BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan
spesies Zea Mays L. Secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung
adalah sebagai berikut (Purwono, 2005).
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo
: Graminae (rumput-rumputan)
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Species
: Zea Mays L.
2.2. Deskripsi Tanaman Jagung
Budiman (2012) menjelaskan bahwa, jagung merupakan tanaman semusim
(annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama
dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua merupakan
tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi yaitu mencapai 1 m – 3 m,
adapun yang mencapai 6 m. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan, meskipun beberapa varietas bisa
menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini.
Jagung termasuk tanaman biji berkeping tunggal (monokotil), jagung
tergolong berakar serabut. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar
adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi dan gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas, dan ruas
5
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, dan antara
pelepah dan helai daun terdapat lingual. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Stuktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi
oleh sepasang glumae (tunggal; gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari
buku diantara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas
provilik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih
dini dari pada bunga betinanya (protandri).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh
karena
itu
waktu
penanaman
harus
memperhatikan
curah
hujan
dan
penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100
mm/bulan. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi
dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara
terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh
karena itu penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun
pupuk kandang) sangat diperlukan (Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan
Pertanian, 2008).
Menurut Fitriani (2009), Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di
dataran rendah, baik sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat
6
juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 m di atas permukaan laut
(dpl). Kondisi tanah yang gembur dan subur paling sesuai, karena tanaman jagung
memerlukan aerasi yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam
tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik. Jagung manis masih
dapat ditanam di tanah-tanah berat, tentunya dengan penggemburan tanah harus
dilakukan lebih sering selama pertumbuhan tanaman, sehingga aerasi tanah dalam
kondisi baik. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar
5,5-7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami
jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap kemiringan tanah, dengan
maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu hujan lebat.
Fitriani (2009) menjelaskan bahwa, jagung manis mempunyai daerah
adaptasi terhadap iklim yang luas. suhu yang hangat merupakan kondisi yang baik
untuk perkembangan jagung manis, namun cukup banyak jagung manis yang
ditanam pada daerah yang dingin. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung
adalah antara 23-27o C. Jagung manis tidak beradaptasi dengan baik pada kondisi
tropika basah. Faktor-faktor iklim yang sangat penting bagi pertumbuhan jagung
manis adalah jumlah dan pembagian sinar matahari, curah hujan, suhu,
kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar
matahari cukup dan jangan terlindung oleh pepohonan atau bangunan. Bila tidak
terdapat penyinaran yang cukup, hasil produksi tanaman akan berkurang.
Fitriani (2009) menjelaskan, tanaman jagung manis tidak akan
memberikan hasil maksimal jika unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia.
Pemupukan dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas hasil panen.
Pemupukan yang perlu diperhatikan adalah takaran (dosis) dan waktu yang tepat
selama pertumbuhan jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.
Hara yang ditambahkan harus dalam jumlah yang tepat karena kelebihan dan
kekurangan dapat mengurangi efisiensi lainnya. Jumlah pupuk yang diberikan
untuk mendapatkan hasil jagung yang tinggi tergantung pada besarnya kandungan
hara N, P, dan K di dalam tanah. Nitrogen adalah unsur hara esensial yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar dan pada tanah pertanian yang
tidak dipupuk, tanaman sering menimbulkan gejala defisiensi, oleh karena itu
7
pemupukan N sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi tanaman yang
optimal.
Menurut hasil penelitian Nurdin et al,. (2009), pemupukan N, P, dan K
mempercepat umur berbunga betina, meningkatkan persentase tinggi tongkol
terhadap tinggi tanaman dan berat jerami kering jemur jagung (Zea maysL).
Persentase kontribusi pupuk N berpengaruh secara nyata terhadap umur berbunga
betina. Untuk pupuk N dan pupuk P berpengaruh secara nyata terhadap tinggi
tanaman dan berat 100 butir jagung. Zainudin (2005) menjelaskan dalam
penelitiannya bahwa, pupuk organik kascing dan kompos azolla berpengaruh
relatif lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis dibandingkan
dengan pupuk kandang ayam, sapi, kambing maupun pupuk anorganik NPK.
Lestari (2010) menjelaskan melalui penelitiannya bahwa, tanaman jagung
yang menggunakan kompos sampah kota, dan kombinasi kompos sampah kota
dengan pupuk anorganik sebagai sumber hara mampu menghasilkan pertumbuhan
dan hasil yangtidak berbeda dengan tanaman yang diberi pupuk anorganik 100%
rekomendasi. Menurut hasil penelitian Dewanto et al,. (2013), pemupukan dengan
menggabungkan antara pupuk anorganik dan organik lebih meningkatkan
produksi tanaman jagung baik itu panjang tongkol, lingkar tongkol dan bobot
pipilan kering.
2.4. Kompos
Budiman (2012) menjelaskan bahwa, kompos merupakan sisa bahan
organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah
mengalami dekomposisi atau fermentasi. Secara ilmiah dijelaskan oleh Djuarnani
et al,.(2005) bahwa, kompos dapat diartikan sebagai partikel tanah yang
bermuatan negatif sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah
untuk mebentuk granula tanah. Kompos dapat dibuat dari sampah rumah tangga,
dedaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, sekam, batang jagung, dan kotoran
hewan. Budiman (2012) menjelaskan bahwa jenis tanaman lain yang sering
digunakan untuk kompos diantaranya adalah tanaman pisang, gulma, sayuran
yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering
digunakan untuk kompos diantaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang
8
terbuang, dan cairan biogas.Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos
diantaranya ganggang biru, gulma air, enceng gondok, dan azola.
