FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM 1 H. MARAGUSTAM SIREGAR, PROF. DR. M.A. MENCETAK PEMBELAJAR MENJADI INSAN PARIPURNA (FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM) BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 2 Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh Barat Globalisasi Informasi yang membawa visi dan misi Sekularisme: Suatu paham yang memisahkan dunia dan akhirat, memisahkan kehidupan dunia dan kehidupan agama. Pengamalan agama adalah masalah pribadi BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 3 Liberalisme: faham freedom of choice (kebebasan memilih) yang meliputi freedom of worship (kebebasan dalam hal peribadatan), ownership (kepemilikan), politics (politik), and ekspression (berekspresi). Liberalisme ini juga melanda kepada keluarga, sehingga sangat sulit anggota keluarga diatur, dibimbing, disuruh beribadah dan lain-lain demi atas nama liberalisme BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 4 Hedonisme: kebahagiaan adalah kesenangan. Kesenangan itu berkat gerakan yang lemah gemulai, sedangkan rasa sakit berkat gerakan kasar. Kesenangan sesaat yang dinikmati itulah yang dihargai. Suatu perbuatan disebut baik sejauh dapat menyebabkan kesenangan dan memberi kenikmatan. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 5 Krisis etika dan moral sebagai akibat dari kurang efektifnya proses sosialisasi atau internalisasi sikap-sikap dan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran atau akibat dipisahkannya urusan agama dan dunia. Terjadinya inefisiensi eksternal berupa tidak dipakainya keluaran pendidikan Islam pada pasar tenaga kerja. Kalaupun dipakai, pekerjaan itu berbeda dengan pendidikan yang diperoleh di bangku kuliah (missmatch). BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 6 Nilai-nilai Islam yang diberikan dalam lembaga pendidikan tidak sesuai dengan realitas sosial yang ada. Pembelajar menjadi bingung ketika nilai dan norma yang diterima di lembaga pendidikan sangat jauh berbeda dengan prilaku masyarakat. Krisis keteladanan dari pemegang kendali dalam masyarakat, seperti orang tua, tokoh masyarakat, pemerintah, dan para guru. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 7 Kurang sepadannya sistem penghargaan (reward system) masyarakat terhadap orang-orang yang mengamalkan ajaran agamanya. PENDIDIK SUMBER BELAJAR PESERTA DIDIK 8 VISI PENDIDIKAN NASIONAL 9 Visi Pendidikan Nasional menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas adalah: Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah . Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF (Insan Kamil / Insan Paripurna) INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF Cerdas Spiritual • Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan 10 dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. • Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. • Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: – membina dan memupuk hubungan timbal balik; Cerdas – demokratis; Emosional – empatik dan simpatik; dan Sosial – menjunjung tinggi hak asasi manusia; – ceria dan percaya diri; – menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta – berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Cerdas Intelektual Cerdas Kinestetik • Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; • Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif; • Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas; INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF 11 • • • • • Kompetitif • • • • • • Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan Bersemangat juang tinggi Mandiri Pantang menyerah Pembangun dan pembina jejaring Bersahabat dengan perubahan Inovatif dan menjadi agen perubahan Produktif Sadar mutu Berorientasi global Pembelajar sepanjang hayat PENGERTIAN FILSAFAT 12 Pengertian Filsafat : (1) berpikir bebas, (2) radikal, (3) sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu termasuk pendidikan Islam. PENGERTIAN TARBIYAH 13 • Kata tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu :(1) raba; (2) rabiya; dan (3) rabba. Kata raba - yarbu, dengan arti nama- yanmu, yang berarti bertambah; tumbuh menjadi besar. Kata rabiya – yarba, dengan wazan khafia-yakhfa, artinya naik, menjadi besar/dewasa, tumbuh, berkembang. Kata rabbayarubbu, dengan arti: aslahahu (memperbaikinya), tawalla amrahu (mengurusi perkaranya, bertanggung jawab atasnya), sasahu (melatih; mengatur; memerintah), qama ’alaihi (menjaga, mengamati, membantu), ra’ahu (memelihara, memimpin). TARBIYAH DARI SEGI ETIMOLOGIS 14 • Tiga asal kata tarbiyah yakni raba; rabiya; dan rabba. • Kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni: 1. al-nama: bertambah, berkembang dan tumbuh menjadi 2. 3. 4. 5. besar sedikit demi sedikit, Aslahahu: memperbaiki pembelajar jika proses perkembangan menyimpang dari nilai-nilai Islam, tawalla amrahu yang berarti mengurusi perkara pembelajar, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya, ra’ahu : memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi yang dimiliki dan tabiatnya, al-tansyi’ah :mendidik, mengasuh, dalam arti materi (fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya). TARBIYAH DARI ISTILAH 15 1. Murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah Allah, karena Dialah Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan Paling Tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan cetakan Tuhan. TARBIYAH DARI ISTILAH 16 2. Penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati, kehendak, kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai fungsi hamba Tuhan (QS. alDzariyat [51]:56) dan fungsi khalifah (QS. alBaqarah, [2]:30). TARBIYAH DARI ISTILAH 17 3. Proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari Alquran-Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya. 4. Setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada penumbuhan, pengembangan, perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara natural. TARBIYAH DARI ISTILAH 18 5. Tarbiyah yang disengaja mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistimatis, bertahap, berkelanjutan dan fleksibel. 6. Yang menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Untuk itu semua aktivitas tarbiyah harus mengikuti fitrahnya tanpa merampas hak-haknya sebagai manusia dan hamba. TARBIYAH DARI ISTILAH 19 7. Kata tarbiyah tidak terbatas pengertiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif) yang dilakukan secara bertahap. KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 20 • Pertama, ketika mengajarkan membaca Alquran kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya. KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 21 • Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan khayali dan syahwat atau cerita-cerita dusta (QS. Al-Baqarah, [2]:78): ُ َ َ َو ِإ ْن ُم ْم ِإ ََل ي ننُّون َ َ • َو ِم ْن ُه ْم أ ُ ِميُّونَ ََل يَ ْعلَ ُمونَ ْال ِكت َ اب ِإ ََل أ َ َما ِي • (Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga). KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 22 Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Hal tersebut pada QS. Yunus, [10]:5): َ ََما َخلَق … َِ ِلََ ْوٍ يَ ْعلَ ُمون ِ ص ُل ْاْليَا ِ َق يُف ِ اَّللُ ذَ ِل َك ِإ ََل ِب ْال َح (...Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tandatanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui). KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 23 Dalam ayat ini mencakup berbagai aspek antara lain : ilmu falak yang di dalamnya mencakup teoritis dan praktik. Mencakup juga aspek pembuktian bahwa Allah SWT adalah Pencipta. Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. ISTILAH TAKDIB 24 • Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (taklim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan yang saling berkait, seperti ‘ilm (ilmu), ‘adl (keadilan), hikmah (kebajikan), ‘aml (tindakan), haqq (kebenaran), natq (nalar) nafs (jiwa), qalb (hati), ‘aql (akal), maratib dan derajat (tatanan hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab). SEBAB PEMILIHAN KATA TARBIYAH UNTUK PENDIDIKAN ISLAM: 25 tarbiyah ternyata dapat diperluas dari makna semantiknya, 2. tarbiyah lebih umum dapat di terima oleh masyarakat terutama masyarakat muslim di Indonesia, 3. nilai sosial atau istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi lokal tertentu daripada terma taklim dan takdib. 1. HAKIKAT PENGERTIAN ISLAM 26 Islam: penyerahan diri kpd Allah, dan dengan (1) menyerahkan diri kepadaNya maka ia memperoleh (2) keselamatan dan (3) kedamaian PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM 27 Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak bertentangan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam lapangan pendidikan. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (1) 28 1. Teori umum bagi pendidikan, sepanjang filsafat pendidikan Islam tersebut mengarah pada apa dan bagaimana seharusnya pendidikan itu baik dari segi teoritik maupun dari segi pelaksanaannya. PENGOLAHAN SUMBER FPI (1) 29 Alquran 2. Sunnah 3. Hasil Ijtihad 1. PENGOLAHAN SUMBER FPI (2) 30 Khusus mengenai Ijtihad ini: Hasil kajian ilmiah yang betul mengenai watak manusia, pertumbuhan jasmani, intelektual, emosi, spritual, kebutuhan-kebutuhan dan proses pertumbuhannya. 