VARIABILITAS GENETIK HASIL PERSILANGAN DIALEL PADA JAGUNG PULUT HIBRIDA Zea mays L. Nursehang ̽ , Rosana Agus ̽ , Elis Tambaru ̽ , Muh. Azrai ̽ ̽ ̽ Alamat Korespondensi e-mail : [email protected] ̽ Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Variabilitas Genetik Hasil Persilangan Dialel pada Jagung Pulut Hibrida Zea mays L. dilakukan untuk mendapatkan varietas hibrida yang unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabilitas genetik dan heritabilitas dari beberapa varietas Jagung pulut hibrida yaitu 7 induk galur hibrida silang dialel dan 21 hibrida hasil persilangan dialel dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Variabel karakter fenotip yang diamati adalah persentase perkecambahan biji, umur saat 50 % tanaman berbunga jantan dan betina, selang waktu berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman, tinggi tongkol, skoring penampilan tanaman, aspek tongkol, hasil panen biji, bobot tongkol panen, kadar air panen, rendemen biji, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji setiap baris, bobot 100 biji, jumlah tongkol, dan komponen hasil. Hasil analisis data statistik menggunakan program CropStat dari 18 karakter fenotip yang diamati menunjukkan hasil bahwa nilai variabilitas genotip tergolong sempit dan agak sempit sedangkan nilai variabilitas fenotip tergolong agak luas, agak sempit, luas dan sempit. Nilai heritabilitas (H) tergolong sempit (H < 20 %) yang menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor genetik dan tergolong luas (50 %< H 100) yang menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan. Kata kunci: Jagung hibrida, variabilitas dan heritabilitas ABSTRACT Genetic Variability Dialel Crossing Yield at Hybrid Waxy Corn Zea mays L. conducted to obtain a superior hybrid varieties. The aims study to knowed genetic variability and heritabilities of some hybrid waxy corn variety that was 7 prime hybrid groove dialel crossing and 21 hybrid dialel crossing yield with a randomized block design method. Variable fenotype character who inspected was % sprout seed, male flowering date and female flowering date, flowering date intervals, plants high, ear high, plants aspec score, ear aspec, seed grain yields, harvest weight ear, water content, seed rendemen, ear long, ear diameter, seed row sum, seed sum every row, 100 seed weight, ear sum, and yields component. The variance analysis statistic data used Cropstats program of 18 variable fenotype character who inspected showed that genotype variability score was narrow classified and rather narrow classified while the value of phenotypic variability was wide rather classified, rather narrow classified, wide classified and narrow classified. Heritabilities score was narrow classified (H < 20 %) showed that circles factor than influence of genetic factor and was wide classified (50 %< H 100) showed that genetic factor than influence of circles factor. Key words: Hybrid corn, variability and heritabilities 1 PENDAHULUAN Jagung pulut atau jagung ketan murni yang biasa disebut dengan merupakan salah satu jenis species persilangan dialel. Hasil persilangan tanaman jagung yang ada di Indonesia tersebut menghasilkan varietas jagung yang memiliki keunggulan tersendiri pulut hibrida (Zainuddin, 2014). dibandingkan dengan jenis tanaman Varietas jagung lainnya, seperti kandungan gizi, generasi kadar antaratetua karbohidrat, kandungan hibrida merupakan hasil persilangan pertama berupa galur amilopektin serta memiliki ciri khas Beberapa unggul jenis persilangan dialel kemudian ditanam jagung lainnya. Jagung