kesediaan membayar jasa lingkungan air untuk

advertisement
KESEDIAAN MEMBAYAR JASA
LINGKUNGAN AIR UNTUK KONSERVASI
DI TWA KERANDANGAN KABUPATEN
LOMBOK BARAT
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Jalan Imam Barjo SH. No. 5 Semarang, 50241 Telp. 024-8453635
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai willingness to pay (WTP) pelanggan air di Dusun Kerandangan sebagai bentuk imbal jasa lingkungan untuk konservasi air. Penelitian dilakukan di Dusun
Kerandangan Kabupaten Lombok Barat dengan reponden sebanyak 117 KK dari 167
KK pelanggan air Kerandangan. Rata-rata WTP pelanggan air Kerandangan sebesar Rp
8.100,00 sehingga agregat WTP sebesar Rp 1.352.700,00/bulan dan Rp 16.232.400,00/
tahun. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi WTP secara parsial adalah pendapatan , pemakaian air , persepsi pentingnya konservasi air, jenis kelamin, dan pendidikan
dengan nilai probability sig.<0,05. Secara simultan ada tiga variabel yang signifikan
mempengaruhi yaitu pendapatan, persepi pentingnya konservasi air dan gender responden. Nilai R² (R square) sebesar 0,497 menyatakan bahwa 49,7 % variabel-variabel secara simultan mempengaruhi WTP, dan sisanya 50,3 % dipengaruhi variabel lain diluar
penelitian ini.
Kata Kunci : Willingness to pay, konservasi air, imbal jasa lingkungan
Pendahuluan
Air sebagai kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi bagi setiap makhluk hidup, saat
ini keberadaannya semakin berkurang.
Data menunjukkan bahwa hampir 1 milyar penduduk dunia memiliki akses yang
buruk terhadap air minum, sekitar 2,6 milyar penduduk mempunyai akses kurang
terhadap pelayanan sanitasi, dan 1,4 milyar anak dibawah umur 5 tahun meninggal dunia karena kurangnya akses terhadap
air bersih, dan pelayanan standar sanitasi
(Young, 2011).
Paradoks air mutiara, sebuah ilustrasi yang
dinyatakan Hartwick dan Olewiller (1997),
untuk menjelaskan penilaian sebagian besar
orang terhadap air. Mutiara yang fungsinya
tidak essensial dinilai sangat tinggi, sedanEmail :[email protected]
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
gkan air yang merupakan kebutuhan yang
sangat penting justru dinilai rendah karena
manusia kerap menganggap air merupakan
given dari Tuhan yang untuk mendapatkannya tidak perlu membayar. Oleh karena
itu terkadang penilaian terhadap jasa air
bersih masih rendah.
Dusun Kerandangan merupakan desa penyangga sebuah kawasan konservasi yang
menggantungkan kebutuhan airnya dari
dalam kawasan hutan. Sebagai upaya menjaga keberlanjutan pemanfaatan potensi air
maka perlu ada mekanisme pengelolaan
jasa lingkungan. Jasa lingkungan diartikan
sebagai jasa yang diberikan pada sebuah
ekosistem dalam rangka memelihara dan
atau meningkatkan kualitas ekosistem
tersebut karena manfaatnya baik secara
langung maupun tidak langsung dapat dirasakan (Suprayitno, 2008).
21
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
Potensi air di Taman Wisata Alam Kerandangan telah dimanfaatkan sejak tahun
2008. Dalam perjanjian kerjasama disebutkan pihak pengguna jasa lingkungan wajib
melakukan pengelolaan dan pemeliharaan
serta wajib menyediakan biaya untuk memelihara ekosistem atau memperbaikinya.
Oleh karena itu perlu adanya kebijakan
iuran jasa lingkungan yang diperuntukkan
untuk memelihara dan memperbaiki kualitas lingkungan.
Willingness to pay (WTP) terbagi ke dalam
dua tipe, WTP terungkap dan WTP yang
dinyatakan. Untuk mengetahui kesediaan
membayar jasa lingkungan air melalui survei langsung kepada pengguna jasa dengan
kuesioner, digunakan metode contingent
valuation (Al-Ghuraiz, 2005; Ojeda, 2008;
Vasques, 2009; Zakiah, 2009; Saz-salazar
et al, 2009; Awad, 2012). Ketika suatu
barang atau jasa tidak diperjualbelikan di
pasar dikarenakan karakteristiknya, monopoli pasar atau kegagalan pasar, survei
berbasis pendekatan stated preference
merupakan hal yang sering dilakukan untuk keperluan perencanaan dan penentuan
kebijakan (Freeman dalam Ojeda, 2008).
Penelitian survei dengan contingent valuation di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa ada kecenderungan reponden menjawab “ya” pada setiap
penawaran (bid) dikarenakan adanya budaya impolite untuk mengatakan “tidak”.
