ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE u LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA SEKOLAH PASCASARJANA INTISTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRACT I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA. Genotype × Environment Interaction Analysis Using Structural Equation Modeling. Under direction of I MADE SUMERTAJAYA and FARIT MOCHAMAD AFENDI. Multiple environental trials are widely used by plant breeders to evaluate the relative performance of genotipes for a target population of environemts followed by selection of superior genotipes. The presence of genotype × environment interaction (GEI) complicates the process of selecting superior genotypes. An understanding of environmental and genotypic causes of GEI is important at all stage plant breeding. The objectives of this study were to investigate interaction structure of complex trait and to proposes a model based on Structural Equation Modeling approach to evaluate GEI in Maize. Structural Equation Modeling allows us to account for underlying sequential process in plant development by incorporating intermediate variables associated with those processes in the model. With this method we can incorporating genotypic and environmental covariates in the model and explain how those covariates influence yield. SEM-AMMI useful when both environments and genotype are fixed and the purpose of the multienvironment trials is to assess the combined effect genotypic and environmental covariates on yield and agronomic characteristics GEI. To explain this method, we use maize data from PT. Kreasidharma cooporation with Bioseed Inc. We have found there are three genotypes have category stable. Those are BC 41399, BIO 9899 and BC 42683. The final SEM explain 72.1% of variation in endogenous latent variables associated with yield. We have use weighted least square (WLS) estimator to estimate parameter model of SEM. The model showed closed fit between observed and predicted covariance (χ2(12)=18.201, P=0.110). This result means the model can explain relationship between agronomic characteristics and genotypic × environmental with yield. SEM-AMMI showed that stem of an ear of Maize weight had the largest positive direct and total effects on yield of Maize. Keywords: AMMI Model, Structural Equation Modeling, Weighted Least Square, Biplot-AMMI RINGKASAN I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA. Analisis Interaksi Genotipe × Lingkungan Menggunakan Model Persamaan Struktural. Dibawah bimbingan I MADE SUMERTAJAYA sebagai ketua dan FARIT MOCHAMAD AFENDI sebagai aggota. Percobaan multilokasi telah banyak digunakan oleh para pemulia tanaman untuk mengkaji kemampuan realatif genotipe-genotipe pada berbagai lingkungan tanam dengan tujuan menemukan genotipe-genotipe unggulan. Nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan (IGL) pada percobaan multilokasi menyulitkan dalam proses seleksi genotipe unggulan. Memahami faktor lingkungan dan genotipik yang berpengaruh terhadap nyatanya GEI akan sangat membantu pada setiap tahapan pemuliaan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji struktur interaksi dari karakteristik agronomi dan mengusulkan penggunaan model persamaan struktural (MPS) sebagai sebuah pendekatan dalam menjelaskan interaksi genotipe × lingkungan. Penggunaan model persamaan strutkural memungkinkan memasukkan informasi rangkaian proses biologis yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta memasukkan informasi kombinasi kovariat genotipik dan lingkungan dalam menjelaskan IGL hasil. MPS-AMMI sangat berguna jika faktor genotipe dan lingkungan merupakan faktor tetap untuk mengkaji pengaruh kombinasi kovariat genotipik dan lingkungan terhadap IGL karakteristik agronomi dan IGL hasil. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pemuliaan Jagung Hibrida dari PT. Kreasidharma bekerjasama dengan Bioseed Inc yang telah dilakukan mulai tanggal 23 Juli 2006 sampai 10 April 2007 pada musim hujan dan kemarau. Percobaan melibatkan 9 genotipe Jagung Hibrida Harapan dan 3 genotipe Jagung Hibrida Komersial. Dalam penelitian ini diambil data pada 16 lokasi percobaan. Karakteristik agronomi yang diamati sesuai dengan kajian literatur adalah usia masak fisiologis (UMF), kadar air panen (KAP), berat tongkol panen (BTK), dan hasil (HSL) Hasil kajian struktur interaksi terhadap karakteristik agronomi hasil, berat tongkol, kadar air panen, dan usia masak fisiologis menunjukkan klasifikasi genotipe stabil dan genotipe spesifik lingkungan yang diperoleh dari kombinasi ISA dan Biplot AMMI. Telihat bahwa genotipe stabil untuk hasil adalah BC 41399 (F), BIO 9900 (A), P-12 (K) dan BC 42683 (E). Sedangkan untuk berat tongkol panen adalah BC 41399 (F), BIO 9899 (I) dan BC 42683 (E). Untuk komponen kadar air panen BC 42521(D), BC 4288-2 (H), dan BC 41399 (F), Selanjutnya untuk usia masak fisiologis BC 41399 (F), BC 42683 (E) dan BIO 9899 (I). Jika diperhatikan genotipe BC 41399 (F), BIO 9899 (I) dan BC 42683 (E) adalah genotipe yang relatif stabil dilihat dari karakteristik agronomi berat tongkol, kadar air panen, usia masak dan hasil. Metode pendugaan parameter model dalam MPS yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil terboboti dengan acuan bahwa data tidak menyebar normal ganda. Model dapat dinyatakan closed fit dengan data sesuai dengan uji kecocokan model dengan kai-kuardat (χ2(12)=18.201, P=0.110) menghasilkan nilai P lebih besar dari 0.05. Nilai Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) sebesar 0.03 lebih kecil dari 0.05, Goodness of Fit Index (GFI) sebesar 0.988, Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) sebesar 0.946, dan Normed Fit Index (NFI) sebesar 0.980 lebih besar dari 0.90 mendukung juga bahwa model closed fit. Pemodelan IGL dengan pendekatan model persamaan struktural (MPS) menjelaskan 88.6% keragaman IGL usia masak fisiologis, 81.6% keragaman IGL kadar air panen, 76.3% keragaman IGL berat tongkol panen dan 72.1% keragaman dari IGL hasil. Ini artinya bahwa model dapat menjelaskan dengan baik pengaruh IGL karakteristik-karakteristik agronomi dan kombinasi kovariat genotipik dengan lingkungan terhadap IGL hasil. Hasil analisis MPS-AMMI menunjukkan bahwa indikator utama stabilitas dari hasil adalah berat tongkol panen, kemudian kadar air panen dan terakhir usia masak fisiologis dengan pengaruh total terhadap IGL hasil masing-masing adalah 0.921, -0.413, dan 0.214. Sehingga proses seleksi genotipe harus memperhatikan ketiga karakteristik agronomi tersebut sesuai urutan prioritasnya. Pengaruh negatif dari kadar air panen menunjukkan bahwa kadar air panen yang terlalu tinggi berakibat pada hasil kering yang lebih rendah dibandingkan dengan kadar air panen yang relatif rendah. Kombinasi kovariat usia masak fisiologis × musim berpengaruh negatif terhadap IGL hasil. Ini artinya bahwa genotipe-genotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata dan di tanam pada musim hujan akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan ditanam pada musim kemarau. Atau genotipe-genotipe dengan usia masak fisiologis di bawah rata-rata akan memberikan hasil yang kurang baik jika ditanam pada musim kemarau. Selanjutnya kombinasi kovariat usia masak fisiologis dengan tinggi lokasi memberikan pengaruh negatif terhadap hasil. Ini mengindikasikan bahwa genotipe-genotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata akan memberikan hasil yang tinggi jika ditaman pada lokasi yang relatif rendah. Kovariat berat tongkol panen dengan musim juga berpengaruh negatif pada hasil. Hasil ini mengindikasikan bahwa genotipe-genotipe dengan berat tongkol di atas rata-rata akan memberikan hasil yang relatif tinggi jika di tanam pada musim kemarau. Kesimpulan dari proses seleksi dengan kajian struktur interaksi karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol melalui AMMI dan hasil MPS-AMMI mengidentifikasi genotipe BC 41399, BIO 9899 dan BC 42683 untuk dipertimbangkan sebagai genotipe unggulan dan dikembangkan menjadi varietas. Kata Kunci : Model AMMI, Model Persamaan Struktural, Kuadrat Terkecil Terboboti, Biplot-AMMI Hak cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Interaksi Genotipe × Lingkungan Menggunakan Model Persamaan Struktural adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2009 I Gede Nyoman Mindra Jaya NRP. G151060061 ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE u LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor SEKOLAH PASCASARJANA INTISTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 Judul Tesis : Analisis Interaksi Genotipe u Lingkungan Menggunakan Model Persamaan Struktural Nama : I Gede Nyoman Mindra Jaya NRP : G151060061 Program Studi : Statistika Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.S Ketua Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si Anggota Diketahui Ketua Program Studi Statistika Dr. Ir. Aji Hamin Wigena, M.Sc Tanggal Ujian : 8 Januari 2009 Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S Tanggal Lulus : PRAKATA Puji syukur Penulis panjatkan kepada Hyang Widi Wasa atas berkat rahmatNya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian tulisan ini, penulis banyak mendapatkan masukan dari Dosen Pembiming, Staf Pengajar Jurusan Statistika dan teman-teman. Dengan segala keterbatasan dan segala kekurangan serta semua bantuan dari dari berbagai pihak akhrinya Tesis yang berjudul “ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE u LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL” dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kepada Bapak dan Ibu dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan banyak bantuan baik moril maupun spirituil. 2. Seluruh staf pengajar dan karyawan Sekolah Program Pascasarjana IPB yang telah memberikan layanan pengajaran dan administrasi dengan baik. 3. Kepada Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si dan Farit Mochamad Afendi, M.Si selaku pembimbing yang telah sudi meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan. 4. Kepada Prof. Dr. Ir. H. A. Ansori Mattjik atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk ikut bergabung dalam Hibah Penelitian Tim Pascasarjana yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor : 266/13.11/PL/2008 Tanggal : 02 April 2008. 5. Terimkasih kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi karena telah membiaya penelitian ini melalui Hibah Penelitian Tim Pascasarjana yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor : 266/13.11/PL/2008 Tanggal : 02 April 2008 6. Istriku Andia Kameswari dan Anakku Anglila Prabayukti tercinta, terimakasih atas semua pengorbanan dan doanya yang tulus. Ayah persembahkan tesis ini untuk kalian. 7. Rekan-rekan angkatan 2006, Angkatan 2005 dan 2004 yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tesis ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Bogor, Januari 2009 Penulis RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tabanan–Bali pada tanggal 03 Juni 1980 dari psangan bapak I Gede Ketut Kari dan ibu Ni Luh Ketut Parwati. Penulis adalah bungsu dari tiga bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus sebagai Sarjana Science Indonesia dari Program Studi Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Bandung. Pada Tahun 2004 penulis diangkat sebagai staf pengajar pada Jurusan Statistika Universitas Padjadjaran. Tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Statistika Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor (IPB) dengan biaya dari program beasiswa BPPS. Penulis menikah pada Tahun 2006 dengan Andia Kameswari dan telah dikaruniai seorang putri yang bernama Ni Luh Putu Anglila Prabayukti Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xi DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xiii PENDAHULUAN ………………………………………………………... 1 Latar Belakang ……………………………………………………... 1 Tujuan ………………………………………………………………. 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….. 3 Percobaan Multilokasi ……………………………………………… 3 Interaksi Genotipe × Lingkungan ………………………………….. 4 Konsep Kestabilan …………………………………………….......... 4 Analisis AMMI (Additive Main Effect Model Interaction) ………… 5 Model Persamaan Struktural (MPS) ……………………………….. 11 Asumsi Normal Ganda ……………………………………………... 19 BAHAN DAN METODE ………………………………………………… 22 Bahan ………………………………………………………….......... 22 Metode Analisis ……………………………………………….......... 23 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………………. 30 Analisis Daya Adaptasi Tanaman …………………….……………. Analisis Interaksi Genotipe × Lingkungan Menggunakan Model Persamaan Struktural (MPS-AMMI) ………………………………. KESIMPULAN……………………………………………………………. 31 57 73 Kesimpulan …………………………………………………………. 73 Saran ………………………………………………………………... 73 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………........... 73 x DAFTAR TABEL Halaman 1. Struktur Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok …................... 4 2. Tabel Analisis Ragam AMMI ….…………………….…………….. 9 3. Efek Langsung, Tak Langsung dan Total ……………..……………. 17 3. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………...………………………. 22 4. Jenis Genotipe ………………………………………………………. 23 5. Variabel yang Diamati ……………………………………………… 23 6. Hasil Analisis AMMI untuk Karakteristik Agronomi Hasil………… 33 7. Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karkateristik Agronomi Hasil…….. 35 8. Hasil Analisis AMMI untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen………………………………………………………………… 39 9. Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen………………………………………………………. 42 10. Hasil Analisis AMMI untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen ………………………………………………………………... 46 11. Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen ………………………………………………………………... 12. Hasil Analisis Ragam AMMI untuk Karekteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis……………………………………………………. 49 52 13. Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis…………………………………………………………….. 55 14. Hasil Klasifikasi Genotipe Berdasarkan Keempat Karakteristik …… 56 15. Proporsi Keragaman Interaksi ……………………………………… 58 16. Koefisien Lintas ……………………………………………….......... 61 17. Nilai Kecocokan Model …………………………………………….. 63 18. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total dari Komponen IGL Hasil dan Kovariat Genotipik x lingkungan Terhadap IGL Hasil…................................................................................................. 64 19. Tabel 14 Koefisien Korelasi Antar Kovariat ……………………….. 65 20. Rangking Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis,Kadar Air Panen, Berat Tongkol Panen dan Hasil …………..………………… xi 72 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hipotesis Penelitian ………………………………………………… 24 2. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Hasil Panen Menurut Genotipe... 32 3. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Hasil Masing-Masing Genotipe Menurut Lingkungan Tanam 32 4. Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Hasil (Ton/Ha), (+) RataRata Umum………………………………………………………….. 34 5. Biplot AMMI-2 Untuk Karakteristik Agronomi Hasil (51.8%) ……. 35 6. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Hasil Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan …………………………………………………............. 37 7. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen Menurut Genotipe ………………... 38 8. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen MasingMasing Genotipe Menurut Lingkungan Tanam…………………….. 39 9. Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen (Kg/Plot), (+) Rata-Rata Umum ……………………………………. 41 10. Biplot AMMI-2 Untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen (56.7%)……………………………………………………….. 42 11. Rata-Rata Karakteristik Berat Agronomi Tongkol Panen Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan………………………………………….. 12. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (%) Menurut Genotipe……………………………………………………………... 13. Rata-Rata Kadar Air Panen (%) Masing-Masing Genotipe Menrut Lingkungan Tanam …………………………………………………. 44 45 45 14. Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (Kg/Plot), (+) Rata-Rata Umum…………………………………….. 48 15. Biplot AMMI-2 Untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (53.1%)……………………………………………………………… 48 16. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan………………………………………………… 50 17. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis Menurut Genotipe…………………………………………………………….. 51 18. Rata-Rata Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis MasingMasing Genotipe Menurut Lingkungan Tanam…………………….. 51 19. Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis, (+) Rata-rata Umum……………………………………………………... 54 xii 20. Biplot AMMI-2 Untuk Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis (73.9%)…………………………………………………… 54 21. Rata-Rata Berat Usia Masak Fisiologis Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan…………………………………………………………... 56 22. QQ-Plot Untuk Uji Normal Ganda………………………………….. 60 23. Diagram Lintas MPS-AMMI….…………………………………... 62 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data Penelitian ……………………………………………..….......... 77 2. Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Hasil ………….. 3 Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Berat Tongkol 90 Panen………………………………………………………………… Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen 91 4 89 5 92 Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis…………………………………………………………….. 6 Visualisasi Uji Asumsi dalam ANOVA untuk Data Hasil …………. 93 7 Penurunan Formulasi Indeks Stabilitas AMMI (ISA) ……………… 96 8 Penurunan Operasi Vec …………………………………………….. 99 9 Program SAS mendapatkan Variabel dalam MPS-AMMI ................. 100 10 Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian Billinier Interaksi Usia Masak Fisiologis ........................................... Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian Billinier Interaksi Kadar Air Panen .................................................... Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian Billinier Interaksi Berat Tongkol Panen ............................................. 11 12 104 105 106 13 Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian 107 Billinier Interaksi Hasil ....................................................................... 14 Output AMOS 7 Model Persamaan Struktural –AMMI……………. xiii 108 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Seleksi genotipe unggulan seringkali sulit dilakukan karena nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan (IGL) pada percobaan multilokasi. Dibutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang IGL agar dapat mebantu proses seleksi. Kajian tentang IGL telah banyak dilakukan diantaranya menggunakan metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI). Metode AMMI dinilai berhasil dalam mengkaji struktur interaksi genotipe × lingkungan dalam mengidentifikasi genotipe stabil dan spesifik lingkungan. Penguraian matrik interaksi dalam AMMI melalui Singular Value Decomposition (SVD) mampu memisahkan komponen multiplikatif dari galatnya (noise) (Gabriel 1978), sehingga penggunaan model AMMI mampu meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi genotipe × lingkungan. Namun, model AMMI memiliki keterbatasan dalam hal ketidakmampuan menjelaskan pengaruh dari kovariat genotipik dan lingkungan serta keterkaitan IGL beberapa karakteristik agronomi terhadap nyatanya interaksi genotipe × lingkungan pada percobaan multilokasi. Metode lain yang juga banyak digunakan mengkaji interaksi genotipe × lingkungan diantaranya adalah metode Factorial Regression (FR) (Van Euwijk et al 1996 dalam Dhungana 2004) dan Partial Least Square Regression (PLSR) (Aastveit & Martens 1986 dalam Dhungana 2004). Kedua metode ini sukses dalam mengidentifikasi kovariat genotipik dan lingkungan yang paling berpengaruh terhadap nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan baik untuk IGL hasil ataupun IGL karakteristik agronomi yang lain. Namun kedua metode ini gagal dalam menjelaskan keterkaitan antara IGL karakteristik agronomi dengan IGL hasil sebagai suatu rangkaian proses fisiologis yang berkerja dalam sebuah sistem persamaan. Memahami keterkatian antara IGL karakteristik agronomi dengan IGL hasil tentunya merupakan bagian penting dalam pemuliaan karena hasil adalah akumulasi respon dari karakteristik agronomi terhadap kondisi lingkungan selama proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Ivory 1989 dalam Noor et.al 2007). 2 Dhungana (2004), memperkenalkan penggabungan metode AMMI dengan model persamaan struktural (MPS) dalam menjelaskan interaksi genotipe × lingkungan untuk hasil yang dikenal dengan MPS-AMMI. Melalui AMMI diperoleh bagian multiplikatif dari komponen interaksi dan mengeluarkan peubah galat (noise) sehingga pemodelan dengan MPS-AMMI menggunakan pola sesungguhnya dari interaksi geotipe × lingkungan yang artinya model MPSAMMI akan memberikan gambaran yang lebih tepat dalam menjelaskan nyatanya efek interaksi genotipe × lingkungan untuk hasil. Melalui MPS-AMMI dapat dilakukan pemodelan IGL dengan memperhatikan proses fisiologis pertumbuhan dan perkembangan genotipe yang menjelaskan bagaimana keterkaitan IGL karakteristik agronomi dan bagaimana pengaruhanya terhadap IGL hasil dengan memperhatikan kekeliruan pengukuran dan memberikan informasi kecocokan model (goodness of fit) sebagai indikator kemampuan model dalam menjelaskan keragaman data. MPS-AMMI juga mampu menjelaskan bagaimana pengaruh kombinasi kovariate genotipe dengan lingkungan terhadap interaksi genotipe × lingkungan untuk karakteristik agronomi dan hasil. Kajian MPS-AMMI dapat digunakan untuk mengidentifikasi pada kondisi lingkungan dan karakteristik seperti apa genotipe-genotipe akan memberikan hasil yang lebih baik. Dengan kata lain, kajian ini memberikan informasi awal kepada pemulia tanaman untuk lebih fokus pada karakteristik genotipe dan faktor lingkungan yang paling berperan dalam peningkatan hasil. Dhungana (2004) telah menerapkan metode MPS-AMMI untuk data padi, sedangkan dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan MPS-AMMI untuk menjelaskan interaksi genotipe × lingkungan hasil tanaman jagung hibrida. