VARIABILITAS GENETIK HASIL PERSILANGAN DIALEL PADA

advertisement
VARIABILITAS GENETIK HASIL PERSILANGAN DIALEL PADA JAGUNG
PULUT HIBRIDA Zea mays L.
Nursehang ̽ , Rosana Agus ̽ , Elis Tambaru ̽ , Muh. Azrai ̽ ̽
̽ Alamat Korespondensi e-mail : [email protected]
̽ Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Variabilitas Genetik Hasil Persilangan Dialel pada Jagung Pulut Hibrida
Zea mays L. dilakukan untuk mendapatkan varietas hibrida yang unggul. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui variabilitas genetik dan heritabilitas dari beberapa varietas
Jagung pulut hibrida yaitu 7 induk galur hibrida silang dialel dan 21 hibrida hasil
persilangan dialel dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Variabel karakter
fenotip yang diamati adalah persentase perkecambahan biji, umur saat 50 % tanaman
berbunga jantan dan betina, selang waktu berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman,
tinggi tongkol, skoring penampilan tanaman, aspek tongkol, hasil panen biji, bobot
tongkol panen, kadar air panen, rendemen biji, panjang tongkol, diameter tongkol,
jumlah baris biji, jumlah biji setiap baris, bobot 100 biji, jumlah tongkol, dan komponen
hasil. Hasil analisis data statistik menggunakan program CropStat dari 18 karakter
fenotip yang diamati menunjukkan hasil bahwa nilai variabilitas genotip tergolong
sempit dan agak sempit sedangkan nilai variabilitas fenotip tergolong agak luas,
agak sempit, luas dan sempit. Nilai heritabilitas (H) tergolong sempit (H < 20 %) yang
menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor
genetik dan tergolong luas (50 %< H  100) yang menunjukkan bahwa faktor genetik
lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan.
Kata kunci: Jagung hibrida, variabilitas dan heritabilitas
ABSTRACT
Genetic Variability Dialel Crossing Yield at Hybrid Waxy Corn Zea mays L.
conducted to obtain a superior hybrid varieties. The aims study to knowed genetic
variability and heritabilities of some hybrid waxy corn variety that was 7 prime hybrid
groove dialel crossing and 21 hybrid dialel crossing yield with a randomized block
design method. Variable fenotype character who inspected was % sprout seed, male
flowering date and female flowering date, flowering date intervals, plants high, ear high,
plants aspec score, ear aspec, seed grain yields, harvest weight ear, water content, seed
rendemen, ear long, ear diameter, seed row sum, seed sum every row, 100 seed weight,
ear sum, and yields component. The variance analysis statistic data used Cropstats
program of 18 variable fenotype character who inspected showed that genotype
variability score was narrow classified and rather narrow classified while the value of
phenotypic variability was wide rather classified, rather narrow classified, wide
classified and narrow classified. Heritabilities score was narrow classified (H < 20 %)
showed that circles factor than influence of genetic factor and was wide classified
(50 %< H  100) showed that genetic factor than influence of circles factor.
Key words: Hybrid corn, variability and heritabilities
1
PENDAHULUAN
Jagung pulut atau jagung ketan
murni
yang biasa
disebut
dengan
merupakan salah satu jenis species
persilangan dialel. Hasil persilangan
tanaman jagung yang ada di Indonesia
tersebut menghasilkan varietas jagung
yang memiliki keunggulan tersendiri
pulut hibrida (Zainuddin, 2014).
dibandingkan dengan jenis tanaman
Varietas
jagung lainnya, seperti kandungan gizi,
generasi
kadar
antaratetua
karbohidrat,
kandungan
hibrida
merupakan
hasil
persilangan
pertama
berupa
galur
amilopektin serta memiliki ciri khas
Beberapa
unggul
jenis
persilangan dialel kemudian ditanam
jagung lainnya. Jagung pulut atau
untuk mengetahui variasi genetiknya
jagung ketan memiliki kandungan gizi
dari beberapa varietas hibrida tersebut
dan karbohidrat yang lebih tinggi dari
dari segi karakter. Karakter penting
jenis
seperti
dibandingkan
jagung
lainnya,
amilopektinnya
memiliki
dengan
diatas
karakter
kandungan
90
%,
pulen,
varietas
inbrida.
