ILMU SOSIAL ADALAH Ilmu yang mencakup semua aspek didalam

advertisement
ILMU SOSIAL ADALAH Ilmu yang mencakup semua aspek didalam kehidupan mulai
dari sifat seseorang atau individu, interaksi individu, antar individu dan kelompok, dan
interaksi antara kelompok dan kelompok.
Untuk kali ini kami akan mencoba membahas Ilmu social menurut tokoh – tokoh ilmu
social yaitu : Max Waber, Karl Marx, dan Emile Durkheim.
Berikut penjelasan dari masing – masing tokoh ilmu social.
1. TEORI SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM
A . Pokok kajian dan metode sosiologi
Dalam bukunya the rule of sosiologigcal (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa
tugas sosiologi adalah Mmempelajari apa yang dia sebut sebagai fakta-fakta sosial .
Asumsi umum yang paling fundamental adalah bahwa fakta-fakta sosial itu riil dan
mempengaruhi kesadaran individu lainnya.
Fakta-fakta sosial dapat dipelajari dengan metode-metode empirik ,karena fakta-fakta
sosial merupakan benda dan harus diperlakukan sebagaimana bennda.
Menurut Durkheim fakta sosial merupakan kekuatan struktur yang bersifat eksternal dan
memaksa individu .
Studi tentang kekuatan dan struktur berskala luas ,misal : Hukum yng melembaga dan
keyakinan moral bersama dan pengaruh terhadap individu menjadi sasaran studi banyak
teoritas sosiologi di kemudian hari (misalnya parsons)
Dalam bukunya yang berjudul suicide(1897/1951) Durkheim berpendapat bila ia dapat
menghubungkan perilaku individu seperti bunuh diri itu dengan sebab sebab sosial
(fakta sosial) maka ia dapat menciptakan alasan meyakinkan tentang pentingya disiplin
sosiologi .
Durkheim berpegang pada metode variasi yang terjadi pada waktu yg sama .
Durkheim memperlihatkan analisisnya tentang kekuatan sosial mempengaruhi perilaku
manusia.
Durkheim (1897/1966) menemukan bahwa angka bunuh diri disatu negara berbeda
dengan negara lain dan bahwa dari tahun ketahun tiap angka secara mencolok.
Contoh: angka bunuh diri dari kaum protestan ,pria,dan mereka yang tidak menikah
lebih tinggi daripada kalangan orang katolik, yahudi , perempuan dan mereka yang
sudah menikah .
Durkheim menarik kesimpulan bahwa bunuh diri bukanlah semata mata pada individu
yang memutuskan bunuh diri karena alasan prribadi .faktor melandasi tindakan bunuh
diri dan membuat angka setiap kelompok cukup konstan dari tahun ke tahun.
B . karakteristik dan Tipe fakta sosial
Menurut Durkheim bahwa fakta sosial memiliki karakteristik Pertama: gejala sosial
bersifat eksternal terhadap individu ,misal : bahasa, sistem moneter, normanorma,profesional .
Kedua: bersifat memaksa individu
Ketiga : bersifat umum dalam satu masyarakat .
Dalam the rule of sosiological Method ia membedakan antara dua tipe fakta sosial :
material dan non material . meski ia membahas kedua nya dalam karya nya , perhatian
llebih tertuju pada fakta sosial non material ( misal: kultur dan instrusin sosial )
ketimbang pada fakta sosial material (biroksi,Hukum).perhat0ian tertuju pada upaya
membuat analisis komparatif mengenai apa yg membuat masyarakat bisa dikatakan
berada ddalam keadaan primitif atau modern.
Dalam buku nya les former elemntaire de levie religiuse : the elemetary forms of
religious of life(bentuk-bentuk dasar kehidupan religius) Dalam karyanya ini durkheim
mambahas masyarkat primitif untuk menemukan akar agama. Temuan nyan adalah
sumber agama adalah masyarakat itu sendiri .
