ABSTRAK PENGARUHPERUBAHAN ARUS KAS OPERASI

advertisement
ABSTRAK
PENGARUHPERUBAHAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP
PERUBAHAN HARGA SAHAM DENGAN PERSISTENSI LABA
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Muhammad Yunus (0741031064)
085769812153/ [email protected]
Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II : Retno Yuni N.S., S.E., M.Sc., Akt.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menemukan bukti empiris
atas adanya pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham secara tidak langsung
dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Sampel yang digunakan
adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama empat tahun berturut-turut, yaitu tahun 2007-2010. Sampel total
berjumlah 40 perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linear berganda yang diperluas dengan analisis jalur. Hasil
penelitian berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa arus kas operasi
berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara tidak langsung melalui
persistensi laba sebagai variabel intervening. Hal ini berarti bahwa hubungan
antara arus kas operasi terhadap harga saham merupakan pengaruh yang tidak
langsung, melalui persistensi laba sebagai variabel intervening.
Kata Kunci: Harga saham, arus kas operasi, dan persistensi laba.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan
perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat beberapa
keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi
menajemen, pemberian dividen kepada pemegang saham, dan lain sebagainya.
Laporan keungan ini terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan modal, serta laporan arus kas. Komponen dari laporan keuangan
yang sering menjadi perhatian utama para investor dan kreditor adalah laporan
laba dan arus kas (Ashifa, 2008).
Laporan arus kas adalah laporan yang memuat sumber dan pengeluaran kas
selama satu periode akuntansi. Menurut Lee (1981) dalam Harahap (2007:
253) informasi yang disajikan dalam laporan arus kas sangat bermanfaat untuk
menilai atau menganalisis keputusan tentang investasi saham maupun untuk
tujuan peramalan arus kas lainnya. Komponen arus kas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah arus kas operasi, dengan alasan karena arus kas operasi
mampu menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
yang cukup di masa mendatang untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasional perusahaan, membayar dividen, dan melakukan
investasi baru.
Selain laporan arus kas komponen laporan keuangan yang sering menjadi
fokus perhatian para investor adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi
merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, dan
rugi–laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2007:
26). Menurut Harahap (2007: 296) angka-angka dalam laporan laba rugi
menjadi sangat penting untuk diketahui karena laporan laba rugi dapat
digunakan sebagai dasar untuk peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang.
Pengujian kandungan informasi earnings dimulai dari penelitian Ball dan
Brown (1969) dalam Meythi (2005) yang menemukan bukti adanya hubungan
yang signifikan antara unexpected earnings dengan abnormal return saham.
Penelitian ini kemudian menjadi acuan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih
lanjud hubungan antara earnings dengan return saham.
Komerdi dan Lipe (1987) dalam Meythi (2005) menyatakan bahwa laba
memiliki hubungan yang positif dengan persistensi laba dan tidak
menunjukkan sensivitas yang berlebihan, sehingga besarnya reaksi return
saham dengan earnings harus dihubungkan dengan perubahan inovasi
earnings pada ekspektasi manfaat di masa mendatang yang akan didapat oleh
pemegang saham, dengan kata lain besarnya hubungan antara return saaham
dengan earnings tergantung dengan persistensi laba.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Perubahan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan
Harga Saham dengan Persistensi Laba sebagai Variabel Intervening pada
Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia.”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah
yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan tidak
langsung antara arus kas operasi terhadap harga saham melalui persistensi
laba.
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menyediakan bukti empiris hubungan arus kas operasi terhadap persistensi
laba dan arus kas operasi terhadap harga saham.
b. Menyediakan bukti empiris pengaruh tidak langsung arus kas operasi
terhadap harga saham melalui persistensi laba.
c.
1.4.
Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang
lingkup dan arah yang jelas, maka penelitian ini memberikan batasan masalah
sebagai berikut:
a. Arus kas yang dipakai adalah arus kas operasi.
b. Laba yang digunakan untuk mengukur persistensi laba adalah laba kotor.
c. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang masuk
dalsam kelompok food and beverages yang listing di Bursa Efek
Indonesia.
1.5.
Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh perubahan arus kas terhadap perubahan harga saham melalui
persistensi laba.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para investor dan manajer
perusahaan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut PSAK No. 1 (IAI: 2009), dalam rerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan paragraf tuju dijelaskan bahwa laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keungan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
PSAK No. 1 (IAI: 2009), dalam rerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Hanafi dan Halim (2005: 31) dalam Wahyudi (2006: 11), tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat
bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang
akan datang (potensial) untuk membuat keputusan investasi, pemberian
kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang rasional.