dan
kualitas hasil dikendalikan oleh banyak
sehingga
gen yang masing-masing mempunyai
pengaruh
tekstur yang lembut (Anonim, 2010),
karakter
oleh
kuantitatif.
itu
perlu
hasil
produksi, kadar protein dan
memberi cita rasa yang gurih dan
karena
hibrida
dilakukan
kecil
pada
demikian
karakter
itu,
disebut
karakter
teori,
karakter
Menurut
pemuliaan dengan cara persilangan
kuantitatif lebih banyak dipengaruhi
untuk
sekaligus
oleh faktor lingkungan, namun sulit
unggul
untuk menentukan seberapa jauh suatu
mempertahankan
menciptakan
bibit
(Syukur et al. 2012).
Pemuliaan
karakter
tanaman
plant
disebabkan
oleh
faktor
genetik sebagai akibat aksi gen dan
breeding adalah perpaduan antara seni
seberapa
art dan ilmu science dalam merakit
lingkungan (Syukur et al. 2012).
keragaman
genetik
suatu
populasi
jauh
perlu
atau
mengetahui
(Syukur
dilakukan
et
dari
sebelumnya
al.
2012).
Pemuliaan
dengan
cara
persilangan
antara dua species Jagung pulut galur
oleh
Berdasarkan uraian di atas maka
tanaman tertentu menjadi lebih baik
unggul
disebabkan
dilakukan
beberapa
penelitian
variasi
varietas
untuk
genetik
hibrida
dari
tersebut
menggunakan teori genetika kuantitatif
dengan
cara
pendekatan
anlisis
2
sejumlah
ukuran
karakter
setiap
Persiapan dan Penanaman
individu sebagai hasil ekspresi genetik
Tahap pertama yaitu persiapan
dan lingkungan menggunakan ragam
yang meliputi pengolahan lahan dengan
fenotip
cara
individu-individu
dalam
membuat
tempat
pembuatan
lubang
populasi.
penanaman
METODE PENELITIAN
tanam. Petak penanaman dibuat dengan
Alat
yang
digunakan
pada
dan
petak-petak
ukuran 1,5 x 5 m, lubang tanam dibuat
penelitian ini adalah cangkul, tugal,
dengan
bambu, tali plastik, pita, meteran,
barisan dengan jarak antara lubang 0,20
mistar,
m,
calliper
digital,
kamera,
menggunakan
setiap
lubang
tugal
ditanam
pada
2
biji
timbangan digital, timbangan kenko,
(Azrai et al. 2015). Tahap kedua yaitu
alat pengukur kadar air (Said Mousture
tahap penanaman, sebelum melakukan
Tester) dan alat tulis.
penanaman,
Bahan yang digunakan pada
terlebih
dahulu
benih
jagung fungisida. Penanaman dilakukan
penelitian ini adalah 21 hibrida hasil
dengan jarak tanam 0,75 x 0,20 m.
persilangan dialel dan 7 hibrida sebagai
Pemeliharaan Tanaman
induk pada persilangan dialel. Bahan
Pada
tahap
pemeliharaan
lain yang digunakan adalah pupuk NPK
tanaman, hal yang dilakukan meliputi
phonska
penyiraman. Biji yang sudah ditanam
dan
urea,
fungisida,
insektisida, dan herbisida.
disiram dengan air secara teratur,
Kriteria Sampel
penyiraman dilakukan dengan tujuan
Materi genetik yang digunakan
agar biji jagung yang ditanam tidak
pada penelitian ini adalah 7 galur
mengalami kekeringan, sehingga nutrisi
hibrida silang dialel, yang merupakan
air tetap ada dan terjaga sehingga
hasil persilangan antara dua alel galur
mempermudah
murni yang berperan sebagai induk atau
perkecambahan. Kemudian pemupukan,
tetua, dan 21 hibrida hasil persilangan
biji yang sudah mulai tumbuh dan
dialel dari 7 hibrida induk atau tetua
sudah memiliki akar, batang dan daun
yang disilangkan secara berkali-kali
diberi pupuk yang berfungsi untuk
atau selfing.