pulut atau untuk mengetahui variasi genetiknya jagung ketan memiliki kandungan gizi dari beberapa varietas hibrida tersebut dan karbohidrat yang lebih tinggi dari dari segi karakter. Karakter penting jenis seperti dibandingkan jagung lainnya, amilopektinnya memiliki dengan diatas karakter kandungan 90 %, pulen, varietas inbrida. dan kualitas hasil dikendalikan oleh banyak sehingga gen yang masing-masing mempunyai pengaruh tekstur yang lembut (Anonim, 2010), karakter oleh kuantitatif. itu perlu hasil produksi, kadar protein dan memberi cita rasa yang gurih dan karena hibrida dilakukan kecil pada demikian karakter itu, disebut karakter teori, karakter Menurut pemuliaan dengan cara persilangan kuantitatif lebih banyak dipengaruhi untuk sekaligus oleh faktor lingkungan, namun sulit unggul untuk menentukan seberapa jauh suatu mempertahankan menciptakan bibit (Syukur et al. 2012). Pemuliaan karakter tanaman plant disebabkan oleh faktor genetik sebagai akibat aksi gen dan breeding adalah perpaduan antara seni seberapa art dan ilmu science dalam merakit lingkungan (Syukur et al. 2012). keragaman genetik suatu populasi jauh perlu atau mengetahui (Syukur dilakukan et dari sebelumnya al. 2012). Pemuliaan dengan cara persilangan antara dua species Jagung pulut galur oleh Berdasarkan uraian di atas maka tanaman tertentu menjadi lebih baik unggul disebabkan dilakukan beberapa penelitian variasi varietas untuk genetik hibrida dari tersebut menggunakan teori genetika kuantitatif dengan cara pendekatan anlisis 2 sejumlah ukuran karakter setiap Persiapan dan Penanaman individu sebagai hasil ekspresi genetik Tahap pertama yaitu persiapan dan lingkungan menggunakan ragam yang meliputi pengolahan lahan dengan fenotip cara individu-individu dalam membuat tempat pembuatan lubang populasi. penanaman METODE PENELITIAN tanam. Petak penanaman dibuat dengan Alat yang digunakan pada dan petak-petak ukuran 1,5 x 5 m, lubang tanam dibuat penelitian ini adalah cangkul, tugal, dengan bambu, tali plastik, pita, meteran, barisan dengan jarak antara lubang 0,20 mistar, m, calliper digital, kamera, menggunakan setiap lubang tugal ditanam pada 2 biji timbangan digital, timbangan kenko, (Azrai et al. 2015). Tahap kedua yaitu alat pengukur kadar air (Said Mousture tahap penanaman, sebelum melakukan Tester) dan alat tulis. penanaman, Bahan yang digunakan pada terlebih dahulu benih jagung fungisida. Penanaman dilakukan penelitian ini adalah 21 hibrida hasil dengan jarak tanam 0,75 x 0,20 m. persilangan dialel dan 7 hibrida sebagai Pemeliharaan Tanaman induk pada persilangan dialel. Bahan Pada tahap pemeliharaan lain yang digunakan adalah pupuk NPK tanaman, hal yang dilakukan meliputi phonska penyiraman. Biji yang sudah ditanam dan urea, fungisida, insektisida, dan herbisida. disiram dengan air secara teratur, Kriteria Sampel penyiraman dilakukan dengan tujuan Materi genetik yang digunakan agar biji jagung yang ditanam tidak pada penelitian ini adalah 7 galur mengalami kekeringan, sehingga nutrisi hibrida silang dialel, yang merupakan air tetap ada dan terjaga sehingga hasil persilangan antara dua alel galur mempermudah murni yang berperan sebagai induk atau perkecambahan. Kemudian pemupukan, tetua, dan 21 hibrida hasil persilangan biji yang sudah mulai tumbuh dan dialel dari 7 hibrida induk atau tetua sudah memiliki akar, batang dan daun yang disilangkan secara berkali-kali diberi pupuk yang berfungsi untuk atau selfing. mempercepat dalam pertumbuhan proses dan menjaga agar tanaman tersebut tumbuh subur. Pemupukan pertama dilakukan 3 pada 7 hari setelah tanam dengan dosis dilakukan setelah fase pollinasi, skoring masing-masing NPK penampilan tanaman yang dilakukan phonska/hektar dan 100 kg urea/hektar saat tanaman berumur 75 hari setelah dan pemupukan kedua dilakukan pada tanam (hst). 