2. Nilai-nilai dan tradisi-tradisi sosial yang baik dan yang islami, yang tidak menghalangi kemajuan mengikuti semangat zaman dan keperluankeperluan peradaban, sosial, ekonomi dan politik. 1. PENGOLAHAN SUMBER FPI (3) 31 3. Hasil-hasil penyelidikan dan kajian-kajian pendi- dikan dan psikologi yang berkaitan dengan sifatsifat, proses pendidikan, dan tujuan-tujuan pendidikan dan fungsi-fungsinya sangat penting. 4. Prinsip-prinsip yang menjadi dasar filsafat politik, ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh negara, perjanjian-perjanjian, prinsip-prinsip organisasi regional dan internasional kemana bergabung negara Islam itu, selama perjanjian dan prinsip itu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (2) 32 2. Kritik terhadap asumsi-asumsi yang dipegangi oleh para pendidik dan tenaga kependidikan, jika pegangan filsafat pendidikannya tidak menjiwai nilai-nilai Islam baik dalam pembentukan teori, konsep maupun dalam proses praktiknya. Sangat tidak benar kalau pendidik tidak mempunyai filsafat pendidikan Islam sewaktu dia menjalankan tugas profesionalnya. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (3) 33 3. Evaluasi terhadap kesenjangan-kesenjangan, pertentangan-pertentangan, antara teori dan praktiknya, antara satu teori dengan teori lainnya, antara satu metode dengan metode lainnya sehingga bila dapat ketidak cocokan, atau tidak sinkrun, maka dengan segera dapat diperbaiki. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (4) 34 4. Analisis terhadap konsep-konsep dan istilahistilah pendidikan. Banyak istilah dalam lapangan pendidikan yang harus didefinisikan dan dikembangkan, ditafsirkan dan dianalisis. Agar istilah-istilah, konsep-konsep dan ide-ide yang berkembang itu sinkrun, dan menjadi kesamaan persepsi di kalangan pendidikan dan tenaga kependidikan, maka perlu dianalisis, diselaraskan, dikaitkan satu dengan yang lain menjadi jalinan yang harmonis dan teratur. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (5) 35 5. Normatif. Filsafat pendidikan dijadikan sebagai penentu arah, pedoman, petunjuk, pembimbing asas-asas, prinsip-prinsip, teori dan praktik pendidikan. RUANG LINGKUP FPI 1. Ontologi (Metafisika) (1) 36 FPI berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan. Maka Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah: Metafisika (Ontologi): cabang filsafat yg ingin mencari dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada (being). Dalam Islam hal ini dibicarakan dalam Ilmu Tauhid. Dasar-dasar pembahasan metafisika ialah (1) Tuhan, manusia dan alam dilihat dari pendidikan Islam. Being ada dua: menciptakan dan diciptakan, ada yg menyebabkan dan ada yang diakibatkan. Metafisika (2): 37 Setiap proses penciptaan, selalu ada beberapa factor yg menentukan adanya penciptaan; 1) adanya pencipta (subyek), 2) adanya ciptaan (obyek), 3) adanya bahan yg dipakai, 4) adanya tujuan, 5) adanya proses (ruang dan waktu). Tahapan ada, yaitu ada yang konkrit dan ada abstrak (ghaib). Ada konkrit dapat dilihat, diraba, dirasa, diukur dlsb. Sedangkan ada abstrak hanya dapat dilihat dg penglihatan ghaib antara lain melalui konsep. Metafisika (3): 38 Ada yg ada dapat disandarkan kepada eksistensi Tuhan dan ada disandarkan kepada eksistensi manusia. Jika terjadi konflik antara ada disandarkan kpd Tuhan dan ada disandarkan kpd manusia, dalam konsep Islam harus dimenangkan oleh Eksistensi Tuhan. Jika terjadi konflik antara otoritas manusia (kultur) terhadap alam (nature) maka seharusnya manusia tidak harus mempunyai otoritas mutlak terhadapnya. Karena manusia tidak terlibat mengadakan alam itu sendiri. Metafisika (4): 39 Yang Nyata (realitas) : sesuatu yang berada pada sesuatu yg merupakan bagian dari yg ada itu sendiri. Realitas selalu berdimensi ruang dan waktu, karenanya selalu mengandung pluralitas dan relativitas. Filsafat Islam memandang realitas pada hakikatnya adalah spiritual. Hakikat spritual dari relitas terdapat pada adanya dinamika dan perubahan, yang secara kodrati selalu terjadi dan akan terus terjadi, dan merupakan suatu sunnatullah. 2. Epistemologi (1): 40 Metode memperoleh Ilmu secara umum: (1) melalui Kasbi/Khushuli dan (2) Ladunni/Khudhori. Kasbi: cara berpikir metodik, konsisten dan bertahap melalui proses observasi, research, eksprimen dan penemuan. Ladunni: proses pencerahan ruhaniyah manusia dan karenanya kehadiran cahaya Ilahi dalam qalbu manusia. Dengan sinaran Ilahiy, qalbu manusia dapat membaca dg jelas dan terserap dalam kesadaran intelek, seakanakan orang memperoleh ilmu dari Tuhan langsung. Epistemologi (2): 41 Kebenaran Ilmu: ilmu yg kasbi relatif kebenarannya sedangkan ilmu Allah pasti kebenarannya. Tujuan memperoleh Ilmu: 1) ilmu untuk kenikmatan 2) ilmu untuk ilmu, 3) ilmu mengembangkan peradaban 4) ilmu untuk sarana mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Islam sebagai central poin ialah yang keempat untuk memayungi tujuan 1,2 dan 3. Sarana Peroleh Ilmu: melalui inderawi dan potensi-potensi internal manusia (nafs, akal, qalb, dan lain-lain). 3. Aksiologi (1) : 42 Ialah: cabang filsafat mencari hakikat nilai-nilai (value). Nilai bisa baik dan bisa pula jahat yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan tindakan seseorang (dataran aplikatif). Yang baik itu ialah ma’ruf dan yang jahat itu al-munkar. Axiologi (Brameld) ada tiga sasaran yakni: moral conduct (tindak moral) melahirkan Ethica; Esthetic expression (ekspresi keindahan) melahirkan Esthetika; dan Socio-political life, (kehidupan sosia-politik), melahirkan ilmu filsafat sosio-politik. Aksiologi (2) : 43 Hakikat baik dan jahat itu bersifat universal dan absolute. Etika social misalnya harus berprinsip persamaan dan kebersamaan; keadilan social; keterbukaan dan musyawarah. Etika agama membicarakan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan kebudayaan. Aksiologi (3): 44 Tiga Nilai Fundamental dalam FPI: Nilai Sentral: ialah berada pada wilayah titik pusat nilai yang menjadi sumber pengambilan keputusan politik, hukum dan lainnya; Nilai Sekuler: Sebagai penafsiran dan penerapan nilai sentral; Nilai Operasional yakni lahir dari tindakan seharihari yang merupakan pengewajanthan dari nilai sekuler Aksiologi (4): 45 Nilai sentral (inti) dalam Islam ialah ma’rifatullah berupa iman dan tauhid dan mardatillah. Ada tiga tauhid menurut Ibnu Taimiyah: (1) tauhid Ulu>hiyah ialah bahwa Allah Maha Tunggal yang paling berhak di sembah, ditaati, dan dipatuhi; (2) tauhid Rububiyah, ialah Allah yang Maha Esa itu yang menciptakan, mengatur perkara-perkaranya dan yang mendidiknya, dan (3) tauhid al-Asma>’ wa al-Sifah ialah bahwa tiap-tiap yang berlaku di alam ini bersumber dari perbuatan dan pengaturan Allah, dan kepada-Nya setiap kesudahan akhir, dan daripada-Nya pula bermula setiap sesuatu Aksiologi (5): 46 Nilai sekuler terdiri dari enam hubungan: 1. Dengan Allah: ubudiyah dan istikhlaf; 2. Dengan Masyarakat: ta’a>wun, ‘ada>lah dan ihsa>n; 3. 4. 5. 6. Kehidupan dunia: ibtila>’ Dengan Ilmu: hubungan fard} ‘ain dan kifa>yah Kehidupan akhirat: mas’u>liyah dan jaza>’ Dg Alam: hubungan taskhi>r dan pembelajaran Aksiologi (6) 47 Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan antara hamba dengan Majikan, makhluk dan Khaliq, ciptaan dan Pencipta. Hubungan manusia dengan sesamanya hubungan adalah dan ihsan. Yakni hubungan patner yang mengemban amanah khalifah dari Tuhan; sederajat, sama-sama ciptaan dan karenanya sama dihadapan Tuhan kecuali tindak amal perbuatannya (taqwanya). Perbedaan hak dan kewajiban adalah karena perbedaan tugas dan profesinya sehingga melahirkan taklif (pembebanan) yang lebih. Maka dalam agama dikenal ada Wajib ‘ain dan wajib kifayah. Aksiologi (7): 48 Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan pengelola (pemimpin) dan yang dikelola (dipimpin). Alam merupakan medan emperik bagi manusia untuk kemakmuran manusia dan alam bagian dari dirinya. Kesalahan pengelolaan akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia. Hubungan manusia dengan ciptaannya (kebudayaan) adalah manusia pada dasarnya memegang otiritas dan kekuasaan yang penuh, artinya manusia bertanggungjawab untuk apa semua ciptaannya itu akan diperbuat, dan ciptaannya sepenuhnya bergantung pada manusia.Kebudayaan sebagai alat bukan sebagai yang dipertuhankan. Aksiologi (8): 49 Nilai Operasional diwujudkan dalam: 1. al-wajiba>t (hal-hal yang diwajibkan); 2. al-manduba>t (hal-hal yang disunatkan); 3. Al-mahruma>t (hal-hal yang diharamkan); 4. Al-makruha>t (hal-hal yang dimakruhkan); 5. Al-jaiza>t (hal-hal yang diperbolehkan). STRUKTUR IDE DASAR FPI (buku: hal 48) 50 Pertama: Akidah tentang Alam (cosmocentris) Yang dimaksud dengan nilai-nilai (struktur) ide dasar pendidikan Islam ialah ide dasar yang menjadi titik tolak dalam membangun isi dan substansi persoalanpersoalan pendidikan Islam. Struktur ide itu ialah kepercayaan thd alam, kehidupan dan manusia STRUKTUR IDE DASAR FPI 51 Alam ialah seluruh makhluk ini baik alam fisik maupun alam sosial. Dengan kata lain, alam ialah selain Allah. 1. Alam ini diciptakan Allah sebagai satu-satunya penciptanya, Pencipta seluruh isi kandungannya dan Pencipta sistemnya. STRUKTUR IDE DASAR FPI 52 2. Alam ini diciptakan dengan penuh keteraturan dan sifatnya pasti (exact). 