Oleh karenanya seorang peneliti harus
menempatkan responden bukan sebagai
obyek penelitian tetapi sebagai seorang
warga negara agar kebijakan yang diambil dari sebuah penelitian dapat diterapkan
(Whittington, 1998). Menjelaskan dengan
jelas penelitian yang kita kerjakan kepada
reponden adalah langkah awal yang harus
dikerjakan, wawancara mendalam dan survei dengan kuesioner agar dapat diperoleh
data secara kuantitatif maupun kualitatif.
Menggali informasi secara mendalam dapat memilah responden menjadi 4 menurut
Whittington (1998), responden yang bersedia dan mampu, responden yang bersedia namun tidak mampu, responden yang
mampu tetapi tidak bersedia, dan terakhir
yang tidak bersedia sekaligus tidak mampu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
besarnya nilai WTP jasa lingkungan air
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di Dusun Kerandangan Kecamatan Batu Layar Kabupaten
Lombok Barat. Lokasi ini dipilih karena
kawasan ini sebagai pelanggan jasa lingkungan air dari kawasan konservasi.
Terdapat empat tahapan yang ditempuh untuk menggali informasi mengenai pelayanan air bersih : (1) seperti yang dilakukan
Kempton et al (1996) dalam Ojeda (2008),
mengkaji hubungan sosial masyarakat dari
literatur dan menyusun panduan wawancara informal dengan stakeholder utama
dalam pemanfaatan air; (2) dianjurkan oleh
Morrison dan Bennett (2004) dalam Ojeda
(2008), studi literatur mengenai penelitian
terdahulu untuk menentukan atribut jasa
lingkungan yang digunakan dalam penelitian CVM terdahulu; (3) diskusi terfokus
dengan tokoh masyarakat dan pengurus
jasa lingkungan untuk menentukan mendapatkan informasi mendalam mengenai
pengelolaan; (4) melakukan survei dengan
desain yang komprehensif yang menggambarkan sumber daya alam yang akan dinilai.
Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif meliputi kondisi fisik
wilayah, sejarah pemanfaatan sumber
daya alam dan pengelolaan. Data pribadi
responden berupa umur, jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan, sumber air yang
digunakan, letak atau posisi rumah pelanggan, persepsi pentingnya konservasi,
persepsi kualitas dan kuantitas air, serta
persepsi tingkat kebutuhan terhadap air
kerandangan Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan variabel-variabel yang
mungkin mempengaruhi besarnya willingness to pay. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini ditentukan dengan
metode Random Purposif Sample dimana
masyarakat yang dipilih secara acak adalah
pelanggan jasa lingkungan air dari TWA
Kerandangan. Jumlah pelanggan jasa lingkungan air di Dusun Kerandangan sebanyak 167 KK, dengan menggunakan rumus
slovin dengan tingkat kealahan 5 % maka
jumlah responden berjumlah 117 KK.
n=
N
1+Ne2
Keterangan :
22
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
e : eror
2.1 Metode Contingent Valuation
Metode contingent valuation digunakan
dibeberapa negara berkembang untuk
mengetahui preferensi individu mengenai
produk non-use seperti pelayanan air bersih dan sanitasi (Venkatachalam, 2004).
Keinginan dan kesanggupan membayar
atas manfaat lingkungan yang mereka rasakan diperoleh dengan cara mewawancarai
secara langsung maupun dalam simulasi/
permainan. Tahapan penelitian CV menurut (Fauzi, 2006):
a.Membuat Hypothetical Market
b.Mendapatkan nilai penawaran (bid)
c. Menghitung dugaan rataan WTP
n
TWTP=∑WTP. ni P
i=1
N
Keterangan :
WTP : Dugaan rataan WTP
Wi : Batas bawah kelas
WTP
Pfi : Frekuensi relatif kelas tertentu
n
: Jumlah kelas
i
: Kelas ke- i
Menghitung WTP agregat
Keterangan :
TWTP : kesediaan populasi pelanggan
PDAM untuk membayar
WTP : kesediaan responden (sample) untuk membayar
n
: jumlah sampel yang mau membayar sebesar WTP
N
: jumlah sampel
P
: jumlah populasi pelanggan rumahtangga
i
: sampel ke-i
Menyadari potensi bias dalam penelitian CV (Cumming et al, 1986), untuk
memperkecil potensi tersebut maka instument wawancara harus disusun dengan hati-hati, menggambarkan pentingnya hutan
bagi tersedianya air, dan penggunaan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
reponden (Kamuanga, 2001).
Setelah nilai WTP diperoleh dengan metode CV, tahapan selanjutnya adalah menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh
dengan analisis regresi linear berganda
dan mendefinisikan koefisian determinasi
(R2) untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel-variabel tersebut secara bersama
terhadap besarnya WTP (y).
