Sesak nafas - FK UWKS 2012 C

advertisement
Sesak nafas
S. Hendromartono ,
MS , AIF, AIFO
Penyebab sesak nafas
Kelainan :
I. Metabolik
II. Hematologik
III.Jantung
IV.Paru
I. Kelainan metabolik
Terjadi bila tubuh dalam keadaan metabolik
asidosis :
• diabetic keto acidosis
• gagal ginjal
• tingginya kadar asam laktat dalam darah kita (
asidosis laktat ).
II. Hematologik
• - Anemia
• - Keracunan CO
• - Methemoglobinemia
Hemataokrit
A = plasma
C = darah
B = ery
Hematokrit = B / C
20 40 60
Hematokrit
Max. rate O2 transport
III. Jantung
Gagal jantung :
•  peningkatan tekanan ventrkel kiri .
• meningkatkan tekanan diastolik atrium kiri
•  Peningkatan tekanan vena Pulmonalis
•  terjadi trasudasi plasma darah dari v. Pulmonalis
•  terjadi kesulitan diffusi gas antara udara dalam
alveoli dengan kapiler alveoli
•  O2 yang diikat oleh oksigen akhirnya berkurang
• jaringan tubuh akan mengalami kekurangan oksigen
dan terjadi penumpukkan CO2 dalam darah.
a.Bronchialis
Paru ki
Paru ka
V. Pulmonalis
Aorta
V. Cava
a.Pulmonalis
A.Ka
V. Ka
A.Ki
V. Ki
IV. Kelainan Paru
Penyakit-penyakit paru :
• mengganggu pertukaran gas antara udara pernapasan
dengan kapiler-kapiler alveoli  menyebabkan sesak
napas :
I. Kelainan saluran nafas : - Restriksi
- Obstruksi
II. Hipoksia
III. Pneumothorak
IV. Hipoventilasi
V. Alergi
• Reflex yang mengontrol Ventilasi
• Reflex Inflasi Hering-Breuer
• Reflex Deflasi Hering Breuer
• Reflex Inflasi Hering Breuer
• Berperan dalam membatasi berlanjutnya
proses inspirasi , merupakan Slow Adapting
Pulmonary Stretch Receptors .
• Receptor regang paru ini terletak pada otot
polos bronchus dan trache bagian posterior.
• Receptor ini menjalarkan impuls melalui N.
Vagus ke kelompok pernapasan dorsal bila
paru sangat teregang.
• Bila paru sangat teregang , maka
reseptor regang akan menyebabkan
respon umpan balik negative yang
menekan proses inspirasi dan
menghentikan inspirasi selanjutnya .
• Reflex ini merupakan mekanisme
protektif untuk mencegah inflasi
paru yang berlebihan.
Reflex Deflasi Hering-Breuer
• Reflex ini menyebabkan pemendekan lama
ekspirasi., sebab adanya reseptor yang peka
terhadap proses deflasi paru.
• Menghembuskan napas  pada saat
akhir ekspirasi  reseptor di pleura
visceralis terangsang  mengirimkan
rangsangan lewat n. Vagus ke pusat
pernapasan.
• Pusat pernapasan 
mengirimkan perintah ke pusat
ekspirasi untuk menghentikan
proses ekspirasi ini.
• Reflex ini menyebabkan
pemendekan lama ekspirasi.,
sebab adanya reseptor yang
peka terhadap proses deflasi
paru.
theori oscilasi.
• Selama proses inspirasi : pusat inspirasi
mengirimkan hambatan ke pusat ekspirasi 
supaya pusat ekspirasi tidak bekerja dahulu
selama pusat inspirasi tersebut bekerja.
• Proses inspirasi sudah selesai  hambatan
terhadap pusat ekspirasi hilang  pusat
ekspirasi mulai bekerja
I. Kelainan saluran nafas
1. Obstruksi
 dideteksi dengan pengukuran :
- F.E.V1
- KPM
2. Restriksi
 dideteksi dengan pengukuran :
- V.C
- F.V.C
Obstruksi
Restriksi
II. Hipoksia :
kekurangan O2 pada tingkat jaringan
Ada 4 macam hipoksia :
• Hipoksik Hipoksi
• Anemik Hipoksia .