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji struktur pengaruh interaksi genotipe × lingkungan dengan pendekatan model AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative Interaction) untuk karakteristik agronomi dan hasil. 2. Menjelaskan interaksi genotipe × lingkungan menggunakan model persamaan struktural. 3 TINJAUAN PUSTAKA Percobaan Multilokasi Percobaan multilokasi merupakan serangkaian percobaan yang serupa di beberapa lingkungan yang mempunyai rancangan percobaan dan perlakuan yang sama. Pada percobaan multilokasi rancangan perlakuan yang biasanya digunakan adalah rancangan faktorial dua faktor dengan pemblokan, dengan faktor pertama adalah genotipe dan faktor kedua adalah lingkungan sedangkan blok disarangkan pada lingkungan. Model linier dari rancangan faktorial RAK sebagai berikut: y glr = + g + l + gl + + r|l glr , (1) keterangan : g = 1, 2, ...., a ; l = 1, 2,...,b, r = 1,2,...,n y glr : nilai pengamatan genotipe ke-g, pada lingkungan ke-l dan ulangan ke-r µ : nilai rata-rata umum µg : pengaruh utama genotipe ke-g βl : pengaruh utama lingkungan ke-l γ gl : pengaruh interaksi genotipe ke-g dengan lingkungan ke-l θ r|l : pengaruh kelompok ke-r tersarang dalam lingkungan ke-l ε glr : pengaruh acak pada genotipe ke-g, lingkungan ke-l dan ulangan ke-r Analisis ragam gabungan digunakan untuk menguji secara statistik nyata atau tidaknya pengaruh genotipe dan pengaruh lingkungan serta pengaruh interaksinya. Untuk genotipe tetap dengan maupun lingkungan yang dicobakan merupakan faktor asumsi ∑α g g = 0 ; ∑ β l = 0 ; ∑ γ gl = 0 ;∑ γ gl = 0 ; dan l g galat l percobaan menyebar saling bebas mengikuti sebaran normal dengan ragam 2 homogen (ε ger ~ N (0,σ ε )) , maka struktur dari tabel analisis ragamnya dapat dituliskan sebagai berikut : 4 Tabel 1 Struktur Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Genotip (A) a–1 JK(A) KT(A) KT(A)/ KT(G) Lingkungan (B) b–1 JK(B) KT(B) KT(B)/ KT(K|B) Kelompok(Lingkungan) b(n-1) JK(K|B) KT(K|B) KT(K|B)/ KT(G) Genotip*Lingkungan (a-1)(b-1) JK(A*B) KT(A*B) KT(A*B)/ KT(G) Galat b(a-1)(n-1) JK(G) KT(G) KT(G) Total abn-1 JK(T) Interaksi Genotipe u Lingkungan Interaksi genotipe-lingkungan adalah keragaman yang disebabkan oleh efek gabungan dari genotipe dan lingkungan (Dickerson 1962 dalam Kang 2002). Interaksi genotipe × lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu interaksi crossover dan non-crossover. Perbedaan respon dari genotipe-genotipe pada lingkungan yang berbeda merujuk pada interaksi crossover dimana posisi genotipe berubah dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Ciri utama dari interaksi crossover adalah perpotongan garis yang dapat dilihat pada grafik. Interaksi non-crossover menggambarkan perubahan pada ukuran dari penampilan genotipe (kuantitatif), tapi urutan posisi genotipe terhadap lingkungan tetap tidak berubah, artinya genotipe yang unggul di suatu lingkungan dapat mempertahankan keunggulannya di lingkungan lain. Konsep Kestabilan Ada dua konsep tentang kestabilan, yaitu static dan dynamic. Konsep kestabilan static ini juga dikenal sebagai konsep kestabilan biological (Becker, 1981 dalam Kang 2002), dimana konsep ini sesuai dengan konsep kestabilan tipe 1 dan tipe 3 yang diusulkan oleh Lin et al. (1986) (Kang 2002). Kestabilan dynamic juga dikenal sebagai konsep kestabilan agronomic (Becker 1981 dalam Kang, 2002), dimana konsep ini sesuai dengan konsep kestabilan tipe 2 yang diusulkan oleh Lin et al. (1986) . 5 Lin et al. (1986) mendefinisikan empat tipe konsep tentang kestabilan. Tipe 1, suatu genotipe dikatakan stabil jika responnya dari satu lingkungan ke lingkungan lain mempunyai ragam yang kecil. Tipe 2, suatu genotipe dikatakan stabil jika responnya terhadap bermacam lingkungan sejajar dengan rataan umum respon dari semua genotipe yang diuji di setiap lingkungan. Tipe 3, suatu genotipe dikatakan stabil jika kuadrat tengah simpangan dari model regresi respon genotipe terhadap indeks lingkungan kecil. Kestabilan tipe 4 diusulkan atas dasar keragaman non-genetic yaitu predictable dan non-predictable. Komponen predictable berhubungan dengan lingkungan dan komponen non-predictable berhubungan dengan tahun. Analisis AMMI (Additive Main Effect Multiplicative Interaction) Analisis AMMI merupakan gabungan dari sidik ragam pada pengaruh aditif dengan analisis komponen utama pada pengaruh multiplikatif. Pengaruh multiplikatif diperoleh dari penguraian interaksi genotipe dengan lingkungan menjadi komponen utama interaksi (KUI). Interpretasi analisis AMMI menggunakan biplot-AMMI. Tiga tujuan utama analisis AMMI adalah (Crossa 1990 dalam Mattjik 2006): 1. Analisis AMMI dapat digunakan sebagai anailsis pendahuluan untuk mencari model yang lebih tepat. Jika tidak ada satupun komponen yang nyata maka pemodelan cukup dengan pengaruh aditif saja. Sebaliknya jika hanya pengaruh ganda saja yang nyata maka pemodelan sepenuhnya ganda, berarti analisis yang tepat adalah analisis komponen utama saja. Sedangkan jika komponen interaksi nyata berarti pengaruh interaksi benarbenar sangat kompleks, tidak mungkin dilakukan pereduksian tanpa kehilangan informasi penting. 2. Analisis AMMI adalah analisis untuk menjelaskan interaksi genotipe × lingkungan. AMMI dengan biplotnya meringkas pola hubungan antar genotipe, antar lingkungan dan antar genotipe dan lingkungan. 3. Meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi genotipe × lingkungan. Hal ini terlaksana jika hanya sedikit komponen AMMI saja yang nyata dan 6 tidak mencakup seluruh jumlah kuadrat interaksi. Dengan sedikitnya komponen AMMI yang nyata sama artinya dengan menyatakan bahwa jumlah kuadrat sisa hanya galat (noise) saja. Dengan menghilangkan galat ini berarti memperkuat dugan respon per genotipe × lingkungan. Pada analisis ragam model AMMI komponen interaksi genotipe × lingkungan diuraikan menjadi m buah KUI dan komponen sisaan. Pemodelan Analisis AMMI Langkah awal untuk memulai analisis AMMI adalah melihat pengaruh aditif genotipe dan lingkungan dengan menggunakan sidik ragam dan kemudian dibuat bentuk multiplikatif interaksi genotipe × lingkungan dengan menggunakan analisis komponen utama. Bentuk multiplikatif diperoleh dari penguraian interaksi genotipe dengan lingkungan menjadi komponen utama interaksi (KUI). Pemodelan bilinier bagi pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan ( gl ) pada analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Menyusun pengaruh interaksi dalam bentuk matriks dimana genotip (bari) × lingkungan (kolom), sehingga matriks ini berorde a x b γ 11 γ 1b Γ = γ a1 γ ab (2) 2. Melakuakan penguraian bilinier terhadap matriks pengaruh interaksi m γ gl = ∑ λk u gk vlk + δ gl k =1 = λ1u g1vl1 + λ2 u g 2 vl 2 + ... + λm u gm vlm + δ gl (3) Sehingga model AMMI secara lengkap dapat ditulis sebagai berikut : y glr = = y glr = + + + g + g + g + + l + l l + r|l + gl + glr m r|l 1 + ∑ k u gk vlk + k =1 u g1 v l1 + 2 gl + glr u g2 v l2 + ... + m u gm vlm + dengan g = 1, 2,...,a ; l = 1, 2 , ..., b ; k = 1, 2,..., m, r =1,2..n λm : nilai singular untuk komponen bilinier ke-m gl + glr (4) 7 u gm : pengaruh genotipe ke-g melalui komponen bilinier ke-m vlm : pengaruh lingkungan ke-l melalui komponen bilinier ke-m δ gl : simpangan dari pemodelan bilinier m : banyaknya komponen AMMI yang signifikan pada taraf nyata 5% dengan kendala : 1. ∑u 2 gk ∑u gk g 2. = ∑ vlk2 = 1 , untuk k =1,2,…,m dan l g u gk ’ = ∑ vlk vlk ’ = 0 , untuk k ≠ k’ ; l (Crossa 1990 dalam Mattjik 2006) Perhitungan Jumlah Kuadrat AMMI Pengaruh aditif genotipe dan lingkungan dihitung sebagaimana umumnya pada analisis ragam, tetapi berdasarkan pada data rataan per genotipe × lingkungan. Pengaruh ganda genotipe dan lingkungan pada interaksi diduga dengan γ gl = y gl . − y g .. − y.l . + y... (5) sehingga jumlah kuadrat interaksi dapat diturunkan sebagai berikut: JK (GE) = r ∑ γ gl2 = r ∑ (y gl . − y g .. − y.l . + y... ) 2 g ,l = r teras(ΓΓ’) (6) Berdasarkan teorema pada aljabar matriks bahwa teras dari suatu matriks sama dengan jumlah seluruh akar ciri matriks tersebut, tr ( a Aa ) = ∑ λ 2k , maka k jumlah kuadrat untuk pengaruh interaksi komponen ke-k adalah akar ciri ke-k pada pemodelan bilinier tersebut (λ 2k ), jika analisis ragam dilakukan terhadap rataan per genotipe × lingkungan. Jika analisis ragam dilakukan terhadap data sebenarnya maka jumlah kuadratnya adalah banyak ulangan kali akar ciri ke-k (r λ ). 2 k Pengujian masing-masing komponen ini dilakukan dengan membandingkannya terhadap kuadrat tengah galat gabungan (Gauch 1988 dalam Mattjik, 2006). 8 Penguraian Derajat Kebebasan AMMI Derajat kebebasan setiap komonen tersebut adalah a+b-1-2k (Gauch 1988 dalam Mattjik 2006). Besaran derajat bebas ini diturunkan berdasarkan jumlah parameter yang diduga dikurangi dengan jumlah kendala. Banyaknya parameter yang diduga adalah a+b-1, sedangkan banyaknya kendala untuk komponen ke-k adalah 2k. Sedangkan kendala yang dipertimbangkan adalah kenormalan dan keortogonalan. Penguraian Nilai Singular (SVD=Singular Value Decomposition) Penguraian nilai singular matriks dugaan pengaruh interaksi Γ digunakan untuk menduga pengaruh interaksi genotipe × lingkungan. Penguraian dilakukan dengan memodelkan matriks tersebut sebagai perkalian matriks : * = U: V’ (7) Dengan Γ adalah matriks data terpusat, berukuran a x b; : adalah matriks diagonal akar dari akar ciri positif bukan nol dari *‘*, D(λk ) berukuran m x m selanjutnya disebut nilai singular. U dan V adalah matrik ortonormal (U‘U=V‘V=Im). Kolom-kolom matriks V={v1, v2, ...,vb} adalah vektor ciri-vektor ciri dari matriks *‘*, sedangkan U diperoleh dengan : U= * V :-1 = {Γv1 / λ1 , Γv 2 / λ 2 ,..., Γv m / λ m } (8) Nilai Komponen AMMI q Secara umum nilai komponen ke-k untuk genotipe ke-g adalah λk u gk sedangkan nilai komponen ke-k untuk lingkungan ke-l adalah λ1k−q vlk . Dengan mendefinisikan :q (0 ≤ q ≤ 1) sebagai matrik diagonal yang elemen-elemen diagonalnya adalah elemen-elemen matriks : dipangkatkan q. Demikian juga dengan didefinisikan matrik :1-q, dan G=U:q serta L=V:1-q maka penguraian nilai singular tersebut dapat ditulis: *=GL‘ ( 9) 9 Dengan demikian skor komponen untuk genotipe adalah kolom-kolom matriks G sedangkan skor komponen untuk lingkungan adalah kolom-kolom matriks L. Nilai q yang digunakan pada analisis AMMI adalah ½ . Penentuan Banyaknya Komponen AMMI Metode yang digunakan untuk menentukan banyaknya Komponen Utama Interaksi (KUI) yang dipertahankan dalam model AMMI (Gauch 1988 dalam Mattjik 2006) yaitu : 1. Metode Keberhasilan Total (postdictive success) Metode ini berhubungan dengan kemampuan suatu model tereduksi untuk menduga data yang digunakan dalam membangun model tersebut. Sedangkan banyaknya komponen AMMI sesuai dengan banyaknya sumbu KUI yang nyata pada uji-F analisis ragam. Untuk sumbu KUI yang tidak nyata digabungkan dengan sisaan. Metode ini diusulkan oleh Gollob (1986) yang selanjutnya direkomendasikan oleh Gauch (1988) (Mattjik, 2006). Tabel analisis AMMI (Tabel 2) merupakan perluasan dari tabel penguraian jumlah kuadrat interaksi menjadi beberapa jumlah kuadrat KUI. Tabel 2 Tabel Analisis Ragam AMMI Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Genotipe a-1 JK(A) Lingkungan b-1 JK(B) Kelompok(Lingkungan) b(n-1) JK(K|B) Genotipe × Lingkungan (a-1)(b-1) JK(A*B) KUI1 a+b-1-2(1) JK(KUI1) KUI2 a+b-1-2(2) JK(KUI2) .............. .............. KUIm a+b-1-2(m) JK(KUIm) Sisa (a-1)(b-1) - ∑ [(a + b − 1) − 2( k )] JK(Sisa) Galat b(a-1)(n-1) JK(G) Total abn-1 ................... m k =1 10 2. Metode Keberhasilan Ramalan (predictive success) Metode ini berhubungan dengan kemampuan suatu model dugaan untuk memprediksi data lain yang sejenis tetapi tidak digunakan dalam membangun model tersebut (data validasi). Penentuan banyaknya sumbu komponen utama dilakukan dengan validasi silang yaitu membagi data menjadi dua kelompok, satu kelompok untuk membangun model dan kelompok lain dipakai untuk validasi (menentukan kuadrat selisih). Teknik ini dilakukan berulang-ulang, pada tiap ulangan dibangun model dengan sumbu komponen utama. Banyaknya KUI terbaik adalah model dengan rataan akar kuadrat tengah sisaan (root means square different= RMSPD) terkecil. ∑ ∑ (xˆ a RMSPD = b g =1 l =1 − x gl ) 2 gl g .l ( 10) Interpretasi Model AMMI Pengaruh interaksi genotipe × lingkungan digambarkan melalui Biplot AMMI-2. Kedekatan jarak antara genotipe dan lingkungan dan besar sudut yang terbentuk dari kedua titik tersebut mencerminkan adanya interaksi yang khas diantara keduanya. Kestabilan genotipe diuji dengan pendekatan selang kepercayaan sebaran normal ganda yang berbentuk ellips pada skor KUI-nya. Jika koordinat suatu genotipe semakin dekat dengan pusat koordinatnya berarti genotipe tersebut semakin stabil terhadap perubahan lingkungan. Ellips dibuat dari titik pusat (0,0), dengan panjang jari-jari ellips dapat diukur sebagai berikut (Johnson & Winchern 2002): r1 = λ1 2(n − 1) F2,n − 2( n (n − 2 ) r2 = λ 2 2(n − 1) F2,n − 2( n (n − 2 ) ) (11) ) (12) dengan : r1 : jari-jari panjang (pada sumbu KUI1) 11 r2 : jari-jari pendek (pada sumbu KUI2) n : banyaknya pengamatan (genotipe + lingkungan=a+b) : Nilai singular dari matriks koragam (S) L F2,n−2(α ) : nilai sebaran F dengan db1=2 dan db2=n-2 pada taraf =5 % Dari Biplot AMMI-2 dapat diperoleh gambaran genotipe-genotipe yang stabil dan spesifik lingkungan. Makin dekat jarak lingkungan dengan genotipe, atau semakin kecil sudut diantara keduanya, maka semakin kuat interaksinya. Model Persamaan Struktural (MPS) Model Persamaan Struktural (MPS) merupakan penggabungan logika konfirmasi faktor analisis, analisis ekonometrik dan analisis jalur (Bollen KA 1989). MPS mempunyai dua komponen dasar. Pertama, model pengukuran didefinisikan sebagai hubungan antara peubah laten dan sekelompok peubah penjelas yang dapat diukur langsung. Kedua model struktrural didefinisikan sebagai hubungan antara peubah laten yang tidak dapat diukur secara langsung. Peubah-peubah tersebut dibedakan sebagai peubah eksogen dan peubah endogen. MPS terdiri dari beberapa peubah yang dikelopmokakan ke dalam 4 bagian yaitu q peubah penjelas eksogen, p peubah penjelas endogen, n peubah laten eksogen, dan m peubah laten endogen. Peubah laten endogen dan peubah laten eksogen mempunyai hubungan linier structural sebagai berikut : =B + + , (13) dengan : B : matriks koefisien peubah laten endogen berukuran m x m Γ : matriks koefisien peubah laten eksogen berukuran m x n η : vektor peubah laten endogen berukuran m x 1 ξ : vektor peubah laten bebas berukuran n x 1 ζ : vektor sisaan acak berkuran m x 1 Ada dua persamaan matrik yang digunakan untuk menjelaskan model pengukuran. Persamaan pertama untuk peubah penjelas endogen yaitu : y= y + ( 14) 12 dengan : y : vektor peubah penjelas endogen yang berukuran p x 1 : matrik koefisien yang mengindikasikan pengaruh peubah laten endogen y terhadap peubah penjelas endogen yang berukuran p x m : vektor peubah laten endogen berukuran m x 1 : vektor kesalahan pengukuran peubah penjelasendogen yang berukuran p x1 Dan persamaan kedua untuk peubah penjelas eksogen yaitu : x= x + ( 15) dengan : x : vektor peubah penjelas eksogen yang berukuran q x 1 x : matrik koefisien yang mengindikasikan pengaruh peubah laten eksogen terhadap peubah penjelas eksogen yang berukuran q x n ξ : vektor peubah laten eksogen berukuran n x 1 : vektor kesalahan pengukuran peubah penjelas eksogen yang berukuran q x1 Asumsi-asumsi MPS lengkap adalah : 1. Peubah-peubah diukur dari rata-ratanya sehingga E ( x) = 0 , E ( y ) = 0 dan E( = ( ( ( ( = ; 2. antara faktor dengan kekeliruan saling bebas, E( 3. Matriks kebalikan (I - ) -1 ( = ( ; ada. Berdasarkan asusmsi-asumsi tersebut struktur koragam MPS dirumuskan sebagai berikut: ( ) = ( ) yx ( ) xy ( ) xx ( ) -1 ’ ) ( y (, yy ’ x )((, ) -1 ((, ) ) -1 ’ ’ y ) ’ ’ y (, ) -1 \ x ’ x ’ [ (16) 13 Berdasarkan dimensi vektor peubah indikator x dan y sehingga dimensi matriks koragam tersebut adalah ( p + q )× ( p + q ) . Pendugaan Parameter Dalam MPS Prosedur-prosedur pendugaan parameter pada model MPS diperoleh dari relasi antara matriks koragam peubah indikator dengan parameter stuktural, atau kaitan antara matriks koragam dan matriks koragam model (implied ( ) . Secara umum, semua metode pendugaan di arahkan covariance matriks) sedemikian sehingga kedua matriks “seidentik” mungkin atau selisih kedua matriks tersebut matriks sisa/galat) mendekati matriks nol. Pembahasan metode pendugaan terlebih dahulu perlu dibahas suatu konsep yang sangat penting berkaitan dengan pendugaan atau estimasi, khususnya dalam model MPS yaitu identifikasi model. Identifikasi Model Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metode penaksiram dalam MPS bahwa prosedurnya selalu diarahkan kedekatan kedua matriks tersebut, yaitu ( ), dan Matriks ( dalam hal ini bahwa merupakan vektor parameter model MPS. ( ) dirumuskan oleh )= (, ) -1 y ( ’ ’ x dan matriks koragam yy xy )[(, ) -1’ (, ) -1 ’ ] ’ y + (, ) -1 ’ ε ’ y y x ’ x + ’ x δ (17) dengan formula sebagai berikut xx yx Dapat dilihat bahwa (18) matriks koragam model elemen-elemennya merupakan parameter-parameter model MPS. Matriks koragam tergantung kepada parameter. tidak Jika p dan q masing-masing menunjukkan 14 banyaknya peubah indikator eksogen dan endogen, maka banyaknya parameter dalam adalah s= ( p + q )( p + q + 1) , 2 (19) juga dapat dipandang sebagai banyaknya persamaan yang harus diselesaikan. Masalah akan lebih rumit jika banyaknya persamaan dalam matrik koragam , dan banyakanya parameter dalam matriks koragam tidak sama. Trade off antara kedua matriks ini dalam model MPS dikenal sebagai masalah identifikasi model (Bollen 1989; Joreskog & Sorbom 1989), yang merupakan salah satu bagian kritis dalam pendugaan model MPS. Masalah identifikasi model secara teknis berkaitan dengan apakah parameter dalam suatu model mempunyai solusi tunggal atau tidak (Long 1983). Jika banyaknya parameter dalam model MPS adalah t, maka : Df = s – t (20) merupakan besaran yang perlu mendapat perhatian (df adalah derajat bebas). Jika nilai df = 0, maka model dikenal sebagai identified. Artinya banyakanya persamaan sama dengan banyaknya parameter yang ditaksir sehingga diperoleh solusi tunggal Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa model yang tidak identified menghasilkan nilai-nilai Pendugaan yang sembarang atau banyak solusi dan hasil Pendugaan-Pendugaan tersebut tidak berguna untuk diinterpretasikan. Jika s lebih besar daripada t, maka disebut overidentified dan berlaku sebaliknya dikenal underidentified. Untuk kasus underidentified, yaitu parameter lebih banyak daripada persamaan, maka perhitungan tidak dapat bekerja. Syarat perlu (necessary condition) agar perhitungan mempunyai solusi yaitu df >=0. Syarat cukup (sufficient condition) tidak dibahas karena melibatkan manipulasi aljabar yang relatif sulit dikemukaan. Metode Pendugaan Terdapat sejumlah metode pendugaan dalam MPS, maximum likelihood (ML), dan weighted least square (WLS). 15 Diketahui vektor pengamatan x dan y dengan ukuran = {σ ij } , dan matriks berdistribusi normal ganda dengan matriks koragam, koragam model diberikan oleh ( ) = {σ ij ( )}, ( p + q )× 1 di mana merupakan vektor yang elemen-elemennnya adalah parameter-parameter model MPS. Pendugaan matriks koragam = {σ ij } diberikan oleh S = {sij }yang menyatakan matriks koragam sampel. Penduga Maximum Likelihood (ML) Metode pendugaan melalui Maximum Likelihood (ML) didasarkan kepada () sisa atau galat, yaitu selisih kedua matriks, S - ˆ ˆ . Metode kemungkinan maksimum (ML) perlu diasumsikan bahwa vektor x dan y mengikuti distribusi normal ganda. Fungsinya diberikan sebagai berikut: FML ( ) = log Σ ( ) + tr (6 -1 ( )) − log 6 − ( p + q ) (21) Σ (θ ) adalah matriks koragam dari model populasi, S adalah matriks koragam sample dari observasi. Sedangkan p+q adalah jumlah dari peubah penelitian. Nilai-nilai Pendugaan ˆ didapat sedemikian sehingga fungsi tersebut adalah minimum. Penduga Weighted Lease Square (WLS) Metode pendugaan WLS dapat digunakan jika data tidak berdistribusi normal gandae. Fungsi kecocokan dari WLS adalah sebagai berikut (Bollen 1989): FWLS = [s − ( )]’ W −1 [s − ( )] Dimana s adalah sebuah vektor dengan (22) 1 (p + q )(p + q + 1) elemennya 2 didapat dengan menempatkan elemen yang tidak sama dari matriks koragam sampel (S). adalah sebuah vektor yang elemennya berasal dari matriks koragam populasi (Σ( )) dengan ukuran1x 1 (p + q )(p + q + 1), dan W −1 adalah 2 16 matriks bobot positif definit yang berukuran 1 (p + q )(p + q + 1)x 1 (p + q )(p + q + 1). 2 2 Setiap elemen dari matriks W adalah Pendugaan matriks koragam asimtotik. Koragam asimtotik s ij dengan s gh adalah: ACOV ( s ij , s gh ) = N −1 (σ ijgh − σ ij σ gh ) (23) Penaksir dari σ ijgh adalah : sijgh = 1 N ∑ (Z N t =1 it − Z i )(Z jt − Z j )(Z gt − Z g )(Z ht − Z h ) (24) dan penaksir dari σ ij dan σ gh adalah sij = 1 N ∑ (Z s gh = 1 N ∑ (Z N t =1 it N t =1 gt − Z i )(Z jt − Z j ) (25) − Z g )(Z ht − Z h ) (26) Dalam kasus ini, W=*-1 dan (p+q) adalah banyaknya peubah penjelas. Apapun fungsi yang dipilih, hasil yang diharapkan dari proses pendugaan adalah fungsi penduga bernilai 0. Nilai fungsi penduga sebesar 0 berimplikasi bahwa model dugaan matrik koragam populasi dan matrik koragam contoh adalah sama. Dugaan Parameter-Paramater MPS Dugaan koefisien-koefisien model MPS, khusunya program paket LISREL ada tiga jenis yaitu: unstandardized (US), standardized solution (SS), dan completely standardized solution (SC). Dugaan US tidak ada manipulasi terhadap data mentah, jadi satuan pengukuran data tetap dimunculkan. SS terdapat manipulasi sehingga simpangan bakunya untuk peubah laten adalah satu, sedangkan SC dengan memanipulasi data peubah-peubah indikator dan peubah laten sehingga simpangan baku kedua jenis peubah tersebut sama dengan satu (Jöreskog & Sörbom 1993). Pendugaan Efek Langsung, tidak Langsung, dan Total 17 Model-model MPS pada umumnya melibatkan hubungan antar peubah bisa langsung, atau tidak langsung terhadap peubah lainnya. Dugaan efek langsung, tidak langsung, dan total dapat ditaksir dengan formula sebagai berikut (Jöreskog & Sörbom 1993): Tabel 3 Efek Langsung, Tak Langsung dan Total Direct B Indirect (I - ) Total (I - ) −1 (I - ) -I–B (I - ) -I −1 – −1 −1 y Direct y 0 Indirect y y (I - ) y (I - ) y (I - ) y (I - ) −1 −1 −1 Total - y −1 Parameter Fixed, Free, dan Constraint Model-model MPS secara umum mengenal fixed, free, dan constrained untuk x parameter-parameter y , GDQ pada elemen-elemen matriks, . Terdapat tiga jenis elemen-elemen tersebut 1. Fixed parameters yaitu memberikan nilai tertentu terhadap parameter. 