dalam berkomunikasi. Arikunto, S. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bina Aksara, 1986. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sebagai Brammer. The Helping Relationsip: Proces and Skill, Edisi ke-6 USA, Allyn & Bacon, 1993. berikut: komunikasi terapeutik yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menyebabkan pasien Budi Ana Keliat. Hubungan Teraupetik Perawat Klien Seri Keperawatan, Jakarta: EGC, 1992. dalam menerima setiap tindakan yang diberikan menjadi kurang kooperatif, merasa tidak puas bahkan pulang paksa. Departemen Kesehatan RI. Hubungan Antara Perawat Dengan Pasien. Departemen Kesehatan RI, 1992. Komunikasi Terapeutik terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap persiapan, tahap perkenalan, tahap Kariyoso. Pengantar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta: EGC, 1994. kerja, dan tahap terminal/terminasi. Tiap tahapnya membutuhkan keterampilan, kesungguhan, keikhlasan dari perawat. Kehadiran dan Purwanto, H. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC, 1994. diri perawat secara utuh baik fisik maupun psikis, empati dan Suryani. Komunikasi Terapeutik, Teori dan Praktek, edisi 1. Jakarta: ECG, 2005. responsif perawat terhadap pasien sangat membantu penerapan komunikasi terapeutik yang baik dan benar. Teknik berkomunikasi teraputik harus selalu Stuart, G.W. Therapeutic Nurse- Patient, 1998. berpanduan pada 3 aspek berkomunikasi terapeutik yaitu, tahapan berkomunikasi terapeutik, perawat dalam berkomunikasi, dan Siswa sikap strategi menanggapi respon klien. 755