Durkheim menyimpulkan bahwa “agama sesungguhnya adalah masalah sosial”, ia juga
meyakini “ agama adalah hal yang paling primitif dari segala fenomena.
2. TEORI KARL MARX
“Karl Marx”
Karl Marx adalah seorang tokoh besar dalam sosiologi. Marx terkenal dengan
analisisnya dibidang sejarah yang dikemukakan di kalimat pembuka pada buku
“CommunistManifesto” sejarah dari berbagai masyarakat yang pada dasarnya adalah
sejarah tentang pertentangan kelas. Marx percaya kapitalisme yang ada akan digantikan
dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme
radikal menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat (kaum paling bawah
di negara Romawi).
Pemikiran-pemikiran Karl Marx :
1. Kapital, kapitalis dan ploretariat
Didalam suatu komoditas Marx menemukan inti dari masyarakat kapitalis. Yang
dimana masyarakat tersebut didominasi dengan objek-objek yang nilai utamanya
ialah pertukaran yang memproduksi kategori-kategori masyarakat tertentu. Ada
2 tipe yang menjadi perhatian Marx yaitu proletariat dan kapitalis. Proletariat
ialah pekerja yang menjual kerja mereka tetapi tidak memiliki peralatan
produksi sendiri, sarana dan prasarana. Oleh karena itu proletariat akan
kehilangan keterampilannya seiring dengan perkembangan teknologi yang akan
menggantikan mereka. Proletariat disebut sebagai konsumen karena mereka
hanya memproduksi untuk pertukaran, mereka juga harus menggunakn uph yang
mereka dapatkan untuk memperoleh kebutuhannya. Kapitalis ialah orang yang
memberi upah karena mereka orang-orang yang mempunyai alat-alat produksi.
Kapital adalah uang yang diinvestasikan ketimbang uang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Jadi kapitalisme ialah uang yang menghasilkan
lebih babnyak uang. Tetapi Marx mengatakan kapital tidak hanya itu saja
melainkan sebuah resolusi sosial tertentu, dengan kata lain uang hanya menjadi
kapital karena adanya relasi sosial. Dan Marx menulis bahwa kapitalisme akan
berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.
2. Eksploitasi
Menurut Marx eksploitasi dan dominasi lebih dari distribusi kesejahteraan dan
kekusaan yang tidak seimbang. Eksploitasi ialah bagian penting dari ekonomi
kapitalis. Masyarakat juga memiliki sejarah eksploitasi,tapi uniknya dalam
kapitalisme bawa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang impersonal
dan objektif. Paksaan jarang dianggap kekerasan tetapi malah menjadi
kebutuhan pekerja yang biasanya terpenuhi melalui upah, maka Marx
menggambarkan /kebebasan upah kerja. “untuk mengubah uangnya menjadi
kapital pemilik uang harus bertemu di dalam pasar dengan buruh-buruh bebas,
bebas dalam dua pengertian, dari satu sisi sebagai seseorang yang bebas dia
bisa mengatur tenaganya sebagai komoditasnya sendiri dan disisi lin sebagai
seseorang yang tidak memiliki komoditas lain untuk dijual, dia kekurangan
segala sesuatu yang penting untuk merealisasikan tenaganya”. Para pekerja
menjdi buruh yang bebas
dan membuat kontrak bebas dengan kapitalis.
Kapitalisme membayar pekerja kurang dari apa yang mereka hasilkan dan
mengambil keuntungan untuk diri mreka sendiri. Kapitalisme bmenggunakan
keuntungan ini untuk kepentingan mereka sendiri teteapi itu belum
mengakibatkan ekspansi kapitalisme.
3. Konflik kelas
Marx selalu menggunakan istilah kelas dalam tulisannya, akan tetapi dia
mendefinisikan secara sistematis tentang apa yang dia maksud dalam istilah ini.
Ia sering menggunakannya untuk menyatakan sekelompok orang yang berada
dalam situasi sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat
produksi. Marx mendefinisikan kelas berdasarkan potensi terhadap konflik.