2. Free parameters merupakan parameter yang ditaksir 3. Constrained parameters adalah tidak diketahui, tetapi sama dengan satu atau lebih parameter lainnya. Evaluasi Model Persamaan Struktural Suatu model yang diusulkan perlu dievaluasi terlebih dahulu, apakah model tersebut sesuai, cocok, pas (fit) atau tidak dengan data. Secara statistik dapat dikatakan apakah matriks koragam teoritis (S) identik atau tidak dengan matriks koragam empiris Σ( ). Jika kedua matriks tersebut tidak identik, maka model teoritis tersebut dapat disimpulkan diterima secara Sempruna. Evaluasi kriteria goness of fit bisa dilakukan secara inferensial atau deskriptif. 18 Untuk mengevaluasi kriteria goness of fit secara inferensial dapat digunakan statistik chi-square ( χ 2 ). Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: = H0 : ( ) lawan H1 : ≠ () Jika H 0 diterima pada taraf signifikan tertentu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model diterima. Statistik untuk menguji hipotesis tersebut adalah: () χ 2 = (n − 1)xF θˆ (27) Statistik tersebut mendekati distribusi chi-kuadrat. Jika nilai χ 2 lebih besar dari nilai kritis chi-kuadrat dengan taraf signifikansi χ 2 (df , α ) maka H 0 ditolak. Sedangkan bila dievaluasi secara deskriptif digunakan: 1. GFI (Godness of Fit Index) Salah satu statistik uji deskriptif yaitu Godness of Fit Index (GFI), nilainya akan berada antara 0 dan 1. nilai yang lebih besar akan menunjukkan kecocokan yang lebih baik. Nilai GFI ≥ 0,9 mengindikasikan model fit. Perumusannnya adalah (Shaema,S.1996:158): ( ) ˆ −1 S − I 2 tr ∑ GFI = 1 − 2 ˆ −1 S tr ∑ ( ) (28) 2. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) RMSEA merupakan nilai aproksimasi akar rata-rata kuadrat error. RMSEA merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecendrungan statistik chisquare menolak model dengan jumlah sampel besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfirmatori (Bollen K.A and Curran P.J. 1989). Rumusnya adalah: RMSEA = ∑∑ (S − σ ij ) p( p + 1) 2 2 ij 3. Adjusted Godness of Fit Indices (ABFI) (29) 19 Ukuran ini merupakan perluasan dari indeks GFI, tetapi ukuran ini disesuaikan dengan rasio dari derajat bebas untuk model yang diusulkan terhadap derajat bebas untuk model nol. Tidak ada nilai pasti untuk AGFI agar model fit, tetapi biasanya peneliti menggunakan batasan AGFI > 0,9 yang menunjukkan model fit. Perumusannya dalah (Sharma, S., 1996): p ( p + 1) AGFI = 1 − (1 − GFI ) 2df (30) Asumsi Normal Ganda Andaikan X mengikuti distribusi normal ganda dengan vektor rata-rata µ dan matriks koragam Σ , maka fungsi ddensitas dari X bisa ditulis : f (x ) = e − ((x − µ ) Σ 1 ( 2π ) Σ p ’ −1 1 (x − µ ))/ 2 (31) 2 dimana p menunjukkan banyaknya peubah bebas X. Atau secara singkat bisa ditulis x ~ N p (µ , Σ ) Perhatikan bahwa (x − µ )’ Σ −1 (x − µ ) pada persamaan fungsi distribusi normal gandae diatas merupakan kuadrat jarak dari x ke µ , atau lebih dikenal dengan jarak Mahalanobis, yaitu : D 2 = (x − µ ) Σ −1 (x − µ ) ’ (32) Dalam analisis MPS jika pendugaan dilakukan dengan metode ML asumsi normal ganda sangat diperhatikan. Untuk mendeteksi asumsi normal ganda bisa menggunakan: ( ) Plot antara jarak Mahalanobis (Di2 ) dan Chi Square χ 2 Langkah-langkah untuk membuat plot antara jarak Mahalanobis dan Chi Square adalah: 1. Hitung jarak Mahalanobis Di 2 dari setiap data pengamatan, yaitu Di = (yi − y ) S −1 (yi − y ) , i =1,2,…,n 2 ’ (33) 2. Urutkan nilai Di dari yang terkecil ke terbesar, D(1) ≤ D( 2 ) ≤ ... ≤ D( n ) 2 2 2 20 3. Untuk setiap nilai Di, hitung nilai persentil dari Chi-Square, yaitu i − 0.5 n . 4. Tentukan nilai χ 2 untuk persentil, diperoleh dari distribusi χ 2 dengan derajat bebas = p, dimana p merupakan banyaknya peubah. Buat plot antara Di 2 dan χ 2 . Jika membentuk garis lurus, maka data dikatakan berdistribusi normal ganda. (Johnson RA & Wichern DW 1992) Uji Normal Ganda Mardia Mengecek asumsi normal ganda dengan Q-Q plot dan kadang-kadang akan menjadi suatu hal yang subyektif dalam menentukan data mengikuti distribusi normal ganda atau tidak. Untuk menangani hal tersebut Mardia (1970) memberikan suatu solusi dalam menentukan apakah suatu data mengikuti asumsi distribusi normal ganda atau tidak dengan menggunakan uji berdasarkan ukuran skewness dan ukuran kurtosis. Dengan asumsi bahwa x dan y saling bebas dan mengikuti distribusi yang sama, dan dengan mengasumsikan bahwa ekspektasi dari 1,p dan 2,p ada, distribusi normal ganda secara umum mendefinisikan ukuran skewness sebagai berikut: β1, p = E{( y − µ ) T Σ −1 ( y − µ )} 3 (34) dan ukuran kurtosis sebagai berikut: β 2, p = E{( y − µ ) T Σ −1 ( y − µ )} 2 Untuk distribusi normal ganda 1,p (35) = 0 dan 2,p = p (p+2). Pada sampel berukuran n, Pendugaan dari 1,p dan 2,p diperoleh sebagai berikut: β̂1, p = 1 n2 n n ∑∑ g i =1 j =1 3 ij dan β̂ 2 , p = dengan gij = (y i − y ) S n−1 ( y j − y ) T dan di = 1 n 2 1 n 4 di ∑ g ii = n ∑ n i =1 i =1 (36) (37) g ii adalah ukuran jarak Mahalanobis kuadrat dari sampel. Untuk data normal ganda, diharapkan nilai dari β̂ 1, p mendekati nol. Besaran β̂ 2,p berguna untuk menunjukan sifat-sifat ekstrim dalam jarak kuadrat Mahalanobis pada 21 pengamatan dari rata-rata sampel. Nilai β̂1,p dan β̂ 2,p dapat digunakan untuk mendeteksi asumsi dari normal ganda. Untuk sampel besar telah membuktikan bahwa (Mardia 1970): nβˆ 1,p {βˆ 6 2,p = κ1 ~ χ (p (p +1)(p + 2) / 6 dan }= κ − p(p + 2) {8p(p + 2) / n}2 1 2 mengikuti distribusi normal baku (38) (39) Besaran κ1 dan κ 2 untuk menguji hipotesis nol pada uji normal ganda, jika kedua hipotesis diterima maka asumsi normal untuk berbagai uji untuk vektor rata-rata dan matrik ragam-koragam dapat digunakan. Nilai peluang dari ukuran kurtosis adalah satu dikurangi dengan nilaipeluang dari distribusi Chi-Square dengan derajat bebas ( κ1 , (p(p+1)(p+2)/6)) dan nilai peluang dari ukuran kurtosis adalah dua dikali dengan satu dikurangi nilai peluang normal baku untuk κ 2 . 22 BAHAN DAN METODE Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pemuliaan Jagung Hibrida dari PT. Kreasidharma bekerjasama dengan Bioseed Inc yang telah dilakukan mulai tanggal 23 Juli 2006 sampai 10 April 2007 pada musim hujan dan kemarau. Percobaan melibatkan 9 genotipe Jagung Hibrida Harapan dan 3 genotipe Jagung Hibrida Komersial. Dalam penelitian ini diambil data pada 16 lingkungan percobaan. Tabel 1 Deskripsi Lokasi Penelitian No Propinsi 1 4 5 Jawa Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Lampung Lampung 6 Jawa Timur 7 13 Jawa Timur Sumatera Utara Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Timur 14 Jawa Timur 2 3 8 9 10 11 12 Kecamatan Desa Elevasi (m) Musim 2006/2007 KemaHujan rau L1 Banyodono Ketaon 190 Barru Kemiri 45 L2 17 L3 Moncongloe Metro Timur Ratu Nuban Kedung Mulyo Tumpang Moncongloe Bulu Yoso Mulyo Sido waras 50 35 L14 Brodot 60 L6 Wringinsongo 540 L7 Namo Rambe Kuta Tengah 95 L12 Bogor Barat Gemblengan Cempedak Lobang Pabuaran Kalikotes 260 190 L10 L11 Binjai Sambirejo 35 L13 Ambulu Pontang 10 L15 Tajinan Jambu Timur 465 L16 Sei Rampah L4 L5 65 L8 L9 23 Tabel 2 Jenis Genotipe No. Genotipe Asal Kelompok A BIO 9900 Bioseed Harapan B BIO 1263 Bioseed Harapan C BIO 1169 Bioseed Harapan D BC 42521 Bioseed Harapan E BC 42683 Bioseed Harapan F BC 41399 Bioseed Harapan G BC 2630 Bioseed Harapan H BC 42882 –A Bioseed Harapan I BIO 9899 Bioseed Harapan J BISI – 2 PT. BISI Komersial K P – 12 PT. Dupont Komersial L C 7 PT. Dupont Komersial Tabel 3 Peubah yang Diamati Peubah Yang Diamati Satuan Umur Masak Fisiologis (UMF) Hari Kadar Air saat panen (KAP) % Berat Tongkol Panen (BTK) Ton/Ha Hasil (HSL) Ton/Ha Dalam penelitian ini, yang dijadikan kovariat genotipik adalah nilai rataan dari usia masak fisiologis, rataan kadar air panen, dan rataan berat tongkol panen. Sedangkan kovariat lingkungan adalah tinggi lokasi (TL) dalam satuan meter, dan musim dalam bentuk peubah boneka yaitu musim kemarau=0, dan musim hujan =1. Metode Analisis 1. Menetapkan model konseptual dari IGL Hasil Model koseptual ditetapkan berdasarkan kajian literatur dan eksplorasi data dengan model yang akan diuji adalah : 24 Gambar 1 Hipotesis Penelitian Dengan : UMFI : Skor Interaksi Usia Masak Fisiologis KAPI : Skor Interaksi Kadar Air Saat Panen BTKI : Skor Interaksi Berat tongkol panen HSLI : Skor Interaksi Hasil Xij : Kovariat genotipik × lingkungan Hipotesis penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nur et.al (2007). sebagai berikut : “Komponen hasil yang dapat dijadikan indikator stabilitas hasil adalah jumlah tanaman dipanen, jumlah tongkol, bobot tongkol, dan kadar air. Komponen yang langsung menjadi indikator kestabilan hasil adalah bobot tongkol panen” Selain didasarkan pada studi literatur di atas, pengajuan hipotesis penelitian di atas didasarkan pula oleh kajian awal bahwa karakteristik usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen memiliki kaitan paling erat dengan hasil. 2. Analisis struktur interaksi karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen dan struktur interaksi hasil menggunakan metode AMMI Pemodelan Analisis AMMI Langkah awal untuk memulai analisis AMMI adalah melakukan analisis ragam gabungan untuk mengetahui apakah IGL nyata untuk setiap karakteristik 25 agronomi. Selanjutnya struktur IGL dijelaskan menggunakan analisis komponen utama. Bentuk multiplikatif diperoleh dari penguraian interaksi genotipe dengan lingkungan menjadi komponen utama interaksi (KUI). Untuk identifikasi genotipe stabil dan spesifik lokasi digunakan Biplot AMMI-2. Pengklasifikasian stabilitas genotipe berdasarkan Biplot AMMI-2 dapat dilakukan sebagai berikut: • Tarik garis kontur dari lokasi atau genotipe terluar. • Tarik garis tegak lurus dari titik pusat ke garis kontur yang menghubungkan dua lingkungan berbeda. • Buat daerah selang kepercayaan 95% (elips) pada titik pusat dan setiap lokasi terluar sebagai berikut : 2(n − 1) F2, n − 2 ( n (n − 2 ) ri = ± λi (1) ) dengan: ri : panjang jari-jari elips ke-i, sumbu panjang untuk i=1 dan pendek untuk i=2 λi : nilai singular ke-i (i=1,2) ; F(2,n-2)(α) : Nilai tabel distribusi F (Fisher) pada derajat bebas db1=2, db2=n-2 dan pada taraf nyata α. n : banyak genotipe ditambah lingkungan (a+b). <h/ > ' > ' ' ' <h/ ' > Gambar 2 Skema Biplot AMMI 26 • Genotipe-genotipe yang diklasifikasikan stabil adalah genotipe-genotipe yang berada dalam selang kepercayaan ganda 95% pada titik pusat. Dari Gambar 2 Genoitipe stabil adalah G1 • Genotipe-genotipe yang spesifik lokasi adalah genotipe-genotipe yang berada dalam selang kepercayaan ganda 95% pada masing-masing lokasi terluar. Dari Gambar 2 yang termasuk genotipe spesifik untuk lingkungan L1 adalah G2 dan G3; genotipe spesifik untuk lingkungan L2 adalah G5; dan genotipe spesifik untuk lingkungan L3 adalah G4 Selain menggunakan Biplot AMMI, untuk menentukan peringkat genotipe stabil dapat dilakukan dengan formulasi Indeks Stabilitas AMMI yang dikembangkan dari konsep phytagoras dalam biplot (Jaya IGDNM 2008). ISA = 1/2 1 1/2 2 2 2 (SkorKUI1 ) + [SkorKUI 2 ] (2) 3. Mendapatkan peubah latent IGL karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen dan peubah laten IGL hasil serta mengkoreksi kovariat genotipe × lingkungan terhadap pengaruh utama Msalkan Y1, Y2, Y3, dan Y4 masing-masing adalah matriks interaksi DHI, UMFI, KAPI, dan BTKI dengan ordo masing-masing a x b dengan a adalah banyaknya genotipe dan b adalah banyaknya lingkungan. Setiap matriks interaksi genotipe × lingkungan dapat didefinisikan menggunakan singular value decomposition (SVD) sebagai berikut : Yi = Ui :i Vi’ + ei (axb) (axm) (mxm) (mxb) (axb) , (3) Diasumsikan bahwa Ui:iVi adalah nilai IGL sebenarnya dari peubah ke-i dengan m komponen pertama ditentukan berdasarkan pada metode keberhasilan total (postdictive success). Matriks Yi dalam persamaan (3) dikonversi kedalam bentuk vektor kolom dengan menggunakan operator vec dan produk kronecker (Harville, 1997): Vec(Yi) = (Vi Ui) vec(:i) + vec(ei) , (ab x 1) (ab x mm) (mm x 1) (ab x 1) (4) 27 Ki = (V’i ⊗Ui) vec(:i), (5) Sehingga nilai observasi setiap genotipe pada setiap lingkungan untuk peubah ke-i dapat dituliskan sebagai berikut: yi = Ki + Hi (6) Peubah eksogen (Xij) merupakan hasil perkalian antara kovariat genotipik ke-i dan kovariat lingkungan ke-j. Karena hasil dan karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen merupakan nilai interaksi yang tidak lain adalah nilai residual, maka peubah eskogen (X) juga harus disesuaikan terhadap efek utama genotipe dan lingkungan dengan mengalikan nilai X terhadap (I-Pz) dimana Z adalah matriks rancangan dari efek utama genotipe dan lingkungan, dengan Pz=Z(Z’Z)-1Z’ (Dhungana 2004). Diasumsikan bahwa peubah X diukur tanpa kesalahan pengukuran. 4. Pemodelan IGL hasil dengan Model Persamaan Struktural (MPS) Dalam persamaan struktural terdiri dari dua komponen dasar yaitu persamaan pengukuran dan pesamaan struktural. Model Pengukuran Model pengukuran dari y untuk penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut : y = 4 x1 + 4 x1 (7) 4 x1 dengan y = (y1 y2 y3 y4)` , K = (K1 K2 K3 K4)`, vektor residual H = (H1 H2 H3 H4)` dan E(H) =0, E(H H’)= ε. Diasumsikan bahwa peubah eksogen (X) diukur tanpa kesalahan pengukuran. Model strukturalnya dapat dituliskan sebagai berikut : K = BK + ; (8) Dengan : X : vektor (s x 1) eksogenus B : matrik (4x4) koefisien yang menunjukkan hubungan antara peubah endogenus (η) 28 0 B = 12 13 14 0 0 0 0 23 0 24 34 0 0 0 0 : matriks (4 x s) koefisien hubungan antara endogenus (η) dengan eksogenus (X) : vektor kolom (4x1) vektor kekeliruan yang terkait dengan peubah endogenus (η) Asumsi E( ) = 0 E( ¶)=\ (I-B) Non Singular sehingga (I-B)-1 dapaat dihitung Dalam penelitian ini nilai s maksimal adalah 6 karena ada sebanyak 3 kovariat genotipik dan 2 kovariat Lingkungan sehingga kombinasi kovariat genotipik × lingkungan sebanyak 6 peubah. Diagram lintas pada Gambar 1 dapat diterjemahkan kedalam persamaan matematis untuk model penuhnya (full Model) adalah seagai berikut : Model Struktural η1= b111X11+ b121X12+ζ1 η2=β12η1 + b112X11+ b122X12+ b212X21+b222X22 +ζ2 η3=β13η1+β23η2 + b113X11+ b123X12+ b213X21+b223X22+ b313X31+ b323X32+ζ3 η4=β14η1+β24η2 + β34η3 + b114X11+ b124X12+ b214X21+b224X22+ b314X31+ b324X32+ζ4 Atau dalam notasi matriks : η1 0 η 2 = 12 η 3 13 η 4 14 0 0 0 0 23 0 24 34 Model Pengukuran y1=η1+ε1 y2=η2+ε2 y3=η3+ε3 y4=η4+ε4 0 η1 b111 0 η 2 b112 + 0 η 3 b113 0 η 4 b114 b121 b122 0 b212 0 b222 0 0 b123 b124 b213 b214 b223 b224 b313 b314 X 11 0 X 12 ζ 1 0 X 21 ζ 2 + b323 X 22 ζ 3 b324 X 31 ζ 4 X 32 29 Atau dalam notasi matriks y1 η1 ε 1 y η ε 2 = 2 + 2 y 3 η 3 ε 3 y 4 η 4 ε 4 Struktur Koragam dan Pendugaan Parameter Konsep pendugaan parameter dalam MPS adalah meminimumkan perbedaan antara matriks koragam observasi 6 dengan koragam model 6(T) (Bollen, 1989). Misalkan ¦yy (4x4) ,¦xx (sxs) ,¦yx (4xs) masing-masing adalah matriks koragam dari 4 peubah endogen (Y), s peubah eksogen (X), dan matriks koragam (Y, X), dan ¦ adalah matriks gabungan dengan ordo (4+s) x (4+s) sebagai berikut : Σ yy Σ= Σ yx Σ yx Σ xx ¦(θ) adalah matriks koragam Y dan X yang merupakan fungsi dari vektor parameter (θ). Bentuk tereduksi dari persamaan (8) adalah : K = (I-B)-1( X+ ) (9) Sehingga partisi ∑(θ) yang bersesuaian dengan ∑ adalah : ¦yy(T)=E(YY’)=(I-B)-1( ¦xx ’ +\) [(I-B)-1]‘+ ¦yx(T)=E(YX’)=(I-B)-1 ¦xx H (10) (11) ¦xx(T)=E(XX’)=¦xx (12) Sehingga matriks ∑(θ) dapat dituliskan secara lengkap sebagai berikut : ( I − B) −1 (ΓΣ xx Γ + ψ )[( I − B ) −1 ]’+Θε Σ(θ ) = Σ xx Γ’[( I − B) −1 ]’ ( I − B) −1 ΓΣ xx Σ xx (13) Penduga Weighted Least Square (WLS) Pendugaan WLS digunakan untuk data tidak menyebar normal ganda, jika data menyebar normal ganda dapat digunakan penduga Maximum Likelihood (ML). Penduga WLS dapat dituliskan : FWLS = [s − ( )]’W −1 [s − ( )] (14) 30 Uji Kebaikan Model (Goodness of Fit) Uji Kebaikan Chi-Square Hipotesis Uji H0: Σ = Σ(θ) lawan H1: Σ Σ(θ) Jika H 0 diterima pada taraf nyata tertentu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model diterima. Statistik untuk menguji hipotesis tersebut adalah: () T = (n − 1)xF θˆ (15) Statistik T mendekati distribusi Chi-Square. Jika nilai χ 2 lebih besar dari nilai kritis Chi-Square maka H 0 ditolak. Selain uji kebaikan Chi-Square, ada beberapa indeks kebaikan model yang dapat digunakan diantaranya adalah Goodness of fit Index (GFI). Model dikatakan fit jika nilai GFI ≥0,90. Selain GFI ada juga Root Means Square Error of Approximation (RMSEA). Model dikatakan baik jika nilai RMSEA ≤0,08 Software Untuk mempermudah perhitungan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa software yaitu Excel 2007, SAS 9.1, MINITAB 15.0 dan AMOS 7.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tanaman jagung yang dikaji dalam penelitian ini meliputi karakteristik agronomi seperti usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol dan hasil. Sebelum dilakukan analisis ragam, dilakukan pengujian asumsi kehomogenan ragam dan normalitas galat untuk masing-masing peubah. Untuk memenuhi asumsi kehomogenan ragam dan normalitas galat dilakukan tranformasi akar kuadrat sesuai dengan hasil analisis Box Cox Tranformation dengan nilai lamda optimal adalah 0.5. Pada Lampiran 2 disajikan hasil pengujian kehomogenan ragam dan normalitas galat dengan hasil secara umum asumsi terpenuhi. Khusus untuk usia masak fisiologis terlihat masih adanya penyimpangan. Namun untuk pelanggaran yang tidak terlalu ekstrim, uji F masih dapat digunakan karena sifat kekar (robust) sehingga anggapan kesamaan ragam dan kenormalan tidaklah dituntut secara ketat dipenuhi cukup secara kasar (Sembiring, 1995) Analisis Daya Adaptasi Tanaman Karakteristik Agronomi Hasil (HSL) Hasil merupakan salah satu karakteristik agronomi tanaman jagung yang diukur dari hasil kering jagung dengan kadar air maksimum 15%. Dari 12 genotipe yang di tanam pada 16 lingkungan, rata-rata hasil jagung kering relatif bervariasi antara genotipe. Genotipe D (BC 42521) memiliki rata-rata hasil yang paling berat dan genotipe J (BISI–2) memiliki rata-rata hasil paling ringan dibandingkan genotipe-genotipe yang lain. Hasi ini dapat dilihat pada Gambar 1. Faktor tempat tumbuh umumnya berpengaruh terhadap hasil panen jagung. Dari 16 lingkungan tanam, genotipe-genotipe yang ditanam di lingkungan 16 (Jambu Timur) dan lingkungan 1 (Ketaon) umumnya memiliki hasil panen yang paling ringan dibandingkan dengan genotipe yang di taman di lingkungan lain. Sedangkan genotipe-genotipe yang di tanam di lingkungan 15 (Pontang) dan lingkungan 12 (Kuta Tengah) memiliki rata-rata hasil panen yang paling berat. Gambar 1 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Hasil Panen Menurut Genotipe Gambar 2 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Hasil Masing-Masing Genotipe Menurut Lingkungan Tanam Rata-rata hasil panen kedua belas genotipe untuk setiap lingkungan ditunjukkan pada Gambar 2. Terlihat dengan jelas bahwa rata-rata hasil panen keduabelas genotipe pada lingkungan 16 (Jambu Timur) relatif paling sedikit dibandingkan dengan lingkungan yang lain. Genotipe-genotipe yang tumbuh di lingkungan 15 (Pontang) secara umum memiliki rata-rata hasil panen yang relatif tinggi. Sedangkan pada lingkungan 2 (Kemiri) rata-rata hasil panen setiap genotipe relatif bervariasi. Analisis AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Hasil Panen Hasil deskripsi rataan hasil panen jagung dari 12 genotipe yang ditanam pada 16 lingkungan tanam menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan respon hasil panen antar genotipe jagung dan lingkungan tanam. Dengan analisis ragam gabungan dapat diketahui tingkat perbedaan rata-rata hasil panen antar genotipe dan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis ragam gabungan pada Tabel 1. jika diuji pada taraf nyata 5% ada perbedaan rata-rata hasil panen antara genotipe dan rata-rata hasil panen untuk setiap lingkungan. Ini dapat dilihat dari nilai-p yang kurang dari 5%. Hasil Ini menunjukkan bahwa jenis genotipe atau kondisi lingkungan tempat tumbuh sangat bepengaruh terhadap hasil panen jagung. Tabel 1 Hasil Analisis AMMI untuk Karakteristik Agronomi Hasil Sumber Keragaman DF JK KT F Nilai-p Genotipe 11 1.920 0.174 11.100 0.000 Lingkungan 15 66.290 4.420 281.710 0.000 Ulangan(Lingkungan) 32 1.790 0.056 3.560 0.000 Interaksi 165 5.790 0.035 2.240 0.000 KUI1 25 1.900 0.076 4.850 0.000 KUI2 23 1.090 0.048 3.030 0.000 KUI3 21 0.840 0.040 2.540 0.000 KUI4 19 0.650 0.034 2.190 0.003 KUI5 17 0.470 0.028 1.780 0.029 KUI6 15 0.310 0.021 1.340 0.177 Sisa 45 0.510 0.011 0.730 0.904 Galat 352 5.520 0.016 Total Terkoreksi 575 81.310 0.141 Hasil analisis ragam gabungan juga menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara genotipe dan lingkungan berbeda nyata pada taraf nyata 5%. Ini berarti ada perbedaan rata-rata hasil panen tanaman jagung dari genotipe-genotipe yang ditaman pada lingkungan yang berbeda. Penguraian dugaan pengaruh interaksi menghasilkan lima akar ciri tidak nol pada taraf nyata 5% yaitu 0.635, 0.364, 0.279, 0.218 dan 0.158. Kontribusi masing-masing akar ciri terhadap jumlah kuadrat interaksi adalah 32.88%, 18.87%, 14.48%, 11.27% dan 8.20%. Intepretasi Model AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Hasil Biplot antara rata-rata hasil dengan KUI1 sebagai Bipot AMMI-1 merupakan tampilan grafis yang meringkas informasi pengaruh utama genotipe dan lingkungan yaitu pada sumbu rataan dan pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan pada sumbu KUI1. Genotipe yang letaknya satu titik pada sumbu datar berarti mempunyai pengaruh utama yang sama dan jika terletak pada satu titik pada sumbu tegak berarti mempunyai pengaruh interaksi yang sama. Biplot AMMI-1 ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 3 Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Hasil (Ton/Ha), (+) RataRata Umum