TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik serta sebagian besar Podsolik, (Mohr, baren dan borgh, 1972). terutama Podsolik Solum memiliki Merah Kuning kedalamannya sedang (moderat) 1 sampai 2 meter, warnanya merah sampai kuning, chroma meningkat dengan bertambahnya kedalaman, tekstur halus pada horizon Bt (karena kandungan liat maksimal pada horizon ini), struktur pada horizon Bt berbentuk blocky, konsistensi yang teguh, permebilitasnya lambat sampai baik serta erodibilitas yang tinggi. Sedangkan sifat kimia pada ultisol yang berperan dalam menentukan sifat, ciri dan kesuburan tanah yakni kemasaman kurang dari 5,5, kandungan bahan organik rendah sampai sedang, kejenuhan basa kurang dari 35%, serta Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24 me per 100 gram liat. Tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi (seperti halnya di Indonesia), ini berarti ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian sangat intensif, hal ini yang menyebabkan ultisol mempunyai kejenuhan basa rendah. Selain itu,ultisol juga memiliki kandungan Al-dd tinggi.(Munir, 1996). Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dilaporkan sebagai penyebab utama pertumbuhan buruk dan produksi rendah. Kejenuhan Al yang tinggi pada Universitas Sumatera Utara tanah masam menyebabkan pertumbuhan akar terhambat sehingga mengurangi serapan hara dan air. Disamping itu, masalah masalah kekurangan air dan miskin hara, juga sebagai penyebab produksi rendah atau gagal berproduksi pada ultisol (Hakim, Agustian dan Syafrimen,1989). Kompos Kompos merupakan hasil akhir dari dekomposisi atau fermentasi dari tumpukan sampah-sampah organik yang berasal dari tumbuhan atau tanaman ataupun yang berasal dari hewan. Bahan organik dari sampah sampah kota dan limbah pertanian lainnya dalam jumlah yang banyak tidak dapat digunakan langsung sebagai pupuk tetapi harus terlebih dahulu didekomposisikan. (Haug, 1980). Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembap, gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan ber-C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15. ( Novizan, 2005). Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat,memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan Universitas Sumatera Utara kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya ; hasil panen lebih tanah disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. (Rachman Sutanto,2002). a. Kompos kulit buah kakao Budidaya dan pengolahan tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, dan kakao menghasilkan limbah padat organik dalam jumlah melimpah. Berdasarkan data statistik perkebunan 2006, luas areal kakao di Indonesia tercatat 992.448 ha, produksi 560.880 ton dan tingkat produktivitas 657 kg/ha/thn. Bobot buah kakao yang dipanen per ha akan diperoleh 6200 kg kulit buah. Limbah kulit buah kakao ini berpotensi mencemari lingkungan,akan tetapi dapat diatasi dengan penanganan dan teknologi yang tepat untuk dimanfaatkan sebagai kompos (Goenadi et.al,2007). Kulit buah kakao merupakan bagian terbanyak dari buah kakao, yaitu sebanyak 75%. Kulit buah kakao mengandung protein kasar yang rendah tetapi kandungan serat kasar dan energinya cukup tinggi (poedjiwidodo, 1996). Dan menurut Siregar, dkk (1999) kulit buah kakao jika dibenamkan didalam tanah akan meningkatkan jumlah hara yang tersedia. Unsur-unsur yang cenderung Universitas Sumatera Utara mengalami peningkatan akibat pemberian kompos kulit buah kakao adalah unsur C, N, P-tersedia Tabel. 1. Komposisi bahan kimia dalam kompos yang berasal dari kulit kakao. Sifat Kimia Kakao PH 5,4 N-Total (%) 1,3 C-organik (%) 33,71 C/N 26 P2O5 (%) 0,186 K2O (%) 5,5 CaO (%) 0,23 MgO (%) 0,59 Sumber : Goenadi et.al (2007) b. Kompos kulit buah durian Masih banyak limbah-limbah pertanian yang belum mendapat perhatian khusus untuk dikelola, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kompos, salah satunya adalah kulit buah durian. Disumatera khususnya, menurut data Dinas Pertanian tanaman Pangan tahun 1998, produksi buah durian sebesar 48.892 ton dan cenderung meningkat sepanjang tahun. Dari buah durian ini diperoleh kulit durian sebesar 62,4% dan inilah yang akan menjadi limbah kota apabila tidak dimanfaatkan ( Lahuddin, 1999). Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Karateristik Kulit Durian Segar Karateristik Nilai Kandungan kulit buah segar 62,4% Kandungan air 95,5% Kandungan abu 4,6% Kadar C 40,6% [26,01%*] Kadar N 0,98% [2,59%*] C/N 41,4 [10,04*] P 0,13% K 1,71% *) = setelah menjadi kompos (Lahuddin,1999) Berdasarkan penelitian Hutagaol (2003) menunjukan bahwa pemberian kompos kulit buah durian dengan dosis takaran 20 ton/ha berpengaruh sangat nyata untuk menetralkan sebagian efek meracun Al dalam larutan tanah dan juga meningkatkan KTK tanah serta pH tanah. Peningkatan pH tanah yang disebabkan oleh pemberian kompos disebabkan oleh kandungan basa basa kompos yang sangat tinggi sehingga menyebabkan peningkatan pH yang sangat jelas. Peningkatan basa basa ini juga menyebabkan ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman. Akibat langsung dari peningkatan pH adalah terjadinya peningkatan ketersediaan P pada tanah tersebut. Penambahan kompos limbah kota seperti kompos kulit buah durian dan kompos kulit buah kakao juga menyebabkan Al-dd menurun dengan jelas (Anas, 2000). Universitas Sumatera Utara pH Tanah Kemasaman tanah atau pH (potential of hydrogen) adalah nilai yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ dalam larutan tanah. Larutan tanah disebut beraksi asam jika pH berada pada kisaran 0-6. Artinya, larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-. Sebaliknya, jika jumlah ion H+ dalam tanah lebih kecil daripada ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau memiliki pH 8-14. Jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah sama dengan ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi netral dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H+ di dalam tanah, reaksi tanah akan semakin asam ( Novizan, 2005). pH tanah atau kemasaman tanah mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman, aktivitas mikroorganisme, dan kelarutan mineral tanah. Faktor utama yang mempengaruhi pH tanah adalah temperatur dan curah hujan, yang mengatur intensitas pencucian dan pelapukan mineral tanah. Kemasaman biasanya dihubungkan dengan tanah-tanah yang tercuci. Kegiatan pertanian, seperti pengapuran atau pemupukan amonium, dapat mengubah pH tanah. Umumnya pH 6.0 hingga 7.5 yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Tabel 3. Tingkat kemasaman tanah Reaksi Tanah pH Luar biasa asam 3,5 - 4,4 Asam sangat kuat 4,5 – 5,0 Asam kuat 5,1 – 5,5 Asam sedang 5,6 – 6,0 Universitas Sumatera Utara Asam lemah 6,1 – 6,5 Netral 6,6 – 7,3 Alkali lemah 7,4 – 7,8 Alkali sedang 7,9 – 8,4 Alkali kuat 8,5 – 9,0 (Mukhlis 2010) Kapsitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah didefinisikan sebagai kemampuan suatu koloid tanah untuk mengadsorpsi kation dan mempertukarkannya. KTK biasanya dinyatakan dalam milliekuivalen per 100 gr. Pertukaran ini hanya terjadi jika larutan tanah berada dalam keadaan tidak seimbang dengan koloid tanah. Larutan tanah dan dan koloid tanah sangat jarang berada dalam keadaan seimbang antara satu dengan lainnya. Selalu saja terjadi perubahan yang disebabkan oleh tercucinya kation ke lapisan tanah yang lebih dalam akibat aliran air atau beberapa kation diserap oleh tanaman. Kapasitas Tukar Kation tanah yang rendah dapat ditingkatkan dengan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang. (Novizan, 2005). Jumlah kation yang dapat dijerap (diadsorbsi) oleh suatu tanah adalah setara dengan besarnya Kapasitas Tukar Kation tanah tersebut. Kation yang paling kuat berpegang pada kompleks jerapan menurut deretan Ca > Mg > K > Na > Li (Bohn dan Neal,1979). Dengan perkataan lain penambahan ion Ca2+ kedalam tanah akan meningkatkan Ca dapat dipertukarkan (Ca-dd) dan Ca2+ yang diberikan itu akan mendepak kation lain dari kompleks jerapan (Manurung,1983). Universitas Sumatera Utara Alumunium dapat dipertukarkan(Al-dd) Peran Al dapat ditukar pada tanah Ultisol,Oxisol dan Alfisol sangat penting,karena pada tanah-tanah tersebut sering ditemukan kejenuhan Al nisbi yang tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Ultisol mempunyai kejenuhan Al yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang lain, bahkan bisa mencapai lebih dari 85%. Didalam tanah, Al-dd akan mengendap pada pH antara 5,5 sampai 6,0, sehingga pada tanah-tanah yang mempunyai pH lebih besar dari 6,0 kandungan Al-dd dan kejenuhan Al nisbi rendah bahkan peranannya dapat diabaikan (Munthe,1997). Bahan organik sangat berperan dalam memperbaiki sifat kimia dan juga dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Bahan organik juga sangat berperan dalam pembebasan P-fiksasi oleh senyawa Al dan Fe. Asam-asam organik yang dilepaskan mampu mengikat ion logam seperti Al dan ion Fe di dalam tanah,kemudian membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Senyawasenyawa termasuk asam humat dan fulvat mampu membentuk kompleks dengan ion-ion logam (Tan,1991). Universitas Sumatera Utara