300 kg umur 35 hari setelah tanam dengan Pengamatan terhadap setelah panen karakter bobot dosis masing-masing 100 kg NPK dilakukan phonska/hektar dan 200 kg urea/hektar tongkol kupasan basah, penampilan (Azrai et al. 2015). tongkol Variabel Karakter Fenotipe penampilan terbaik – skor 5 = terjelek), setelah panen (skor 1= Pada tahap pengamatan karakter kadar air saat panen, rendemen biji pada fenotipe, variabel yang diamati ada 18, 10 tongkol sampel, bobot 1000 biji, yaitu : 1). Persentase perkecambahan panjang dan diameter tongkol, jumlah biji, 2). Umur saat 50 % tanaman baris pertongkol dan jumlah perbaris berbunga jantan dan betina, 3). Selang pertongkol, jumlah tongkol serta hasil waktu berbunga jantan dan betina, panen 4). Tinggi tanaman, 5). Tinggi tongkol, dengan 6). (Sujiprihati et al. 2006) yaitu : Skoring keseragaman tanaman, 7). Keseragaman tongkol, 8). Hasil panen biji, 9). Bobot tongkol panen, 10). Kadar air biji, 11). Rendemen biji, 12). Panjang tongkol, 13). Diameter tongkol, 14). Jumlah baris biji, 15). Jumlah biji setiap baris, 16). Bobot 100 biji, 17). Jumlah tongkol, dan 18). Komponen hasil. Pengamatan dan Analisis Data Pengamatan sebelum panen pada kadar air menggunakan 15 % persamaan 10000 (100 KaP)% x BTkPn RBj LPPn (100 15)% Keterangan : Y Y = Hasil panen (t/ha) LPPn = Luas petak panen (m2) KaP = Kadar air biji saat panen (%). BTkPn = Bobot tongkol kupasan basah (kg) RBj. = Rendemen bobot biji dari sampel tongkol panen Analisis data menggunakan program CropStat untuk Windows dilakukan terhadap karakter persentase Versi 7.2.2007.3 (IRRI, 2007). Data tanaman tumbuh, umur 50% berbunga dianalisis jantan berdasarkan model persamaan linear dan betina, selang waktu berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman dan letak tongkol rancangan perlokasi acak dan dianalisis kelompok yang 4 (Baihaki dan Wicaksono, 2005) sebagai menurut Hallauer dan Miranda (1995) berikut : sebagai berikut : Yijk = + gi + kk + Eik sempit = 0-24,99% Keterangan : agak sempit = 25-49,99% Yijk :Respon pengamatan dari genotipe ke-i, lokasi ke-j, ulangan ke-k : Rataan umum gi : Pengaruh dari genotipe ke-i (i = 1, 2, 3, 4,…,24) kk : Pengaruh ulangan ke-k ik : Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i, ulangan ke-k agak luas = 50-74,99% luas = 75-100% Untuk mengetahui bahwa lokasi, Nilai heritabilitas dalam arti luas (H) didefinisikan sebagai perbandingan antara ragam genetik dan ragam ( 2f ) fenotip dengan yang diestimasi menggunakan formula genotip dan interaksi genotip dan (Darrah dan Mukuru, 1977) sebagai lingkungan berbeda nyata, maka dapat berikut : dilihat nilai F hitungnya. Jika nilai H= F hitung > nilai F Tabel pada taraf 0.01 atau 0.05 maka perlakuan tersebut g2 2f Nilaiheritabilitas dikelompakkan dinyatakan berbeda sangat nyata atau (Petersen, 1994) sebagai berikut : nyata. Estimasi ragam genetik, fenotipe - heritabilitas rendah : <20 % dan interaksi ragam genetik dengan - heritabilitas sedang : 20 % – 50 % lingkungan (Bernardo, 2002) adalah - heritabilitas tinggi : 50 %< H 100 sebagai berikut : 2 g 2 e M M1 = 2 r = M1 2f = g2 + e2 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Fenotip Dari hasil pengamatan yang dilakukan yang ditulis didalam tabel kemudain diinput kedalam program Besaran nilai keragaman genetik dan fenotipik suatu karakter ditentukan berdasarkan ragam genetik ( g2 ) dan Excel untuk mendapatkan nilai rata-rata dan diolah menggunakan program Cropstat untuk medapatkan nilai dan ragam fenotip ( 2f ), koefisien ragam hasil varians yang diinginkan dengan genotip dan fenotip dengan kriteria menggunakan rumus-rumus tertentu dapat dilihat pada Tabel 3. 