• Stagnan Hipoksia
• Histotoksik Hipoksia
Hipoksik Hipoksia
O2 yang berdifusi dari alveoli ke kapiler paru
memang sedikit , oleh karena :
• - PO2 atmosfer memang rendah
• - Hipoventilasi
• - Gangguan pada saluran napas ( Obstruksi /
restriksi )
• - Gangguan difusi lewat membran alveoli
Anemik Hipoksia
• Disebabkan adanya anemia , sehingga O2 yang
terikat oleh Hb lebih sedikit dibanding dengan
keadaan normal
Stagnan Hipoksia
• Ada bendungan pada sistem aliran darah
Histotoksik
• Disini sebetulnya tidak ada masalah mengenai
penyediaan O2.
• Oksigen sebetulnya sudah cukup tersedia
pada kapiler jaringan tubuh , tetapi karena selsel jaringan tubuh mengalami keracunan ,
maka tidak mampu untuk memakai O2 yang
sudah tersedia dihadapannya.
III. Pneumothorak
• adalah keadaan dimana terjadi hubungan
langsung antara udara atmosfer dengan
cavum interpleura
• Normal : Cavum interpleurale tekanannya
negatif  kalau ada hubungan langsung
dengan atmosfer  tekanannya menjadi sama
/ lebih tinggi dari atmosfer  paru kolaps
Paru selalu cenderung menguncup
karena :
• Sabut elastis paru
( 1/3 penyebab )
• Tegangan permukaan paru
( 2/3 penyebab )
Macam Pnemothorak
1. Pneumothorak spontanea
2. Pneumothorak Artifisiil
3. Pneumothorak Traumatika
Menurut lobang luka yang terjadi :
1. Open Pneumothorak
2. Ventil Pneumothorak
Lobang Caverne
Suntikan udara
IV. Hipoventilasi
• Hypoventilasi merupakan keadaan
berkurangnya udara yang keluar masuk paru
Penyebab Hipoventilasi
• Depresi pusat pernapasan
• Gangguan konduksi ke otot-otot pernapasan
• Kerusakan otot-otot pernapasan
• Gangguan gerakan rongga dada
• Pembatasan pengembangan paru
V. Alergi
• Syaraf perangsang  Broncho konstriktor 
dari n. Vagus
• Obat-obat : Acetyl Cholin , Pilocarpin ,
Histamin , Protein Asing  Broncho
konstriktor
• Syaraf penghambat  Broncho dilator 
dari syaraf simpatis
• Obat-obat : Adrenalin , Aminophillin ,
Atropin  Bronchodilator
Respirasi
• Proses pengambilan oksigen dari
plasma sel oleh mitokondria dan
pembuangan CO2 dari mitokondria
ke plasma sel .
• CO2  hasil samping proses
oksidasi yang terjadi dalam
mitokondria .
Interstitiel / Plasma darah
•
O2
•
CO2
Cytoplasma
Oksidasi
Oksidasi
!
