BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
2.1.1
Jasa
Definisi Jasa
Kotler (2007,p42), berpendapat jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yag dapat
ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tiidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikian sesuatu.
Simamora (2003,p172), mengatakan bahwa jasa adalah setiap kegiatan atau
manfaat yang ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Menurut Gronroos (Tjiptono & Chandra,2007,p11). “Jasa adalah proes yang terdiri
dari atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi
pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa atau sumber daya fisik atau barang atau
system penyedia jasa, yang diediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan”.
Pendapat Arief (2006,p11), jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak
merupakan produk dalam bentuk fisik atau kontruktif, yang biasanya dikonsumsi pada saat
yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti
kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang
dihadapi konsumen.
Berdasarkan definisi diatas, penulis memberi kesimpulan bahwa jasa adalah sebuah
atau suatu tindakan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dalam bentuk bantuan
yang tidak memiliki wujud tetapi dapat dirasakan oleh orang yang mendapatkan jasa
tersebut.
9
10
2.1.2
Karakteristik Jasa
Menurut Kotler dan Keller (2007,p45-p48) menyebutkan bahwa jasa memiliki empat
karakterisitik jasa yang dapat diindetifikasikan sebagai berikut:
1. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau
dicium sebelum dibeli.
2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)
Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Hal ini tidak berlaku bagi
barang-barang fisik yang di produksi, disimpan sebagai persediaan, didistribusikan
melalalui banyak penjual, dan dikonsumsi kemudian.
3. Bervariasi (Variability)
Karena bergantung pada siapa memberikannya serta kapan dan dimana diberikan,
jasa sangat bervariasi.
4. Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang mudah rusak (perishability) tidak akan
menjadi masalah apabila permintaan tetap berjalan lancar.
2.1.3
Jenis – jenis Jasa
Menurut Tjiptono dan Chandra (2007,p14) Jenis jasa dibedakan menjadi tiga macam ,
yaitu:
1. Rented Good Service
Dalam tipe ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu
berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik. Konsumen hanya
dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannya tetap ditangan pihak
perusahaan yang menyewakannya.
11
2. Owned Good Sevice
Pada tipe ini, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan
atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau dipelihara? Dirawat oleh perusahaan jasa.
3. Non Good Service
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak
berbetuk produk fisik) ditawarkan kepada para pelanggan.
2.2
Definisi kualitas
Pengertian kualitas menurut beberapa ahli :
1. W. edward Deming (dalam Yamit 2004,p7), “Kualitas dapat didefinisikan sebagai
apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.”
2. Crosby (dalam yamit, 2004,p7), “kualitas adalah nihil, cacat, kesempurnaan dan
kesesuaian terhadap persyaratan.”
3. Juran (dalam Yamit, 2004,p7), “Kualitas merupakan kesesuaian terhadap
Spesifikasi.”
4. Tjiptono (2006, p59), “Kualitas adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan.”
5. Kotler (2005,p310), “Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau tersirat.”
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulan bahwa kualitas adalah suatu
standar mutu dimana setiap unsur saling berhubungan serta dapat mempengaruhi kinerja
dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil
akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan
12
kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan suatu produk dan jasa yang
berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
2.2.1
Dimensi Kualitas
Berdasarkan perspektif kualitas, menurut David Garvin (dalam Yamit, 2004,p10),
mengembangkan dimensi kualitas kedalam kedalam delapan dimensi yang dapat digunakan
sebagai dasar perencanaan strategi terutama bagi perusahaan atau manufacture yang
menghasilkan barang dan jasa. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perfomance (kinerja), yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu
sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
2. features (ciri khas), yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk yang lain
yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang
baik bagi perusahaan.
3. Reliability (kehandalan), yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena
kehandalannya atau karena kemungkinan kerusakan yang rendah.
4. Confofmance (kesesuaian), yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran
tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar
yang telah ditetapkan.
5. Durability (daya tahan), yaitu tingkat ketahanan atau berapa lama produk dapat
terus digunakan.
6. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan
dalam pemeliharaan dan penangan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu keindahan menyangkut corak, rasa, dan daya tarik produk.
8. Percieved, yaitu fanatisme konsumen menyangkut citra dan reputasi produk seta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Kualitas total suatu jasa terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :
13
1.
Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
(keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Technical Quality dapat diperinci
lagi menjadi tiga, yaitu :
a.
Search Quality, yaitu kualtas yang dapat dievaluasi pelanggan
sebelum membeli, misalnya harga.
b.
Experience Quality, yaitu kualitas yang hanya dapat devaluasi
pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa, contohnya
ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapihan hasil.
c.
Credence Quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan
meskipun telah mengkonsumsi jasa, misalnya kualitas operasi
jantung.
2.
Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas
penyampaian suatu jasa.
3.
Corporate Image, yaitu profil. Reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus
suatu perusahaan.
Menurut Umar (2005,p38) ada lima penentu mutu jasa. Kelimanya disajikan
secara berdasarkan tingkat kepentingan dan didefinisikan sebagai berikut :
1. Keandalan (Reability)
Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang
ditawarkan.
2. Daya tanggap (Responsiveness)
Respon atau kesiapan karyawan dalam membantu konsumen, dalam
melayani konsumen, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi da menangani
keluhan yang diajukan konsumen.
14
3. Kepastian (Assurance)
Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara
tepat, kualitas keramah- tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam memberi
iformasi, kemampuan dalam memberikan keamanan didalam memanfaatkan jasa
yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan kepada
konsumen terhadap perusahaan. Dimensi kepastian ini merupakan gabungan dari
dimensi :
1. Kompetensi : Keterampilan dan pengetahuan yang dimilki oleh para
karyawan untuk melakukan pelayanan.
2. Kesopanan : Meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.
3. Kredibilitas : Meliputi hal- hal yang berhubngan dengan kepercayaan
kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
4. Empati (Emphaty)
Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen
seperti kemudahan untuk menghubungi perusahan, kemampuan karyawan untuk
berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan untuk memahami
keinginan
dan
kebutuhan
konsumennya.
Dimensi
empati
ini
merupakan
penggabungan dari dimensi:
a. Akses (Acces)
Meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan
perusahaan.
b. Komunikasi (Communication)
Kemampuan melakukan komunikasi untuk menyamaikan informasi
kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen.
15
c.
Pemahaman kepada konsumen (Understanding the customer)
Meliputi usaha perusahaan untuk memahami kebutuhan dan keinginan
konsumen.
5. Berwujud (Tangibles)
Meliputi kemampuan fisik seperti gedung dan ruang front office, tersedia tempat
parkir, kebersihan, kerapihan, dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan
komunikasi.
Tabel 2.1 Kualitas produk dan jasa
Karakteristik Kualitas
1. Performance
2. Range of Feature
3. Reability/durability
4. Maintanability/serviceability
5. Sensory
6. Ethics/image
Barang
Kecepatan Proses
Modem/networking
Waktu penggunaan hingga
rusak
Jumlah
tempat
untuk
perbaikan yang tersedia.
Menarik
Jaminan yang diberikan
Jasa
Ketepatan Transaksi
Transaksi luar negri
Pelayanan segera
Telepon langsung
Fasiltas lengkap
Advertesi yang wajar
Sumber : Yamit, Zulian (2004). Manajemen kualitas produk dan jasa,p12
Berdasarkan komponen-komponen diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
output jasa dan cara penyampaiannnya merupakan faktor- kaktor yang dipergunakan dalam
menilai kualitas jasa. Oleh karena pelanggan terlibat dalam suatu proses jasa, maka
seringkali penentuan kualitas jasa menjadi sangat kompleks.