2.2. Laporan Arus Kas
2.2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan ikhtisar terinci
mengenai semua arus kas masuk dan arus kas keluar, atau sumber dan
penggunaan kas selama suatu periode.
Tujuan laporan arus kas menurut PSAK No. 2 (IAI, 2009), laporan arus
kas memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas
dari suatu perusahaan yang mengklasifikasi arus kas berdasarkan aktivitas
operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode
akuntansi.
2.2.2. Komponen Laporan Arus Kas
Menurut PSAK No. 2 (IAI: 2009) menyatakan bahwa komponenkomponen laporan arus kas meliputi:
1. Arus kas dari aktivitas operasi
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan. Aktivitas operasi merupakan
indikator yang menentukan operasi perusahaan untuk dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman,
memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber keuangan
dari luar. Arus kas operasi pada umumnya berasal dari transaksi dan
peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
2. Arus kas dari aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber-sumber daya yang
bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah arus kas yang berasal dari
aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi
modal dan pinjaman perusahaan.
2.2.3. Metode Pelaporan Arus Kas
Dalam PSAK No. 2 (IAI: 2009) menyatakan bahwa perusahaan harus
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi yang menggunakan salah satu
metode sebagai berikut:
1. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode dengan kelompok utama dari
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang diungkapkan.
Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi
arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak
langsung.
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung, laba rugi bersih di sesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (defferal)
atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di
masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
2.3. Laba (earnings)
2.3.1. Pengertian Laba
Baridwan (2004) mendefinisi laba sebagai kenaikan modal (aktiva bersih)
yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi
dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang
mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
2.3.2. Tujuan Peaporan Laba
Tujuan pelaporan laba akuntansi adalah untuk memberikan informasi yang
berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan
keuangan.
Tujuan khususnya adalah untuk mengukur efisiensi manajemen,
penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa
depan dari perusahaan/pembagian dividen masa depan, dan pengukuran
keberhasilan sebagai pedoman keputusan manajerial masa depan
(Hendriksen, 1991 dalam Meythi, 2006).
2.3.3. Persistensi Laba
Definisi persistensi laba menurut Penman (1992) dalam Wijayanti (2006),
adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang
(expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun
berjalan (current earnings).
Lipe (1990) dan Sloan (1996) dalam Wineh (2008), menggunakan
koefisien regresi dari regresi antara laba akuntansi periode sekarang
dengan periode yang akan datang sebagai proksi persistensi laba
akuntansi. Selain itu persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan
aliran kas yang terkandung dalam laba saat ini (Penman, 2001 dalam
Diana dan Kusuma, 2004).
Beberapa analisis keuangan lebih suka meningkatkan aliran kas operasi
sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas lebih persisten
dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin tinggi rasio
aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka semakin tinggi pula kualitas
laba tersebut. Laba yang berkualitas dapat diartikan sebagai laba yang
persisten, semakin persisten atau permanen laba yang diperoleh suatu
perusahaan dari waktu ke waktu akan mencerminkan suatu kualitas laba
yang baik dan naik (turun) laba bukan dikarenakan suatu peristiwa tertentu
(Febrianto, 2006).
2.4. Saham
2.4.1. Pengertian Saham
Saham merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Dari definisi tersebut
dapat dijelaskan bahwa saham merupakan suatu sekuritas atau sertifikat
yang mempunyai kekuatan hukum bagi pemegangnya sebagai suatu tanda
kepemilikan dan keikutsertaan modal di dalam suatu perusahaan, di mana
saham tersebut dapat diperjualbelikan dan nantinya diharapkan akan dapat
memberikan suatu penghasilan berupa dividen.
2.4.2. Harga Saham
Harga saham dapat dikatakan sebagai indikator nilai perusahaan yang
dalam pandangan investor akan mencerminkan tingkat keberhasilan dari
pengelolaan perusahaan. Saham sebagai salah satu jenis aset tidak terlepas
dari ukuran nilai sebagai upaya untuk menaksir seberapa tinggi saham di
hargai. Nilai buku (book value) merupakan nilai saham menurut
pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar (market value) berbeda dengan
nilai buku. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
Nilai pasar ini di tentukan oleh permintaan dan penawaran saham
bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2007).
2.4.3. Return Saham
Dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, seorang investor selalu
mengharapkan adanya return atau keuntungan. Return merupakan hasil
yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan pada perusahaan. Return
bisa berupa return realisasi maupun return ekspektasi.
