ABSTRAK PENGARUHPERUBAHAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM DENGAN PERSISTENSI LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Muhammad Yunus (0741031064) 085769812153/ [email protected] Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Retno Yuni N.S., S.E., M.Sc., Akt. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menemukan bukti empiris atas adanya pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham secara tidak langsung dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Sampel yang digunakan adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama empat tahun berturut-turut, yaitu tahun 2007-2010. Sampel total berjumlah 40 perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda yang diperluas dengan analisis jalur. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara tidak langsung melalui persistensi laba sebagai variabel intervening. Hal ini berarti bahwa hubungan antara arus kas operasi terhadap harga saham merupakan pengaruh yang tidak langsung, melalui persistensi laba sebagai variabel intervening. Kata Kunci: Harga saham, arus kas operasi, dan persistensi laba. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat beberapa keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi menajemen, pemberian dividen kepada pemegang saham, dan lain sebagainya. Laporan keungan ini terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, serta laporan arus kas. Komponen dari laporan keuangan yang sering menjadi perhatian utama para investor dan kreditor adalah laporan laba dan arus kas (Ashifa, 2008). Laporan arus kas adalah laporan yang memuat sumber dan pengeluaran kas selama satu periode akuntansi. Menurut Lee (1981) dalam Harahap (2007: 253) informasi yang disajikan dalam laporan arus kas sangat bermanfaat untuk menilai atau menganalisis keputusan tentang investasi saham maupun untuk tujuan peramalan arus kas lainnya. Komponen arus kas yang digunakan dalam penelitian ini adalah arus kas operasi, dengan alasan karena arus kas operasi mampu menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas yang cukup di masa mendatang untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasional perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru. Selain laporan arus kas komponen laporan keuangan yang sering menjadi fokus perhatian para investor adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, dan rugi–laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2007: 26). Menurut Harahap (2007: 296) angka-angka dalam laporan laba rugi menjadi sangat penting untuk diketahui karena laporan laba rugi dapat digunakan sebagai dasar untuk peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang. Pengujian kandungan informasi earnings dimulai dari penelitian Ball dan Brown (1969) dalam Meythi (2005) yang menemukan bukti adanya hubungan yang signifikan antara unexpected earnings dengan abnormal return saham. Penelitian ini kemudian menjadi acuan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjud hubungan antara earnings dengan return saham. Komerdi dan Lipe (1987) dalam Meythi (2005) menyatakan bahwa laba memiliki hubungan yang positif dengan persistensi laba dan tidak menunjukkan sensivitas yang berlebihan, sehingga besarnya reaksi return saham dengan earnings harus dihubungkan dengan perubahan inovasi earnings pada ekspektasi manfaat di masa mendatang yang akan didapat oleh pemegang saham, dengan kata lain besarnya hubungan antara return saaham dengan earnings tergantung dengan persistensi laba. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perubahan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Harga Saham dengan Persistensi Laba sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia.” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan tidak langsung antara arus kas operasi terhadap harga saham melalui persistensi laba. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Menyediakan bukti empiris hubungan arus kas operasi terhadap persistensi laba dan arus kas operasi terhadap harga saham. b. Menyediakan bukti empiris pengaruh tidak langsung arus kas operasi terhadap harga saham melalui persistensi laba. c. 1.4. Batasan Masalah Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka penelitian ini memberikan batasan masalah sebagai berikut: a. Arus kas yang dipakai adalah arus kas operasi. b. Laba yang digunakan untuk mengukur persistensi laba adalah laba kotor. c. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang masuk dalsam kelompok food and beverages yang listing di Bursa Efek Indonesia. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh perubahan arus kas terhadap perubahan harga saham melalui persistensi laba. 