LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN “ISOLASI DNA HALUS” DISUSUN OLEH : NAMA : Joko Pilianto NIM : 115040213111043 KELOMPOK : Jumat, 09:15 ASISTEN : Nilam PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isolasi DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsisp isolais DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah (Asris, 2010). Polymerase chain reaction (PCR) merupakan fasilitas dalam mempelajari genetik tanaman maupun hewan. Sidik DNA, analisis forensik, pemetaan genetik dan filogenetik dapat dipelajari dengan PCR. Beberapa teknik analisis keanekaragaman genetik, membutuhkan amplifikasi daerah genom tertentu dari suatu organisme (Demeke dan Adams. 1994). Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif dalam genom tersebut. Makin panjang primer, makin spesifik daerah yang diamplifikasi. Jika suatu 18 kelompok organisme memang berkerabat dekat, maka primer dapat digunakan untuk mengamplifikasi daerah tertentu yang sama dalam genom kelompok tersebut. Beberapa faktor seperti konsentrasi DNA, ukuran panjang primer, komposisi basa primer, konsentrasi ion Mg, dan suhu hibridisasi primer harus dikontrol dengan hati-hati agar dapat diperoleh pita-pita DNA yang utuh dan baik (Suryanto, 2003). Keberhasilan teknik ini lebih didasarkan kepada kesesuaian primer dan efisiensi dan optimasi proses PCR. Reaksi berantai polymerase (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah suatu metode enzimatis untuk melipatgandakan secara eksponensial suatu sekuen nukleotida tertentu dengan cara in vitro. Metode ini telah banyak digunakan untuk berbagai macam manipulasi dan analisis genetik baik berupa molekul DNA maupun RNA (Yuwono, 2006). 2 1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian isolasi DNA dan PCR Untuk mengetahui uji kualitas DNA Untuk mengetahui komponen dan tahapan PCR Untuk mengetahui manfaat PCR 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Isolasi DNA dan PCR Isolasi DNA adalah suatu langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsisp isolais DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah (Asris, 2010). Penggunaan DNA untuk analisis atau manipulasi biasanya perlu diisolasi dan dimurnikan sampai batas tertentu. DNA pulih dari sel dengan metode yang mungkin paling lembut pecahnya sel untuk mencegah DNA dari fragmentasi oleh geseran mekanik (Walker, 2009). Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro (Fatchiyah, 2012). PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif (Mahmudin, 2010). 2.2 Uji Kualitas DNA Untuk mengetahui uji kualitas DNA perlu di lakukan uji Analisa kualitas dengan melakukan serangkaian proses yang berperan untuk mengetahui konsentrasi dan menganalisa kualitas dari DNA tersebut. Kualitas DNA sangat erat kaitannya dengan kemurnian DNA terhadap berbagai kontaminan seperti kontaminan protein. Kemurnian DNA dapat diukur melalui rasio antara absorpsi 4 suspensi DNA pada panjang gelombang 256 nm terhadap panjang gelombang 280 nm (Anonymousa, 2008) 2.3 Komponen Dan Tahapan PCR Pada reaksi PCR diperlukan DNA template, primer spesifik, ensim DNA polimerase yang thermostabil, buffer PCR, ion Mg2+, dan thermal cycler. Template DNA Ukuran target amplifikasi biasanya kurang dari 1000 pasangan basa (bp) atau 1KB, Hasil amplifikasi yang efisien antara 100-400bp. Walaupun kemungkinan hasil amplifikasi lebih dari 1 kB tetapi prosesnya kurang efisien, karena produk yang panjang rentan terhadap inhibitor yang mempengaruhi kerja ensim DNA polymerase dan waktu yang