mempercepat
dalam
pertumbuhan
proses
dan
menjaga agar tanaman tersebut tumbuh
subur. Pemupukan pertama dilakukan
3
pada 7 hari setelah tanam dengan dosis
dilakukan setelah fase pollinasi, skoring
masing-masing
NPK
penampilan tanaman yang dilakukan
phonska/hektar dan 100 kg urea/hektar
saat tanaman berumur 75 hari setelah
dan pemupukan kedua dilakukan pada
tanam (hst).
300
kg
umur 35 hari setelah tanam dengan
Pengamatan
terhadap
setelah
panen
karakter
bobot
dosis masing-masing 100 kg NPK
dilakukan
phonska/hektar dan 200 kg urea/hektar
tongkol kupasan basah, penampilan
(Azrai et al. 2015).
tongkol
Variabel Karakter Fenotipe
penampilan terbaik – skor 5 = terjelek),
setelah
panen
(skor
1=
Pada tahap pengamatan karakter
kadar air saat panen, rendemen biji pada
fenotipe, variabel yang diamati ada 18,
10 tongkol sampel, bobot 1000 biji,
yaitu : 1). Persentase perkecambahan
panjang dan diameter tongkol, jumlah
biji, 2). Umur saat 50 %
tanaman
baris pertongkol dan jumlah perbaris
berbunga jantan dan betina, 3). Selang
pertongkol, jumlah tongkol serta hasil
waktu berbunga jantan dan betina,
panen
4). Tinggi tanaman, 5). Tinggi tongkol,
dengan
6).
(Sujiprihati et al. 2006) yaitu :
Skoring
keseragaman
tanaman,
7). Keseragaman tongkol, 8). Hasil
panen biji, 9). Bobot tongkol panen,
10). Kadar air biji, 11). Rendemen biji,
12). Panjang tongkol, 13). Diameter
tongkol,
14).
Jumlah
baris
biji,
15). Jumlah biji setiap baris, 16). Bobot
100 biji, 17). Jumlah tongkol, dan
18). Komponen hasil.
Pengamatan dan Analisis Data
Pengamatan
sebelum
panen
pada
kadar
air
menggunakan
15
%
persamaan
10000 (100  KaP)%
x
 BTkPn  RBj
LPPn
(100  15)%
Keterangan :
Y
Y
= Hasil panen (t/ha)
LPPn = Luas petak panen (m2)
KaP = Kadar air biji saat panen (%).
BTkPn = Bobot tongkol kupasan basah
(kg)
RBj. = Rendemen bobot biji dari
sampel tongkol panen
Analisis data menggunakan
program
CropStat
untuk
Windows
dilakukan terhadap karakter persentase
Versi 7.2.2007.3 (IRRI, 2007). Data
tanaman tumbuh, umur 50% berbunga
dianalisis
jantan
berdasarkan model persamaan linear
dan
betina,
selang
waktu
berbunga jantan dan betina, tinggi
tanaman
dan
letak
tongkol
rancangan
perlokasi
acak
dan
dianalisis
kelompok
yang
4
(Baihaki dan Wicaksono, 2005) sebagai
menurut Hallauer dan Miranda (1995)
berikut :
sebagai berikut :
Yijk =  + gi + kk + Eik
 sempit
= 0-24,99%
Keterangan :
 agak sempit = 25-49,99%
Yijk
:Respon
pengamatan
dari
genotipe ke-i, lokasi ke-j, ulangan ke-k

: Rataan umum
gi
: Pengaruh dari genotipe ke-i (i
= 1, 2, 3, 4,…,24)
kk
: Pengaruh ulangan ke-k
ik
: Pengaruh galat percobaan dari
genotipe ke-i, ulangan ke-k
 agak luas
= 50-74,99%
 luas
= 75-100%
Untuk mengetahui bahwa lokasi,
Nilai heritabilitas dalam arti luas
(H) didefinisikan sebagai perbandingan
antara ragam
genetik dan ragam
(  2f )
fenotip
dengan
yang
diestimasi
menggunakan
formula
genotip dan interaksi genotip dan
(Darrah dan Mukuru, 1977) sebagai