1. Return Realisasi (Actual Return)
Return Realisasi (Actual Return) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi adalah return yang terjadi pada waktu t1 yang
merupakan selisih antara harga sekarang relatif dengan harga
sebelumnya. Return realisasi di hitung berdasarkan data historis.
Return realisasi menjadi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari sebuah perusahaan. Return realisasi ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan untuk
mengukur risiko di masa mendatang (Jogiyanto, 2007).
2. Return Ekspektasi (Expected Return)
Return Ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan
akan diperoleh investor di masa mendatang (Jogiyanto, 2007). Berbeda
dengan return realisasi yang sifatnya telah terjadi, return ekspektasi
bersifat belum terjadi sehingga harus diestimasi terlebih dahulu. Return
realisasi return ekspktasi merupakan return yang digunakan untuk
pengambilan keputusan investasi.
2.5. Pengembangan Hipotesis
2.5.1. Arus Kas Operasi dan Harga Saham
Board dan Day (1989) dalam Meythi (2006) menguji apakah data arus kas
mempunyai kandungan informasi dalam hubungannya dengan harga
saham. Hasil penelitian mereka menunjukkan tidak berhasil menolak
hipotesis nol, yang berarti bahwa data arus kas tidak mempunyai
kandungan informasi dalam hubungannya dengan harga saham. Clubb
(1995) seperti yang dikutip dalam Asyik (1999) menyatakan bahwa arus
kas operasi tidak mempunyai kandungan informasi dalam hubungannnya
dengan harga saham.
Di Indonesia penelitian mengenai kandungan informasi laporan arus kas
mulai banyak dilakukan, seperti Baridwan (1997), Hastuti dan Sudibyo
(1998), Triyono (1998), Suadi (1998), Triyono dan Hartono (2000). Hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa informasi laporan arus kas
memberikan nilai tambah bagi pemakai laporan keuangan. Menurut
Triyono (1999) arus kas operasi mempunyai hubungan yang signifikan
dengan harga saham. Harga mengandung informasi tentang perubahan
laba masa depan.
Diana dan Kusuma (2004) menguji pengaruh faktor kontekstual terhadap
kegunaan earnings dan arus kas operasi dalam menjelaskan return saham
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara return saham
dengan arus kas operasi. Gantyowati (2001) dan Kusuma (2003) meneliti
tentang hubungan antara operating cash flows dan accrual dengan return
saham menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara arus kas operasi
dengan abnormal return.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang tidak
konsisten namun dapat diketahui adanya kandungan informasi yang
diberikan arus kas operasi . Hipotesis alternatif yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Arus kas operasi mempengaruhi harga saham secara langsung.
2.5.2. Arus Kas Operasi terhdap Harga Saham melalui Peristensi Laba
Pengujian hubungan earnings dengan harga atau return saham diawali
oleh penelitian seminal Ball dan Brown (1968) dalam Meythi (2006),
menguji kandungan informasi earnings yang berguna untuk memprediksi
return. Model yang digunakan adalah regression model dan naive model.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa peningkatan atau penurunan
earnings tahunan suatu perusahaan diikuti dengan kenaikan atau
penurunan harga sahamnya.
Triyono dan Hartono (2000) dalam Wineh (2008) menguji kandungan laba
dan informasi arus kas yang dikelompokkan dalam arus kas dari aktivitas
operasi, pendanaan, dan investasi. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa dengan model level, total arus kas tidak mempunyai hubungan yang
signifikan dengan harga saham, tetapi pemisahan arus ke dalam komponen
arus kas operasi, arus kas pendanaan, dan arus kas investasi menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan dengan harga saham.
Persistensi merupakan cermin kualitas earnings yang diperoleh
perusahaan, sehingga persistensi laba memiliki muatan informasi yang
digunakan untuk menentukan harga saham. Hipotesis alternatif yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2: Arus kas operasi mempengaruhi harga saham secara tidak
langsung dengan persistensi laba sebagai variabel intervening.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor food and beverages
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Teknik
penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
pusposive judgement sampling. Metode ini adalah metode tipe pemilihan
sampel secara tidak acak (non probabilitas) yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang harus dipenuhi oleh
sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI selama periode
pengamatan, yaitu mulai tahun 2007-2010.
2. Perusahaan food and beverages yang memiliki periode akuntansi yang
berakhir pada 31 Desember dengan alasan laporan tersebut telah diaudit
sehingga informasi yang di sajikan lebih terpercaya.
3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dengan satuan rupiah atau tidak
dalam mata uang asing.