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para investor dan manajer perusahaan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 (IAI: 2009), dalam rerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf tuju dijelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keungan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. 2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan PSAK No. 1 (IAI: 2009), dalam rerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Hanafi dan Halim (2005: 31) dalam Wahyudi (2006: 11), tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang rasional. 2.2. Laporan Arus Kas 2.2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan ikhtisar terinci mengenai semua arus kas masuk dan arus kas keluar, atau sumber dan penggunaan kas selama suatu periode. Tujuan laporan arus kas menurut PSAK No. 2 (IAI, 2009), laporan arus kas memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan yang mengklasifikasi arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi. 2.2.2. Komponen Laporan Arus Kas Menurut PSAK No. 2 (IAI: 2009) menyatakan bahwa komponenkomponen laporan arus kas meliputi: 1. Arus kas dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan operasi perusahaan untuk dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber keuangan dari luar. Arus kas operasi pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. 2. Arus kas dari aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber-sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. 3. Arus kas dari aktivitas pendanaan Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah arus kas yang berasal dari aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. 2.2.3. Metode Pelaporan Arus Kas Dalam PSAK No. 2 (IAI: 2009) menyatakan bahwa perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi yang menggunakan salah satu metode sebagai berikut: 1. Metode Langsung Metode langsung adalah metode dengan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang diungkapkan. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. 2. Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung, laba rugi bersih di sesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (defferal) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. 2.3. Laba (earnings) 2.3.1. Pengertian Laba Baridwan (2004) mendefinisi laba sebagai kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. 2.3.2. Tujuan Peaporan Laba Tujuan pelaporan laba akuntansi adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tujuan khususnya adalah untuk mengukur efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari perusahaan/pembagian dividen masa depan, dan pengukuran keberhasilan sebagai pedoman keputusan manajerial masa depan (Hendriksen, 1991 dalam Meythi, 2006). 2.3.3. Persistensi Laba Definisi persistensi laba menurut Penman (1992) dalam Wijayanti (2006), adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan (current earnings). Lipe (1990) dan Sloan (1996) dalam Wineh (2008), menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba akuntansi periode sekarang dengan periode yang akan datang sebagai proksi persistensi laba akuntansi. Selain itu persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang terkandung dalam laba saat ini (Penman, 2001 dalam Diana dan Kusuma, 2004). Beberapa analisis keuangan lebih suka meningkatkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas lebih persisten dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka semakin tinggi pula kualitas laba tersebut. Laba yang berkualitas dapat diartikan sebagai laba yang persisten, semakin persisten atau permanen laba yang diperoleh suatu perusahaan dari waktu ke waktu akan mencerminkan suatu kualitas laba yang baik dan naik (turun) laba bukan dikarenakan suatu peristiwa tertentu (Febrianto, 2006). 2.4. Saham 2.4.1. Pengertian Saham Saham merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa saham merupakan suatu sekuritas atau sertifikat yang mempunyai kekuatan hukum bagi pemegangnya sebagai suatu tanda kepemilikan dan keikutsertaan modal di dalam suatu perusahaan, di mana saham tersebut dapat diperjualbelikan dan nantinya diharapkan akan dapat memberikan suatu penghasilan berupa dividen. 2.4.2. Harga Saham Harga saham dapat dikatakan sebagai indikator nilai perusahaan yang dalam pandangan investor akan mencerminkan tingkat keberhasilan dari pengelolaan perusahaan. Saham sebagai salah satu jenis aset tidak terlepas dari ukuran nilai sebagai upaya untuk menaksir seberapa tinggi saham di hargai. Nilai buku (book value) merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini di tentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2007). 