lingkungan berbeda nyata, maka dapat
berikut :
dilihat nilai F hitungnya. Jika nilai
H=
F hitung > nilai F Tabel pada taraf
 0.01 atau  0.05 maka perlakuan tersebut
 g2
 2f
Nilaiheritabilitas dikelompakkan
dinyatakan berbeda sangat nyata atau
(Petersen, 1994) sebagai berikut :
nyata. Estimasi ragam genetik, fenotipe
- heritabilitas rendah : <20 %
dan interaksi ragam genetik dengan
- heritabilitas sedang : 20 % – 50 %
lingkungan (Bernardo, 2002) adalah
- heritabilitas tinggi : 50 %< H  100
sebagai berikut :

2
g

2
e
M  M1
= 2
r
= M1
 2f =  g2 +  e2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter Fenotip
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan yang ditulis didalam tabel
kemudain diinput kedalam program
Besaran nilai keragaman genetik
dan fenotipik suatu karakter ditentukan
berdasarkan ragam genetik (  g2 ) dan
Excel untuk mendapatkan nilai rata-rata
dan
diolah
menggunakan
program
Cropstat untuk medapatkan nilai dan
ragam fenotip (  2f ), koefisien ragam
hasil varians yang diinginkan dengan
genotip dan fenotip dengan kriteria
menggunakan
rumus-rumus
tertentu
dapat dilihat pada Tabel 3.
5
Tabel 3. Rekapitulasi Kuadrat Tengah Karakter Agronomi, Hasil dan Komponen Hasil
Hibrida Silang Dialel
Karakter
% Perkecambahan biji
Umur Berbunga Jantan
Umur Berbunga Betina
Selang Waktu Berbunga
TR ASI
Tinggi Tongkol
Tingi Tanaman
Skor. Kes. Tanaman
Keseragaman Tongkol
Bobot Tongkol Panen
Kadar Air Biji
Rendemen
Hasil Panen
B100BJKA
Panjang Tongkol
Diameter Tongkol
Jumlah Baris Biji
Jumlah Biji setiap Baris
db
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
KT
133.705
29.601
30.6032
1.67196
0.188443
342.261
635.721
0.0709224
0.203263
2.42115
8.10022
0.0114147
2.27107
46.5643
4.47013
0.173193
1.65962
19.3931
F.H
1.46
33.12
17.8
2.47
2.15
0.99
0.82
1.32
1.57
7.28
1.49
22.37
8.16
5.66
1.26
0.82
1.79
0.81
Galat
91.2897
0.893737
1.71957
0.985657
8.77E-02
345.455
778.828
0.199312
0.129189
0.332722
5.44695
5.10E-04
0.278467
8.22576
3.55109
0.210665
0.924969
23.9865
Probabilitas
0.116
0.000**
0.000**
0.002**
0.008**
0.496
0.713
0.192
0.078
0.000**
0.108
0.000**
0.000**
0.000**
0.232
0.706
0.034*
0.722
Total
8932.04
977.238
1058.29
81.8095
9.86514
35572.9
73479.8
0.20351
12.4881
83.5489
526.644
0.336372
76.6658
1754.04
318.7
16.1578
95.3899
1866.23
KK
%
9.8
2.1
2.7
42.1
21.9
19.4
15.7
8.4
15.3
19.2
7.1
3.1
20.7
11.1
15
11.8
7.9
19.7
Keterangan : db = Derajat bebas, KT = Kuadrat tengah, F.H = F. Hitung,
KK = Koefisien keragaman, ** = Berpengaruh nyata pada uji 1 %, * = Berpengaruh
nyata pada uji 5 %
hibrida
tersebut
menunjukkan
Hasil analisis data statistik
keragaman genetik. Keragaman yang
digunakan program Cropstat yang
muncul pada populasi berasal dari
terlihat pada Tabel 3 menunjukkan
plasma nutfah, introduksi, persilangan,
bahwa umur berbunga jantan, umur
mutasi, atau melalui proses transgenik
berbunga
betina,
selang
waktu
(Suprapto dan Kairudin 2007).
