BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Atletik Pengertian Atletik Menurut Munasifah, (2008: 4) “merupakan olahraga yang tumbuh dan berkembang bersama dengan kegiatan alami manusia”. Cabang olahraga atletik ini meliputi lari, loncat dan lempar. Ketiga cabang ini adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan sepanjang kehidupan manusia. Istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa Perancis), dan athletik (bahasa Jerman). Walaupun berbeda dalam kata yang digunakan namun semua itu mempunyai istilah yang sama namun artinya tidak sama dengan istilah atletik yang digunakan di Indonesia. Di indonesia tercatat sejak tahun 1930-an, dimana pemerintah Hindia Belanda memasukkan atletik sebagai salah satu mata pelajaran disekolahsekolah. Di masyarakat sendiri belum dikenal secara luas olahraga tersebut. Akhirnya perkembangan atletik di Indonesia memunculkan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia ( PASI ) pada tanggal 3 September 1990, di Semarang. Kegiatan pertama tercatat, pada akhir tahun itu juga menyelenggarakan pertandingan atletik di Bandung. Pertandingan ini sekaligus memilih duta-duta atletik untuk Asian Games pertama di New Delhi tahun 1951. 2. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Menurut Wiarto (2013: 32) “Lompat jauh adalah suatu gerakan melompat yang diawali dengan gerakan horizontal dan diubah ke gerakan vertical dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki yang terkuat untuk memperoleh jarak yang sejauh – jauhnya”. 6 7 Sedangkan menurut Djumidar (2004: 65) “Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki atau anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik”. Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sarsaran dan tumpuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak diukur dari titik lompatan sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Dalam lompat jauh ada beberapa gaya yang umum digunakan oleh pelompat yaitu gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hand style), dan gaya berjalan di udara (walking in the air). b. Lompat Jauh Gaya Jongkok Lompat jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in the air). Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di udara membentuk gerakan seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat, melayang dan mendarat sejauh-jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Seperti yang dikemukakan oleh Syarifuddin (1992: 90) “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) 8 yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri dari beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Sidik (2010: 65) menyatakan, “Faktor-faktor yang sangat menentukan untuk mencapai prestasi lompat jauh adalah awalan, tolakan, lompat, melayang, dan mendarat”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat jauh terdiri empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Keempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal.pada dasarnya unsur-unsur tersebut tidak bisa dipisahkan satu persatu karena gerakan tersebut akan membentuk suatu rangkaian gerakan lompat jauh yang tidak bisa diputus.Untuk lebih jelasnya keempat teknik lompat jauh gaya jongkok dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Awalan Awalan merupakan gerakan permulaan dalam usaha untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan.Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah agar diperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Munasifah (2008: 34) bahwa, "Jarak awalan harus cukup jauh untuk mendapatkan momentum yang paling besar. Lari ancang-ancang tergantung pada kemampuan masing-masing pelompat. Pada saat melangkah konsentrasi tertuju pada balok lompatan". Menurut Jerver (2005: 34) bahwa “Maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take of ”. Jarak 9 awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan tersebut antara 30-35 meter. Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat individual tergantung dari masing-masing pelompat. Hal terpenting dalam mengambil jarak awalan yaitu pelompat dimungkinkan memperoleh kecepatan yang maksimal. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai berikut: Gambar 2.1. Awalan Lompat Jauh 2) Tumpuan Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Wiarto (2013: 34) menyatakan, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horizontal ke gerakan vertical yang dilakukan secara cepat. Tolakan dilakukan dengan menolakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas yang besar”. Jerver (2005: 26) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin”. Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan 10 menumpu (melewati balok tumpuan), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai berikut: Gambar 2.2. Ilustrasi Tumpuan Lompat Jauh 3) Melayang di Udara Sikap melayang di udara sangat berhubungan sekali dengan awalan dan tolakan saat melakukan gerakan lompat jauh. Wiarto (2013: 35) menyatakan, “Sikap melayang di udara yaitu sikap setelah kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpuan. Badan akan dapat terangkat melayang di udara, bersamaan dengan ayunan kedua lengan kedepan atas”. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Munasifah (2008: 14) menyatakan, “Sikap badan di udara juga hharus diperhatikan karena sikap ini berkaitan dengan angin ketika badan berada di udara dan hal ini dapat memengaruhi kecepatan dan jarak yang ditempuh”. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pendaratan. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: 11 Gambar 2.3. Ilustrasi Melayang di Udara 4) Pendaratan Melakukan pendaratan merupakan rangkaian gerakan terakhir dalam lompat jauh. Keberhasilan dalam melakukan lompat jauh terletak pada pendaratan.Pendaratan yang mulus akan berpengaruh terhadap jarak, keselamatan serta keindahan gerak dalam lompat jauh. Menurut Wiarto (2013: 36), “ Untuk menghindarkan pendaratan pada panta, kepala ditundukkan dan lengan diayunkan ke depan sewaktu kaki menyentuh pasir, kaki tidak kaku dan tegang, melainkan lemas dan lentur”. Menurut Sidik (2010:68), “Karakteristik teknik pendaratan kedua tungkai hampir sepenuhnya diluruskan, togok dibengkokkan kedepan, kedua lengan ditarik kebelakang,pinggang didorong ke depan menuju ke titik sentuh tanah”. Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: Gambar 2.4. Ilustrasi Pendaratan Lompat Jauh 12 3. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa hasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Benny A. Pribadi ( 2009 : 6) mengemukakan bahwa “belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan’’. Menurut Aunurrahman (2009: 36-37) “Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut ; Pertama, belajar menunjukan suatu aktuvitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku”. Pembelajaran instruction adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik balajar dari suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Menurut Aunurrahman (2012) menyatakan bahwa : Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap , kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya 13 sebagai pribadi yang baik dan positif menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik (hlm. 34). Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati & Mudjiono (2009: 157) bahwa“proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Dengan demikian, inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Warsita (2008: 85) “Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya”. Dalam UU No.2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003: 7) Menurut Sutikno (2007: 50) “Secara implisit didalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan”. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran”. b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Perubahan dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa sehingga perlu dipelajari tentang karakteristik dan prinsip-prinsip belajar yang tepat. Menurut Benny A. Pribadi (2011 : 11) mengemukakan bahwa : Desain pembelajaran memiliki sejumlah langkah yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu : a) Dilakukan melalui sebuah proses yang sistematis, b) Berorientasi pada pemecahan masalah, 14 c) Berfokus pada siswa dan proses belajar, d) Bertujuan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, e) Menekankan pada konsistensi antara tujuan, proses dan evaluasi pembelajaran, f) Bersifat teoritis dan empiris. Bagi guru kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran pembelajaran yang akan dapat dirumuskan membantu dalam terwujudnya perencanaan tujuan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan. c. Unsur – Unsusr Pembelajaran Jika membicarakan tentang strategi pengajaran, maka kita tidakl akan bisa lepas dari unsur-unsur sebuah pembelajaran. Menurut Martha Kaufeldt (2008) dalam buku Teacher, Change Your Bait! Brain – Compatible Differentiated Instruction yang diterbitkan oleh Crown House Publishing Company LL.C. USA terdapat 6 unsur dalam sebuah proses pembelajaran yaitu : 1. Lingkungan Fisik a. Pertimbangkanlah bagaimana dampak-dampak yang akan muncul oleh adanya rangsangan lingkungan terhadap otak dan tubuh (fisik) siswa b. Buatlah pengubahan tempat duduk dalam ruang kelas anda agar dapat mengakomodasikan pilihan-pilihan yang diinginkan oleh siswa c. Sebaiknya, guru juga mengkaji kemungkinan-kemungkinan penggunaan tempat belajar (sumber belajar) lainnya selain dalam ruang kelas 15 2. Lingkungan Sosial a. Kepada semua siswa, guru harus dapat memantapkan perasaanmemiliki dan diikutsertakan dalam kelompokkelompok belajar b. Buatlah pengaturan pembelajaran dimulai terlebih dalam dahulu sebelum, kaitannya proses pembentukan pasangan diskusi atau kelompok-kelompok belajar. c. Guru harus mampu mengenali kelompok-kelompok belajar yang terbentuk secara natural didalam kelas 3. Penyajian Pembelajaran a. Dalam menyajikan materi ajar, guru harus dapat menggunakan hal-hal baru yang dapat menarik perhatian siswa dan mungkin dengan tambahan humor b. Buatlah koneksi antara konsep dan keterampilan baru dengan kehidupan baru dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga membuat pembelajaran mereka menjadi konstektual c. Buatlah proses-proses pembelajaran dan penemuan dengan sebuah proyek, percobaan, eksperimen, atau pemanfaatan IT 4. Konten atau Materi Pembelajaran a. Selalu menekankan arti konten, relevansi, dan manfaatnya sehingga siswa tertantang dan termotivasi untuk belajar b. Buatlah siswa terpikat