PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG Aning Mike Susanti, Ibrohim, Amy Tenzer Korespondensi: [email protected] Abstrak: Penelitian ini merupakan PTK dua siklus melalui Lesson Study untuk meningkatkan hasil biologi siswa kelas XI SMAN 7 Malang melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Pengambilan data keterlaksanaan pembelajaran NHT, hasil belajar afektif, hasil belajar psikomotor dan keterlaksanaan Lesson study dilakukan dengan observasi dan dokumentasi., sedangkan hasil belajar kognitif melalui tes tulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif NHT melalui Lesson Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: Pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together, Lesson Study, Hasil belajar Abstract: This research is Classroom Action Research two cycles by lesson study to increase the learning outcome of class XI-3 of science SMA N 7 Malang through practice of NHT. Data of NHT implementation, affective score, psychomotoric score and Lesson Study implementation were taking by observation and documentation, and cognitive score were taking by paper and pencil test. The research value showed that cooperative learning NHT by Lesson Study implementation can increase the learning outcome. Keywords: Numbered Heads Together cooperative learning, Lesson Study, learning outcome. Biologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji kehidupan alam sekitar, membahas aspek yang berkaitan dengan makhluk hidup, serta materi yang berhubungan dengan proses yang ada di dalam tubuh makhluk hidup. Pembelajaran biologi yang diperoleh siswa pada jenjang SMA diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi (Ngabekti, 2001). Pembelajaran biologi juga diharapkan menjadi bekal bagi siswa dalam kehidupannya. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang sesuai diharapkan dapat menambah pemahaman siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Permasalahan yang muncul di SMA N 7 Malang kelas XI IPA 3 adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan di kelas tersebut adalah ceramah dan hanya berpusat pada guru. Siswa hanya sekedar mendengarkan dan mencatat saat pembelajaran biologi, cenderung diam dan pasif saat guru menanyakan hal yang belum dipahami oleh siswa. Saat pembelajaran berlangsung terdapat beberapa siswa yang melakukan aktivitas di luar pembelajaran biologi, seperti berbicara sendiri dengan teman, bermain handphone (HP), melamun, dan menggambar. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik pada pembelajaran. Dampak yang terjadi akibat kurang tertariknya siswa terhadap pembelajaran ini adalah siswa menjadi kurang memahami materi yang disampaikan. Hal ini dapat terlihat dari nilai ulangan harian siswa pada materi sistem pencernaan dan sistem pernapasan pada bulan Februari. Siswa kelas XI 1 2 IPA 3 yang tuntas belajar pada materi tersebut hanya 4,7%. Permasalahan lain juga muncul dari pihak guru, yaitu kurang adanya kerjasama antar guru untuk merancang dan memikirkan pembelajaran yang berkualitas. Perwujudan proses pembelajaran yang berkualitas memerlukan usaha yang terencana, terarah, dan didukung oleh berbagai pihak. Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan agar pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa memuaskan. Perbaikan proses pembelajaran biologi dilakukan melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif. Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar adalah model pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) melalui Lesson Study. Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kegan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Winarni, 2011). Pembelajaran kooperatif NHT memungkinkan semua siswa dapat belajar, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif NHT mampu meningkatkan hasil belajar biologi siswa (Mahardini, 2010; Solikah, 2012). Pembelajaran NHT membutuhkan perancangan yang baik melalui kerja kolaboratif antara guru yang satu dengan guru yang lain. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran NHT dilakukan melalui Lesson Study. Lesson Study merupakan cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas guru mengajar dan aktivitas belajar siswa (Syamsuri & Ibrohim, 2008). Hal ini karena: a) pengembangan Lesson Study dilakukan berdasarkan pada hasil sharing pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru; b) penekanan mendasar kegiatan Lesson Study adalah para siswa memiliki kualitas belajar; c) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas; d) berdasarkan pengalaman real di kelas, Lesson Study mampu menjadi landasan pengembangan pembelajaran; dan e) Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran. Peningkatan kualitas guru model, terutama kemampuan pedagogis guru berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang meningkat berdampak pada meningkatnya hasil belajar. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together melalui Lesson Study. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan tindakan (observation), dan refleksi (reflection). Pada setiap pertemuan menerapkan tahapan lesson study, yaitu plan, do, dan see. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 7 Malang yang terletak di Jalan Cengger Ayam 1/14 Malang. Instrumen penelitian ini berupa lembar keterlaksanaan Lesson Study, lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran, lembar observasi afektif, lembar observasi psikomotor, dan tes akhir siklus. Pengambilan data keterlaksanaan pembelajaran NHT, hasil belajar 3 afektif, hasil belajar psikomotor dan keterlaksanaan Lesson study dilakukan dengan cara observasi dan dokumentasi. Pengambilan data hasil belajar kognitif dengan cara tes tulis pada setiap akhir siklus PTK. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Data kuantitatif diuraikan menjadi kualitatif, sehinga data yang diperoleh berupa deskripsi dari penerapan metode pembelajaran NHT melalui Lesson Study dan dampaknya terhadap hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rubrik penyekoran dan persentase. Keseluruhan data kemudian direfleksi untuk ditarik kesimpulan. HASIL 1. Keterlaksanaan Lesson Study dan Sintaks Pembelajaran NHT Hasil observasi pada siklus I dan II menunjukkan bahwa adanya peningkatan. Keterlaksanaan Lesson Study tahap plan meningkat dari 88,1% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Keterlaksanaan Lesson Study tahap do meningkat dari 78,9 % pada siklus I menjadi 94,7% pada siklus II. Keterlaksanaan Lesson Study tahap see tetap yaitu 100%. Berikut merupakan diagram batang peningkatan keterlaksanaan Lesson Study dari siklus I dan siklus II. Diagram batang keterlaksanaan Lesson Study dapat dilihat pada siklus 1 dan siklus II Gambar 4.4. Gambar 4.4 Diagram Batang Keterlaksanaan Lesson Study dari Siklus I dan Siklus II Sintaks pembelajaran NHT yang diterapkan adalah penomoran (Numbering), pengajuan pertanyaan (Questioning), berpikir bersama (Heads together), dan pemberian jawaban (Answering). Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterlaksanaan sintaks yaitu dari 95,2% siklus I menjadi 97,6% pada siklus II. Diagram batang rerata keterlaksanaan NHT pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 Diagram Batang Rerata Keterlaksanaan NHT dari Siklus I (Pertemuan 1, 2, dan 3 )dan Siklus II (Pertemuan 4,5, dan 6 4 2. Hasil belajar (Afektif, Psikomotor dan Kognitif) Pada hasil belajar ranah kognitif, ketuntasan klasikalnya pada siklus I sebesar 76,2%, sedangkan pada siklus II mencapai 90,5%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 14,3%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal sudah sesuai dengan ketentuan, yaitu 85%. Hasil belajar afektif, persentasenya pada siklus I sebesar 72,8% sedangkan pada siklus II sebesar 85,6%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 12,8%. Hasil belajar psikomotor, persentasenya sebesar 85,26% pada siklus II. Diagram batang hasil belajar ranah kognitif dan afektif pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif, afektif, dan Pikomotor pada Siklus I dan Siklus II PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Lesson Study Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan keterlaksanaan Lesson Study dari siklus I ke siklus II. Hal ini terjadi karena adanya perbaikan pada Lesson Study di setiap pertemuannya. Perbaikan yang terjadi tersebut dilakukan berdasarkan tahapan Lesson Study, meliputi tahap plan, do, see. Ketiga tahapan tersebut selalu dilakukan setiap pertemuan oleh guru model dan tim LS. Pada tahapan plan guru model dan tim observer melakukan diskusi untuk merancang pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap plan antara lain adalah menyusun rancangan pembelajaran, mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan selama pembelajaran serta strategi yang dapat digunakan oleh guru model untuk mengatasinya saat pembelajaran berlangsung (tahap do) secara kolaboratif. Tahap do merupakan suatu bentuk penerapan pembelajaran sesuai dengan hasil diskusi saat plan. Pada tahapan ini berlangsungnya aktivitas belajar siswa diobservasi secara detail oleh tim observer sebagai bahan diksusi pada tahap see. Hal-hal yang ditemukan saat pembelajaran akan dibahas pada tahap see. Kegiatan tersebut menjadikan selalu ada perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan berdasarkan hasil see pada pertemuan sebelumnya. Menurut Syamsuri dan Ibrohim (2011), pada kegiatan LS, guru akan berkolaborasi (bekerja sama) melakukan pengkajian bagaimana merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran di kelas nyata dan selanjutnya melakukan diskusi refleksi untuk mendapatkan umpan balik dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran berikutnya. Adanya Lesson Study yang dilakukan ini dapat melatih guru untuk menerima dan memberikan suatu masukan terkait pembelajaran yang lebih baik. Lesson Study juga memberikan kemudahan bagi guru maupun calon guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif. Dalam kegiatan ini, guru menerima 5 masukan atau ide dari tim LS, sehingga akan dimunculkan banyak pemikiran dalam upaya memberikan pembelajaran yang terbaik untuk siswa. Selain itu, Lesson Study juga melatih dalam menerima masukan dan kritikan dari orang lain sehingga Lesson Study dapat memberikan dampak positif bagi guru. Guru juga dapat belajar bagaimana mengamati peserta didik belajar (Susilo, dkk, 2009). Kegiatan