2.3
Definisi Pelayanan
Menurut Hasibuan (2007,p152) “Pelayanan adalah pemberian jasa dari satu pihak ke
pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah,
adil, cepat, tepat, dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan
bagi yang menerimannaya”.
16
Menurut Tjiptono (2006,p87), “Pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseoang
atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan adalah sebuah
produk yang ditawarkan dan disampaikan kepada pelanggan yang membutuhkan secara luas
mencakup baik yang kelihatan (tangibles) ataupun yang tidak kelihatan (intangibles).
Umumnya pelayanan lebih bersifat intangible, tidak dapat dilihat dan diraba,
sehingga penggunanya bisa merasakan melalui pengalaman langsung. Namun pelayanan
mencakup juga hal- hal yang tangibles, yang bisa dilihat, diraba berupa dimensi fisk dari
pelayanan itu sendiri.
Menurut Gerson (2002), “Pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan
ikatan.” Dan menurut Rangkuti(2006), Layanan atau sevice adalah nilai yang berkaitan
dengan pemberian jasa kepada konsumen.
Menurut Kasmir (2005,p26) “Pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang
atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.
Menurut Soeling (1992) menyatakan bahwa “Pelayanan memerlukan suatu sikap
positif dihadapan konsumen atau pelanggan, senyum, tutur kata, gerak gerik, cara
berpakaian dan kecekatan dalam pelayanan akan memberikan nilai tambah yang besar.”
Menurut Pasuraman, zeithami, dan Berry (dalam Yamit, 2004, p32-33_, keseluruhan
faktor penghambat dalam pelayanan tersebut diatas dapat dijadikan dasar bagi manajer
untuk meningkatkan atau memperbaiki pelayanan agar dapat mengurangi bahkan
menghilangkan kesenjangan yang terjadi diantara pihak perusahaan dengan pelanggan.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan adalah sebagai berikut :
1. Reliability
a. Pengaturan Fasilitas
b. Sistem dan Prosedur dilaksanakan taat azas
c.
Meningkatkan efektifitas jadwal kerja
d. Meningkatkan koordinasi antar bagian
17
2. Responsiveness
a. Mempercepat pelayanan
b. Pelatihan karyawan
c.
Komputerisasi dokumen
d. Penyederhanaan sistem dan prosedur
e. Pelayanan yang terpadu (one-stop-shoping)
f.
Penyederhanaan birokrasi
g. Mengurangi pemusatan keputusan
3. Competence
a. Meningkatkan profesionalitas karyawan
b. Meningkatkan kejujuran karyawan
4. Credibility
a. Meningkatakan sikap mental karyawan untuk bekerja giat
b. Meningkatkan kejujuran karyawan
c.
Menghilangkan kolusi
5. Tangibles
a. Perluasan kapasitas
b. Penataan fasilitas
c.
Meningkatkan infrastruktur
d. Menambah peralatan
e. Menambah/ menyempurnakan fasilitas komunikasi
f.
Perbaikan sarana dan prasarana
6. Understanding the customer
a. sistem dan prosedur pelayanan yang menghargai konsumen
b. Meningkatkan keberpihakan pada konsumen
18
7. Comunication
a. Memperjelas pihak yang bertanggung jawab dalam setiap kegitan
b. Meningkatkan efektifitas dengan klien
c.
2.4
Membuat Sim yang terintegrasi
Definisi Kualitas Pelayanan
Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau konsumen. Pemberian pelayanan yang
baik kepada pelanggan atau konsumen bukan merupakan suatu hal yang mudah, banyak hal
yang akan dihadapi baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Pelayanan
yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya untuk memberikan rasa kepuasan dan
menumbuhkan kepercayaan kepada pihak pelanggan, dan membuat pihak pelanggan merasa
dirinya dipentingkan atau diperhatikan dengan baik dan wajar.
Pelayanan yang diberikan dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung.
Sehubungan dengan itu maka peranan personal contact (kontak personal) customer service
atau customer relation (hubungan pelanggan) menjadi sesuatu yang penting dalam
menentukan kualitas jasa. Definisi kualitas pelayanan menurut Wyckop sebagai dikutip
Tjiptono (2000, pp59-60) adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas
tingkat keunggulan tersebut memenuhi keinginan pelanggan.
Menurut
Wykof
dalam
Arief(2006,p118),
kualitas
pelayanan
adalah
tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalaian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keunggulan pelanggan.
Definisi kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan
(simamora,2003,p180).,
19
Menurut lovelock dalam Utami (2006,p245), kualitas pelayanan adalah perspektif
konsumen dalam jangka panjang dan merupakan evaluasi kognitif dari transfer jasa. Kualitas
layanan digambarkan seara umum dan menyeluruh dalam jasa. Bahkan dikemukakan bahwa
kualitas layanan dijelaskan sebagai konsepsi multidimensional yang dibangun melalui
evaluasi terhadap kontruksi dari sejumlah atribut yang terkait dengan jasa.
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2003, p26) jasa merupakan pemberian suatu
kinerja atau tindakan tidak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya jasa
diroduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana interaksi antara pemberian jasa dan
penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut.
Dari deifinisi- definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
merupakan hasil dari pelayanan untuk mendapatkan kepuasan konsumen demi mewujudkan
rasa kepercayaan konsumen terhadap kinerja perusahaan.
2.4.1
Kualitas Teknis dan fungsional
2.1.4.1
ƒ
Definisi Kualitas Teknis
Persepsi kualitas teknik merupakan penafsiran konsumen terhadap kinerja
inti layanan (core service) penyedia jasa (Gronroos, 1984).
ƒ
Technical Quality is concerned with what the customer actually receives from
the services transaction (gronroos, 1984,1990). Artinya kualitas teknis
menitik beratkan pada apa yang benar- benar diterima pelanggan dalam
transaksi jasa.
ƒ
Kualitas teknik (outcome), yaitu kualitas hasil akhir pelayanan tersebut (
menurut zemke, Ron dan shaff, Dick/1989 dalam Muhtosim arief, 2007,
p121)
ƒ
Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
(keluaran) suatu jasa yang diterima pelanggan (Gronroos, 2004).
20
Jadi berdasarkan definisi diatas maka penulis mengambil definisi bahwa
kualitas teknis adalah penafsiran konsumen terhadap kinerja dari inti layanan
penyedia jasa.
2.4.1.2
ƒ
Definisi Kualitas fungsional
Persepsi kualitas fungsional merupakan penafsiran konsumen mengenai
perilaku dari penyedia jasa dalam menyampaikan inti layanan/ core servive
(Gronroos, 1984).
ƒ
Funtional quality relates to the service approach and/ or the manner in which
the customer recieves the service from the service provider (Gronroos,
1984,1990). Artinya, kualitas fungsional terkait dengan pendekatan atau
proses penyampaian jasa yang diterima pelanggan dari penyedia jasa.
ƒ
Kualitas proses, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa ( menurut zemke, Ron dan Shaff, dick/1989 dalam
Muhtosim Arief, 2007,p121).
ƒ
Functional Quality, yaitu komponen yag berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa (Gronroos, 2004).
Jadi berdasarkan definisi diatas, penulis mengambil definisi bahwa kualitas
fungsional merupakan penafsiran konsumen terhadap perilaku penyedia jasa dalam
menyampaikan inti layanan.