1.4.1. Manfaat Kompos
Menurut Djuarnani et al,.(2005) kompos memiliki beberapa manfaat
sebagai berikut :
1. Memperbaiki Produktivitas Tanah
Kompos memiliki peranan sangat penting bagi tanah karena dapat
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat
kimia, fisik, dan biologi. Penambahan kompos kedalam tanah dapat memperbaiki
struktur, tekstur, dan lapisan tanah sehingga akan memperbaiki keadaan aerasi,
drainase, absorbs panas, kemampuan daya serap tanah terhadap air, serta berguna
mengendalikan erosi tanah. Selain itu kompos juga dapat menggantikan unsur
hara tanah yang hilang akibat terbawa oleh tanaman ketika dipanen atau terbawa
aliran air permukaan (erosi).
2. Mengurangi pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah
merupakan sumber pencemaran.Permasalahan sampah timbul karena tidak
seimbanganya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin menurun
daya dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Di satu pihak, jumlah
sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, sedangkan di lain pihak
kemampuan pengolahan sampah masih belum memadai. Salah satu alternatif
pengolahan sampah adalah memilih sampah organik dan memprosesnya menjadi
kompos atau pupuk hijau.
3. Meningkatkan kesuburan tanah
Penambahan pupuk kedalam tanah akan menyebabkan satu atau beberapa
jenis kation dibebaskan dari ikatannya secara absortif menjadi ion bebas sehingga
dapat
diserap
oleh
akar
tanaman.
Pemupukan
menggunakan
kompos
mengakibatkan tanah yang strukturnya ringan (berpasir atau remah) menjadi lebih
baik, daya ikat air menjadi lebih tinggi. Sementara itu, tanah yang berat (liat)
menjadi lebih optimal dalam mengikat air. Kompos dapat meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) tanah dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dari
pupuk mineral oleh tanaman.
9
Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap sifat kimiawi tanah
adalah kandungan humusnya, karena humus dalam kompos mengandung unsur
hara yang dibutuhkan tanaman. Humus yang menjadi asam humat atau jenis asam
lainnya dapat melarutkan zat besi (Fe) dan aluminium (Al) sehingga fosfat yang
terikat besi dan aluminium akan lepas dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu,
humus merupakan penyangga kation yang dapat mempertahankan unsur hara
sebagai bahan makanan untuk tanaman. Kandungan kimiawi kompos dapat dilihat
pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tabel Analisis Kandungan Kimia Kompos
Bahan
Nitrogen
P2O5
K2O
Humus
Kalsium
Zat besi
Seng
Timah
Tembaga
Kadmium
pH
Kadar
1,33*
0,83*
0,36*
53,70*
5,61*
2,1*
285**
575**
65**
5**
7,2
Keterangan : *Satuan persen (%). **Satuan ppm (Budiman, 2012)
Kompos juga berfungsi sebagai pemasok makanan bagi mikroorganisme
di dalam tanah seperti kapang, bakteri, actinomycetes, dan protozoa sehingga
dapat meningkatkan dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik.
Budiman (2012) juga menjelaskan bahwa, beberapa kegunaan kompos
adalah memperbaiki struktur tanah, memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah
berpasir, meningkatkan daya tahan dan daya serap air, memperbaiki drainase dan
pori-pori dalam tanah, menambah dan mengaktifkan unsur hara.
1.4.2. Penggunaan Kompos
Djuarnani et al,.(2005) menjelaskan bahwa, kompos dapat digunakan
dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak
digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya tempratur
kompos. Penggunaan kompos bisa juga dilakukan dengan cara menyebarkannya
10
ke halaman atau ke kebun atau membenamkannya ke dalam tanah. Kompos yang
dibenamkan di dalam tanah sebaiknya tidak terlalu dekat dengan batang tanaman
karena akan mengakibatkan rusaknya perakaran tanaman akibat penggalian
lubang untuk kompos. Kompos yang disebar diatas tanah, unsur haranya dapat
diserap tanaman setelah unsur hara tersebut diserap tanah melalui air dari curahan
hujan atau air penyiraman. Penggunaan kompos setelah beberapa minggu dapat
meningkatkan kesuburan tanah dengan meningkatkan kehalusan dan ketersediaan
unsur hara.
Selain cara diatas, menurut Djuarnani et al,. (2005) penggunaan kompos
bisa dilakukan dengan cara membenamkannya di dalam lahan pertanian setelah
pemanenan. Dengan cara ini diharapkan pada msim tanam berikutnya, tanaman
yang akan ditanam bisa mendapatkan unsur hara yang cukup pada awal
pertmbuhannya. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pupuk
kompos adalah jumlah logam berat yang terkandung dalam kompos, terutama
kompos yang berasal dari sampah kota. Jika digunakan untuk pemupukan
tanaman, adanya logam berat di dalam kompos akan menambah jumlah logam
berat di dalam tanah yang akan diserap oleh tanaman.
Download