Nama : Miftakhul Mukaromah NIM : 135040201111304 Kelas :C Dosen Pengampu : Dr.Ir. Sudarto, MS TUGAS ANALISIS LANDSKAPE TERPADU RINGKASAN MATERI TEKTONISME Bumi merupakan planet yang didalamnya terdapat kehidupan seperti; manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan yang saling berinteraksi satu sama lain. Permukaan bumi dibentuk oleh proses-proses tektonik yang sangat lambat seperti pengangkatan, sedimentasi, erosi sehingga dapat merubah bentuk muka bumi. Muka bumi juga dipengaruhi oleh proses-proses tektonik yang sangat dahsyat seperti vulkanismee, gempa bumi dan peristiwa jatuhnya meteorit. A. Interior Bumi 1. Litosfer Sifat kaku/rigid, terdiri dari: Kerak Samudera (0-10 km), lapisan sima (Silikat magnesium) Kerak benua (0-70 km), lapisan Sial (Silikat Aluminium) 2. 3. 4. 5. 6. Astenosfer sifat plastis, (70-350 km) Zona Transisi sifat cair, (350-700 km) Mantel sifat cair, (700-2900 km) Liquid Iron Core sifat cair, (2900-4980 km) Solid Iron Core Sifat padat, (4980-6370 km) Inti bumi terbentuk dari unsur Besi dan Nikel (NiFe). Inti bumi paling dalam bersifat padat karena adanya tekanan yang besar yang menekan dan menjaga intinya ada di tengah. B. Pergerakan Lempeng-lempeng Tektonik Lempeng-lempeng saling bertemu dan bergerak. Titik pertemuan kedua lempeng disebut dengan batas. Kita mengenal tiga buah batas, yakni Batas Konvergen, Batas Divergen, dan Batas Patahan Geser. 1. Divergen (Pergerakan saling menjauh) Batas Divergen terjadi jika dua buah lempeng bergerak saling menjauh. Contoh pembentukan Batas Divergen adalah pemisahan lempeng Amerika Utara dan Lempeng Afrika. Hasil gerakan kedua lempeng ini adalah Perbukitan Tengah Laut yang ada di Samudera Atlantik. Pergerakan saling mendekat antar kerak samudera, menyebabkan kerak samudera menujam ke dalam mantel sehingga terbentuk palung/zona subduksi, dan terbentuk pegunungan vulkanik dasar laut dengan magma yang cair karena mengandung sedikit kuarsa (SiO2), pembentukan batuan basaltis 2. Convergen (Pergerakan saling mendekat) Batas konvergen terjadi jika dua buah lempeng bertemu dan bertubrukan. Ada tiga jenis Batas Konvergen, yakni lempeng samudera dengan lempeng samudera, lempeng benua dengan lempeng benua, dan lempeng benua dengan lempeng samudera. Di daerah pergerakan saling berpapasan, terdapat aktivitas vulkanisme yang lemah disertai gempa yang tidak kuat. Akibat dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut tejadilah aktivitas geologi, seperti: Vulkanisme Gempa bumi Mineralisasi Pengangkatan pegunungan 3. Batas Patahan Geser Batas Patahan Geser terjadi jika dua buah lempeng saling bergeser. Batasan Patahan Geser bisa terjadi dalam dua cara. Cara pertama, arah geseran kedua lempeng berlawanan arah. Cara kedua, arah geseran kedua lempeng sama tetapi kecepatan gesernya berbeda. Pembentukan Wilayah Kabupaten Tulungagung Berdasarkan Tenaga Tektonik A. Profil Wilayah Kabupaten Tulungagung Secara astronomis wilayah Tulungagung terletak di antara 111º43’ 112º07’ Bujur Timur dan 7º51’-8º18’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Tulungagung terletak pada ketinggian ± 85 m diatas permukaan laut. Daerah ini merupakan dataran yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Tulungagung berada pada suatu cekungan/wadah yang menampung curahan hujan yang mengalir dari daerah sekitarnya. Dengan kondisi yang seperti ini, Kota Tulungagung potensial terjadi banjir/genangan pada musim penghujan. Kota Tulungagung berada pada suatu cekungan DAS Brantas, mempunyai jenis tanah Alluvial hidromorf. Jenis tanah Alluvial hidromorf mempunyai ciri-ciri fisik warna kelabu, bertekstur liat, dan memiliki permiabilitas (water run off) lambat. Ditinjau dari