2.4.3. Return Saham Dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, seorang investor selalu mengharapkan adanya return atau keuntungan. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan pada perusahaan. Return bisa berupa return realisasi maupun return ekspektasi. 1. Return Realisasi (Actual Return) Return Realisasi (Actual Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi adalah return yang terjadi pada waktu t1 yang merupakan selisih antara harga sekarang relatif dengan harga sebelumnya. Return realisasi di hitung berdasarkan data historis. Return realisasi menjadi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari sebuah perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan untuk mengukur risiko di masa mendatang (Jogiyanto, 2007). 2. Return Ekspektasi (Expected Return) Return Ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang (Jogiyanto, 2007). Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya telah terjadi, return ekspektasi bersifat belum terjadi sehingga harus diestimasi terlebih dahulu. Return realisasi return ekspktasi merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. 2.5. Pengembangan Hipotesis 2.5.1. Arus Kas Operasi dan Harga Saham Board dan Day (1989) dalam Meythi (2006) menguji apakah data arus kas mempunyai kandungan informasi dalam hubungannya dengan harga saham. Hasil penelitian mereka menunjukkan tidak berhasil menolak hipotesis nol, yang berarti bahwa data arus kas tidak mempunyai kandungan informasi dalam hubungannya dengan harga saham. Clubb (1995) seperti yang dikutip dalam Asyik (1999) menyatakan bahwa arus kas operasi tidak mempunyai kandungan informasi dalam hubungannnya dengan harga saham. Di Indonesia penelitian mengenai kandungan informasi laporan arus kas mulai banyak dilakukan, seperti Baridwan (1997), Hastuti dan Sudibyo (1998), Triyono (1998), Suadi (1998), Triyono dan Hartono (2000). Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa informasi laporan arus kas memberikan nilai tambah bagi pemakai laporan keuangan. Menurut Triyono (1999) arus kas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Harga mengandung informasi tentang perubahan laba masa depan. Diana dan Kusuma (2004) menguji pengaruh faktor kontekstual terhadap kegunaan earnings dan arus kas operasi dalam menjelaskan return saham menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara return saham dengan arus kas operasi. Gantyowati (2001) dan Kusuma (2003) meneliti tentang hubungan antara operating cash flows dan accrual dengan return saham menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara arus kas operasi dengan abnormal return. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang tidak konsisten namun dapat diketahui adanya kandungan informasi yang diberikan arus kas operasi . Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Arus kas operasi mempengaruhi harga saham secara langsung. 2.5.2. Arus Kas Operasi terhdap Harga Saham melalui Peristensi Laba Pengujian hubungan earnings dengan harga atau return saham diawali oleh penelitian seminal Ball dan Brown (1968) dalam Meythi (2006), menguji kandungan informasi earnings yang berguna untuk memprediksi return. Model yang digunakan adalah regression model dan naive model. Secara umum dapat disimpulkan bahwa peningkatan atau penurunan earnings tahunan suatu perusahaan diikuti dengan kenaikan atau penurunan harga sahamnya. Triyono dan Hartono (2000) dalam Wineh (2008) menguji kandungan laba dan informasi arus kas yang dikelompokkan dalam arus kas dari aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan model level, total arus kas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham, tetapi pemisahan arus ke dalam komponen arus kas operasi, arus kas pendanaan, dan arus kas investasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan harga saham. Persistensi merupakan cermin kualitas earnings yang diperoleh perusahaan, sehingga persistensi laba memiliki muatan informasi yang digunakan untuk menentukan harga saham. Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H2: Arus kas operasi mempengaruhi harga saham secara tidak langsung dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pusposive judgement sampling. Metode ini adalah metode tipe pemilihan sampel secara tidak acak (non probabilitas) yang informasinya diperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI selama periode pengamatan, yaitu mulai tahun 2007-2010. 2. Perusahaan food and beverages yang memiliki periode akuntansi yang berakhir pada 31 Desember dengan alasan laporan tersebut telah diaudit sehingga informasi yang di sajikan lebih terpercaya. 3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dengan satuan rupiah atau tidak dalam mata uang asing. 