Kualitas total suatu jasa terdiri atas 3 komponen utama (Gronroos dalam Hutt Speh,
2004). Yaitu :
1) Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output (keluaran)
suatu jasa yang diterima pelanggan. Menurut Parasuruman, et al., Technical Quality
dapat diperinci lagi sebagai berikut :
21
•
Search Quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli,
misalnya harga.
•
Experience Quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan setelah
membeli atau mengonsumsi jasa. Contohnya, ketepatan waktu, kecepatan pelayanan
dan kerapihan hasil.
•
Credence Quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi elanggan meskipun telah
mengkonsumsi suatu jasa. Contohnya, Kualitas operasi jantung.
2) Functional
Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
3) Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus suatu
perusahaan.
Inti dari penjabaran total kualitas jasa tersebut, bahwa Technical Quality dan
Functional Quality dapat menciptakan atau menghasilakan citra perusahaan, baik
buruknya image perusahaan tergantung kepada bagaiamana customer merasakan
Technical Quality dan Functional Quality. Berikut bagan pemikirannya :
22
Expected
Service
Perceived
Service
Perceived Service Qualty
Image
Technical Solutions
Know How
Technical
Quality
Attitudes
Customer
Contacts
Machine
Internal
Relations
Behavior
Functional
Quality
Accesbilility
Computerized
Service
Mindedness
Appereance
What?
Who?
Sumber : Gronroos
Gambar 2.1 Model Persepi Kualitas Jasa
2.4.2
Dimensi Kualitas Pelayanan
Zeithami, Berry , et al. (Yamit,2005,p10-p11) telah melakukan berbabagai penelitian
terhadap beberapa jenis jasa , dan berhasil mengidentifikasikan lima dimensi karakteristik
yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi
karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah:
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi.
2. Reliabilty (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan
segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
23
4.
Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan.
5. Emphaty (empati), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutujan pelanggan.
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
Upaya memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh dengan memperhatikan faktor-faktor utama dan faktor-faktor
pendukung yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu:
1. Sumberdaya manusia
Secara umum sumberdaya manusia yang terlibat adalah seluruh karyawan mulai dari
cleaning service sampai direktur, namun secara khusus adalah karyawan yang
berhubungan langsung dengan nasabah, seperti customer service, dan lain-lain.
Peran manusia atau karyawan yang melayani pelanggan atau nasabah merupakan
faktor utama karena hanya dengan manusialah pelanggan dapat berkomunikasi
secara langsung dan terbuka. Kesiapan sumberdaya manusia dalam melayani
pelanggan atau calon pelanggan sehingga mampu memberikan pelayanan yang
optimal kepada pelanggan atau calon pelanggannya. Manusia yang menjadi ujung
tombak dalam memberikan pelayanan dan telah diberikan bekal pengetahun akan
dapat memberikan pelayanan yang diharapkan.
2.
Sarana dan prasarana (fisik) yang tersedia oleh perusahaan
Faktor sarana dan prasarana seperti kenyamanan ruangan yaitu ruangan yang lebar,
berpendingin udara yang cukup, penyusunan meja kursi yang rapi dan artistik, serta
musik yang merdu yang dapat membuat suasana nyaman.
24
3. Kualitas produk
Meliputi ragam produk atau jenis produk yang dijual lengkap sehingga seseorang
tidak perlu ke tempat lain, mutu atau isi dari produk yang berkualitas tinggi, harga
yang relatif murah atau jika segmennya kelas tinggi harus disesuaikan.
Menurut Zeithami, Berry dan Parasuraman (1985: 41-50), terdapat sepuluh faktor
yang menentukan kualitas pelayanan jasa, yaitu:
1. Reliability
Yaitu kehandalan, mencakup kinerja dan kemampuan untuk dapat dipercaya serta
dapat memenuhi janji yang ditawarkan dalam memberikan pelayanan.
2. Responsiveness
Kesigapan dalam merespon dan memberikan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh
para pelanggannya.
3. Competence
Memiliki keterampilan dan pengetahun yang baik tentang produk jasa yang
ditawarkan kepada pelanggan.
4. Acces
Kemudahan untuk menghubungi dan dijumpai, seperti lokasi, fasilitas dan informasi
produk layanan jasa mudah diakses pelanggan.
5. Courtessy
Memiliki sikap sopan santun respek, perhatian, keramahan dari pihak pemberi
layanan jasa dalam kontak personal, melalui operator telepon, resepsionis, customer
service dan customer relation.
6. Communication
Media komunikasi yang dipergunakan selain dapat memudahkan penyampaian
pesan-pesan, informasi dan mudah dipahami serta penuh perhatian untuk
mendengar satu keluhan yang disampaikan oleh pelanggannya.
25
7. Credibility
Kepercayaan yang dibangun itu berawal dari sifat jujur dan dapat diterima, biasanya
mencakup citra, nama dan reputasi yang baik dari pihak perusahaan atau customer
service dalam berinteraksi dengan para pelanggannya.
8. Security
Menciptakan rasa aman dan nyaman dari suatu resiko atau keragu-raguan yaitu
berkaitan dengan keamanan secara fisik, keuangan dan kerahasiaan terjamin.
9. Understanding or knowing the customer
Berupaya memahami kebutuhan atau keinginan para pelanggannya.
10. Tangibles
Wujud fisik yang ditampilkan, sosok gedung, ruangan, fasilitas dan sarana parkir
serta peralatan penunjang lainnya untuk memberikan pelayanan jasa yang memadai,
aman dan nyaman.
2.4.4
Manfaat Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan yang baik sering disebut sebagai salah satu factor yang sagat
penting dalam keberhasilan suatu bisnis mak tentu saja kualitas pelayanan dapat
memberikan beberapa manaat, diantaranya adalah sebagai berikut (Simamora,2003,p180):
a. Pelayanan yang istimewa (nilai pelayanan yang benar-benar dialami melebihi
harapan konsumen) atau sangat memuaskan meruapakan suatu basis untuk
penetapan harga premium. Perusahaan yang memberikan kepuasan tinggi bagi
pelanggannya dapat menetapkan suatu harga yang disignifikan.
b. Pelayanan istimewa membuka peluang untuk diversifikasi poduk dan harga. Misalnya
pelayanan yang diminta oleh pelanggan yaitu tarif yang lebih mahal dibebankan
menurut kecepatan pelayanan yang diminta oleh pelanggan yaitu tariff yang lebih
mahal dbebankan terhadap pelayanan yan membutuhkan penyelesaian cepat.
26
c.
Menciptakan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang loyal tidak hanya potensial untuk
penjualan produk yang sudah ada tetapi uga untuk produk-produk baru dari
perusahaan.
d. Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positif dari perusahaan
dan produk-produk bagi pihak luar bahkan mereka dapat menjadi pembea bagi
perusahaan khususnya dalam menangkal isu-isu negative.
e. Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelijen
pemasaran dan pengembangan pelayanan atau erusahaan pada umumnya.
f.
Kualitas yang baik menhemat biaya-biaya seperti biaya untuk memperoleh
pelanggan baru, untuk memerbaiki kesalahan, membangun kembali citra karena
wanprestasi, dan sebagainya. Jadi mempertahankan pelanggan yang sudah ada
melalui kualitas pelayanan yan memaskan merupakan hal yang sangat penting.
g. Kualitas pelayanan yang didesain dan diimplementasikan secara memadai bukan
hanya memusakan paelanggan tetapi juga memberikan kepuasan kerja bagi
karyawannya. Karyawan dapat meneriam tuntutan untuk senantiasa memuaskan
pelanggan, karena dengan demikian ia dapat memajukan keadaan financial dan
ekspresi dirinya. Bagi usaha pelayanan, kepuasan karyawan yang berhubungan
langsung dengan pelanggan memegang peranan penting dalam memelihara citra
kualitas yang dibangun.