4. Perusahaan food and beverages tidak mengalami kerugian selama periode
pengamatan dengan alasan agar laba perusahaan sampel lebih persisten.
5.
Perusahaan food and beverages tidak delisting dari tahun 2007-2010.
6. Perusahaan food and beverages tersebut mempunyai data harga saham
harian di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan secara konsisten
dari tahun 2007-2010.
3.2.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD),
www.duniainvestasi.com, www.yahoofinance.com, dan www.idx.co.id. Jenis
data yang digunakan yaitu merupakan jenis data kuantitatif yaitu data yang
bewujud angka-angka yang kemudian diolah dan diinterprestasikan untuk
memperoleh makna dari data tersebut. Dengan demikian data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Nama-nama perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 20072010.
b. Laporan keuangan tahunan (annual report) untuk tahun buku 2007-2010.
c. Tanggal pengumuman laporan keuangan oleh Bapepam.
d. Data harga saham harian (clossing price) tahun 2007-2010.
3.3.
Identifikasi Variabel Penelitian
Operasional variabel dalam penelitian ialah variabel-variabel yang terlibat
dalam penelitian. Variabel tersebut antara lain:
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dikenai pengaruh (diterangkan)
oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perubahan harga saham yang di proksikan oleh Return saham.
b. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah suatu variabel yang fungsinya menerangkan
(mempengaruhi) terhadap variabel lain. Variabel independen atau
variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah komponen
arus kas. Komponen arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi
dengaan metode langsung dari laporan arus kas.
c. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang menghubungkan antara
veriabel dependen dengan variabel independen. Variabel intervening
dalam penelitian ini adalah persistensi laba yang diproksikan oleh
koefisien regresi dari hasil regresi antara laba kotor periode sekarang
dengan periode sebelumnya.
3.4.
Definisi Operasional variabel
3.4.1. Return Saham
Return saham dalam penelitian ini menggunakan return realisasi (actual
return). Return realisai adalah selilih antara harga saham penutup hari ini
dengan harga saham penutup hari sebelumnya dibagi dengan harga saham
penutup hari sebelumnya (Jogiyanto, 2007). Sehingga return realisali dapat
dinyatakan dengan:
= Return sekuritas pada hari t
= Harga saham pada hari ke t
= Harga saham pada hari ke t-1
Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutup (closing
price) pada saat pengumuman laporan keuangan.
3.4.2. Perubahan Arus Kas
Komponen arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi dengan
metode langsung dari laporan arus kas. Arus kas operasi adalah arus kas
yang berasal dari aktivitas penghasil utama perusahaan dan aktivitas lain
yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan pada
akhir tahun. Perubahan arus kas operasi dapat dinyatakan dengan:
= Perubahan arus kas operasi pada tahun t
= Arus kas operasi pada tahun t
= Arus kas operasi pada tahun t-1
3.4.3. Persistensi Laba
Persistensi laba adalah properti laba yang menjelaskan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang dipeoleh saat ini
sampai masa mendatang. Lipe (1990) dan Sloan (1996) dalam Meythi
(2005) menggunakan koefisien regresi dari hasil regresi antara laba
periode sekarang dengan periode sebelumnya sebagai proksi persistensi
laba. Angka laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah angka laba
kotor.
Earningst+1= α + β Earningst +εt+1
Catatan: β= koefisien regresi sebagai proksi dari pesistensi laba
3.5.
Teknik Analisa Data
2.5.1. Model dan Persamaan Penelitian
Penelitian ini menguji hipotesis dengan metode analisis regresi linear
berganda (multiple regression) yang diperluas dengan metode analisis jalur
(path analysis) untuk pengujian pengaruh variabel intervening. Fungsi
analisis jalur yang digunakan adalah untuk menentukan kekuatan pengaruh
dari masing-masing variabel untuk melihat adanya pengaruh tidak
langsung dari masing-masing variabel yang terdapat di dalam model
penelitian.
Koefisien jalur adalah standardized koefisien regresi. Koefisien jalur
dihitung dengan membuat tiga persamaan struktural yaitu persamaan
regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Tiga persamaan
tersebut adalah:
1.
PL = b1AKOt + e1................(1)
2.
RETURN = b2AKOt +
e2................(2)
3.
RETURN = b3AKOt + PLt +
e3........(3)
PL
= koefisien regresi sebagai proksi pesistensi laba pada
periode t
AKOt
= arus kas opeasi pada peiode t
RETURN = return saham selama periode jendela
e1
= residual atas persistensi laba
e2
= residual atas harga saham
e3
= residual atas harga saham (uji bersama)
2.5.2. Menggunakan Metode Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai kakteristik variabel
penelitian yang diamati yaitu, return saham, arus kas opeasi, dan pesistensi
laba.