Individu membentuk kelas sepanjang mereka berada di dalam suatu konflik
dengan individu yang lain. Dalam kapitalisme ada konflik penting yang inheren
antara orang yang memberi upah untuk buruh dan buruh yang bekerja untuk
mereka diupah kembali menjadi nilai surplus. Konflik inheren ini yang
membentuk kelas-kelas. Kelas didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi
mengakibatkan konflik, maka konsep ini berbeda baik secara teoritis maupun
historis. Marx mengemukakan 2 macam kelas yaitu borjuis dan proletar. Kelas
borjuis merupakan kelas untuk para kapitalis dalam ekonomi modern, mereka
memiliki alat produksi dan mempekerjakan para buruh. Konflik antar kelas
borjuis dan proletar ialah contoh dari kontradiksi material yang sebenarnya dan
kontrakdiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan
kapitalisme.
4. Agama
Marx juga melihat agama sebagai ideologi, dia merujuk pada agama sebagai
candu masyarakat. Marx percaya bahwa agama seperti ideologi mereflesikan
suatu kebenaran akan tetapi terbalik. Karena masyarakat tidak bisa melihata
bahwa
kesukaran
dan
ketertindasan
mereka
diciptakan
oleh
sistem
kapitalis.marx menyatakan bahwa ia tidak menolak agama tetapi menolak suatu
sistem yang mengandung ilusi agama.
5. Komunisme dan Sosialisme
Pemikiran Marx tentang sosialisme terlampau sejak abad ke V sebelum ia
memikirkan revolusi proletariat. Pemikiran Marx tentang sosialisme sudah
termaktub di beberapa karya dan budaya Yunani kuno. Kata sosialisme sendiri
muncul di Prancis tahun 1830 begitu juga dengan komunisme.
3 . TEORI MAX WEBER
jiwa Max Weber lahir di Erfurt, Jerman 21 April 1864 dalam keluarga kelas menengah.
Ayahnya seorang birokrat politisi penting, hedonisme, berbeda dengan istrinya. Ibu
Weber adalah seorang calvinis yang taat yang meninggalkan kesenangan duniawi.
Perbedaan tersebut memiliki dampak besar bagi Weber. Mulanya ia berorientasi ke
Ayahnya lalu belakangan ke Ibunya. Dua kutub itu memengaruhi negatif Weber.
Pada usia 18 tahun masuk Universitas Heidelberg. Pada awalnya pemalu. Namun,
setelah ia mengikuti kebiasaan ayahnya minum bir dan bersosialisasi maka ia menjadi
tidak unsosial lagi serta menikuti jejak ayahnya meski sementara yakni hukum. Setelah
tiga semester Max meninggalkan Heidelberguntuk tugas militer. Kemudian pada tahun
1884 kembali ke Berlin, rumah orang tuanya lalu melanjutkan kuliah di Universitas
Berlin sampai delapan tahun dan mendapat gelar Ph.D. Mnjadi pengajar di Berlin.Biaya
kuliahnya ditanggung ayahnya tetapi Weber kurang senang karena ia pada saat yang
sama lebih mengikuti orientasi ibunya yang asketik, rajin dan workaholic.
Dorongan kerja kuat itu menjadikannya pada tahun 1896 sebagai profesor ekonomi di
Heilderberg. Tahun 1897 pada saat karirnya mekar Ayahnya meninggal. Itu
membuatnya mengaalami kemacetan saraf hingga pada tahun 1903 baru sembuh dan
mulai mengajar lagi tahun 1904.
Weber menerbitkan karya terbaiknya berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism. Dalam bukunya lebih dominan agama dalam level akademik berkat Ibunya
meski dia tidak agamis.
Weber meninggal pada 14 juni 1920 saat ia akan masih menulis karya Economy and
Society.
Kegiatan semasa hidupnya yakni mendirikan Masyarakat Sosiologis Jerman tahun1910,
kritis secara politis dan isu-isu .
