II. TELAAH PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara ialah jika udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh buruk terhadap organism hidup. Jumlah pengotoran ini cukup banyak sehingga tidak dapat diabsorpsi atau dihilangkan. Umumnya pengotoran ini bersifat alamiah, misalnya gas pembusukan, debu akibat erosi, dan serbuk tepung sari yang terbawa angin, kemudian ditambah oleh manusia karena ulah hidupnya dan jumlah serta kadar bahayanya semakin meningkat (Adiatsari, 2013). Pencemar udara dapat digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu (1) polusi; (2) penguapan; (3) pembakaran; (Sterm, 2007). Menurut Soedomo (2001), sumber pencemaran udara dapat terjadi berdasarkan kegiatan alami dan antropogenik, kegiatan yang bersifat alami, contohnya: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan sedangkan kegiatan antropogenik (akibat aktivitas manusia) terbagi dalam pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan, baik akibat proses dekompsisi ataupun pembajakan dan rumah tangga. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi akan berdampak polusi udara pada lingkungan. Polusi udara yang timbul akibat tingginya pemakaian kendaraan bermotor ini berupa emisi karbon. Emisi karbon yang semakin lama semakin meningkat seiring bertambahnya kendaraan bermotor ini dapat menimbulkan dampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu dampak yang ditimbulkan emisi karbon dari kendaraan bermotor adalah pemanasan global. Pemanasan global dapat mengakibatkan suhu bumi meningkat dan terjadi perubahan iklim (IPCC,1995). B. Ruang terbuka Hijau Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan bagian penting dari jaringan ekosistem perkotaan, namun konsep awal pembentukannya tampaknya kurang bio.unsoed.ac.id disadari oleh masyarakat sekarang, di mana penekanan RTH saat ini hanya disadari sebagai tempat bersenang-senang di waktu luang. Salah satu cara untuk mereduksi CO2 di perkotaan adalah dengan membangun ruang terbuka hijau (RTH).Tanaman sebagai komponen utama pengisi ruang terbuka hijau memiliki kemampuan dalam menyerap emisi CO2 sehingga mampu mengurangi konsentrasi emisi CO2 di alam. Selain itu, tanaman pada ruang terbuka hijau juga mampu menghasilkan gas oksigen (O2) yang sangatlah penting untuk mendukung proses metabolisme makhluk hidup 4 (Setiawan dan Hermana,2013). Menurut Purnomohadi, (1995) Pengertian ruang terbuka hijau, adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu). Ruang terbuka hijau berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti ruang terbuka hijau untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. Ruang terbuka hijau untuk fungsifungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota (Adiatsari,2013). Penyerapan karbon dioksida oleh ruang terbuka hijau dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson dan McPherson, 1999). Kemampuan tanaman dalam menyerap gas karbon dioksida bermacam-macam menurut Prasetyo et,.al (2002) dalam Tinambunan (2006) suatu area yang mempunyai berbagai macam tipe penutupan vegetasi memiliki kemampuan atau daya serap terhadap karbon dioksida yang berbeda. Tipe penutupan vegetasi tersebut berupa pohon sebesar 129,29 kg ha-1 jam1 , semak belukar sebesar 12,56 kg ha-1 jam-1, padang rumput sebesar 2,74 kg ha-1 jam-1, dan sawah sebesar 2,74 kg ha-1 jam-1 C. Jalur hijau Jalur hijau merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berada di sekitar lingkungan pemukiman atau sekitar kota, yang bertujuan mengendalikan pertumbuhan pembangunannya, mencegah dua kota atau lebih menyatu, mempertahankan daerah hijau, rekreasi ataupun daerah resapan hujan, di daerah ini bio.unsoed.ac.id tidak diperbolehkan ada bangunan apapun (Arifin dan Nurhayati, 2000). Penanaman jalur hijau jalan merupakan hal penting dalam merancang dan mengelola ruang serta memecah masalah, vegetasi merupakan faktor penting dalam lingkungan sehingga pemilihan vegetasi harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan karakteristik vegetasi yang