4. Perusahaan food and beverages tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan dengan alasan agar laba perusahaan sampel lebih persisten. 5. Perusahaan food and beverages tidak delisting dari tahun 2007-2010. 6. Perusahaan food and beverages tersebut mempunyai data harga saham harian di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan secara konsisten dari tahun 2007-2010. 3.2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), www.duniainvestasi.com, www.yahoofinance.com, dan www.idx.co.id. Jenis data yang digunakan yaitu merupakan jenis data kuantitatif yaitu data yang bewujud angka-angka yang kemudian diolah dan diinterprestasikan untuk memperoleh makna dari data tersebut. Dengan demikian data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas: a. Nama-nama perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 20072010. b. Laporan keuangan tahunan (annual report) untuk tahun buku 2007-2010. c. Tanggal pengumuman laporan keuangan oleh Bapepam. d. Data harga saham harian (clossing price) tahun 2007-2010. 3.3. Identifikasi Variabel Penelitian Operasional variabel dalam penelitian ialah variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Variabel tersebut antara lain: a. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah variabel yang dikenai pengaruh (diterangkan) oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan harga saham yang di proksikan oleh Return saham. b. Variabel Independen (X) Variabel independen adalah suatu variabel yang fungsinya menerangkan (mempengaruhi) terhadap variabel lain. Variabel independen atau variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah komponen arus kas. Komponen arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi dengaan metode langsung dari laporan arus kas. c. Variabel Intervening Variabel intervening adalah variabel yang menghubungkan antara veriabel dependen dengan variabel independen. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah persistensi laba yang diproksikan oleh koefisien regresi dari hasil regresi antara laba kotor periode sekarang dengan periode sebelumnya. 3.4. Definisi Operasional variabel 3.4.1. Return Saham Return saham dalam penelitian ini menggunakan return realisasi (actual return). Return realisai adalah selilih antara harga saham penutup hari ini dengan harga saham penutup hari sebelumnya dibagi dengan harga saham penutup hari sebelumnya (Jogiyanto, 2007). Sehingga return realisali dapat dinyatakan dengan: = Return sekuritas pada hari t = Harga saham pada hari ke t = Harga saham pada hari ke t-1 Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutup (closing price) pada saat pengumuman laporan keuangan. 3.4.2. Perubahan Arus Kas Komponen arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi dengan metode langsung dari laporan arus kas. Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan pada akhir tahun. Perubahan arus kas operasi dapat dinyatakan dengan: = Perubahan arus kas operasi pada tahun t = Arus kas operasi pada tahun t = Arus kas operasi pada tahun t-1 3.4.3. Persistensi Laba Persistensi laba adalah properti laba yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang dipeoleh saat ini sampai masa mendatang. Lipe (1990) dan Sloan (1996) dalam Meythi (2005) menggunakan koefisien regresi dari hasil regresi antara laba periode sekarang dengan periode sebelumnya sebagai proksi persistensi laba. Angka laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah angka laba kotor. Earningst+1= α + β Earningst +εt+1 Catatan: β= koefisien regresi sebagai proksi dari pesistensi laba 3.5. Teknik Analisa Data 2.5.1. Model dan Persamaan Penelitian Penelitian ini menguji hipotesis dengan metode analisis regresi linear berganda (multiple regression) yang diperluas dengan metode analisis jalur (path analysis) untuk pengujian pengaruh variabel intervening. Fungsi analisis jalur yang digunakan adalah untuk menentukan kekuatan pengaruh dari masing-masing variabel untuk melihat adanya pengaruh tidak langsung dari masing-masing variabel yang terdapat di dalam model penelitian. Koefisien jalur adalah standardized koefisien regresi. Koefisien jalur dihitung dengan membuat tiga persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Tiga persamaan tersebut adalah: 1. PL = b1AKOt + e1................(1) 2. RETURN = b2AKOt + e2................(2) 3. RETURN = b3AKOt + PLt + e3........