BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH Konflik antara Iraq

advertisement
BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH
Konflik antara Iraq-Kuwait merupakan konflik yang terjadi semenjak perang dunia II,
yang kemudian menempatkan wilayah Babilonia klasik menjadi
Konflik yang paling luas
dan mengalami
Konflik dua negara ini sedikit banyak diwarnai oleh persoalan
perubahan setting
konflik adalah yang
politik yang kemudian bergerak menjadi persoalan ekonomi.
banyak dikenal dengan
Konflik menjadi mengemuka pasca Inggris melakukan
konflik Arab-Israel.
Konflik ini dalam batas
kolonialisasi terhadap berbagai wilayah Timur Tengah
tertentu lebih mewakili
berkompetisi dengan Perancis. Dalam perjalanan kolonialisasi
konflik etnis yang
kemudian terkemas
Kuwait pada akhirnya menjadi daerah protektorat Inggris.
dalam bentuk konflik
Setelah Kuwait menjadi negara yang merdeka maka konflik di
antar negara. Konflik ini
berawal dari gejala
Iraq senantiasa muncul ke permukaan, yang titik kulminasinya
imigrasi besar-besaran
yakni setelah Iraq melakukan agresi ke Kuwait 1991. Konflik
etnik Yahudi ke Timur
Tengah yang kemudian
ini pada akhirnya menjadi sangat panjang, dan hampir 1 dekade
pada tahun 1948
perseteruan Iraq Kuwait berlangsung, yang kemudian pada 2003
melahirkan sebuah
negaramelakukan
baru yangagresi ke
Amerika Serikat melakukan amputasi terhadap perilaku agresi Iraq dengan
bernama Israel.
Iraq.1
sebuah entitas negara yang kemudian dikenal dengan Iraq.
Konflik Iraq-Iran merupakan konflik yang sempat membuat denyut nadi Timur Tengah
mengalami kontraksi yang sangat kuat, sebuah setting konlik yang sangat kompleks dan tidak
adil. Iran di satu sisi dianggap sebagai fihak yang hanya sendiri melakukan konflik, sedangkan
Iraq mendapatkan dukungan yang sangat signifikan dari dunia Arab maupun Amerika Serikat.
Konflik Iran Iraq melibatkan emosional mazhab, di mana diyakini sebagai bentuk benturan
mazhab Syiah-Sunni, setelah Iran melakukan revolusi 1979, yang dalam batas tertentu difahami
oleh negara-negara Arab sebagai sebuah ancaman penyebaran idiologi Syiah dan revolusi.
Konflik ini juga sarat dengan aroma etnis, di mana etnis Arab dan Persia dalam sejarah
panjang Timur Tengah merupakan etnis yang saling berkompetisi satu sama lain. Yang mana
masing-masing etnis mengklaim memiliki kelebihan masing-masing, dan pada akhirnya
bermuara kepada etnosentrisme siapa yang paling kuat dan berhak berkuasa.
1
Lihat lebih jauh dalam uraian Iraq-Kuwait Conflict dalam Microsoft Encarta Encyclopedia 2004.
Konflik ini juga tidak bisa dilepaskan dari aroma propaganda dan adu domba oleh regim
adikuasa. Iraq dalam batas tertentu mendapatkan dukungan yang masif dari Amerika Serikat
untuk mengeliminasi pengaruh Iran di Timur Tengah yang banyak menganggu kepentingan
Amerika Serikat. Nasionalisasi perusahaan Amerika Serikat di Iran pasca revolusi menjadikan
titik strategis Amerika Serikat di Timur Tengah dan Asia Tengah telah hilang, maka Amerika
Serikat harus mendapatkan sekutu baru dengan melakukan taktik adu domba.2
Konflik yang paling luas dan mengalami perubahan setting konflik 3 adalah yang banyak
dikenal dengan konflik Arab-Israel. Konflik ini dalam batas tertentu lebih mewakili konflik etnis
yang kemudian terkemas dalam bentuk konflik antar negara. Konflik ini berawal dari gejala
imigrasi besar-besaran etnik Yahudi ke Timur Tengah yang kemudian pada tahun 1948
melahirkan sebuah negara baru yang bernama Israel.
Lahirnya negara Israel yang diiringi dengan pembakaran sebagaian masjid Al-Aqsha
menyulut konflik menjadi lebih meluas yang melibatkan berbagai negara Arab di Timur Tengah
seperti Arab Saudi, Iraq, Iran, Mesir, Suriah, Yordania yang juga saling berkompetisi sebagai
pemimpin negara-negara Arab dalam Liga Arab. Konflik ini kemudian termanifestasi dalam
konflik Arab-Israel I yang terjadi 1956, yang dalam batas tertentu sebagai titik awal perlawanan
masif. Israel hampi mengalami kekalahan serius jika tidak Amerika Serikat melakukan campur
tangan untuk menyelamatkan Israel. Bahkan dalam batas tertentu beberapa negara seperti Suriah,
Yordania kehilangan beberapa bagian wilayahnya, seperti Gaza dan Tepi Barat.