2.5.3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki
distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian
ini menggunakan Kolmogorov-Smirrnov Test, dengam membandingkan
Asymptotic Significance dengan alpha 0,05. Dasar penarikan
kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai
Asymptotic Significance-nya >0,05 (Ghozali, 2005).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model egrasi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent
variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara vaiabel bebas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
tolerance and Varians Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance >0,10
dan nilai VIF <10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005).
c. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada koelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokoelasi. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksiran
hasil tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja tidak efisien.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya.
Model regregi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi
(Ghozali, 2005).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitass bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika nilai varians dari residual suatu pengamatan
ke pangamatan yang lain tetep, maka disebut homokedastisitas, dan jika
berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regesi yang baik tidak
terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat
scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual plot residual
versus nilai prediksinya menyebar. Jika dalam grafik yang mempunyai
sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah
diprediksi membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2005).
2.5.4. Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, dasar yang melandasi adalah nilai
probabilitas dengan acuan sebagai berikut:
H0 : tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Ha : terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengambilan keputusan untuk pengaruh langsung didasarkan pada:
P (Probabilitas)< (taraf signifikansi/α) 0.05 maka Ho ditolak, Ha
diterima.
P (Probabilitas) > (taraf signifikansi/ α) 0.05 maka Ho diterima, Ha
ditolak
Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel yang memediasi
(intervening) hubungan antara variabel independen dan dependen
(Ghozali, 2005). Pengambilan keputusan berdasarkan:
Jika nilai probabilitas variabel independen ke variabel intervening
signifikan (P (Probabilitas)< (taraf signifikansi/ α) 0.05)) dan nilai
probabilitas variabel intervening ke variabel dependen signifikan(P
(Probabilitas)< (taraf signifikansi/ α) 0.05 )), maka hubungan yang
sebenarnya adalah hubungan tidak langsung. Besarnya pengaruh tidak
langsung dapat ditentukan dengan cara mengalikan masing-masing
koefisien pengaruh langsung dari persamaan penelitian (Ghozali,
2005).
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif
Hasil perhitungan statistik deskriptif variabel-variabel tersebut disajikan pada
Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif dari Sampel Penelitian
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
AKO
40
-24.700
15.820
-.69493
5.454291
PL
40
-182.723
982.922
110.91745
217.590330
RETURN
40
-.260
.589
.08605
.156788
Valid N (listwise)
40
Sumber: Data olahan
Dari Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 data, mencakup jumlah perusahaan
food and beverages yang terdaftar di BEI untuk empat tahun penelitian yaitu
2007-2010. Perubahan harga saham yang diproksikan dengan return saham
(Return) memiliki nilai minimum sebesar -0.260 yaitu pada PT Siantar TOP
Tbk pada tahun 2007 dan memiliki nilai maksimun sebesar 0.589 pada PT
Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2010. Deviasi standar sebesar
0.156788 dan rata-rata perubahan harga saham sebesar 0.08605, menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan perubahan harga saham pada saat pengumuman
laporan keuangan.
Perubahan arus kas operasi memiliki nilai minimum sebesar -24.70 yaitu pada
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2007. Nilai maksimum arus kas
operasi sebesar 15.82 yaitu pada PT Ultra Jaya Milk Ind&TC Tbk pada tahun.
Nilai rata-rata nilai arus kas operasi (AKO) sebesar -0.694 dengan deviasi
standar sebesar 5.454.
Persistensi laba memiliki nilai minimum sebesar -182.72 yaitu pada PT Tunas
Baru Lampung Tbk pada tahun 2009. Sedangkan nilai maksimun sebesar
982.92 yaitu pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2010. Ratarata nilai persistensi laba (PL) sebesar 110.91745 dengan deviasi standar
sebesar 217.5903.
4.2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dicermati pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Uji Normalitas Distribusi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AKO
N
Normal Parameters
a
RETURN
40
40
40
-.69493
110.91745
.08605
5.454291
217.590330
.156788
Absolute
.277
.320
.265
Positive
.238
.320
.265
Negative
-.277
-.244
-.245
1.751
2.027
1.673
.004
.001
.007
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
PL
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa besarnya nilai asimptotic significance
dari ketiga variabel menunjukkan nilai dibawah 0.05. Hal ini berarti H0
ditolak atau data penelitian berdistribusi tidak normal. Selanjutnya data
yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi dengan bantuan
program SPSS agar menjadi normal. Hasil uji normalitas setelah
transformasi data tampak pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4. Uji Normalitas Distribusi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SQRT_AKO
N
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
SQRT_PL
SQRT_RETURN
40
39
40
1.22615
276.42772
.24805
1.048411
221.024952
.199828
.184
.187
.206
.184
.187
.206
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.148
-.113
-.128
1.163
1.170
1.301
.134
.130
.068
a. Test distribution is Normal.