Metodologi
Sejarah dan Sosiologi
Meskipun karier awalnya dibidang hukum ia tertarik juga pada sejarah. Weber juga
bergerak di bidang sosiologi serta menjelaskan hubungannya dengan sejarah. Perbedaan
sosiologi dengan sejarah ialah sosiologi merumuskan konsep tipe dan keseragaman
proses empiris yang digeneralisasikan. Sedangkan sejarah lebih kepada analisis kausal
atas tindakan individual yang memiliki signifikansi budaya. Sehingga dapat dikatakan
Weber ialah seorang sosiolog historis.
Pemikiran Weber mengenai sosiologi akibat perdebatan intelektual (methodenstreit)
yang berkecamuk di Jerman pada zaman itu. Isu mengenai sejarah dan ilmu. Ada
perbedaan antara kaum positivis dengan kaum subjektivis. Bedanya 1.kaum positivis
menganngap bahwa sejarah terdiri dari hukum-hukum alam, disebut nomotetik, dan
sejarah dapat menjadi seperti ilmu alam. Sedangkan 2. Kaum Subjektivis mereduksi
sejarah menjadi peristiwa-peristiwa idiosinkratik yang disebut idiografik, dan melihat
sejarah serta ilmu alam berbeda secara radikal.
Menurut Weber sejarah terdiri dari peristiwa empiris yang unik sehingga dunia empiris
harus terpisah dari semesta konseptual yang dibangun. Karena pengetahuan atas
fenomena historis ada di dalam konkretannya’’
Nilai – nilai
Weber mengungkapkan bahwa nilai pribadi para ilmuwan social tidak boleh
berpengaruh terhadap penelitiannya. Harus dibedakan dalam dunia akademik dan
diskusi public. Dalam akademik professor harus memberikan fakta bukan nilai , meski
Marx mengatakan bahwa fungsi dan nilai saling berjalin saling berhubungan secara
dialektis. Weber membedakan pengetahuan eksistensial akan apa yang ada dan
pengetahuan normatif atas apa yang harus ada.
Pra sosiolog Amerika memandang weber sebagai pendukung sosilogi bebas nilai. Yang
sebenarnya bahwa sebagian besar sosiolog Amerika sendiri menganut ide bebas nilai
dan memakai nama Weber untuk mendukung pendirian mereka. Sedangkan kita lihat
Weber sarat dengan nilai-nilai.
Ilmuwan social dapat menarik kesimpulan factual dari riset tetapi riset tidak dapat
mengatakan kepada orang apa yang’’harus ‘’ dilakukan. Weber mengatakan ‘’suatu
ilmu empiris tidak akan pernah memberikan norma ideal yang mengikiat dan
mengarahkan kegiatan praktis langsung’’.
Terdapat konsep relevansi nilai dari Heinrich Rickert sejarawan Jerman, bahwa
relevansi nilai meliputi pemilihan bagian realitas empiris yang mewujudkan satu /
beberapa dari nilai budaya umum yang dianut oleh orang di dalam masyarakat di
lingkungan para pengamat ilmiah.
TINDAKAN SOSIAL
Tndakan social berbeda dengan respon. Tindakan social memerlukan proses pemikiran
dan meletakkan makna subjektif pada tindakannya. Tindakan sebagai orientasi yang
dipahami
secara
subjektif.
Namun
untuk
maksud
tertentu
mungkin
harus
memperlakukan kolektivitas sebagai indivdu, kolektivitas hanya sebagai hasil dan cara
pengorganisasian tindakan khusus pribadi individual, karena hanya agen dalam
seragkaian tindakan yamg dapat dipahami.