dengan materi ajar. Caranya dengan mengajarkan suatu wilayah spesifik secara lebih mendalam c. Usahakan mengatur agar pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum itu cocok dan dapat memberi akomodasi kepada seluruh siswa dalam berbagai tingkatan dan kesiapan siswa yang berbeda-beda 5. Proses Pembelajaran a. Di dalam proses pembelajaran, masukkan beragam kegiatan dan refleksi agar terbangun ingatan jangka panjang 16 b. Susunlah secara harmonis peluang-peluang untuk pilihan dengan menggunakan berbagai tingkat kemampuan siswa sehingga mereka berkesempatan untuk sukses c. Manfaatkan sumber-sumber teknologi yang ada untuk pengumpulan beragam informasi untuk mengintegrasikan pemahaman siswa 6. Produk-produk pembelajaran a. Rancanglah urutan-urutan proyek sehingga memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan pemahamannya melalui pencapain-pencapaian nyata b. Berikan tugas-tugas, atau pertanyaan-pertanyaan pada level yang lebih tinggi c. Rancanglah beragam produk dan tes bagi siswa untuk menunjukkan seberapa dalam pemahaman mereka akan suatu konten pembelajaran d. Dinamika Siswa Dalam Pembelajaran Siswa belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor terhadap lingkungannya. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara hierarkis. Bloom, Krathwohl, Simpon menyusun penggolongan perilaku (kategori perilaku) berkenaan dengan kemampuan internal dalam hubungan dengan tujuan pengajaran. Hasil penelitian mereka dikenal dengan Taksonomi Intruksional Bloom. Dimyati dan Mudjiono (2009 : 26) yang dijabarkan sebagai berikut : 1) Ranah Kognitif : terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut : a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. 17 b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. 2) Ranah Afektif : terdiri dari lima jenis perilaku sebagai berikut : a) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. b) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam kegiatan. c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, manghargai, mengakui, dan menentukan sikap. d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. 3) Ranah Psikomotorik : terdiri dari tujuh jenis perilaku sebagai berikut : a) Presepsi, yang mencakup kemampuan memilah-memilah halhal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 18 c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh. d) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. e) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan menandakan perubahan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Kreatifitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. e. Dinamika Guru Dalam Pembelajaran Seorang guru yang efektif akan mengobservasi bahwa para siswa yang sedang belajar itu dihambat oleh masalah-masalah emosi dan sikap, dan masalah yang ini harus diatasi. Menurut Toho Cholik M dan Rusli Lutan (2001 : 34) mengemukakan bahwa : Beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar seseorang antara lain, yaitu : a) Pengalaman sebelumnya, keramahan, dan tingkat ketrampilan pada saat kegiatan. b) Keberhasilan sebelumnya pada kegiatan yang sama atau serupa. c) Gaya pemikiran (pendekatan pribadi dalam menghadapi dan memecahkan masalah). d) Sikap dan perasaan dalam menghadapi sesuatu. Peran guru dalam pembelajaran di sekolah relatif tinggi. Peran guru tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 33) mengemukakan bahwa : Adapun hal-hal penting yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran siswa, yaitu : 19 a) Bahan Belajar, dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap, dan metode pemerolehan. b) Suasana Belajar, kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, alatalat belajar mempengaruhi kegiatan belajar disamping kondisi fisik tersebut,suasana pergaulan di sekolah juga berpengaruh pada kegiatan belajar. c) Media dan Sumber Belajar dapat ditemukan dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, tempat wisata, museum, gedung olahraga, dll. Disamping itu buku bacaan, laboratorium sekolah juga tersedia semakin baik. Guru Sebagai Subyek Pembelajaran, guru sebagai guru pembelajar siswa. Sebagai subyek pembelajar guru berhubungan langsung dengan siswa. f. Hasil Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Menurut Nana Sudjana (2012 : 3-4) mengemukakan bahwa, “Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terdapat kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran”. Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai: a) Alat ukur untuk mengetahui tercapainya tujuan intruksional b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya Sedangkan tujuannya adalah untuk : a) Mendiskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuh. 20 b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan atau pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. c) Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. d) Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari proses pembelajaran. 4. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah 21 ditetapkan. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan suatu proses yang sifatnya masih sangat umum yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Menurut Sagala mengemukakan bahwa : “Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dangan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.” (2009:68). Menurut Benny A. Pribadi (2009: 58) bahwa “pendekatan pembelajaran diartikan sebagai desain sistem pembelajaran yaitu sebagai suatu keseluruhan proses yang dilakukan untuk menganalisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran serta pengembangan sistem penyampaian materi pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam pembelajaran pada siswa terjadi peningkatan kemampuan. Semula siswa memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada kegiatan belajar hal tertentu, siswa memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah.Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 22 Oleh karena itu, seorang guru harus cermat dan tepat dalam menetapkan pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. 5. Media Pembelajaran a. Pengertian Alat Pembelajaran Alat pembelajaran mempunyai arti yang sama dengan media pembelajaran. Media merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Menurut Benny A. Pribadi (2009 : 101) mengatakan bahwa, “Media pembelajaran akan mengubah peran guru dari instruktur menjadi fasilitator dalam aktivitas pembelajaran”. Ditambahkan menurut Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003 : 201) berpendapat bahwa,”Alat bantu pembelajaran lebih banyak berguna membantu siswa belajar dari pada membantu guru mengajar”. Sedangkan menurut Azhar Arsyad (2007 : 2) mengatakan bahwa, “Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan bersahaja tetapi keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan”. Alat bantu pembelajaran berfungsi menciptakan proses belajar yang mampu membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan guru sebagai pemberi fasilitas dan penggerak. Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka.Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi.Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih lengkap. Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum 23 yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa. b. Hakekat Alat Pembelajaran Alat pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kelancaran kegiatan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh tersedianya media yang baik dan memadai. Menurut Hujair AH. Sanaky (2011:3) “Media bantu pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Menurut Hujair AH. Sanaky (2011:3) “Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajaran, pengajar dan bahan ajar”. Dapat dikatakan bahwa bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Alat pembelajaran mempunyai arti penting dalam kegiatan pembelajaran. Media bantu pembelajaran dapat digunakan sarana untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Selain itu media bantu pembelajaran juga bisa lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Media bantu pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat bantu pembelajaran yang mendukung baik dan tepat maka pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu seorang guru penjas harus mampu memanfaatkan berbagai macam media bantu pembelajaran, jika dalam materi penjas banyak terdapat kendala. c. Manfaat Alat Pembelajaran Alat pembelajaran sangat berperan penting untuk dijadikan sarana pilihan dalam mempermudah menyampaikan materi dengan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Penggunaan alat pembelajaran harus melibatkan mental siswa dalam proses belajar. Media berbentuk simulator dan permainan, misalnya 24 membuat siswa bermain sambil belajar. Siswa yang terlibat secara intensif dengan media dan materi pelajaran akan belajar lebih mudah dan mampu mencapai kompetensi yang diinginkan. Menurut Kamp yang dikutip Benny A. Pribadi (2011 : 100) mengemukakan bahwa : Pemanfaatan media dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dalam hal : 1) Membuat program pembelajaran menjadi standar; 2) Membuat aktivitas pembelajaran menjadi lebih menarik; 3) Menjadikan aktivitas pembelajaran menjadi lebih interaktif; 4) Membuat waktu pembelajaran lebih efisien; 5) Membuat aktivitas pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan; 6) Meningkatkan citra positif guru atau instruktur di mata siswa; 7) Peran guru dan instruktur berubah ke arah yang lebih positif. Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran. Menurut Hujair AH. Sanaky (2009 : 5) berpendapat bahwa : 1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik, 3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajaran tidak bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga, 4) Pembelajaran lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti : mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Alat bantu digunakan sebagai metode untuk mengatasi permasalahan belajar siswa. Alat bantu atau media pembelajaran memiliki manfaat yang sangat luas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan alat bantu yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus mampu memanfaatkan berbagai macam alat bantu pembelajaran, jika dalam pembelajaran materi pendidikan jasmani banyak kendala. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat bantu pembelajaran dapat membantu dalam menyampaikan pengertian-pengertian yang bersifat abstrak menjadi lebih konkritdan lebih 25 mudah dipahami siswa. Penggunaan alat bantu mempermudah guru untuk menyampaikan ide yang kreatif untuk rancangan pembelajaran. Selain itu, seorang guru juga bisa membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan dan guna mencapai tujuan pembelajaran. d. Penggunaan Alat Pembelajaran Dalam Penjas Penggunaan Alat pembelajaran penjas sangat penting. Banyak kendala yang dihadapi guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran materi penjas, karena keterbatasan alat bantu atau bahkan sama sekali tidak ada media bantu yang disediakan oleh sekolah. Keluhan umum guru pendidikan jasmani yakni keterbatasan alat. Tidak tersedianya alat dapat menjadi faktor penghambat karena berpengaruh langsung terhadap struktur pelajaran pengaturan siswa. Pendapat tersebut menunjukan bahwa, media atau alat bantu dalam pelajaran pendidikan jasmani sangat penting. Tersedianya media bantu yang relevan dan memadai akan sangat menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Namun sebaliknya jika alat bantu tidak tersedia menuntut seorang guru berkreatifitas agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan diperoleh hasil belajar yang optimal. Terbuka untuk pendidikan jasmani untuk membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan guna menyampaikan bahan pelajaran. e. Syarat Alat Pembelajaran Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan kondisi pembelajaran, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memilih hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. 26 Pemilihan alat bantu pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh dalam hal tercapainya tujuan pembelajaran. Media yang dapat dilihat indera mata (media visual) sangat membantu proses belajar mengajar anak dalam memahami konsep berpikir abstrak. Sedangkan media pendidikan yang memenuhi syarat menurut Oemar Hamalik (2003 : 7), menyatakan sebagai berikut : 1) Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita. 2) Ilmiah, sesuai dengan perkembangan akal dan prosedur ilmiah serta mampu dipikirkan oleh kita. 3) Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada (hemat). 4) Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktik di sekolah. 5) Fungsional, berguna dalam pelajaran dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Keefektifan alat bantu menjadi syarat pokok alat bantu tersebut dipilih untuk diterapkan pada pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa syarat alat bantu yang baik adalah yang dapat digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran di sekolah, maupun dipikirkan oleh kita dan mudah dipahami dalam penggunaan, serta ekonomis sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada. Dan yang terpenting adalah alat bantu pembelajaran dapat membantu mempermudah siswa mengartikan penjelasan-penjelasan yang disampaikan guru dari yang masih bersifat abstrak akan menjadi lebih konkrit. f. Ragam Alat Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif 27 akanmampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani. Alat pembelajaran yang dipergunakan adalah dengan menggunakan bendera warna dan bilah yang diletakkan dilintasan awalan lompat jauh, kardus diletakkan didepan balok tumpu,bola gantung, dan holahop. Pertama adalah bendera warna dan bilah bambu yang digunakan untuk merangsang siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh yang berupa awalan. Kardus adalah Kardus yang diletakkan didepan balok tumpuan.. Bola gantung diletakkan diatas bak pasir yang dimaksudkan agar merangsang siswa untuk meraihnya, sehingga lompatan mereka secara tidak langsung akan berusaha untuk setinggi-tingginya dan holahop yang berguna agar siswa melakukan pendaratan dengan menggunakan dua kaki secara bersamaan yang dibuat sasaran dengan menggunakan holahop. Dengan adanya ragam alat pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat tertarik dan menjadikannya sebuah motivasi untuk mengikuti dan melaksanan perintah guru. 1) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan ragam alat pembelajaran bendera dan bilah bambu Pembelajaran menggunakan bendera dan bilah bambu pelaksanaanya adalah bendera ditancapkan ditepi lintasan untuk awalan lompat jauh berdasarkan warna hijau, kuning lalu merah yang dimaksukkan agar kecepatan siswa berdasarkan warna dari bendera tersebut, dan bilah bambu diletakkan pada lintasan awalan lompat jauh yang dimaksudkan agar siswa dapat mengatur kecepatan dalam melakukan awalan lompat jauh. Dengan cara ini siswa akan melakukan awalan dengan ritme pelan menuju kencang seperti yang diharapkan. Bentuk pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini : 28 Bak pasir Bilah bambu siswa Balok tumpuan bendera Gambar 2.5. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran bendera warna dan bilah bambu 2) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan ragam alat pembelajaran kardus. Pembelajaran menggunakan kardus pelaksanaannya adalah kardus diletakkan didepan balok tumpuan. Kemudian siswa secara bergantian melakukan rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok, tujuannya supaya merangsang siswa dalam melakukan tolakan dalam gerakan lompat jauh. Teknik pelaksanaan pembelajarannya siswa dipanggil satu-satu berdasarkan presensi, kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan lompat jauah gaya jongkok, setelah melakukan awalan dengan berlari, siswa melakukan tolakan dengan cara melompati kardus yang diletakkan didepan balok tumpuan tanpa menjatuhkannya. Dengan cara ini, siswa akan melakukan lompatan yang tinggi guna melewati kardus tersebut sehingga berdampak pada lompatan mereka yang tinggi dan jauh. Bentuk pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini : Balok tumpuan Pendaratan awalan kardus Gambar 2.6. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran kardus 29 3) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat pembelajaran bola gantung Pelaksanaan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat pembelajaran bola gantung adalah dimana ada dua tiang yang dipasaang disisi bak pasir dan diatasnya diberi tali yang disambungkan untuk menggantungkan bola. Pelaksanaannya dalah siswa berurutan melakukan rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok, diawali dengan awalan berlari, setelah itu melompat pada balok tumpuan kemudian siswa berusaha meraih atau menyentuh bola yang diganttungkan diatas bak lompatan yang telah disesuaikan dengan ketinggian siswa. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat melompat dengan tinggi sehingga jarak lompatan dengan otomatis juga akan sebanding dengan ketinggian lompatan siswa. Pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini : Bak pasir Gambar 2.7. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran bola gantung 4) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat pembelajaran holahop Pelaksanaan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat pembelajaran holahop adalah setiap siswa melakukan rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok secara berurutan sesuai dengan nomor urut masing-masing. Holahop dalam hal ini berguna untuk gerakan lompat jauh gaya jongkok pada bagian mendarat, peneliti memilih holahop dikarenakan kebiasaan siswa yang melakukan gerakan mendarat dengan cara menggunakan satu kaki atau malah langsung berlari, dimaksudkan holahop ini dapat mencegah siswa melakukan gerakan mendarat dengan 30 berlari, dan dapat merangsang siswa melakukan gerakan mendarat dengan baik dan benar. Pelaksanaan pembelajaran dengan alat pembelajaran holahop seperti dibawah ini : Bak pasir Holahop siswa Balok tumpuan Gambar 2.8. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran Holahop 31 B. Kerangka Berfikir Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir Guru kurang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran penjas Meningkatkan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok melalui penerapan ragam alat pembelajaran Melalui ragam alat pembelajaran dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa (siswa lebih bersemangat dan prestasi belajar lompat jauh gaya jongkok meningkatserta partisipasi siswa dalam mengiuti pembelajaran meningkat. a. Siswa kurang tertarik dan cepat bosan dengan pembelajaran penjas b. Tingkat kesegaran jasmani rendah c. Dan yang paling utama hasil belajar lompat jauh gaya jongkok rendah Siklus I:guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar lompat jauh gaya jongkok,melalui penerapan ragam alat pembelajaran Siklus II :upaya perbaikan dari siklus I sehingga meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar lompat jauh gaya jongkok,melalui ragam alat pembelajaran Apabila siklus I sudah mencapai target maka tidak perlu dilakukan siklus II, Tetapi apabila siklus II belum mencapai target perlu dilakukan siklus II dan seterusnya sampai target tercapai Gambar 2.9. Alur kerangka berfikir Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dalam hal ini, mendidik mempunyai peran yang luas berkaitan dengan membina ketrampilan fisik, ketrampilan motorik, ketrampilan berfikir, ketrampilan memecahkan masalah, dan 32 juga ketrampilan emosional dan sosial.Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka perlu adanya model pembelajaran yang tepat. Permasalahan setiap individu muncul secara berbeda-beda dan perlu dikaji lebih mendalam. Biasanya permasalahan yang sering dihadapi dalam pendidikan jasmani khususnya pada model pembelajaran yang kurang tepat. Pemasalahan tersebut muncul dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok di SMP Negeri 2 Sambungmacan Sragen pada kelas VIII A kurang maksimalnya pembelajaran lompat jauh dikarenakan guru belum mengembangkan penggunan alat bantu pembelajaran. Khususnya dalam pembelajaran praktik dasar lompat jauh. Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telah diajarkan oleh guru karena demonstrasi atau contoh kurang dapat ditangkap oleh siswa secara optimal. Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, perlu adanya alat pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam mempelajari dan mencerna materi yang diajarkan oleh guru. Tingkat kemampuan dan daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan. C. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Dengan ragam alat pembelajaran efektif untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok. 2. Hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa yang menggunakan ragam alat pembelajaran lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode konvensional.