Dari perhitungan Kolmogorov Sminov Test di atas, diperoleh nilai
asimptotic significance dari ketiga variabel yaitu 0.068 untuk return
saham, 0.130 untuk persistensi laba (PL) dan 0.134 untuk arus kas operasi
(AKO). Sesuai dengan kaidah pengujian, karena besarnya asymptotic
significance dari masing-masing variabel > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal. Oleh karena itu, bisa dilakukan regresi
dengan model linear berganda.
2. Uji Multikolinearitas
Hasil uji mutikolinearitas diperoleh nilai VIF seperti pada Tabel 4.5
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel
Nilai VIF
Pers (1)
Arus Kas Operasi
Pers (2)
1.000
1.000
Keterangan
Pers (3)
1.012
(AKO)
Tidak ada indikasi multikolinieritas
antar variabel penjelas
Persistensi Laba
1.012
(PL)
Tidak ada indikasi multikolinieritas
antar variabel penjelas
Sumber: Data olahan
Dari Tebel tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas pada persamaan (1), persamaan (2), dan persamaan (3)
dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson Test yang bisa dilihat pada
Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Autokorelasi
No
1
Pers (1)
dl
du
4-dl
4-du
dw
Interprestasi
1.434
1.539
2.566
2.461
1.483
Tidak ada simpulan
Terima H0
2
Pers (2)
1.434
1.539
2.566
2.461
1.910
Tidak ada simpulan
3
Pers (3)
1.382
1.596
2.618
2.404
2.538
Sumber: Data olahan
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa pada persamaan satu tidak ada
autokorelasi yang ditunjukkan dengan dl<dw<du ( 1.434<1.633<1.539).
Sedangkan pada persamaan dua menunjukkan hasil tidak ada autokorelasi
yang ditunjukkan dengan du<dw<2 (1.539<1.910<2), dan pada
persamaan tiga menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada autokorelasi
yang ditunjukkan 4-du<dw<4-dl (2.404<2.538<2.618).
4. Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar scatterplot yang terdapat pada lampiran 8 terlihat bahwa titiktitik menyebar di atas maupun di bawah sumbu 0 pada sumbu Y, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa dari ketiga persamaan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.3. Pengujian Path Analisys (analisis jalur)
1. Pengaruh Langsung Arus Kas Opersi terhadap Persistensi Laba
Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Persamaan I
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Correlations
Std.
Model
1 (Constant)
SQRT_AKO
B
Error
10.780
.325
.121
.483
ZeroBeta
t
.339
Sig.
35.439
.000
2.656
.011
order
.339
Partial
.339
Part
.339
a. Dependent Variable:
SQRT_PL
Koefisien beta pada variabel arus kas operasi (AKO) sebesar 0.339. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan peningkatan arus kas operasi (AKO) akan
meningkatkan persistensi laba. Tingkat keberartian variabel arus kas
operasi (AKO) terhadap persistensi laba secara statistik diuji dengan
menggunkan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t, variabel arus kas operasi (AKO)
secara statistik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persistensi
laba. Hal ini terbukti dari nilai probabilitas sebesar 0.011, nilai ini lebih
kecil dari α = 0.05.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wineh
(2008) yang menyatakan bahwa arus kas operasi (AKO) berpengaruh
terhadap persistensi laba, yang mengisyaratkan semakin tinggi komponen
arus kas operasi akan meningkatkan persistensi laba yang dimiliki oleh
perusahaan. Sehingga arus kas operasi sering digunakan sebagai cek atas
kualitas laba dengan pandangan bahwa semakintinggi rasio arus kas
operasi terhadap laba maka akan semakin tinggi pula kualitas laba
tersebut.
2.Pengaruh Langsung Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham
Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Persamaan II
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Correlations
Zero-
Model
1 (Constant)
SQRT_AKO
B
Std. Error
.304
.048
-.046
.030
Beta
t
-.239
Sig.