Energi ( ATP )  Untuk :
• Kontraksi Otot
• Transport Aktif Membran
• Pembentukan Protein
Sistem Pembersih Paru
1. Lapisan Lendir Paru
2. Surfactan ( Surface Active Substan )
Lendir saluran napas
diproduksi oleh :
• Sel Goblet
• Sel Clara
• Sel Kelenjar Sub Mucose
Paru selalu cenderung menguncup
karena :
• Sabut elastis paru
( 1/3 penyebab )
• Tegangan permukaan paru
( 2/3 penyebab )
a.Bronchialis
Paru ki
Paru ka
V. Pulmonalis
Aorta
V. Cava
a.Pulmonalis
A.Ka
V. Ka
A.Ki
V. Ki
Proses Respirasi
• 1. Inspirasi
• 2. Ekspirasi
• Pengendalian pernapasan ada
2 macam:
1.Perngendalian secara kimia :
2.Pengendalian melalui syaraf
( non kimia )
Pengendalian secara kimia dilaksanakan oleh :
• CO2
• H+
• O2
• H+ dan CO2 melalui konsentrasinya
di cairan interstitial otak dan liquor
cerebro spinal
• O2 melalui glomus aorticus dan
glomus caroticus
. Pengaturan Pernapasan Oleh Pusat
Pernapasan
• Meddulary Rythmicity Area  Medulla
Oblongata
• Pneumotaxic Area
Pons
• Apneustik Area
Reflex-reflex yang mengontrol ventilasi
•
•
•
•
Reflex Inflasi Hering-Breuer
Reflex Deflasi Hering Breuer
Reflex Receptor Irritant
Reflex J Receptor ( Juxta Capillary Receptor ).
Reflex Inflasi Hering Breuer
• berperan dalam membatasi berlanjutnya
proses inspirasi , merupakan Slow Adapting
Pulmonary Stretch Receptors .
• Receptor regang paru ini terletak pada otot
polos bronchus dan trache bagian posterior.
• Receptor ini menjalarkan impuls melalui N.
Vagus ke kelompok pernapasan dorsal bila
paru sangat teregang.
• Bila paru sangat teregang , maka reseptor
regang akan menyebabkan respon umpan
balik negative yang menekan proses inspirasi
dan menghentikan inspirasi selanjutnya .
• Reflex ini merupakan mekanisme protektif
untuk mencegah inflasi paru yang berlebihan.
Reflex Deflasi Hering-Breuer
• Reflex ini menyebabkan
pemendekan lama ekspirasi.,
sebab adanya reseptor yang peka
terhadap proses deflasi paru.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Rapidly Adapting Receptors
• terletak pada epithel daerah sinyal Carina , dan sinyal
ini kemudian akan diteruskan oleh N. Vagus.
• Reseptor ini terangsang bila ada bahan-bahan irritant
yang merangsang paru. Irritasi mekanis / kimia yang
merangsang epitjel akan menimbulkan batuk , napas
cepat ( tachypnea ) , broncho konstriksi, sneezing (
bersin ) , peningkatan secret jalan napas.
• Reseptor iritasi juga bisa dirangsang oleh banyaknya
pollutan dan komponen endogen , seperti Histamin
dan Bradykinin
Reflex J-reseptor
• Reflex ini ditimbulkan oleh rangsangan pada Un
myelinated C –Fiber Nerve Ending pada alveoli pada
keadaan distensi vaskuler dan peningkatan cairan
interstitial.
• Reflex ini penjalarannya lambat .
• Mekano reseptor ini disebut Pulmonary Juxta
Capillary Receptor ( J- Receptor ).
• Stimulasi reseptor ini dapat menghasilkan hyperpnea
dan / atau dyspnea selama terjadinya congestive
vascular dari paru dan edema paru.
• Selain reseptor – reseptor diatas , masih ada pula
reseptor-reseptor yang lain :
• Reseptor di hidung dan jalan napas
• Hidung , nasopharing , laring dan trache memiliki
reseptor yang dirangsang oleh stimulasi mekanis
dan kimia .
• Respon terhadap rangsangan ini berupa reflex
bersin ( sneezing ) , batuk dan broncho konstriksi
/ larynx spasme .
• Reseptor pada sendi dan otot.
• Impuls yang berasal dari pergerakan sendi dan
otot bisa merangsang reseptor pada sendi dan
otot untuk merangsang pernapasan ( misalnya
saat olah raga )
Pneumothorax
• Udara dalam Cavum Inter Pleura
berhubungan langsung dengan atmosfer
Tekanan negative Cav. Interpleura jadi
positif  menekan paru untuk kolaps .