Hasil plot antara KUI1 dengan rata-rata hasil pada Gambar 3 Memeperlihatkan bahwa Genotipe D (BC 42521) memiliki rata-rata hasil yang paling berat dan genotipe dengan rata-rata hasil yang paling ringan adalah J (BISI–2). Dari Gambar 3 juga terlihat bahwa genotipe B (BIO 1263), L (C-7), dan H (BC 42882–A) mempunyai rata-rata hasil yang sama namun pengaruh interaksinya dengan lingkungan berbeda. Misalkan genotipe B (P–12) berinteraksi positif dengan lingkungan L13 (Sambirejo) sedangkan genotipe H (BC 42882–A) berinteraksi negatif dengan lingkungan L13 (Sambirejo) Struktur interaksi antara genotipe dan lingkungan untuk hasil dapat dilihat dari Biplot AMMI-2 pada Gambar 4 yaitu plot antara KUI1 dengan KUI2. Hasil biplot ini dapat mengambarkan keragaman interaksi sebesar 51.8%. Persentase keragaman yang dijelaskan relatif besar lebih besar dari 50%. Gambar 4 Biplot AMMI 2 Untuk Karakteristik Agronomi Hasil (51.8%) Hasil Biplot AMMI-2, memperlihatkan bahwa ada dua genotipe yang mempunyai respon relatif stabil terhadap ke-16 lingkungan yaitu genotipe F (BC 41399) dan Genotipe A (BIO 9900). Genotipe yang mempunyai respon yang stabil adalah genotipe-genotipe yang posisinya berada di dalam elips pada titik pusat. Dapat diperhatikan pula untuk Genotipe K (P-12) dan genotipe E (BC 46283) walaupun berada di luar elips, tetapi jaraknya dari titik pusat tidak terlalu jauh dibandingkan dengan genotipe F (BC 41399) dan Genotipe A (BIO 9900). Ini juga dapat dilihat dari rangking stabilitas genotipe dengan menggunakan Indeks Stabilitas AMMI (ISA) yaitu melihat posisi relatif genotipe-genotipe terhadap titik pusat Biplot AMMI-2 yang terjadi dalam Tabel 2. Tabel 2 Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karkateristik Agronomi Hasil Kode Karakteristik Hasil Genotipe ISA Rank A BIO 9900 0.140 2 B BIO 1263 0.640 9 C BIO 1169 0.540 8 D BC 42521 0.720 12 E BC 42683 0.200 4 F BC 41399 0.120 1 G BC 2630 0.710 10 H BC 42882–A 0.390 7 I BIO 9899 0.320 5 J BISI–2 0.720 11 K P–12 0.190 3 L C 7 0.380 6 Jika diperhatikan dari Indeks Stabilitas AMMI, tiga genotipe yang memiliki posisi paling dekat dengan titik pusat yang menunjukkan genotipegenotipe yang paling stabil dibandingkan dengan yang lain yaitu genotipe F (BC 41399) pada peringkat pertama, Genotipe A (BIO 9900) pada peringkat kedua, dan Genotipe K (P-12) pada posisi ketiga Sehingga dari hasil ini dapat dipertimbangkan ada empat genotipe yang stabil. Hasil biplot AMMI-2 ini juga memberikan informasi mengenai genotipegenotipe yang spesifik lingkungan berdasarkan karakteristik agronomi hasil panen. Genotipe-genotipe yang spesifik lingkungan dapat diamati dari poisisi genotipe tersebut terhadap lingkungan tanam. Jika genotipe-genotipe tersebut berdekatan dengan lingkungan tanam tertentu maka genotipe tersebut dinyatakan spesifik lingkungan menurut karakteristik agronomi yang diamati. Artinya bahwa karakteristik agronomi yang diamati dari genotipe yang bersangkutan berkorelasi positif dengan kondisi lingkungan tanam atau perubahan respon karakteristik agronomi yang diamati mengikuti perubahan kondisi lingkungan tanaman. Misal untuk genotipe B (BIO 1263) bersifat spesifik lingkungan L5 (Sido Waras), artinya bahwa untuk genotipe B (BIO 1263) , perubahan hasilnya selaras dengan perubahan kondisi lingkungan pada L5 (Sido Waras). Dari Gambar 4 juga terlihat genotipe J (BISI-2) spesifik lingkungan pada lingkungan L3 (Moncongloe Bulu). Biplot AMMI-2 juga menunjukkan bahwa dipandang dari karakteristik agronomi hasil Genotipe I (BIO 9899), L(C -7) dan J (BISI-2) membentuk satu kelompok dan memilki hasil yang relatif baik pada lingkungan L16 (Jambu Timur) dan L3 (Moncongloe Bulu). Hasil Biplot AMMI-2 juga memperlihatkan bahwa genotipe D (BC 42521) berada pada posisi terluar. Ini artinya bahwa dilihat dari karakteristik hasil genotipe ini memiliki keragaman yang paling tinggi. Selain itu genotipe D (BC 42521) juga tercatat sebagai genotipe dengan rataan hasil terbesar. Gambar 5 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Hasil Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan Stabilnya genotipe F (BC 41399), A (BIO 9900), K(P-12), BC 42683 juga dapat dilihat dari keselarasan nilai rata-rata hasil keempat genotipe tersebut pada setiap lingkungan dengan rata-rata keseluruhan genotipe. Pada Gambar 5 tampak bahwa keempat genotipe tersebut memiliki nilai rata-rata disekitar ratarata seluruh genotipe yang diuji pada setiap lingkungan taman. Disamping itu, pola perubahan rata-rata hasil keempat genotipe tersebut mengikuti pola perubahan rata-rata respon seluruh genotipe pada setiap lingkungan. Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen (BTK) Berat tongkol panen adalah rataan berat tongkol pada saat dipanen dalam satuan ton/ha. Rata-rata berat tongkol panen dari 12 genotipe yang di tanam pada 16 lingkungan terlihat tidak terlalu bervariasi antar genotipe seperti yang terilhat pada Gambar 6. Genotipe D (BC 42521) adalah genotipe yang memiliki rata-rata berat tongkol panen yang paling berat dan genotipe J (BISI–2) memiliki rata-rata berat tongkol paling ringan dibandingkan genotipe-genotipe yang lain. Gambar 6 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen Menurut Genotipe Faktor tempat tumbuh selain berpengaruh terhadap hasil kemungkinan juga berpengaruh terhadap berat tongkol panen. Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa dari 16 lingkungan tanam, genotipe-genotipe yang ditanam di lingkungan 16 (Jambu Timur) dan lingkungan 1 (Ketaon) umumnya memiliki berat tongkol yang paling ringan dibandingkan dengan genotipe yang di taman di lingkungan lain. Sedangkan genotipe-genotipe yang di tanam di lingkungan 6 (Brodot) dan lingkungan 7 (Wringin Songo) memiliki rata-rata berat tongkol yang paling berat. Gambar 7 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen MasingMasing Genotipe Menurut Lingkungan Tanam Analisis AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen Hasil deskripsi mengenai rata-rata berat tongkol panen 12 genotipe yang ditanam pada 16 lingkungan tanam menunjukkan bahwa ada kecenderungan perbedaan respon berat tongkol panen antara genotipe jagung dan lingkungan tanam. Dengan analisis ragam gabungan dapat diketahui tingkat perbedaan ratarata berat tongkol panen antar genotipe dan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis ragam gabungan pada Tabel 3 jika diuji pada taraf nyata 5% ada perbedaan rata-rata berat tongkol panen antara genotipe dan lingkungan. Ini dapat dilihat dari nilai-p yang kurang dari 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis genotipe dan lingkungan tempat tumbuh sangat bepengaruh terhadap berat tongkol panen. Tabel 3 Hasil Analisis AMMI untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen Sumber Keragaman DF JK KT F Nilai-p Genotipe 11 3.150 0.287 15.70 0.000 Lingkungan 15 162.360 10.824 120.79 0.000 Ulangan(Lingkungan) 32 2.870 0.090 4.90 0.000 Interaksi 165 7.370 0.045 2.45 0.000 KUI1 25 2.700 0.108 5.91 0.000 KUI2 23 1.480 0.065 3.53 0.000 KUI3 21 1.200 0.057 3.12 0.000 KUI4 19 0.580 0.031 1.68 0.037 KUI5 17 0.480 0.029 1.56 0.073 Sisa 60 0.920 0.015 0.84 0.792 Galat 352 6.430 0.018 Total Terkoreksi 575 182.180 0.317 Hasil analisis ragam gabungan juga menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara genotipe dan lingkungan berbeda nyata pada taraf nyata 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa genotipe-genotipe yang di tanam pada lingkungan tanam berbeda memberikan memiliki berat tongkol yang berbeda. Penguraian dugaan pengaruh interaksi menghasilkan empat akar ciri tidak nol pada taraf nyata 5% yaitu 0.708, 0.354, 0.277, dan 0.233, Kontribusi masingmasing akar ciri terhadap jumlah kuadrat interaksi adalah 35.38%, 17.69%, 13.83%, dan 11.64%. Intepretasi Model AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen Biplot antara rata-rata berat tongkol panen dengan KUI1 yang dinamakan sebagai Bipot AMMI-1 merupakan tampilan grafis yang meringkas informasi pengaruh utama genotipe dan lingkungan yaitu pada sumbu rataan dan pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan pada sumbu KUI1. Genotipe yang letaknya satu titik pada sumbu datar berarti mempunyai pengaruh utama yang sama dan jika terletak pada satu titik pada sumbu tegak berarti mempunyai pengaruh interaksi yang sama. Hasil biplot antara KUI1 dengan rata-rata berat tongkol panen pada Gambar 8 memeperlihatkan bahwa Genotipe D (BC 42521) memiliki rata-rata berat tongkol panen yang paling berat dan genotipe J (BISI–2) adalah genotipe dengan rata-rata berat tongkol panen yang paling ringan. Melalui Biplot AMMI-1 terlihat bahwa genotipe K (P–12), E (BC 42683), H (BC 42882–A), L (C-7), dan B (BIO 1263) mempunyai rata-rata berat tongkol panen yang sama namun pengaruh interaksinya dengan lingkungan berbeda. Misalkan genotipe K (P–12) berinteraksi positif dengan lingkungan L9 (Cempedak Lobang) sedangkan genotipe L (C-7), B (BIO 1263) berinteraksi negatif dengan lingkungan L9 (Cempedak Lobang). Gambar 8 Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen (Kg/Plot), (+) Rata-Rata Umum Struktur interaksi antara genotipe dan lingkungan dapat dilihat dari Biplot AMMI-2 yaitu plot antara KUI1 dengan KUI2. Hasil biplot ini dapat mengambarkan keragaman interaksi genotipe × lingkungan untuk karakteristik agronomi berat tongkol panen sebesar 56.7%. Keragaman interaksi yang dijelaskan oleh model AMMI-2 relatif besar karena nilainya lebih besar dari 50%. Gambar 9 Biplot AMMI 2 Untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen (56.7%) Hasil Biplot AMMI-2 memperlihatkan bahwa ada dua genotipe yang mempunyai respon relatif stabil terhadap ke-16 lingkungan tanam yaitu genotipe F (BC 41399) dan genotipe I (BIO 9899) seperti yang tersaji pada Gambar 9. Genotipe yang mempunyai respon yang relatif stabil adalah genotipe-genotipe yang posisinya berada di dalam elips pada titik pusat. Melalui Biplot AMMI-2, terlihat pula untuk genotipe E (BC 42683) walaupun berada di luar elips, namun jaraknya dari titik pusat tidak terlalu jauh dibandingkan dengan genotipe F (BC 41399) dan genotipe I (BIO 9899). Jarak dari genotipe-genotipe terhadap titik pusa dapat dilihat dari Indeks Stabilitas AMMI (ISA) yaitu melihat posisi relatif genotipe-genotipe terhadap titik pusat Biplot AMMI-2. Indeks stabilitas AMMI dan rangking stabilitas genotipe dapat dilihat pada Tabel 4. Jika diperhatikan dari Indeks Stabilitas AMMI, tiga genotipe yang memiliki posisi paling dekat dengan titik pusat yaitu genotipe F (BC 41399) pada peringkat pertama, genotipe I (BIO 9899) pada peringkat kedua dan genotipe E (BIO 9899) pada posisi ketiga. Ketiga genotipe ini dapat diidenfitikasi sebagai genotipe-genotipe paling stabil. Tabel 4 Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen A BIO 9900 Karakteristik Berat Tongkol Panen ISA Rank 0.28 5 B BIO 1263 0.70 11 C BIO 1169 0.27 4 D BC 42521 0.62 9 E BC 42683 0.23 3 F BC 41399 0.15 1 G BC 2630 0.67 10 H BC 42882–A 0.46 8 I BIO 9899 0.16 2 J BISI–2 0.86 12 K P–12 0.44 7 L C 7 0.33 6 Kode Genotipe Hasil Biplot AMMI-2 ini juga memberi informasi genotipe-genotipe yang spesifik lingkungan. Genotipe-genotipe yang spesifik lingkungan adalah yang berada di luar elips pusat dan posisinya berdekatan dengan lingkungan tertentu. Genotipe spesifik lingkungan juga dapat dilihat dari keberadaan genotipe-genotipe tersebut di dalam elips pada lingkungan terluar. Misal untuk genotipe B (BIO 1263) dilihat dari karakteristik berat tongkol panen relatif spesifik lingkungan pada lingkungan L3 (Moncongloe Bulu). Ini artinya bahwa karakteristik agronomi berat tongkol panen genotipe B (BIO 1263) memiliki korelasi positif dengan lingkungan L3 (Moncongloe Bulu) atau pada lingkungan L3 (Moncongloe Bulu) genotipe B (BIO 1263) memiliki berat tongkol panen di atas rata-rata umum. Selain genotipe B (BIO 1263) masih banyak genotipe yang terlihat spesifik lingkugan diantaranya adalah genotipe J (BISI-2) yang spesifik lingkungan berdasarkan karakteritik berat tongkol panen pada lingkungan L5 (Sidowaras). Biplot AMMI-2 juga memperlihatkan bahwa genotipe D (BC 42521) berada pada posisi terluar. Genotipe ini memiliki berat tongkol panen paling berat dibandingkan dengan genotipe-genotipe yang lain. Selain itu, genotipe A (BIO 9900), C (BIO 1169) dan K (P-12) dan D (BC 42521) posisinya relatif berdekatan dan memberikan berat tongkol panen yang relatif tinggi pada lingkungan L1 (Ketaon), L11 (Kalikotes), dan L14 (Yoso Mulyo). Jika diperhatikan ada kemiripan antara Biplot AMMI-2 antara karakteristik agronomi hasil dan berat tongkol panen. Ini dimungkinkan karena diduga berat tongkol panen merupakan indiaktor stabilitas utama dari hasil. Ini akan dibuktikan pada bagian penjelasan interaksi genotipe × lingkungan menggunakan model persamaan struktural yang dikenal dengan MPS-AMMI. Gambar 10 Rata-Rata Karakteristik Berat Agronomi Tongkol Panen Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan Stabilnya genotipe F (BC 41399), I (BIO 9899) dan E(BIO 9899) juga dapat dilihat dari nilai rata-rata berat tongkol panen ketiga genotipe tersebut pada setiap lingkungan. Pada Gambar 10 tampak bahwa ketiga genotipe tersebut memiliki nilai rata-rata disekitar rata-rata seluruh genotipe pada setiap lingkungan taman. Disamping itu, pola perubahan rata-rata berat tongkol panen kedua genotipe tersebut mengikuti pola perubahan rata-rata respon seluruh genotipe pada setiap lingkungan. Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (KAP) Kadar air panen merupakan kadar air dari hasil panen jagung dalam persentase yang diukur pada saat panen. Hasil rata-rata kadar air panen 12 genotipe yang di tanam pada 16 lingkungan cukup bervariasi antar genotipe. Genotipe G (BC 42521) memiliki rata-rata persentase kadar air panen yang paling tinggi. Sedangkan yang paling rendah adalah genotipe C (BIO 1169) seperti yang terlihat pada Gambar 11. Gambar 11 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (%) Menurut Genotipe Gambar 12 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (%) MasingMasing Genotipe Menurut Lingkungan Tanam Faktor tempat tumbuh juga dinilai berpengaruh terhadap karakteristik agronomi kadar air panen. Rata-rata kadar air panen untuk setiap genotipe pada setiap lokasi menunjukkan bahwa genotipe-genotipe yang ditanam di lingkungan 10 (Pabuaran) umumnya memiliki persentase kadar air yang paling tinggi. Sedangkan genotipe-genotipe yang tumbuh pada lingkungan 8 (Kuta Tengah) memiliki persentase kadar air panen yang lebih rendah dibandingkan genotipe yang di taman di lingkungan lain. Analisis AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen Hasil deskripsi persentase kadar air panen untuk setiap genotipe pada setiap lingkungan menunjukkan bahwa ada kecenderungan perbedaan respon kadar air panen antara genotipe jagung dan lingkungan tanam. Melalui analisis ragam gabungan dapat diketahui tingkat perbedaan rata-rata persentase kadar air panen antar genotipe dan lingkungan. Tabel 5 Hasil Analisis AMMI untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen Sumber Keragaman DF JK KT F Nilai-p Genotipe 11 0.691 0.063 3.63 0.000 Lingkungan 15 32.468 2.165 58.03 0.000 Ulangan(Lingkungan) 32 1.194 0.037 2.16 0.000 Interaksi 165 6.004 0.036 2.10 0.000 KUI1 25 2.124 0.085 4.91 0.000 KUI2 23 1.062 0.046 2.67 0.000 KUI3 21 0.830 0.040 2.28 0.001 KUI4 19 0.699 0.037 2.12 0.004 KUI5 17 0.604 0.036 2.05 0.009 KUI6 15 0.294 0.020 1.13 0.325 Sisa 45 0.391 0.009 0.50 0.997 Galat 352 6.092 0.017 Total Terkoreksi 575 46.449 0.081 Berdasarkan hasil analisis ragam gabungan pada Tabel 5, jika diuji pada taraf nyata 5% dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata kadar air panen antara genotipe dan lingkungan. Ini dapat dilihat dari nilai-p yang kurang dari 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis genotipe dan lingkungan tempat tumbuh sangat bepengaruh terhadap kadar air panen jagung. Hasil analisis ragam gabungan juga menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara genotipe dan lingkungan berbeda nyata pada taraf nyata 5%. Ini berarti ada perbedaan rata-rata kadar air panen tanaman jagung dari suatu genotipe yang ditaman pada lingkungan yang berbeda. Penguraian dugaan pengaruh interaksi menghasilkan lima akar ciri tidak nol pada taraf nyata 5% yaitu 0.901, 0.494, 0.370, 0.195 dan 0.161, Kontribusi masing-masing akar ciri terhadap jumlah kuadrat interaksi adalah 36.64%, 20.11%, 16.26%, 7.93% dan 6.57%. Intepretasi Model AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen Biplot antara rata-rata persentase kadar air panen dengan KUI1 sebagai Bipot AMMI-1 merupakan tampilan grafis yang meringkas informasi pengaruh utama genotipe dan lingkungan yaitu pada sumbu rataan dan pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan pada sumbu KUI1. Genotipe yang letaknya satu titik pada sumbu datar berarti mempunyai pengaruh utama yang sama dan jika terletak pada satu titik pada sumbu tegak berarti mempunyai pengaruh interaksi yang sama. Hasil plot antara KUI1 dengan rata-rata kadar air panen pada Gambar 13 Memeperlihatkan bahwa Genotipe G (BC 42521) memiliki rata-rata persentase kadar air panen yang paling tinggi. Sedangkan yang paling rendah adalah genotipe C (BIO 1169) . Terlihat bahwa Genotipe L (C–7), J (BISI–2) dan K (P–12) mempunyai rata-rata kadar air panen yang sama namun pengaruh interaksinya dengan lingkungan berbeda. Misalkan genotipe L (L–7) berinteraksi positif dengan lingkungan L1 (Ketaon) sedangkan genotipe K (P-12), berinteraksi negatif dengan lingkungan L1 (Ketaon) Gambar 13 Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (Kg/Plot), (+) Rata-Rata Umum Struktur interaksi antara genotipe dan lingkungan dapat dilihat dari Biplot AMMI-2 yaitu plot antara KUI1 dengan KUI2. Hasil biplot ini dapat mengambarkan keragaman interaksi genotipe × lingkungan untuk kadar air panen sebesar 53.1%. Gambar 14 Biplot AMMI-2 Untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen (53.1%) Hasil Biplot AMMI-2 memperlihatkan bahwa ada tiga genotipe yang mempunyai respon relatif stabil terhadap ke-16 lingkungan yaitu genotipe D (BC 42521), Genotipe H (BC 42882-A), dan F (BC 41399), seperti yang tersaji pada Gambar 14. Genotipe yang mempunyai respon yang stabil adalah genotipegenotipe yang posisinya berada di dalam elips pada titik pusat. Genotipe-genotipe paling stabil juga dapat dilihat dari rangking stabilitas genotipe dengan menggunakan Indeks Stabilitas AMMI (ISA) yaitu melihat posisi relatif genotipe-genotipe terhadap titik pusat Biplot AMMI-2. Tabel 6 Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen Kode Genotipe Karakteristik Kadar Air Panen ISA Rank 0.65 10 A BIO 9900 B BIO 1263 0.48 8 C BIO 1169 0.66 11 D BC 42521 0.11 1 E BC 42683 0.24 5 F BC 41399 0.19 3 G BC 2630 0.42 6 H BC 42882–A 0.19 2 I BIO 9899 0.22 4 J BISI–2 0.5 9 K P–12 0.7 12 L C 7 0.47 7 Jika diperhatikan dari Indeks Stabilitas AMMI, tiga genotipe yang memiliki posisi paling dekat dengan titik pusat yang menunjukkan genotipegenotipe yang paling stabil dibandingkan dengan yang lain yaitu genotipe D (BC 42521) pada peringkat pertama, genotipe H (BC 42882-A) pada peringkat kedua, dan F (BC 41399) pada posisi ketiga. Sehingga dari hasil ini dapat dipertimbangkan ada tiga genotipe yang stabil. Hasil biplot AMMI-2 ini juga memberi informasi genotipe-genotipe yang spesifik lingkungan. Misal untuk genotipe B (BIO 1263) dan K (P-12) relatif spesifik lingkungan pada lingkungan L10 (Pabuaran) sedangkan genotipe G (BC 2630) relatif spesifik lingkungan pada lingkungan L13 (Sambirejo). Ini artinya bahwa genotipe B (BIO 1263) dan K (P-12) memiliki kadar air penen yang relatif tinggi pada lingkungan L10 (Pabuaran) dengankan genotipe G (BC 2630) pada lingkungan L12 (Sambirejo) Stabilnya genotipe D (BC 42521), H (BC 42882-A) dan F (BC 41399) juga dapat dilihat dari nilai rata-rata persentase kadar air panen ketiga genotipe tersebut pada setiap lingkungan. Pada Gambar 15 Tampak bahwa ketiga genotipe tersebut memiliki nilai rata-rata disekitar rata-rata seluruh genotipe pada setiap lingkungan taman. Disamping itu, pola perubahan rata-rata kadar air panen kedua genotipe tersebut mengikuti pola perubahan rata-rata respon seluruh genotipe pada setiap lingkungan. Gambar 15 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis (UMF) Usia masak fisiologis diukur dari lamanya hari dimana jagung telah dinyatakan masak secara tampilan fisik. Hasil rata-rata usia masak fisiologis dari 12 genotipe yang di tanam pada 16 lingkungan relatif bervariasi. Genotipe J (BISI–2) memiliki rata-rata usia masak fisiologis yang paling lama dan genotipe dengan rata-rata usia masak fisiologis yang paling cepat adalah genotipe G (BC 2630). Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis Menurut Genotipe Gambar 17 Rata-Rata Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis MasingMasing Genotipe Menurut Lingkungan Tanam Faktor tempat tumbuh umumnya juga berpengaruh terhadap usia masak fisiologis. Hasil rataan usia masak fisiologis dari 12 genotipe yang ditanam pada 16 lingkungan tanam menunjukkan bahwa genotipe-genotipe yang ditanam di lingkungan 15 (Desa Pontang) pada musim kemarau dan lingkungan 2 (Desa Baru) umumnya memiliki usia masak fisiologis yang lebih lama dibandingkan jika di tanam di lingkungan lain. Sedangkan genotipe-genotipe yang di tanam di lingkungan 8 (Kuta Tengah) dan lingkungan 9 (Cempedak Lobang) memiliki rata-rata usia masak fisiologis yang lebih cepat. Hasil ini secara jelas dapat dilihat pada Gambar 17 Analisis AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis Hasil deskripsi usia masak fisiologis genotipe jagung menunjukkan bahwa ada kecenderungan perbedaan respon usia masak fisiologis antara genotipe jagung dan lingkungan tanam. Dengan analisis ragam gabungan dapat diketahui tingkat perbedaan rata-rata usia masak fisiologis antar genotipe dan lingkungan. Tabel 7 Hasil Analisis Ragam AMMI untuk Karekteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis Sumber Keragaman DF JK KT F Nilai-p Genotipe 11 1,75 0,1587 100,11 0,000 Lingkungan 15 53,22 3,5478 771,03 0,000 Ulangan(Lingkungan) 32 0,15 0,0046 2,90 0,000 165 5,17 0,0313 19,75 0,000 KUI1 25 2,08 0,0832 52,46 0,000 KUI2 23 1,74 0,0756 47,69 0,000 KUI3 21 0,44 0,0212 13,34 0,000 KUI4 19 0,39 0,0203 12,80 0,000 KUI5 17 0,22 0,0130 8,19 0,000 KUI6 15 0,15 0,0100 6,30 0,000 KUI7 13 0,07 0,0056 3,52 0,000 KUI8 11 0,04 0,0033 2,06 0,022 KUI9 9 0,03 0,0033 2,09 0,030 Sisa 12 0,01 0,0008 0,50 0,912 Galat 352 0,56 0,0016 Total Terkoreksi 575 60,83 0,1058 Interaksi Berdasarkan hasil analisis ragam gabungan pada Tabel 7, jika diuji pada taraf nyata 5% ada perbedaan rata-rata usia masak fisiologis antara genotipe dan lingkungan. Ini dapat dilihat dari nilai–p yang kurang dari 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis genotipe atau lingkungan tempat tumbuh sangat bepengaruh terhadap lamanya usia masak fisiologis. Hasil analisis ragam gabungan juga menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara genotipe dan lingkungan berbeda nyata pada taraf nyata 5%. Ini berarti ada perbedaan rata-rata usia masak fisiologis tanaman jagung dari suatu genotipe yang ditaman pada lingkungan yang berbeda. Penguraian dugaan pengaruh interaksi menghasilkan sembilan akar ciri tidak nol pada taraf nyata 5% yaitu 0.693, 0.580, 0.147, 0.130, 0.073, 0.050, 0.023, 0.013 dan 0.010, Kontribusi masing-masing akar ciri terhadap jumlah kuadrat interaksi adalah 40.25%, 36.66%, 8.60%, 7.47%, 4.27%, 1.41%, 0.70% dan 0.58%. Banyaknya akar ciri yang nyata pada taraf nyata 5% menujukkan bahwa struktur interaksi dari genotipe × lingkungan untuk usia masak fisiolotis relatif kompleks. Intepretasi Model AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis Biplot antara rata-rata usia masak fisiologi dengan KUI1 sebagai Bipot AMMI-1 merupakan tampilan grafis yang meringkas informasi pengaruh utama genotipe dan lingkungan yaitu pada sumbu rataan dan pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan pada sumbu KUI1. Genotipe yang letaknya satu titik pada sumbu datar berarti mempunyai pengaruh utama yang sama dan jika terletak pada satu titik pada sumbu tegak berarti mempunyai pengaruh interaksi yang sama. Hasil plot antara KUI1 dengan rata-rata usia masak fisiologis menunjukkan bahwa Genotipe J (BISI-2) memiliki rata-rata usia masak fisiologis yang paling lama dan genotipe dengan rata-rata usia masak fisiologis yang paling cepat adalah genotipe G (BC 2630). Melalui Gambar 18 terlihat bahwa genotipe D (BC 42521), F (BC 41399), dan H (BC 42882–A) mempunyai rata-rata usia masak fisiologis yang sama namun pengaruh interaksinya dengan lingkungan berbeda. Misalkan genotipe D (BC 42521) berinteraksi positif dengan L10 (Paburuan) sedangkan genotipe J (BISI–2) berinteraksi Gambar 18 Biplot AMMI-1 Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis, (+) Rata-rata Umum Struktur interaksi antara genotipe dan lingkungan dapat dilihat dari Biplot AMMI-2 yaitu plot antara KUI1 dengan KUI2. Hasil biplot ini dapat mengambarkan keragaman interaksi sebesar 73.9%. Gambar 19 Biplot AMMI-2 Untuk Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis (73.9%) Dari hasil Biplot AMMI-2, terlihat bahwa ada dua genotipe yang mempunyai respon yang stabil terhadap ke-16 lingkungan yaitu genotipe F (BC 41399) dan genotipe E(BC 42683). Genotipe yang mempunyai respon yang stabil adalah genotipe-genotipe yang posisinya berada di dalam elips pada titik pusat. Dapat diperhatikan pula untuk Genotipe I (BIO 9899) walaupun berada di luar elips, tetapi jaraknya dari titik pusat tidak terlalu jauh dibandingkan dengan genotipe F (BC 41399) dan Genotipe E (BC 42683). Ini juga dapat dilihat dari rangking stabilitas genotipe dengan menggunakan Indeks Stabilitas AMMI yaitu melihat posisi relatif genotipe-genotipe terhadap titik pusat Biplot AMMI-2. Tabel 8 Indeks Stabilitas AMMI Untuk Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis Kode Genotipe Karakteristik Usia Masak Fisiologis ISA Rank 0.42 9 A BIO 9900 B BIO 1263 0.34 8 C BIO 1169 0.28 6 D BC 42521 0.78 11 E BC 42683 0.12 2 F BC 41399 0.10 1 G BC 2630 0.28 5 H BC 42882–A 0.32 7 I BIO 9899 0.23 3 J BISI–2 0.78 12 K P–12 0.44 10 L C 7 0.25 4 Jika diperhatikan dari Indeks Stabilitas AMMI, tiga genotipe yang memiliki posisi paling dekat dengan titik pusat yang menunjukkan genotipegenotipe yang paling stabil dibandingkan dengan yang lain yaitu genotipe F (BC 41399) pada peringkat pertama, Genotipe E (BC 42683) pada peringkat dua dan I (BIO 9899) pada posisi ketiga. Sehingga dari hasil ini dapat dipertimbangkan ada tiga genotipe yang stabil. Hasil biplot AMMI-2 ini juga memberi informasi genotipe-genotipe yang spesifik lingkungan. Misal untuk genotipe J (BISI–2) relatif spesifik lingkungan pada lingkungan L9 (Cempedak Lobang) dan di Lingkungan L8 (Kuta Tengah). Ini artinya bahwa genotipe J (BISI-2) memiliki usia masak fisiologis di atas ratarata pada kedua lingkungan tanam ini. Gambar 19 juga terlihat bahwa genotipe A ( BIO 9900), B (BIO 1263), K (P-12), dan G (BC 2630) membentuk satu kelompok. Keempat genotipe ini terlihat berdekatan dengan lingkungan tanam L4 (Yoso Mulyo), L5 (Sido Waras), dan L15 (Pontang) Gambar 20 Rata-Rata Berat Usia Masak Fisiologis Genotipe Stabil Pada 16 Lingkungan Stabilnya genotipe F (BC 41399), E(BIO 9899) dan I (BIO 9899) juga dapat dilihat dari nilai rata-rata rata-rata usia masak fisiologis ketiga genotipe tersebut pada setiap lingkungan. Pada Gambar 20 Tampak bahwa ketiga genotipe tersebut memiliki nilai rata-rata disekitar rata-rata seluruh genotipe pada setiap lingkungan taman. Disamping itu, pola perubahan rata-rata berat tongkol panen kedua genotipe tersebut mengikuti pola perubahan rata-rata respon seluruh genotipe pada setiap lingkungan. Perbandingan Hasil Klasifikasi Genotipe antara Karakteristik Telah diurakan pada bagian sebelumnya hasil analisis daya adaptasi tanaman berdasarkan hasil, berat tongkol, kadar air panen, dan usia masak fisiologis. Tabel 9 Hasil Klasifikasi Genotipe Berdasarkan Keempat Karakteristik Respon Lingkungan HSL BTK KAP UMF Genotipe Spesifik Lingkungan L1 Ketaon D,K L2 Kemiri D,C L3 Moncongloe Bulu I,L,J B L4 Yoso Mulyo-H D,C C,A L5 Sido waras B L,J L6 Brodot L7 Wringinsongo H,G L8 Kuta Tengah-H H,G L9 Cempedak Lobang L10 Pabuaran L11 Kalikotes C,D L12 Kuta Tengah-K C,D L13 Sambirejo L14 Yoso Mulyo-K L15 Pontang L16 Jambu Timur E,L G C I,J G,B,K G,B,K A A H,G I,J H C,D H, J B,K D,C G,C L G,C L C,A C,A G,B,K ,D I,L,J H, J A, L L,J L, E A, L Genotipe Stabil F,A,K,E F,I,E D, H,F F,E,I Tabel 9 menunjukkan klasifikasi genotipe stabil dan genotipe spesifik lingkungan yang diperoleh dari kombinasi ISA dan Biplot AMMI. Telihat bahwa genotipe stabil untuk hasil adalah BC 41399 (F), BIO 9900 (A), P-12 (K) dan BC 42683 (E). Sedangkan untuk berat tongkol panen adalah BC 41399 (F), BIO 9899 (I) dan BC 42683 (E). Untuk karakteristik kadar air panen BC 42521(D), BC 4288-2 (H), dan BC 41399 (F), Selanjutnya untuk usia masak fisiologis BC 41399 (F), BC 42683 (E) dan BIO 9899 (I). Jika diperhatikan genotipe BC 41399 (F), BIO 9899 (I) dan BC 42683 (E) adalah genotipe yang relatif stabil dilihat dari komonen hasil dan hasil. Identifikasi genotipe stabil ini kurang baik jika hanya mempertimbangkan hasil semata. Namun sebelum memutuskan ketiga genotipe tersebut stabil harus ditunjukkan bahwa karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen, dan berat tongkol tersebut secara nyata merupakan indikator stabilitas hasil dengan MPS-AMMI. Analisis Interaksi Genotipe u Lingkungan Menggunakan Model Persamaan Struktural (MPS-AMMI) Pada percobaan multilokasi, nyatanya pengaruh interaksi genotipe×lingkungan hasil menyatakan bahwa genotipe-genotipe memberikan hasil yang berbeda untuk perubahan lingkungan tanam. Perbedaan respon genotipe-genotipe ini tidak terlepas dari tingginya keragaman lingkungan makro untuk lingkungan tanam. Hasil ini memberikan gambaran bahwa bahwa faktor lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap nyatanya IGL hasil. Selain faktor lingkungan, nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan untuk hasil juga dimungkinkan dipengaruhi oleh nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan beberapa karakteristik agronomi karena hasil merupakan akumulasi respon dari beberapa karakteristik agronomi terhadap kondisi lingkungan (Tai dalam Dhungana, 2004). Untuk memberikan penjelasan secara komprehensif bagaimana IGL hasil dipengaruhi oleh beberapa IGL karakteristik agronomi dan kombinasi kovariat genotipik dengan lingkungan akan dijelaskan melalui penggabungan metode AMMI dengan model persamaan struktural yang disebut dengan MPS-AMMI. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dalam analisis MPS dilibatkan peubah eksogen dan peubah endogen. Peubah eksogen dalam penelitian ini adalah kovariat genotipik × lingkungan. Kovariat genotipik yang digunakan adalah rataan dari karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen dan berat tongkol panen, sedangkan kovariat lingkungan adalah tinggi lokasi dan musim. Peubah endogennya adalah IGL karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen dan berat tongkol panen dan IGL hasil. Skor laten endogen dalam MPS diperoleh dari dekomposisi singular matriks interaksi. Melalui dekomposisi ini diperoleh pola IGL yang sebenarnya dari karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen dan hasil karena telah dipisahkan dari komponen galatnya (noise). Skor IGL untuk keempat karakteristik agronomi menggunakan lima komponen utama interkasi sesuai hasil pengujian postdictive success untuk hasil dan proporsi keragaman yang dijelaskan lebih dari 80%. Tabel 10 Proporsi Keragaman Interaksi Genotipe × Lingkungan Karakteristik Agronomi Tanaman Jagung Kum 0.402 Kadar Air Panen Prop Kum 0.354 0.354 Berat Tongkol Prop Kum 0.366 0.366 Prop 0.329 Kum 0.329 0.337 0.739 0.177 0.531 0.201 0.567 0.189 0.518 21 0.086 0.825 0.138 0.669 0.163 0.73 0.145 0.662 KUI 4 19 0.075 0.900 0.116 0.785 0.079 0.809 0.113 0.775 KUI 5 17 0.043 0.942 0.101 0.886 0.066 0.875 0.082 0.857 Usia Masak Komponen AMMI DF KUI 1 25 Prop 0.402 KUI 2 23 KUI 3 Hasil Keterangan : Prop. : Proporsi, Kum : Kumulatif Dari lima komponen utama yang diambil dapat menjelaskan 94.2%, 88.6%, 87.5% dan 85.7% keragaman pengaruh interaksi untuk masing-masing IGL usia masak fisiologis (UMF), kadar air panen (KAP), berat tongkol (BTK) dan hasil (HSL) seperti yang tersaji pada Tabel 10. Peubah eksogennya merupakan kombinasi kovariat × lingkungan diperoleh dari perkalian silang nilai rataan kakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen dan berat tongkol dengan nilai faktor lingkungan kemudian disesuaikan terhadap pengaruh utama seperti pada penyesuaian untuk mendapatkn skor IGL. Penggunaan kombinasi kovariat genotipik × lingkungan dalam model bertujuan untuk mengetahui pada karakteristik agronomi dan kondisi lingkungan yang bagaimana genotipe memberikan hasil yang relatif tinggi.Sehingga hasil penelitian ini dapat juga dimanfaatkan untuk kajian peningkatan hasil produksi tanaman. Setelah diperoleh skor-skor untuk peubah ekosogen dan laten endogen selanjutnya dilakukan pemodelan persamaan struktural. Sebelum dilakukan pendugaan parameter MPS, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi normalitas ganda sebagai salah satu asumsi terpenting dalam pendugaan parameter MPS. Jika asumsi normal ganda terpenuhi maka pendugaan parameter dalam MPS dapat menggunakan metode Maximum Likelihood. Jika tidak, pendugaan dapat menggunakan metode Weighted Least Square. Uji normalitas ganda dilakukan dengan QQ-plot dan uji Mardia yaitu menggunakan statistik kurtosis. Dari QQ-plot pada Gambar 21. terlihat bahwa plot antara nilai jarak kuadrat mahalanobis (di2) dengan nilai Chi-Square tidak menyebar mengikuti garis lurus yang mengindikasikan data tidak menyebar normal ganda. Sedangkan melalui uji Normalitas ganda menggunakan uji Mardia menghasilkan nilai critical ratio kurtosis (c.r) sebesar 61.865. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai normal baku pada taraf nyata 5% yaitu 1.960. Hasil ini menunjukkan bahwa data tidak menyebar normal ganda. Karena data tidak menyebar normal ganda pendugaan parameter dilakukan dengan metode Weighted Least Square (WLS) dalam LISREL atau Asymptotially Free Distribution (ADF) dalam AMOS. Gambar 21 QQ-Plot Untuk Uji Normal Ganda Hasil pendugaan parameter model MPS-AMMI ditunjukkan pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 Koefisien Lintas MPS-AMMI Hubungan Antar Peubah η1(UMFI) <--- Kovariat UMF × Musim η1(UMFI) <--- Kovariat UMF × Tinggi Lokasi η2(KAPI) <--- η1(UMFI) η2(KAPI) <--- Kovariat KAP × Tinggi Lokasi η2(KAPI) <--- Kovariat KAP × Musim η3(BTKI) <--- η2(KAP) η3(BTKI) η3(BTKI) η3(BTKI) η3(BTKI) η3(BTKI) η3(BTKI) η4(HSL) η4(HSL) η4(HSL) η4(HSL) η4(HSL) η4(HSL) UMFI KAPI BTKI HSLI Nilai Kekeliruan Nilai t Dugaan Standar hitung. Nilai –P 0.393 0.021 18.421 0.000 0.741 0.023 31.578 0.000 -0.008 0.016 0.807 0.026 31.143 0.000 0.359 0.024 14.932 0.000 -0.226 0.050 -4.535 0.000 <--- η1(UMFI) <--- Kovariat BTK × Musim -0.101 0.039 -2.603 0.009 0.634 0.034 18.522 0.000 <--- Kovariat BTK × Tinggi Lokasi <--- Kovariat KAP × Tinggi Lokasi <--- Kovariat UMF × Tinggi Lokasi <--- Kovariat KAP × Musim <--- η2(KAP) 0.479 0.055 8.769 0.000 0.244 0.048 5.119 0.000 0.093 0.042 2.192 0.028 0.080 0.029 2.766 0.006 -0.204 0.021 -9.636 0.000 <--- η3(BTKI) <--- η1(UMFI) 0.921 0.032 28.999 0.000 0.331 0.074 4.447 0.000 <--- Kovariat UMF × Musim <--- Kovariat BTK × Musim <--- Kovariat UMF × Tinggi Lokasi <--- η1(UMFI) <--- η2(KAPI) -0.283 0.054 -5.263 0.000 -0.103 0.048 -2.155 0.031 -0.262 0.071 -3.703 0.000 <--- η3(BTKI) <--- η4(HSLI) 0.942 0.886 0.875 0.857 -.485 0.628 Pemilihan peubah eksogen yaitu kombinasi kovariat genotipik × lingkungan yang dimasukkan ke dalam model dilakukan melalui prosedur maju (forward selection procedure) yaitu memasukkan satu-persatu peubah eksogen ke dalam model kemudian dilakukan evaluasi taraf nyatanya dan uji kecocokan model. Jika dengan memasukkan peubah eksogen tertentu peubah tersebut memberikan pengaruh secara nyata dan model cocok, maka peubah tersebut dipertahankan dalam model jika tidak peubah tersebut dikeluarkan dari model. Hasil analisis MPS menunjukkan bahwa nyatanya pengaruh IGL hasil pada percobaan multilokasi dipengaruhi oleh IGL usia masak fisiologis, kadar air panen, dan berat tongkol panen dengan pengaruh langsung yang distandarkan masing-masing adalah 0,331, -0,204, 0,921 seperti yang terlihat pada Gambar 22. hD&yD <WyD ζ1 ε hD&/ d<yD η1 ε η2 <W/ η4 ζ2 η3 hD&yd > ,^>/ ε ζ4 <Wyd > d<yd > d</ ε ζ3 χ W s ZD^ Gambar 22 Diagram Lintas MPS-AMMI Keterangan : *) nyata pada taraf nyata 5%; **) nyata pada taraf nyata 1%; ***) nyata pada taraf nyata lebih kecil dari 1%. Diagram lintas di atas dapat diterjemahkan ke dalam model persamaan struktural sebagai berikut : Model Pengukuran y1=0,942η1+0,336ε1 y2=0,886η2+0,464ε2 y3=0,875η3+0,484ε3 y4=0,857η4+0,515ε4 Model Struktural η1= 0,393XUMFxMusim + 0,741XUMFxTinggiLok + 0,338ζ1 η2= -0,008η1 + 0,359XKAPxMusim + 0,807XKAPxTinggiLok + 0,429ζ2 η3= -0,101η1 - 0,226η2 + 0,080XKAPxMusim + 0,634XBTKxMusim + 0,093XUMFxTinggiLok + 0,244XKAPxTinggiLok + 0,479XBTKxTinggiLok + 487ζ3 η4= 0,331η1 – 0,204η2 +0,921η3 -0,283XUMFxMusim -0,103XBTKxMusim – 0,262XUMFxTinggiLok + 0,528ζ4 Melalui Tabel 11 dan Gambar 22 di atas terlihat untuk koefisien lintas dari peubah IGL usia masak fisiologis (UMF) terhadap IGL kadar air panen (KAP) tidak nyata pada taraf nyata 5%. Sedangkan untuk peubah yang lain semuanya nyata. Hasil ini mengindikasikan bahwa perubahan-perubahan dari respon genotipe untuk kadar air panen untuk lingkungan tanam yang berbeda tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan usia masak fisiologis genotipe-genotipe pada lingkungan tanam berbeda. Tabel 12 Nilai Kecocokan Model Absolute fit measure Degrees of Freedom Minimum Fit Function Chi-Square Goodness of Fit Index (GFI) Root Mean Square Residual (RMR) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) 90 Percent Confidence Interval for RMSEA Incremental Fit Measures Nilai 12 18.201 (P = 0.110) 0.988 0.035 0.030 Kriteria Keterangan P>0.05 Model Cocok > 0.90 <0.05 <0.05 Model Cocok Model Cocok Model Cocok (0.00 ; 0.056) Model Cocok Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Normed Fit Index (NFI) Parsimonious Fit Measures 0.946 >0.90 Model Cocok 0.980 >0.90 Model Cocok Parsimony Normed Fit Index (PNFI) Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) 0.261 0.216 0-10 0-10 Model Cocok Model Cocok Tabel 12 di atas menunjukkan hasil pengujian kecocokan model baik dengan menggunakan Absolute fit measure, Incremental Fit Measure, dan Parsimonious Fit Measure. Melalui ketiga kriteria uji tersebut model dapat dinyatakan cocok dengan data (closed fit). Ini artinya bahwa model yang dibangun mampu menjelaskan keragaman data dengan baik sehingga kesimpulankesimpulan dari hasil analisis ini dapat diterima. Tabel 13 di bawah menunjukkan pengaruh langsung dan tak langsung dari peubah eksogen yaitu kovariat genotipik × lingkungan, dan peubah endogen IGL usia masak fisiologis, IGL kadar air panen, dan IGL berat tongkol terhadap IGL hasil. Tabel 13 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total Terhadap IGL Hasil Pengaruh Tidak Pengaruh Langsung Langsung Total 0.331 -0.090 0.241 0.886 -0.204 -0.209 -0.413 0.816 0.921 - 0.921 0.763 Kovariat UMF × Tinggi Lokasi -0.262 0.264 0.002 Kovariat UMF × Musim -0.283 0.095 -0.188 Kovariat KAP × Tinggi Lokasi - -0.108 -0.108 Kovariat KAP × Musim - -0.074 -0.074 Kovariat BTK × Tinggi Lokasi - 0.441 0.441 -0.103 0.584 0.481 Peubah Peubah Latent η1. terkait η2. terkait η3. terkait R2 dengan UMFI Peubah Latent dengan KAPI Peubah Latent dengan BTKI Kovariat BTK × Musim IGL Hasil 0.721 Tabel di atas menjelaskan pengaruh langsung, tidak langsung dan pengaruh total dari IGL karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen dan kombinasi kovariat genotipik × lingkungan erhadap IGL Hasil. Pengaruh langsung merupakan pengaruh dari satu peubah secara langsung tanpa melalui peubah lain. Sedangkan pengaruh tidak langsung adalah pengaruh dari satu peubah kepada peubah respon melalui peubah lain. Pengaruh langsung terbesar dari IGL karakteristik agronomi terhadap IGL hasil diberikan oleh IGL berat tongkol panen dan yang paling kecil dibarikan oleh IGL kadar air panen, namun tingginya pengaruh tidak langsung IGL kadar air panen terhadap IGL hasil menyebabkan pengaruh total dari IGL kadar air panen menjadi lebih besar dibandingkan dengan IGL usia masak fisiologis. Sedankan dari kombinasi kovariat genotipik × lingkungan, pengaruh langsung terbesar dibarikan oleh Kovariat UMF × Musim dan terendah oleh Kovariat BTK × Musim. Dari model MPS ini juga dapat diketahui keragaman dari IGL usia masak fisiologis, IGL kadar air panen, dan IGL berat tongkol panen dan IGL hasil yang dapat dijelaskan oleh model secara berurutan adalah 0,886, 0,816, 0,763 dan 0,721 dengan keragaman total dihitung dari nilai Q2 adalah sebesar 0,999. Besarnya nilai-nilai ini menunjukkan bahwa model yang dianalisis dapat menjelaskan keterkaitan antara IGL komponden hasil, pengaruhnya terhadap hasil dan mampu menjelaskan pengaruh kombinasi kovariat genotipik × lingkungan terhadap IGL hasil. Jika dikaitkan dengan indikator stabilitas, karena pengaruh total terbesar diberikan oleh berat tongkol panen maka berat tongkol panen merupakan indikator stabilitas utama dari hasil panen. Hasil ini sesuai dengan kajian struktur interaksi yang telah dijelaskan sebelumnya. Terlihat bahwa struktur interaksi berat tongkol panen yang digambarkan dalam Biplot AMMI-2 memiki kemiripan dengan dengan struktur interaksi hasil. Selain berat tongkol panen, kadar air panen dan usia masak fisiologis juga merupakan indikator stabilitas hasil karena terbukti kadar air panen dan usia masak fisiologis memberikan pengaruh nyata dapat hasil. Tabel 14 Koefisien Korelasi Antar Kovariat UMF↔ Tinggi Lokasi Koefisein Korelasi -0.091 KAP ↔Tinggi Lokasi -0.249 0.000 BTK ↔Tinggi Lokasi -0.075 0.300 HSL ↔Tinggi Lokasi -0.444 0.000 Korelasi Kovariat Nilai p 0.211 Hasil analisis korelasi pearson di atas menujukkan adanya hubungan yang negatif antara kovariat tinggi lokasi dengan kovariat genotipik usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen dan hasil. Namun hanya kovariat genotipik berat tongkol panen dan hasil yang berhubungan nyata dengan tinggi lokasi pada taraf nyata 5 % yang ditunjukkan dari nilai P lebih kecil dari 0,05. Perhitungan korelasi antara kovaraite genotipik dengan tinggi lokasi bertujuan sebagai informasi awal dalam menginterpretasikan hasil MPS-AMMI. Pembahasan Model Persamaan Struktural – AMMI Melalui pendugaan dengan metode WLS menggunakan softawe AMOS 7 diperoleh model fit (closed fit) dengan data atau matriks peragam observasi fit dengan matriks peragam model yang ditunjukkan dari uji Chi-Square (χ2(12)=18.201, Nilai-p=0.110, RMSEA =0.030 ) yang tidak nyata dengan nilai Nilai-p lebih besar dari 0.05, dan juga nilai GFI=0.988, AGFI=0.945, NFI=0.988 lebih besar dari 0.90. Pengujian koefisien lintas secara parsial menunjukkan bahwa hanya koefisien lintas dari IGL usia masak fisiologis terhadap IGL kadar air panen yang tLGDNQ\DWDSDGDWDUDIQ\DWD 05. Pengaruh IGL Karakteristik Agronomi Terhadap IGL Hasil IGL Usia Masak Fisiologis (UMF) Hasil pendugaan parameter dengan model persamaan struktural yang diterjemahkan dalam Gambar 22, terlihat bahwa IGL usia masak fisiologis memberikan pengaruh langsung terhadap IGL hasil dengan besar pengaruh langsungnya adalah 0.331. Hasil pengujian hipotesis dengan statistik uji t-student pada taraf nyata 5% dapat ditunjukkan bahwa pengaruh langsung ini nyata. Pengaruh langsung dari IGL usia masak fisiologis terhadap IGL hasil bertanda positif artinya bahwa melalui model aditif semakin lama usia masak fisiologis maka semakin tinggi hasil panen atau genotipe-genotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata akan memiliki hasil di atas rata-rata. Selain memberikan pengaruh secara langsung terhadap IGL hasil, IGL usia masak fisiologis juga memberikan pengaruh tidak langsung melalui IGL kadar air panen dan IGL berat tongkol dengan total pengaruh tak langsungya adalah -0.090. Pengaruh tak langsung ini negatif terjadi karena pengaruh langsung dari IGL usia masak fisiologis terhadap IGL kadar air panen dan IGL berat