6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Atletik Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Atletik
Pengertian Atletik Menurut Munasifah, (2008: 4) “merupakan
olahraga yang tumbuh dan berkembang bersama dengan kegiatan alami
manusia”. Cabang olahraga atletik ini meliputi lari, loncat dan lempar.
Ketiga cabang ini adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan sepanjang
kehidupan manusia.
Istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa
Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa Perancis), dan
athletik (bahasa Jerman). Walaupun berbeda dalam kata yang digunakan
namun semua itu mempunyai istilah yang sama namun artinya tidak sama
dengan istilah atletik yang digunakan di Indonesia.
Di indonesia tercatat sejak tahun 1930-an, dimana pemerintah Hindia
Belanda memasukkan atletik sebagai salah satu mata pelajaran disekolahsekolah. Di masyarakat sendiri belum dikenal secara luas olahraga tersebut.
Akhirnya
perkembangan
atletik
di
Indonesia
memunculkan
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia ( PASI ) pada tanggal 3 September
1990, di Semarang. Kegiatan pertama tercatat, pada akhir tahun itu juga
menyelenggarakan pertandingan atletik di Bandung. Pertandingan ini
sekaligus memilih duta-duta atletik untuk Asian Games pertama di New
Delhi tahun 1951.
2. Lompat Jauh
a. Pengertian Lompat Jauh
Menurut Wiarto (2013: 32) “Lompat jauh adalah suatu gerakan
melompat yang diawali dengan gerakan horizontal dan diubah ke gerakan
vertical dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki yang terkuat untuk
memperoleh jarak yang sejauh – jauhnya”.
6
7
Sedangkan menurut Djumidar (2004: 65) “Lompat adalah suatu
gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh
atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat
atau
lambat
dengan
menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki atau anggota tubuh lainnya
dengan keseimbangan yang baik”.
Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan
tumpuan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sarsaran dan
tumpuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin
ke sebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak diukur dari titik lompatan
sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian
tubuh. Dalam lompat jauh ada beberapa gaya yang umum digunakan oleh
pelompat yaitu gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hand style), dan
gaya berjalan di udara (walking in the air).
b. Lompat Jauh Gaya Jongkok
Lompat jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit
down in the air). Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan
pada saat melayang di udara membentuk gerakan seperti orang jongkok atau
duduk. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan
dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua
kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan
kedua tangan ke depan. Untuk menghindari kesalahan saat mendarat, maka
diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan.
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang
olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,
melayang dan mendarat sejauh-jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat
jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus
pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Syarifuddin (1992: 90) “Lompat jauh adalah suatu bentuk
gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara)
8
yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melalui tolakan pada satu
kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”.
c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok
Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan
harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri dari
beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik
dan harmonis. Sidik (2010: 65) menyatakan, “Faktor-faktor yang sangat
menentukan untuk mencapai prestasi lompat jauh adalah awalan, tolakan,
lompat, melayang, dan mendarat”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat
jauh terdiri empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat.
Keempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus
dilakukan dengan
harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang
optimal.pada dasarnya unsur-unsur tersebut tidak bisa dipisahkan satu
persatu karena gerakan tersebut akan membentuk suatu rangkaian gerakan
lompat jauh yang tidak bisa diputus.Untuk lebih jelasnya keempat teknik
lompat jauh gaya jongkok dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Awalan
Awalan merupakan gerakan permulaan dalam usaha untuk
mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan.Awalan
lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan
kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah agar diperoleh
ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Munasifah (2008: 34)
bahwa, "Jarak awalan harus cukup jauh untuk mendapatkan momentum
yang paling besar. Lari ancang-ancang tergantung pada kemampuan
masing-masing pelompat. Pada saat melangkah konsentrasi tertuju pada
balok lompatan".
Menurut Jerver (2005: 34) bahwa “Maksud berlari sebelum
melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara
maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take of ”. Jarak
9
awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari mendapatkan
kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan
tersebut antara 30-35 meter.
Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat
individual tergantung dari masing-masing pelompat. Hal terpenting dalam
mengambil jarak awalan yaitu pelompat dimungkinkan memperoleh
kecepatan yang maksimal.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Awalan Lompat Jauh
2) Tumpuan
Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya pelompat
sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya
pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas
melayang di udara. Wiarto (2013: 34) menyatakan, “Tolakan adalah
perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horizontal ke gerakan
vertical yang dilakukan secara cepat. Tolakan dilakukan dengan
menolakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi
papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas yang besar”.
Jerver (2005: 26) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah
gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak
lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal
mungkin”.
Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara
maksimal dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan
melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan
10
menumpu (melewati balok tumpuan), lompatan dinyatakan gagal atau
diskualifikasi.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak
sebagai berikut:
Gambar 2.2. Ilustrasi Tumpuan Lompat Jauh
3) Melayang di Udara
Sikap melayang di udara sangat berhubungan sekali dengan
awalan dan tolakan saat melakukan gerakan lompat jauh. Wiarto (2013:
35) menyatakan, “Sikap melayang di udara yaitu sikap setelah kaki tolak
menolakkan kaki pada balok tumpuan. Badan akan dapat terangkat
melayang di udara, bersamaan dengan ayunan kedua lengan kedepan
atas”.
Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang
dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat
badan melayang di udara. Munasifah (2008: 14) menyatakan, “Sikap
badan di udara juga hharus diperhatikan karena sikap ini berkaitan
dengan angin ketika badan berada di udara dan hal ini dapat
memengaruhi kecepatan dan jarak yang ditempuh”. Dengan demikian
akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua
kecepatan
itu
akan
mendapatkan
perpaduan
(resultante)
yang
menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan
tubuh, sehingga akan membantu pendaratan.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat
jauh gaya jongkok sebagai berikut:
11
Gambar 2.3. Ilustrasi Melayang di Udara
4) Pendaratan
Melakukan pendaratan merupakan rangkaian gerakan terakhir
dalam lompat jauh. Keberhasilan dalam melakukan lompat jauh terletak
pada pendaratan.Pendaratan yang mulus akan berpengaruh terhadap
jarak, keselamatan serta keindahan gerak dalam lompat jauh. Menurut
Wiarto (2013: 36), “ Untuk menghindarkan pendaratan pada panta,
kepala ditundukkan dan lengan diayunkan ke depan sewaktu kaki
menyentuh pasir, kaki tidak kaku dan tegang, melainkan lemas dan
lentur”.
Menurut Sidik (2010:68), “Karakteristik teknik pendaratan
kedua tungkai hampir sepenuhnya diluruskan, togok dibengkokkan
kedepan, kedua lengan ditarik kebelakang,pinggang didorong ke depan
menuju ke titik sentuh tanah”.
Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat
jauh gaya jongkok sebagai berikut:
Gambar 2.4. Ilustrasi Pendaratan Lompat Jauh
12
3. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa hasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Benny A. Pribadi (
2009 : 6) mengemukakan bahwa “belajar adalah kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan’’. Menurut Aunurrahman (2009: 36-37)
“Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut ; Pertama, belajar
menunjukan suatu aktuvitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja.
Kedua,
belajar
merupakan
interaksi
individu
dengan
lingkungannya. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah
laku”.
Pembelajaran instruction adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik balajar dari suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar
terjadi kegiatan belajar. Menurut Aunurrahman (2012) menyatakan bahwa :
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum
terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki
pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa
yang memiliki
pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap , kebiasaan
atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya
13
sebagai pribadi yang baik dan positif menjadi siswa yang memiliki
sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik (hlm. 34).
Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati & Mudjiono (2009: 157)
bahwa“proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa
dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan,
keterampilan, dan sikap”. Dengan demikian, inti dari pembelajaran adalah
segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada
diri peserta didik. Warsita (2008: 85) “Kegiatan pembelajaran tidak akan
berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya”.
Dalam UU No.2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003: 7)
Menurut Sutikno (2007: 50) “Secara implisit didalam pembelajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan”. Pembelajaran lebih
menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan
cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran
dan mengelola pembelajaran”.
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah
pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka
pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.
Perubahan dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa sehingga
perlu dipelajari tentang karakteristik dan prinsip-prinsip belajar yang tepat.