Menurut terjadinya Pneumothorax :
• Pneumothorax Spontanea
• Pneumothorax Traumatika
• Pneumothorax Artifisiil
Menurut macam lobang Pneumothorax :
• Open Pneumothorax
• Ventil Pneumothorax
Lobang Caverne
Suntikan udara
Inspirasi saat mencapai
maksimal  reseptor yang
peka terhadap regangan pleura
visceralis terangsang  n.
Vagus  pusat pernapasan
memerintahkan pusat inspirasi
supaya menghentikan proses
inspirasi tersebut.
Theori oscilasi.
• Selama proses inspirasi : pusat inspirasi
mengirimkan hambatan ke pusat
ekspirasi  supaya pusat ekspirasi tidak
bekerja dahulu selama pusat inspirasi
tersebut bekerja.
• Proses inspirasi sudah selesai 
hambatan terhadap pusat ekspirasi
hilang  pusat ekspirasi mulai bekerja
Reflex ini merupakan
mekanisme protektif untuk
mencegah inflasi paru yang
berlebihan  Reflex Inflasi
Hering Breuer
•Berperan dalam membatasi
berlanjutnya proses inspirasi
Herring Breuer Deflation Reflex.
• Menghembuskan napas  saat akhir
ekspirasi  reseptor di Pleura Visceralis
yang peka terhadap proses deflasi paru.
 mengirimkan rangsangan lewat
n. Vagus ke pusat pernapasan.
• Pusat pernapasan  ke pusat ekspirasi
untuk menghentikan proses ekspirasi
ini.
Kelainan saluran napas
•
•
Obstruksi  dideteksi dengan
pengukuran :
- F.E.V1
- KPM
Restriksi
 dideteksi dengan
pengukuran :
- V.C
- F.V.C
Obstruksi
Restriksi
Transport O2
• 97% dilakukan oleh hemoglobin ( Hb )
• 3% larut dalam plasma .
• Bila kejenuhan Hb = 100% , Po2 = 760 mm Hg
:
• 1 gram Hb mengikat 1,34 ml O2
• Normal : Hb Wanita = 14 gram / dL
•
Pria = 16 gram / dl
• Rata-rata = 15 gram / dl
• 1 dL mengandung 15 x 1,34 ml = 20,1 ml O2
Reaksi O2 + Hb  Oksigenasi , bukan
Oksidasi
 merupakan reaksi bertingkat :
•
•
•
•
•
Hb4 + O2 ====
Hb4 O2 + O2 ====
Hb4 O4 + O2 ====
Hb4 O6 + O2 ====
Biasa ditulis : Hb +
Hb4 O2
Hb4 O4
Hb4 O6
Hb4 O8
O2 ==== Hb O2
Bentuk sigmoid curve HB-O2 disosiasi
• Kenaikkan yang terjal ini hanya sampai pada
PO2 = 60 mmHg.
• PO2 meningkat diatas 60 mmHg, kenaikkan
grafik ini menjadi landai sampai pada saat
kelarutan O2 dalam darah mencapai 100 % ,
grafik ini menjadi mendatar.
• Sifat kelarutan O2 dalam darah tersebut 
mengakibatkan gambaran grafik berbentuk
sigmoid.
Keuntungan grafik berbentuk sigmoid
• tekanan O2 turun ( tidak lebih rendah dari
60 mmHg ) , kelarutan O2 dalam darah masih
cukup tinggi ( masih diatas 85% ).
• naik ke pegunungan  PO2 nya menurun 
tak perlu khawatir , asalkan PO2 dimana kita
berada masih lebih besar dari 60 mmHg.
PO2 < 60 mm Hg
• Pada pilot pesawat terbang yang
sedang terbang sangat tinggi ( PO2 <
60 mm Hg ) kelarutan O2 dalam
darah menjadi turun drastis
( dibawah 85 % ) sangat
membahayakan tubuh kita
Kelarutan O2 < 85%
• Sangat membahayakan tubuh kita
• Sedikit penurunan PO2 atmosfer 
sudah menyebabkan penurunan
kelarutan O2 dalam darah yang besar.