tingkat erosi air, memiliki tingkat kecenderungan pengikisan tinggi (erosif). Jenis tanah alluvial ini potensial bagi pengembangan kegiatan pertanian, baik untuk tanaman padi sawah, polowijo dan perikanan darat. Disamping itu juga potensial bagi pengembangan perkotaan karena umumnya daerah alluvial ini relatif datar. Dalam wilayah Kota Tulungagung terdapat Sungai Ngrowo yang terletak pada bagian barat kota, selain itu masih terdapat beberapa sungai-sungai kecil yakni saluran drainase Lodagung, sungai Tawangsari, Sungai Mosokerep, Sungai Jenes, Sungai Kalisong, dan Sungai Gangsir. Keadaan air pada musim kemarau rata-rata mempunyai debit yang sedikit menurun jika dibandingkan dengan musim penghujan, sedangkan kedalaman sungai pada musim penghujan berkisar antara 2-8 meter. Kota Tulungagung beriklim tropis dan mempunyai curah hujan rata-rata pertahun kurang dari 2000 mm pertahun atau rata-rata sebesar 1.682 mm/tahun dengan bulan kering selama 6 bulan. Angin berhembus dengan kecepatan rata-rata antara 15-20 knots ke arah barat laut. Sedangkan temperatur rata-rata untuk wilayah kota berkisar antara 28º-31ºC. B. Pembentukan Daerah Kabupaten Tulungagung Berdasarkan Tenaga Tektonik Tulungagung memiliki gunung kapur atau karst yang dijadikan lokasi petambangan kapur lokasi di sebelah selatan kabupaten Tulungagung. Kawasan karst atau gunung gamping merupakan kawasan yang unik serta kaya akan sumber daya hayati dan non hayati. Indonesia mempunyai kawasan karst seluas 20% dari total wilayahnya. Salah satu kawasan karst di Indonesia yang dikenal sebagai Gunung Sewu pernah didengungkan akan dicalonkan sebagai salah satu warisan dunia (World Heritage) karena keunikannya. Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen, dengan eksplorasi yang tidak bijaksana, lambat laun warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan hilang. Ciri-Ciri Daerah Karst : Daerahnya berupa cekungan-cekungan, Terdapat bukit-bukit kecil, Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah, Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah, Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu gamping, Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing. Ciri ciri ini sangat nampak jelas di selatan Kabupaten tulungagung yang dipengaruhi daerah kapur. Genesis bentang alam karst: Ø Terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk lubanglubang. Ø Terjadi pada wilayah yang tersusun oleh batu gamping, batuan dolomit atau gamping dolomitan. Ø Berkembang di daerah yang mempunyai curah hujan cukup. Faktor yang mempengaruhi pembentukan karst diantaranya bentuk lahan solusional yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat. Akan tetapi tidak semua batuan karbonat dapat membentuk topografi karts, faktor lain yang dapat membentuk topografi karts adalah: · Batuan mudah larut (CaCO3 dan CaMgCO3) · Batuan tersebut tebal · Banyak rekahan (diaklas) · Vegetasi rapat Batuan karbonat yang banyak memiliki diaklas akan memudahkan air untuk melarutkan batuan CaCo3. Oleh karena itu batuan karbonat yang memiliki sedikit diaklas, walaupun terletak pada daerah dengan curah hujan cukup tinggi, tidak terbentuk topografi karts. Vegetasi yang rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah tersebut memiliki pH rendah atau air menjadi asam. Pada kondisi asam, air akan mudah untuk melarutkan batuan karbonat. Perpaduan antara batuan karbonat dengan banyak diaklas, curah hujan dan suhu yang tinggi, serta vegetasi yang lebat akan mendorong terjadinya topografi karts. Bukit kapur yang ada di desa Nglampir telah mengalami pengelupasan, patahan atau escarpment di beberapa bagiannya sehingga terlihat struktur batuan yang menyusun bukit