Menurut Benny A. Pribadi (2011 : 11) mengemukakan bahwa :
Desain pembelajaran memiliki sejumlah langkah yang memiliki beberapa
karakteristik, yaitu :
a) Dilakukan melalui sebuah proses yang sistematis,
b) Berorientasi pada pemecahan masalah,
14
c) Berfokus pada siswa dan proses belajar,
d) Bertujuan untuk menciptakan program pembelajaran yang
efektif, efisien, menarik,
e) Menekankan pada konsistensi antara tujuan, proses dan evaluasi
pembelajaran,
f) Bersifat teoritis dan empiris.
Bagi guru kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam
proses
pembelajaran
pembelajaran
yang
akan
dapat
dirumuskan
membantu
dalam
terwujudnya
perencanaan
tujuan
pembelajaran.
Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu
tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
c. Unsur – Unsusr Pembelajaran
Jika membicarakan tentang strategi pengajaran, maka kita tidakl
akan bisa lepas dari unsur-unsur sebuah pembelajaran. Menurut Martha
Kaufeldt (2008) dalam buku Teacher, Change Your Bait! Brain –
Compatible Differentiated Instruction yang diterbitkan oleh Crown House
Publishing Company LL.C. USA terdapat 6 unsur dalam sebuah proses
pembelajaran yaitu :
1. Lingkungan Fisik
a. Pertimbangkanlah bagaimana dampak-dampak yang akan
muncul oleh adanya rangsangan lingkungan terhadap otak
dan tubuh (fisik) siswa
b. Buatlah pengubahan tempat duduk dalam ruang kelas anda
agar
dapat
mengakomodasikan
pilihan-pilihan
yang
diinginkan oleh siswa
c. Sebaiknya, guru juga mengkaji kemungkinan-kemungkinan
penggunaan tempat belajar (sumber belajar) lainnya selain
dalam ruang kelas
15
2.
Lingkungan Sosial
a. Kepada semua siswa, guru harus dapat memantapkan
perasaanmemiliki dan diikutsertakan dalam kelompokkelompok belajar
b. Buatlah
pengaturan
pembelajaran
dimulai
terlebih
dalam
dahulu
sebelum,
kaitannya
proses
pembentukan
pasangan diskusi atau kelompok-kelompok belajar.
c. Guru harus mampu mengenali kelompok-kelompok belajar
yang terbentuk secara natural didalam kelas
3. Penyajian Pembelajaran
a. Dalam
menyajikan
materi
ajar,
guru
harus
dapat
menggunakan hal-hal baru yang dapat menarik perhatian
siswa dan mungkin dengan tambahan humor
b. Buatlah koneksi antara konsep dan keterampilan baru dengan
kehidupan baru dengan kehidupan sehari-hari siswa,
sehingga membuat pembelajaran mereka menjadi konstektual
c. Buatlah proses-proses pembelajaran dan penemuan dengan
sebuah proyek, percobaan, eksperimen, atau pemanfaatan IT
4. Konten atau Materi Pembelajaran
a. Selalu menekankan arti konten, relevansi, dan manfaatnya
sehingga siswa tertantang dan termotivasi untuk belajar
b. Buatlah siswa terpikat dengan materi ajar. Caranya dengan
mengajarkan suatu wilayah spesifik secara lebih mendalam
c. Usahakan mengatur agar pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum itu cocok dan dapat memberi akomodasi kepada
seluruh siswa dalam berbagai tingkatan dan kesiapan siswa
yang berbeda-beda
5. Proses Pembelajaran
a. Di dalam proses pembelajaran, masukkan beragam kegiatan
dan refleksi agar terbangun ingatan jangka panjang
16
b. Susunlah secara harmonis peluang-peluang untuk pilihan
dengan menggunakan berbagai tingkat kemampuan siswa
sehingga mereka berkesempatan untuk sukses
c. Manfaatkan sumber-sumber teknologi yang ada untuk
pengumpulan beragam informasi untuk mengintegrasikan
pemahaman siswa
6. Produk-produk pembelajaran
a.