diperlukan lebih lama. Hal ini dapat menyebabkan hasil amplifikasi yang tidak diinginkan . Primers Primer disusun dari sintesis oligonukleotida sepanjang 1532bp dan primer ini harus mampu mengenali urutan yang akan diamplifikasi. Untuk standar amplifikasi sepasang primer akan mempunyai kisaran pasangan basa sekitar 20 basa panjangnya pada tiap primernya. Kandungan GC harus antara 45-60%. Annealing temperatur antara primer yang digunakan harus berkisar antara 1°C. Ujung 3’ dari setiap primer harus G atau C, akan tetapi hindari susunan nukleotida G/C berturut-turut tiga pada ujung ini, misal CCG, GCG, GGC, GGG, CCC, GCC. Pada penentuan atau penyusunan sepasang primer, penting diperhatikan urutan primer tidak saling komplementer sehingga membentuk dimer-primers, berikatan satu sama lain, atau membentuk hairpins. Hal lainnya hindari menyusun primer pada daerah DNA repetitif. Taq DNA polymerase Enzim ini bersifat thermostabil dan diisolasi dari Thermus aquaticus. Aktivitas polimerisasi DNAnya dari ujung-5’ ke ujung-3’ dan aktivitas enzimatik ini mempunyai waktu paruh sekitar 40 menit pada 95ºC. Biasanya untuk setiap 100μl volume reaksi ditambahkan 2,0-2,5 unit. 5 PCR buffer dan konsentrasi Mg2+ Buffer standar untuk PCR tersusun atas 50 mM KCl, 10 mM Tris-Cl (pH 8.3) dan 1.5 mM MgCl2. Buffer standard ini akan bekerja dengan baik untuk DNA template dan primer dengan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak optimum dengan kombinasi yang lain. Produk PCR buffer ini terkadang dijual dalam bentuk tanpa atau dengan MgCl2. Konsentrasi ion magnesium dalam PCR buffer merupakan faktor yang sangat kritikal, karena kemungkinan dapat mempengaruhi proses annealing primer, temperatur dissosiasi untai DNA template, dan produk PCR. Hal ini disebabkan konsentrasi optimal ion Mg2+ itu sangat rendah. Hal ini penting untuk preparasi DNA template yang tidak mengandung konsentrasi chelating agent yang tinggi, seperti EDTA atau phosphat. Ion Mg2+ yang bebas bila terlalu rendah atau tidak ada, maka biasanya tidak menghasilkan produk akhir PCR, sedang bila terlalu banyak ion Mg2+yang bebas akan menghasilkan produk PCR yang tidak diinginkan. Nucleotides (dNTPs) Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk setiap dNTP adalah 200 μM. Pada konsentrasi ini penting untuk mengatur konsentrasi ke-empat dNTP pada titik estimasi Km untuk setiap dNTP. 50mM, harus selalu diatur pH7.0. Konsentrasi yang tinggi akan menimbulkan ketidakseimbangan dengan enzim polymerase. Sedang pada konsentrasi rendah akan memberikan ketepatan dan spesifitas yang tinggi tanpa mereduksi hasil akhir. Total konsentrasi dNTP dan ion saling terkait dan tidak akan merubah secara bebas. PCR Thermal Cycler PCR thermal cycler pertama kali dikembangkan oleh perusahaan PerkinElmer sebagai pemegang paten asli. Pada saat ini telah diproduksi berbagai macam tipe alat PCR thermal cycler ini dari berbagai perusahaan yang bergerak dalam bioteknologi. Walaupun nama masing-masing alat itu berbeda tetapi prinsip kerjanya sama (Fachtiyah, 2012). 6 2.3 Manfaat PCR Seleksi yaitu Untuk memilih tanaman yang sifatnya sesuai dengan yang diinginkan. MAS (Marker Assisted Selection): penanda pembantu seleksi. Keuntungan seleksi dengan PCR yaitu mampu menyeleksi dalam waktu cepat, tidak perlu menunggu hingga tanaman dewasa. Uji kemurnian benih Uji perlindungan varietas tanaman agar hak paten benih tidak dibajak oleh orang lain Untuk mengetahui keragaman genetik, hal ini penting diketahui untuk proses persilangan, sehingga di dapat varietas unggul, jika keragaman tinggi maka kekerabatannya akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya (Puspita, 2010). 