berbunga, TR selang waktu berbunga,
Nilai Koefisien Keragaman
bobot tongkol panen, rendemen, hasil
(KK) seperti yang terlihat pada Tabel 3
panen, dan bobot 100 biji pada KA 15
menunjukkan bahwa selang waktu
% berpengaruh nyata pada uji 1 % dan
berbunga jantan dan betina dan nilai
karakter fenotip jumlah baris biji
Transformasi selang waktu berbunga
berpengaruh nyata pada uji 5 %.
jantan dan betina (TR ASI) memiliki
Perbedaan pengaruh nyata pada uji 1 %
nilai Koefisien Keragaman (KK) yang
dan 5 % yang terjadi pada beberapa
tinggi yaitu selang waktu berbunga
karakter fenotip dari beberapa varietas
6
% dan
ragam genetik (  g2 ) dan standar deviasi
Transformasi selang waktu berbunga
ragam genetik (   2 ) (Hallauer dan
jantan dan betina yaitu 42.1
jantan dan betina (TR ASI) yaitu 21.9
%. Semakin kecil nillai
Keragaman
(KK)
Selang
berbunga jantan dan
semakin
baik,
Koefisien
waktu
betina maka
karena
proses
penyerbukan terjadi lebih cepat dan
umur panen lebih
cepat, sehingga
potensi hasil panen lebih baik.
Nilai Variabilitas dan Heritabilitas
Besaran nilai variabilitas genetik
g
Miranda,
1995).
Nilai
heritabilitas
merupakan suatu petunjuk seberapa
besar
suatu
karakter
atau
sifat
dipengaruhi oleh faktor genetik atau
lingkungan (Poehlman, 1979). Hasil
pengolahan data menggunakan program
Cropstat menunjukkan nilai variabilitas
genotip,
variabilitas
fenotip
dan
heritabilitas seperti pada Tabel 4.
suatu karakter ditentukan berdasarkan
Tabel 4. Komponen Variabilitas Genetik, Variabilitas Fenotip dan Nilai Heritabilitas
Karakter
% Perkecambahan biji
Umur Berbunga Jantan
Umur Berbunga Betina
Selang Waktu Berbunga
TR ASI
Tinggi Tongkol
Tingi Tanaman
Skor. Kes. Tanaman
Keseragaman Tongkol
Bobot Tongkol Panen
Kadar Air Biji
Rendemen
Hasil Panen
B100BJKA
Panjang Tongkol
Diameter Tongkol
Jumlah Baris Biji
Jumlah Biji setiap Baris
Variabilitas
VG
VF
44.57 135.86
9.87
10.76
10.20 10.76
0.56
10.76
0.06
10.76
114.09 10.76
211.91 10.76
0.001 10.76
0.07
10.76
0.81
10.76
2.70
10.76
0.004 10.76
0.76
10.76
15.52 10.76
1.49
10.76
0.06
10.76
0.55
10.76
6.46
10.76
Rata-Rata
KVG
KVF
H
96.39
46.62
49.24
1.98
1.37
94.57
176.84
0.53
2.50
2.28
33.92
0.69
1.78
23.69
12.24
3.81
11.80
24.72
6.93s
6.74s
6.49s
37.65as
18.29s
11.29s
8.23s
5.58s
10.41s
39.45as
4.84s
8.94s
48.78as
16.63s
9.97s
6.31s
6.30s
10.29s
12.09s
7.04s
6.66s
165.64as
239.09al
3.47s
1.85s
618.16l
131.22s
144.06as
9.67s
475.25l
183.92al
13.85s
26.80s
86.14s
27.79s
13.27s
0.33s
0.92l
0.86l
0.36s
0.42s
0.25s
0.21s
0.004s
0.34s
0.71l
0.33s
1.00l
0.73l
0.65l
0.30s
0.22s
0.37s
0.21s
Keterangan : VG = Variabilitas genotip, VF = Variabilitas fenotip, KVG = Koefisien
variabilitas genotip, KVF = Koefisien variabilitas fenotip, H = Heritabilitas (%),
s = Sempit, as = Agak sempit, al = Agak luas, l = Luas
7
Nilai variabilitas genotip dan
betina 6.66, tinggi tongkol 3.47, tinggi
fenotip yang terlihat pada Tabel 4
tanaman 1.85, keseragaman tongkol
memiliki nilai yang bervariasi, mulai
131.22, kadar air biji 9.67, bobot 100
dari nilai yang tergolong sempit, agak
biji pada KA 15 % 13.85, panjang
sempit, agak luas hingga luas. Nilai
tongkol 26.80, diameter tongkol 86.14,
variabilitas
jumlah baris biji 27.79 dan jumlah biji
genotip
menunjukkan
bahwa nilai variabilitas genotip pada
setiap baris 13.27 tergolong sempit.