Weber menggunakan tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan untuk
mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar. Yang penting bagi weber pembedaan dua
tipe tindakan dasar, yaitu 1. Rasionalitas sarana-tujuan, harapan perilaku objek terhadap
manusia lain, harapan ini sebagai “sarana” untuk mencapai tujuan lewat upaya
perhitungan rasional, 2. Rasionalitas nilai, yaitu tindakan yang ditentukan akan
keyakinan kesadaran akan nilai-nilai perilaku etis, religiusitas atau perilaku lain yang
terlepas dari prospek/ harapan keberhasilan.
Sedangkan selain dua tersebut ada, 3. Tindakan afektual,tindakan ini ditentukan kondisi
emosi aktor, 4. Tindakan tradisional, ditentukan oleh cara bertindak aktor yang biasa
dan lazim dilakukan. Namun dari keempat tersebut belum tentu berdiri sendiri, tetapi
dapat dikombinasikan.
KELAS, STATUS, PARTAI
Weber tidak mereduksi stratifikasi hanya dari faktor ekonomi seperti yang dikemukakan
Karl Marx. Namun, masyarakat terstratifikasi dalam faktor ekonomi(kelas), faktor
social(status), dan faktor kekuasaan (partai). Implikasinya aka nada orang yang tinggi
pada salah satu factor dan rendah di faktor lain, serta tidak dibatasi hanya dari faktor
ekonomi saja.,k
Menurut Weber Kelas bukan suatu komunitas, situasi kelas(sekelompok oran yang
memiliki persamaan senasib) hadir apabila adanya tiga syarat dipenuhi, 1. Sejumlah
orang memiliki komponen kausal spesifik peluang hidup mereka, 2. Komponen ini
hanya direpreentasikan oleh kepentingan ekonomi berupa penguasaan barang/ peluang
untuk memperoleh pendapatan, 3. Direpresentasikan menurut syarat- syarat komodita
atau pasar tenaga kerja, inilah dinamakan “situasi kelas”(pada situasai ekonomi dan
pasar yang sama).
Adanya suatu status bukan terdapat pada kelas namun komunitas, yakni adanya derajat
martabat entah itu positif ataupun negative. Status terkait dengan gaya hidup
Adanya serangkaian hubungan , dimana kelas berhubungan dengan ekonomi, status
berhubungan dengan kelas, dan partai berhubungan dengan politik”struktur yang selalu
berjuang
untuk
meraih
dominasi”
dan
merupakan
elemen
paling
teratur
dalamstratifikasi Weber. Partai tak hanya menyangjkut negara tetapi juga apapun jika
ada suatu kekuasaan maka bisa disebut partai.
STRUKTUR OTORITAS
Dalam pemikiran kapitalisme nya, Weber tidak mendukung adanya revolusi, Ia lebih
menerangkan bukan untuk menghancurkannya, tetapi mengubah masyarakat secara
gradual. Weber mendefinisikan dominasi sebagai probabilitas bahwa perintahspesifik
akan dipatuhi suatu kelompok tertentu. Bentuk Dominasi yang sah disebut “ otoritas “.
Otoritas dilegitimasi berdasar landasan rasional, tradisional, dan kharismatik.
Otoritas yang berlanda rasional bersandar pada kepercayaan terhadap legalitas aturan
yang ditetapkan dan hak orang yang diberi otoritas berdasarkan aturan itu untuk
mengeluarkan perintah . Otoritas tradisional didasarkan pada kepercayaan yangsudah
mapan pada kesucian tradisi kuno dan legitimasi orang yang melaksanakan otoritas
menurut tradisi itu . Otoritas Kharisma bersandar pada keseiaan para pengikut para
kesucian yang luar biasa, watak teladan, heroisme, atau kekuasaan istemewa para
pemimpin. Itulah ketiga tipe legitimasi dari Weber.