7 III. METODOLOGI 3.1 Alat, bahan, dan fungsi 3.1.1 Alat Mortar & pestle : untuk menghaluskan bahan gelas ukur : untuk mengukur larutan yang akan digunakan Tabung eppendorf : sebagai tempat untuk bahan yg diuji tissue : untuk membersihkan gunting : untuk menggunting bahan yang akan digunakan mikropipet : untuk mengambil larutan dalam jumlah yang kecil spatula : sebagai alat untuk mencampur bahan erlenmeyer : tabung untuk wadah bahan yang diuji microwave : sebagai alat untuk pensterilan mesin vortex : sebagai alat untuk menghomogenkan bahan timbangan analitik : sebagai alat untuk menimbang bahan stirer : sebagai alat untuk mencampurkan bahan pH meter : untuk mengukur pH mesin centrifuge : untuk mengetahui perbedaan lapisan antara supernatan dan lapisan lainnya autoclave : untuk pensterilan bahan freezer : untuk penginkubasian larutan 3.1.2 Bahan Buffer ekstraksi CTAB dan Merkaptoethanol : untuk melisis membran sel daun nitrogen cair : untuk mempermudah penggerusan PVP (polyvinilpirolidone) : untuk melindungi agar DNA tidak rusak CHISAM (Chloroform, Isoamilalkohol) : untuk mendegradasi protein buffer pencuci : sebagai larutan penyangga 8 buffer TE RNAse Isopropanol Daun srikaya : sebagai larutan penyangga : sebagai enzim dalam isolasi DNA : untuk resipitasi : sebagai bahan yang diuji 3.2 Cara Kerja + buffer ekstrasi CTAB (1 ml) timbang sample 0,3 gr + PVP 1 % + N2 -196 ºC + β mercaptoetanol 5 μl + inkubasi 30’ 65 ºC + chisam 500 μl Di vortex sentrifuge 10000 rpm 10’ Ambil supernatan + chisam 1 x volume supernatan Sentrifuge 10000 rpm 10’ + isopropanol 0,45 x volume supernatan invert Inkubasi freezer 30’ Sentrifuge 10000 rpm 10’ Buang isopropanol DNA pellet + buffer pencuci 200 μl 2x + RNAse 1 μl + resuspensi dengan elution buffer 20-50 μl Simpan untuk elektroforesis 9 Dokumentasi langkah kerja 3.3 Analisa Perlakuan Untuk Perlakuan Pada praktikum isolasi DNA ini bahan yang digunakan adalah daun srikaya. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengisi tabung eppendorf dengan 1 ml buffer ekstraksi CTAB (CTAB 3%, NaCl 1,4 M, EDTA 0,002M dan Tris HCl 0,1M) dan 5 µl mercaptoethanol. Daun srikaya ditimbang 0,3 gram dan digerus dalam mortar dengan bantuan nitrogen cair dan ditambah PVP 1%, kemudian dimasukkan kedalam tabung eppendorf yang sudah berisi 1 ml buffer ekstraksi CTAB dan 5 µl 10 mercaptoethanol. Setelah itu ekstrak daun divortex hingga homogen. Ekstrak daun diinkubasi dalam suhu 65 oC selama 30 menit sambil dibolak-balik tiap 10 menit. Kemudian ditambahkan 500 µl chisam (Chloroform : Isoamylalcohol (24:1)). Untuk lebih lanjutnya Setelah itu ekstrak daun divortex hingga homogen. Ekstrak daun kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm. Dan diambil supernatannya. Supernatan dimasukkan pada mikrovivet baru dan ditambahkan chisam 1 x volume supernatan. Larutan supernatan dan chisam disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm. Fase atas dimasukkan tabung baru ditambah isopropanol 0,45 x volume supernatan. Larutan tersebut dibolak-balik perlahan hingga tampak benang-benang putih dalam larutan. Larutan diinkubasi dalam freezer selama 30 menit. Setelah diinkubasi, larutan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm setelah itu supernatan dibuang dengan hati-hati agar endapan DNA pellet tidak ikut terbuang. Endapan DNA pellet dicuci dengan buffer pencuci dengan cara menambahkan 200 μl buffer pencuci ke dalam tube, kemudian cairan di buang. Pencucian ini dilakukan 2 kali. Setelah itu endapan DNA pellet dikering anginkan. Endapan DNA kemudian diresuspensi dengan 20-50 μl buffer TE lalu ditambah 1 μl RNAse dan disimpan dalam lemari es untuk elektroforesis. 