Mesir yang mengklaim diri sebagai pemimpin negara Arab kemudian melakukan uji coba
perang Arab Israel kedua yang dilakukan 10 tahun kemudian di 1967. Namun konflik ini dalam
batas tertentu menyebabkan salah satu bagian wilayah Mesir justru malah dikuasai oleh Israel,
yakni dataran tinggi Sinai yang memang posisinya berada di wilayah Asia.
Iraq yang mengalami ekskalasi perkakas militer pasca perang 8 tahun dengan Iran
mencoba mendesain diri sebagai pemimpin negara Arab dalam dekade 1990-an setelah beberapa
negara Arab lainnya mulai menarik diri dari emphati kepada Palestina. Mesir semenjak Camp
David, kemudian diikuti oleh beberapa negara seperti Yordania, Suriah, Arab Saudi yang sudah
tidak intensif lagi dalam pemberian dukungan fisik. Iraq kemudian melakukan tindakan yang
sangat antagonis pasca melakukan perang 8 tahun dengan Iran yakni dengan melakukan serangan
2
Lihat dalam Alan R. Taylor, Pergeseran-Pergeseran Aliansi Dalam Sistem Perimbangan Kekuatan Arab, Jakarta,
AmarPress, 1990, hal. 149
3
ibid.,
sporadis ke Israel. Akibat serangan maka PLO sebagai representasi perjuangan masyarakat
Palestina memberikan dukungan kepada Iraq tatkala Iraq melakukan invasi ke Kuwait.
Akibatnya dukungan PLO ini maka Arab Saudi yang sebelumnya memberikan bantuan finasial
terhadap proses perjuangan Palestina banyak menarik diri, karena Arab Saudi adalah salah satu
negara yang bertentangan dengan haluan politik luar negeri Saddam Hussein.
Sampai saat ini konflik Arab-Israel tetap berlangsung dengan semakin intensif Israel di
bawah kepemimpinan Ariel Sharon melakukan penetrasi ke Palestina dengan tindakan
pengisiolasian terhadap Arafat, pembunuhan kepada tokoh Hamas
Syeikh Ahmad Yasin, Abdullah Aziz Rantisi dan kelompok militan
lainnya. Terakhir Israel melakukan pembangunan tembok terhadap
Yerusalem sebagai langkah kontroversial. Bahkan dalam dua tahun
berturut-turut Israel menyerang langsung ke Gaza di 2006, dan 2009,
yang mengakibatkan kerusakan sangat serius di Gaza. Israel juga
menyerang ke Lebanon, setelah 2 orang serdadunya ditangkap oleh
gerilyawan Hizbullah.
Sedangkan konflik di
tingkat negara-negara
berbasis kerajaan relatif
bersifat latent, di mana
regim selama ini masih
mampu mencegah
konflik secara manifest
melalui intrumen
pembangunan
kesejahteraan
masyarakat dari hasilhasil insutri minyak.
Konflik Antara Pemerintah-Masyarakat
Fenomena konflik antar masyarakat dalam bentuk manifest banyak tercermin ke dalam
negara-negara dengan basis republik dibandingkan dengan negara-negara berbasis kerajaan. Hal
ini disebabkan angka indeks demokrasi di negara berbasis republik lebih besar dibandingkan
dengan negara kerajaan, meski masih banyak ditemui bahwa negara yang basis Republik-pun,
indeks demokrasinya relatif masih kecil. Negara yang memiliki indeks terbesar dimiliki oleh
Israel yang mencapai angka 8.4
Sedangkan konflik di tingkat negara-negara berbasis kerajaan relatif bersifat latent, di
mana regim selama ini masih mampu mencegah konflik secara manifest melalui intrumen
pembangunan kesejahteraan masyarakat dari hasil-hasil insutri minyak. Sehingga ada
Lihat index demokrasi negara di Timur Tengah dalam Dhurorudin Mas’ad dkk, Prospek Kerjasama EkonomiPolitik Indonesia Timur Tengah, Jakarta, LIPI, 1997
4
kecenderungan angka indeks demokratisasi di negara berbasis minyak akan naik seiring dengan
berkurangnya deposit minyak yang dimiliki.5
Akibat dari konflik yang dilatentkan dan akumulatif tersebut maka begitu terjadi konflik
maka berkecenderungan melahirkan konflik yang uniq dan khas berupa tindakan kekerasan yang
masif. Hal ini bisa dilihat dalam berbagai peristiwa yang terjadi di Israel, Palestina, Iraq, Suriah,
Yordania, Arab Saudi sering terdapat ekspresi ketidaksukaan masyarakat kepada pemerintah
yang berkuasa dalam bentuk aksi kekerasan. Israel yang diyakini sebagai negara yang
demokratis terhadap warganya ternyata juga tetap melahirkan reaksi kekerasan yang berakibat
pembunuhan terhadap PM Yitzak Rabin. Konflik yang juga sangat marak sekarang ini adalah
konflik di Iraq, di mana pemerintah yang berkuasa dianggap tidak memiliki legitimasi yang kuat
bahkan dituding sebagai boneka Amerika Serikat, sehingga konflik antara masyarakat dengan
pemerintah sangat besar.