(3) PL = koefisien regresi sebagai proksi pesistensi laba pada periode t AKOt = arus kas opeasi pada peiode t RETURN = return saham selama periode jendela e1 = residual atas persistensi laba e2 = residual atas harga saham e3 = residual atas harga saham (uji bersama) 2.5.2. Menggunakan Metode Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai kakteristik variabel penelitian yang diamati yaitu, return saham, arus kas opeasi, dan pesistensi laba. 2.5.3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirrnov Test, dengam membandingkan Asymptotic Significance dengan alpha 0,05. Dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic Significance-nya >0,05 (Ghozali, 2005). b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model egrasi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara vaiabel bebas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tolerance and Varians Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance >0,10 dan nilai VIF <10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005). c. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada koelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokoelasi. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksiran hasil tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja tidak efisien. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Model regregi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005). d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitass bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika nilai varians dari residual suatu pengamatan ke pangamatan yang lain tetep, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regesi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual plot residual versus nilai prediksinya menyebar. Jika dalam grafik yang mempunyai sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah diprediksi membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). 2.5.4. Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipotesis, dasar yang melandasi adalah nilai probabilitas dengan acuan sebagai berikut: H0 : tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha : terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan untuk pengaruh langsung didasarkan pada: P (Probabilitas)< (taraf signifikansi/α) 0.05 maka Ho ditolak, Ha diterima. P (Probabilitas) > (taraf signifikansi/ α) 0.05 maka Ho diterima, Ha ditolak Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel yang memediasi (intervening) hubungan antara variabel independen dan dependen (Ghozali, 2005). Pengambilan keputusan berdasarkan: Jika nilai probabilitas variabel independen ke variabel intervening signifikan (P (Probabilitas)< (taraf signifikansi/ α) 0.05)) dan nilai probabilitas variabel intervening ke variabel dependen signifikan(P (Probabilitas)< (taraf signifikansi/ α) 0.05 )), maka hubungan yang sebenarnya adalah hubungan tidak langsung. Besarnya pengaruh tidak langsung dapat ditentukan dengan cara mengalikan masing-masing koefisien pengaruh langsung dari persamaan penelitian (Ghozali, 2005). BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Hasil perhitungan statistik deskriptif variabel-variabel tersebut disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2. Statistik Deskriptif dari Sampel Penelitian Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation AKO 40 -24.700 15.820 -.69493 5.454291 PL 40 -182.723 982.922 110.91745 217.590330 RETURN 40 -.260 .589 .08605 .156788 Valid N (listwise) 40 Sumber: Data olahan Dari Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 data, mencakup jumlah perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI untuk empat tahun penelitian yaitu 2007-2010. Perubahan harga saham yang diproksikan dengan return saham (Return) memiliki nilai minimum sebesar -0.260 yaitu pada PT Siantar TOP Tbk pada tahun 2007 dan memiliki nilai maksimun sebesar 0.589 pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2010. Deviasi standar sebesar 0.156788 dan rata-rata perubahan harga saham sebesar 0.08605, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perubahan harga saham pada saat pengumuman laporan keuangan. Perubahan arus kas operasi memiliki nilai minimum sebesar -24.70 yaitu pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2007. Nilai maksimum arus kas operasi sebesar 15.82 yaitu pada PT Ultra Jaya Milk Ind&TC Tbk pada tahun. Nilai rata-rata nilai arus kas operasi (AKO) sebesar -0.694 dengan deviasi standar sebesar 5.454. Persistensi laba memiliki nilai minimum sebesar -182.72 yaitu pada PT Tunas Baru Lampung Tbk pada tahun 2009. Sedangkan nilai maksimun sebesar 982.92 yaitu pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2010. Ratarata nilai persistensi laba (PL) sebesar 110.91745 dengan deviasi standar sebesar 217.5903. 4.2. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dicermati pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Uji Normalitas Distribusi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test AKO N Normal Parameters a RETURN 40 40 40 -.69493 110.91745 .08605 5.454291 217.590330 .156788 Absolute .277 .320 .265 Positive .238 .320 .265 Negative -.277 -.244 -.245 1.751 2.027 1.673 .004 .001 .007 Mean Std. Deviation Most Extreme Differences PL Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa besarnya nilai asimptotic significance dari ketiga variabel menunjukkan nilai dibawah 0.05. Hal ini berarti H0 ditolak atau data penelitian berdistribusi tidak normal. Selanjutnya data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi dengan bantuan program SPSS agar menjadi normal. Hasil uji normalitas setelah transformasi data tampak pada Tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4. Uji Normalitas Distribusi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SQRT_AKO N Normal Parametersa Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive SQRT_PL SQRT_RETURN 40 39 40 1.22615 276.42772 .24805 1.048411 221.024952 .199828 .184 .187 .206 .184 .187 .206 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) -.148 -.113 -.128 1.163 1.170 1.301 .134 .130 .068 a. Test distribution is Normal. Dari perhitungan Kolmogorov Sminov Test di atas, diperoleh nilai asimptotic significance dari ketiga variabel yaitu 0.068 untuk return saham, 0.130 untuk persistensi laba (PL) dan 0.134 untuk arus kas operasi (AKO). Sesuai dengan kaidah pengujian, karena besarnya asymptotic significance dari masing-masing variabel > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Oleh karena itu, bisa dilakukan regresi dengan model linear berganda. 2. Uji Multikolinearitas Hasil uji mutikolinearitas diperoleh nilai VIF seperti pada Tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5. Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Nilai VIF Pers (1) Arus Kas Operasi Pers (2) 1.000 1.000 Keterangan Pers (3) 1.012 (AKO) Tidak ada indikasi multikolinieritas antar variabel penjelas Persistensi Laba 1.012 (PL) Tidak ada indikasi multikolinieritas antar variabel penjelas Sumber: Data olahan Dari Tebel tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada persamaan (1), persamaan (2), dan persamaan (3) dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson Test yang bisa dilihat pada Tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6. Hasil Pengujian Autokorelasi No 1 Pers (1) dl du 4-dl 4-du dw Interprestasi 1.434 1.539 2.566 2.461 1.483 Tidak ada simpulan Terima H0 2 Pers (2) 1.434 1.539 2.566 2.461 1.910 Tidak ada simpulan 3 Pers (3) 1.382 1.596 2.618 2.404 2.538 Sumber: Data olahan Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa pada persamaan satu tidak ada autokorelasi yang ditunjukkan dengan dl<dw<du ( 1.434<1.633<1.539). Sedangkan pada persamaan dua menunjukkan hasil tidak ada autokorelasi yang ditunjukkan dengan du<dw<2 (1.539<1.910<2), dan pada persamaan tiga menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada autokorelasi yang ditunjukkan 4-du<dw<4-dl (2.404<2.538<2.618). 4. Uji Heteroskedastisitas Dari gambar scatterplot yang terdapat pada lampiran 8 terlihat bahwa titiktitik menyebar di atas maupun di bawah sumbu 0 pada sumbu Y, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari ketiga persamaan tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.3. Pengujian Path Analisys (analisis jalur) 1. Pengaruh Langsung Arus Kas Opersi terhadap Persistensi Laba Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Persamaan I Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Correlations Std. Model 1 (Constant) SQRT_AKO B Error 10.780 .325 .121 .483 ZeroBeta t .339 Sig. 35.439 .000 2.656 .011 order .339 Partial .339 Part .339 a. Dependent Variable: SQRT_PL Koefisien beta pada variabel arus kas operasi (AKO) sebesar 0.339. Hal ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan arus kas operasi (AKO) akan meningkatkan persistensi laba. Tingkat keberartian variabel arus kas operasi (AKO) terhadap persistensi laba secara statistik diuji dengan menggunkan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t, variabel arus kas operasi (AKO) secara statistik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persistensi laba. Hal ini terbukti dari nilai probabilitas sebesar 0.011, nilai ini lebih kecil dari α = 0.05. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wineh (2008) yang menyatakan bahwa arus kas operasi (AKO) berpengaruh terhadap persistensi laba, yang mengisyaratkan semakin tinggi komponen arus kas operasi akan meningkatkan persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga arus kas operasi sering digunakan sebagai cek atas kualitas laba dengan pandangan bahwa semakintinggi rasio arus kas operasi terhadap laba maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut. 2.Pengaruh Langsung Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Persamaan II Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Correlations Zero- Model 1 (Constant) SQRT_AKO B Std. Error .304 .048 -.046 .030 Beta t -.239 Sig. -9.229 .000 -1.517 0.137 order -.239 Partial -.239 Part -.239 a. Dependent Variable: SQRT_Return Koefisien beta pada varaiabel arus kas operasi (AKO) sebesar -0.239 yang menunjukkan bahwa dengan peningkatan arus kas operasi akan menurunkan return atau harga saham. Tingkat keberartian variabel arus kas operasi terhadap variabel harga saham secara statistik diuji dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t veriabel arus kas operasi memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel harga saham. Hal ini terbukti dari nilai probabilitas sebesar 0.137, nilai ini lebih besar dari α = 0.05. Dengan demikian keputusan yang dapat diambil adalah menolak H1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meythi (2006), dan Wineh (2008), yang menyatakan bahwa arus kas operasi tidak mempengaruhi harga saham. Informasi arus kas operasi memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Koefisien negatif menunjukkan bahwa kenaikan arus kas operasi tidak diikuti oleh kenaikan return saham. Pengungkapan informasi arus kas operasi tidak memberikan tambahan informasi bagi pemakai laporan keuangan. Informasi ini tidak ditanggapi oleh investor dalam melakukan analisis fundamental, kemungkinan disebabkan informasi arus kas operasi kurang tepat untuk dijadikan sebagai alat untuk memprediksi kinerja perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. 3. Pengaruh Langsung Persistensi Laba terhap Harga Saham Tabel 4.10. Hasil Uji Regresi Persamaan III Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Correlations Zero- Model B 1 (Constant) SQTR_AKO SQRT_PL Std. Error .093 .044 -.022 .020 .001 .000 Beta t Sig. order Partial Part 2.091 .044 -.122 -1.094 .281 -.200 -.179 -.122 .722 6.452 .000 .735 .732 .718 a. Dependent Variable: SQRT_Return Koefisien beta pada variabel persistensi laba (PL) sebesar 0.722 menunjukkan bahwa dengan peningkatan persistensi laba (PL) akan dapat menaikkan harga saham. Tingkat keberertian variabel persistensi laba terhadap variabel harga saham secara statistik diuji dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t variabel persistensi laba (PL) secara statistik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini terbukti dari nilai probabilitas sebesar 0.000, nilai ini lebih kecil dari α = 0.05. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh wineh (2008), Komerdi dan Lipe (1987) yang menyatakan bahwa besarnya hubungan antara return saham dan earnings tergantung pada persistensi laba. Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba dari waktu ke waktu menarik para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, sehingga permintaan saham perusahaan akan meningkat, sesuai hukum ekonomi hal ini akan meningkatkan harga saham. 4. Pengaruh tidak Langsung Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham melalui Persistensi Laba Hasil penelitian yang menguraikan pengaruh tidak langsung antara variabel arus kas operasi dengan variabel harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening adalah sebagai berikut: PTL = P41 = P11 . P31 = (0.339) . (0.722) = 0.245 Keterangan: PTL P41 P11 P31 = Pengaruh tidak Langsung. = Pengaruh tidak Langsung untuk Variabel Arus Kas Operasi (AKO) terhadap Harga Saham (return) melalui Persistensi Laba (PL). = Pengaruh Langsung untuk Variabel Arus Kas Operasi terhadap Persistensi Laba (PL). = Pengaruh Langsung untuk Variabel Persistensi Laba (PL) terhadap Harga Saham (return). Untuk pengaruh tidak langsung pada variabel arus kas operasi (AKO) terhadap harga saham (return) melalui variabel persistensi laba (PL) sebagai variabel intervening mempunyai nilai pengaruh sebesar 0.245. Hasil perkalian tersebut menunjukkan nilai pengaruh tidak langung yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien pengaruh langsung antara variabel arus kas operasi dengan harga saham, yaitu 0.245>-0.239. Hal ini mempunyai arti hubungan yang terjadi antara variabel arus kas operasi dengan harga saham adalah pengaruh tidak langsung melalui persistensi laba sebagai variabel intervening. Dengan demikian keputusan yang diambil adalah menerima H2. Hal ini ditunjukkan dengan nilai nilai signifikansi pengaruh arus kas opersi (AKO) terhadap persisrensi laba (PL) sebesar 0.011 (0.011<0.05) dan signifikansi pengaruh persistensi laba (PL) terhadap harga saham sebesar 0.000 (0.000<0.05). BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpilan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan pada 40 perusahaan manufaktur sub sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan 2007-2010. Hasil pengujian untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari masing-masing variabel dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.339 dengan signifikansi sebesar 0.011. Semakin tinggi komponen arus kas operasi akan meningkatkan persistensi laba yang dimiliki perusahaan. Arus kas operasi sering digunakan sebagai cek atas kualitas earnings dengan pandangan bahwa semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap earnings maka akan tinggi pula kualitas earnings tersebut. 