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Hasil Elektroforesis Gambar Elektroforesis berwarna (asli) dan Gambar Elektroforesis hitam putih. Keterangan: SAMPLE 1 = KUBIS SAMPLE 2 = KUBIS (ADA) SAMPLE 3 = KUBIS (ADA) SAMPLE 4 = TOMAT SAMPLE 5 = TOMAT SAMPLE 6 = BAYAM SAMPLE 7 = BAYAM (ADA) SAMPLE 8 = BAYAM SAMPLE 9 = UBI JALAR SAMPLE 10 = UBI JALAR SAMPLE 11 = UBI JALAR SAMPLE 12 = JERUK (ADA) SAMPLE 13 = JERUK (ADA) 4.2 Analisa Gambar Hasil Elektroforesis Dapat kita ketahui Dari hasil gambar diatas dapat diketahui bahwa penyinaran dibawah lampu UV dapat dilihat berupa potongan pita-pita DNA yang mempunyai fragmen-fragmen. Pada daun srikaya dapat diketahui bahwa salah satunya potongan fragmen pita DNA yang banyak terurai dan kurang sempurna karena pengaruh 12 konsentrasi agarose yang menyebabkan DNA bermigrasi, sehingga fragmen-fragmennya lebih besar. Dari setiap bahan yang dilakukan untuk praktikum ini tidak semua akan muncul pita DNA saat dielektroforesis. Hal ini dikarenakan kurang efektifnya perlakuan saat praktikum dan kesterilan alat dan bahan praktikum. Hal ini menyebabkan tidak munculnya pita DNA saat dielektroforesis dibawah lampu UV. Pada elektroforesis tersebut terdapat bermacam-macam kontaminasi, diantaranya smear (semburan) yang diakibatkan karena adanya kontaminasi protein dan DNA terdegradasi, berapi-api yang disebabkan karena adanya kontaminasi polisakarida, dan pita tebal dibawah bagian bawah gel agarose yang disebabkan karena adanya kontaminasi RNA. Dari gambar hasil elektroforesis ini dapat diketahui bahwa adanya kontaminasi polisakarida dengan ditunjukkan adanya gambar berapi-api diatas pita DNA yang sangat tebal (Asris, 2010). 13 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada praktikum kali ini isolasi DNA ini dapat disimpulkan bahwa isolasi DNA bertujuan untuk mengetahui DNA murni dari suatu organisme dengan bantuan zat kimia untuk memurnikannya. Dari hasil sentrifuge pertama dihasilkan 3 lapisan yaitu lapisan supernatan, lapisan organik, dan lapisan fenol. Dan pada sentrifuge kedua dihasilkan 2 lapisan, yaitu lapisan DNA pellet dan lapisan supernatan. DNA pellet ini lah yang nantinya akan diuji kualitas DNAnya yang sering disebut dengan elektroforesis tetapi dalam praktikum kami masih banyak kekurangan karena masih belum sefring melakukan isolasi DNA jadi hasil yang di dapatkan tidak maksimal. 5.2 Saran Praktikumnya berjalan dengan baik dan perlu di persiapkan alatnya terlebih dahulu agar lebih lancar. 14 DAFTAR PUSTAKA Anonymousa. 2008. 260/280 and 260/230 Ratios. [terhubung berkala] www.nanodrop.com. Diakses tanggal 25 November 2012 Asris. 2010. Isolasi DNA. http://asris07.student.ipb.ac.id/ 2010/06/19/isolasi-dna/. Diakses tanggal 25 November 2012 Fatchiyah. 2012. Dasar Teknik Amplifikasi DNA. http://fatchiyah. lecture.ub.ac.id/general/bbbb/. Diakses tanggal 25 November 2012 Mahmudin. 2010. Polymerase Chain Reaction. http://mahmuddin. wordpress.com/2010/08/31/polymerase-chain-reaction-pcr/. Diakses tanggal 25 November 2012 Puspita. 2010. ISOLASI DNA. http://puspitt.multiply.com/journal/ item/14/ISOLASIDNA?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal %2Fitem. Diakses tanggal 25 November 2012. Walker. 2009. Molecular Biology and Biotechnology. RSC Publisher : Cambridge. 15