Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber Masyarakat Menurut Emile Durkheim Mahasiswa dapat menggunakan konsep masyarakat yang dikembangkan oleh Karl Marx, Max Weber dan Emile Durkheim untuk menjelaskan fenomena sosial Bina Nusantara I. Pengertian Masyarakat Seperti yang sudah disinggung pada pertemuan pertama bahwa obyek penelitian sosiologi adalah masyarakat. Sekarang kita akan melihat apaya yang dimaksudkan dengan masyarkat itu. Untuk itu kita akan mengambil beberapa pandangan para ahli sosiologi seperti Marx Weber, Karl Marx dan Emile Durkheim. Dalam sosiologi ketiga sosiolog ini dianggap sebagai sosiolok klasik. Mereka memiliki tradisi sosiologis yang terus diwariskan sampai sekarang ini. Namun sebelum kita bertemu dengan pemikiran mereka mengenai masyarakat kita akan terlebih dahulu melihat pandangan para ahli sosiologi setelah mereka sebagai berikut. Bina Nusantara • Menurut MacIver dan Page (Soekantro, 2006:22) masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. • Menurut Ralph Lincon; masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. • Selo Soemardjan; masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Dari pengertian di atas jelaslah bagi kita bahwa masyarakat bukan sekedar kumpulan individu. Masyarakat lebih merupakan sebuah sistem hubungan, kesatuan sosial yang memiliki norma dan kebudayaan. Bina Nusantara 2. Hubungan Individu dengan Masyarakat. Kita sudah mengetahui apa yang dimaksudkan dengan masyarakat. Dari penjelelasan di atas, nyata bahwa masyarakat tidak sama dengan kumpulan individu, walaupun tidak bisa ditolak bahwa individu merupakan inti dari masyarakat. Namun perhatian sosiologi bukan pada individu itu sendiri melainkan pada sistem hubungan yang dibangun oleh individu-individu atau kelompok sebagai satu kesatuan. Oleh kareh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana hubungan antara masyarakat dengan individu. Supaya lebih memudahkan, kita akan melihat terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan individu. Individu (Lawang, 1986) adalah subyek yang melakukan sesuatu, subyek yang mempunyai pikiran, subyek yang mempunyai kehendak, subyek yang mempunyai kebebasan, subyek yang memberi arti (meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya. Singkatnya individu adalah subyek yang bertindak (aktor). Bina Nusantara Sekarang kita melihat hubungan antara individu dengan masyarakata. Seperti yang sudah dijelaskan – sekedar untuk digarisbawahi lagi – bahwa masyarakat merupakan suatu sistem interaksi. Kalau kita berbicara tentang sistem, itu berarti, kita berbicara tentang bagian-bagian yang membentuk satu sistem. Suatu sistem akan berjalan berdasarkan pola-pola tertentu. Dalam konteks sosiologi, pola-pola nampak dalam kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan-kepercayaan. Seorang individu yang baru dilahirkan belum memiliki pola-pola atau kebiasaan-kebiasaan sosial, namun melalui proses sosialisasi, kepadanya diajarkan pola-pola interaksi, sehingga dalam beriteraksi dengan orang lain, ia mengikuti pola-pola yang sudah diajarkan. Atau dua orang yang saling berinteraksi secara terus menerus pasti akan membentuk pola-pola tertentu. Pola-pola ini kemudian seolaholah menentukan seorang individu. Pola-pola ini sepertinya merupakan kenyataan obyektif, yang berada di luar individu. Tetapi seperti sudah dijelaskan di atas bahwa individu adalah subyek yang bebas, memiliki kehendak, maka individu dapat mempengaruhi dan bahkan membentuk pola-pola hubungan sosial. Bina Nusantara 3. Masyarakat Menurut Karl Max. Marx hidup dan besar di mana industri berkembang pesat. Marx lahir lahir di Trier, Jerman di daerah Rhein 1818. ayah dan ibunya keturunan Yahudi dan seorang pengacara yang sukses. Namun ketika suasana politik tidak menguntungkan profesinya sebagai pengacara, ayahnya pinda agama Protestan. Perpindahan ini tidak ada hubungannya dengan keyakinan religius, tetapi