5 Tabel 3. Rekapitulasi Kuadrat Tengah Karakter Agronomi, Hasil dan Komponen Hasil Hibrida Silang Dialel Karakter % Perkecambahan biji Umur Berbunga Jantan Umur Berbunga Betina Selang Waktu Berbunga TR ASI Tinggi Tongkol Tingi Tanaman Skor. Kes. Tanaman Keseragaman Tongkol Bobot Tongkol Panen Kadar Air Biji Rendemen Hasil Panen B100BJKA Panjang Tongkol Diameter Tongkol Jumlah Baris Biji Jumlah Biji setiap Baris db 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 KT 133.705 29.601 30.6032 1.67196 0.188443 342.261 635.721 0.0709224 0.203263 2.42115 8.10022 0.0114147 2.27107 46.5643 4.47013 0.173193 1.65962 19.3931 F.H 1.46 33.12 17.8 2.47 2.15 0.99 0.82 1.32 1.57 7.28 1.49 22.37 8.16 5.66 1.26 0.82 1.79 0.81 Galat 91.2897 0.893737 1.71957 0.985657 8.77E-02 345.455 778.828 0.199312 0.129189 0.332722 5.44695 5.10E-04 0.278467 8.22576 3.55109 0.210665 0.924969 23.9865 Probabilitas 0.116 0.000** 0.000** 0.002** 0.008** 0.496 0.713 0.192 0.078 0.000** 0.108 0.000** 0.000** 0.000** 0.232 0.706 0.034* 0.722 Total 8932.04 977.238 1058.29 81.8095 9.86514 35572.9 73479.8 0.20351 12.4881 83.5489 526.644 0.336372 76.6658 1754.04 318.7 16.1578 95.3899 1866.23 KK % 9.8 2.1 2.7 42.1 21.9 19.4 15.7 8.4 15.3 19.2 7.1 3.1 20.7 11.1 15 11.8 7.9 19.7 Keterangan : db = Derajat bebas, KT = Kuadrat tengah, F.H = F. Hitung, KK = Koefisien keragaman, ** = Berpengaruh nyata pada uji 1 %, * = Berpengaruh nyata pada uji 5 % hibrida tersebut menunjukkan Hasil analisis data statistik keragaman genetik. Keragaman yang digunakan program Cropstat yang muncul pada populasi berasal dari terlihat pada Tabel 3 menunjukkan plasma nutfah, introduksi, persilangan, bahwa umur berbunga jantan, umur mutasi, atau melalui proses transgenik berbunga betina, selang waktu (Suprapto dan Kairudin 2007). berbunga, TR selang waktu berbunga, Nilai Koefisien Keragaman bobot tongkol panen, rendemen, hasil (KK) seperti yang terlihat pada Tabel 3 panen, dan bobot 100 biji pada KA 15 menunjukkan bahwa selang waktu % berpengaruh nyata pada uji 1 % dan berbunga jantan dan betina dan nilai karakter fenotip jumlah baris biji Transformasi selang waktu berbunga berpengaruh nyata pada uji 5 %. jantan dan betina (TR ASI) memiliki Perbedaan pengaruh nyata pada uji 1 % nilai Koefisien Keragaman (KK) yang dan 5 % yang terjadi pada beberapa tinggi yaitu selang waktu berbunga karakter fenotip dari beberapa varietas 6 % dan ragam genetik ( g2 ) dan standar deviasi Transformasi selang waktu berbunga ragam genetik ( 2 ) (Hallauer dan jantan dan betina yaitu 42.1 jantan dan betina (TR ASI) yaitu 21.9 %. Semakin kecil nillai Keragaman (KK) Selang berbunga jantan dan semakin baik, Koefisien waktu betina maka karena proses penyerbukan terjadi lebih cepat dan umur panen lebih cepat, sehingga potensi hasil panen lebih baik. Nilai Variabilitas dan Heritabilitas Besaran nilai variabilitas genetik g Miranda, 1995). Nilai heritabilitas merupakan suatu petunjuk seberapa besar suatu karakter atau sifat dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan (Poehlman, 1979). Hasil pengolahan data menggunakan program Cropstat menunjukkan nilai variabilitas genotip, variabilitas fenotip dan heritabilitas seperti pada Tabel 4. suatu karakter ditentukan berdasarkan Tabel 4. Komponen Variabilitas