3. Sifat alam (sunnatullah) ini adalah tetap, tidak pernah berubah (immutable) STRUKTUR IDE DASAR FPI 53 4. Alam ini dengan segala sunnatullahnya diciptakan Allah untuk dipelajari dan diteliti baik secara individu maupun kerjasama kolektif melalui berbagai kemampuan yang dimiliki manusia dan rekayasanya 5. Eksistensi alam ini berdasar pada undang-undang kausaliltas (sebab akibat). STRUKTUR IDE DASAR FPI 54 6. Karena alam ini sifatnya pasti, tidak pernah berubah, dan teratur, maka sifat alam ini objektif. Artinya, sunnatullah ini berlaku sama bagi semua individu dan kelompok, tidak peduli apakah ia muslim atau non muslim, asalkan menjalankan sesuai dengan sunnatullah, maka pasti akan terjadi atau tidak terjadi. STRUKTUR IDE DASAR FPI 55 7. Bahwa dalam mempelajari, memanfaatkan, mengolah alam ini haruslah dengan ilmu yang benar disertai dengan iman. Tanpa ilmu dan iman yang benar, maka pemanfaatan alam ini akan tidak sesuai dengan ekosistem dan hukum kausalitas. Karenanya berakibat negatif kepada manusia. STRUKTUR IDE DASAR FPI 56 Kedua: Akidahterhadap kehidupan: 1. Hakikat kehidupan dunia ini adalah sarana mencari bekal menuju akhirat dan tempat tinggal sementara (terminal), bukan tempat yang abadi/tujuan akhir. 2. Kehidupan ini sebagai ujian dan labolatorium serta pendidikan bagi manusia. 3. Ujian bertujuan meningkatkan kualitas keimanan seseorang. STRUKTUR IDE DASAR FPI 57 4. Kehidupan manusia seperti gelombang laut dan dalam bahasa agama disebut al-iman yazid wa yanqus 5. Setiap prilaku manusia pasti dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. STRUKTUR IDE DASAR FPI 58 6. Tujuan ujian adalah untuk mengetahui tingkat kualitas manusia sebagai hamba dan sekaligus sebagai khalifah. 7. Setiap perilaku manusia menghadapi gelombang ujian ini akan dipertanggung jawabkannya. STRUKTUR IDE DASAR FPI 59 8. Hasil akhir dari perjalanan hidup manusia menghadapi ujian sangat bervariasi dan hasil konkretnya ada di hari pembalasan segala amal. Jika amal seseorang baik, maka pasti balasannyapun baik pula. Sebaliknya jika amalnya jelek, maka balasannya akan jelek pula. E. HAKIKAT MANUSIA (1) Proses Kejadian : 60 Asal kejadian manusia pertama ialah persenyawaan antara Tin (QS. Sajadah (32:7; Al-Mu’minun (23):12); Turab (QS. Al-Hajj (22):5; Ali Imran (3):59; Shal-shal dan Fakhhar (Ar-Rahman (55):14; dan Hamain Masnun (QS. Al-Hijr (15):26); dan al-Ruh. Asal kejadian manusia pasca Adam melalui proses biologik melalui pasangan laki-laki dan perempuan (QS. Al-Mu’minun (23): 12-14). HAKIKAT MANUSIA (2) Perangkat Jati Diri MANUSIA 61 Hakikat Insan dilihat dari dua kata kunci dalam Al-Qur’an yakni Al-Insan dan Al-Basyar. Al-Insan yg btk jamaknya al-nas dpt dilihat dari segi akar katanya dari anasa (melihat, mengetahui dan minta izin). Dari sini manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yg ia lihat, mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yg bukan miliknya. Al-Insan dari akar kata : “nasiya” (lupa) menunjukkan adanya kaitan yg erat antara manusia dg kesadaran dirinya. Manusia lupa thd susuatu hal, disebabkan ia kehilangan kesadaran thd sesuatu. HAKIKAT MANUSIA (3) PENGERTIAN MANUSIA 62 Al-Insan dari akar kata : “Al-Uns atau anisa” (jinak), menunjukkan pada dasarnya manusia itu jinak, dapat menyesuaikan diri dg realitas hidup dan lingkungannya. Al-Basyar disebut untuk semua makhluk baik laki-laki maupun perempuan, baik secara individual maupun kolektif. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Untuk itu kata basyar mengacu kepada manusia dari aspek lahiriyahnya dan mempunyai bentuk tubuh yg sama. Manusia dilihat dari insan maka perkembangan dan pertumbuhannya sangat tergantung pengembangan diri, lingkungan termasuk pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan manusia dari kata basyar sangat tergantung pada alam (apa yg dimakan dan diminumnya). HAKIKAT MANUSIA (4): POTENSI MANUSIA 63 Nafs sinonimnya insan atau al-fard mengacu kpd dzat manusiawi secara keseluruhan QS. Al-Baqarah (2): 48; Ali Imran (3): 185, Al-Maidah (5): 45). Al-Jism (QS. Al-Baqarah (2): 247; Al-Munafiqun (63): 4). Al-Jism mengacu kepada persyaratan imamah atau menjadi penguasa pemerintahan ialah ilmu dan kekuatan fisik. Akal disebutkan dalam bentuk kata kerja yang mengacu kepada unsur pemikiran manusia dan akal sebagai penopang agama dan tiang agama. Menurut al-Aqqad bhw al-lubbu adalah akal yang mampu mengetahui dan memahami; akal merupakan sumber pengetahuan dan pemahaman yg terdapat di dalam otak manusia. (QS. AlBaqarah (2): 73, 163-164). HAKIKAT MANUSIA (5) POTENSI MANUSIA 64 Al-Qolb (Al-Fuad, Shadr dan Shudur) yang juga menunjuk kpd al-qalb (Al-Hajj (22): 32; Al-Maidah (5):41). Iman bersemayan di Qalbu. Kata ini digunakan berkaitan dengan emosi dan akal, tidak menunjuk kpd unsur-unsur biologis. Ia merupakan dasar bagi fitrah yg sehat, perasaan, iman, kemauan, kontrol, pemahaman dan alat ma’rifah ke ilmu. Ruh : tidak didapat batasannya dalam al-Qur’an. Ruh dikaitkan dl arti pembawa wahyu yakni Jibril, rahasia Ilahi yg dengannya tanah liat kering menjadi manusia, pemberi hidup, dan Al-Qur’an. (QS. Al-Hajj (22): 29; AsSajadah (32):7-9; As-Syura (42):52; As-Syu’ara (26):193; An-Nahl (16):102, Al-Hijr (15): 28-29; Al-Isra (17):85). HAKIKAT MANUSIA (6) Potensi Manusia 65 Fitrah: Kata fitrah dan segala bentuk kata jadiannya dalam Alquran tertera pada 19 ayat dalam 17 surat. Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata alfathr yang bentuk pluralnya fithar yang dapat berarti cara penciptaan, sifat pembawaan sejak lahir, sifat watak manusia, agama dan sunnah. HAKIKAT MANUSIA (7) Potensi Manusia 66 Pengertian Fitrah dari segi istilah: sistem aturan atau potensi yang diciptakan kepada setiap makhluk sejak keberadaannya baik ia makhluk manusia ataupun yang lainnya. Seperti bawaan dasar manusia cenderung kepada agama tauhid, kebenaran, keadilan, wanita, harta benda, anak dan lain-lain. F. PERPORMANCE MANUSIA (1) 67 Rasional: Berangkat dari keragaman potensi manusia yang misteri; fungsi manusia; pengaruh lingkungan maka tampilannya menjadi Makhluk paradoksal: Ia bukan malaikat, bukan iblis dan bukan pula hewan apalagi syetan. Tetapi manusia mencakup semua itu. Artinya, manusia itu memiliki sifat-sifat kehewanan, keiblisan, dan kemalaikatan. Menurut Murtadha Muthahari perbedaan mendasar antara manusia dan hewan terletak pada iman dan ilmu. PERPORMANCE (2) 68 Dr. Alexis Carrel: manusia adalah makhluk yang misterius, karena derajat keterpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yg demikian tinggi terhadap dunia yang ada di luar dirinya. Implikasi dari padadoksal tersebut manusia menampakkan sifat-sifat positif dan sifat-sifat negatif. Sifat-sifat positif itu ditunjukkan dengan tugas-tugas manusia di bumi dan sifat-sifat negatif tersebut antara lain: PERPORMANCE (3) 69 Putus asa (Hud:9) Tidak berterima kasih (Ibrahim:34) Berkeluh kesah (Al-Ma’arij:19) Amat kikir (Al-Ma’arij:22) Membantah (Al-Kahfi:54) Melampaui batas (Al-Alaq:6-7) Purbasangka (al-Najm:23) dan lain-lain H. KEDUDUKAN MANUSIA 70 Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al-Jum’at:10; Al-Baqarah: 60). Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, AlAn’am:168). Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling mulia (At-Tin:4, Al-Isra:70). Sebagai hamba Allah (Adz-Dzariyat: 56, Ali Imran:83). Sebagai Khalifah di bumi (Al-Baqarah: 30, AlAn’am: 165). Sebagai Makhluk educandum dan educandus (Al-Baqarah:31, Al-Alaq:1-5 dan Luqman: 13). KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (1) SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH 71 Menurut Ibnu Qayyim bahwa ibadah menuntut dua dasar utama: (1) kecintaan dan kerendahan hati dan (2) ketundukan. Manusia sebagai abdi Tuhan tidaklah cukup hanya menunjukkan ketundukan dan kepasrahan tanpa disertai dengan rasa cinta. Sebaliknya siapa saja yang betul-betul mencinta-Nya tanpa disertai dengan kepasrahan dan ketundukan, maka dia bukanlah seorang abdi Tuhan. Seseorang akan benar-benar menjadi hamba Allah jika dia telah mengintegrasikan dalam dirinya dua sisi yakni kecintaan dan ketundukan kepada-Nya. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (2) HAMBA DAN KHALIFAH 72 Menurut Syekh Nawawi bahwa manusia sebagai abdi Tuhan diaktualisasikan dalam tiga bentuk yaitu pertama, menunjukkan kerendahan diri atas Kemaha Esaan Tuhan, kesendirian-Nya dalam menciptakan makhluk dan yang berhak dijadikan tempat beribadah hanya kepada-Nya bukan kepada yang lain. Kedua, manusia sebagai hamba Tuhan selalu mengagungkan perintah-Nya dan menunjukkan kasih sayang terhadap makhluk-Nya. Ketiga manusia sebagai abdi Tuhan diberikan potensi-potensi berpengetahuan, dan karenanya ia disuruh beribadah kepada-Nya. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (3) HAMBA DAN KHALIFAH 73 Khalifah: Atas fenomena simbolik (Al-Baqarah: 30-34) dapat ditarik suatu gambaran bahwa (1) posisi manusia lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhlukmakhluk-Nya yang lain termasuk malaikat, (2) keunggulan Adam bukan terletak pada prestasi yang bersifat material seperti fisik, asal usul kejadian dan lain-lain, tetapi yang bersifat immaterial yakni berupa kapabilitas pengetahuan yan ditampilkan Adam. Jika fungsi-fungsi kemanusiaannya tidak dijalankan maka derajat ketinggian itu akan turun menjadi kehinaan dan kenistaan. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (4) HAMBA DAN KHALIFAH 74 1. Pengertian Khalifah Dalam Kamus Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A’lam disebutkan bahwa khalifah merupakan bentuk mufrad (tunggal), yang jama’taksirnya ialah ‘khulafa’ dan khalaaif. Maknanya ialah seseorang yang menggantikan orang lain dan menempati tempat orang lain tersebut. Menurut Jumhur Ulama dan para ahli tafsir, baik dari kalangan ulama salaf maupun khalaf mengatakan bahwa Allah menjadikan Adam sebagai pengganti dari orang yang sebelumnya yang lebih dulu menempati bumi sebelum Adam, yaitu jin. Ada juga yang mengatakan mereka adalah para malaikat yang lebih dahulu menempati bumi sebelum jin dan Adam. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (5) HAMBA DAN KHALIFAH 75 Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan demikian kurang tepat apabila penyandaran khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya eksistensi absolut dan sementara manusia eksistensinya relatif. Namun jika yang dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu tidak ada persoalan. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (6) HAMBA DAN KHALIFAH 76 2. Tugas-tugas khalifah Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya. Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (7) HAMBA DAN KHALIFAH 77 Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj (kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (8) HAMBA DAN KHALIFAH 78 Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan demikian kurang tepat apabila penyandaran khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya eksistensi absolut dan sementara manusia eksistensinya relatif. Namun jika yang dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu tidak ada persoalan. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (9) HAMBA DAN KHALIFAH 79 2. Tugas-tugas khalifah Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya. Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (10) HAMBA DAN KHALIFAH 80 Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj (kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (11) HAMBA DAN KHALIFAH 81 Syarat adanya Pertanggung jawaban: (1) dibebani hukum (mukallaf), (2) mengetahui, (3) kemampuan (4) dalam keadaan sadar. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (12) HAMBA DAN KHALIFAH 82 Ada dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab: 1. Tidak diminta untuk mempertanggungjawabkan apa yang tidak diketahui atau tidak mampu melakukannya; 2. tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa yang tidak dilakukuannya dan dikatakannya, sekalipun hal tersebut diketahuinya. NILAI FUNDAMENTAL HUBUNGAN MANUSIA DG KHALIQ DAN LAINNYA 83 1. 2. 3. 4. 5. Hubungan manusia dg Khaliq adalah hubungan ubudiah dan istikhlaf Hubungan manusia dg manusia: hubungan ta’awaun, ‘adalah, dan ihsan Hubungan manusia dg akhirat: hubungan mas’uliyah dan jaza’; Hubungan manusia dg alam: hubungan taskhir; Hubungan manusia dg kehidupan : hubungan Ibtila’ HAKIKAT HERIDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (1) 84 Hereditas merupakan kecenderungan alami cabang- cabang untuk meniru sumber mulanya dalam komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang dari sumbernya. Lingkungan ialah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Pengembangan SDM dl pendidikan ialah usaha sadar agar sdm atau potensi-potensi manusia tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitasnya tujuan pendidikan Islam. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (2) 85 Kehidupan sosial ialah kehidupan saling pengaruh. Setiap individu mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan sekitar terutama lingkungan pergaulan. Hubungan-hubungan antarmanusia, baik individu maupun antarkelompok, tingkat keharmonisan yang dirasakan oleh masyarakat, serta tingkat kemampuan lingkungan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan individu, semuanya bisa mempermudah atau mempersulit proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian. Hubungan antara manusia mengandung: kedalaman emosi dan kedalaman pikiran HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (4) 86 Menurut Morris L.Bigge (Learning Theories for Teachers) ada empat sifat dasar moral manusia dan hubungannya dengan alam sekitar yaitu bad-active, good-active, neutral-passif dan neutral interactif HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (5) 87 Teori bad-active ialah bawaan dasar manusia itu jelek, yang tidak ada harapan baik dari mereka. Sekiranya manusia dibiarkan berkembang maka yang tampil adalah kejelekannya saja. Maka fungsi pendidikan adalah mengusahakan pengekangan terhadap sifat dasar ini dan melatih bagianbagian jiwa ke arah yang baik. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (6) 88 Teori good-active :dasarnya bawaan manusia itu baik yang sekiranya dibiarkan tumbuh tanpa dipengaruhi, maka akan tampil sifat-sifat baiknya. Sehingga implikasinya dalam pendidikan ialah penyiapan sumbersumber belajar sedemikian rupa agar perkembangan bawaan itu optimal. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (7) 89 Teori neutral-passive : pada dasarnya manusia itu bersifat netral, yang potensial untuk tidak baik dan tidak pula buruk, dan menerima pengaruh luar apa adanya. Karakter seseorang apakah baik atau jelek, sangat tergantung pada polesan alam lingkungannya. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (8) 90 Teori neutral-interactive, adalah hampir sama dengan neutral-passive, hanya saja pengaruh dunia luar terhadapnya ada proses kerjasama atau interaktif. Berarti pendidikan, tidak akan dapat seratus persen mencetak anak didik sesuai dengan yang dikehendaki, karena peserta didik dapat memberi respon atau dialektis terhadap pengaruh luar. Keempat teori pendidikan ini bersifat antropocentris. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (9) 91 Sebagai kelanjutan dari teori-teori ini memunculkan tiga teori dasar dari Barat yaitu teori emperisme, nativisme dan konvergensi. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM DL TEORI FITRAH (10) 92 1. 2. 3. 4. DIBICARAKAN SECARA TERSENDIRI fatalis-pasif netral-pasif positif-aktif dualis-aktif FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DALAM ISLAM (11) 93 1. Faktor heriditas: mewarisi sifat-sifat dari kedua orang tuanya, baik moral (alkhalqiyah), fisik (al-jismiyah) maupun intelektual (al-’aqliyah), sejak masa kelahirannya; 2. Lingkungan terutama lingkungan sosial; 3. kehendak bebas manusia, akan mampu mengalahkan pengaruh faktor al-warisah dan lingkungan; 4. Bi Aunillah (atas pertolongan Allah). BAB IV: ALIRAN FPI: KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA PENDIDIKAN (1) hal. 87 94 1. Kesadaran magis : terbentuk pada masyarakat yang masih mempercayai hal-hal yang supranatural. meyakini bahwa kekuatan terbesar yang mempengaruhi kehidupan mereka adalah hal-hal yang gaib, mistis, supranatural (luar alam). Untuk itu hal-hal gaib ini harus di-“tundukkan” dengan sesajen dan do’a-do’a/mantra/jampi-jampi/komatkamit. KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA PENDIDIKAN (2) 95 2. Kesadaran naif. masyarakat yang memandang bahwa setiap ketidakadilan sosial berakar dari kelemahan manusia. masyarakat dengan kesadaran naif terbentuk pada masyarakat yang percaya bahwa kekuatan natural (alam) adalah kekuatan terbesar yang mempengaruhi segala masalah di dunia ini. Untuk itu kekuatan alam harus ditundukkan oleh tangan manusia. KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA PENDIDIKAN (3) 96 3. Kesadaran kritis. masyarakat yang menyadari bahwa kekacauan di dunia ini diciptakan oleh sistem yang dibuat oleh manusia itu sendiri. masyarakat kritis adalah masyarakat yang keyakinannya telah bergeser dari kepercayaan kekuatan terbesarnya kepada alam menuju kekuatan manusia. Untuk itu kekuatan manusia yang menjelma pada sistem ini harus ditundukkan dengan “ilmu” dan kesadaran kritis. PARADIGMA PENDIDIKAN (1) 97 1. Sistem pendidikan: yang memandang realitas luar sebagai sesuatu yang given, telah berlaku dari sononya, tidak bisa/perlu dirubah, bahkan perlu dilestarikan. Inilah sistem pendidikan yang pro status quo. Para ahli filsafat pendidikan mengistilahkannya dengan Pendidikan Konservatif. Pendidikan konsevatif ini lazim diberlakukan pada negara-negara dengan rezim yang otoriter. PARADIGMA PENDIDIKAN (2) 98 2. Paradigma liberal. memandang bahwa ketidakadilan sosial terjadi karena kelalaian manusia itu sendiri. Kalau ada pengangguran maka itu adalah kesalahan manusianya yang kurang kreatif, tidak berjiwa wirausaha dan malas. Kalau ada kemiskinan kota (poor urban) itu disebabkan karena manusianya yang malas berusaha di desa dan maunya hidup enak saja di kota PARADIGMA PENDIDIKAN (3) 99 3. Paradigma pendidikan kritis. pendidikan harus secara utuh meresapi dan menyatu di tengah-tengah masyarakatnya. Paradigma ini memandang akar ketidakadilan sosial adalah sistem yang berlaku pada masyarakat itu. Sistem itu dapat berupa sistem politik (yang otoriter dan anti demokrasi), sistem sosial (yang melestarikan kastakasta dan menghambat laju mobilitas sosial), sistem ekonomi (yang kapitalistik, dan anti kerakyatan) sistem budaya (yang patriaki dan anti egaliter), bahkan sistem pendidikan itu sendiri (yang menjadi alat pengukuh kekuasaan dan pro status quo). ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (1) 100 1. 2. 3. 4. Fatalis-pasif yang direfresentasikan oleh Ibn Mubarak (wafat 181 H), Syekh Abdul Qadir Jailani (wafat 561 H), dan Al-Azhari; Netral-pasif yang diwakili oleh Ibnu Abd al-Barr (wafat 362 H); Positif-aktif yang direpresentasikan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah (klasik), Muhammad Ali alShobuni, Mufti Muhammad Syafi’i, Ismail Raji al-Faruqi, Mohammad Asad, Syah Waliyullah (kontemporer); dan Dualis-aktif yang tokohnya ialah Sayyid Qutub dan Ali Shari’ati. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (2) 101 Fatalis-pasif: setiap individu, melalui ketetapan Allah SWT adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Faktor-faktor eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap penentuan nasib seseorang karena setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya oleh Allah SWT. Dasarnya: hadis Nabi SAW dari Abdullah Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah SAW bersabda (mengomentari) firman Allah SWT, ”Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka” (QS. Al-A’ra>f [7]: 172). ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (3) 102 وإذ أخذ ربك من بن َ آدٍ من ظهورمم ذريتهم وأشهدمم على أيفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهديا أن تَولوا يوٍ الَيامة إيا كنا عن مذا غافلين Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (4) 103 Netral-pasif: anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan sempurna, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa kesadaran akan iman atau kufur, baik atau jahat. Ini sama dengan teori ’tabularasa’ dari John Lock. Manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada sesuatu goresan apa pun. Pengetahuan manusia berbagai hal termasuk kebaikan, keburukan, benar-salah, baik-buruk dan indah-tidak indah dan lain-lain diperolehnya dari polesan lingkungan. Manusia berpotensi menjadi baik bila pengaruh luar terutama orang tuanya mengajarkan demikian. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (5) 104 Sebaliknya berpotensi menjadi buruk bila lingkungan terutama orang tuanya mengabaikan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan terhadap anak atau justru mengajarkan keburukan dan kejahatan terhadap anak. Prinsipnya ialah bahwa mana yang lebih dominan dan intensif mempengaruhi manusia (peserta didik), hal itulah yang menentukan kepribadiannya, apakah ia cerdas atau bodoh, kreatif atau jumud. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (6) 105 Pandangan ini mengambil argumen dari QS. Al-Nah}l (16): 78. ُ ُاَّللُ أ َ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب َ َو ار َ َون أ ُ َم َهاتِ ُك ْم ََل ت َ ْعلَ ُمون َ ش ْيئًا َو َجعَ َل لَ ُك ْم ال َ س ْم َع َو ْاْل َ ْب َ ص ِ ط . ََو ْاْل َ ْفئِدَة َ لَعَلَ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (7) 106 Positif-aktif yakni bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah baik, sedangkan kejahatan bersifat aksidental. Para ahli yang berpandangan positif membangun dasar argumennya dari: 1. QS. al-A’ra>f (7):172: ُ َو ِإ ْذ أ َ َخذَ َرب َُّك ِم ْن بَ ِن َ آدَ ٍَ ِم ْن ُ ور ِم ْم ذُ ِريَت َ ُه ْم َوأ َ ْش َهدَ ُم ْم َعلَى أَيفُ ِس ِه ْم أَلَ ْس ت ِ ظ ُه . َش ِه ْديَا أ َ ْن تََُولُوا يَ ْو ٍَ ْال َِيَا َم ِة ِإيَا ُكنَا َع ْن َمذَا َغافِ ِلين َ ِب َر ِب ُك ْم قَالُوا بَلَى ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (8) 107 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (9) 108 2. Hadis Nabi SAW: َ صلَى َ سو ُل سلَ َم َما ِم ْن ُ َع ْن أ َ ِب َ ُم َري َْرة َ أَيَهُ َكانَ يََُو ُل قَا َل َر َ اَّلل َعلَ ْي ِه َو َ ِاَّلل ْ َم ْولُود ِإ ََل يُولَدُ َعلَى ْال ِف سايِ ِه َك َما ت ُ ْنت َ ُج ِ ط َرةِ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَايِ ِه َويُن َ َص َرايِ ِه َويُ َم ِج ْالبَ ِهي َمةُ بَ ِهي َمةً َج ْمعَا َء َم ْل ت ُ ِحسُّونَ فِي َها ِم ْن َج ْد َعا َء ث ُ َم يََُول أَبُو ُم َري َْرة َ َوا ْق َر ُءوا ْ ِِإ ْن ِشئْت ُ ْم ( ف َ َاَّللِ الَتِ َ ف ُ اَّللِ ذَ ِل َك الد َ ق َ َ ط َرة ِين ْالََ ِي ُم َ َط َر الن ِ اس َعلَ ْي َها ََل ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل َ) ْاْليَة Tidak dilahirkan seseorang kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orangtuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah anda melihat sesuatu yang kurang? ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (10) 109 Dualis-aktif: manusia sejak awalnya membawa sifat ganda. Di satu sisi cenderung kepada kebaikan, dan di sisi lain cenderung kepada kejahatan. Menurut Qutub, dua unsur pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu kecenderungan untuk mengikuti Tuhan dan kecenderungan untuk tersesat. Kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu Tuhan sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF ILMU PENDIDIKAN : 110 Berdasar pada ruang lingkup pembagian ilmu dan tujuan memperoleh ilmu, Ridla membagi aliran-aliran utama pemikiran pendidikan Islam kepada tiga: 1. aliran al-muha>fiz (religius konservatif), 2. aliran al-diniy al-‘aqlaniy (religius rasional), 3. aliran al-z\arai’iy (pragmatis instrumental). RELIGIUS KONSERVATIF (1) 111 Konservatif: penafsiran terhadap realitas dunia berpangkal dari ajaran agama sehingga semua yang menyangkut tujuan belajar, pembagian ilmu yang dicari oleh pembelajar, etika mu’allim dan muta’allim dan lain sebagainya harus dibingkai dengan ajaran agama. Persoalan pendidikan cenderung bersikap murni keagamaan. Memaknai ilmu dengan pengertian yang lebih sempit, yakni hanya mencakup ilmu-ilmu yang dibutuhkan saat sekarang (hidup di dunia) yang jelas-jelas akan membawa manfaat kelak di akhirat. RELIGIUS KONSERVATIF (2) 112 Aliran ini (konservatif) diwakili oleh Imam al Gazali, Syekh al-Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu alHaitami dan al-Qabisi. RELIGIUS KONSERVATIF (3) 113 Sikap dan kecenderungan agamis ini menimbulkan implikasi-implikasi negatif terhadap pendidikan: term ilmu yang dalam al-Qur’an dan Sunnah bersifat mutlak (cakupan yang luas) menjadi muqayyad (terbatas/sempit) yakni terbatas pada ilmu tentang Tuhan (‘ilm billah). RELIGIUS KONSERVATIF (4) 114 Adanya antusiasme pendakian spiritual mendorong pemikiran pendidikan Islam konservatif ke arah pengabaian urusan dunia dan dengan segala kemanfaatan dan kenikmatannya dan mengabaikan bekerja dan usahausaha memperoleh kemanfaatan urusan dunia tersebut. RELIGIUS KONSERVATIF (5) 115 Keterpakuan para ahli pendidikan muslim pada ungkapan ilmu sebagai tujuan akhir pada zat ilmu itu sendiri atau ilmu untuk ilmu (al-‘ilm ga>yah fi z\a>tih) sehingga sebagian mereka menjadikan ilmu eksklusif dari kemungkinan untuk pelayanan bagi kehidupan kemanusiaan, memperbaiki kehidupan manusia dan menambah kebahagian masing-masing individu. RELIGIUS KONSERVATIF (6) 116 Di sisisi lain dari aliran keagamaan konservatif ini adalah rasa tanggung jawab keagamaan yang kuat yang belum pernah ditemukan adanya rasa tanggung jawab moral serupa pada generasi berikutnya. Mereka sangat menjunjung tinggi persoalan belajar, bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral yang sangat luhur. Tugas-tugas mengajar untuk mencari rida (rela) Allah SWT dan mendekatkan mu’allim (guru/pendidik) kepada-Nya karena kebajikankebajikannya. RELIGIUS KONSERVATIF (7) 117 Dengan aktivitas mengajar bukan sekedar tanggung jawab kemanusiaan tetapi merupakan tangggung jawab keagamaan yang sangat penting. RELIGIUS RASIONAL (1) 118 Rasional sebenarnya tidak jauh berbeda dengan aliran al-muhafiz dl hal kaitan antara pendidikan dan tujuan akhir agamawi. Di antara tokoh aliran ini antara lain kelompok Ikhwan al-Safa, al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Miskawaih. RELIGIUS RASIONAL (2) 119 Ikhwan al-Safa mengakui bahwa semua ilmu dan sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya menuju tuntutan akhirat dan tidak memberikan makna sebagai bekal di sana, maka ilmu yang demikian hanya menjadi bencana dan bukti kesusahan bagi pemiliknya di akhirat. Namun ketika aliran ini membicarakan persoalan pendidikan seperti masalah ilmu dan belajar, cenderung lebih rasional dan filosufis. RELIGIUS RASIONAL (3) 120 Mereka membangun prinsip-prisip dasar pemikiran kependidikan dari pemikiran tentang manusia, pengetahuan dan pendidikan. Dipandang pendidikan dari sudut pandangan akal bukan dari segi amal. Pengetahuan semua dipelajari, bukan secara naluri, dan semua pengetahuan melalui pancaindera. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (1) 121 Pragmatis instrumenatal, yang tokoh satu-satunya ialah Ibnu Khaldun. Pandangannya tentang tujuan pendidikan lebih banyak sisi pragmatis dan lebih berorientasi pada tataran aplikatif-praktis. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (2) 122 Dia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasar tujuan fungsionalnya, bukan berdasar nilai substansialnya semata. Ia membagi ragam ilmu yang perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan menjadi dua yakni (1) jenis ilmuilmu yang bersifat instrinsik (ilmu-ilmu syariah), seperti tafsir, hadis, fikih, kalam, ontologi dan teologi dari cabang filsafat. (2) jenis ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik instrumental bagi ilmu jenis pertama, seperti bahasa Arab, ilmu hitung dan sejenisnya. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (3) 123 Merupakan ilmu naqliy dari orang yang menghasilkannya. Jenis ilmu ini bersandar pada warta otoritatif Syar’i (Tuhan dan Rasul-Nya). Sedangkan akal pikiran manusia tidak mempunyai peluang untuk mengintervensinya kecuali dalam ruang lingkup cabang-cabangnya. Itupun masih harus berada dalam kerangka dasar Pembuat Syar’i. Bersifat alami bagi manusia, yaitu ilmu-ilmu yang diperoleh manusia lewat bimbingan penalaran akal pikirnya. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (4) 124 Ruang lingkup persoalannya, prinsip-prinsip dan metode pengembangannya sepenuhnya berdasar pada daya penjelajahan akal manusia. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (5) 125 Ibnu Khaldun membagi kemampuan berpikir ini menjadi tiga tingkatan yaitu (1) al-‘aql al-tamyiz (akal pemisah); (2) al-‘aql al-tarbiyyi (akal eksprimental); dan (3) al-‘aql al-nazariy (akal kritis). PRAGMATIS INSTRUMENTAL (6) 126 Tingkatan akal terbawah, karena kemampuannya hanya terbatas pada mengetahui hal-hal yang bersifat emperis inderawi. Konsep-konsep yang dihasilkan taraf berpikir tingkat ini adalah deskripsi atau penggambaran (al-tasawwurat). Tujuannnya adalah menghasilkan kemanfaatan bagi manusia dan menolak bahaya. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (7) 127 Kemampuan berpikir yang menghasilkan berbagai gagasan pemikiran dan berbagai etika dalam tatanan pergaulan bersama dan hal ihwal mereka. Banyak dari olah pikir pada tingkat menghasilkan kebenaran (tasdiqat) yang disimpulkan dari eksprimen sedikit demi sedikit secara berkelanjutan hingga mencapai kesempurnaan hasil atau kegunaan. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (8) 128 Suatu proses berpikir yang menghasilkan ilmu atau asumsi kuat akan hal meta empiris (abstrak-filosufis) yang merupakan kompleksitas hubungan dari berbagai tasawwur (penggambaran) dan tasdiq (pembenaran) hingga membangun disiplin keilmuan tertentu. Yang terpenting dari tingkat akal kritis ini ialah penggambaran realitas (al-wujud) sebagaimana hakikatnya, jenis-jenisnya, detailnya, sebab-sebabnya, dan ilat-ilatnya, dan daya berpikir berkembang sempurna menjadi akal murni dan jiwa yang tercerahkan. Di sinilah hakikat kemanusiaan. ALIRAN FILSAFAT PEND. BARAT 129 Progresivisme 2. Esensialisme 3. Perenialisme 4. Rekonstruksionisme 1. BAB IV: PEMIKIRAN PENDIDIKAN KALBU 130 Rasional (1) : Kenapa harus dibahas: 1. Kalbu/nurani yang tercerahkan selalu mengarah kpd yang baik. Nabi SAW bersabda: ْ ث َم َراِ ْال ِب ُّر َما ْ َاط َمأَي َ س َك ث َ ََل س ِ ت قَ ْلبَ َك َوا ْست َ ْف ِ ا ْست َ ْف ُ ت ِإلَ ْي ِه النَ ْف َ ت يَ ْف اس َوأ َ ْفت َ ْو َك َ َ ص ْد ِر َو ِإ ْن أ َ ْفت َ اْلثْ ُم َما َح َ اك ِف َ النَ ْف ِس َوت َ َردَدَ ِف َ ال ُ َاك الن ِ ْ َو (Minta fatwalah kepada kedalaman kalbumu/jiwamu, Nabi mengucapkannya tiga kali. Kebaikan itu ialah yang menenteramkan jiwa/kalbu dan dosa itu ialah sesuatu yang menyusahkan jiwa/kalbu dan kebimbangan di kalbu. Jika manusia meminta fatwa kepadamu, mintalah fatwa kepada ke kedalaman kalbu/jiwamu).” RASIONAL (2) 131 2. Berpengaruh secara signifikan dalam pembentukan perilaku. Nabi SAW bersabda: اَل ان للجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدِ فسد )الجسد كله اَل ومى الَلب (رواه البخارى ومسلم Ingatlah! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging, bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh itu, dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah dia kalbu. (HR. Bukhari dan Muslim). RASIONAL (3) 132 3. Jika ingin mempelajari tingkah laku seseorang atau mengubahnya maka kita harus memahami presepsinya dan mengubah pandangan atau keyakinannya. Demikian juga bila ingin melihat perbedaan seseorang dengan yang lainnya maka harus dilihat perilaku internalnya, karena perbedaan individu satu dengan yang lainnya adalah faktor internalnya (kalbu). RASIONAL (4) 133 4. Hakikat muslim itu didahului dengan iman. Iman letaknya di kalbu. Iman merupakan cahaya yang menerangi jalan seseorang agar berprilaku lurus di jalan kebajikan serta mendapat nikmat di hari kemudian. 5. Yang diminta pertanggungjawaban ialah isi kalbu bukan nafsu. 6. Niat itu letaknya di kalbu. PENGERTIAN KALBU (1) 134 Pengertian: Menurut bahasa: Kalbu berasal dari bahasa Arab yakni qalaba (membalik). Membalikkan yang atas di bawah, atau menjadikan yang dalam di luar atau membalikkan senang menjadi susah, cinta menjadi benci, yang semuanya itu merupakan pengertian kalbu. PENGERTIAN KALBU (2): 135 Imam al-Ghazali: Spiritualitas kalbu ia berupa sesuatu yang lathifah (halus), bersifat Robbaniyah (Ketuhanan) dan kerohanian yang ada hubungannya dengan jasmani. Kalbu yang halus itulah hakikat manusia yang dapat menangkap segala rasa, mengetahui dan mengenal segala sesuatu. PENGERTIAN KALBU (3): 136 Kalbu adalah salah satu gejala dari perangkat hakikat manusia yang asasi, karena iman bersemayam di dalam kalbu (QS. Al-Hajj [22]:32) dan sebagai alat untuk memperoleh ilmu (QS. AlHajj [22]:46 dan al-An’am [6]:25). KARAKTERISTIK KALBU (1) 137 Pertama: Kalbu berfungsi sebagai alat ma’rifah, memiliki pemahaman dalam diri manusia dan akal. Pengertian ini ditunjukkan oleh firman Allah QS. Qaf (50):37: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai kalbu atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. KARAKTERISTIK KALBU (2) 138 Kedua: Penyebab kalbu seseorang tenteram ialah dengan berdzikir. Dalam QS. ar Ra’ad (13):28 disebutkan: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan kalbu mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah kalbu menjadi tenteram.” KARAKTERISTIK KALBU (3) 139 Ketiga: Penyebab kalbu seseorang tertutup/dikunci mati atau berpenyakit atau keras adalah karena kedengkian, kesombongan dan menentang kebenaran. Hal tersebut tersirat dalam Alquran. ”Allah telah mengunci mati kalbu (qulubihim) dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup” (QS.al-Baqarah [2]: 7 ). KARAKTERISTIK KALBU (4) 140 Dalam kalbu mereka (qulubihim) ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya (QS.al-Baqarah [2]: 7 dan 10). Dan diantara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas kalbu mereka (qulubihim) sehingga mereka tidak memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. (QS. Al-An’am [6]:25). KARAKTERISTIK KALBU (5) 141 Keempat: Dalam kalbu ada macam-macam lammah (lintasan/bisikan); yang menyuruh kepada yang baik (lammah malakiyyah)/lammah muthmainnah; bisikan maksiat (lammah syaithaniyyah atau lammah ammarah bissu’); dan bisikan yang labil (lammah lawwamah); yang terkadang ingin berbuat baik dan disaat lain senang berbuat mungkar. Ini sesuai dengan isyarat QS. Al-Hajj (22): 53-54. KARAKTERISTIK KALBU (6) 142 Kelima: Kalbu merupakan salah satu gejala dari perangkat hakikat manusia yang asasi, karena iman (QS.al-Maidah [5]:41), ra’fah wa rahmah (rasa santun dan kasih sayang) (QS. [al-Hadid [57]:27), hidayah (QS. al-Tagabun [64]:11) dan takwa (QS. Al-Hajj [22]: 32) bersemayam dalam kalbu. اَل ان للجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدِ فسد الجسد )كله اَل ومى الَلب (رواه البخارى ومسلم KARAKTERISTIK KALBU (7) 143 Keenam; Kalbu secara etimologi pada dasarnya bersifat labil dan suka bolak balik kecuali yang dapat bimbingan Ilahi. Seperti keterusikan kalbu Nabi Ibrahim, tentang bagaimana cara Tuhan menghidupkan yang telah mati. Peristiwa ini bukanlah keraguan Nabi Ibrahim tentang hari kiamat. Karena ketidak tahuannya, maka ia ingin melihat dengan mata telanjang bagaimana cara Tuhan menghidupkan yang mati, sekalipun hal itu rahasia Ilahi, demi menenteramkan kalbunya. METODE PENDIDIKAN KALBU (1) 144 Metode dzikrullah (berdzikir kepada Allah) secara terus menerus. Dzikir dapat berupa dalam kalbu dan lisan; kalbu saja, dan lisan saja. Istighfar dan bertobat . Hakikat tobat ialah secara totalitas kembali kepada Allah. Nabi istighfar dan tobat minimal 70 kali setiap hari sekalipun beliau ma’shum (terpelihara) dari dosa. Sebelum bertobat dimulai dengan istighfar. Para pendosa jika ingin istighfar dan tobat harus memenuhi 3 syarat jika dosa itu berhubungan dengan Allah. Jika dosa berkaitan dengan manusia ada 4 syarat. METODE PENDIDIKAN KALBU (2) 145 Berdoa (memohon sesuatu kepada Tuhan). Seseorang berdoa pada hakikatnya penyerahan diri kepada Sang Pencipta tentang permohonannya; dan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa mengabulkan doa. Doa dapat merubah nasib. Semua doa pasti dikabulkan dalam arti; (1) apa yang diminta diberikan langsung; (2) apa yang diminta tidak diberikan tapi diberikan dalam bentuk lain, seperti ketenangan hidup, jauh dari keburukan dan lain-lain; (3) ditangguhkan dengan memberi ganjaran kepada yang berdoa. METODE PENDIDIKAN KALBU (3) 146 Melatih diri selalu husnudzdzan (berpikir positif), dan menghindari suu’dzdzan (prasangka buruk atau berpikir negatif). Berpikir positif perlu latihan dengan cara (1) mempertimbangkan baik dan buruk setiap perilaku, (2) berpikir positif menyehatkan jiwa/mental dan raga; (3) berpikir positif akan membuka diri dengan realitas; (4) berpikir positif memperbanyak teman dan karib; (5) berpikir positif meringankan langkah