2.4.5
Jenis- jenis Pelayanan
Menurut Ma’ruf dalam buku pemasaran ritel (2006,p219-p220) jenis- jenis pelayanan
terdiri dari :
1. Customer service :
a. Pramuniaga dan staf lain (seperti kasir dan SPG/sales promotion girls) yang
terampil dengan cara pelayanan dan kesigapan membantu.
27
b. Personal shopper, yaitu staf perusahaan ritel yang melayani pembeli melalui
telepon dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh
pelanggan.
2. Terkait fasilitas gerai :
a. Jasa pengantaran (delivery)
b. Gift wrapping
c.
Gift certificates (voucher)
d. Jasa pemotongan pakaian jadi (atau perbaikan)
e. Cara pembayaran dengan credit card atau debit card.
f.
Fasilitas tempat makan (food corner)
g. Fasilitas kredit
h. Fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga darurat.
i.
Fasilitas telepon dan mail orders.
j.
Lain- lain, seperti fasilitas kredit.
3. Terkait jam operasional toko: Jam buka yang panjang atau buka 24 jam.
4. Fasilitas- fasilitas lain:
a. Ruang/lahan parker.
b. Gerai laundry
c. Gerai cuci cetak Film
2.5
Definisi Pelayanan Prima
Program pelayanan kepada pelanggan dengan bertitik tolak dari konsep kepedulian
kepada konsumen terus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga sekarang ini program
layanan/pelayanan telah menjadi salah satu alat utama dalam melaksankan strategi
pemasaran untuk memenangkan persaingan.
Kepedulian kepada pelanggan dalam
28
manajemen modern telah dikembangkan menjadi suatu pola layanan terbaik yang disebut
sebagai layanan prima atau pelayanan prima.
Kata “layanan prima” atau layanan istimewa (excellent service) dalam dunia bisnis
sekarang dinyatakan dengan istilah “service excellence” atau disingkat sebagai “SEx”, dan
saat ini bahkan seringkali ditulis dengan huruf besar “SEX”.
Adakah perbedaan antara pelayanan prima yang dikenal dengan istilah SEX (service
excellence) dengan pelayanan kepada konsumen/pelanggan (customer service) dan program
kepedulian terhadap pelanggan atau peduli pelanggan, atau urusan pelanggan (custumer
care)? Sebetulnya tidak begitu jauh berbeda, bahkan dapat dikatakan sama, karena pada
hakikatnya layanan prima atau pelayanan prima bertitik tolak pada upaya pelaku bisnis untuk
memberikan
layanan
terbaiknya
sebagai
wujud
kepedulian
perusahaan
kepada
konsumen/pelanggan. Jikapun ada perbedaan, hanyalah sedikit saja, yaitu karena perbedaan
dalam penggunaan berbagai konsep pendekatannya saja.
Dengan adanya persamaan titik tolak dan tujuan dalam konsep layanan kepada
pelanggan (customer service), kepedulian kepada pelanggan (customer care), dan pelayanan
prima (service excellence), maka dapat kita simpulkan, bahwa yang paling penting dalam
memberikan layanan terbaik bagi pelanggan harus berorientasi kepada kepentingan para
pelanggan, sehingga memungkinkan kita mampu memberikan kepuasan yang optimal.
Upaya memberikan layanan yang terbaik ini dapat diwujudkan apabila kita dapat
menonjolkan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab yang
baik dan terkoordinasi.
Penonjolan kemampuan inilah yang sebenarnya agak membedakan antara konsep
pelayanan biasa dengan pelayanan prima karena tumpuan keberhasilan melaksanakan dan
membudayakan pelayanan prima tidak terlepas dari kemampuan seseorang atau kelompok
orang untuk melaksanakan layanan secara optimal dengan menggabungkan konsep
29
kemampuan, sikap, penampilan, tindakan, dan tanggung jawab dalam proses pemberian
layanan.
Menurut Barata (2004: 27) memberikan definisi layanan prima sebagai kepedulian
kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan
pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepuasannya, agar mereka selalu loyal kepada
organisasi/perusahaan. Jadi, keberhasilan program pelayanan prima tergantung pada
penyelarasan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab
dalam pelaksanaannya.
Berikut ini dijelaskan beberapa pengertian mengenai pelayanan prima yang sering
kali diungkapkan oleh para pelaku bisnis. (Barata, 2004:p27)
1. Layanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting
2. Layanan prima adalah melayani pelanggan dengan ramah, tepat dan cepat.
3. Layanan prima adalah pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan
4. Layanan prima adalah menempatkan pelanggan sebagai mitra.
5. Layanan prima adalah pelayanan optimal yang menghasilkan kepuasan pelanggan.
6. Layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan untuk memberikan rasa puas.
7. Layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan.
2.5.1
Konsep Pelayanan Prima
Budaya layanan prima dapat dijadikan acuan dalam berbagai aspek kehidupan,
antara lain untuk menjalin hubungan dalam kehidupan berumah tangga, bertetangga,
berbangsa,
bernegara,
dan
sebagainya.
Keberhasilan
dalam
pengembangan
dan
melaksanakan pelayanan prima tidak terlepas dari kemampuan dalam pemilihan konsep
pendekatannya.
Menurut Barata, (2004:p30-32), syarat-syarat dalam pengembangan pelayanan
prima mencakup:
30
1) Kemampuan (ability)
Kemampuan (ability) adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak
diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan
dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif,
mengembangkan motivasi, dan menggunakan public relations sebagai instrumen
dalam membina hubungan ke dalam dan ke luar organisasi/perusahaan.
2) Sikap (attitude)
Sikap (attitude) adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi pelanggan.
3) Penampilan (appearance)
Penampilan (appearance) adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik saja
maupun fisik dan non-fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan
kredibilitas dari pihak lain.
4) Perhatian (attention)
Perhatian (attention) adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan, baik yang
berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun
pemahaman atas saran dan kritiknya.
5) Tindakan (action)
Tindakan (action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan kepada pelanggan.
6) Tanggung Jawab (acccountability)
Tanggung Jawab (acccountability) adalah suatu sikap keberpihakan kepada
pelanggan sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan
kerugian atau ketidakpuasan pelanggan.
Di samping itu, terdapat 5 (lima) dimensi pelayanan prima antara lain: (Majalah
Infobank, anonim)
31
1. Reliability, yakni kemampuan memberikan pelayanan yang tepat, dapat dipercaya
dan dapat diandalkan.
2. Responsiveness,
yakni
kesediaan
untuk
memberikan
bantuan
dan
tidak
membiarkan nasabah menunggu terlalu lama untuk dilayani.
3. Assurance, yakni kemampuan karyawan untuk bersikap sopan, ramah dan
menghargai nasabah.
4. Emphaty, yakni kemampuan dan kemauan memahami kebutuhan nasabah
5. Tangibles, yakni kemampuan menyediakan fasilitas fisik, peralatan, alat-alat
komunikasi dan penampilan personel yang baik.