Genetik, Variabilitas Fenotip dan Nilai Heritabilitas Karakter % Perkecambahan biji Umur Berbunga Jantan Umur Berbunga Betina Selang Waktu Berbunga TR ASI Tinggi Tongkol Tingi Tanaman Skor. Kes. Tanaman Keseragaman Tongkol Bobot Tongkol Panen Kadar Air Biji Rendemen Hasil Panen B100BJKA Panjang Tongkol Diameter Tongkol Jumlah Baris Biji Jumlah Biji setiap Baris Variabilitas VG VF 44.57 135.86 9.87 10.76 10.20 10.76 0.56 10.76 0.06 10.76 114.09 10.76 211.91 10.76 0.001 10.76 0.07 10.76 0.81 10.76 2.70 10.76 0.004 10.76 0.76 10.76 15.52 10.76 1.49 10.76 0.06 10.76 0.55 10.76 6.46 10.76 Rata-Rata KVG KVF H 96.39 46.62 49.24 1.98 1.37 94.57 176.84 0.53 2.50 2.28 33.92 0.69 1.78 23.69 12.24 3.81 11.80 24.72 6.93s 6.74s 6.49s 37.65as 18.29s 11.29s 8.23s 5.58s 10.41s 39.45as 4.84s 8.94s 48.78as 16.63s 9.97s 6.31s 6.30s 10.29s 12.09s 7.04s 6.66s 165.64as 239.09al 3.47s 1.85s 618.16l 131.22s 144.06as 9.67s 475.25l 183.92al 13.85s 26.80s 86.14s 27.79s 13.27s 0.33s 0.92l 0.86l 0.36s 0.42s 0.25s 0.21s 0.004s 0.34s 0.71l 0.33s 1.00l 0.73l 0.65l 0.30s 0.22s 0.37s 0.21s Keterangan : VG = Variabilitas genotip, VF = Variabilitas fenotip, KVG = Koefisien variabilitas genotip, KVF = Koefisien variabilitas fenotip, H = Heritabilitas (%), s = Sempit, as = Agak sempit, al = Agak luas, l = Luas 7 Nilai variabilitas genotip dan betina 6.66, tinggi tongkol 3.47, tinggi fenotip yang terlihat pada Tabel 4 tanaman 1.85, keseragaman tongkol memiliki nilai yang bervariasi, mulai 131.22, kadar air biji 9.67, bobot 100 dari nilai yang tergolong sempit, agak biji pada KA 15 % 13.85, panjang sempit, agak luas hingga luas. Nilai tongkol 26.80, diameter tongkol 86.14, variabilitas jumlah baris biji 27.79 dan jumlah biji genotip menunjukkan bahwa nilai variabilitas genotip pada setiap baris 13.27 tergolong sempit. karakter fenotip % perkecambahan biji Nilai Koefisien Varians Genotip 6.93, umur berbunga jantan 6.74, umur (KVG) dan nilai Koefisien Varians berbunga betina 6.49, TR selang waktu Fenotip (KVF) berbunga 18.29, tinggi tongkol 11.29, berdasarkan nilai tinggi tanaman 8.23, skor keseragaman Varians Genotip (KVG). Nilai relatif tanaman 5.58, keseragaman tongkol didapatkan 10.41, kadar air biji 4.84, Koefisien rendemen dengan Varians digolongkan relatif Koefisien membagi Genotip nilai (KVG) 8.94, bobot 100 biji pada KA 15 % masing-masing karakter dengan nilai 16.63, panjang tongkol 9.97, diameter Koefisien tongkol 6.31, jumlah baris biji 6.30, dan tertinggi. Penggolongannya adalah 0- jumlah biji setiap baris 10.29 tergolong 24,99 % (sempit), 25-49,99 % (agak sempit, sedangkan pada karakter fenotip sempit), 50-74,99 % agak luas dan 75- selang waktu berbunga 37.65, bobot 100 tongkol panen 39.45 dan hasil panen penggologan Koefisien Varians Fenotip 48.78 tergolong agak sempit. (KVF) (Bambang et al. 2015). % Varians luas, Genotip (KVG) begitupun pada Nilai variabilitas fenotip pada Melihat seberapa besar proporsi karakter fenotip selang waktu berbunga variabilitas genetik terhadap ragam 165.64 183.92 fenotip, diperlukan pendugaan nilai tergolong agak luas, TR selang waktu heritabilitas (%) seperti yang terlihat berbunga 239.09 dan bobot tongkol pada Tabel 4. Nilai duga heritabilitas panen 144.06 tergolong agak sempit, yang skor keseragaman tanaman 618.16 dan berdasarkan kriteria yang dikemukakan rendemen 475.25 tergolong luas dan % oleh perkecambahan umur tergolong rendah atau sempit (H <20 %) berbunga jantan 7.04, umur berbunga dan tinggi atau luas (50 %< H 100). dan hasil biji panen 12.09, disajikan Stanfield pada (1983), Tabel ada 3. yang 