tongkol bertanda negatif, yang artinya jika usia masak fisiologis di atas rata-rata maka kadar air panen dan berat tongkol akan semakin rendah. Adanya pengaruh tak langsung dari IGL usia masak fisiologis terhadap IGL hasil berakibat pada pengaruh total yang diberikan oleh IGL usia masak fisiologis terhadap IGL hasil yang menjadi 0.241 lebih kecil dibandingkan pengaruh langsungnya. Hasil ini memberikan informasi bahwa nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan untuk hasil salah satu faktor penyebabnya adalah interaksi genotipe × lingkungan usia masak fisiologis. Atau melalui model aditif, hasil dipengaruhi oleh usia masak fisiologis. IGL Kadar Air Panen (KAP) Terlihat pada Gambar 22 IGL Kadar Air Panen memberikan pengaruh langsung yang negatif terhadap IGL hasil dengan besar pengaruh sebesar -0.204. Pada taraf nyata 5% pengaruh dari IGL kadar air panen terhadap IGL hasil dinyatakan nyata. Sehingga dapat dinyatakan bahwa selain IGL usia masak fisiologis, IGL kadar air panen juga bertangung jawab terhadap nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan untuk hasil. Tanda negatif menunjukkan bahwa melalui model aditif semakin tinggi kadar air panen maka hasil akan semakin rendah atau gentoipe-genotipe dengan kadar air panen di atas rata-rata akan mamiliki hasil di bawah rata-rata. Hal ini dapat dijelaskan karena hasil merupakan hasil kering jagung pada kadar air dalam kisaran 15% . Sehingga jika kadar air panen terlalu tinggi akan mengurangi unsur-unsur lain dalam jagung dan selama proses pengeringan kadar air ini akan semakin berkurang dan tentunya berat keringnya lebih rendah dibandingkan jagung dengan kadar air rendah. Selain pengaruh langsung, IGL kadar air panen juga memberikan pengaruh tak langsung melalui IGL berat tongkol terhadpa IGL hasil dengan besar pengaruh tak lansungnya adalah -0.209. Sehingga total pengaruh dari IGL kadar air panen terhadap IGL hasil sebesar -0.413. IGL Berat Tongkol Panen (BTK) Terlihat dari Gambar 22 berat tongkol panen memberikan pengaruh langsung positif terbesar dibandingkan dengan IGL karakteristik agronomi yang lain. Besar pengaruh langsungnya adalah 0.921. Melalui uji hipotesis dengan statistik uji t-student diperoleh nilai nilai-p yang lebih kecil dibandingkan 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa IGL berat tongkol panen berpengaruh terhadap IGL hasil. Sehingga dapat dinyatakan bahwa selain IGL usia masak fisiologis, dan IGL kadar air panen, nyatanya pengaruh interaksi genotipe × lingkungan untuk hasil dalam analisis ragam gabungan disebabkan juga oleh IGL berat tongkol panen. Melalui model aditif dapat dijelakan bahwa semakin berat tongkol yang dipanen, maka semakin tinggi hasilnya atau genotipe-genotipe dengan berat tongkol panen di atas rata-rata akan memberikan hasil di atas rata-rata juga. Pengaruh Kombinasi Kovariat Genotipik u Lingkungan Kovariat Usia Masak Fisiologis u Musim Kombinasi kovariat usia masak fisiologis dengan musim menununjukkan pengaruh langsung yang negatif terhadap hasil sebesar -0.283. Ini artinya bahwa untuk genotipe-genotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata dan ditanam pada kondisi musim hujan akan memberikan hasil yang kurang baik dibandingkan di tanam pada musim kemarau. Selain berpengaruh langsung, kombinasi kovariat usia masak fisiologis × musim juga memberikan pengaruh tidak langsung sebesar 0.095 melalui IGL usia masak fisiologis sehigga total pengaruhnya terhadap IGL hasil adalah -0.188. Kombinasi usia masak fisiologis dengan musim memberikan pengaruh positif terhadap IGL UMF artinya bahwa usia masak fisiologis suatu genotipe akan lebih lama pada musim hujan. Analisis ini sedikit kontradiktif dengan hasil bahwa genotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata akan memberikan hasil yang lebih tinggi, namun pada musim hujan hasil akan relatif lebih rendah sedangkan pada musim hujan usia masak fisiologis akan lebih lama. Ini dapat dijelaskan bahwa secara langsung usia masak fisiologis memberikan pengaruh positif terhadap hasil namun jika pada musim hujan, walaupun usia masak fisiologis di atas rata-rata tetapi curah hujan yang tingi akan berpengaruh pada berbagai faktor seperti kadar air penen yang terlalu tinggi sehingga unsur-unsur seperti kabohidrat pada jagung akan sedikit karena kadar air yang mendominasi, selain itu pada curah hujan yang tinggi berakibat pada busuknya tongkol dan lain sebagainya yang dapat menunurunkan produktivitas hasil. Selain itu penelitian ini memiliki keterbatasan, seharusnya dalam penelitain ini dilibatkan kovariat lingkungan sesuai dengan masa tumbuh kembang benih. Semisal, curah hujan seharusnya diamati rata-rata curah hujan tiap bulan bukan secara dummy yaitu musim kemarau dan hujan karena curah hujan per bulannya mungkin memberikan dampak yang berbeda pada fase pertumbuhan benih. Kovariat Usia Masak Fisiologis u Tinggi Lokasi Kombinasi Kovariat usia masak fisiologis dengan tinggi memberikan pengaruh langsung sebesar -0.262 terhadap IGL hasil. Ini artinya bahwa genotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata ditanam pada lokasi yang relatif tinggi memberikan hasil yang relatif lebih rendah jika dibandingkan ditanam pada lokasi rendah. Hasil ini juga didukung oleh analisis korelasi antara kovariat tinggi lokasi dengan hasil. Analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara tinggi lokasi dengan hasil. Ini serta merta menyatakan bahwa semakin tinggi lokasi maka hasil juga semakin rendah. Adanya korelasi negatif antara kovariat tinggi lokasi dengan kovariat usia masak fisiologis walaupun tidak nyata pada taraf nyata 5% namun dapat dijadikan sebagai salah satu informasi bahwa usia masak fisiologis di dataran tinggi akan relatif lebih cepat dibandingkan di dataran rendah atau usia masak fisiologis akan lebih lama di dataran rendah. Informasi sebelumnya menyatakan bahwa semakin lama usia masak fisiologis maka semakin tinggi hasil. Dengan kata lain, genotipegenotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata ditanam pada dataran tinggi maka hasil produksi tanaman jagung akan relatif lebih rendah dibandingkan dengan genotipe-genotipe dengan usia masak fisiologis di atas rata-rata di tanam pada dataran rendah. Selain memberikan pengaruh langsung, kombinasi kovariat usia masak fisiologis × tinggi lokasi juga memberikan pengaruh tak langsung melalui IGL usia masak fisiologis dengan besar pengaruh tidak langsungnya adalah 0.264 sehingga total pengaruhnya adalah 0.002. Total pengaruh ini relatif kecil sehingga bisa diabaikan. Kovariat Kadar Air Panen u Musim Kombinasi kovariat kadar air panen × musim tidak memberikan pengaruh langsung terhadap IGL hasil namum memberikan pengaruh tidak langsung sebesar -0.074 melalui IGL kadar air panen dan IGL berat tongkol. Pengaruh ini tidak terlalu besar sehingga dapat diabaikan. Kovariat Kadar Air Panen u Tinggi Lokasi Kombinasi kovariat kadar air panen dengan tinggi lokasi tidak memberikan pengaruh langsung pada IGL hasil namun memberikan pengaruh tak langsung melalui IGL kadar air panen dan IGL berat tongkol dengan total pengaruh sebesar -0.108. Perngaruh negatif ini menunjukkan bahwa genotipegenotipe dengan kadar air di atas rata-rata pada lokasi tinggi akan memberkan hasil yang relatif lebih rendah dibandingkan pada dataran rendah. Kovariat Berat Tongkol Panen u Musim Kombinasi kovarait berat tongkol dengan musim memberikan pengaruh langsung sebesar -0.103 terhadap IGL hasil. Tanda negatif ini menunjukkan bahwa untuk genotipe-genotipe dengan berat tongkol di atas rata-rata dan ditanam pada musim hujan memberikan hasil yang relatif lebih rendah dibandingkan pada musim kemarau. Selain memberikan pengaruh langsung, kovariat berat tongkol panen juga memberikan pengaruh tidak langsung terhadap IGL hasil melalui IGL berat tongkol dengan besar pengaruh tak lasung adalah 0.584 sehingga total pengaruhnya adalah 0.481. Kovariat Berat Tongkol Panen u Tinggi Lokasi Kombinasi kovariat berat tonggkol dengan tinggi tidak memberikan pengaruh langsung terhadap IGL hasil namun memberikan pengaruh tidak langsung melalui IGL berat tongkol. Besar pengaruh tak langsung dari kovariat berat tongkol × tinggi lokasi terhadap IGL hasil adalah 0.441, artinya bahwa genotipe-genotipe dengan berat tongkol panen di atas rata-rata pada lokasi tinggi memberikan hasil yang lebih tinggi. Hasil ini juga didukung oleh analisis korelasi antara kovariat tinggi lokasi dengan hasil. Analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara tinggi lokasi dengan hasil. Ini serta merta menyatakan bahwa semakin tinggi lokasi maka hasil juga semakin rendah. Adanya korelasi negatif antara kovariat tinggi lokasi dengan kovariat berat tongkol panen yang nyata pada taraf nyata 5% dapat dijadikan sebagai salah satu informasi penting bahwa berat tongkol panen di dataran tinggi akan relatif lebih ringan dibandingkan di dataran rendah atau berat tongkol panen akan lebih berat di dataran rendah. Informasi sebelumnya menyatakan bahwa semakin berat berat tongkol panen maka semakin tinggi hasil. Dengan kata lain, genotipe-genotipe dengan berat tongkol panen di atas rata-rata ditanam pada dataran tinggi maka rata-rata maka hasil produksi tanaman jagung akan relatif lebih rendah dibandingkan dengan genotipe-genotipe dengan berat tongkol panen di atas ratarata di tanam pada dataran rendah. Jika dikaitkan dengan model AMMI, hasil analisis MPS-AMMI mendukung bahwa BC 41399, BC BIO 9899 dan BC 42683 adalah genotipe-genotipe relatif stabil karena karakteristik agronomi usia masak fisiologis, kadar air panen dan berat tongkol panen merupakan indikator stabilitas hasil. Kaitan antara AMMI dengan MPS-AMMI jelas terlihat dari adanya kemiripan antara ranking indeks stabilitas AMMI dari berat tongkol dengan hasil karena menurut hasil MPSAMMI berat tongkol merupakan indikator utama stabilitas hasil. Hasil dari analisis MPS-AMMI dapat digunakan sebagai identifikasi awal genotipe unggulan dengan beberapa kriteria yaitu stabilitias relatif tinggi, hasil di atas rata-rata, usia masak fisiologis di atas rata-rata, kadar air panen di bawah ratarata, dan berat tongkol di atas rata-rata. Faktor lingkungan yang relatif baik adalah curah hujan relatif rendah dan lokasi di dataran rendah. Untuk seleksi genotipe unggulan sesuai dengan kriteria yang diperoleh dari MPS-AMMI dapat dilakukan perengkingan dari genotipe untuk masingmasing karakteristik agronomi. Tabel 14 Rangking Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis, Kadar Air Panen, Berat Tongkol Panen dan Hasil Kode Genotip Ranking Hasil BTK KAP UMF A BIO 9900 2 2 3 3 B BIO 1263 4 4 4 4 C BIO 1169 8 5 1 5 D BC 42521 12 12 6 11 E BC 42683 11 11 9 9 F BC 41399 10 10 8 8 G BC 2630 3 6 12 1 H BC 42882 –A 7 8 11 7 I BIO 9899 9 9 2 10 J BISI – 2 1 1 10 12 K P – 12 6 7 5 3 L C -7 5 3 7 6 Tabel 14 di atas menyajikan rangkin dari genotipe menurut karakteristik agronomi tanaman jagung. Rangking rendah menunjukkan rata-rata karakteristik agronominya rendah. Terlihat pada Tabel 14 di atas bahwa genotipe-geotipe BC 42683 dan BC 41399 dan BIO 9899 memilki usia masak fisiologis, berat tongkol, hasil di atas rata-rata yang ditunjukkan dari rangking genotipe secara umum pada peringkat tinggi. Dari kriteria di atas maka genotipe BC 42683 dan BC 41399 dan BIO 9899 dapat dipertahankan untuk uji lebih lanjut dalam seleksi genotipe unggulan. Untuk peningkatan produksi jagung, dari analisis MPS-AMMI diperoleh prioritas karakteristik agronomi yang harus diperhatikan lebih lanjut secara berurutan adalah berat tongkol panen, kadar air panen dan usia masak fisiologis sesuai dengan urutan total pengaruh dari IGL karakteristik agronomi ini terhadap IGL hasil. 73 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Analisis AMMI untuk percobaan multilokasi jagung hibrida dengan mengkaji struktur interaksi usia masak fisiologis, kadar air panen, berat tongkol panen dan hasil panen jagung dengan metode AMMI menemukan tiga genotipe yang relatif stabil yaitu BC 41399, BIO 9899 dan BC 42683. 2. Pendekatan model persamaan struktural dalam analisis interksi genotipe × lingkungan (MPS-AMMI) merupakan salah satu pendekatan dalam mengkaji nyatanya efek interaksi genotipe × lingkungan untuk hasil dengan memperhatikan beberapa karakteristik agronomi tanaman dan kombinasi kovariat genotipik × lingkungan dalam sebuah sistem persamaan. Melalui pendekatan AMMI diperoleh peubah laten endogen yang menggambarkan pola sebenarnya dari interaksi genotipe × lingkungan yang selanjutnya dimodelkan menggunakan model persamaan struktural sehingga diperoleh gambaran secara komprehensif mengenai nyatanya interaksi genotipe × lingkungan untuk daya hasil dalam percobaan multilokasi. Informasi dari analisis MPS-AMMI dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan proses seleksi genotipe unggulan serta berguna untuk mengindenfikasi karakteristik-karakteristik agronomi dan kombinasi genotipik × lingkungan yang paling berperan dalam peningkatan hasil produksi. 3. Hasil analisis MPS-AMMI untuk percobaan multilokasi jagung hibrida menunjukkan bahwa indikator utama stabilitas hasil panen jagung adalah berat tongkol panen, kemudian kadar air panen dan terakhir usia masak fisiologis. Sehingga proses seleksi genotipe harus memperhatikan ketiga karakteristik agronomi tersebut sesuai urutan prioritasnya. Hal ini dikarenakan stabilnya hasil panen jagung hibrida tidak terlepas dari stabilnya karakteristik agronomi berat tongkol, kadar air panen dan usia masak fisiologis. Kombinasi kovariat genotipik × lingkungan yang berpengaruh nyata terhadap intaksi genotipe × lingkungan untuk hasil panen adalah usia masak fisiologis dengan musim, usia 74 masak fisologis dengan tinggi dan berat tongkol panen dengan musim. Melalui hasil analisis MPS-AMMI diidentifikasi bahwa genotipe BC 41399, BIO 9899 dan BC 42683 untuk dipertimbangkan sebagai genotipe unggulan Saran 1. Untuk hasil analisis yang lebih tepat, faktor-faktor lingkungan harus diukur selama proses percobaan seperti curah hujan, pencahayaan, kelembaban, radiasi matahari dan faktor lingkungan yang lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap hasil. 2. Metode MPS –AMMI juga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh kombinasi faktor genetic × lingkungan yang memiliki pengaruh paling nyata terhadap IGL karakteristik agronomi dan IGL hasil. 3. Jika percobaan dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh kovariat genotipik atau lingkungan terhadap interaksi genotype × lingkungan dengan salah satu faktor yang dicobakan bersifat acak dan taraf faktornya relative kecil maka dapat dipertimbangkan menggunakan metode kuadrat terkecil partial (MKTP)-Mixed AMMI. 75 DAFTAR PUSTAKA Aastveit H, Martens H. 1986. ANOVA Interactions Interpreted by Partial Least Squares Regression. Biometrics 42 : 829-844. Bollen K.A. 1989. Structural Equation With Latent Variables. North Carolina : John Wiley and Sons Inc. Bollen KA, Curran PJ. 1989. Latent Curve Models A Structural Equations Perspective. North Carolina : John Wiley and Sons Inc. Cambell BT. 2002. Quantitative Trait Loci and Environmental Interactions Associated With Agronomic Performance of Wheat [Dissertation]. Nebraska: University of Nebraska-Lincoln. Dhungana P. 2004. Structural Equation Modeling of Genotype × Environment Interaction [Dissertation]. Nebraska: University of Nebraska-Lincoln. Gauch JR. 1982. Noise reduction by eigenvector ordination. Ecology 63:16431649. Ghozali I. 2004. Model Persamaan Structural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Versi 5.0. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Jaya IGDNM. 2008. Analisis Interaksi Genotipe × Lingkungan Menggunakan Structural Equation Modeling [Makalah Seminar]. Bogor: Sekolah Pascasajana, Insitut Pertanian Bogor. Joreskog KG, Sorbom D. 1989. LISREL 7 : User’s reference guide. Mooresville: Scientific Software Inc. Johnson RA, Wichern DW. 1996, Applied Multivariate Statistical Analysis 3rd ed. New Jersey : Prentice-Hall. Kang MS. 2002. Genotype-Environtment Interaction: Progress and Prospects. Di dalam: Kang MS, Editor. Quantitative Genetics, Genomics and Plant Breeding. Florida: CRC Pr. hlm. 221-243. Mardia KV. 1970. Measures of Multivariate Skewness and Kurtosis with Applications. Biometrika: 519–530. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1 Edisi 2. Bogor: IPB Press. Nur et al. 2007. Stabilitas Komponen Hasil sebagai Indikator Stabilitas Hasil Genotipe Jagung Hibrida, Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 26 No. 2 : 106-107. 76 Rencher, Alvin C. 2002. Methods of Multivariate Analysis, Second Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc. Sembiring RK. 1995. Analisis Regresi Edisi Kedua. Bandun : Institut Teknologi Bandung. Sharma S. 1996. Applied Multivariate Techniques, New York: John Wiley & Sons, Inc. Sumertajaya IM. 1998. Perbandingan Model AMMI dan Regresi Linier untuk Menerangkan Pengaruh Interaksi Percobaan Lokasi Ganda [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasajana, Insitut Pertanian Bogor. Sumertajaya IM. 2005. Kajian Pengaruh Inter Blok Dan Interaksi Pada Uji Lokasi Ganda Dan Respon Ganda [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasajana, Insitut Pertanian Bogor. >DW/ZE 77 Lampiran 1 : Data Penelitian NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL 1 1 1 A 93 25.4 6.7 7.36 190 MUSIM 1 2 1 1 B 94 24.9 6.4 6.97 190 1 3 1 1 C 96 27.5 6.8 6.44 190 1 4 1 1 D 101 27.5 8.1 6.5 190 1 5 1 1 E 98 25.4 7.6 7.72 190 1 6 1 1 F 95 25.8 6.8 8.57 190 1 7 1 1 G 92 27.3 6.8 7.57 190 1 8 1 1 H 95 26.6 6.6 6.75 190 1 9 1 1 I 98 23.9 6.9 8.09 190 1 10 1 1 J 92 23.5 5.4 5.89 190 1 11 1 1 K 95 24.4 7 6.85 190 1 12 1 1 L 91 28.4 6.4 7.66 190 1 13 1 2 A 93 24.3 7 7.78 190 1 14 1 2 B 95 23.4 3.7 7.51 190 1 15 1 2 C 94 25.2 7.2 6.44 190 1 16 1 2 D 104 27.8 8.2 6.56 190 1 17 1 2 E 96 26.5 7.6 7.73 190 1 18 1 2 F 96 25.8 7 6.01 190 1 19 1 2 G 92 27.3 5.4 6.59 190 1 20 1 2 H 93 27.2 4.8 5.48 190 1 21 1 2 I 98 26 6.2 7.49 190 1 22 1 2 J 92 28.7 3.2 7.58 190 1 23 1 2 K 93 24.7 6.8 7.49 190 1 24 1 2 L 93 24.8 6.7 8.15 190 1 25 1 3 A 95 23.4 6 7.63 190 1 26 1 3 B 98 24 6.2 4.52 190 1 27 1 3 C 93 27.3 5.8 5.43 190 1 28 1 3 D 103 27.5 7.4 6.41 190 1 29 1 3 E 97 25.3 5.6 6.27 190 1 30 1 3 F 97 25.6 6.8 7.74 190 1 31 1 3 G 91 27.3 5.5 6.59 190 1 32 1 3 H 94 25.8 5.6 6.88 190 1 33 1 3 I 98 24 5.8 7.16 190 1 34 1 3 J 93 27.9 3.5 6.56 190 1 35 1 3 K 93 23.5 6.2 6.85 190 1 36 1 3 L 94 29.5 3.8 5.6 190 1 37 2 1 A 103 27.1 11 10.06 45 1 38 2 1 B 103 29.4 11 9.75 45 1 39 2 1 C 105 28 12.2 11.02 45 1 40 2 1 D 110 28.7 14.4 12.88 45 1 41 2 1 E 109 27.7 14.8 13.43 45 1 42 2 1 F 104 26.9 12 11.01 45 1 43 2 1 G 103 29 11.4 10.16 45 1 44 2 1 H 105 28.6 12.4 11.11 45 1 45 2 1 I 107 27.6 12 10.9 45 1 46 2 1 J 108 25.7 11 10.26 45 1 47 2 1 K 103 28.3 10 9 45 1 48 2 1 L 102 27.8 12.4 11.23 45 1 49 2 2 A 102 27.6 10.2 9.27 45 1 50 2 2 B 102 27.3 12 10.95 45 1 78 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 51 2 2 C 105 25.9 13.2 12.27 45 1 52 2 2 D 110 28.4 14.2 12.76 45 1 53 2 2 E 108 28.1 14.4 12.99 45 1 54 2 2 F 103 28.2 14 12.61 45 1 55 2 2 G 102 27.5 11.6 10.55 45 1 56 2 2 H 104 28.8 11.8 10.54 45 1 57 2 2 I 108 27.1 13 11.89 45 1 58 2 2 J 108 27.6 11.2 10.18 45 1 59 2 2 K 103 27.8 13 11.78 45 1 60 2 2 L 103 26.8 11.2 10.29 45 1 61 2 3 A 103 27.7 12.4 11.25 45 1 62 2 3 B 103 29 11 9.8 45 1 63 2 3 C 105 26.7 13.2 12.14 45 1 64 2 3 D 110 28.4 15.2 13.66 45 1 65 2 3 E 108 27.2 14.2 12.97 45 1 66 2 3 F 103 28.8 13.8 12.33 45 1 67 2 3 G 103 26.6 11.8 10.87 45 1 68 2 3 H 105 27.9 12.2 11.04 45 1 69 2 3 I 108 26.7 13.2 12.14 45 1 70 2 3 J 108 26.6 11.2 10.32 45 1 71 2 3 K 102 28.8 11.6 10.36 45 1 72 2 3 L 103 27.3 10.8 9.85 45 1 73 3 1 A 90 28.5 7 6.28 17 1 74 3 1 B 90 29 10 8.91 17 1 75 3 1 C 90 29.7 10 8.82 17 1 76 3 1 D 93 29 10 8.91 17 1 77 3 1 E 90 27.6 8.5 7.72 17 1 78 3 1 F 94 30.1 7.5 6.58 17 1 79 3 1 G 89 30 6 5.27 17 1 80 3 1 H 90 30 8 7.03 17 1 81 3 1 I 94 29.5 11 9.73 17 1 82 3 1 J 92 28 9.5 8.58 17 1 83 3 1 K 93 29 8 7.13 17 1 84 3 1 L 90 28.7 8 7.16 17 1 85 3 2 A 90 32 9.3 7.94 17 1 86 3 2 B 90 30.1 10.5 9.21 17 1 87 3 2 C 90 31 10 8.66 17 1 88 3 2 D 93 32 8.7 7.42 17 1 89 3 2 E 90 29.7 8.8 7.76 17 1 90 3 2 F 94 32.1 10.5 8.95 17 1 91 3 2 G 89 31.5 8 6.88 17 1 92 3 2 H 90 29.5 7.5 6.64 17 1 93 3 2 I 94 29 10 8.91 17 1 94 3 2 J 92 29.6 9.7 8.57 17 1 95 3 2 K 93 30 8.8 7.73 17 1 96 3 2 L 90 31 10.5 9.09 17 1 97 3 3 A 90 29.8 8.9 7.84 17 1 98 3 3 B 90 30 10 8.78 17 1 99 3 3 C 90 31.2 10.11 8.73 17 1 100 3 3 D 93 29.4 9 7.97 17 1 101 3 3 E 90 28.7 9.2 8.23 17 1 102 3 3 F 94 30.1 9.3 8.16 17 1 79 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 103 3 3 G 89 32 9.7 8.28 17 1 104 3 3 H 90 29.8 8.9 7.84 17 1 105 3 3 I 94 30 10 8.78 17 1 106 3 3 J 92 29 9 8.02 17 1 107 3 3 K 93 30.6 9 7.84 17 1 108 3 3 L 90 29.7 10.1 8.91 17 1 109 4 1 A 100 28.6 10.8 9.68 50 1 110 4 1 B 100 29.3 10.6 9.4 50 1 111 4 1 C 100 26.5 9.9 9.13 50 1 112 4 1 D 100 29.6 12 10.6 50 1 113 4 1 E 100 29.6 10 8.83 50 1 114 4 1 F 100 28.7 9.8 8.77 50 1 115 4 1 G 100 25.7 8.3 7.74 50 1 116 4 1 H 100 29.3 9.2 8.16 50 1 117 4 1 I 100 28.5 10.1 9.06 50 1 118 4 1 J 100 28.9 9.8 8.74 50 1 119 4 1 K 100 29.6 11.1 9.81 50 1 120 4 1 L 100 28.8 9.6 8.58 50 1 121 4 2 A 100 29.3 10 8.87 50 1 122 4 2 B 100 29.3 10.2 9.05 50 1 123 4 2 C 100 25.7 10 9.32 50 1 124 4 2 D 100 29.3 12 10.65 50 1 125 4 2 E 100 28.3 12 10.8 50 1 126 4 2 F 100 27 11.2 10.26 50 1 127 4 2 G 100 27.8 8.8 7.97 50 1 128 4 2 H 100 26.5 10.8 9.96 50 1 129 4 2 I 100 27.5 10.4 9.46 50 1 130 4 2 J 100 27.8 8.8 7.97 50 1 131 4 2 K 100 29.2 11 9.77 50 1 132 4 2 L 100 28.8 9.4 8.4 50 1 133 4 3 A 100 27.2 9.8 8.95 50 1 134 4 3 B 100 22.2 10.2 9.96 50 1 135 4 3 C 100 19.1 10.3 10.46 50 1 136 4 3 D 100 30.1 12.4 10.88 50 1 137 4 3 E 100 27.9 10 9.05 50 1 138 4 3 F 100 25.2 11 10.33 50 1 139 4 3 G 100 26.6 9.7 8.93 50 1 140 4 3 H 100 26.6 10.4 9.58 50 1 141 4 3 I 100 27.7 10 9.07 50 1 142 4 3 J 100 22.7 9.6 9.31 50 1 143 4 3 K 100 20.3 10 10 50 1 144 4 3 L 100 27.8 9.5 8.61 50 1 145 5 1 A 99 28.7 9.4 8.41 35 1 146 5 1 B 99 28.7 10.6 9.48 35 1 147 5 1 C 99 28.5 9.3 8.34 35 1 148 5 1 D 99 28.2 9.8 8.83 35 1 149 5 1 E 99 28.8 10 8.93 35 1 150 5 1 F 99 29 10 8.91 