-9.229
.000
-1.517
0.137
order
-.239
Partial
-.239
Part
-.239
a. Dependent Variable: SQRT_Return
Koefisien beta pada varaiabel arus kas operasi (AKO) sebesar -0.239 yang
menunjukkan bahwa dengan peningkatan arus kas operasi akan
menurunkan return atau harga saham. Tingkat keberartian variabel arus
kas operasi terhadap variabel harga saham secara statistik diuji dengan
menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t veriabel arus kas operasi
memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel harga
saham. Hal ini terbukti dari nilai probabilitas sebesar 0.137, nilai ini lebih
besar dari α = 0.05. Dengan demikian keputusan yang dapat diambil
adalah menolak H1.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meythi
(2006), dan Wineh (2008), yang menyatakan bahwa arus kas operasi tidak
mempengaruhi harga saham.
Informasi arus kas operasi memiliki pengaruh yang negatif dan tidak
signifikan terhadap return saham. Koefisien negatif menunjukkan bahwa
kenaikan arus kas operasi tidak diikuti oleh kenaikan return saham.
Pengungkapan informasi arus kas operasi tidak memberikan tambahan
informasi bagi pemakai laporan keuangan. Informasi ini tidak ditanggapi
oleh investor dalam melakukan analisis fundamental, kemungkinan
disebabkan informasi arus kas operasi kurang tepat untuk dijadikan
sebagai alat untuk memprediksi kinerja perusahaan dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang.
3. Pengaruh Langsung Persistensi Laba terhap Harga Saham
Tabel 4.10. Hasil Uji Regresi Persamaan III
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Correlations
Zero-
Model
B
1 (Constant)
SQTR_AKO
SQRT_PL
Std. Error
.093
.044
-.022
.020
.001
.000
Beta
t
Sig.
order
Partial
Part
2.091
.044
-.122
-1.094
.281
-.200
-.179
-.122
.722
6.452
.000
.735
.732
.718
a. Dependent Variable: SQRT_Return
Koefisien beta pada variabel persistensi laba (PL) sebesar 0.722
menunjukkan bahwa dengan peningkatan persistensi laba (PL) akan
dapat menaikkan harga saham. Tingkat keberertian variabel persistensi
laba terhadap variabel harga saham secara statistik diuji dengan
menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t variabel persistensi laba
(PL) secara statistik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham. Hal ini terbukti dari nilai probabilitas sebesar 0.000, nilai
ini lebih kecil dari α = 0.05.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
wineh (2008), Komerdi dan Lipe (1987) yang menyatakan bahwa
besarnya hubungan antara return saham dan earnings tergantung pada
persistensi laba. Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba
dari waktu ke waktu menarik para investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan, sehingga permintaan saham perusahaan
akan meningkat, sesuai hukum ekonomi hal ini akan meningkatkan
harga saham.
4. Pengaruh tidak Langsung Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham
melalui Persistensi Laba
Hasil penelitian yang menguraikan pengaruh tidak langsung antara
variabel arus kas operasi dengan variabel harga saham dengan persistensi
laba sebagai variabel intervening adalah sebagai berikut:
PTL = P41 = P11 . P31 = (0.339) . (0.722) = 0.245
Keterangan:
PTL
P41
P11
P31
= Pengaruh tidak Langsung.
= Pengaruh tidak Langsung untuk Variabel Arus Kas
Operasi (AKO) terhadap Harga Saham (return) melalui
Persistensi Laba (PL).
= Pengaruh Langsung untuk Variabel Arus Kas Operasi
terhadap Persistensi Laba (PL).
= Pengaruh Langsung untuk Variabel Persistensi Laba (PL)
terhadap Harga Saham (return).
Untuk pengaruh tidak langsung pada variabel arus kas operasi (AKO)
terhadap harga saham (return) melalui variabel persistensi laba (PL)
sebagai variabel intervening mempunyai nilai pengaruh sebesar 0.245.
Hasil perkalian tersebut menunjukkan nilai pengaruh tidak langung yang
lebih besar dibandingkan dengan koefisien pengaruh langsung antara
variabel arus kas operasi dengan harga saham, yaitu 0.245>-0.239. Hal ini
mempunyai arti hubungan yang terjadi antara variabel arus kas operasi
dengan harga saham adalah pengaruh tidak langsung melalui persistensi
laba sebagai variabel intervening. Dengan demikian keputusan yang
diambil adalah menerima H2. Hal ini ditunjukkan dengan nilai nilai
signifikansi pengaruh arus kas opersi (AKO) terhadap persisrensi laba
(PL) sebesar 0.011 (0.011<0.05) dan signifikansi pengaruh persistensi laba
(PL) terhadap harga saham sebesar 0.000 (0.000<0.05).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpilan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi terhadap
harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Penelitian
ini dilakukan pada 40 perusahaan manufaktur sub sektor food and beverages
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan
2007-2010. Hasil pengujian untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak
langsung dari masing-masing variabel dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba secara
langsung. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.339
dengan signifikansi sebesar 0.011. Semakin tinggi komponen arus kas
operasi akan meningkatkan persistensi laba yang dimiliki perusahaan.