8 Nilai heritabilitas yang tergolong sempit Nilai Heritabilitas (H) pada dari karakter fenotip yang diamati Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil adalah persilangan dialel tergolong luas atau karakter fenotip % tinggi berbunga waktu menunjukkan bahwa faktor genetik berbunga 0.42, tinggi tongkol 0.25, lebih berperan dibandingkan dengan tinggi tanaman 0.21, skor keseragaman faktor lingkungan dan tergolong sempit tanaman 0.004, keseragaman tongkol atau 0.35, kadar air biji 0.33, panjang menunjukkan bahwa faktor lingkungan tongkol 0.30, diameter tongkol 0.22, lebih berperan dibandingkan dengan jumlah baris biji 0.37 dan jumah biji faktor genetik. setiap baris 0.21 yang menunjukkan DAFTAR PUSTAKA 0.36, TR selang bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor genetik. Nilai heritabilitas yang tergolong luas dari karakter fenotip yang diamati adalah umur berbunga jantan 0.92, (50 %< rendah (H H perkecambahan biji 0.33, selang waktu < 20 100) yang %) yang Anonim, 2012. Pengolahan Tanaman Jagung, http://restuws.wordpress.com/20 10/06/13/teknologi-pengolahantanaman-jagung, diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 07.00 WITA. umur berbunga betina 0.86, bobot tongkol panen 0.71, rendemen 1.00, hasil panen 0.73 dan bobot 100 biji pada KA 15 % 0.65 yang menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor Azrai, M., Adriani, A., W.B., Suwarno, S.H., Sutjahjo, 2015. Pendugaan Keragaman Genetik dan Heritabilitas Jagung Hibrida Silang Puncak pada Perlakuan Cekaman Kekeringan, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Vol. 24(1) : 91-100. lingkungan. KESIMPULAN Nilai variabilitas genetik pada Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil persilangan dialel tergolong sempit dan agak sempit sedangkan nilai variabilitas fenotip tergolong agak luas, agak sempit, luas dan sempit. Baihaki, A. dan N. Wicaksono, 2005. Interaksi Genotip x Lingkungan, Adaptabilitas, dan Stabilitas Hasil dalam Pengembangan Tanaman Varietas Unggul di Indonesia, Zuriat 16(1) : 1–8. Bernardo, R., 2002. Breeding for Quantitative Traits in Plants, Woodbury, Minnesota: Stemma Press. 9 Darrah, L. L. and Mukuru. 1977. Recurrent Selection Methods for Maize Improvement the East African Experience. Muguga, Nairobi, East African Agriculture and Forestry Research Organisation. 20p. Hallauer A.R. and J.B.F.O Miranda, 1987. Quantitative Genetics in Maize Breeding (2ndedition), Lowa State Univ. Press. IRRI., 2007. CropStat for Windows Version 7.2.2007.3. Pertanian Indonesia 9 (2) : 183-190. Syukur M., S. Sujiprihati dan R. Yunianti, 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Zainuddin S., 2014. Variabilitas Genetik Penampilan Agronomis Sepuluh Genotipe Jagung Pulut, Agroteknologi, Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur, vol. 2 : 21-22. Mustofa Z., I.M Budiarsa dan G.B Samdas, 2013. Variasi Genetik Jagung Zea mays L. berdasarkan Karakter Fenotipik Tongkol Jagung yang Dibudidaya di Desa Jono Oge, Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Tadulako, Vol. 1 : 33-41. Petersen, R.G., 1994. Agricultural Field Experiments. New York: Marcel Dekker, Inc. Poehlman J.M., 1979. Breeding Field Crops.Edisi ke-2. Connecticut: The AVI Publishing.Westport, 486p. Sujiprihati, S., M., Azrai, dan A., Yuliandry, 2006. Keragaan Genotip Jagung Bermutu Protein Tinggi (QPM) di Dua Tipologi Lahan yang Berbeda. Agrotropika 11(2) : 90-100 Suprapto dan N.M Kairudin, 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen Dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) Pada Ultisol, Ilmu 10 11