ditanam, terutama untuk penanaman jalur hijau di lingkungan perkotaan yang berada di lingkungan yang penuh polusi dan keadaan yang kurang mendukung. Pemilihan tanaman untuk suatu lanskap harus 5 memperhatikan aspek agronomis, arsitektural tanaman dan nilai identitas tertentu, misalnya tanaman langka, unik, eksklusif dan lainnya (widiastuti,2013). BAPPEDA Banyumas (2005) menyatakan kriteria vegetasi (pohon pelindung) untuk kawasan jalur hijau anatara lain adalah karekteristik tanaman : struktur daun setengah rapat, warna dominan hijau dan perakaran tidak merusak pondasi, kecepatan tumbuh tinggi, jenis tananaman tahunan dan musiman dengan syarat bentuk bervarisai, memiliki nilai keindahan sedang, pengahasil oksigen tinggi, memiliki perdam intensif dan pemeliharaan tidak intensif,berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya, jarak tanaman bervariasi, persentase lahan hijau disesuiakan denagan intensitas kepadatan bangunan D. Komposisi vegetasi Komposisi vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk, tekstur dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Hakim dan Hardi, 2004). Pemilihan komposisi tanaman untuk ruang terbuka hijau harus memperhatikan karakter serta kriteria‐kriteria kesesuaiannya sehingga diharapkan mampu memicu suasana kota yang bersih dan teduh. Selain itu pemilihan vegetasi tersebut sebaiknya harus disesuaikan dengan kriteria kesesuaian yang meliputi fungsi awal taman publik, estetika, ekosistem, jenis tanah, iklim/klimatologi kawasan, pemeliharaan (maintenance) serta biologi tanaman pengisi taman tersebut (Rochim dan Syahbana, 2013). E. Daya serap karbondioksida Fotosintesis pada tanaman merupakan suatu proses organisme hidup mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia berupa molekul organik. Proses bio.unsoed.ac.id ini membutuhkan energi matahari untuk menyediakan energi pada reaksi kompleks fisika-kimia dari organisme hidup tersebut (Lawlor, 1993). Gas karbondioksida sebagai bahan utama fotosintesis masuk melalui stomata, Proses berlangsungnya fotosintesis terjadi di jaringan mesofil, karena dalam jaringan tersebut terdapat kloroplas dimana juga terdapat klorofil. Kloroplas terdiri dari dua bagian yaitu tilakoid yang tersusun dari grana dan lamela bagian cair yang digunakan sebagai tempat untuk mereduksi CO2 pada reaksi gelap. Cahaya akan melewati lapisan 6 epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan (Salisbury & Ross, 1995). Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida (Salisbury & Ross, 1995). Proses awal dari reaksi gelap ini adalah fiksasi CO2, CO2 akan di ikat oleh senyawa ribulosa 1,5-bifosfat (RuBP) yang nantinya akan menghasilkan produk awal berupa 3-PGA. Reaksi antara CO2 dengan RuBP dipicu oleh enzim rubisco selanjutnya akan masuk ke tahap reduksi PGA akan di reduksi menjadi bagian dalam gula fosfat lainnya, selanjutnya beberapa karbon akan diubah dengan penambahan 3 ATP dan 2 NADPH, lalu masuk ke tahap regenerasi untuk membuat kembali RuBP ( Lakitan, 2000). Produktivitas tanaman dapat dengan tepat ditaksir dengan mengukur baik oksigen maupun karbondioksida yang digunakan dalam proses fotosintesis karena jumlah C dalam CO2 berbanding lurus dengan jumlah C terikat dalam gula selama fotosintesis, produktivitas dapat digunakan sebagai dasar perkiraan gas CO2 yang hilang di lingkungannya (Adiatsari, 2013). Nilai absorpsi karbon dioksida di udara dari setiap jenis tumbuhan dapat dilihat melalui spektrofotometer, semakin pekat warna yang dihasilkan maka nilai absorpsi karbohidratnya akan semakin tinggi. Perbedaaan warna yang dihasilkan pada saat spektrofotometer ini disebabkan oleh karena adanya bio.unsoed.ac.id perbedaan jumlah karbohidrat pada daun (Purwaningsih,2007). Hasil penelitian Sinambela (2006) juga menyatakn bahwa persentase dan massa karbohidrat jenis tanaman saling berbanding lurus. Massa karbon dioksida yang di gunakan selama proses fotosintesi memiliki jumlah C yang berbanding lurus dengan jumlah C terikat dalam Karbohidrat ( Harjadi,1996). 7