2.5.2
Pentingnya Pelayanan Prima
Perusahaan atau organisasi akan memberikan layanan kepada pelanggan eksternal
melalui jasa-jasa pelanggan intern (para pegawai). Keberhasilan pelayanan terhadap
pelanggan ekstern tergantung kepada kinerja pelanggan intern. Untuk ini kita harus ingat
semboyan para pelaku bisnis yang menyebutkan: “Bila pegawai tidak terpuaskan, Anda tidak
akan pernah mempunyai pelanggan yang terpuaskan” (If the employees are not satisfied,
you can never have satisfied customers). Jadi, penuhi dulu harapan para pelanggan internal
(pegawai), kemudian barulah kita akan mendapat dukungan untuk dapat memenuhi harapan
para pelanggan eksternal.
Bagi pelanggan internal, pengorbanan adalah jasa yang diberikan oleh para pegawai
secara langsung atau tidak langsung untuk kelancaran organisasi/perusahaan, sedangkan
kepuasan adalah meliputi suasana kebersamaan dalam bekerja dan imbalan jasa yang
diperolehnya.
Bagi pelanggan eksternal, pengorbanan adalah ongkos atau harga yang dibayarkan
untuk memperoleh barang dan atau jasa, sedangkan kepuasan adalah kesesuaian antara
32
harapan dengan kenyataan manfaat yang diperoleh, yang dalam hal ini dicerminkan oleh
nilai tambah dari barang dan atau jasa yang dibelinya.
Dalam praktek bisnis, tidak jarang para pelaku bisnis mengungkapkan bahwa
sebenarnya
pelayanan
bukan
semata-mata
untuk
memuaskan
tetapi
juga
untuk
menyenangkan. Alasannya, sekarang ini banyak para pesaing yang mampu membuat barang
atau membentuk jasa yang kualitasnya memenuhi standar tertentu tetapi tidak mampu
untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi pelanggannya. (Barata, 2004:p36)
1. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan ukurannya bukan hanya ditentukan oleh pihak melayani saja
tetapi lebih banyak ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena mereka lah yang
menikmati layanan sehingga dapat mengukur kualitas pelayanan berdasarkan
harapan-harapan mereka dalam memenuhi kepuasannya.
a. Kualitas Pelayanan internal
Kualitas
layanan
internal
berkaitan
dengan
interaksi
jajaran
pegawai
organisasi/perusahaan dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan internal antara lain:
1) Pola manajemen umum organisasi/perusahaan;
2) Penyediaan fasilitas pendukung;
3) Pengembangan sumber daya manusia;
4) Iklim kerja dan keselarasan hubungan kerja;
5) Pola insentif.
b. Kualitas layanan eksternal
Kualitas layanan eksternal ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Yang berkaitan dengan penyediaan jasa
a) Pola layanan dan tata cara penyediaan/pembentukan jasa tertentu;
b) Pola layanan distribusi jasa;
33
c) Pola layanan penjualan jasa;
d) Pola layanan dalam penyampaian jasa.
2) Yang berkaitan dengan penyediaan barang
a) Pola layanan dan pembuatan barang berkualitas atau penyediaan barang
berkualitas;
b) Pola layanan pendistribusian barang;
c) Pola layanan penjualan barang;
d) Pola layanan purna jual.
2. Mengevaluasi Pelayanan
Bila kinerja pelayanan ini dikaitkan dengan harapan (expectation) dan
kepuasan (satisfaction) maka gambaranya adalah sebagai berikut:
a. Kinerja < Harapan (Performance < Expectation)
Bila kinerja layanan menunjukkan keadaan di bawah harapan pelanggan, maka
layanan kepada pelanggan dapat dianggap tidak memuaskan.
b. Kinerja = Harapan (Performance = Expectation)
Bila kinerja layanan menunjukkan sama atau sesuai dengan yang diharapkan
pelanggan, maka pelayanan dianggap memuaskan tetapi tingkat kepuasannya
adalah minimal karena pada keadaan seperti ini dapat dianggap belum ada
keistimewaan layanan. Jadi pelayanan dianggap wajar-wajar saja.
c.
Kinerja > Harapan (Performance > Expectation)
Bila kinerja layanan menunjukkan lebih dari yang diharapkan, maka pelayanan
dianggap istimewa atau sangat memuaskan karena pelayanan yang diberikan
ada pada tahap yang optimal.
3. Harapan Pelanggan Internal
Harapan-harapan pelanggan internal meliputi:
a. Kebersamaan dan kerjasama
34
b. Struktur, sistem dan prosedur kerja yang efisien
c.
Kualitas kerja
d. Hubungan kerja
e. Imbalan
4. Harapan Pelanggan Eksternal
Harapan-harapan pelanggan eksternal meliputi:
a. Kemudahan dalam memperoleh barang dan atau jasa (Eazy to Get)
b. Persyaratan kualitas barang atau jasa (Quality and Reliability)
c.
Harga Yang Kompetitif (Competitive Price)
d. Cara Pelayanan yang tepat, cepat dan ramah (Best Services)
e. Layanan purna jual sebagai jaminan dan tanggung jawab (after sales servise)
5. Standar Kepuasan
Pihak yang paling mampu mengungkapkan kepuasan atas produk, baik barang
atau
jasa,
hanyalah
para
pelanggan
sendiri,
karena
mereka
lah
yang
mengkonsumsinya. Namun sekarang dapat diketahui standar kepuasan pelanggan
yang biasanya ditunjukkan untuk meneliti tingkat kepuasan pelanggan, antara lain:
a. Mengukur kepuasan pelanggan atas kemudahan didapatnya barang atau jasa
(menyangkut kelancaran distribusi atau penyebaran);
b. Mengukur kepuasan pelanggan melalui kualitas barang dan jasa;
c.
Mengkur kepuasan pelanggan melalui nilai barang atau jasa;
d. Mengukur kepuasan pelanggan melalui nilai barang atau jasa produk yang
digunakannya dibandingkan dengan produk lainnya.
35
2.6
Kepuasan Konsumen
2.6.1
Definisi Kepuasan
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2001), puas adalah merasa senang, lega,
gembira, dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat hatinya dan kepuasan adalah
perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan.
Menurut Supranto (2003,p396), kepuasaan adalah sesuatu yang bersifat abstrak,
sukar untuk diukur serta sangat subjektif sifatnya.
Menurut
Kotler
(2005,p61),
Satisfaction is perso’s feeling of pleasure or
disappointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in
relation to his or her expectations (kepuasan adalah senang atau kecewa seseorang yamg
dihasilkan dari kemampuan suatu produk dalam memenuhi harapan user tersebut).
Menurut Umar (2005,p51) Kepuasan dibagi menjadi dua macam, yaitu kepuasan
fungsional dan kepuasan psikologikal. Kepuasan fungsional diperolah dari fungsi suatu
produk yang dimanfaatkan sedangkan kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang
diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa kepuasan merupakan perasaan seseorang saat
keinginan dan harapannya bertemu daam satu titik.
2.6.2
Definisi Konsumen
Menurut Kamus besar bahasa indonesia, konsumen ialah: ”Seseorang atau sesuatu
perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu
” atau
”Seseuatu atau seseorang yang menggunakan sutu persedian atau sejumlah barang”, atau ”,
Setiap orang yang menggunakan barang atua jasa”. (www.geocities.com)
Konsumen adalah seseorang atau sekelompok orang yang membeli suatu produk
untuk dipakai sendiri dan tidak untuk dijual kembali. Jika tujuan pembelian produk tersebut
untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. (www.wikipedia.org)
36
2.7
Definisi Kepuasan Konsumen
Menurut Freddy Rangkuti (2003, p30) kepuasan konsumen didefinisikan sebagai
respons konsumen terhadap ketidak sesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan
kinerja actual yang dirasakannya setelah pemakaian.