karakter fenotip % perkecambahan biji
Nilai Koefisien Varians Genotip
6.93, umur berbunga jantan 6.74, umur
(KVG) dan nilai Koefisien Varians
berbunga betina 6.49, TR selang waktu
Fenotip
(KVF)
berbunga 18.29, tinggi tongkol 11.29,
berdasarkan
nilai
tinggi tanaman 8.23, skor keseragaman
Varians Genotip (KVG). Nilai relatif
tanaman 5.58, keseragaman tongkol
didapatkan
10.41, kadar air biji 4.84,
Koefisien
rendemen
dengan
Varians
digolongkan
relatif
Koefisien
membagi
Genotip
nilai
(KVG)
8.94, bobot 100 biji pada KA 15 %
masing-masing karakter dengan nilai
16.63, panjang tongkol 9.97, diameter
Koefisien
tongkol 6.31, jumlah baris biji 6.30, dan
tertinggi. Penggolongannya adalah 0-
jumlah biji setiap baris 10.29 tergolong
24,99 % (sempit), 25-49,99 % (agak
sempit, sedangkan pada karakter fenotip
sempit), 50-74,99 % agak luas dan 75-
selang waktu berbunga 37.65, bobot
100
tongkol panen 39.45 dan hasil panen
penggologan Koefisien Varians Fenotip
48.78 tergolong agak sempit.
(KVF) (Bambang et al. 2015).
%
Varians
luas,
Genotip
(KVG)
begitupun
pada
Nilai variabilitas fenotip pada
Melihat seberapa besar proporsi
karakter fenotip selang waktu berbunga
variabilitas genetik terhadap ragam
165.64
183.92
fenotip, diperlukan pendugaan nilai
tergolong agak luas, TR selang waktu
heritabilitas (%) seperti yang terlihat
berbunga 239.09 dan bobot tongkol
pada Tabel 4. Nilai duga heritabilitas
panen 144.06 tergolong agak sempit,
yang
skor keseragaman tanaman 618.16 dan
berdasarkan kriteria yang dikemukakan
rendemen 475.25 tergolong luas dan %
oleh
perkecambahan
umur
tergolong rendah atau sempit (H <20 %)
berbunga jantan 7.04, umur berbunga
dan tinggi atau luas (50 %< H  100).
dan
hasil
biji
panen
12.09,
disajikan
Stanfield
pada
(1983),
Tabel
ada
3.
yang
8
Nilai heritabilitas yang tergolong sempit
Nilai Heritabilitas
(H) pada
dari karakter fenotip yang diamati
Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil
adalah
persilangan dialel tergolong luas atau
karakter
fenotip
%
tinggi
berbunga
waktu
menunjukkan bahwa faktor genetik
berbunga 0.42, tinggi tongkol 0.25,
lebih berperan dibandingkan dengan
tinggi tanaman 0.21, skor keseragaman
faktor lingkungan dan tergolong sempit
tanaman 0.004, keseragaman tongkol
atau
0.35, kadar air biji 0.33, panjang
menunjukkan bahwa faktor lingkungan
tongkol 0.30, diameter tongkol 0.22,
lebih berperan dibandingkan dengan
jumlah baris biji 0.37 dan jumah biji
faktor genetik.
setiap baris 0.21 yang menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
0.36,
TR
selang
bahwa faktor lingkungan lebih berperan
dibandingkan dengan faktor genetik.