Lesson Study yang sering dilakukan tersebut mempunyai banyak sekali manfaat sehingga pembelajaran yang dilakukan akan semakin baik karena guru telah terbiasa melaksanakan kegitan sesuai dengan rubrik LS. B. Pelaksanaan Numbered Heads Together (NHT) Penerapan NHT dalam penelitian ini menggunakan struktur 4 langkah, yaitu; penomoran (Numbering), pengajuan pertanyaan (Questioning), berpikir bersama (Heads together), dan pemberian jawaban (Answering) (Nurhadi dan Senduk, 2009). Penerapan NHT ini merupakan pelaksanaan tahap do pada Lesson Study setelah dilakukan perencanaan pada tahap plan. Pelaksanaan pembelajaran tersebut juga dilakukan berdasarkan perbaikan-perbaikan atau hasil refleksi yang telah didiskusikan pada tahap see. Pada tahap penomoran, siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen, setiap siswa dalam tiap kelompok mendapatkan nomor (numbering). Hal ini bertujuan untuk memudahkan guru untuk menunjuk siswa untuk memberikan jawaban dan mempermudah siswa dalam tahapan pemberian jawaban. Kemudian guru memberi instruksi untuk mengerjakan tugas berupa LKS kepada semua anggota kelompok. LKS dikerjakan secara individu. Pengerjaan secara individu bertujuan memberi kesempatan pada siswa untuk mengambil keputusan sendiri, bertanggung jawab sendiri dan menentukan arah belajarnya sendiri. Ketiga hal inilah yang merupakan sikap yang harus terbentuk selama dan setelah proses belajar (Sudjoko, 1985). Pada tahap diskusi, masing-masing individu menyampaikan jawaban atas pertanyaan yang sudah dikerjakan secara indivu kepada semua anggota kelompok. Siswa yang pandai mengajari yang lemah dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu (Nurhadi dan Senduk, 2009). Kegiatan diskusi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan keterlibatan total siswa dalam pembelajaran, sehingga akan meningkatakan pemahaman siswa. Pada tahap answering guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil menjawab, kemudian siswa yang bernomor sama tetapi dari kelompok yang berbeda memberi tanggapan. Kegiatan ini terus dilakukan sampai semua pertanyaan terjawab dan semua anggota kelompok mendapat kesempatan memberikan jawaban. Semua anggota kelompok harus menguasai materi atau jawaban pada setiap pertanyaan. Sehingga sewaktu-waktu mendapat giliran siap dan dapat menjawab pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, cara untuk memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan jawaban masih belum merata. Pemberian jawaban ini membutuhkan waktu yang melebihi perencanaan, sehingga melebihi alokasi waktu yang telah direncanakan. Guru dalam kegiatan tersebut seharusnya menunjuk siswa yang memiliki jawaban berbeda dengan teman lainnya, sehingga perbedaan jawaban ini dapat didiskusikan secara klasikal dan tidak membuang 6 banyak waktu. Solusi tersebut telah dilaksanakan pada siklus II dengan lebih memperhatikan alokasi waktu yang digunakan saat diskusi. Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterlaksanaan pembelajaran NHT dari 95,2% siklus I menjadi 97,6% siklus II. Hal tersebut dapat terjadi karena penerapan pembelajaran NHT dilakukan melalui Lesson Study setiap pertemuan pada kedua siklus sehingga selalu dilakukan perbaikan. Perbaikan yang dilakukan ini berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan NHT pada setiap pertemuan. Hasil refleksi pada siklus I diperhatikan dan digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi yang sudah dilakukan diantaranya adalah menampilkan media pembelajaran yang kreatif, seperti menampilkan video yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kegiatan praktikum yang melibatkan semua siswa dan melakukan pembentukan kelompok dengan anggota yang baru sehingga dapat menghilangkan kejenuhan siswa. C. Hasil Belajar 1. Hasil Belajar (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif) Berdasarkan analisis data, pada siklus I persentase ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif adalah 76,5% belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 85%. Persentase ketuntasan klasikalnya pada siklus II meningkat menjadi 90,5%. Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan adanya ketertarikan siswa pada pelajaran, kemampuan siswa dalam menghubungkan materi dengan kehidupan nyata, keyakinan siswa bahwa ia mampu menyelesaikan pelajaran dengan baik, serta antusiasme siswa dalam menemukan jawaban. Hasil belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai siswa (Sudijono, 2009). Tujuan ranah afektif adalah berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi (Dimyati, 1994). Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial (Depdiknas, 2005). Hasil analisis data menunjukkan bahwa persentase hasil belajar afektif siswa pada siklus I adalah 72,7% meningkat menjadi 85,86% pada siklus II. Terlihat dari hasil belajar afektif terkait dengan empat aspek yang diamati pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu kemampuan siswa dalam menemukan jawaban, kerjasama siswa dalam berdiskusi kelompok, keaftifan dalam menyampaikan pendapat, dan sikap siswa dalam menghargai pendapat anggota kelompok. Hasil belajar pada ranah psikomotor berhubungan dengan “motor, sensory motor, perceptual-motor” (Arikunto, 2009). Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh atau bagianbagiannya. Taksonomi untuk ranah psikomotor antara lain dikemukakan oleh Anita Haraw (1972 dalam Arikunto 2009). Hasil analisis data terkait dengan psikomotor siswa diperoleh berdasarkan data pada siklus II. Data tersebut dikumpulkan ketika siswa melakukan praktikum terkait dengan sistem indera. Persentase hasil belajar psikomor siswa pada siklus II adalah 85,26%. Hal ini terbukti dengan adanya keterampilan siswa dalam menyiapkan peralatan dan bahan untuk praktikum, mengumpulkan data dengan benar dan terstruktur, keterampilan dalam menggunakan bahan praktikum dengan 7 tepat dan benar serta kesadaran siswa merapikan dan membersihkan alat setelah melakukan praktikum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena semua siswa dapat belajar, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguhsungguh, dan siswa juga dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Peningkatan tersebut diketahui dari meningkatnya hasil belajar afektif, psikomotor dan kognitif siswa dari siklus I ke siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh adanya penerapan LS setiap pertemuan sehingga selalu ada perbaikan penerapan NHT pada kegiatan pembelajaran. Model Numbered Heads Together (NHT) digunakan dalam materi Sistem koordinasi. Penyusunan RPP untuk pembelajaran model NHT dilakukan secara kolaboratif melalui pelaksanaan LS. Pelaksanaan LS dalam setiap pertemuan memungkinkan pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran dapat dicari solusinya secara bersama-sama dengan anggota LS yang lain. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penerapan tindakan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together melalui Lesson Study mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa (afektif, psikomotor dan kognitif) pada materi sistem koordinasi di SMA Negeri 7 Malang kelas XI. Saran Penerapan pembelajaran kooperatif NHT melalui Lesson Study dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan pembelajaran kooperatif NHT melalui Lesson Study memiliki permasalahan dalam penggunaan waktu, untuk mengatasinya sebaiknya saat pemberian jawaban, siswa yang ditunjuk adalah siswa yang jawabannya kurang tepat atau paling berbeda dari siswa lainnya, sehingga tidak semua siswa harus mengulang jawaban yang sama.Untuk mengantisipasi terjadinya kebosanan siswa, akibat adanya metode pembelajaran yang sama disetiap pertemuan, guru dapat membuat media pembelajaran yang kreatif, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, dan penggantian anggota kelompok belajar. DAFTAR RUJUKAN Amin, M. 2009. Biologi Kelas XI. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arends, R. I. 2007. Learning to Teach Seven Edition. Mc. Graw Hill Companies. New York. Anderson, L.W and Krathwohl. 2001. Learning, Teaching, and Assesing. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. BSNP. 2006. Standart Isi. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006. 8 Chotimah, H., dan Yuyun, D. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang. Depdiknas. 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study : Sebagai Pola Alternatif untuk Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon Guru. Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen FMIPA UM. Malang: Universitas Negeri Malang. Kemendiknas. 2010. Program Perluasan Lesson Study Untuk Penguatan Lptk (Lesson Study Dissemination Program For Strengthening Teacher Education In Indonesia – Ledipsti). Jakarta: Kemendiknas. Mahardini, I. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII-C SMP Laboratorium UM. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Ngabekti dan Aertha. 2001. Mengoptimalkan Keterampilan dan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Praktikum Biologi di SMU Negeri 1 Semarang. Dalam Harry Firman (Eds). National Seminar on Science and Mathematics Education. UPI Nurhadi, B., & Senduk, A. G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: PT. Jepe Press Media Utama. Sholikah, N. W. M. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Koopertaif Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Biologi Kelas X-1 SMAN 1 Kademangan Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Susilo, H., Husnul, C., Ridwan, J., Jumiati, Yuyun, D.S., Sunarjo. 2011. Lesson Study Berbasis Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayu Media Publishing. Syamsuri, I., dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA UM. Syamsuri, Istamar, dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran) Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan Berkelanjutan dipetik dari Program SISTTEMS-JICA di Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur (2006-2008). Malang: FMIPA UM. Saukah, A., Sukarnyana, I.W., Waseso, M.G., Wahyuni, A.S., Rofi’uddin, Susilo, H., Hasan, A.S.K, Degeng, I.N.S., Syafi’ie, I., Ibnu, S.,Huda, N. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Winarni, R. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah di Padu Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA di SMP Negeri 3 Tulungagung. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.