Menurut Husein Umar (2005,p50) Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan
konsumen setelah membandingka dengan harapanny. Seorang konsumen jika merasa puas
dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa maka akan sangat besar kemungkinannya
untuk menjadi konsumen daam waktu yang lama.
Menurut Aritonang (2005,p27), kepuasan konsumen adalah konsep penting dalam
konsep pemasaran dan penelitian konsumen. Sudah menjadi pendapat umum bahwa jika
konsumen merasa puas dengan suatu produk atau merek, mereka cenderung akan terus
membeli dan menggunakannya serta memberitahu orang lain tentang pengalaman mereka
yang menyenangkan dengan produk tersebut. Jika mereka tidak dipuaskan, mereka
cenderung beralih merek serta mengajukan keberatan pada produsen, pengecer, dan bahkan
kepada konsumen lainnya.
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Kepuasan konsumen
merupakan hasil dari pelayanan yang diberikan oleh perusahaan, untuk itu perusahaan
mempunyai tanggung jawab terhadap konsumen agar konsumen merasa puas dari
pelayanan yang diberikan.
2.7.1
Faktor- factor Pendorong Kepuasan Konsumen.
Kepuasan konsumen ditentukan oleh persepsi konsumen atas performance produk
atau jasa dalam memenuhi harapan konsumen. Konsumen akan merasa puas jika
harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan konsumen terlampaui. Dan yang
menjadi pertanyaan adalah factor apa yang dapat membuat konsumen merasa puas.
37
Menurut Irawan Handi (2002,p37), factor- factor pendorong kepuasan konsumen
adalah:
1. Kualitas Produk
Konsumen akan merasa puas jika sudah membeli dan menggunakan produk
tersebut, ternyata kualitas produknya baik. Misalnya, konsumen akan merasa puas
dengan makanan yang dimakan apabila rasanya enak.
2. Harga
Untuk beberapa konsumen yang sensitif, biasanya harga murah adalah sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan Value for money yang
tinggi. Lomponen ini relative tidak penting bagi ereka yang tidak sensitive terhadap
harga. Bagi mereka yan tidak peduli dengan harga yang lebih mahal dengan kualitas
produk atau jasa yang lebih baik. Kualitas produk dan harga seringkali tidak
mammpu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan konsumen. Kedua
asapek ini relative mudah ditiru. Oleh karena itu banyak perusahaan yang lebih
mengandalkan factor yang ketiga, yaitu service quality.
3. Service Quality
Untuk dapat memuaskan konsumennya, suatu perusahaan hendaknya terlebih
dahulu harus dapat memuaskan karyawannya agar produk yang dihasilkan tidak
rusak kualitasnya dan pelayanan kepada konsumen dapat diberikan dengan baik.
Jika karyawan merasa puas maka akan lebih mudah bagi mereka untuk menetapkan
kepada konsumen bagaimana rasa puas itu. Service quality sangat bergantung pada
tiga hal, yaitu sitem, teknologi dan manusia. Faktor manusia ini memgang kontribusi
sebesar 70%. Tidak mengherankan, kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya
sulit untuk ditiru.
38
4. Emotional factor
Faktor ini relative penting. Kepuasan konsumen timbul pada saat konsumen sedang
mengkonsumsi produk tertentu. Hal ini disebabkan karena merk tersebut sudah
tercipta dengan baik, baik disegi kualitas makanan, harga yang tidak murah karena
harga yang mahal identik dengan kualitas produk yang tinggi, serta pelayanan yang
diberikan.
5. Kemudahan
Konsumen akan puas apabila dapat dengan mudah, nyaman, efisien dalam
mendapatkan produk atau pelayanan.
Menurut Freddy Rangkuti (2006, p30), salah satu factor yang menentukan kepuasan
konsumen adalah persepsi konsumen mengenai kuaitas pelayanan jasa yang
berfokus pada lima dimensi jasa(ketanggapan, keandalan, empati jaminan, bukti
langsung). Kepuasan konsumen, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga
ditentukan oleh kualitas produk, harga, dan actor- factor yang bersifat pribadi serta
yang bersifat situasi sesaat.
2.7.2
Alat Mengukur Kepuasan Konsumen
Alat- alat untuk melacak dan mengukur kepuasan konsumen ( kotler, 2005, p72)
adalah:
1. Sistem keluhan dan saran
Arus informasi ini menyediakan banyak gagasan yang baik bagi perusahaanperusahaan dan memungkinkan mereka berindak lebih cepat untuk menyelesaika
masalah.
2. Survei kepuasan pelanggan
Berdasarkan survei yang diteliti maka perusahaan yang responsif memperoleh
ukuran kepuasan pelanggan secara langsung dengan melakukan survei belaka.
39
3. Belanja siluman
Perusahaan dapat membayar orang- orang untuk bertindak sebagai pembeli untuk
melaporkan temuan mereka tentang kekuatan dan kelemahan yang mereka alami
dala membeli produk perusahaan dan produk pesaing.
4
Analisis kehilangan Pelanggan
Perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli atau
berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya.
2.7.3
Manfaat Kepuasan Konsumen
Menurut Tjiptono, (2005,p120) kepuasan konsumen dapat memberikan manfaat,
diantaranya adalah:
1.
Hubungan antara perusahaan dan para konsumennya menjadi baik.
2.
Memberikan dasar yang baik bagi pembelian alang
3.
Dapat mendorong terciptanya loyalitas konsumen.
4.
Dapat memberi rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang
mengunutungkan bagi perusahaan.
5.
Reputasi perusahaan menjadi baik dimata konsumen.
6.
Laba yang diperoleh dapat meningkat.
2.8
2.8.1
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Louis E. Boone dan David L. Kurtz (2002,h.57) tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility) adalah penerimaan manajemen terhadap
kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial
sebagai nilai yang sepadan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
40
Hal itu mengakui bahwa dunia bisnis harus memperhatikan dimensi kualitatif dari
konsumen, karyawan, dan manfaat sosial serta ukuran kuantitatif penjualan, penghasilan,
dan laba di mana kinerja perusahaan biasanya diukur.
Secara historis, kinerja sosial perusahaan diukur dari kontribusi bagi ekonomi secara
keseluruhan dan penyediaan lapangan kerja yang diberikannya. Berbagai variabel seperti
pembayaran gaji sering dipakai sebagai penunjuk adanya kinerja sosial. Meskipun laba dan
penyediaan lapangan kerja masih dianggap faktor yang penting, namun sekarang ini ada
banyak faktor yang termasuk dalam penilaian kinerja sosial perusahaan. Faktor-faktor
lainnya mencakup menyediakan kesempatan kerja yang adil, menghargai keragaman latar
belakang budaya dari karyawan, memberikan perhatian terhadap masalah-masalah
lingkungan, menyediakan lingkungan kerja yang aman serta sehat, dan menghasilkan produk
berkualitas tinggi yang aman.
Suatu bisnis juga dinilai dari interaksinya dengan komunitas. Banyak perusahaan
menyoroti kontribusi amal dan pelayanan komunitas dalam laporan tahunan untuk
menunjukkan tanggung jawab sosial mereka.
Beberapa perusahaan mengukur kinerja social dengan melakukan audit sosial (social
audits), yaitu prosedur formal yang mengidentifikasi dan mengevaluasi seluruh aktivitas
perusahaan yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial, seperti konservasi, praktik
ketenagakerjaan,
perlindungan
menginformasikan
kepada
pihak
lingkungan,
manajemen
dan
aktivitas
mengenai
amal.
seberapa
baik
Audit
sosial
perusahaan
menunjukkan kinerjanya di bidang ini. Berdasarkan informasi ini, manajemen bias mengambil
langkah-langkah revisi atas program yang sekarang atau mengembangkan program baru.