Rancanglah urutan-urutan proyek sehingga memungkinkan
siswa
untuk
mengaplikasikan
pemahamannya
melalui
pencapain-pencapaian nyata
b. Berikan tugas-tugas, atau pertanyaan-pertanyaan pada level
yang lebih tinggi
c. Rancanglah beragam produk dan tes bagi siswa untuk
menunjukkan seberapa dalam pemahaman mereka akan suatu
konten pembelajaran
d. Dinamika Siswa Dalam Pembelajaran
Siswa belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor terhadap lingkungannya. Ada beberapa ahli yang mempelajari
ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan
pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara hierarkis. Bloom,
Krathwohl, Simpon menyusun penggolongan perilaku (kategori perilaku)
berkenaan dengan kemampuan internal dalam hubungan dengan tujuan
pengajaran. Hasil penelitian mereka dikenal dengan Taksonomi Intruksional
Bloom. Dimyati dan Mudjiono (2009 : 26) yang dijabarkan sebagai berikut :
1) Ranah Kognitif : terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut :
a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
17
b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan
makna tentang hal yang dipelajari.
c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik.
e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat
tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
2) Ranah Afektif : terdiri dari lima jenis perilaku sebagai berikut :
a) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu
dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
b) Partisipasi,
yang
mencakup
kerelaan,
kesediaan
memperhatikan dan berpartisipasi dalam kegiatan.
c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima
suatu nilai, manghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan
menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai
kehidupan pribadi.
3) Ranah Psikomotorik : terdiri dari tujuh jenis perilaku sebagai
berikut :
a) Presepsi, yang mencakup kemampuan memilah-memilah halhal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas
tersebut.
b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri
dalam keadan dimana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan.
18
c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan
gerakan sesuai contoh.
d) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan
gerakan-gerakan tanpa contoh.
e) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan
gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap,
secara lancar, efisien, dan tepat.
f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan
menandakan perubahan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku.
Kreatifitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang
baru atas dasar prakarsa sendiri.
e. Dinamika Guru Dalam Pembelajaran
Seorang guru yang efektif akan mengobservasi bahwa para siswa
yang sedang belajar itu dihambat oleh masalah-masalah emosi dan sikap,
dan masalah yang ini harus diatasi. Menurut Toho Cholik M dan Rusli
Lutan (2001 : 34) mengemukakan bahwa :
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar seseorang
antara lain, yaitu :
a) Pengalaman sebelumnya, keramahan, dan tingkat ketrampilan
pada saat kegiatan.
b) Keberhasilan sebelumnya pada kegiatan yang sama atau serupa.
c) Gaya pemikiran (pendekatan pribadi dalam menghadapi dan
memecahkan masalah).
d) Sikap dan perasaan dalam menghadapi sesuatu.
Peran guru dalam pembelajaran di sekolah relatif tinggi. Peran guru
tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2009 : 33) mengemukakan bahwa :
Adapun hal-hal penting yang mempengaruhi dalam proses
pembelajaran siswa, yaitu :
19
a) Bahan Belajar, dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi
pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai,
sikap, dan metode pemerolehan.
b) Suasana Belajar, kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, alatalat belajar mempengaruhi kegiatan belajar disamping kondisi
fisik tersebut,suasana pergaulan di sekolah juga berpengaruh
pada kegiatan belajar.
c) Media dan Sumber Belajar dapat ditemukan dengan mudah.
Sawah percobaan, kebun bibit, tempat wisata, museum, gedung
olahraga, dll. Disamping itu buku bacaan, laboratorium sekolah
juga tersedia semakin baik.
Guru Sebagai Subyek Pembelajaran, guru sebagai guru pembelajar
siswa. Sebagai subyek pembelajar guru berhubungan langsung dengan
siswa.
f. Hasil Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan
belajar. Menurut Nana Sudjana (2012 : 3-4) mengemukakan bahwa,
“Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terdapat kegiatan
belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai
tujuan-tujuan pengajaran”.
Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai:
a) Alat ukur untuk mengetahui tercapainya tujuan intruksional
b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar
c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada
para orang tuanya
Sedangkan tujuannya adalah untuk :
a) Mendiskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang
studi atau mata pelajaran yang ditempuh.