Hasil Dan Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara administratif, Dusun Kerandangan
masuk Kecamatan Batulayar Kabupaten
Lombok Barat. Sungai Kerandangan terletak di Taman Wisata Alam Kerandangan
(TWA) secara astronomis terletak di 8° 20’
13” - 8° 20’ 15” Lintang Selatan, dan 116°
04’ 00”– 116° 04’ 03” Bujur Timur.
Jumlah penduduk Dusun Kerandangan sebanyak 1.109 atau terbesar ketiga setelah
Dusun Senggigi sebanyak 1.348 orang dan
Dusun Batulayar sebanyak 1.218 orang
(RPJM Kecamatan Batulayar, 2010). Dengan kondisi seperti itu dibutuhkan air bersih dalam jumlah besar untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga.
Taman Wisata Alam (TWA) Kerandangan
memiliki potensi air yang dapat dimanfaatkan massa air maupun keindahannya,
yaitu berupa air terjun Goa Walet dan
Putri Kembar serta sungai Kerandangan
yang membelah kawasan. Potensi tersebut
dimanfaatkan oleh Dusun Kerandangan
untuk memenuhi kebutuhan air bersih
bagi warganya. Namun walaupun potensi
air tersebut melimpah di musim penghujan, di musim kemarau yang panjang debit
air jauh berkurang, karena sungai Kerandangan termasuk tipe sungai intermittent.
Berikut gambar kondisi sungai di musim
penghujan dan kemarau.
Gambar 1&2. : sungai di musim penghujan, kanan: sungai di musim kemarau
23
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
Responden
Responden adalah pelanggan jasa lingkungan air dari TWA Kerandangan yang berdomisili di Dusun Kerandangan. Pelanggan
dapat memberikan informasi kepada peneliti atau enumerator secara lisan maupun
tertulis atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan melalui daftar pertanyaan yang
telah diuji sebelumnya. Hasil pengujian
kuesioner menunjukkan bahwa nilai alpha
cronbach > 0,6 yaitu 0,63 artinya reliabel.
Terdapat 117 responden yang dipilih agar
dianggap mewakili populasi dengan tingkat kesalahan 5 %.
Jumlah pelanggan jasa lingkungan air
Kerandangan sebagai berikut : RT. 1 sebanyak 8 KK, RT. 2 sebanyak 63 KK, RT.3
sebanyak 40 KK, RT.4 sebanyak 15 KK,
RT. 5 sebanyak 41 KK. Responden yang
kami pilih berdasarkan persentase pelanggan jasa lingkungan air Kerandangan.
Nilai Jasa lingkungan yang bersedia
dibayarkan
Jasa lingkungan merupakan reward bagi
sebuah ekosistem karena manfaatnya bisa
dirasakan oleh pemberi imbal jasa lingkungan. Dusun Kerandangan sebagai pelanggan air dari kawasan TWA Kerandangan
bersedia membayarkan jasa lingkungan
untuk kegiatan konservasi sumber daya air
dan supply air. Menurut Suripin (2008),
konservasi air terdiri dari 2 hal, konservasi
sumber daya air yang merupakan upaya pemeliharaan agar air tetap tersedia dan konservasi supply air adalah pemeliharaan penyaluran atau ditribusi air dari sumbernya
hingga sampai kepada konsumen.
Nilai rata-rata kesediaan membayar pelanggan air di Dusun Kerandangan :
Dari keseluruhan responden, 99 % menyatakan bersedia membayar jasa lingkungan
dan hanya 1 % menyatakan tidak bersedia
dengan alasan keterbatasan ekonomi. Besarnya keinginan membayar dari pelanggan air Kerandangan bervariasi mulai dari
Rp 2.000/bulan/pelanggan - Rp 20.000,00/
bulan/pelanggan. Dari 116 responden yang
bersedia membayar diperoleh rata-rata
nilai WTP sebesar Rp. 8.120,00/bulan/pelanggan ≈ Rp 8.100,00/bulan/pelanggan.
Nilai WTP tersebut lebih besar dibandingkan nilai pemeliharaan dan jasa lingkungan pada perusahaan air komersil PDAM
Menang yaitu Rp 5.000,00/bulan/pelanggan dan Rp 1.000,00/bulan/pelanggan.