dalam setiap aktivitas. KALBU DAN TANGGUNGJAWAB 147 Bertanggung jawab adalah beban (taklif) yang dipikul oleh seseorang, atau kelompok mengenai akibat sesuatu yang dilakukannya, baik karena konsep atau gagasan, perkataaan dan perbuatannya ataupun karena tidak berbuat apa-apa yang dibebankan kepadanya TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (1) 148 1. manusiawi ialah perbuatan yang dikuasai oleh manusia, yang secara sadar di bawah kontrolnya, dan dengan sengaja dikehendakinya baik perkataan maupun perbuatannya. Maka si pelaku bertanggungjawab atas perbuatan dan perkataan tersebut. Dan prilaku macam inilah yang dibicarakan oleh agama. TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (2) 149 2. Perbuatan manusia ialah aktivitas yang dilakukan manusia secara kebetulan baik perkataan maupun perbuatan, tetapi ia tidak menguasainya karena tidak mengontrolnya dengan sadar, tidak menghendekainya dengan sengaja. Dan atas perbuatan dan perkataan semacam ini, manusia tidak perlu bertanggung jawab atau dimaafkan. Begitu seseorang ingat kembali, maka waktu itu pula dia memikul tanggungjawab atas perkataan dan perbuatannya. PRASYARAT TANGGUNGJAWAB 150 Manusia diberi potensi-potensi sebagai pra syarat memikul tanggung jawab Disamping manusia diberikan berbagai potensi, juga diberikan wewenang Diberi kebebasan dl hal ghairu mahdhah; Diberi sarana dan norma-norma (ayat-ayat Ilahiyah, ayat-ayat Insaniyah dan ayat-ayat kauniyah) sehingga layak memikul tanggung jawab; LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (1) 151 mencapai batas taklif (dewasa) baik laki-laki maupun perempuan; 2. berakal, maksudnya mengetahui dan menyadari alias tidak lupa apa yang diperbuat dan dikatakan serta mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan dan perkataan tersebut baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain; 1. LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (2) 152 3. mempunyai kebebasan dan tidak mendapat paksaan ketika melakukan perbuatannya atau ketika mengucapkan perkataannya; 4. mempunyai kemampuan untuk mengutarakan perkataannya atau melakukan perbuatannya. PERBEDAANKALBU YG TERCERAHKAN DAN KALBU YANG GELAP YG BLM TERCERAHKAN DL TINDAK KEJAHATAN 153 Kalbu yg belum tercerahkan: 1. Belum ada celah untuk itu, 2. Takut diketahui dan malu; 3. Takut sanksi hukum dunia; 4. Merusak karier; 5. Belum ada peluang. KALBU YG TERCERAHKAN 154 Kalbu yg tercerahkan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mensyukuri nikmat Tuhan utk memayungi ya lain; Takut siksa api neraka; Tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatan di akhirat; Malu terhadap Tuhan dan manusia; Takut sanksi hukum dunia; Merusak karier. SEBAB-SEBAB NORMA DITAATI 155 hukum atau aturan itu memerintahkan sesuatu yang secara pribadi menguntungkan; 2. ada ancaman hukuman menyebabkan sebaiknya menaati dan dipertanggung jawabkan; 3. subjek merasakan suatu perasaan wajib atau kewajiban moral. 1. Kedua alasan pertama tidak dapat menjamin ketaatan pada hukum/aturan karena hukum hanya ditaati selama menguntungkan atau selama kewaspadaaan pemberi sanksi tidak dapat dihindari. Kecuali yang spiritualitas kalbunya baik. BAB V: FILSAFAT PENDIDIKAN KELUARGA DAN KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAMKOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM : 156 Pengertian Pendidikan Keluarga: Pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga (terdiri dari bapak, ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggung jawab kedua orang tua). Pendidikan keluarga sebagai pendidikan utama dan pertama sesuai dengan QS. A-Tahrim: 6 dan hadis Nabi tentang fitrah serta Sisdiknas Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1 poin 13 UU No 20 Tahun 2003). DASAR PENDIDIKAN KELUARA 157 يا أيها الذين آمنوا قوا أيفسكم وأمليكم يارا وقودما الناس والحجارة عليها مَلئكة غَلظ شداد َل يعصون هللا ما أمرمم ويفعلون ما يؤمرون KENAPA PENTING PENDD KELUARGA 158 Dalam keluarga hubungan antara anak dan orang tua bersifat hubungan langsung, alami tidak dibuat-buat; 2. Dalam keluarga pertama-tama anak memperoleh terbentuknya tahap-tahap awal proses sosialisasi; 1. KENAPA PENTING PENDD KELUARGA 159 3. Melalui interaksi dalam keluarga, anak memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, emosi, sikap, dan keterampilan. 4. Dasar-dasar kelakuan dan kebiasaaan tertanam sejak dini di dalam keluarga; 5. Sikap hidup serta kebiasaan-kebiasaan anak tertanam dalam keluarga; 6. Anak menyerap adat istiadat dan prilaku kedua orangtuanya dengan cara bertaklid dengan cara meniru atau mengikuti dengan tidak tahu apa dasar, bukti dan alasannya, disertai rasa puas. TUGAS KELUARGA DL PEND KLRG 160 bertanggung jawab menyelamatkan faktor-faktor ketenangan, cinta kasih, serta kedamaian dalam rumah, dan menghilangkan segala macam kekerasan, kebencian, serta antagonisme; 2. keluarga harus mengawasi proses-proses pendidikan; 3. para orang tua harus menerapkan langkah-langkah sebagai tugas mereka, seperti kriteria tingkah laku, kewajiban berkumpul, memberikan kepahaman kepada anak-anak bahwa ayah mereka mempunyai aktivitas pribadi, kelemah lembutan. 1. KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR 161 memiliki wawasan pengetahuan yang luas baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang mencukupi untuk menghindari kesalahan strategi dalam mendidik anak; 2. mengalokasikan waktu yang cukup bersama keluarga dalam penanaman pembentukan kepribadian muslim, memberikan teladan sikap dan prilaku sehari-hari; 3. mendampingi dan memonitoring anak dalam berintekrasi dengan lingkungan sosial budaya, terutama pergaulan sosial anak dalam rangka internalisasi nilai-nilai spiritual keagamaan; 1. KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR 162 4. menciptakan suasana terbuka, musyawarah, diskusi dan dialog dalam keluarga tentang berbagai segi kehidupan aktual, termasuk tayangan berbagai media, seperti televisi, intenet sehingga terhindar dari sikap-sikap kemunafikan. JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA: 163 mendatangkan guru privat agama pada waktu usia anak di bawah dua belas tahun untuk mengajarkan nilai-nilai dasar Islam, termasuk cara membaca Alquran dan Hadis; 2. menyekolahkan anak sejak dari SMP sampai SMU di lembaga-lembaga Islam semacam pesantren modern yang saat ini sudah banyak memiliki sekolah-sekolah umum yang berkualitas; 3. memasukkan anak sejak pendidikan anak dini sampai sekolah menengah atas di lembaga-lembaga pendidikan yang memakai lebel Islam; 1. JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA: 164 4. Orang tua harus melakukan jaringan komunikasi intensif dengan pihak sekolah dimana putraputrinya sekolah; 5. Mengikutkan anak dalam kegiatan keagamaan atau majelis taklim atau group seni Islami, yang di adakan di kampung atau di masjid-masjid. AHDAP (TUJUAN) TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (1) 165 Fungsi Tupen menurut Ahmad D. Marimba: 1. Mengakhiri Usaha 2. Mengarahkan usaha. Tanpa tujuan kegiatan pendidikan tdk akan efisien 3. Sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuantujuan lain (berikutnya) 4. Memberi nilai (sifat) pada usaha itu. AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (2) 2. Hasan Langgulung 166 Tujuan Pendidikan Islam harus mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama: 1. fungsi spiritual (akidah dan iman); 2. fungsi psikologis (tingkah laku/tindak moral); 3. fungsi sosial (aturan hubungan kemanusiaan). AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (3) CIRI-CIRI AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH 167 1. 2. 3. 4. 5. Khalifah :memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan amanah Tuhan; Pelaksanaan khalifah dl rangka ibadah; Berakhlak mulia; Membina, mengarahkan, menumbuhkembangkan dan mengolah seluruh potensi manusia shg ia memiliki ilmu, keterampilan dan akhlak mahmudah; Kebahagiaan hidup di dunia akhirat secara seimbang. L. HAKIKAT PENDIDIK (1) 1. S. Nasution 168 Tugas pendidik ada tiga bagian: 1. mengkomunikasikan pengetahuan (memiliki pengetahuan yang mendalam);transfer of knowledge 2. sebagai model dl bid. studi yg diajarkannya; 3. menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berpikir, mencintai pelajarannya.(transformatif) HAKIKAT PENDIDIK (2) 2. Athiyah al-Abrasyi 169 Tujuh sifat pendidik: 1. 2. 3. 4. Zuhud Memiliki jiwa bersih ( tubuhnya, jauh dari dosa, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, pamer, dengki, permusuhan, dll Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya, sama kata dan prilaku, dan jujur Pemaaf; HAKIKAT PENDIDIK (3) 2. Athiyah al-Abrasyi 170 5. 6. 7. Dpt menempatkan diri sebagai bapak/ibu sebelum ia menjadi seorang guru (mencintai murid sebagaimana ia mencintai anaknya, memikirkan keadaan muridnya sebagaimana ia memikirkan anaknya sendiri) Mengetahui bakat, minat, tabiat dan watak murid-muridnya; Menguasai bidang studi yg akan diajarkannya; HAKIKAT PENDIDIK (4) 3. Syekh Nawawi: 171 Akhlak/sifat Mu’allim menurut Syaikh Nawawi alBantani ada 17 : 1. Menerima pertanyaan-pertanyaan murid dengan penuh kesabaran; 2. Selalu bermurah hati dalam berbagai hal; 3. Merendahkan diri di depan teman duduknya; 4. Tidak sombong, kecuali kepada orang yang terang-terangan zalim untuk memperingatkan kezalimannya, karena sombong kepada orang yang sombong itu adalah shadaqah sebagaimana tawadhu (merendah diri) kepada orang yang tawadhu; HAKIKAT PENDIDIK (5) 3. SYEKH NAWAWI 172 Bersikap tawadhu ketika berada di tengahtengah acara pertemuan; 6. Mencegah dari bercanda dan senda gurau; 7. Ramah kepada murid ketika mengajar dan tidak menyuruh tergesa-gesa kepada murid yang tidak pandai bertanya; 8. Memperbaiki anak yang tidak cerdas dengan pengajaran yang baik; 9. Tidak marah dan tidak menyindir murid yang bodoh; 5. HAKIKAT PENDIDIK (6) 3. SYEKH NAWAWI 173 10. Tidak merasa segan untuk berkata “tidak tahu” atau 11. 