Struktur Otoritas berdasar ketiga legitimasi tersebut adalah 1. otoritas legal, tumbuh
dari legitimasi sisitem rasional-legal. Contoh bentuk yang dikemukakan Weber adalah
birokrasi(dipandang sebagai tipe paling murni dari dijalankannya otoritas legal)
Otoritas Legal, bentuknya ialah birokrasi >tipe paling murni dalam otoritas legal> Tipe
Ideal Birokrasi(tipe organisasi)= presisi, stabilitas, keketatan disiplin, keterpercayaanya,
tingginta tingkat kalkulabilitass hasil bagi kepala organisasi.> Unit dasarnya ialah badan
yang diorganisasi secara hierarkis dengan, aturan, fungsi, dokumen tetulis,dan cara-cara
yang memaksa.
Ciri Utama Tipe Ideal Birokrasi:1. Terdiri dari rangkaian organisasi fungsi resmi yang
teikat aturan, 2. Setiap badan memiliki ranah kompetensi spesifik, membawa kewajiban
serta cara paksa bagi dilakukannya pekerjaan tersebut, 3. Badan terorganisasi kedalam
sistem hierarkis, 4. Badan embawa kualifikasi teknis yang mengharuskan partisipasinya
memperoleh pelatihan yang tepat, 5. Staff yang mengisi badan-badan tersebut tidak
memiliki sarana , produksi yang terkait dengannya, dibekali manfaat benda, 6. Pegawai
tidak diizinkan mengubah posisi, tetap menjadi bagian organisasi, 7. Tindakan,
keputusan, dan aturan administratif dirumuskan dan dicatat secara tertulis.
Weber membedakan birokrasi dan birokrat. Birokrasi sebagai struktur, dan birokrat
sebagai posisi dalam struktur-struktur tersebut.
2. Otoritas Tradisional
Otoritas tradisional didasarkan pada klaim pemimpin dan keyakinan para pengikutnya
bahwa terdapat kelebihan dalam kesucian aturan dan kekuasaan yang telah
berusia tua.Staf pemimpin tradisional patuh karena memikul beban tradisi, ia dipilih
menduduki jabatan tersebut secara tradisional. Staf tradisional tidak memiliki hierarki
yang jelas, tidak ada sistem reguler, jabatan tidak berupa gaji uang, dan posisi yang
diraih bukan karena pelatihan teknis sebagai prasaratnya.
Dua bentuk awal otoritas tradisional : Gerontokrasi: melibatkan kekuasaan yang
dijalankan oleh orang yang lebh tua ,Patriarkalisme Primer : kepemimpinan tang
diperoleh karena pewarisan(Gerontokrasi dan Patriarkalisme Primer penting tapi tidak
punya staf administrasi). Bentuk paling paling tua yaitu Patrimonialisme : dominasi
tradisional dengan administrasi dan kekuatan militer sebagai instrumen penguasa murni
bersifat personal. Yang lebih modern ialah Feodlisme : membatasi kekuasaan pemimpin
memalui pengembangan hubungan yang lebih rutin, adanya kontraktual antara
pimpinan dan bawahan. Keempat tersebut ialah Variasi struktural otoritas radisional.
Otoritas Tradisional (sangat konservatif )diklaim Weber sebagai penghambat
RASIONALITAS.
3. Otoritas Karismatik
Para pengikutnya yang mendefinisikan bahwa pemimpin yang kharismatik ialah yang
memiliki
kekuatan
tidak
lazim
yang
tidak
dimiliki
oleh
orang
biasa.
Hubungannya Karisma dengan Revolusi ialah karisma merupakan kekuatan
revolusioner internal yang mengubah pikiran aktor, ini penting di dunia sosial.
Karisma memyebabkan reorientasi subjektif atau internal. Weber merujuk pada
perubahan pikiran dan tindakan individu, perhatiannya pada perubahan struktur otoritas
yaitu kelahiran otoritais dan karismatik, ketika struktur otoritas baru muncul maka
cenderung merubah tindakan orang secara dramatis.
Dalam organisasi birokrasi pemimpin karismatik memiliki kebebasan, tidak ada
administratif, tidak memiliki aturan formal, Weber mengungkap ini sebagai staf
“inferior” dalam bentuk birokrasi.