2. Arus kas operasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar -0.239 dengan nilai signifikansi sebesar 0.137, sehingga H1 yang menyatakan arus kas operasi berpengaruh terhadap harga saham tidak terdukung. 3. Persistensi laba berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.722 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Persistensi laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan respon laba. Koefisien respon laba mempengaruhi kekuatan respon harga. Koefisien respon laba berkorelasi positif dengan persistensi laba dan tidak menunjukkan sensitivitas yang berlebihan, sehingga besarnya reaksi return saham perusahaan pada earnings harus dihubungkan dengan pengaruh inovasi earnings pada ekspektasi manfaat masa yang akan datang yang didapat pemegang saham. 4. Arus kas operasi berpengaruh tidak langsung terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Hal ini dibuktikan dengan nilai pengaruh tidak langsung yang lebih besar dari nilai pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham secara langsung ,yaitu 0.245>0.239, sehingga H2 yang menyatakan arus kas operasi berpengaruh terhadap harga saham melalu persistensi laba terdukung. Persistensi laba memiliki muatan informasi yang digunakan untuk menentukan harga saham. Persistensi merupakan cermin kualitas earnings yang diperoleh perusahaan kerena perusahaan dapat mempertahankan perolehan earnings tersebut dari waktu ke waktu dan bukan hanya kerena suatu peristiwa tertentu. 5.2. Saran Saran yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Peneliti di masa mendatang hendaknya menggunakan sampel perusahaan manufaktur sub sektor yang berbeda, sehingga penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang dapat digeneralisasikan keseluruh perusahaan manufaktur. 2. Jangka waktu riset dapat diperpanjang dan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan beragam. Perpanjangan periode penelitian dan penambahan jumlah sampel mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik dalam mengestimasi harga saham. 3. Variabel arus kas opersi dalam penelitian selanjudnya dapat menggunakan aliran kas bebas. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki. 2004. Akuntansi Intermediate. Yogyakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UGM. Dahler, Yolanda dan Rahmat Febrianto.2006. Kemampuan Prediktif Earning dan Arus Kas dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Simposium NasionalAkuntansi 9. Padang. Dewi, Nur Ashifa. 2008. Pengaruh Informasi Komponen Laporan Keuangan Arus Kas dan Laba Kotor terhadap Expected Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Surabaya: STIE PERBANAS. Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh faktor Kontekstual Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No.1, Januari: 74-93. Febrianto, Rahmat dan Erna Widiastuti. 2006. Tiga Angka Laba Akuntansi: mana yang Lebih Bermakna Bagi Investor. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 2, Mei:200-215. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Syafri, Sofyan. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga, Jakarta: Rajawali Pers. Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Jogiyanto.2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada. Kusuma, Poppy Dian Indira. 2003. Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi. Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, 305-364. Surabaya. Meythi.2005. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Setiawan, Wahyudi. 2006. Pengaruh Informasi laba, Arus Kas, dan Komponen Arus Kas Terhadap Harga Saham. Skripsi Program Studi Akuntansi, Universitas Brawijaya, Malang. Triyono dan Jogiyanto Hartono. 2000. Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga Saham atau Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3, No. 1, Januari:54-68. Wijayanti, Handayani Tri. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Wineh. 2008. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham dengan Persistensi Laba sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. -------,2007. Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.