Arus kas operasi sering digunakan sebagai cek atas kualitas earnings
dengan pandangan bahwa semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap
earnings maka akan tinggi pula kualitas earnings tersebut.
2. Arus kas operasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
harga saham secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien
regresi sebesar -0.239 dengan nilai signifikansi sebesar 0.137, sehingga H1
yang menyatakan arus kas operasi berpengaruh terhadap harga saham
tidak terdukung.
3. Persistensi laba berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara
langsung. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.722
dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Persistensi laba merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kekuatan respon laba. Koefisien respon
laba mempengaruhi kekuatan respon harga. Koefisien respon laba
berkorelasi positif dengan persistensi laba dan tidak menunjukkan
sensitivitas yang berlebihan, sehingga besarnya reaksi return saham
perusahaan pada earnings harus dihubungkan dengan pengaruh inovasi
earnings pada ekspektasi manfaat masa yang akan datang yang didapat
pemegang saham.
4. Arus kas operasi berpengaruh tidak langsung terhadap harga saham
dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Hal ini dibuktikan
dengan nilai pengaruh tidak langsung yang lebih besar dari nilai pengaruh
arus kas operasi terhadap harga saham secara langsung ,yaitu 0.245>0.239, sehingga H2 yang menyatakan arus kas operasi berpengaruh
terhadap harga saham melalu persistensi laba terdukung. Persistensi laba
memiliki muatan informasi yang digunakan untuk menentukan harga
saham. Persistensi merupakan cermin kualitas earnings yang diperoleh
perusahaan kerena perusahaan dapat mempertahankan perolehan earnings
tersebut dari waktu ke waktu dan bukan hanya kerena suatu peristiwa
tertentu.
5.2. Saran
Saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti di masa mendatang hendaknya menggunakan sampel perusahaan
manufaktur sub sektor yang berbeda, sehingga penelitian ini diharapkan
memberikan hasil yang dapat digeneralisasikan keseluruh perusahaan
manufaktur.
2. Jangka waktu riset dapat diperpanjang dan dengan jumlah sampel yang
lebih besar dan beragam. Perpanjangan periode penelitian dan
penambahan jumlah sampel mungkin akan memberikan hasil yang lebih
baik dalam mengestimasi harga saham.
3. Variabel arus kas opersi dalam penelitian selanjudnya dapat menggunakan
aliran kas bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2004. Akuntansi Intermediate. Yogyakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UGM.
Dahler, Yolanda dan Rahmat Febrianto.2006. Kemampuan Prediktif Earning dan
Arus Kas dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Simposium
NasionalAkuntansi 9. Padang.
Dewi, Nur Ashifa. 2008. Pengaruh Informasi Komponen Laporan Keuangan Arus
Kas dan Laba Kotor terhadap Expected Return Saham pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Surabaya: STIE
PERBANAS.
Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh faktor
Kontekstual Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam
Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No.1,
Januari: 74-93.
Febrianto, Rahmat dan Erna Widiastuti. 2006. Tiga Angka Laba Akuntansi: mana
yang Lebih Bermakna Bagi Investor. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
2, No. 2, Mei:200-215.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi
Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Syafri, Sofyan. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga, Jakarta: Rajawali
Pers.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan.
Salemba Empat. Jakarta.
Jogiyanto.2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
Universitas Gadjah Mada.
Kusuma, Poppy Dian Indira. 2003. Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan
Arus Kas Operasi. Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, 305-364.
Surabaya.
Meythi.2005. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan
Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional
Akuntansi 9. Padang.
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Liberty.
Setiawan, Wahyudi. 2006. Pengaruh Informasi laba, Arus Kas, dan Komponen
Arus Kas Terhadap Harga Saham. Skripsi Program Studi Akuntansi,
Universitas Brawijaya, Malang.
Triyono dan Jogiyanto Hartono. 2000. Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas,
Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga Saham atau Return
Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3, No. 1, Januari:54-68.
Wijayanti, Handayani Tri. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba
Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas.
Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
Wineh. 2008. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham dengan
Persistensi Laba sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional
Akuntansi 9. Padang.
-------,2007. Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Lampung. Bandar
Lampung: Penerbit Universitas Lampung.
Download