Weber menerangkan bahwa ketika pemimpin karismatik mati maka organisasi
kemungkinan besar akan mati juga. Organisasi dapat hidup namun bentuknya tak murni
atau mencari penerus pemimpin karismatik. Namun dapat bergerak menjadi otoritas
tradisional jika dirutinisasi bahkan dapat pula menjadi rasional-legal.
RASIONALISASI
Weber mendefinisikan rasionalitas. Ia membedakan rasionatis menjadi dua jenis
rasionalitas sarana tujuan dan rasionalitas nilai, konsep tersebut merujuk pada tipe
tindakan. Weber berfokus pada keteraturan pola-pola tindakan dalam peradaban,
institusi, organisasi, strata, kelas, dan kelompok. Weber tertarik pada rasionalita yang “’
Terobjektivikasi “ yaitu tindakan yang sejalan dengan sistematis eksternal.
@ Rasionalitas (formal) sebagai kekuatan revolusioner eksternal yang terlebih dahulu
mengubah struktur masyarakat lau mengubah pikiran dan tindakan indivisu
Terdapat empat tipe dasar rasionalitas :
1. Rasionalitas praktis : setiap jalan hidup yang memandang dan menilai aktivitasaktivitas duniawi dalam kaitannya dengan kepentingan individu yang pragmatis dan
egoistis.Cirinya : menerima realitas ada, muncul karena longgarnya magi primitif, tidak
percaya pada nilai yang tidak praktis, religius dan utopia sekuler, dan melawan
rasionalitas teoritis.
2. Rasionalitas Teoritis
Melibatkan
upaya
kognitif
untuk
menguasai
realitas
melalui
konsep
yang
abstrak(seperti deduksi logis, induksi, atribusi, kausalitas) dan bukan melalui tindakan.
Cirinya : menggiring aktor untuk mengatasi realitas sehari-hari dalam upaya memahami
dunia sebagai kosmos yang mengandung makna, bersifat lintas peradaban dan sejarah,
tidak mempengaruhi tindakan yang diambil, hanya mengandung potensi untuk
memperkenalkan pola tindakan.
3. Rasionalitas Substansif
Secara langsung menyusun tindakan ke dalam sejumlah pola kluster-kluster nilai,
melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem nilai, bersifat
lintas peradaban dan lintas sejarah, selama ada postulat nilai yang konsisten.
4. Rasionalitas Formal
Melibatkan kalkulasi-kalkulasi sarana-tujuan, merujuk pada aturan hukum dan regulasi
yang berlaku secara universal, hanya muncul di barat dan lahirnya indstrialisasi.
#Weber menggambarkan kapitalisme dan birokrasi sebagai “ dua kekuatan utama
pembawa rasionalisasi”
RASIONALISASI FORMAL DAN SUBSTANSIF
Terdapat enam ciri utama rasionalitas formal :
1. Struktur dan institusi rasional formal menekankan kalkulabilitas ,
2. Fokus pada efisiensi, pencarian cara terbaik untuk mencapai tujuan tertentu
3. Perhatian pada terjaminnya prediktibilitas, atau hal yang beroperasi dengan cara sama
dari waktu ke waktu dan dari ruang ke ruang,
4. Menggantikan teknologi manusia dengan teknologi nonmanusia(komputer) lebih
dapat dikalkulasikan, efisien,
5. Melakukan berbagai kontrol atas ketidakpastian,
Pada akhirnya sistem rasional ini cenderung IRRASIONAL dan dunia menjadi kurang
bermakna
#Rasionalitas Substantif
Adalah satu-satunya tipe rasionalitas yang memiliki potensi untuk memperkenalkan
cara hidup metodis.
PENGANTAR ILMU SOSIAL
Kelompok : 1 ( satu )
Disusun Oleh :
Angga Kusuma Luvthansa .A
Muslim Supandu
Natalia Fransisca
Oki Widodo
Fuad Al Faruqi
Pratama Adi Nugroho
Galuh
Herdiyan Noor
Download