Shift to the Right :
•
•
•
•
•
Terjadi peningkatan :
H+
CO2
Temperatur
2,3 DPG
Shift to the left
• Foetal Hb
- menyebabkan PO2 janin tinggi
Hypoksia
• Merupakan defisiensi O2 tingkat
jaringan
• Anoxia : Tidak ada O2 sama sekali
Tipe Hipoksia :
1. Hipoksia hipoksik
2. Hipoksia Anemik
3. Hipoksia Stagnan = Hipoksia
ischemik
4. Hipoksia Histotoksik .
Hipoksia hipoksik :
•
•
•
PO2 arteri menurun  tidak dapat langsung
merangsang pusat pernapasan .
- Merangsang chemoreseptor pada
Glomus Caroticus & Glomus Aorticus  baru
ke pusat pernapasan  Ventilasi meningkat
 P CO2 menurun  Alkalosis Respiratoris
Sebab Hipoksik hipoksia :
– P O2 udara respirasi menurun
– Hipoventilasi
Hipoksia Anemik :
•
Penyebab :
-P O2 arteri normal
- Hb nya rendah
. Hipoksia Stagnan = Hipoksia ischemik
P O2 arteri  Normal
Hb  Normal
Aliran darah ke jaringan  lambat
Hipoksia Histotoksik
• - P O2  arteri Normal
• - Hb  Normal
• - Aliran darah ke jaringan :
Normal
• - Sel-sel jaringan tak bisa pakai
O2 yang sudah tersedia , sebab
keracunan
Hypoxia Acut
• Peredaran darah sistemik
• Hipoksia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
sistemik  sedapat mungkin memenuhi kebutuhan O2
jaringan tubuh.
• Pada peredaran darah paru menyebabkan
vasokonstriksi daerah-daerah yang mengalami hipoksia
 mengadakan keseimbangan antara ventilasi dan
perfusi O2 antara avleoli dengan kapiler paru,
menghindari daerah paru yang mengalami atelektasis
dan yang ventilasinya jelek , untuk memaksimalkan
saturasi O2 dalam darah kapiler paru .
Hipoksia kronis
• Vasodilatasi pembuluh darah paru &
peredaran darah perifer
Hypo ventilasi
•
•
•
•
•
•
•
•
Keluar masuknya udara ke alveoli sedikit
Penyebab :
Obstruksi saluran napas
Paralisis otot pernapasan  Polio
Deformitas tulang  Kiposcoliosis
Depresi pusat pernapasan  morpin
Nyeri bernapas  Pleuritis , luka pada dada
Peningkatan tahanan jalan napas  asma ,
emphisema
Transport CO2
• produk proses oksidasi dalam mitokondria .
• CO2 yang terbentuk  berdifusi ke plasma darah  ke sel
eritrosit .
• Begitu nembus dinding pembuluh darah
• 1. Sebagian langsung larut dalam plasma darah
• 2. Sebagian berdifusi masuk kedalam sel eritrosit  CO2
langsung ditangkap oleh Hb dan kemudian membentuk ikatan
HbCO2.
• 3. Sebagian lagi dari CO2 ini bereaksi dengan H2O , dengan
pertolongan enzim carbonic anhydrase akan menjadi H2CO3 
HCO3 - + H +.
berdifusi menembus dinding kapiler masuk ke plasma darah
pengangkutan CO2 oleh darah dari jaringan
tubuh ke paru
Gambar pengangkutan CO2 oleh darah dari jaringan tubuh ke paru
CO2 diangkut dari jaringan tubuh menuju
ke paru dalam bentuk:
1. CO2 yang terlarut dalam plasma (7 %)
2. Ikatan HbCO2 ( 23 % )
3. Dalam bentuk HCO3 - yang terlarut dalam
plasma ( 70 % )
Download