Nilai heritabilitas yang tergolong luas
dari karakter fenotip yang diamati
adalah
umur berbunga jantan 0.92,
(50
%<
rendah
(H
H

perkecambahan biji 0.33, selang waktu
<
20
100) yang
%)
yang
Anonim, 2012. Pengolahan Tanaman
Jagung,
http://restuws.wordpress.com/20
10/06/13/teknologi-pengolahantanaman-jagung, diakses pada
tanggal 11 Oktober 2015 pukul
07.00 WITA.
umur berbunga betina 0.86, bobot
tongkol panen 0.71, rendemen 1.00,
hasil panen 0.73 dan bobot 100 biji
pada KA 15 % 0.65 yang menunjukkan
bahwa faktor genetik lebih berperan
dibandingkan
dengan
faktor
Azrai, M., Adriani, A., W.B., Suwarno,
S.H., Sutjahjo, 2015. Pendugaan
Keragaman Genetik
dan
Heritabilitas Jagung Hibrida
Silang Puncak pada Perlakuan
Cekaman Kekeringan, Balai
Penelitian Tanaman Serealia,
Maros, Vol. 24(1) : 91-100.
lingkungan.
KESIMPULAN
Nilai variabilitas genetik pada
Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil
persilangan dialel tergolong sempit dan
agak sempit sedangkan nilai variabilitas
fenotip tergolong agak luas, agak
sempit, luas dan sempit.
Baihaki, A. dan N. Wicaksono, 2005.
Interaksi Genotip x Lingkungan,
Adaptabilitas, dan Stabilitas
Hasil dalam Pengembangan
Tanaman Varietas Unggul di
Indonesia, Zuriat 16(1) : 1–8.
Bernardo, R., 2002. Breeding for
Quantitative Traits in Plants,
Woodbury, Minnesota: Stemma
Press.
9
Darrah, L. L. and Mukuru. 1977.
Recurrent Selection Methods for
Maize Improvement the East
African Experience. Muguga,
Nairobi,
East
African
Agriculture
and
Forestry
Research Organisation. 20p.
Hallauer A.R. and J.B.F.O Miranda,
1987. Quantitative Genetics in
Maize Breeding (2ndedition),
Lowa State Univ. Press.
IRRI.,
2007. CropStat for Windows
Version 7.2.2007.3.
Pertanian Indonesia 9 (2) :
183-190.
Syukur M., S. Sujiprihati dan R.
Yunianti,
2012.
Teknik
Pemuliaan Tanaman. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Zainuddin S., 2014. Variabilitas
Genetik Penampilan Agronomis
Sepuluh Genotipe Jagung Pulut,
Agroteknologi, Sekolah Tinggi
Pertanian Kutai Timur, vol. 2 :
21-22.
Mustofa Z., I.M Budiarsa dan G.B
Samdas, 2013. Variasi Genetik
Jagung
Zea
mays
L.
berdasarkan Karakter Fenotipik
Tongkol
Jagung
yang
Dibudidaya di Desa Jono Oge,
Program
Studi
Pendidikan
Biologi, Universitas Tadulako,
Vol. 1 : 33-41.
Petersen, R.G., 1994.
Agricultural
Field Experiments. New York:
Marcel Dekker, Inc.
Poehlman J.M., 1979. Breeding Field
Crops.Edisi ke-2. Connecticut:
The AVI Publishing.Westport,
486p.
Sujiprihati, S., M., Azrai, dan A.,
Yuliandry, 2006.
Keragaan
Genotip
Jagung
Bermutu
Protein Tinggi (QPM) di Dua
Tipologi Lahan yang Berbeda.
Agrotropika 11(2) : 90-100
Suprapto dan N.M Kairudin, 2007.
Variasi Genetik, Heritabilitas,
Tindak Gen Dan Kemajuan
Genetik Kedelai (Glycine max
Merrill) Pada Ultisol, Ilmu
10
11
Download