Besarnya kesediaan membayar ini dipengaruhi faktor pengetahuan tentang konservasi. Masyarakat Dusun Kerandangan
menyadari pentingnya hutan bagi keberlanjutan sumber air yang mereka manfaatkan. Walaupun secara umum mereka tidak
mengetahui istilah konservasi atapun menjelaskan manfaatnya secara detil namun
mereka memiliki keyakinan bahwa hutan
harus dijaga, hutan merupakan sumber penyedia air dan menjaganya berarti menjaga
kehidupan mereka. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi akan dibahas bagian selanjutnya
Nilai total kesediaan membayar untuk jasa
Tabel 1. Jumlah Responden Pelanggan Jasa Lingkungan Air TWA Kerandangan
RT Jumlah Pelanggan Persentase Pelanggan (%)
1
8
4.79
2
63
37.72
3
40
23.95
4
15
8.98
5
41
24.55
Total
167
100.00
Jumlah Responden
6
44
28
10
29
117
Sumber : Hasil Pengamatan 2013
24
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
lingkungan diperoleh dengan mengkonversi data rataan sampel ke rataan populasi caranya dengan mengalikan rataan
WTP dengan populasi. Populasi pelanggan jasa air Kerandangan sebanyak 167
orang sehingga nilai WTP agregat sebesar
Rp 1.352.700,00/bulan. Dalam setahun
dapat terkumpul dana untuk konservasi
sebesar Rp 16.232.400,00. Dana tersebut
dapat digunakan sebagai biaya konservasi
supply air berupa pemeliharaan sarana
prasarana berupa bendung, pipa utama,
reservoir, SIPAS dan pipa ke rumah-rumah
beserta meterannya sebesar Rp5.000, 00/
bulan/pelanggan, per tahun menjadi Rp.
10.020.000,00. Sebagai upaya konservasi
sumber daya air dilakukan kegiatan pengkayaan tanaman keras disekitar sungai.
Biaya pembelian bibit Rp 2.000,00/bibit
sebanyak 100 batang per bulan menjadi
Rp 200.000,00/bulan, sehingga per tahun
menjadi Rp2.400.000,00. Pemeliharaan
bibit setelah ditanam sebesar Rp 1000,00
per batang, menjadi Rp.1.200.000,00/tahun. Biaya administrasi untuk menjaga keberlanjutan dari sisi kelembagaan sebesar
Rp 217.700,00/bulan.
Variabel-variabel
WTP
yang mempengaruhi
hun 2012 Tanggal 5 Desember 2012, Upah
Minimum Propinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar Rp 1.100.000,00/bulan, dengan
demikian rata-rata pelanggan berpenghasilan tidak jauh dari rata-rata UMP. Menurut
Fauzi (2006), nilai WTP tidak memiliki batas bawah negatif dan batas atas tidak boleh
melebihi pendapatan. Pendapatan sebagai
variabel bebas (independen) memberikan
pengaruh sangat signifikan terhadap WTP
sebagai variabel dependen dilihat dari uji
statistik nilai sig. < 0,05 (0,000 < 0,05).
Dari 5 variabel yang sangat berpengaruh
terhadap WTP, variabel pendapatan yang
paling besar pengaruhnya dilihat dari nilai
R2 nya paling tinggi yaitu 0,313 artinya
pendapatan mempengaruhi WTP sebesar 31, 3 % dari 12 variabel. Pendapatan
mempengaruhi besarnya WTP, lain halnya
dengan willingness to accept (WTA) tidak
membutuhkan pertimbangan keuangan
karena tidak ada batas atasnya. Terdapat
banyak pengeluaran dalam sebuah rumah
tangga selain untuk iuran kebutuhan air
bersih, kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan membutuhkan biaya
yang tidak sedikit apalagi bila jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga banyak.
Hal tersebut menjadikan pertimbangan
dalam membayar jasa lingkungan harus
Tabel 2. Perhitungan Rataan WTP
Kelas fi
0 - 4.900
5.000 - 9.900
10.000,00 - 14.900
15.000 - 19.900
Frekuensi ()
8
45
49
13
Frek. Relatif Pfi
0,07
0,38
0,42
0,11
Wi
0
1923
4188
1667
20.000,00 - 24.500
Total
2
117
0,02
1,00
342
8120
Sumber : Hasil survei 2013
Pengujian variabel-variabel yang mempengaruhi WTP dilakukan secara parsial dan
simultan. Hasil pengujian masing-masing
variabel terhadap WTP secara parsial sebagai berikut:
Pendapatan
Persentase
terbesar
pelanggan
air
Kerandangan
berpenghasilan
antara
Rp.1.000.000,00 – Rp 1.999.000,00/bulan.
Menurut Keputusan Gubernur No. 631 taJurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
memperhatikan pendapatan yang dimiliki
sebuah keluarga.
Sumber Air
Penduduk Dusun Kerandangan memiliki beberapa sumber air bersih untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, diantaranya Air Kerandangan, sumur, PDAM,
dan sumur bor (artesis). Semakin banyak
alternatif sumber air yang dimiliki sebuah
keluarga akan memperkecil ketergantungan terhadap air Kerandangan sehingga
25
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
dimungkinkan akan memperkecil nilai
WTP, demikian sebaliknya. Hasil uji statistik, menunjukkan nilai sig > 0,05 yaitu
0,442 berarti Ho diterima yang artinya banyaknya alternatif sumber air tidak memberikan pengaruh nyata terhadap WTP.