motifnya adalah ekonomi. Hal ini kemudian hari juga menjadi dasar pemikiran Marx bahwa materi merupakan struktur masyarakat. Materi berubah maka masyarakat, agama, ideologi juga akan berubah. Jadi fundasai dari agama, ideologi adalah ekonomi. Konsisten dengan defenisi di atas tentang masyarakat, maka dalam kerangka pemikiran Marx ekonomi memainkan peranan penting dalam sistem interaksi sosial. Dalam konteks ini Marx membagi dua kelas dalam masyarakat yakni kelas kapitalis dan kelas proletariat. Bina Nusantara Menurut Marx kaum kapitalis mencari keuntungan dengan menjula produk dengan harga yang tinggi dari pada biaya produksi. Namun kebanyakan orang dalam masyarakat adalah pekerja industri yang disebut oleh Marx kaum proletariat. Kaum kapitalis memiliki pabrik dan berbagai usaha yang lainnya, sedangkan kaum proletariat hanya memiliki tenaga untuk bekerja. Kaum proletariatlah yang menjalankan pabrik-pabrik dan usaha-usaha yang dikontrol oleh kaum kapitalis. Para pekerja menawarkan tenaga kerja mereka untuk dipertukarkan dengan upah yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup mereka. Dalam analisa Marx konflik sosial antara kaum kapitalis dan proletariat tidak dapat dihindarkan, dan konflik ini merupakan konsekwensi dari proses produksi itu sendiri. Kaum kapital selalu berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dengan menekan upah serendah mungkin di satu pihak, tetapi para pekerja di pihak lain selalu menginginkan upah yang besar. Dalam pandangan Marx sistem produksi material membentuk masyarakat. Bina Nusantara 4. Masyarakat Menurut Max Weber Kalau Karl Marx menekankan aspek materia yakni ekonomi yang membentuk sistem relasi sosial dalam masyarakat, Max Weber berpendirian bahwa sistem interaksi sosial dibangun di atas “ide” atau apa yang dia sebut sebagai “verstehen” . Weber menekankan pentingnya gagasan, idea manusia dalam membentuk masyarakat. Menurut Weber kesadaran manusia (consciousness) – idea, kepercayaan-kepercayaan, nilai – merupakan sesuatu yang penting yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Dengan demikian, Weber melihat masyarakat modern lahir sebagai akibat dari cara berpikir yang baru. Dalam konteks ini Weber menekankan elemen non material dari kebudayaan yang melahirkan sistem interaksi. Weber kemudian secara khusus memberikan perhatian bagaimana individu memberikan makna pada tindakan mereka. Dalam konteks ini, Weber menganalisa perilaku masyarakat kapitalis Eropa. Dalam analisanya dia menyimpulkan bahwa pertumbuhan kapitalisme di Eropa tidak semata-mata karena motivasi material seperti yang disimpulkan oleh Karl Marx, melainkan oleh karena kepercayaan, ide yang memberikan makna pada perilaku yang mendorong bertumbuhkan kapitalisme. Dalam hal ini ia memberikan perhatian pada etika protestan yang kondusif untuk pertumbuhan kapitalisme. Kesuksesan di bumi merupakan tanda berkat Tuhan. Bina Nusantara 5. Masyarakat Menurut Emile Durkheim Durkheim meilhat masyarakat sebagai suatu fakta sosial. Ada tiga karakteristik dari fakta sosial ini yakni; 5.1. Fakta sosial itu bersfiat eksternal. Artinya fakta sosial itu mengatasi individu. Yang mempengaruhi cara berpikir, sikap, bertindak, perasaan dan bahkan kesadaran individu mengenai dunianya. 5.2. Fakta sosial itu memaksa individu. Individu dipaksa, diyakinkan, dibimbing, didorong atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh pelbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya. Tipe-tipe perilaku atau berpikir ini mempunyai kekuatan memaksa yang karenanya mereka memaksa individu terlepas dari kemauan individu itu sendiri. 5.3. Fakta sosial itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Atau dengan kata lain fakta sosial itu merupakan milik bersama, bukan sifat individu seseorang. Fakta sosial itu benar-benar bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap individu merupakan hasil dari sifat kolektifinya ini. Bina Nusantara