35 1 151 5 1 G 99 29 8.8 7.84 35 1 152 5 1 H 99 29.5 8.5 7.52 35 1 153 5 1 I 99 29.2 9.6 8.53 35 1 154 5 1 J 99 29 11.2 9.98 35 1 80 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL 155 5 1 K 99 27.4 9.2 8.38 35 MUSIM 1 156 5 1 L 99 28.6 10 8.96 35 1 157 5 2 A 99 28.4 8.5 7.64 35 1 158 5 2 B 99 28.7 9.6 8.59 35 1 159 5 2 C 99 29.2 8.5 7.55 35 1 160 5 2 D 99 28.2 8.8 7.93 35 1 161 5 2 E 99 27.7 8.7 7.89 35 1 162 5 2 F 99 28.6 8.8 7.88 35 1 163 5 2 G 99 28.3 7.5 6.75 35 1 164 5 2 H 99 27.6 8 7.27 35 1 165 5 2 I 99 28.9 10.2 9.1 35 1 166 5 2 J 99 28.3 11.3 10.17 35 1 167 5 2 K 99 27.3 8 7.3 35 1 168 5 2 L 99 27.2 10.7 9.78 35 1 169 5 3 A 99 29.3 9 7.98 35 1 170 5 3 B 99 29.1 12 10.68 35 1 171 5 3 C 99 29.2 8 7.11 35 1 172 5 3 D 99 28.6 9 8.06 35 1 173 5 3 E 99 29.4 9.5 8.42 35 1 174 5 3 F 99 29 9.1 8.11 35 1 175 5 3 G 99 28.9 8.3 7.41 35 1 176 5 3 H 99 28.1 8 7.22 35 1 177 5 3 I 99 29 9.5 8.46 35 1 178 5 3 J 99 29.1 9.6 8.54 35 1 179 5 3 K 99 28.8 8.5 7.59 35 1 180 5 3 L 99 28.3 8.7 7.83 35 1 181 6 1 A 97 26.4 17.8 8.22 60 1 182 6 1 B 97 24.3 22.3 10.592 60 1 183 6 1 C 97 22.8 16.3 7.896 60 1 184 6 1 D 97 23.4 19.5 9.372 60 1 185 6 1 E 97 25.4 18.7 8.753 60 1 186 6 1 F 97 25.4 16 7.489 60 1 187 6 1 G 95 24.3 19.8 9.405 60 1 188 6 1 H 97 24.7 18.3 8.646 60 1 189 6 1 I 97 24.6 18.9 8.942 60 1 190 6 1 J 97 28.7 13.1 5.861 60 1 191 6 1 K 95 23.4 19.6 9.42 60 1 192 6 1 L 97 23.2 18.4 8.867 60 1 193 6 2 A 97 26.2 15.5 7.177 60 1 194 6 2 B 97 25.6 19.2 8.963 60 1 195 6 2 C 97 23 14.1 6.812 60 1 196 6 2 D 97 24.1 18.5 8.81 60 1 197 6 2 E 97 25.9 18.9 8.787 60 1 198 6 2 F 97 25.7 16 7.459 60 1 199 6 2 G 95 25.7 18.8 8.764 60 1 200 6 2 H 97 25.1 15.7 7.378 60 1 201 6 2 I 97 24.5 17.9 8.48 60 1 202 6 2 J 97 27.8 13.6 6.161 60 1 203 6 2 K 95 24.3 18.5 8.787 60 1 204 6 2 L 97 24 16.9 8.059 60 1 205 6 3 A 97 27 16.1 7.374 60 1 206 6 3 B 97 25.5 16.6 7.76 60 1 81 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL 207 6 3 C 97 21.9 16.2 7.939 60 MUSIM 1 208 6 3 D 97 23.7 19.5 9.336 60 1 209 6 3 E 97 23.9 18.1 8.643 60 1 210 6 3 F 97 26.1 16.1 7.465 60 1 211 6 3 G 95 24.9 18.3 8.623 60 1 212 6 3 H 97 23.7 16.3 7.804 60 1 213 6 3 I 97 25 17.7 8.329 60 1 214 6 3 J 97 27.5 15.7 7.142 60 1 215 6 3 K 95 24.2 17.8 8.466 60 1 216 6 3 L 97 23.7 18.7 8.953 60 1 217 7 1 A 97 25.1 13.65 6.41 540 1 218 7 1 B 97 21 15 7.44 540 1 219 7 1 C 97 23.6 17.6 8.44 540 1 220 7 1 D 97 22.1 21.3 10.41 540 1 221 7 1 E 97 24.1 17.33 8.25 540 1 222 7 1 F 97 24 14.4 6.87 540 1 223 7 1 G 95 22 16.45 8.05 540 1 224 7 1 H 97 25 17.3 8.14 540 1 225 7 1 I 97 24.5 16.45 7.79 540 1 226 7 1 J 97 29.5 13.68 6.05 540 1 227 7 1 K 95 22.8 17.7 8.57 540 1 228 7 1 L 97 22 16.6 8.12 540 1 229 7 2 A 97 25 19.07 8.97 540 1 230 7 2 B 97 25.2 14.65 6.88 540 1 231 7 2 C 97 21 18.85 9.34 540 1 232 7 2 D 97 22.8 21.15 10.24 540 1 233 7 2 E 97 26.5 19.95 9.2 540 1 234 7 2 F 97 24.1 21.85 10.41 540 1 235 7 2 G 95 26.2 21.78 10.09 540 1 236 7 2 H 97 23.7 18.42 8.82 540 1 237 7 2 I 97 23.9 22 10.5 540 1 238 7 2 J 97 21.3 19 9.38 540 1 239 7 2 K 95 24.6 18.65 8.82 540 1 240 7 2 L 97 23.8 19.2 9.18 540 1 241 7 3 A 97 27.5 17.5 7.96 540 1 242 7 3 B 97 25.2 19.3 9.06 540 1 243 7 3 C 97 21.6 17.85 8.78 540 1 244 7 3 D 97 25 22.57 10.62 540 1 245 7 3 E 97 23.4 22.08 10.61 540 1 246 7 3 F 97 26.7 21.4 9.84 540 1 247 7 3 G 95 24.1 22.1 10.52 540 1 248 7 3 H 97 24.2 19.85 9.44 540 1 249 7 3 I 97 24.3 19.5 9.26 540 1 250 7 3 J 97 24 19.87 9.48 540 1 251 7 3 K 95 23.2 20.6 9.93 540 1 252 7 3 L 97 23 18.75 9.06 540 1 253 8 1 A 89 24.2 10.6 10.083 95 1 254 8 1 B 91 24.4 10.8 10.246 95 1 255 8 1 C 92 24.4 11.8 11.195 95 1 256 8 1 D 91 25.4 13.2 12.357 95 1 257 8 1 E 91 25 14.7 13.835 95 1 258 8 1 F 89 25.6 11 10.27 95 1 82 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 259 8 1 G 89 26.2 14 12.966 95 1 260 8 1 H 95 25 14.4 13.553 95 1 261 8 1 I 95 25 11.1 10.447 95 1 262 8 1 J 101 27.8 12 10.872 95 1 263 8 1 K 87 25.6 11.5 10.737 95 1 264 8 1 L 89 23 10.5 10.146 95 1 265 8 2 A 89 26 10 9.286 95 1 266 8 2 B 89 20.4 12.1 12.087 95 1 267 8 2 C 95 23.8 10.5 10.04 95 1 268 8 2 D 91 24 10.6 10.109 95 1 269 8 2 E 95 25.7 11 10.256 95 1 270 8 2 F 95 26.6 12.3 11.33 95 1 271 8 2 G 89 25.4 13.2 12.357 95 1 272 8 2 H 95 26 12.2 11.329 95 1 273 8 2 I 95 26.2 11.5 10.65 95 1 274 8 2 J 99 26.8 12.3 11.299 95 1 275 8 2 K 89 27.6 12.3 11.175 95 1 276 8 2 L 95 27.9 10.5 9.5 95 1 277 8 3 A 89 26 10.2 9.472 95 1 278 8 3 B 89 24 10 9.537 95 1 279 8 3 C 93 24.6 11.5 10.881 95 1 280 8 3 D 89 26.2 13.1 12.132 95 1 281 8 3 E 93 26.8 11.2 10.288 95 1 282 8 3 F 93 25.6 13.5 12.604 95 1 283 8 3 G 89 25.8 11.6 10.801 95 1 284 8 3 H 97 26 12.5 11.608 95 1 285 8 3 I 95 25.6 10.2 9.523 95 1 286 8 3 J 101 27.7 10 9.073 95 1 287 8 3 K 89 26.4 10.1 9.328 95 1 288 8 3 L 93 27.6 11.1 10.085 95 1 289 9 1 A 90 24.4 10.4 9.867 65 1 290 9 1 B 92 22.5 8 7.78 65 1 291 9 1 C 91 23 8.5 8.213 65 1 292 9 1 D 90 23.8 11.5 10.997 65 1 293 9 1 E 90 24.4 10 9.487 65 1 294 9 1 F 91 22.5 10.5 10.212 65 1 295 9 1 G 89 27.1 11.1 10.155 65 1 296 9 1 H 96 25.5 10 9.349 65 1 297 9 1 I 95 24.1 10.5 10.001 65 1 298 9 1 J 102 26 8 7.429 65 1 299 9 1 K 88 25.8 10.4 9.684 65 1 300 9 1 L 89 25.4 10.3 9.642 65 1 301 9 2 A 91 24.2 8.5 8.085 65 1 302 9 2 B 89 21.1 10 9.901 65 1 303 9 2 C 94 26.5 9.5 8.762 65 1 304 9 2 D 92 25.8 11 10.243 65 1 305 9 2 E 96 25.2 9.7 9.105 65 1 306 9 2 F 96 24.7 11.7 11.056 65 1 307 9 2 G 89 25.6 10.8 10.083 65 1 308 9 2 H 96 27.7 10.5 9.527 65 1 309 9 2 I 96 23.2 10 9.638 65 1 310 9 2 J 102 23.7 9.5 9.096 65 1 83 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 311 9 2 K 90 26.2 11 10.187 65 1 312 9 2 L 96 22.1 8.4 8.212 65 1 313 9 3 A 91 25.2 10.2 9.574 65 1 314 9 3 B 89 24 8.3 7.916 65 1 315 9 3 C 94 25.1 10.5 9.869 65 1 316 9 3 D 90 25.7 11 10.256 65 1 317 9 3 E 94 23.8 11 10.519 65 1 318 9 3 F 93 26.3 10.6 9.804 65 1 319 9 3 G 88 26.1 11 10.201 65 1 320 9 3 H 98 27.4 11.7 10.659 65 1 321 9 3 I 96 22.7 10 9.7 65 1 322 9 3 J 103 24.8 8 7.549 65 1 323 9 3 K 89 25.7 10.5 9.79 65 1 324 9 3 L 94 25.3 10.2 9.562 65 1 325 10 1 A 99 31.9 11.2 9.571 260 0 326 10 1 B 102 36.7 12.2 9.691 260 0 327 10 1 C 109 31.1 11.5 9.943 260 0 328 10 1 D 114 35.3 13.54 10.993 260 0 329 10 1 E 106 34.7 12.15 9.956 260 0 330 10 1 F 108 36.8 13.45 10.667 260 0 331 10 1 G 103 33.8 11.2 9.304 260 0 332 10 1 H 105 31.2 13.6 11.742 260 0 333 10 1 I 105 31.5 11.25 9.671 260 0 334 10 1 J 105 34.1 11.85 9.8 260 0 335 10 1 K 99 33.1 11.15 9.361 260 0 336 10 1 L 105 33 11.65 9.795 260 0 337 10 2 A 96 32.7 13.5 11.401 260 0 338 10 2 B 99 31.9 11.72 10.016 260 0 339 10 2 C 107 31.4 12.23 10.528 260 0 340 10 2 D 114 32.5 15.25 12.918 260 0 341 10 2 E 105 34.4 14.1 11.607 260 0 342 10 2 F 106 32.9 13.7 11.536 260 0 343 10 2 G 102 36 11.95 9.597 260 0 344 10 2 H 105 36.3 12.75 10.192 260 0 345 10 2 I 105 33.7 13.82 11.498 260 0 346 10 2 J 105 33.4 12.95 10.823 260 0 347 10 2 K 99 40 13.35 10.052 260 0 348 10 2 L 102 32.1 13.95 11.886 260 0 349 10 3 A 99 35.7 12.1 9.764 260 0 350 10 3 B 101 40 11.43 8.606 260 0 351 10 3 C 110 33.3 12.4 10.379 260 0 352 10 3 D 115 31.2 14.7 12.692 260 0 353 10 3 E 105 32.7 13.85 11.697 260 0 354 10 3 F 107 31.5 12.35 10.616 260 0 355 10 3 G 101 35.5 12.45 10.077 260 0 356 10 3 H 108 34.8 13.7 11.209 260 0 357 10 3 I 105 32.6 12.8 10.826 260 0 358 10 3 J 104 30.1 13.14 11.526 260 0 359 10 3 K 99 39.5 13.6 10.325 260 0 360 10 3 L 102 34.4 13.5 11.113 260 0 361 11 1 A 104 29.2 9.6 8.529 190 0 362 11 1 B 104 29.2 9.2 8.174 190 0 84 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 363 11 1 C 104 28.5 9 8.075 190 0 364 11 1 D 104 28.9 11.65 10.395 190 0 365 11 1 E 104 28.2 8.9 8.019 190 0 366 11 1 F 104 28.6 8.9 7.974 190 0 367 11 1 G 104 29.2 7.35 6.53 190 0 368 11 1 H 104 29.8 7.55 6.651 190 0 369 11 1 I 104 29.1 7.8 6.94 190 0 370 11 1 J 104 29.5 7.95 7.033 190 0 371 11 1 K 104 29.2 8.8 7.819 190 0 372 11 1 L 104 28.4 8 7.188 190 0 373 11 2 A 104 27.4 7.1 6.469 190 0 374 11 2 B 104 28.4 8.05 7.233 190 0 375 11 2 C 104 27.7 7.9 7.168 190 0 376 11 2 D 104 28.2 9 8.109 190 0 377 11 2 E 104 28.6 8.75 7.84 190 0 378 11 2 F 104 27.9 9.9 8.957 190 0 379 11 2 G 104 28.7 8.15 7.292 190 0 380 11 2 H 104 28.9 9.2 8.209 190 0 381 11 2 I 104 28.7 8.25 7.382 190 0 382 11 2 J 104 29.1 7.15 6.362 190 0 383 11 2 K 104 29.9 10.5 9.237 190 0 384 11 2 L 104 28.8 8.7 7.773 190 0 385 11 3 A 104 28.3 8.35 7.513 190 0 386 11 3 B 104 28.7 8.8 7.874 190 0 387 11 3 C 104 29.1 10.1 8.986 190 0 388 11 3 D 104 28.4 10.55 9.479 190 0 389 11 3 E 104 28.9 7.95 7.093 190 0 390 11 3 F 104 28.9 8.95 7.986 190 0 391 11 3 G 104 29.6 7.85 6.935 190 0 392 11 3 H 104 29.3 7.7 6.832 190 0 393 11 3 I 104 29.2 7.45 6.619 190 0 394 11 3 J 104 29.3 7.2 6.388 190 0 395 11 3 K 104 29.7 10.4 9.175 190 0 396 11 3 L 104 28.9 6.5 5.8 190 0 397 12 1 A 101 27.6 13 11.811 95 0 398 12 1 B 103 29.4 12.4 10.986 95 0 399 12 1 C 100 26.6 13.9 12.803 95 0 400 12 1 D 103 26.6 13.4 12.343 95 0 401 12 1 E 104 29.7 12.9 11.38 95 0 402 12 1 F 104 29.7 12.7 11.204 95 0 403 12 1 G 101 33.5 14.2 11.85 95 0 404 12 1 H 101 31.3 14.4 12.414 95 0 405 12 1 I 100 28.8 12.2 10.901 95 0 406 12 1 J 108 29.1 10.2 9.075 95 0 407 12 1 K 101 29.7 11 9.704 95 0 408 12 1 L 103 30.4 13.6 11.878 95 0 409 12 2 A 101 29.1 12.9 11.477 95 0 410 12 2 B 103 31.6 12.2 10.472 95 0 411 12 2 C 100 31 14.1 12.209 95 0 412 12 2 D 103 29.1 14.6 12.99 95 0 413 12 2 E 104 31.6 13.2 11.33 95 0 414 12 2 F 104 28.5 13.2 11.844 95 0 85 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 415 12 2 G 101 30 13.4 11.771 95 0 416 12 2 H 101 29.4 14.3 12.669 95 0 417 12 2 I 100 29.1 12.9 11.477 95 0 418 12 2 J 108 31.9 13.4 11.451 95 0 419 12 2 K 101 30 12.8 11.244 95 0 420 12 2 L 103 31 14.4 12.469 95 0 421 12 3 A 101 26.9 12.8 11.742 95 0 422 12 3 B 103 28.2 14 12.614 95 0 423 12 3 C 100 30.4 14.2 12.402 95 0 424 12 3 D 103 27.6 14.9 13.537 95 0 425 12 3 E 104 26.3 13.4 12.393 95 0 426 12 3 F 104 31.3 14 12.07 95 0 427 12 3 G 101 32.2 14.4 12.252 95 0 428 12 3 H 101 28.8 14 12.509 95 0 429 12 3 I 100 28.5 14.9 13.369 95 0 430 12 3 J 108 29.1 14 12.456 95 0 431 12 3 K 101 29.7 12.2 10.763 95 0 432 12 3 L 103 32.2 11.8 10.04 95 0 433 13 1 A 102 29.5 12.5 11.059 35 0 434 13 1 B 103 32.3 11.6 9.855 35 0 435 13 1 C 106 32.9 11.5 9.683 35 0 436 13 1 D 102 31.6 12 10.3 35 0 437 13 1 E 105 30 13 11.42 35 0 438 13 1 F 106 30.1 12.5 10.965 35 0 439 13 1 G 102 32.5 13.2 11.181 35 0 440 13 1 H 105 33.3 12.1 10.128 35 0 441 13 1 I 103 29.1 12 10.677 35 0 442 13 1 J 108 29.6 12.5 11.043 35 0 443 13 1 K 104 28.2 11.5 10.362 35 0 444 13 1 L 106 29.4 11.3 10.011 35 0 445 13 2 A 103 28.7 12 10.737 35 0 446 13 2 B 104 31.8 11.2 9.585 35 0 447 13 2 C 106 31.6 10.5 9.013 35 0 448 13 2 D 102 30.9 12.2 10.579 35 0 449 13 2 E 106 31.2 12.5 10.792 35 0 450 13 2 F 106 32.1 12.2 10.395 35 0 451 13 2 G 102 31.8 12 10.27 35 0 452 13 2 H 105 32.8 12.3 10.373 35 0 453 13 2 I 104 30.1 12.7 11.14 35 0 454 13 2 J 104 29.9 12.3 10.82 35 0 455 13 2 K 103 27.8 12.4 11.235 35 0 456 13 2 L 104 29.6 11.9 10.513 35 0 457 13 3 A 102 29.1 11.8 10.499 35 0 458 13 3 B 103 32.6 10.5 8.881 35 0 459 13 3 C 105 30.9 10.8 9.365 35 0 460 13 3 D 103 32.1 11 9.373 35 0 461 13 3 E 105 30.8 12.2 10.594 35 0 462 13 3 F 107 31.7 12.7 10.885 35 0 463 13 3 G 101 32.2 11.1 9.444 35 0 464 13 3 H 106 33 12 10.089 35 0 465 13 3 I 103 31.2 11.6 10.015 35 0 466 13 3 J 108 29.7 11.8 10.41 35 0 86 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 467 13 3 K 104 28.2 10.9 9.821 35 0 468 13 3 L 106 29.2 11.2 9.951 35 0 469 14 1 A 101 29.6 9.2 8.128 50 0 470 14 1 B 101 28.1 9 8.12 50 0 471 14 1 C 101 29.3 8.8 7.807 50 0 472 14 1 D 101 28.5 10.3 9.242 50 0 473 14 1 E 101 28.2 8.3 7.478 50 0 474 14 1 F 101 29.3 9.4 8.34 50 0 475 14 1 G 101 29.4 7.5 6.645 50 0 476 14 1 H 101 28.5 8.4 7.537 50 0 477 14 1 I 101 27.9 8.6 7.781 50 0 478 14 1 J 101 28.9 7.8 6.959 50 0 479 14 1 K 101 28.4 8.9 7.997 50 0 480 14 1 L 101 29.1 8.7 7.741 50 0 481 14 2 A 101 29.8 8.7 7.664 50 0 482 14 2 B 101 28.5 8.2 7.357 50 0 483 14 2 C 101 28.7 8.6 7.695 50 0 484 14 2 D 101 29 9.7 8.643 50 0 485 14 2 E 101 28.6 8.45 7.571 50 0 486 14 2 F 101 29 9.2 8.197 50 0 487 14 2 G 101 28.4 8.1 7.278 50 0 488 14 2 H 101 29.3 9.9 8.783 50 0 489 14 2 I 101 28.2 8.1 7.298 50 0 490 14 2 J 101 28.2 7.4 6.668 50 0 491 14 2 K 101 27.9 8.6 7.781 50 0 492 14 2 L 101 28.6 7.6 6.81 50 0 493 14 3 A 101 29.3 9 7.985 50 0 494 14 3 B 101 28.2 8.9 8.019 50 0 495 14 3 C 101 29.1 9.4 8.363 50 0 496 14 3 D 101 29 10.25 9.133 50 0 497 14 3 E 101 27.6 7.8 7.087 50 0 498 14 3 F 101 28.6 8.75 7.84 50 0 499 14 3 G 101 29.4 7.7 6.822 50 0 500 14 3 H 101 28.7 7.9 7.068 50 0 501 14 3 I 101 28 8 7.228 50 0 502 14 3 J 101 27.8 7.2 6.523 50 0 503 14 3 K 101 29.6 7.9 6.979 50 0 504 14 3 L 101 28.2 7.5 6.758 50 0 505 15 1 A 116 28.2 15.8 14.236 10 0 506 15 1 B 117 29 14.6 13.008 10 0 507 15 1 C 113 27.2 16.2 14.8 10 0 508 15 1 D 116 27.9 15.6 14.115 10 0 509 15 1 E 117 28.9 13.4 11.956 10 0 510 15 1 F 115 28.2 15.1 13.605 10 0 511 15 1 G 114 29 18.2 16.216 10 0 512 15 1 H 116 27.8 15.6 14.134 10 0 513 15 1 I 117 26.6 13 11.974 10 0 514 15 1 J 121 27.2 13.2 12.059 10 0 515 15 1 K 115 29.1 15.4 13.702 10 0 516 15 1 L 118 28.6 15.8 14.157 10 0 517 15 2 A 117 26.7 15 13.798 10 0 518 15 2 B 119 28.7 12.4 11.095 10 0 87 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL MUSIM 519 15 2 C 112 26 14 13.001 10 0 520 15 2 D 116 27.9 17.6 15.924 10 0 521 15 2 E 118 27.6 15.8 14.355 10 0 522 15 2 F 116 28.9 13.6 12.134 10 0 523 15 2 G 116 26.5 11 10.146 10 0 524 15 2 H 115 30.8 13.2 11.463 10 0 525 15 2 I 118 28.2 14.2 12.794 10 0 526 15 2 J 120 30.4 12.4 10.83 10 0 527 15 2 K 116 28.9 13 11.599 10 0 528 15 2 L 119 27.4 13.6 12.39 10 0 529 15 3 A 116 27.5 12.8 11.645 10 0 530 15 3 B 118 27.5 14.8 13.465 10 0 531 15 3 C 114 28 16.2 14.637 10 0 532 15 3 D 117 29.1 17 15.125 10 0 533 15 3 E 118 30.6 14.8 12.889 10 0 534 15 3 F 117 28 15.8 14.276 10 0 535 15 3 G 115 27 14 12.825 10 0 536 15 3 H 116 29.7 14.6 12.88 10 0 537 15 3 I 118 26.8 14.4 13.228 10 0 538 15 3 J 120 28.9 14.2 12.67 10 0 539 15 3 K 116 29.6 14.4 12.722 10 0 540 15 3 L 120 26.9 13.8 12.659 10 0 541 16 1 A 103 21.4 5 4.932 465 0 542 16 1 B 103 27.2 6 5.481 465 0 543 16 1 C 101 27 5.2 4.764 465 0 544 16 1 D 106 21.2 6 5.933 465 0 545 16 1 E 102 26.3 6 5.549 465 0 546 16 1 F 101 24.7 5 4.725 465 0 547 16 1 G 102 24 5 4.769 465 0 548 16 1 H 104 27.1 6 5.489 465 0 549 16 1 I 100 24.9 4 3.77 465 0 550 16 1 J 107 25.9 5.5 5.114 465 0 551 16 1 K 105 21.8 4.2 4.122 465 0 552 16 1 L 106 28 7 6.325 465 0 553 16 2 A 101 23.4 4.5 4.326 465 0 554 16 2 B 102 22.3 5.8 5.655 465 0 555 16 2 C 100 30.9 5 4.336 465 0 556 16 2 D 103 25.7 5 4.662 465 0 557 16 2 E 102 29 5 4.455 465 0 558 16 2 F 102 26.5 5.5 5.073 465 0 559 16 2 G 103 28.9 5.5 4.907 465 0 560 16 2 H 103 28.8 5.3 4.735 465 0 561 16 2 I 101 25.3 5.5 5.156 465 0 562 16 2 J 109 24.1 5.5 5.239 465 0 563 16 2 K 104 21.7 5 4.913 465 0 564 16 2 L 105 26.7 6.5 5.979 465 0 565 16 3 A 103 23 4 3.865 465 0 566 16 3 B 102 26 5.5 5.107 465 0 567 16 3 C 101 23.6 5 4.794 465 0 568 16 3 D 104 26 5 4.643 465 0 569 16 3 E 103 28 5 4.518 465 0 570 16 3 F 103 21.5 6 5.911 465 0 88 NO. LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE UMF KAP BTK HSL TL 571 16 3 G 103 32.5 4.5 3.812 465 MUSIM 0 572 16 3 H 103 23.5 5.5 5.28 465 0 573 16 3 I 100 25.8 5.5 5.121 465 0 574 16 3 J 108 26.3 4 3.699 465 0 575 16 3 K 103 25 4.5 4.235 465 0 576 16 3 L 103 29.8 4 3.524 465 0 89 Lampiran 2.1 : Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Hasil Genotipe\ Lingkungan A B C D E F G H I J K L Rataan (L) L1 7.6 6.3 6.1 6.5 7.2 7.4 6.9 6.4 7.6 6.7 7.1 7.1 6.9 L2 10.2 10.2 11.8 13.1 13.1 12.0 10.5 10.9 11.6 10.3 10.4 10.5 11.2 L3 7.4 9.0 8.7 8.1 7.9 7.9 6.8 7.2 9.1 8.4 7.6 8.4 8.0 L4 9.2 9.5 9.6 10.7 9.6 9.8 8.2 9.2 9.2 8.7 9.9 8.5 9.3 L5 8.0 9.6 7.7 8.3 8.4 8.3 7.3 7.3 8.7 9.6 7.8 8.9 8.3 L6 7.6 9.1 7.5 9.2 8.7 7.5 8.9 7.9 8.6 6.4 8.9 8.6 8.2 L7 7.8 7.8 8.9 10.4 9.4 9.0 9.6 8.8 9.2 8.3 9.1 8.8 8.9 L8 9.6 10.6 10.7 11.5 11.5 11.4 12.0 12.2 10.2 10.4 10.4 9.9 10.9 L9 9.2 8.5 8.9 10.5 9.7 10.4 10.1 9.8 9.8 8.0 9.9 9.1 9.5 L10 10.2 9.4 10.3 12.2 11.1 10.9 9.7 11.0 10.7 10.7 9.9 10.9 10.6 L11 7.5 7.8 8.1 9.3 7.7 8.3 6.9 7.2 7.0 6.6 8.7 6.9 7.7 L12 11.7 11.4 12.5 13.0 11.7 11.7 12.0 12.5 11.9 11.0 10.6 11.5 11.8 L13 10.8 9.4 9.4 10.1 10.9 10.7 10.3 10.2 10.6 10.8 10.5 10.2 10.3 L14 7.9 7.8 8.0 9.0 7.4 8.1 6.9 7.8 7.4 6.7 7.6 7.1 7.6 L15 13.2 12.5 14.1 15.1 13.1 13.3 13.1 12.8 12.7 11.9 12.7 13.1 13.1 L16 4.4 5.4 4.6 5.1 4.8 5.2 4.5 5.2 4.7 4.7 4.4 5.3 4.9 Rataan (G) 8.9 9.0 9.2 10.1 9.5 9.5 9.0 9.2 9.3 8.7 9.1 9.0 9.2 Rangking Genotipe Menurut Hasil di Setiap Lingkungan G\L L1 L2 L3 L4 A 12 2 3 4 B 2 1 11 7 C 1 9 10 9 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 5 4 1 1 5 12 11 2 6 2 3 3 6 7 L14 L15 4 6 5 1 8 3 3 5 9 10 L16 11 9 9 1 2 8 2 12 1 10 11 4 D 4 11 7 12 6 12 12 10 12 12 12 12 3 12 12 8 E 9 12 6 8 8 8 10 9 6 11 7 6 12 4 7 7 F 10 10 5 10 7 2 7 8 11 9 10 7 9 11 10 10 G 6 6 1 1 1 10 11 11 10 2 2 9 6 2 6 3 H 3 7 2 6 2 5 5 12 8 10 5 11 5 7 5 9 I 11 8 12 5 9 6 9 3 7 6 4 8 8 5 3 5 J 5 3 9 3 11 1 3 5 1 7 1 2 10 1 1 6 K 7 4 4 11 4 9 8 4 9 3 11 1 7 6 4 2 L 8 5 8 2 10 7 4 2 4 8 3 4 4 3 8 11 90 Lampiran 2.2 : Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Berat Tongkol Panen Genotipe\ Lingkungan A B C D E F G H I J K L Rataan (L) L1 6.6 5.4 6.6 7.9 6.9 6.9 5.9 5.7 6.3 4.0 6.7 5.6 6.2 L2 11.2 11.3 12.9 14.6 14.5 13.3 11.6 12.1 12.7 11.1 11.5 11.5 12.4 L3 8.4 10.2 10.0 9.2 8.8 9.1 7.9 8.1 10.3 9.4 8.6 9.5 9.1 L4 10.2 10.3 10.1 12.1 10.7 10.7 8.9 10.1 10.2 9.4 10.7 9.5 10.2 L5 9.0 10.7 8.6 9.2 9.4 9.3 8.2 8.2 9.8 10.7 8.6 9.8 9.3 L6 16.5 19.4 15.5 19.2 18.6 16.0 19.0 16.8 18.2 14.1 18.6 18.0 17.5 L7 16.7 16.3 18.1 21.7 19.8 19.2 20.1 18.5 19.3 17.5 19.0 18.2 18.7 L8 10.3 11.0 11.3 12.3 12.3 12.3 12.9 13.0 10.9 11.4 11.3 10.7 11.6 L9 9.7 8.8 9.5 11.2 10.2 10.9 11.0 10.7 10.2 8.5 10.6 9.6 10.1 L10 12.3 11.8 12.0 14.5 13.4 13.2 11.9 13.4 12.6 12.6 12.7 13.0 12.8 L11 8.4 8.7 9.0 10.4 8.5 9.3 7.8 8.2 7.8 7.4 9.9 7.7 8.6 L12 12.9 12.9 14.1 14.3 13.2 13.3 14.0 14.2 13.3 12.5 12.0 13.3 13.3 L13 12.1 11.1 10.9 11.7 12.6 12.5 12.1 12.1 12.1 12.2 11.6 11.5 11.9 L14 9.0 8.7 8.9 10.1 8.2 9.1 7.8 8.7 8.2 7.5 8.5 7.9 8.5 L15 14.5 13.9 15.5 16.7 14.7 14.8 14.4 14.5 13.9 13.3 14.3 14.4 14.6 L16 4.5 5.8 5.1 5.3 5.3 5.5 5.0 5.6 5.0 5.0 4.6 5.8 5.2 Rataan (G) 10.8 11.0 11.1 12.5 11.7 11.6 11.2 11.2 11.3 10.4 11.2 11.0 11.3 Rangking Genotipe Menurut Berat Tongkol Panen di Setiap Lingkungan G\L L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 A 7 2 3 7 5 4 2 1 5 4 6 4 6 10 8 1 B 2 3 11 8 12 12 1 4 2 1 8 3 2 7 3 11 C 8 9 10 4 4 2 4 5 3 3 9 10 1 9 11 6 D 12 12 7 12 6 11 12 9 12 12 12 12 5 12 12 7 E 11 11 5 9 8 8 10 9 7 11 7 5 12 4 9 7 F 10 10 6 9 7 3 8 8 10 9 10 7 11 11 10 9 G 5 6 1 1 2 10 11 11 11 2 3 9 6 2 5 3 H 4 7 2 5 1 5 6 12 9 10 5 11 9 8 7 10 I 6 8 12 6 9 7 9 3 6 5 4 8 6 5 2 3 J 1 1 8 2 11 1 3 7 1 6 1 2 10 1 1 3 K 9 5 4 11 3 9 7 6 8 7 11 1 4 6 4 2 L 3 4 9 3 10 6 5 2 4 8 2 6 3 3 5 12 91 Lampiran 2.3 : Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Kadar Air Panen Genotipe\ Lingkungan A B C D E F G H I J K L Rataan (L) L1 24.4 24.1 26.7 27.6 25.7 25.7 27.3 26.5 24.6 26.7 24.2 27.6 25.9 L2 27.5 28.6 26.9 28.5 27.7 28.0 27.7 28.4 27.1 26.6 28.3 27.3 27.7 L3 30.1 29.7 30.6 30.1 28.7 30.8 31.2 29.8 29.5 28.9 29.9 29.8 29.9 L4 28.4 26.9 23.8 29.7 28.6 27.0 26.7 27.5 27.9 26.5 26.4 28.5 27.3 L5 28.8 28.8 29.0 28.3 28.6 28.9 28.7 28.4 29.0 28.8 27.8 28.0 28.6 L6 26.5 25.1 22.6 23.7 25.1 25.7 25.0 24.5 24.7 28.0 24.0 23.6 24.9 L7 25.9 23.8 22.1 23.3 24.7 24.9 24.1 24.3 24.2 24.9 23.5 22.9 24.1 L8 25.4 22.9 24.3 25.2 25.8 25.9 25.8 25.7 25.6 27.4 26.5 26.2 25.6 L9 24.6 22.5 24.9 25.1 24.5 24.5 26.3 26.9 23.3 24.8 25.9 24.3 24.8 L10 33.4 36.2 31.9 33.0 33.9 33.7 35.1 34.1 32.6 32.5 37.5 33.2 33.9 L11 28.3 28.8 28.4 28.5 28.6 28.5 29.2 29.3 29.0 29.3 29.6 28.7 28.8 L12 27.9 29.7 29.3 27.8 29.2 29.8 31.9 29.8 28.8 30.0 29.8 31.2 29.6 L13 29.1 32.2 31.8 31.5 30.7 31.3 32.2 33.0 30.1 29.7 28.1 29.4 30.8 L14 29.6 28.3 29.0 28.8 28.1 29.0 29.1 28.8 28.0 28.3 28.6 28.6 28.7 L15 27.5 28.4 27.1 28.3 29.0 28.4 27.5 29.4 27.2 28.8 29.2 27.6 28.2 L16 22.6 25.2 27.2 24.3 27.8 24.2 28.5 26.5 25.3 25.4 22.8 28.2 25.7 Rataan (G) 27.5 27.6 27.2 27.7 27.9 27.9 28.5 28.3 27.3 27.9 27.6 27.8 27.8 Rangking Genotipe Menurut Kadar Air Panen di Setiap Lingkungan G\L L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 A 3 5 8 9 7 11 12 4 6 6 1 2 2 12 3 1 B 1 12 4 5 9 9 5 1 1 11 7 6 11 3 8 5 C 8 2 10 1 11 1 1 2 8 1 2 5 9 10 1 9 D 12 11 9 12 3 3 3 3 9 4 4 1 8 7 6 4 E 5 6 1 11 5 8 9 8 4 8 5 4 6 2 10 10 F 5 8 11 6 10 10 10 9 5 7 3 8 7 9 7 3 G 10 7 12 4 6 7 6 7 11 10 9 12 10 11 4 12 H 7 10 5 7 4 5 8 6 12 9 11 8 12 7 12 8 I 4 3 3 8 12 6 7 5 2 3 8 3 5 1 2 6 J 9 1 2 3 8 12 10 12 7 2 10 10 4 4 9 7 K 2 9 7 2 1 4 4 11 10 12 12 7 1 5 11 2 L 11 4 6 10 2 2 2 10 3 5 6 11 3 5 5 11 92 Lampiran 2.4 : Rataan Genotipe Menurut Karakteristik Agronomi Usia Masak Fisiologis Genotipe\ Lingkungan A B C D E F G H I J K L Rataan (L) L1 93.7 95.7 94.3 102.7 97.0 96.0 91.7 94.0 98.0 92.3 93.7 92.7 95.1 L2 102.7 102.7 105.0 110.0 108.3 103.3 102.7 104.7 107.7 108.0 102.7 102.7 105.0 L3 90.0 90.0 90.0 93.0 90.0 94.0 89.0 90.0 94.0 92.0 93.0 90.0 91.3 L4 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 L5 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 L6 97.0 97.0 97.0 97.0 97.0 97.0 95.0 97.0 97.0 97.0 95.0 97.0 96.7 L7 97.0 97.0 97.0 97.0 97.0 97.0 95.0 97.0 97.0 97.0 95.0 97.0 96.7 L8 89.0 89.7 93.3 90.3 93.0 92.3 89.0 95.7 95.0 100.3 88.3 92.3 92.4 L9 90.7 90.0 93.0 90.7 93.3 93.3 88.7 96.7 95.7 102.3 89.0 93.0 93.0 L10 98.0 100.7 108.7 114.3 105.3 107.0 102.0 106.0 105.0 104.7 99.0 103.0 104.5 L11 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 104.0 L12 101.0 103.0 100.0 103.0 104.0 104.0 101.0 101.0 100.0 108.0 101.0 103.0 102.4 L13 102.3 103.3 105.7 102.3 105.3 106.3 101.7 105.3 103.3 106.7 103.7 105.3 104.3 L14 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 101.0 L15 116.3 118.0 113.0 116.3 117.7 116.0 115.0 115.7 117.7 120.3 115.7 119.0 116.7 L16 102.3 102.3 100.7 104.3 102.3 102.0 102.7 103.3 100.3 108.0 104.0 104.7 103.1 Rataan (G) 99.0 99.6 100.1 101.6 100.9 100.8 98.6 100.6 100.9 102.5 99.0 100.2 100.3 Rangking Genotipe Menurut Usia Masak Fisiologis di Setiap Lingkungan G\L 1 2 3 4 5 A 4 1 2 1 1 B 8 1 2 1 1 C 7 8 2 1 1 D 12 12 9 1 E 10 11 2 F 9 6 11 G 1 1 H 6 I 11 J 2 K 4 1 9 1 1 L 3 1 2 1 1 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 3 3 2 4 1 1 3 2 1 6 4 3 3 4 3 3 1 7 4 1 10 4 3 3 9 6 11 1 1 10 1 1 2 1 3 3 5 4 12 1 7 2 1 6 10 1 1 3 3 8 8 8 1 10 7 1 8 4 1 1 3 3 6 8 10 1 10 11 1 5 3 1 1 1 1 1 2 1 4 1 3 1 1 2 7 7 2 1 1 3 3 11 11 9 1 3 7 1 3 8 9 11 1 1 3 3 10 10 7 1 1 4 1 8 1 10 8 1 1 3 3 12 12 6 1 12 12 1 12 12 1 1 1 2 2 1 3 6 1 3 9 3 3 6 6 5 1 7 7 1 11 11 93 Lampiran 3 : Visualisasi Uji Asumsi dalam ANOVA untuk Data Hasil Transformasi Akar Kuadrat Pemilihan transformasi akar kuadrat didasarkan pada dua hal : 1. Hasil perhitungan Box Cox Tranformation untuk hasil menghasilkan nilai lammda optimal untuk hasil adalah 0.5 W , %R[&R[3ORWRI'+ /RZHU& / 8SSHU& / /DPEGD XVLQJFRQILGHQFH (VWLPDWH /RZHU& / 8SSHU& / 5RXQGHG9DOXH YH 'W 6 /LPLW /DPEGD 2. Tidak dimungkinkan melakukan tranformasi log natural (ln) karena ada variabel boneka denga nilai 0 dan 1. 