20
b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan atau pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah
tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
c) Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan
pengajaran serta strategi pelaksanaannya.
d) Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak
sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung
pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang
diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri
siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis. Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat
dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan
intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta
bidang psikomotorik (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku).
Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang
hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di
sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil
belajar siswa, dari proses pembelajaran.
4. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai
sistem
untuk
memudahkan
pelaksanaan
proses
pembelajaran
dan
membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah
21
ditetapkan. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan suatu proses yang sifatnya masih sangat umum yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Menurut Sagala mengemukakan bahwa :
“Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih
kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran
dangan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu,
ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan yang
lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan
materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.”
(2009:68).
Menurut Benny A. Pribadi (2009: 58) bahwa “pendekatan
pembelajaran diartikan sebagai desain sistem pembelajaran yaitu sebagai
suatu keseluruhan proses yang dilakukan untuk menganalisis kebutuhan dan
tujuan pembelajaran serta pengembangan sistem penyampaian materi
pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dalam pembelajaran pada siswa terjadi peningkatan kemampuan.
Semula siswa memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada
kegiatan belajar hal tertentu, siswa memperbaiki tingkat ranah-ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah
tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam
pemecahan masalah.Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan
seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Dengan metode pebelajaran yang tepat akan dapat
membangkitkan motifasi belajar siswa, sehingga akan mendukung
pencapaian hasil belajar lebih optimal.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang
mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran
dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
22
Oleh karena itu, seorang guru harus cermat dan tepat dalam
menetapkan pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
5. Media Pembelajaran
a. Pengertian Alat Pembelajaran
Alat pembelajaran mempunyai arti yang sama dengan media
pembelajaran. Media merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Menurut Benny A. Pribadi (2009 : 101)
mengatakan bahwa, “Media pembelajaran akan mengubah peran guru dari
instruktur menjadi fasilitator dalam aktivitas pembelajaran”. Ditambahkan
menurut Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003 : 201) berpendapat
bahwa,”Alat bantu pembelajaran lebih banyak berguna membantu siswa
belajar dari pada membantu guru mengajar”. Sedangkan menurut Azhar
Arsyad (2007 : 2) mengatakan bahwa, “Guru sekurang-kurangnya dapat
menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan
bersahaja tetapi keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan”. Alat bantu pembelajaran berfungsi menciptakan proses belajar
yang mampu membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan guru
sebagai pemberi fasilitas dan penggerak.
Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan
(yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam
proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan
(media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka.Siswa
dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima
informasi.Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi
dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih
lengkap.
Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh
media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan
perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum
23
yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit
dan
mungkin
harus
dirangsang
dengan
cermat
supaya
dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.
b. Hakekat Alat Pembelajaran
Alat pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam kegiatan belajar mengajar. Kelancaran kegiatan pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh tersedianya media yang baik dan memadai. Menurut
Hujair AH. Sanaky (2011:3) “Media bantu pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan
pembelajaran”. Menurut Hujair AH. Sanaky (2011:3) “Pembelajaran
adalah proses komunikasi antara pembelajaran, pengajar dan bahan ajar”.
Dapat dikatakan bahwa bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa
bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.
Alat pembelajaran mempunyai arti penting dalam kegiatan
pembelajaran. Media bantu pembelajaran dapat digunakan sarana untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Selain itu media
bantu pembelajaran juga bisa lebih memudahkan peserta didik dalam
memahami materi pembelajaran. Media bantu pembelajaran memiliki
fungsi yang sangat luas dalam kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan alat bantu pembelajaran yang
mendukung
baik dan tepat maka
pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu
seorang guru penjas harus mampu memanfaatkan berbagai macam media
bantu pembelajaran, jika dalam materi penjas banyak terdapat kendala.
c. Manfaat Alat Pembelajaran
Alat pembelajaran sangat berperan penting untuk dijadikan sarana
pilihan dalam mempermudah menyampaikan materi dengan upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penggunaan alat pembelajaran harus melibatkan mental siswa dalam
proses belajar. Media berbentuk simulator dan permainan, misalnya
24
membuat siswa bermain sambil belajar. Siswa yang terlibat secara intensif
dengan media dan materi pelajaran akan belajar lebih mudah dan mampu
mencapai kompetensi yang diinginkan.