Sungai Kerandangan sebagai salah satu
sumber air bagi penduduk Dusun Kerandangan, mengalami debit fluktuatif antara
musim penghujan dengan musim kemarau oleh karena itu kebanyakan penduduk
memiliki sumur selain menggunakan air
dari Kerandangan. Jumlah penduduk yang
menggunakan sumber air Kerandangan dan
air sumur sebesar 58,12%, 35,9 % menggunakan air dari Kerandangan, selebihnya
kombinasi air Kerandangan, sumur, air
PDAM dan sumur artesis. Penduduk yang
hanya menggunakan air dari Kerandangan
di musim penghujan, tidak terlalu mempengaruhi kesediaan membayar karena dapat memanfatkan sumur dan sumur artesis
secara bersama.
Letak rumah
Air yang dialirkan dari dalam kawasan
melalui pipa utama kemudian dialirkan ke
rumah penduduk dengan pipa kecil menyebabkan letak rumah mempengaruhi
jumlah air yang diterima pelanggan dengan
demikian diduga bahwa letak rumah akan
mempengaruhi kesediaan membayar, sama
halnya pada penelitian (Zakiah, 2009).
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa
letak rumah tidak mempengaruhi besarnya
kesediaan membayar jasa lingkungan air
dilihat dari nilai probabilitas sig. sebesar 0,978. Koefisien variabel letak rumah
nilainya negatif (-) artinya rumah yang berada di ujung pipa justru bersedia membayar lebih besar dibandingkan yang di jalan
utama karena menurut keterangan dari
hasil wawancara ternyata fenomena yang
diduga di awal penelitian justru terbalik,
rumah yang berada di ujung pipa dengan
elevasi rendah mendapatkan jumlah dan
tekanan air yang lebih besar.
Pemakaian Air
Rata-rata pemakaian air di perdesaan sebesar 60 liter/orang/hari menurut SNI 196728.1-2002 mengenai Penyusunan Neraca Sumber Daya Spasial. Tiga puluh lima
koma sembilan persen penduduk Dusun
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linear Secara Parsial
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
R
square
Pendapatan
0,313
Sumber Air
0,005
Letak Rumah
0,000
Pemakaian Air
0,040
Persepsi pentingnya konser- 0,156
vasi
Persepsi kuantitas air
0,005
Persepsi kualitas air
0,14
Persepsi kebutuhan air
0,17
Jumlah tanggungan
0,017
Umur
0,013
Jenis kelamin
0,070
Pendidikan
0,069
Keterangan : *
**
Variabel
Std.Deviasi
F
Sig.
0,87525
1,27227
1,21173
1,54772
1,28054
52,409
0,595
0,001
4,731
21,232
0,000**
0,442
0,978
0,032*
0,000**
1,33191
0,41770
1,18116
1,08408
1,150
0,439
1,137
0,530
1,623
2,016
2,015
1,483
8,650
8,509
0,463
0,205
0,158
0,158
0,226
0,004**
0,004**
= Signifikan pada α = 5 %
= Signifikan pada α = 1%
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2013
26
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
Kerandangan memakai air dari Sungai
Kerandangan >500 liter/KK/hari, 22, 22 %
menggunakan 4001-500 liter air/hari/KK.
Dari hasil survey diuji dengan SPSS nilai
probabilitas sig. sebesar 0,032 dengan F hitung 4,731, menunjukkan bahwa besarnya
pemakaian air mempengaruhi secara signifikan besaran jasa lingkungan yang ingin dibayarkan. Jumlah pemakaian air digunakan sebagai cara untuk menentukan
seberapa banyak seorang pelanggan harus
membayar pada pelayanan air komersil,
hal tersebut merupakan mekanisme yang
adil. Demikian halnya pada jasa lingkungan air di Dusun Kerandangan, meskipun
non komersil sifatknya namun hasil survei
menunjukkan bahwa ada kesadaran untuk
membayar sesuai air yang dimanfaatkan.
Persepsi Pentingnya Konservasi
Variabel kedua yang paling mempengaruhi
WTP adalah persepsi pentingnya konservai
air. Uji statistik menunjukkan adanya pengaruh antara persepsi pentingnya konservasi
dengan WTP, dilihat dari nilai probabilitas
sig .<0,05 yaitu 0,000. Sebanyak 42,74 %
responden mengatakan konservasi air sangat penting dan 46,15 % mengatakan penting dan tidak ada yang beranggapan sangat
tidak penting. Persepsi pentingnya konservasi air tersebut menyebabkan adanya kesadaran mayarakat untuk berperan menjaga
hutan dengan penanaman dan pemeliharaan
sarana prasarana supply air sebagai upaya
konservasi air. Persepsi merupakan cara
pandang seseorang terhadap sesuatu yang
kemudian mempengaruhi tindakannya terhadap lingkungan. Sebagai contoh ketika
suatu barang atau jasa dianggap penting
maka barang atau jasa tersebut akan dinilai
tinggi, demikian halnya masyarakat Dusun
Kerandangan karena menganggap hutan
sangat penting sebagai penyedia air maka
ada pengaruh positif terhadap WTP untuk
jasa lingkungan.
