II. TELAAH PUSTAKA Singkong merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Singkong memiliki daya adaptasi lingkungan yang cukup tinggi, karena dapat tumbuh disemua wilayah di Indonesia. Menurut Askar (1996), beberapa kelebihan tanaman singkong diantaranya sangat mudah didapat, karena singkong sangat mudah ditanam di Indonesia dan budidaya tanaman singkong mudah dilakukan karena perbanyakan tanaman singkong umumnya dengan stek batang. Singkong banyak dibudidayakan karena singkong memiliki manfaat ekonomi bagi masyarakat karena singkong dapat digunakan sebagai bahan pangan karbohidrat, bahan baku industri makanan, kimia dan pakan ternak (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995). Selain manfaat ekonomi budidaya singkong dapat memberikan manfaat pada lingkungan karena singkong dapat menyerap karbondioksida sehingga dapat membantu dalam mengurangi dampak GRK. Semua tanaman termasuk tanaman singkong dapat menyerap karbondioksida (CO2) melalui proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pada tanaman hijau dengan bantuan klorofil dan cahaya, mengubah karbondioksida dan air menjadi karbohidrat dan molekul oksigen (Kamen, 1963). Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil mengandung organel yang disebut kloroplas. Kloroplas inilah yang menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun, terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan bio.unsoed.ac.id yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis (Sinambela, 2006) Menurut Hairiah (2007), Melalui proses fotosintesis, CO2 diudara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, selajutnya disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun diseluruh bagian tubuh tanaman. Dengan demikian pengukuran jumlah karbon yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup atau 3 biomassa pada suatu lahan menggambarkan banyaknya karbondioksida di atmosfer (Asdak, 2002). Tumbuhan mempunyai kemampuan dalam menyerap karbondioksida yang berbeda-beda. Penentuan kemampuan daya serap karbondioksida dapat dilakukan dengan menggunakan proses fotosintesis sebagai parameter. Dalam proses fotosintesis, jumlah C dalam CO2 berbanding lurus dengan jumlah C terikat dalam gula selama fotosintesis (Purwaningsih, 2007). Ramanda (2014) melakukan penelitian tentang daya serap tanaman semusim jagung di Desa Gumelem Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara.Tanaman jagung dan tanaman lainnya memiliki potensi dalam penyerapan GRK di atmosfer melalui proses fotosintesis. Daya serap karbondioksida pada tanaman jagung dapat diketahui dengan menggunakan metode analisis karbondioksida. Berdasarkan hasil penelitian ramanda tanaman jagung yang optimal dalam menyerap CO2 pada umur 3 bulan dengan rata-rata daya serap CO2 bersih per helai daun per musim sebesar 13,96 g.helai-1.musim-1, daya serap per pohon per musim sebesar 1,3 x 10-4 ton.pohon-1 .musim-1 dan daya serap per hektar permusim sebesar 9,58 ton.ha-1. musim-1. bio.unsoed.ac.id 4