Menurut Kamp yang dikutip Benny A. Pribadi (2011 : 100)
mengemukakan bahwa :
Pemanfaatan media dapat memberikan kontribusi positif terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran dalam hal :
1) Membuat program pembelajaran menjadi standar;
2) Membuat aktivitas pembelajaran menjadi lebih menarik;
3) Menjadikan aktivitas pembelajaran menjadi lebih interaktif;
4) Membuat waktu pembelajaran lebih efisien;
5) Membuat aktivitas pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan;
6) Meningkatkan citra positif guru atau instruktur di mata siswa;
7) Peran guru dan instruktur berubah ke arah yang lebih positif.
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran.
Menurut Hujair AH. Sanaky (2009 : 5) berpendapat bahwa :
1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajaran sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar,
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat
lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar
menguasai tujuan pengajaran dengan baik,
3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar,
pembelajaran tidak bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga,
4) Pembelajaran lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi
juga aktivitas lain yang dilakukan seperti : mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Alat bantu digunakan sebagai metode untuk mengatasi permasalahan
belajar siswa. Alat bantu atau media pembelajaran memiliki manfaat yang
sangat luas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan alat
bantu yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapaian hasil belajar
yang optimal. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus mampu
memanfaatkan berbagai macam alat bantu pembelajaran, jika dalam
pembelajaran materi pendidikan jasmani banyak kendala.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan alat bantu pembelajaran dapat membantu dalam menyampaikan
pengertian-pengertian yang bersifat abstrak menjadi lebih konkritdan lebih
25
mudah dipahami siswa. Penggunaan alat bantu mempermudah guru untuk
menyampaikan ide yang kreatif untuk rancangan pembelajaran. Selain itu,
seorang guru juga bisa membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan
dan guna mencapai tujuan pembelajaran.
d. Penggunaan Alat Pembelajaran Dalam Penjas
Penggunaan Alat pembelajaran penjas sangat penting. Banyak
kendala yang dihadapi guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran
materi penjas, karena keterbatasan alat bantu atau bahkan sama sekali
tidak ada media bantu yang disediakan oleh sekolah. Keluhan umum guru
pendidikan jasmani yakni keterbatasan alat. Tidak tersedianya alat dapat
menjadi faktor penghambat karena berpengaruh langsung terhadap struktur
pelajaran pengaturan siswa.
Pendapat tersebut menunjukan bahwa, media atau alat bantu
dalam pelajaran pendidikan jasmani sangat penting. Tersedianya media
bantu yang relevan dan memadai akan sangat menunjang kelancaran
proses belajar mengajar. Namun sebaliknya jika alat bantu tidak tersedia
menuntut seorang guru berkreatifitas agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan diperoleh hasil belajar yang optimal. Terbuka untuk
pendidikan jasmani untuk membuat sendiri alat-alat sesuai dengan
kebutuhan guna menyampaikan bahan pelajaran.
e. Syarat Alat Pembelajaran
Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi,
metode, dan kondisi
pembelajaran, harus menjadi perhatian dan
pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga media yang digunakan
lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media
pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memilih
hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut.
26
Pemilihan alat bantu pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh
dalam hal tercapainya tujuan pembelajaran. Media yang dapat dilihat indera
mata (media visual) sangat membantu proses belajar mengajar anak dalam
memahami konsep berpikir abstrak.
Sedangkan media pendidikan yang memenuhi syarat menurut Oemar
Hamalik (2003 : 7), menyatakan sebagai berikut :
1) Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita.
2) Ilmiah, sesuai dengan perkembangan akal dan prosedur ilmiah
serta mampu dipikirkan oleh kita.
3) Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada
(hemat).
4) Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktik di sekolah.
5) Fungsional, berguna dalam pelajaran dan dapat digunakan oleh
guru dan siswa.