Persepsi Kuantitas dan Kualitas Air
Kuantitas air yang dimanfaatkan oleh pelanggan jasa air Kerandangan sebenarnya
sama, namun persepi masing-masing pelanggan berbeda ada yang merasa sangat
cukup, cukup, bahkan ada yang merasa
tidak cukup. Persepsi kuantitas air akan
mempengaruhi keputusan pelanggan untuk membayar jasa lingkungan. Semakin
merasa puas dengan kuantitasnya maka
akan semakin besar nominal yang bersedia dibayarkan. Menurut Bhandari (2007),
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
kepuasan pelanggan sangat mempengaruhi
besaran WTP. Namun studi kasus di Dusun
Kerandangan menunjukkan hasil uji statistik nilai sig > 0,05 yaitu 0,463 berarti Ho
diterima artinya tidak ada pengaruh variabel persepsi kuantitas air terhadap WTP.
Demikian pula dengan persepsi terhadap
kualitas air ternyata tidak mempengaruhi
mempengaruhi WTP, nilai probabilitas sig.
sebesar 0,205. Pelanggan air yang belum
merasa puas dengan jumlah maupun kualitas air tetap mau membayar karena sadar
akan pentingnya konservasi air.
Ketergantungan terhadap air dari
Kerandangan
Kebutuhan masing-masing pelanggan terhadap air Kerandangan berbeda-beda karena
besarnya jumlah tanggungan yang menggunakan air dalam satu keluarga dan sumber air yang dimiliki berbeda. Dilihat secara parsial kebutuhan air masyarakat tidak
mempengaruhi WTP dilihat dari nilai probabilitas sig. sebesar 0,158. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa masyarakat 51,3
% menyatakan butuh, 23,1 % menyatakan
sangat butuh.
Umur
Usia responden digunakan sebagai variabel
dummy dimana pemberian angka 1,2 dst.
hanya merupakan pengkodean bukan merupakan nilai dari setiap jawaban. Variabel
ini turut kami masukkan untuk mengetahui
adakah pengaruh usia terhadap kesediaan
membayar jasa lingkungan. Setelah diuji
statistik ternyata umur tidak mempengaruhi WTP. Usia responden tidak mempengaruhi pendapatan responden, tidak ada
kecenderungan yang berusia lebih tua
berpenghasilan lebih tinggi karena mata
pencaharian biasanya terkait erat dengan
pendidikan, pelanggan usia tua > 60 tahun
kebanyakan tidak lulus Sekolah Dasar atau
tidak bersekolah. Jadi usia secara umum
tidak mempengaruhi WTP seperti dijelaskan sebelumnya bahwa variabel yang paling mempengaruhi adalah pendapatan.
Jenis Kelamin
Dari keseluruhan reponden, 68,38 % berjenis kelamin laki-laki dan 31,62 responden wanita. Gender sebagai variabel
dummy secara signifikan mempengaruhi
kesediaan membayar (Sig.< 0,05). Laki-laki cenderung bersedia membayar lebih besar dibanding perempuan. Menurut IFAD
1999 yang dikutip dari Adebo (2012),
wanita cenderung menganggap uang milik
27
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
keluarga, sedangkan laki-laki sebaliknya
uang milik pribadi karena laki-laki yang
bekerja oleh karenanya tidak banyak pertimbangan dalam pengeluaran. Wanita
cenderung lebih bertanggung jawab terhadap berbagai pengeluaran karena sebagai
pengatur keuangan dalam rumah tangga
sehingga banyak pertimbangan yang mempengaruhi pengambilan keputusan pengeluaran terlebih lagi bila wanita tersebut
adalah sebagai kepala keluarga. Demikian
halnya dalam hal kesediaan membayar untuk jasa lingkungan, karena uang adalah
milik bersama dalam keluarga, maka untuk
mengambil keputusan seberapa banyak
iuran yang harus dibayarkan wanita akan
cenderung menawar nilai yang lebih kecil.
Jumlah tanggungan
Hasil uji menunjukkan nilai probabilitas
sig.> 0,05 (0,158>0,05) sehingga Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah tanggungan dengan
kesediaan membayar untuk jasa lingkungan. Hal ini dikarenakan semakin banyak
jumlah anggota keluarga menjadikan jumlah pemakaian air semakin banyak, pelanggan memiliki kesadaran untuk membayar
lebih banyak karena memanfaatkan air
dalam jumlah besar.
Pendidikan
Hasil uji statistik menunjukkan nilai probabilitas sig < 0,01 (0,004 < 0,01) artinya
Ho ditolak, ada pengaruh signifikan tingkat pendidikan terhadap WTP. Pendidikan
memberikan pengetahuan dan mendidik
serta merubah pola berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kesadaran terhadap lingkungan meningkat.
Pengujian Simultan
Pengujian variabel secara simultan terhadap WTP sebagai berikut :
Pengujian variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh variabelvariabel tersebut secara bersama-sama.