94 h:/^hD^/hEdh<<Z<dZ/^d/<,^/>:'hE' 5HVLGXDO3ORWVIRU'+ 1RUPDO3UREDELOLW \3ORW 9HUVXV)LW V W HQ FU H 3 O D X LG VH 5 5HVLGXDO )LWWHG9DOXH +LVW RJUDP 9HUVXV2UGHU \F Q H X T UH ) OD X LG V H 5 2EVHUYDWLRQ2UGHU 5HVLGXDO h:/^hD^/hEdh<ZddKE'<K>WEE:'hE' 5HVLGXDO3ORWVIRU%7. 1RUPDO3UREDELOLW \3ORW 9HUVXV)LW V W HQ FU H 3 O DX LG VH 5 5HVLGXDO +LVW RJUDP 9HUVXV2UGHU F\ Q HX T HU ) )LWWHG9DOXH OD X G LV H 5 5HVLGXDO 2EVHU YDWLRQ2U GHU 95 h:/^hD^/hEdh<<Z/ZWEE:'hE' 5HVLGXDO3ORWVIRU.$3 1RUPDO3UREDELOLW \3ORW 9HUVXV)LW V W HQ FU H 3 OD X G LV H 5 5HVLGXDO +LVW RJUDP 9HUVXV2UGHU \F Q H X T HU ) )LWWHG9DOXH OD X G LV H 5 2EVHUYDWLRQ2UGHU 5HVLGXDO h:/^hD^/hEdh<h^/D^<&/^/K>K'/^:'hE' 5HVLGXDO3ORWVIRU80) 1RUPDO3UREDELOLW \3ORW 9HUVXV)LW V W Q H FU H 3 O D X G LV H 5 5HVLGXDO )LWWHG9DOXH +LVW RJUDP 9HUVXV2UGHU F\ Q H X T H U ) O D X G LV H 5 5HVLGXDO 2EVHUYDWLRQ2UGHU 96 Lampiran 4. Penurunan Formulasi Indeks Stabilitas AMMI (ISA) Salah satu indeks yang dapat digunakan untuk merengking stabilitas genotipe adalah pendekatan Indeks Stabiltias AMMI. Indeks ini dikembangkan dari konsep Phytagoras pada Biplot AMMI. BIPLOT-AMMI Biplot AMMI adalah plot antara skor KUI1 dengan skor KUI2 dari hasil peguraian singular (SVD) matriks interaksi (Γ). Skor KUIt untuk genotipe ke-g adalah ugtλ0.5t dan Skor KUIt untuk lingkungan ke–l adalah vtlλ0.5t. (g=1,...,a; l=1,2,...,b) Memperoleh KUIt dari Matriks Interaksi Misalkan Γ adalah matriks interaksi dengan ordo a x b dengan a banyak genotipe dan b adalah banyak lingkungan. Dekomposisi matriks interaksi ΓGHQJDQ69' sebagai berikut : Γ=UΩV’ Dengan : U : vektor ciri genotipe (axm) V : vektor ciri lingkungan (mxb) Ω : Matriks diagonal dengan elemen diagonal adalah nilai singular (mxm) λk : Nilai singular ke-k Skor KUI Genotipe (G) G=U*Ω1/2 Skor KUI Genotipe (G)1 = U1*λ11/2 Skor KUI Genotipe (G)2 = U2*λ21/2 Skor KUI Lingkungan (L) L=V*Ω1/2 Skor KUI Lingkungan (L)1 = L1*λ11/2 Skor KUI Lingkungan (L)2 = L2*λ21/2 97 Skor KUI secara umum : Skor(G, L)1 = (KUI1 ) * 1/2 1 Skor(G, L) 2 = (KUI 2 ) * 1/2 2 Menentukan jarak plot Skor (G,L)1 dengan Skor (G,L)2 terhadap titik pusat Biplot AMMI (0.0) misalkan disebut (J). J= [ = 2 2 2 (SkorKUI1 )]2 + [ ([ 1/2 1 2 = = 1/2 1 1/2 2 1/2 2 ] [ 2 (SkorKUI1 ) + 1/2 1 1/2 2 (SkorKUI 2 )]2 2 1/2 2 (SkorKUI1 ) + 1/2 1 1/2 2 (SkorKUI 2 ) 1/2 2 1/2 2 ]) 2 (SkorKUI 2 ) 2 2 2 (SkorKUI1 ) + [SkorKUI 2 ] Perhatikan persamaan di atas, nilai λ12/ 2 disebelah kanan dapat dinyatakan sebagai kontansta (K) dan 1/2 1 1/2 2 2 2 (SkorKUI1 ) + [SkorKUI 2 ] adalah sebuah indeks, yang dapat disebut dengan indeks stabiltias AMMI (ISA), sehingga persamaan di atas dapat dituliskan kembali sebagai berikut: J = K* = K * ISA 1/2 1 1/2 2 2 2 (SkorKUI1 ) + [SkorKUI 2 ] Sehingga : ISA = 1/2 1 1/2 2 2 2 (SkorKUI1 ) + [SkorKUI 2 ] Untuk mengetahui genotipe stabil atau tidak dalam Biplot AMMI diperkenalkan selang kepercayaan elips yang mengadoposi selang kepercaayaan uji vektor rataan (Sumertajaya,2005). 98 Selang Kepercayaan Elips Selang kepercayaan Elips adalah selang kepercayaan pada biplot dengan pusat (0,0) untuk identifikasi genotipe stabil. Proses pembuatan elips menggunakan formulasi sebagai berikut : ri = ± λi 2(n − 1) Fp,n − p ( n (n − 2 ) ) dengan : ri : panjang jari-jari, i=1 untuk jari-jari panjang, i=2 untuk jari-jari pendek n : banyaknya pengamatan (genotipe + lingkungan) λi2 : akar ciri ke-i dari matriks koragam (S) skor komponen genotipe lingkungan λi : nilai singular F2,n−2(α ) : nilai sebaran F dengan db1=2 dan db2=n-2 pada taraf =5 % Sehingga rumus diatas dapat disederhanakan sebagai berikut : ri = ± λi 2(n − 1) F2,n − 2 ( n (n − 2 ) <h/ ) <h/ d ^ <h/ Gambar Biplot AMMI-2 ^ <h/ 99 Lampiran 5. Pembuktian Operasi Vec Misalkan matriks A berukuran m x n; A={aij}. Operasi vec adalah operasi untuk menyusun ulang matriks matriks A menjadi vector kolom berukuran mn. Secara definisi susunan dari vector kolom vec A posisinya adalah [(j-1)m +i]. Misalkan untuk setiap matriks A berukuran m x n, matriks B berukuran n x p dan matriks C berukuran p x q. vec(ABC)=(C‘⊗A)vec(B) Bukti : Matriks B dapat dituliskan sebagai berikut : p B = ∑ b j e ′j j =1 Dengan (untuk j=1,..,p ) bj adalah kolom ke-j dari matriks B dan ej‘ adalah baris ke-j dari matriks Ip. Sehingga dengan menggunakan hasil vec(ba‘)= a ⊗ b dan (A ⊗ B)(C ⊗ D)= (AC ⊗ BD) dapat ditunjukkan : vec(ABC) = vec A ∑ b j e ′j C j = ∑ vec(Ab j e ′j C) j = ∑ [(C′e j ) ⊗ (Ab j )] j = ∑ (C′ ⊗ A) ⊗ (e j ⊗ b j ) j = ∑ (C′ ⊗ A) ⊗ (e j ⊗ b j ) j = ∑ (C′ ⊗ A)vec(b j e ′j ) j = (C ′ ⊗ A)∑ vec(b j e ′j ) j = (C ′ ⊗ A)vec∑ (b j e ′j ) =(C ′ ⊗ A)vecB j 100 Lampiran 6. Program SAS mendapatkan Variabel dalam MPS-AMMI LIBNAME IN "E:\AMMI"; OPTIONS NODATE PAGENO=1 LS=72; DATA PREP1; SET WORK.DATASEMT; RENAME UMF=Y1 KAP=Y2 BTK=Y3 HSL=Y4 /*(TRAITS)*/ TL=X1 MUSIM=X2 VARITAS=X3; /*(KOVARIAT LINGKUNGAN)*/ RUN; PROC SORT DATA=PREP1; BY LINGKUNGAN GENOTIPE; RUN; DATA PREP1; SET PREP1; *MENDEFINISIKAN VARIABEL DUMMY GENOTIPE DAN LINGKUNGAN ;; ARRAY G (12) G1-G12; DO I=1 TO 12; IF GENOTIPE=I THEN G(I)=1; ELSE G(I)=0; END; L1=(LINGKUNGAN=1);L2=(LINGKUNGAN=2);L3=(LINGKUNGAN=3);L4=(LINGKUNG AN=4);L5=(LINGKUNGAN=5);L6=(LINGKUNGAN=6);L7=(LINGKUNGAN=7);L8=(LI NGKUNGAN=8);L9=(LINGKUNGAN=9);L10=(LINGKUNGAN=10);L11=(LINGKUNGAN= 11);L12=(LINGKUNGAN=12);L13=(LINGKUNGAN=13);L14=(LINGKUNGAN=14);L1 5=(LINGKUNGAN=15);L16=(LINGKUNGAN=16); RUN; * MENDAPATKAN MATRIKS INTERAKSI (GEI); PROC GLM DATA=PREP1 NOPRINT; CLASS LINGKUNGAN ULANGAN GENOTIPE; MODEL Y1 Y2 Y3 Y4=LINGKUNGAN GENOTIPE ULANGAN(LINGKUNGAN); OUTPUT OUT=RES R=RESID1 RESID2 RESID3 RESID4; RUN; PROC MEANS DATA=RES NOPRINT; VAR RESID1 RESID2 RESID3 RESID4; BY LINGKUNGAN GENOTIPE; OUTPUT OUT=RESMN1 MEAN=RESID1M RESID2M RESID3M RESID4M; RUN; DATA PREP2; MERGE PREP1 RESMN1 (KEEP=LINGKUNGAN GENOTIPE RESID1M RESID2M RESID3M RESID4M); BY LINGKUNGAN GENOTIPE; * MENETAPKAN SATU NILAI UNTUK SETIAP GENOTIPE PERLINGKUNGAN;; DATA PREP3; SET PREP2 (KEEP=LINGKUNGAN GENOTIPE RESID1M RESID2M RESID3M RESID4M); BY LINGKUNGAN GENOTIPE; IF FIRST. GENOTIPE; RUN; PROC SORT DATA=PREP3; BY GENOTIPE; RUN; PROC TRANSPOSE DATA=PREP3 OUT=PREP4; BY GENOTIPE; 101 VAR RESID1M RESID2M RESID3M RESID4M; PROC SORT DATA=PREP4; BY _NAME_; DATA GY; SET PREP4 (DROP=_NAME_ GENOTIPE); *PROGRAM IML PROGRAM UNTUK MENGHITUNG SKOR GEI MENGGUNAKAN SVD; PROC IML; TITLE1 ’SVD ’ ; USE GY; READ ALL INTO X; A1=1:12; A2=13:24; A3=25:36; A4=37:48; B=1:16; XX1=X[A1,B]; XX2=X[A2,B]; XX3=X[A3,B]; XX4=X[A4,B]; * SINGULAR VALUE DECOMPOSITION MATRICS GEI UNTUK UMF(XX1), KAP(XX2), BTK(XX3) DAN HSL (XX4) U1=GENOTYPIC EIGENVECTORS S=SINGULAR VALUE V=ENVIROMENTAL EIGENVECTORS;;; CALL SVD(U1, S1, V1, XX1); CALL SVD(U2, S2, V2, XX2); CALL SVD(U3, S3, V3, XX3); CALL SVD(U4, S4, V4, XX4); SQRTS1=SQRT(S1); SQRTS2=SQRT(S2); SQRTS3=SQRT(S3); SQRTS4=SQRT(S4); A1=U1[,1:2]; B1=U2[,1:2]; C1=U3[,1:2]; D1=U4[,1:2]; A2=V1[,1:2]; B2=V2[,1:2]; C2=V3[,1:2]; D2=V4[,1:2]; A=A1//A2; B=B1//B2; C=C1//C2; D=D1//D2; PRINT A B C D; PRINT S1 S2 S3 S4; *MENDAPATKAN SKOR AMMI UNTUK SETIAP GENOTYPIC DAN ENVIRONMENT UNTUK SETIAP VARIABEL;; *UMF; *KONVERSI MATRIKS DIAGONAL KE BENTUK VEKTOR KOLOM; DIAGS1=DIAG(S1); *NILAI SINGULAR ; DIAGS1_15=DIAGS1[1:5, 1:5]; *LIMA NILAI SINGULAR; L1_15=COLVEC(DIAGS1_15); *VEKTOR KOLOM; *******************;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; *LIMA KOMPONEN INTERAKSI PERTAMA; SCORE1_15=((V1[,1:5])@(U1[,1:5]))*L1_15; *KAP;; DIAGS2=DIAG(S2); DIAGS2_15=DIAGS2[1:5,1:5]; L2_15=COLVEC(DIAGS2_15); *******************;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; SCORE2_15=((V2[,1:5])@(U2[,1:5]))*L2_15; *BTK;; DIAGS3=DIAG(S3); 102 DIAGS3_15=DIAGS3[1:5,1:5]; L3_15=COLVEC(DIAGS3_15); *******************;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; SCORE3_15=((V3[,1:5])@(U3[,1:5]))*L3_15; *HSL;; DIAGS4=DIAG(S4); DIAGS4_15=DIAGS4[1:5,1:5]; L4_15=COLVEC(DIAGS4_15); *******************;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; SCORE4_15=((V4[,1:5])@(U4[,1:5]))*L4_15; *MENYATUKAN SKOR DALAM SEBUAH MATRIKS; SCORE15=SCORE1_15||SCORE2_15||SCORE3_15||SCORE4_15; *MEMBUAT FILE SAS DENGAN SKOR AMMI UNTUK SETIAP KOMPONEN;; S1=’SCORE1_15’; S2=’SCORE2_15’; S3=’SCORE3_15’; S4=’SCORE4_15’; VARNAMES=S1||S2||S3||S4; CREATE SCORE15 FROM SCORE15 [COLNAME=VARNAMES]; APPEND FROM SCORE15; CLOSE SCORE15; PROC SORT DATA=PREP3; BY LINGKUNGAN GENOTIPE; DATA GYSCOREM; MERGE PREP3 SCORE15; RUN; PROC SORT DATA=GYSCOREM; BY LINGKUNGAN GENOTIPE; PROC SORT DATA=PREP2; BY LINGKUNGAN GENOTIPE; PROC MEANS DATA=PREP2 NOPRINT; VAR Y1 Y2 Y3 Y4 ; BY LINGKUNGAN GENOTIPE; OUTPUT OUT=PREP2M MEAN=Z1 Z2 Z3 Z4; RUN; DATA PREPM; MERGE PREP2 (KEEP=LINGKUNGAN GENOTIPE X1 X2 X3) PREP2M(IN=IN1 KEEP=LINGKUNGAN GENOTIPE Z1 Z2 Z3 Z4); BY LINGKUNGAN GENOTIPE; IF IN1=1; DATA GYSCORE; MERGE PREPM (KEEP=LINGKUNGAN GENOTIPE X1 X2 X3 Z1 Z2 Z3 Z4) GYSCOREM (IN=IN1 KEEP=LINGKUNGAN GENOTIPE SCORE1_15 SCORE2_15 SCORE3_15 SCORE4_15); BY LINGKUNGAN GENOTIPE; IF IN1=1; RUN; DATA SEM_AMMI ; SET GYSCORE; ARRAY L(1:1) X1; ARRAY M(1:1) X2; ARRAY X(1:4) Z1-Z4; ARRAY CL(1:1, 1:4) CL11 CL21 CL31 CL41; ARRAY CM(1:1, 1:4) CM11 CM21 CM31 CM41; DO I=1 TO 4; 103 CL(1,I) =L(1)*X(I); CM(1,I) =M(1)*X(I); END; LX3=X1*X3; MX3=X2*X3; RUN; PROC GLM DATA=SEM_AMMI NOPRINT; CLASS LINGKUNGAN GENOTIPE; MODEL CL11 CL21 CL31 CL41 CM11 CM21 CM31 CM41 LX3 MX3 = LINGKUNGAN GENOTIPE ; OUTPUT OUT=COVRES R=CL11 CL21 CL31 CL41 CM11 CM21 CM31 CM41 LX3 MX3; RUN; DATA HASIL; SET COVRES (KEEP=SCORE1_15 SCORE2_15 SCORE3_15 SCORE4_15 CL112 CL212 CL312 CM112 CM212 CM312 LX32 MX32 ); RUN; PROC PRINT DATA=HASIL; RUN; 104 Lampiran 7.1. Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian LINGKUNGAN GENOTIPE Billinier Interaksi Usia Masak Fisiologis A B C D E F G H I J K L L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 KUI-1 0.01259 -0.01022 -0.02619 -0.15360 -0.01224 -0.01761 -0.01113 0.04304 -0.01152 0.15153 -0.00813 0.04349 -0.11697 -0.03469 -0.02769 -0.00971 -0.00971 -0.00735 -0.00735 0.09208 0.11110 -0.10317 -0.00971 0.03525 0.03116 -0.00971 0.03223 0.03429 KUI-2 0.08986 0.07244 -0.05609 -0.07291 -0.02395 -0.01429 0.05905 -0.05395 -0.04948 -0.07807 0.09503 0.03237 -0.01512 -0.05368 0.01981 0.04757 0.04757 0.02692 0.02692 -0.08405 -0.08545 -0.12636 0.04757 0.01608 0.00848 0.04757 0.04060 0.03557 KUI-3 0.00293 -0.01970 0.09647 -0.06921 -0.03047 0.02748 0.01011 0.05243 0.01204 -0.06842 -0.01405 0.00038 -0.03580 -0.05121 -0.00381 0.02873 0.02873 0.02978 0.02978 0.02194 0.00523 0.02331 0.02873 -0.07014 0.05037 0.02873 -0.05558 -0.05881 Nilai Singular KUI Singular values Eigen values Cumulative % of Eigenvalues 1 2 3 4 5 0.052031 0.047582 0.024051 0.022409 0.016951 0.002707 0.002264 0.000578 0.000502 0.000287 0.402451 0.73901 0.825001 0.899654 0.942371 KUI-4 0.03468 0.00831 -0.03018 -0.02822 0.00916 -0.01302 -0.04901 -0.00538 0.12058 -0.01711 0.01219 -0.04201 0.05756 0.03237 0.05379 -0.00397 -0.00397 0.00651 0.00651 0.02184 0.03492 -0.07404 -0.00397 -0.05158 -0.02615 -0.00397 0.01851 -0.06436 KUI-5 0.03255 0.02587 0.01353 -0.00122 0.05245 -0.08525 0.02112 0.01770 -0.00537 -0.01461 -0.06308 0.00631 0.00696 0.04571 -0.10561 0.01100 0.01100 0.02678 0.02678 0.00844 -0.00498 -0.01232 0.01100 -0.01557 -0.02642 0.01100 0.01944 -0.01321 105 Lampiran 7.2. Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian LINGKUNGAN GENOTIPE Billinier Interaksi Kadar Air Panen A B C D E F G H I J K L L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 KUI-1 0.47898 0.07984 -0.48033 0.01858 -0.05395 0.14787 -0.31735 -0.12339 0.07676 0.12741 0.34741 -0.30184 -0.30488 0.08138 -0.03807 0.20587 0.01820 0.32353 0.28443 0.10727 -0.04418 0.19184 0.03787 -0.17174 -0.24299 0.03320 0.11607 -0.59782 KUI-2 -0.13798 0.35948 0.17057 -0.08158 -0.17824 0.00224 0.07692 0.08130 -0.15114 -0.36416 0.41666 -0.19407 -0.20127 0.18558 0.14329 -0.27482 -0.00903 -0.26305 -0.14940 -0.23324 0.07372 0.45724 0.06792 0.08813 0.14181 0.04815 0.07630 -0.15131 KUI-3 -0.08252 -0.33436 0.06660 -0.31841 -0.08738 -0.01919 0.13643 -0.04883 -0.11078 0.31072 0.39376 0.09395 0.02196 -0.15494 -0.03095 -0.35753 -0.08531 0.05933 -0.05215 0.33673 0.23522 0.07328 0.07794 0.22438 -0.35757 -0.02016 0.02284 0.00694 Nilai Singular KUI Singular values Eigen values Cumulative % of Eigenvalues 1 2 3 4 5 0.84151 0.59503 0.52613 0.48259 0.44854 0.70814 0.35407 0.27681 0.23290 0.20119 0.35380 0.53070 0.66900 0.78537 0.88588 KUI-4 0.01495 0.33627 0.07145 -0.43755 0.03222 0.09505 0.08426 -0.11019 0.08189 0.23348 -0.22804 -0.17379 -0.21435 -0.09628 -0.02618 -0.30505 0.13594 0.36542 0.16056 -0.12885 -0.26369 0.00339 0.00916 0.14361 0.14114 -0.03999 -0.04450 0.15967 KUI-5 0.16869 -0.18545 0.33937 0.13092 -0.28496 0.17491 -0.02853 0.10596 -0.07503 0.09499 -0.12637 -0.31451 0.13340 -0.02585 0.18531 -0.28294 0.10284 0.05979 0.03959 -0.00340 0.21168 -0.27565 -0.01860 -0.16860 0.21788 0.15567 -0.05634 -0.27478 106 Lampiran 7.3. Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian LINGKUNGAN GENOTIPE Billinier Interaksi Berat Tongkol Panen A B C D E F G H I J K L L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 KUI-1 0.03682 -0.43341 0.02659 0.40966 0.14979 0.10724 0.25309 0.11501 -0.10798 -0.58430 0.26529 -0.23781 0.40608 0.13951 -0.43383 0.02193 -0.56816 0.10245 0.25236 0.04151 0.25094 -0.02963 0.13708 -0.03953 -0.13495 0.03192 0.08142 -0.25909 KUI-2 0.23382 0.29353 0.22405 0.21461 -0.07683 -0.00372 -0.47913 -0.36023 0.03730 -0.24131 0.19862 -0.04071 0.28996 0.01802 0.21657 0.22701 0.07146 0.05449 -0.23487 -0.41123 -0.19376 -0.08182 0.29600 -0.18312 -0.23594 0.20783 0.08652 -0.12711 KUI-3 -0.08878 0.36140 -0.33411 -0.08045 0.04497 -0.29188 0.30189 -0.12990 0.13523 -0.29922 0.18918 0.19167 -0.01207 -0.18959 -0.01199 -0.07681 0.06262 0.72217 0.01561 -0.05229 0.04184 -0.12081 -0.06161 -0.07186 -0.05258 -0.12784 -0.11929 0.05450 Nilai Singular KUI Singular values Eigen values Cumulative % of Eigenvalues 1 2 3 4 5 0.94895 0.70308 0.63217 0.44143 0.40181 0.90050 0.49432 0.39964 0.19486 0.16145 0.36638 0.56749 0.73009 0.80937 0.87506 KUI-4 -0.25264 -0.17118 -0.03043 0.14174 0.35341 -0.02694 -0.08800 -0.27589 0.31674 0.08512 -0.09263 0.04070 0.05329 0.38769 0.14389 -0.01185 0.10355 0.01280 0.29999 -0.13043 -0.10749 0.05780 -0.16543 -0.14756 -0.03514 -0.24734 -0.09549 -0.11829 KUI-5 -0.12085 0.08055 0.39897 0.00757 -0.06096 -0.10271 0.11919 0.05742 0.07193 -0.23263 -0.34006 0.12159 0.06150 0.11682 0.19426 -0.17433 -0.17320 0.02593 -0.02807 -0.00979 -0.08615 -0.17662 -0.17117 0.33247 -0.24569 0.03542 0.14486 0.15375 107 Lampiran 7.4. Skor Komponen Genotipe dan Lingkungan Hasil Penguraian LINGKUNGAN GENOTIPE Billinier Interaksi Hasil A B C D E F G H I J K L L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 KUI-1 0.08391 0.34516 -0.11444 -0.38983 -0.08232 -0.08087 -0.30213 -0.24435 0.19116 0.47968 -0.12717 0.24121 0.17565 -0.17445 0.42093 -0.03578 0.53810 -0.09477 -0.20828 -0.19262 -0.25358 0.00237 -0.17203 -0.09220 0.14848 -0.07548 -0.14735 0.16099 KUI-2 -0.05120 0.29478 0.39886 0.33653 -0.12104 -0.01287 -0.42588 -0.11804 -0.11510 -0.08705 0.00406 -0.10306 -0.34014 0.09499 0.22068 0.23766 0.02195 -0.07553 -0.12062 -0.18861 -0.20541 -0.02548 0.30399 0.01197 -0.32586 0.22664 0.15566 0.00812 KUI-3 -0.01575 -0.37912 0.16845 0.07491 0.12007 0.17431 -0.17235 0.14266 -0.00700 0.34394 -0.35929 -0.09082 -0.05377 0.28558 -0.00128 -0.02189 -0.02213 -0.54039 0.03127 0.07348 -0.08514 0.29272 -0.15503 0.13394 0.08160 -0.02773 0.03841 -0.02962 Nilai Singular KUI Singular values Eigen values Cumulative % of Eigenvalues 1 2 3 4 5 0.79654 0.60345 0.52850 0.46636 0.39767 0.63447 0.36415 0.27931 0.21749 0.15814 0.32882 0.51754 0.66229 0.77501 0.85697 KUI-4 0.39594 -0.24280 -0.09018 -0.00894 -0.01830 0.19083 -0.22001 -0.21681 0.01048 -0.01192 0.31515 -0.10344 0.30006 -0.03065 -0.11458 0.16094 -0.06612 -0.17723 -0.08416 -0.30449 0.09039 0.01943 0.24729 -0.18294 0.21009 0.11127 0.02217 -0.20149 KUI-5 0.18042 0.15673 -0.04194 -0.12792 -0.27440 0.13962 0.03496 0.31009 -0.32455 0.08929 -0.01267 -0.12961 -0.03194 -0.33701 -0.17143 0.05978 0.00946 -0.18892 -0.21763 0.25246 0.00430 -0.04291 0.09179 0.10943 0.06762 0.18475 0.00472 0.20555 108 Lampiran 8. MPS-AMMI Notes for Group (Group number 1) The model is recursive. Sample size = 576 Your model contains the following variables (Group number 1) Observed, endogenous variables Y1 Y2 Y3 Y4 Observed, exogenous variables Y2T Y2M Y3M Y3T Y1M Y1T Unobserved, endogenous variables UMF KAP BTK HASIL Unobserved, exogenous variables Z4 E1 E3 Z3 Z2 Z1 E4 E2 Variable counts (Group number 1) Number of variables in your model: Number of observed variables: Number of unobserved variables: Number of exogenous variables: Number of endogenous variables: 22 10 12 14 8 Parameter summary (Group number 1) Fixed Labeled Unlabeled Total Weights Covariances Variances Means Intercepts Total 12 0 4 0 0 16 0 0 0 0 0 0 18 15 10 0 0 43 30 15 14 0 0 59 109 Assessment of normality (Group number 1) Variable Y1T Y1M Y3T Y3M Y2M Y2T Y4 Y3 Y2 Y1 Multivariate min -3.746 -2.645 -4.329 -3.796 -4.099 -4.352 -2.578 -2.959 -3.223 -2.704 Max skew c.r. kurtosis c.r. 5.688 .963 9.438 7.422 36.362 5.375 1.614 15.812 7.542 36.947 4.201 -.231 -2.266 3.704 18.148 2.968 -.189 -1.851 1.288 6.308 3.783 -.116 -1.137 2.685 13.154 3.588 .093 .914 5.214 25.541 2.694 .111 1.089 -.168 -.825 3.258 .144 1.406 .394 1.929 3.328 .029 .281 1.419 6.952 4.443 .868 8.503 3.431 16.808 79.906 61.895 Notes for Model (Default model) Computation of degrees of freedom (Default model) Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (55 - 43): 55 43 12 Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = 18.201 Degrees of freedom = 12 Probability level = .110 Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Asymptotically Distribution-free Estimates Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) UMF UMF KAP KAP KAP BTK BTK BTK BTK BTK BTK BTK HASIL HASIL HASIL HASIL <--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--- Y1M Y1T UMF Y2T Y2M KAP UMF Y3M Y3T Y2T Y1T Y2M KAP BTK UMF Y1M Estimate .393 .741 -.008 .807 .359 -.226 -.101 .634 .479 .244 .093 .080 -.204 .921 .331 -.283 S.E. .021 .023 .016 .026 .024 .050 .039 .034 .055 .048 .042 .029 .021 .032 .074 .054 C.R. 18.421 31.578 -.485 31.143 14.932 -4.535 -2.603 18.522 8.769 5.119 2.192 2.766 -9.636 28.999 4.447 -5.263 P *** *** .628 *** *** *** .009 *** *** *** .028 .006 *** *** *** *** 110 HASIL HASIL Y1 Y2 Y3 Y4 <--<--<--<--<--<--- Y3M Y1T UMF KAP BTK HSL -.103 .048 -.262 .071 .942 .886 .875 .857 -2.155 .031 -3.703 *** Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) UMF KAP BTK HASIL Estimate 0.886 0.816 0.763 0.721 Galat 0.114 0.184 0.237 0.279 Matrices (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model) Y1T Y1M Y3T Y3M Y2M Y2T UMF UMF .741 .393 .000 .000 .000 .000 .000 KAP -.006 -.003 .000 .000 .359 .807 -.008 BTK .019 -.039 .479 .634 -.001 .062 -.100 HASIL .002 -.188 .441 .481 -.074 -.108 .241 Y4 .002 -.161 .378 .412 -.064 -.093 .206 Y3 .017 -.034 .419 .555 -.001 .054 -.087 Y2 -.005 -.003 .000 .000 .318 .715 -.007 Y1 .698 .370 .000 .000 .000 .000 .942 KAP BTK .000 .000 .000 .000 -.226 .000 -.413 .921 -.354 .790 -.198 .875 .886 .000 .000 .000 Direct Effects (Group number 1 - Default model) Y1T Y1M Y3T Y3M Y2M Y2T UMF KAP BTK UMF .741 .393 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 KAP .000 .000 .000 .000 .359 .807 -.008 .000 .000 BTK .093 .000 .479 .634 .080 .244 -.101 -.226 .000 HASIL -.262 -.283 .000 -.103 .000 .000 .331 -.204 .921 Y4 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 Y3 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .875 Y2 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .886 .000 Y1 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .942 .000 .000 Indirect Effects (Group number 1 - Default model) Y1T UMF .000 KAP -.006 BTK -.074 HASIL .264 Y4 .002 Y1M .000 -.003 -.039 .095 -.161 Y3T Y3M Y2M Y2T UMF KAP BTK .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 -.081 -.183 .002 .000 .000 .441 .584 -.074 -.108 -.090 -.209 .000 .378 .412 -.064 -.093 .206 -.354 .790 111 Y3 Y2 Y1 Y1T Y1M Y3T Y3M Y2M .017 -.034 .419 .555 -.001 -.005 -.003 .000 .000 .318 .698 .370 .000 .000 .000 Y2T UMF KAP BTK .054 -.087 -.198 .000 .715 -.007 .000 .000 .000 .000 .000 .000 Model Fit Summary CMIN Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 43 18.201 12 .110 1.517 Saturated model 55 .000 0 Independence model 10 888.903 45 .000 19.753 RMR, GFI Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .035 .988 .946 .216 Saturated model .000 1.000 Independence model .527 .422 .293 .345 Baseline Comparisons Model NFI RFI IFI TLI CFI Delta1 rho1 Delta2 rho2 Default model .980 .923 .993 .972 .993 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000 Parsimony-Adjusted Measures RMSEA Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .030 .000 .056 .885 Independence model .181 .170 .191 .000 112 Lampiran 9. Koefisien Korelasi Tinggi Lokasi dengan Kovariate Genotipik UMF KAP BTK HSL TLOK UMF 1.00 0.35 0.14 0.34 -0.09 KAP 0.35 1.00 -0.05 0.25 -0.25 BTK 0.14 -0.05 1.00 0.68 -0.08 HSL 0.34 0.25 0.68 1.00 -0.44 TLOK -0.09 -0.25 -0.08 -0.44 1.00