Kasus di Arab Saudi sekarang ini juga menunjukkan pola-pola peningkatan konflik
antara masyarakat dengan negara. Kelompok al-Qaeda yang merupakan kelompok yang berbasis
di Arab Saudi merupakan kelompok yang sangat kritis kepada regim Saud, sehingga pada tahun
1993 kelompok ini dibubarkan dan dilarang aktivitasnya di Saudi. Pemimpinnya Usamah bin
Laden dideportasi dari Arab Saudi. Namun juga tak bisa dipungkiri meskipun mendapatkan
tindakan represif dari pemerintah Arab Saudi kelompok ini masih sering melakukan aksi
perlawanan kepada kebijakan pemerintah Arab Saudi.6
Konflik Antar Masyarakat
Dalam konteks konflik antar masyarakat banyak terjadi di lokasi yang mengalami
ekskalasi konflik yang sangat tinggi. Pola ini tidak bisa dilepaskan dari persoalan konflik di
tingkat negara. Artinya jika suatu negara memiliki kerawanan konflik maka akan mengalami
efek spiral ke masyarakat. Kasus yang mengemuka terjadi di daerah Palestina, Iraq maupun di
Israel.
Untuk kasus palestina konflik sering terjadi ketika faksi-faksi perlawanan di Palestina
mendapatkan posisi yang dilematis akibat hasil perundingan yang ditempuh oleh otoritas
5
Salah satu contoh negara yang menarik adalah Qatar, Qatar diyakini deposit minyaknya akan mengalami
pengurangan yang sangat serius dalam 2 dekade ke depan, sehingga mulai sekarang Qatar mulai memberikan iklim
keterbukaan politik bagi masyarakatnya, lihat dalam ibid.,
6
Lihat dalam Osama bin Laden: Teroris atau Mujahid, Jakarta, Gramedia, 2001, hal. 33
Palestina terhadap Israel. Dalam kasus perjanjian rahasia Oslo antara Arafat dengan Rabin
akhirnya menimbulkan konflik antar masyarakat Palestina sendiri. Demikian pula kasus Gaza
Jerico first yang akan memberikan kompensasi bagi keterlibatan warga
Palestina untuk bisa bekerja di Israel dengan kompensasi Arafat harus
memerangi sayap perlawanan Palestina yang lain. Kasus semacam ini juga
muncul lagi ketika Israel membidani lahirnya struktur Perdana Menteri dalam
Struktur Pemerintah Otoritas Palestina yang menempatkan Mahmud Abbas
yang harus bersitegang dengan kubu Arafat.
Dalam kasus di Israel konflik antar masyarakat juga tidak bisa
dipisahkan dari haluan kebijakan pemerintah yang cenderung menempatkan
faksi politik di Israel dalam kubu bersitegang bahkan konfrontatif. Kebijakan
jika suatu negara
memiliki
kerawanan konflik
maka akan
mengalami efek
spiral ke
masyarakat. Kasus
yang mengemuka
terjadi di daerah
Palestina, Iraq
maupun di Israel.
Yitzah Rabin yang dianggap akomodatif bagi kelompok ekstrim di Israel
kemudian mengilhami banyaknya kekerasan yang terjadi antara kelompok
Partai Buruh dan Likud. Yang kemudian berujung kepada pembunuhan terhadap PM Rabin.
Demikian pula kebijakan Benyamin Netanyahu yang dianggap kontroversial setelah peletakan
jalan damai yang dibuat Rabin juga menimbulkan kekerasan serupa. Tindakan brutal Netanyahu
ternyata lebih digiatkan lagi oleh Ariel Sharon yang secara provokatif melahirkan ide-ide
kontroversial, juga memancing reaksi sangat keras dari kubu partai Likud. Karena teramat
kuatnya posisi Sharon dalam politik dan militer, kubu Likud harus sampai melakukan cara-cara
impeachment kepada Sharon atas koropsi yang dilakukan oleh anaknya dalam tender
pembangunan infra struktur.
Kasus kekerasan di Iraq terjadi lebih kurang karena proses transisi dari regim Saddam ke
pemerintah transisi tidak memuaskan beberapa kalangan. Kelompok Syiah yang dalam posisi
mayoritas seringkali tidak mendapatkan tempat yang proporsional dalam pemerintahan transisi,
bahkan pemerintah bentukan AS cenderung meminggirkan peran politik masyarakat Syi’ah.7
Etnis Kurdi yang selama ini dipinggirkan oleh regim Saddam Hussein sedemikian rupa sangat
ambisius untuk mendapatkan posisi yang strategis.
Kelompok yang juga melakukan konflik adalah para loyalis Saddam Hussien yang
tergabung dalam mantan pasukan Garda Republik menganggap pemerintah yang berkuasa tidak
Peristiwa yang sangat menyakitkan adalah pembunuhan terhadap ulama kharismatis Syi’ah, Muqtada Sadr yang
kemudian berakibat masyarakat Syiah Iraq melakukan opisisi dan perlawanan masif terhadap regim transisional.
7
mewakili aspirasi rakyat. Ketegangan antara masyarakat ini kemudian mengilhami kekerasan
antar pendukung kelompok satu dengan kelompok yang lain.
Download