41
Terhadap
Masyarakat
Umum
Terhadap
Investor dan
Komunitas
Keuangan
Tanggung Jawab
Sosial
Perusahaan
Terhadap
Konsumen
Terhadap
Karyawan
Gambar 2.2 Tanggung Jawab Sosial Dunia Bisnis
Sumber : Boone dan Kurtz (2002, p.60)
A. Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Masyarakat Umum (lingkungan)
Menurut Boone dan Kurtz (2002, p.59) tanggung jawab dunia bisnis terhadap
masyarakat umum mencakup penanganan masalah-masalah kesehatan masyarakat,
perlindungan lingkungan, dan penciptaan tenaga kerja yang berkualitas. Dalam
menjalankan aktivitasnya, perusahaan harus memperhatikan keadaan lingkungannya,
yaitu bagaimana upaya perusahaan supaya tetap dapat menciptakan lingkungan di
sekitar perusahaan yang sehat, bebas dari polusi yang disebabkan oleh limbah
perusahaan, seperti misalnya pembuangan limbah jangan sampai menyebabkan polusi
pada air sungai/sumur, tanah. Juga asap yang dikeluarkan melalui cerobong supaya
tidak menyebabkan polusi udara. Wujud tanggung jawab perusahaan terhadap
masyarakat umum (lingkungan), yaitu :
1. Masalah Kesehatan Masyarakat
Salah satu masalah yang lebih kompleks dari tanggung jawab sosial terhadap
masyarakat umum berada di seputar kesehatan masyarakat. Di sini yang menjadi
42
pusat perdebatan adalah persoalan mengenai apakah yang harus dilakukan oleh
dunia bisnis terhadap produk-produk yang secara inheren berbahaya. Pertanyaan
kedua yang berhubungan dengan kesehatan yang harus dijawab dunia bisnis
adalah menyangkut perlindungan terhadap kelompok-kelompok yang lemah.
2. Melindungi Lingkungan
Dunia bisnis mempengaruhi bagian lingkungan yang rapuh dengan berbagai cara.
Mereka mengkonsumsi energi dalam jumlah yang sangat besar, yang akan
meningkatkan konsumsi bahan bakar dari fosil seperti batu bara dan minyak untuk
kebutuhan energi mereka. Tekanan dari pemerintah dan masyarakat telah
menyebabkan banyak perusahaan mengevaluasi ulang dampak mereka terhadap
lingkungan. Bagi banyak manajer, menemukan cara untuk meminimalkan polusi
(pollution) dan kerusakan lingkungan lainnya yang disebabkan oleh produk atau
proses operasi mereka telah menjadi masalah ekonomi, social, dan hukum yang
penting.
Banyak konsumen memiliki kesan yang lebih menguntungkan terhadap
bisnis yang memiliki kesadaran lingkungan. Pada kenyataannya, mereka lebih
cenderung membeli dari perusahaan semacam ini. Untuk meraih konsumen
semacam ini sebagai sasaran, perusahaan menggunakan green marketing, yaitu
strategi pemasaran yang mempromosikan produk yang ramah lingkungan.
Perusahaan harus mampu membuktikan bahwa semua klaim lingkungan yang
dibuat mengenai barang atau jasa telah didukung dengan bukti ilmiah yang
dipercaya. Solusi lainnya yang dapat diterima oleh para kalangan bisnis adalah
daur ulang (recycling) yaitu, pemrosesan ulang bahan-bahan yang telah digunakan
kembali. Daur ulang bisa memberikan banyak bahan baku yang dibutuhkan pabrikpabrik, sehingga melestarikan sumber daya alam dunia dan mengurangi sampah.
43
3. Mengembangkan Kualitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdidik dan terampil akan menyediakan keahlian
intelektual yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi baru, memperbaiki
produktivitas, dan bersaing di pasar global. Dengan dukungan prakarsa yang
bersifat edukatif perusahaan akan mendapat citra yang lebih positif di mata
pelanggan.
Perusahaan juga menghadapi tanggung jawab yang besar untuk membantu
wanita, anggota berbagai kelompok budaya, dan mereka yang secara fisik
ditantang untuk memberikan kontribusi secara penuh bagi ekonomi. Kegagalan
untuk melakukan hal ini bukan hanya pemborosan lebih dari setengah tenaga kerja
nasional, tetapi juga memiliki dampak yang merusak terhadap citra perusahaan di
mata umum.
B. Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Konsumen
Boone dan Kurtz (2002, p.67) berpendapat bahwa para pelaku bisnis berbagi
tanggung jawab sosial untuk memperlakukan pelanggan dengan adil serta bertindak
dengan sikap yang tidak membahayakan mereka. Konsumen adalah pembeli
produk/jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus
berupaya untuk memuaskan para konsumennya agar pembelian itu dapat terus
dilakukan secara berkesinambungan. Oleh sebab itu perusahaan harus memperhatikan
Konsumerisme. Konsumerisme adalah permintaan public di mana perusahaan, dalam
pembuatan keputusannya, mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan para
pelanggannya-telah mendapatkan penerimaan yang luas. Konsumerisme didasarkan
atas keyakinan bahwa konsumen memiliki hak-hak tertentu. Wujud tanggung jawab
perusahaan terhadap konsumen, yaitu :
1. Hak Untuk Mendapatkan Keamanan
44
Para pelaku bisnis masa kini harus menyadari kewajiban, baik secara moral
maupun hukum, untuk menjamin pemakaian yang aman dari produk-produk
mereka. Konsumen harus merasa yakin bahwa barang dan jasa yang mereka beli
tidak akan melukai dalam penggunaan yang wajar. Kewajiban produk diartikan
sebagai tanggung jawab pihak pembuat terhadap bahaya melukai dan merusak
yang disebabkan produk mereka. Produk yang bisa mengakibatkan luka, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat menimbulkan konsekuensi yang
bersifat merusak bagi pembuatnya.
Banyak
perusahaan
menguji
dengan
ketat
produk
mereka
untuk
menghindari masalah keamanan. Akan tetapi, pengujian saja tidak cukup untuk
memperkirakan
dampak
yang
mungkin
terjadi.
Perusahaan
harus
mempertimbangkan semua kemungkinan dan memberikan peringatan yang
memadai terhadap potensi bahaya yang ada. Jika sebuah produk dapat
menimbulkan ancaman bagi keamanan konsumen, pabrik yang bertanggung jawab
akan meresponsnya dengan cepat untuk memperbaiki masalah yang terjadi
ataupun menarik produk yang membahayakan tersebut.
Perencanaan keamanan saat ini merupakan masalah manajemen yang
penting bagi banyak perusahaan. Berbagai asosiasi perusahaan dan industri telah
secara sukarela mensponsori perbaikan berbagai standar keamanan.
2. Hak Untuk Mendapat Informasi
Konsumen harus memiliki akses ke informasi produk yang memadai agar
bisa membuat keputusan pembelian yang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam
upaya mempromosikan dan menjual barang serta jasa mereka, perusahaan dapat
dengan mudah melupakan hak konsumen untuk mendapatkan informasi secara
penuh.