Keefektifan alat bantu menjadi syarat pokok alat bantu tersebut
dipilih untuk diterapkan pada pembelajaran. Berdasarkan pengertian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa syarat alat bantu yang baik adalah
yang dapat digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran di sekolah,
maupun dipikirkan oleh kita dan mudah dipahami dalam penggunaan, serta
ekonomis sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada. Dan yang
terpenting adalah alat bantu pembelajaran dapat membantu mempermudah
siswa mengartikan penjelasan-penjelasan yang disampaikan guru dari yang
masih bersifat abstrak akan menjadi lebih konkrit.
f. Ragam Alat Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok
Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki
sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif
dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan
prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif
27
akanmampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang
sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga
anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan.
Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan
jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.
Alat
pembelajaran
yang
dipergunakan
adalah
dengan
menggunakan bendera warna dan bilah yang diletakkan dilintasan awalan
lompat jauh, kardus diletakkan didepan balok tumpu,bola gantung, dan
holahop. Pertama adalah bendera warna dan bilah bambu yang digunakan
untuk merangsang siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh yang
berupa awalan. Kardus adalah Kardus yang diletakkan didepan balok
tumpuan.. Bola gantung diletakkan diatas bak pasir yang dimaksudkan agar
merangsang siswa untuk meraihnya, sehingga lompatan mereka secara tidak
langsung akan berusaha untuk setinggi-tingginya dan holahop yang berguna
agar siswa melakukan pendaratan dengan menggunakan dua kaki secara
bersamaan yang dibuat sasaran dengan menggunakan holahop. Dengan
adanya ragam alat pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat tertarik
dan menjadikannya sebuah motivasi untuk mengikuti dan melaksanan
perintah guru.
1) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan ragam alat
pembelajaran bendera dan bilah bambu
Pembelajaran
menggunakan
bendera
dan
bilah
bambu
pelaksanaanya adalah bendera ditancapkan ditepi lintasan untuk awalan
lompat jauh berdasarkan warna hijau, kuning lalu merah yang dimaksukkan
agar kecepatan siswa berdasarkan warna dari bendera tersebut, dan bilah
bambu diletakkan pada lintasan awalan lompat jauh yang dimaksudkan agar
siswa dapat mengatur kecepatan dalam melakukan awalan lompat jauh.
Dengan cara ini siswa akan melakukan awalan dengan ritme pelan menuju
kencang seperti yang diharapkan. Bentuk pelaksanaannya seperti gambar
dibawah ini :
28
Bak pasir
Bilah bambu
siswa
Balok
tumpuan
bendera
Gambar 2.5. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran bendera
warna dan bilah bambu
2) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan ragam
alat
pembelajaran kardus.
Pembelajaran menggunakan kardus pelaksanaannya adalah
kardus diletakkan didepan balok tumpuan. Kemudian siswa secara
bergantian melakukan rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok,
tujuannya supaya merangsang siswa dalam melakukan tolakan dalam
gerakan lompat jauh. Teknik pelaksanaan pembelajarannya siswa dipanggil
satu-satu berdasarkan presensi, kemudian siswa melakukan rangkaian
gerakan lompat jauah gaya jongkok, setelah melakukan awalan dengan
berlari, siswa melakukan tolakan dengan cara melompati kardus yang
diletakkan didepan balok tumpuan tanpa menjatuhkannya. Dengan cara ini,
siswa akan melakukan lompatan yang tinggi guna melewati kardus tersebut
sehingga berdampak pada lompatan mereka yang tinggi dan jauh. Bentuk
pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini :
Balok
tumpuan
Pendaratan
awalan
kardus
Gambar 2.6. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran
kardus
29
3) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat pembelajaran
bola gantung
Pelaksanaan
pembelajaran
lompat
jauh
gaya
jongkok
menggunakan alat pembelajaran bola gantung adalah dimana ada dua tiang
yang dipasaang disisi bak pasir dan diatasnya diberi tali yang disambungkan
untuk menggantungkan bola. Pelaksanaannya dalah siswa berurutan
melakukan rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok, diawali dengan
awalan berlari, setelah itu melompat pada balok tumpuan kemudian siswa
berusaha meraih atau menyentuh bola yang diganttungkan diatas bak
lompatan yang telah disesuaikan dengan ketinggian siswa. Dengan cara ini
diharapkan siswa dapat melompat dengan tinggi sehingga jarak lompatan
dengan otomatis juga akan sebanding dengan ketinggian lompatan siswa.
Pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini :
Bak pasir
Gambar 2.7. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran bola
gantung
4) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat pembelajaran
holahop
Pelaksanaan
pembelajaran
lompat
jauh
gaya
jongkok
menggunakan alat pembelajaran holahop adalah setiap siswa melakukan
rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok secara berurutan sesuai dengan
nomor urut masing-masing. Holahop dalam hal ini berguna untuk gerakan
lompat jauh gaya jongkok pada bagian mendarat, peneliti memilih holahop
dikarenakan kebiasaan siswa yang melakukan gerakan mendarat dengan
cara menggunakan satu kaki atau malah langsung berlari, dimaksudkan
holahop ini dapat mencegah siswa melakukan gerakan mendarat dengan
30
berlari, dan dapat merangsang siswa melakukan gerakan mendarat dengan
baik dan benar. Pelaksanaan pembelajaran dengan alat pembelajaran
holahop seperti dibawah ini :
Bak pasir
Holahop
siswa
Balok
tumpuan
Gambar 2.8. Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat pembelajaran
Holahop
31
B. Kerangka Berfikir
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru kurang kreatif dan
inovatif dalam proses
pembelajaran penjas
Meningkatkan penguasaan
teknik lompat jauh gaya
jongkok melalui
penerapan ragam alat
pembelajaran
Melalui ragam alat
pembelajaran dapat
meningkatkan kesegaran
jasmani siswa (siswa lebih
bersemangat dan prestasi
belajar lompat jauh gaya
jongkok meningkatserta
partisipasi siswa dalam
mengiuti pembelajaran
meningkat.
a. Siswa kurang tertarik dan
cepat bosan dengan
pembelajaran penjas
b. Tingkat kesegaran jasmani
rendah
c. Dan yang paling utama
hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok rendah
Siklus I:guru dan peneliti
menyusun bentuk pengajaran
yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan dasar lompat jauh
gaya jongkok,melalui
penerapan ragam alat
pembelajaran
Siklus II :upaya perbaikan
dari siklus I sehingga
meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan dasar lompat
jauh gaya jongkok,melalui
ragam alat pembelajaran
Apabila siklus I sudah
mencapai target maka tidak
perlu dilakukan siklus II,
Tetapi apabila siklus II belum
mencapai target perlu
dilakukan siklus II dan
seterusnya sampai target
tercapai
Gambar 2.9. Alur kerangka berfikir
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Pendidikan
jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dalam hal ini, mendidik
mempunyai peran yang luas berkaitan dengan membina ketrampilan fisik,
ketrampilan motorik, ketrampilan berfikir, ketrampilan memecahkan masalah, dan
32
juga ketrampilan emosional dan sosial.Untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, maka perlu adanya model pembelajaran yang tepat.
Permasalahan setiap individu muncul secara berbeda-beda dan perlu dikaji
lebih mendalam. Biasanya permasalahan yang sering dihadapi dalam pendidikan
jasmani khususnya pada model pembelajaran yang kurang tepat.
Pemasalahan tersebut muncul dalam pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok di SMP Negeri 2 Sambungmacan Sragen pada kelas VIII A kurang
maksimalnya pembelajaran lompat jauh dikarenakan guru belum mengembangkan
penggunan alat bantu pembelajaran. Khususnya dalam pembelajaran praktik dasar
lompat jauh.
Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telah diajarkan oleh guru
karena demonstrasi atau contoh kurang dapat ditangkap oleh siswa secara optimal.
Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, perlu adanya alat
pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam mempelajari dan mencerna
materi yang diajarkan oleh guru. Tingkat kemampuan dan daya tangkap siswa
terhadap materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan perkembangan anak, isi
dan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan
menyenangkan.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Dengan ragam alat pembelajaran efektif untuk meningkatkan hasil belajar
lompat jauh gaya jongkok.
2. Hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa yang menggunakan ragam alat
pembelajaran lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode
konvensional.
Download