Variabel pendapatan, persepsi pentingnya
konservasi, dan jenis kelamin memberikan
pengaruh signifikan terhadap WTP.
Dari hasil analisis regresi berganda, fungsi
WTP yang diperoleh adalah sebagai berikut:
WTP = 556,289+ 1964,842 X1-302,577
X2- 156,521 X3 + 310,298 X4 + 894,526
X5 +40,781 X6 + 260,829 X7 + 118,634
X8 + 432,683 X9 + 433,472 D1- 1764,898
D2 + 13,090 D3
Jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel
X1, X2, X3...dst maka nilai variabel WTP
adalah 556,289. Koefisien regresi variabel
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Secara Simultan
Unstandardized Coefficients
Model
β
Std. Error
1 (Constant)
556,289
2393,202
Pendapatan
1964,842
380,986
Sumber Air
-302,577
352,951
Letak Rumah
-156,521
221,891
Pemakaian Air
310,298
205,113
Persepsi Konservasi 894,526
226,874
Persepsi Kuantitas Air 40,781
265,665
Persepsi Kualitas
260,829
689,785
Ketergantungan
118,634
326,876
Jum. Tanggunan
432,683
288,626
Umur
433,472
273,643
Jenis Kelamin
-1764,898
689,188
Pendidikan
13,090
327,130
Standardized
Coefficients
Beta
t
.232
,459
5.157
-,103
-.857
-,051
-.705
,128
1.513
,305
3.943
,014
.154
,029
.378
,037
.363
,125
1.499
,133
1.584
-,206
-2.561
,004
.040
Sig.
,817
,000**
,393
,482
,133
,000**
,878
,706
,717
,137
,116
,012*
,968
Dependen Variabel : WTP
R = 0,705
R square = 0,497
Adjusted R Square = 0,439
Sumber :Olah Data Primer 2013
28
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
pendapatan (X1) sebesar 1964,842 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu nilai pada variabel X1
akan memberikan kenaikan skor sebesar
1964,842. Variabel sumber air (X2) menyatakan bahwa setiap pengurangan (-)
pada variabel tersebut akan memberi pengurangan nilai sebesar 302,577, demikian
seterusnya hingga variabel D3.. Pendapatan menunjukkan pengaruh paling besar, diikuti persepi pentingnya konservasi
dan gender. Pendapatan merupakan faktor
yang paling mempengaruhi WTP karena
keputusan untuk membeli atau membayar
suatu barang dan jasa dibatasi oleh besarnya pendapatan. Peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya konservasi
dapat meningkatkan kesediaan membayar
jasa lingkungan untuk konservasi, sehingga walaupun secara umum pendapatan
masyarakat masih rendah tapi kesadaran
masyarakat tinggi, maka WTP akan meningkat. Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh variabel X1, X2, X3...dst terhadap
WTP secara simultan adalah 49,7 % dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model yang dimaksud dalam penelitian ini
Dalam Garrod dan Willis (1999), menyatakan bahwa dalam penelitian dengan Contingent Valuation untuk barang lingkungan, R2 adjusted yang diperoleh minimal
0,15 atau 15 persen, maka penelitian ini
dinilai cukup baik karena nilai R2 lebih besar dari 15 persen. Penelitian ini mengilustrasikan nilai air yang dinamis berdasarkan
WTP pelanggan air di Dusun Kerandangan
karena sebagian besar dipengaruhi oleh
pendapatan dan persepsi pentingnya konservasi air yang dapat naik turun oleh iklim
ekonomi dan kebijakan pemerintah serta
media dan hanya sebagian kecil dipengaruhi oleh gender menurut Turpie 2003 dikutip dari (Marwitha, 2009)
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Nilai WTP rata-rata untuk jasa lingkungan air di TWA Kerandangan sebesar Rp
8.100,00/bulan/KK. Nilai WTP agregat
pelanggan air di Dusun Kerandangan
sebesar Rp. Rp1.352.700,00/bulan dan
Rp.16.232.400,00/tahun. Variabel-variabel
yang secara parsial signifikan mempengaruhi WTP adalah pendapatan, pemakaian air, persepsi pentingnya konservasi,
jeni kelamin, dan pendidikan. Sedangkan
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
yang secara simultan mempengaruhi WTP
adalah pendapatan, persepsi pentingnya
konservasi, dan jenis kelamin.
Saran
Menjaga keberlanjutan pengelolaan jasa
lingkungan, harus memperhatikan aspek
lingkungan (konservasi air), kelembagaan,
dan aspek sosial yang ketiganya tidak terlepas dari kebutuhan akan biaya. Oleh
karenanya pengelolaan dana/iuran untuk
konservasi sebagai bentuk jasa lingkungan
harus dilakukan dengan baik. Pengelolaan
keuangan yang baik dilakukan dalam bentuk pembukuan, pelaporan, dan aplikasi
dana yang tepat sesuai dengan tujuan awal
penarikan jasa lingkungan yaitu untuk konservasi.