45
Akan tetapi, tanggung jawab perusahaan dalam menjaga hak-hak konsumen
untuk mendapatkan informasi lebih jauh dari sekedar menghindari iklan yang
menyesatkan. Semua komunikasi dengan konsumen, mulai dari komentar para
petugas penjualan hingga garansi dan faktur, harus dikendalikan agar memberi
informasi yang jelas dan akurat kepada konsumen.
3. Hak Untuk Memilih
Konsumen memiliki hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka
butuhkan dan yang ingin mereka beli. Perusahaan yang secara sosial bertanggung
jawab berusaha menjaga hak ini, sekalipun dalam prosesnya mereka harus
mengurangi penjualan dan laba.
4. Hak Untuk Didengarkan
Pelanggan harus bisa mengekspresikan keluhan yang sah ke pihak yang
berkepentingan. Banyak perusahaan melakukan upaya yang serius untuk
menjamin perhatian terhadap keluhan pelanggan.
C. Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Karyawan
Menurut Boone dan Kurtz (2002, p.71) salah satu sumber daya perusahaan yang
paling penting adalah tenaga kerja. Perusahaan yang mampu menarik karyawan yang
memiliki ketrampilan dan pengetahuan lebih mampu memenuhi tantangan persaingan
di pasar global. Sebaliknya, perusahaan memiliki tanggung jawab yang luas kepada
karyawannya
yang
mencakup
keamanan
lingkungan
kerja,
masalah
kualitas
kehidupan, menghindari diskriminasi, dan mencegah terjadinya pelecehan seksual
serta pembedaan berdasarkan jenis kelamin. Wujud tanggung jawab perusahaan
kepada karyawan, yaitu :
46
1. Keamanan Lingkungan Kerja
Hanya
pekerjanya.
sedikit
Dalam
perusahaan
yang
kenyataannya,
memperhatikan
kebanyakan
pemilik
masalah
bisnis
keamanan
memandang
karyawannya hanya sebagai roda penggerak dalam proses produksi. Para pekerja,
yang tidak jarang masih anak-anak, dipekerjakan dengan kondisi kerja yang
seringkali bahaya.
Salah satu perubahan yang diupayakan oleh para eksekutif adalah
mengubah sikap para karyawan dan manajemen. Sebelumnya, para karyawan
menghadapi resiko yang tinggi dalam mengoperasikan mesin, karena mereka
merasa ditekan oleh pihak manajemen untuk menghasilkan produk dengan segala
macam resikonya. Pihak manajemen mulai menjadikan keselamatan kerja sebagai
prioritas. Pekerja yang melihat adanya masalah keselamatan yang potensial
sekarang bisa menghentikan lini produksi. Pelatihan ynag intensif diselenggarakan
di
seluruh
perusahaan
secara
teratur
untuk
memperkuat
pesan
bahwa
keselamatan harus didahulukan. Para manajer dianggap bertanggungjawab atas
tercapainya angka kecelakaan yang rendah di departemen mereka.
2. Masalah Kualitas Hidup
Menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan menjadi semakin sulit bagi banyak
karyawan. Mereka mendapati diri mereka tergencet di antara persoalan pekerjaan
yang menyita waktu dan keharusan mengasuh anak, mengurus orang tua yang
sudah jompo. Menolong para pekerja untuk mencari solusi bagi persoalan kualitas
hidup ini telah menjadi perhatian yang penting dari banyak perusahaan tetapi tidak
mudah untuk mendapatkan jawabannya.
Beberapa perusahaan menawarkan pengaturan jam kerja yang fleksibel
untuk mendukung karyawan. Sebagian perusahaan juga memberikan fasilitas
kesejahteraan seperti subsidi perawatan anak atau pendidikan di lokasi pekerjaan
47
dan
belanja
(shopping)
untuk
mendukung
pekerja
yang
berusaha
menyeimbangkan kehidupan keluarga serta pekerjaan mereka. Solusi lainnya
adalah menawarkan cuti keluarga (family leave) bagi karyawan yang harus
mengurus masalah keluarga.
3. Menjamin Kesempatan Kerja Yang Sama
Para pelaku bisnis menghadapi banyak tantangan dalam menangani
tenaga kerja yang semakin beragam pada abad ke-21. Dunia bisnis akan dituntut
untuk mencari cara dalam merekrut dan mengatur secara bertanggung jawab
kelompok pekerja yang lebih tua, kaum cacat, dan pekerja dengan beragam gaya
hidup. Semua kelompok ini bekerja di lingkungan yang tidak diskriminatif. Sebuah
upaya keberagaman yang efektif menuntut komitmen dari manajemen puncak dan
keterlibatan karyawan pada semua tingkatan.
4. Pelecehan Seksual dan Pembedaan Berdasarkan Jenis Kelamin
Setiap pemilik perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menjamin
perlakuan yang adil terhadap semua pekerja dan mereka terlindung dari pelecehan
seksual. Pelecehan seksual (sexual harassment) diartikan sebagai tindakan bersifat
seks di tempat kerja, yang tidak bisa diterima dan tidak pantas.
Pelecehan seksual digolongkan dalam dua jenis, di mana yang pertama
terjadi ketika seorang karyawan dipaksa untuk tunduk terhadap permintaan yang
tidak diingnkan dan bujukan yang bersifat seks demi memperoleh jaminan kerja,
promosi, dan kenaikan pangkat. Pelecehan seksual juga bisa diakibatkan dari
lingkungan kerja yang mengancam, di mana seorang karyawan merasa dilecehkan
atau direndahkan karena berbagai tindakan yang tidak diinginkan, sepertin godaan
seksual, komentar yang tidak senonoh, atau canda yang jorok. Untuk menghindari
persoalan seksual, banyak perusahaan telah membuat kebijakan dan program
pendidikan bagi karyawan yang ditujukan untuk mencegah pelanggaran semacam
48
ini. Suatu program pencegahan yang efektif atas terjadinya pelecehan seksual
harus mencakup :
a. Mengeluarkan
sebuah
pernyataan
kebijakan
spesifik
yang
melarang
pelecehan seksual.
b. Mengembangkan suatu prosedur penyampaian keluhan yang bisa digunakan
oleh karyawan.
c.
Menciptakan suasana kerja yang mendorong korban pelecehan seksual
untuk berani melaporkan.
d. Menyelidiki dan menyelesaikan keluhan secara cepat, dan mengambil
tindakan disiplin terhadap pelaku pelecehan seksual.
D. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Investor dan Komunitas
Keuangan
Meskipun tujuan mendasar dari semua bisnis adalah menghasilkan laba bagi
para pemegang sahamnya, namun para investor dan komunitas keuangan menuntut
agar dunia bisnis bersikap secara etis maupun mentaati hukum dalam menangani
transaksi keuangan mereka. Jika dunia bisnis gagal memenuhi tanggung jawab ini,
maka ribuan investor dan konsumen akan menderita, menurut pendapat Boone dan
Kurtz (2002, p.75).
49
2.9
Kerangka Pemikiran
Kualitas teknis
(X1)
Kepuasan
Konsumen (Y)
Corporate Social
Responsibility
konsumen (Z)
Kualitas
Fungsional
(X2)
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran
2.10
Hipotesis
Dari gambar kerangka penelitian di atas maka dapat di lihat bahwa keempat
komponen dari kerangka teoritis telah ada dalam contoh di atas:
1. Adanya pengaruh kualitas teknis dan kualitas fungsional terhadap kepuasan
konsumen.
2. Adanya pengaruh kepuasan konsumen terhadap corporate social responsibility
konsumen.
3. Adanya pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap corporate
social responsibility konsumen.
Download