tersebut. Bukit kapur tersebut pada awalnya berada di dasar laut yang kemudian mengalami pengangkatan. Hal ini bisa dibuktikan, karena batuan atau bukit kapur hanya bisa terbentuk di dasar laut. Batuan kapur terbentuk dari endapan sisa – sisa kerang yang telah mati dan lapuk. Lahan yang ada di bukit ini tidak terlalu subur, namun tumbuhan masih tetap dapat tumbuh di tempat ini dengan vegetasi yang tidak terlalu lebat. Sedangkan untuk Gunung Sepikul terletak di kawan Tulungagung Selatan, Ds. Nglampir (ketinggian 70 m) kecamatan Watulimo. Di daerah ini pernah terjadi patahan yang membentuk escarpment yang cukup terjal. Escarpment yang ada di daerah ini memberikan gambaran yang sangat jelas yang berupa singkapan, hal ini dapat diketahui melalui proses – proses geologis yang pernah dan sedang berlangsung di kawasan ini. Melalui singkapan lapisan – lapisan batuan kapur yang terdapat di daerah ini, dapat diamati mengenai ketebalan lapisan – lapisan, kemiringan lapisan batuan yang bervariasi, bahkan di beberapa bagian terjadi struktur patahan yang sifatnya lokal. Di daerah ini juga terdapat 2 bekas vulkan yang membentuk vulkanik neck yang sekarang merupakan menara batuan beku yang menjulang jauh lebih tinggi dari pada tempat – tempat di sekitarnya. Kedua bekas vulkan tersebut adalah Gunung Suwur dan Gunung Sikambe. Fenomena geologis kawasan Tulungagung Selatan yang ada sekarang ini, merupakan hasil pembentukan proses geologis yang telah berlangsung sejak jutaan tahun yang lalu. Menurut Bemmelan (1946) dan Marks, proses geologi Mintakat Jawa bagian selatan termasuk kawasan Tulungagung Selatan dan Trenggalek. Proses geologi yang terjadi di daerah kawasan Tulungagung Selatan adalah berupa munculnya gunung api (vulkanisme), tumbuhnya koral dan foraminifera yang membentuk endapan sedimen organik yang berupa batuan kapur dengan endapan yang sangat tebal (sedimentasi) dan pengangkatan kawasan tersebut hingga membentuk pegunungan (tektonik). Aktivitas – aktivitas tersebut juga diikuti dengan proses eksogen yang berlangsung sampai sekarang seperti pelapukan dan pengendapan. Salah satu peristiwa vulkanisme yang terjadi didaerah ini yaitu vulkanik neck yaitu berupa batuan beku hasil pembekuan magma yang ada pada lubang diatrema (sumbat lava). Fenomena ini terdapat di Gunung Sepikul Ds. Nglampir. Jenis batuan beku di daerah ini muncul terlebih dahulu kemudian diatasnya terdapat batuan kapur akibat pengendapan. Kondisi tanah disekitar Gunung Sepikul ini sangat subur, karena batuan beku yang telah melapuk. Aktivitas tektonik di Pulau Jawa bagian Selatan termasuk kawasan Tulungagung dan Trenggalek Selatan yaitu dengan munculnya deretan pegunungan. Lapisan batuan kapur di kawasan ini banyak yang telah tersingkap. Berdasarkan kemiringan lapisan batuan (dip) yang ada didaerah ini dapat diketahui bahwa pengangkatan yang terjadi di kawasn ini berlangsung dengan kekuatan yang tidak sama. Pengangkatan yang sangat kuat dibagian utara tidak bisa terus berlanjut, karena dibagian utara dikawan ini justru terjadi patahan yang membentuk gawir yang cukup terjal. Gawir yang ada dikawasan ini sebenarnya merupakan bagian dari gawir yang berskala lebih luas yang membentang dari Jawa Tengah bagian selatan hingga bagian selatan Jawa Timur bagian timur. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2014. Pengaruh Proses Tektonik dan Vulkanik Pada Daerah Tulungagung. http://blog.ub.ac.id/yudhisnicea/pengaruh-proses-tektonik-dan-vulkanik-padadaerah-tulungagung-matakuliah-analisis-lansekap/. Daryono. 2010. Materi Kuliah Lapangan Di Kawasan Tulungagung – Trenggalek Selatan. Pendidikan Geografi Unesa. Daryono dan Agus Sutedjo. 1996. Geologi Umum. Unipress. Surabaya.