Ucapan Terimakasih
Pusbindiklatren Bappenas yang telah
memberikan dukungan dan beasiswa selama menjalankan studi, penelitian hingga
penulisan artikel jurnal ini. Biro Kepegawaian Kementerian Kehutanan yang
telah memberikan izin tugas belajar menempuh pendidikan pascasarjana. Prof. Dr.
Ir. Azis Nur Bambang, MS sebagai pembimbing utama dan Dr. Ing Sudarno, M.Sc
sebagai pembimbing kedua dalam penyelesaian makalah ini.
Daftar Pustaka
Adebo, G.M dan O.C. Ajewole. 2012.
Gender and the Urban Environment: Analysis of Willingness
to Pay for Waste Management
Disposal in Ekiti-State, Nigeria.
American International Journal
of Contemporary Research Vol.2
No.5 p.228-236.
Afifah, Kurniasih Nur; Azis Nur Bambang, Sudarno. 2013. Pengelolaan
Jasa Lingkungan Air di Dusun
Kerandangan Kabupaten Lombok
Barat. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan tanggal 27 Agustus 2013. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Al-Ghuraiz, Yusuf and Adnan Enhassi,
2005. Ability and willingness to
pay for water supply service in the
Gaza strip. Science Direct Build29
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
ing and Environment. Vol. 40 :
1093–1102.
Awad, Ibrahim M. 2012. Using econometric analysis of willingnessto-pay to investigate economic efficiency and equity of
domestic water services in
the West Bank. SciVerse Science
Direct The Journal of SocioEconomics. 41: 485– 494.
Bhandari, Betman and Miriam Grant.
2007. User Satisfaction and
Sustainability of Drinking Water
chemes in Rural Communities
of Nepal. Journal Sustainability,
Practice, & Policy Spring 2007
Volume 3 Issue 1: 12-20.
Cahyadi, Yogi Aryadhi. Pada 2013
Penduduk Indonesia Diperkirakan
250 Juta Jiwa. Republika online
Rabu 17 Juli 2013. http://www.
republika.co.id/berita/nasional/
umum/13/07/17/mq2oy6-2013penduduk-indonesia-diperkirakan250-juta-jiwa.diakses tanggal 16
Agustus 2013.
Fauzi, Ahmad. 2006. Ekonomi Sumber
Daya Alam dan Lingkungan (Teori
dan Aplikasi). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 209-217.
Garrod, G and Kenneth G. W. 1999.
Economic Valuation of the Environment. Edward Elgar Publitions.
USA.
Hartwick, John M., Nancy D.Olewiller.
1997. The economics of Natural
Resources Use 2nd edition. Wesley
Educational Publisher, Inc. United
States of America. p. 228-243.
Kamuanga, Mulumba; Brent M. Swallow;
Hamade´ Sigue´ and Burkhard
Bauer. 2001. Evaluating contingent
and actual contributions to local
30
public good: Tsetse control in the
Yale agro-pastoral zone, Burkina
Faso. Elsevier, Ecological Economics 39 (2001) p. 115 – 130.
Marwitha, Jemmy. 2009. Nilai Keberadaan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda. Tesis. Univeritas Padjadjaran. Bandung.
Ojeda, Monica Ilija; Alex S.Mayer; and
Barry D. Solomon. 2008. Analysis
Economic valuation of environmental service sustained by water
flows in the Yaqui River Delta.
ScienceDirect Journal of Ecological Economics (2008) p.155-166.
Saz-Salazar, Salvador Del; Francesc
Hernandez-Sancho; Ramon SalaGarrido. 2009. The social benefits
of restoring water quality in the
context of Water Framework
Directive : A comparison of willingness to pay and willingnes to
accept. Elsevier journal of science
of total environment 407 (2009)
p.4574-4583.
Suprayitno. 2008. Teknik Pemanfaatan
Jasa Lingkungan dan Wisata Alam.
Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan Departemen Kehutanan.
Bogor. Hal 1-3.
Vasques, William F., Pallab Mozumder,
Jesus Hernandes Arce, Robert P.
Berrens. Willingness to pay for safe
drinking water : Evidence from
Parral, Mexico. Elsevier Journal
of Environmental Management 90
(2009) p.3391-3400.
Venkatachalam, L. 2004. The Contingent Valuation method: A review.
Environment Impact Assessment
Review Elsevier 24 (2004) p.89124.
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air
Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno
Whittington, Dale and Stefano Pagiola.
2012. Using Contingent Valuation
in the
Design of Payments for Environmental
Services Mechanisms: A Review
and Assessment. The World Bank
Research Observer. Vol. 27 (2):
261-287.
Young, Mike D. 2011. Water Investing in
Natural Capital. United Nations
Environment Development. Hal
.118-120.
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
31
Download