hal-hal yang harus di persiapkan dalam

advertisement
PERTEMUAN III & IV
KEHIDUPAN SOSIAL
DALAM ISLAM
ELVIANDRI, S.HI., M.Hum
Keistimewaan masyarakat muslim:


Mayarakat muslim sebagaimana dijelaskan oleh
Islam adalah masyarakat yang istimewa, tidak
seperti masyarakat-masyarakat yang dikenal oleh
manusia sepanjang sejarah, hal ini karena dia
adalah masyarakat yang dibentuk oleh syari'at
Islam yang kekal, yang diturunkan oleh Allah
dengan sempurna sejak hari pertama, dimana
Allah berfirman dalam kitabNya:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. (QS. al maidah: 3)
Asas Pertama:
Saling Menghormati dan Memuliakan

Sebagaimana Allah telah memuliakan manusia,
menjadi keharusan setiap manusia untuk saling
menghormati dan memuliakan, tanpa memandang
jenis suku, warna kulit, bahasa dan keturunannya.
Bahkan Islam mengajarkan untuk menghormati
manusia walaupun telah menjadi mayat.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri
khusyu’ menghormati jenazah seorang yahudi.
Kemudian seseorang berkata: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya dia jenazah yahudi”. Nabi SAW
bersabda: “Bukankah dia juga adalah seorang
berjiwa ?”. (HR. Imam Muslim).
Asas Kedua:
Menyebarkan kasih sayang

Ini merupakan eksplorasi dari risalah Islam
sebagai ajaran yang utuh, karena dia datang
sebagai rahmat untuk seluruh alam.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Qs. Al-Anbiyaa : 107)
Maka Nabi SAW bersabda: “Tidak akan
terlepas kasih sayang kecuali dari orang-orang
yang hina”.

Asas Ketiga:
Keadilan
 Seluruh ajaran dan syari’at samawi terbangun
diatas tiang keadilan dan keseimbangan. Maka
keadilan manjadi komponen utama dari
sya’riat utama para Nabi dan Rasul. Dan Islam
menjadikan berlaku adil kapada musuh
sebagai hal yang mendekatkan kepada
ketaqwaan (QS. Al-Maidah:8).
 Untuk merealisasikan hal ini, Islam tidak hanya
menyuruh berbuat adil, tapi juga
mengharamkan kezaliman dan melarangnya
sangat keras.
Dalil
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs.Al-Maidah : 8)
Asas Keempat: Persamaan

Asas ini adalah cabang dari tiang sebelumnya yaitu
keadilan. Persamaan sangat ditekankan khususnya
dihadapan hukum. Faktor yang membedakan antara satu
orang dengan yang lain adalah taqwa dan amal shaleh,
(iman dan ilmu).

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat:13).
Asas Kelima: Perlakuan yang sama

Kaidah umum baik menyangkut individu maupun kelompok
menghendaki adanya perlakuan yang sama atau lebih baik.
Membalas suatu kebaikan dengan kebaikan yang sama atau lebih
baik adalah tuntutan setiap masyarakat yang menginginkan
hubungan harmonis antar anggota-anggotanya. Maka Allah SWT
menentukan hal tersebut dalam salah satu firman-Nya:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan)
yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam
mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang
mereka kuasai. (QS. Al-Isra:7).
Asas Keenam:
Berpegang teguh pada keutamaan



Asas ini sering dinyatakan dengan taqwa, ihsan
dan kebaktian dibanyak tempat dalam AlQur’an. (misalnya dalam Surah Al-Baqarah:177
dan 194, Al-Mukminun:96, Fushshilat:34).
Dan diantara fenomena berpegang kepada
keutamaan; berlemah lembut, memaafkan,
berlapang dada, bersabar, ringan tangan,
menolong dan lain-lain.
Dan yang paling jelas dan tampak sekali
kebaikannya adalah membalas suatu kejahatan
dengan yang lebih baik (QS. Fushshilat:34).
Al-Baqarah ayat 177

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orangorang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orangorang yang bertakwa”. (Qs. Al-Baqarah : 177)
Al-Mukminun ayat 96

Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih
baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.
(Qs. Al-Mukminun ayat 96)
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tibatiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
sangat setia. (Qs. Fushshilat ayat 34)
Asas Ketujuh:
Kebebasan (merdeka)

Dalam asas inilah betapa jelas sekali Allah memuliakan
manusia dan menghormati kemauannya, fikirannya dan
perasaannya dan membiarkannya menentukan nasibnya
sendiri apa yang berkaitan dengan petunjuk dan
kesesatan dalam keyakinan, dan membebankan
kepadanya akibat perbuatannya dan muhasabah dirinya.

Maka Syaikh Muhammad Abu Zahrah mengatakan:
“Sesungguhnya kebebasan yang hakiki dimulai dengan
membebaskan jiwa dan nafsu mengikuti syahwat dan
menjadikannya tunduk kepada akal dan hati”. Apalagi
sampai menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan (QS. AlJatsiyah:23).
Al-Jatsiyah ayat 23
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya
berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk
sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran? “ (Qs. Al-Jatsiyah ayat 23)
Asas kedelapan:
Berlapang Dada dan Toleransi (Tasamuh)

Tasamuh adalah sabar menghadapi keyakinankeyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka
dan amal-amal mereka walaupun bertentangan
dengan keyakinan dan batil menurut pandangan,
dan tidak boleh menyerang dan mencela dengan
celaan yang membuat orang tersebut sakit dan
tersiksa perasaannya, dan tidak boleh memakai
sarana-sarana pemaksaan untuk mengeluarkan
mereka atau melarang mereka dari
mengemukakan pendapat atau melakukan
amalan-amalan mereka.
Al-An’am ayat 108
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan
yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada
Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka
kerjakan. (QS. Al-An’am:108)
Asas Kesembilan:
Saling tolong menolong
Tabiat manusia adalah makhluk sosial, karena tak ada seorang
pun yang mampu hidup sendiri, tanpa bergaul dengan
saudaranya. Dengan bermuamalah antar manusialah akan
sempurna pemanfaatan dan kegunaan. Disana banyak sekali
kebutuhan seorang individu yang tak akan mampu
dipenuhinya sendiri. Bahkan Islam tidak sekedar mengesahkan
asas ini sebagai asas dalam hubungan antar manusia, tapi
lebih jauh lagi Islam menentukan bahwa hamba selamanya
bergantung kepada pertolongan Allah SWT, dia mengakui hal ini
atau pun tidak mengakuinya. Dan Islam mengaitkan
pertolongan ini dengan saling tolong menolong hamba antar
mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dan Allah selalu
menolong seseorang selama orang tersebut selalu menolong
saudaranya”. (HR. Muslim).
Al-Maidah ayat 3

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulanbulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya. (Qs. Al-Maidah : 3)
Asas Kesepuluh:
Menepati Janji

Menepati janji mencakup seluruh janji dalam hal
yang baik. Dia merupakan jaminan untuk
kelangsungan unsur kepercayaan dalam saling
tolong menolong antar manusia. Bila hal ini hilang
dari suatu masyarakat, maka bisa jadi masyarakat
akan hancur dan rusak.
Melanggara janji merupakan satu tanda dari
kemunafikan. Nabi SAW bersabda: “Tanda orang
munafik itu ada tiga; bila berbicara dia berbohong,
bila berjanji dia melanggarnya dan bila diberi
amanat dia mengkhianatinya”.
Download