12. 13. 14. “Allah Yang Maha Tahu”, jika suatu masalah belum dikuasainya; Mendorong semangat kepada yang bertanya agar pertanyaannya dapat dipahami dan persoalannya dapat dijawab dengan baik; Dapat menerima alasan orang lain dan mendengarkan, walaupun alasan itu berasal dari musuh/tidak sepaham; Mengikuti haq (kebenaran), dan kembali kepada haq ketika melakukan kesalahan dalam berbicara atau keyakinan, walaupun haq itu berasal dari orang yang lebih rendah; Mencegah murid dari setiap ilmu yang membahayakan agama seperti ilmu sihir dan astrologi; HAKIKAT PENDIDIK (7) 3. SYEKH NAWAWI 174 15. Mencegah murid dari keinginan untuk menggunakan ilmu yang bermanfaat bukan karena Allah; 16. Mencegah murid dari kesibukan dengan fardhu kifayah sebelum menyelesaikan fardhu ain; 17. Menginstrosfeksi diri sendiri lebih dahulu, sebelum memerintahkan orang lain mengerjakan kebaikan, dan sebelum melarang orang lain agar menjauhi keburukan dengan melaksanakan perintah syara’ dan menjauhi larangannya, agar murid mengambil teladan darinya. HAKIKAT PESERTA DIDIK Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (1) 175 Memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk, sebab, ilmu itu bentuk peribadatan hati, shalat rohani (sirr), dan pendekatan batin kepada Allah. 2. Menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniawi dan sebaiknya jauh dari kampung halaman. Sebab, bergelut dengan kesibukan-kesibukan duniawi dapat memalingkan konsentrasi belajarnya, sehingga kemampuan menguasai ilmu yang dipelajari menjadi tumpul. 1. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (2) 176 3. Tidak membusungkan dada (takabbur) terhadap orang alim (ahli ilmu termasuk guru), melainkan bersedia patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan nasihatnya. Sebab, pasien (dalam hal ini peserta didik) sudah seharusnya mematuhi apa yang menjadi nasihat dokter (analogi guru). 4. Bagi pembelajar pemula dalam menuntut ilmu hendaknya menghindarkan diri dari mengkaji berbagai macam pemikiran dan tokoh, baik menyangkut ilmu-ilmu duniawi maupun ilmu-ilmu ukhrawi. Sebab, hal ini dapat mengacaukan pikiran, membuat bingung dan memecah konsentrasinya dalam belajar. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (3) 177 Tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji, selain bersedia mempelajarinya hingga tahu apa orientasi dari disiplin ilmu tersebut. 6. Dalam mendalami suatu disiplin ilmu, peserta didik tidak melakukannya sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan memprioritaskan yang terpenting. 7. Pembelajar tidak beranjak mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia benar-benar menguasai tahap ilmu sebelumnya. Sebab, ilmu-ilmu itu bersinambung secara linier, atau sama lain saling terkait. 5. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (4) 178 8. Pembelajar hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ia dapat memperoleh ilmu yang paling mulia. Kemuliaan itu dapat di lihat dari dua sisi yakni (a) keutamaan hasil dan (b) terpercaya landasan argumennya. 9. Tujuan menuntut ilmu ialah pembersihan batin dan menghiasinya dengan keutamaan serta mendekatkan diri kepada Allah serta meningkatkan spiritualnya ke posisi yang tinggi yakni posisi para malaikat dan orang-orang yang dekat kepada-Nya. Bukan bertujuan untuk mencari kedudukan, kekayaan, dan popularitas. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (5) 179 9. Pembelajar harus mengetahui hubungan ilmu-ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang dituju, sehingga dapat memilah dan memilih ilmu mana yang harus diprioritaskan dalam hubungannya dengan urusan dunia dan akhirat. M. KOMPETENSI PENDIDIK(1) 180 Definisi: seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik/guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. KOMPETENSI PENDIDIK (2) 181 Paedagogik: kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; Kepribadian: kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didiknya; Profesional: kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam; Sosial: kemampuan berkomunikasi dan berintekrasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar. HAKIKAT METODE PEND. ISLAM (1) DEFINISI: 182 Cara yg terencana dan tepat guna untuk menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik agar mampu memberi kesan mendalam kpd mereka, sehingga terlihat dalam pribadi mereka. Fungsinya mengantarkan suatu tujuan kepada obyek sasaran dengan cara yg sesuai dg perkembangan obyek tersebut. METODE PEND. ISLAM (2) 183 Al-Syaibani: Ada empat menjadi dasar pertimbangan dl penggunaan metode pendidikan Islam: Agama: sesuai dg Al-Qur’an, Sunnah Nabawi, sahabat dan tabi’in dan Salaf al-Shalih. Biologis: kebutuhan jasmani dan perkembangan usia anak. Psikologis: motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan intelektual peserta didik. Sosial: kebutuhan sosial di lingkungan peserta didik. PERTIMBANGAN DL MENGGUNAKAN METODE 184 1. 2. 3. 4. 5. Tujuan yang hendak dicapai Kapabilitas pendidik; Keadaan peserta didik; Sarana pembelajaran yang tersedia; Materi pembelajaran METODE PEND. ISLAM (3) 185 Paling tidak, pendidikan Islam merangkum empat tujuan pokok dalam memberikan metode: menolong peserta didik mengembangkan kemampuan individualnya dl mencapai ilmu kasbi dan ilmu ladunni, learning how to learn (proses belajar bagaimana belajar):aspek kognitif dan afektif membiasakan belajar melakukan (learning how to do) menjadi prilakunya efektif dan efisien: aspek psikomotorik METODE PEND. ISLAM (4) 186 bertanggung jawab untuk belajar menjadi (learning to be), siap menjadi dirinya sendiri, membentuk sikap diri bukan bayang-bayang orang lain. Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. belajar bagaimana berurusan dengan luar dirinya, menjalin hubungan antar subyek (learning how to live together). Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. MACAM-MACAM METODE PEND. ISLAM (5) 187 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Uswatun Hasanah/teladan (QS. Al-Ahzab, 33:21). Qashash Nasihat Pembiasaan Targhib (ganjaran) dan Tarhib (hukuman) Ceramah (khutbah/kuliah) Diskusi dan dialog Berdebat Induksi dan Deduksi dan lain-lain P. HAKIKAT EVALUASI 188 Definisi: kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan baik secara kuantitatif (mengukur) maupun kualitatif (evaluasi) Dalam pendidikan pasti terjadi: 1. Input (bahan mentah) 2. Transfer dan Transformatif (memindahkan, mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi) 3. Output (bahan jadi yang dihasilkan oleh transfer dan transformasi) 4. Umpan balik (feed back) KURIKULUM (1) PENGERTIAN 189 Crow and Crow : kurikulum ialah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yg disusun secara sistimatis yg diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow and Crow: Pengantar Ilmu Pendidikan). Cakupan kkm : ada bagian yg berkenaan dg tujuan yg ingin dicapai oleh pbm ada berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman yg merup bahan bagi penyusunan kkm yg isinya berupa mata pelajaran yg kmd dimasukkan dl silabus. KURIKULUM (2) PENGERTIAN 190 bagian yg berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tsb. bagian yg berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil pengajaran mata pelajaran tertentu. KURIKULUM (3) ASAS-ASAS 191 S. Nasution (Pengembangan Kurikulum): Filosufis:berperan sbg penentu tujuan umum pend Sosiologis (berperan memberikan dasar utk menentukan apa saja yg akan dipelajari sesuai dg kebutuhan masyakat, kebudayaan, perkemb. Ilmu penget, dan teknologi) Organisatoris (dasar dl bentuk bahan pelajaran itu disusun, dan penentuan luas dan urutan mata pelajaran) Psikologis (memberikan berbagai prinsip ttg perkem. peserta didik dl berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai sesuai dg tahap perkembangannya. KURIKULUM (4) PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM 192 As-Syabani, prinsip kurikulum pend. Islam: 1. pertautan yg sempurna dg agama, termasuk ajarannya dan nilai-nilainya. 2. Menyeluruh pada tujuan-tujuan dan kandungan kkm. 3. keseimbangan yg relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum 4. prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik serta alam sekitar baik fisik maupun social budaya 5. pemeliharaan perbedaan individual baik dari segi minat maupun bakatnya KURIKULUM (5) PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM 193 1. 2. menerima perkembangan dan perubuhan sesuai dg perkembangan zaman dan tempat keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dg pengalaman dan aktivitas yg terkandung dl kkm. KOMPETENSI PENDIDIK 194 Profesional Kepribadian Paedagogik Sosial