KESEDIAAN MEMBAYAR JASA LINGKUNGAN AIR UNTUK KONSERVASI DI TWA KERANDANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang. Jalan Imam Barjo SH. No. 5 Semarang, 50241 Telp. 024-8453635 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai willingness to pay (WTP) pelanggan air di Dusun Kerandangan sebagai bentuk imbal jasa lingkungan untuk konservasi air. Penelitian dilakukan di Dusun Kerandangan Kabupaten Lombok Barat dengan reponden sebanyak 117 KK dari 167 KK pelanggan air Kerandangan. Rata-rata WTP pelanggan air Kerandangan sebesar Rp 8.100,00 sehingga agregat WTP sebesar Rp 1.352.700,00/bulan dan Rp 16.232.400,00/ tahun. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi WTP secara parsial adalah pendapatan , pemakaian air , persepsi pentingnya konservasi air, jenis kelamin, dan pendidikan dengan nilai probability sig.<0,05. Secara simultan ada tiga variabel yang signifikan mempengaruhi yaitu pendapatan, persepi pentingnya konservasi air dan gender responden. Nilai R² (R square) sebesar 0,497 menyatakan bahwa 49,7 % variabel-variabel secara simultan mempengaruhi WTP, dan sisanya 50,3 % dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini. Kata Kunci : Willingness to pay, konservasi air, imbal jasa lingkungan Pendahuluan Air sebagai kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi setiap makhluk hidup, saat ini keberadaannya semakin berkurang. Data menunjukkan bahwa hampir 1 milyar penduduk dunia memiliki akses yang buruk terhadap air minum, sekitar 2,6 milyar penduduk mempunyai akses kurang terhadap pelayanan sanitasi, dan 1,4 milyar anak dibawah umur 5 tahun meninggal dunia karena kurangnya akses terhadap air bersih, dan pelayanan standar sanitasi (Young, 2011). Paradoks air mutiara, sebuah ilustrasi yang dinyatakan Hartwick dan Olewiller (1997), untuk menjelaskan penilaian sebagian besar orang terhadap air. Mutiara yang fungsinya tidak essensial dinilai sangat tinggi, sedanEmail :[email protected] Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 gkan air yang merupakan kebutuhan yang sangat penting justru dinilai rendah karena manusia kerap menganggap air merupakan given dari Tuhan yang untuk mendapatkannya tidak perlu membayar. Oleh karena itu terkadang penilaian terhadap jasa air bersih masih rendah. Dusun Kerandangan merupakan desa penyangga sebuah kawasan konservasi yang menggantungkan kebutuhan airnya dari dalam kawasan hutan. Sebagai upaya menjaga keberlanjutan pemanfaatan potensi air maka perlu ada mekanisme pengelolaan jasa lingkungan. Jasa lingkungan diartikan sebagai jasa yang diberikan pada sebuah ekosistem dalam rangka memelihara dan atau meningkatkan kualitas ekosistem tersebut karena manfaatnya baik secara langung maupun tidak langsung dapat dirasakan (Suprayitno, 2008). 21 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno Potensi air di Taman Wisata Alam Kerandangan telah dimanfaatkan sejak tahun 2008. Dalam perjanjian kerjasama disebutkan pihak pengguna jasa lingkungan wajib melakukan pengelolaan dan pemeliharaan serta wajib menyediakan biaya untuk memelihara ekosistem atau memperbaikinya. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan iuran jasa lingkungan yang diperuntukkan untuk memelihara dan memperbaiki kualitas lingkungan. Willingness to pay (WTP) terbagi ke dalam dua tipe, WTP terungkap dan WTP yang dinyatakan. Untuk mengetahui kesediaan membayar jasa lingkungan air melalui survei langsung kepada pengguna jasa dengan kuesioner, digunakan metode contingent valuation (Al-Ghuraiz, 2005; Ojeda, 2008; Vasques, 2009; Zakiah, 2009; Saz-salazar et al, 2009; Awad, 2012). Ketika suatu barang atau jasa tidak diperjualbelikan di pasar dikarenakan karakteristiknya, monopoli pasar atau kegagalan pasar, survei berbasis pendekatan stated preference merupakan hal yang sering dilakukan untuk keperluan perencanaan dan penentuan kebijakan (Freeman dalam Ojeda, 2008). Penelitian survei dengan contingent valuation di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa ada kecenderungan reponden menjawab “ya” pada setiap penawaran (bid) dikarenakan adanya budaya impolite untuk mengatakan “tidak”. Oleh karenanya seorang peneliti harus menempatkan responden bukan sebagai obyek penelitian tetapi sebagai seorang warga negara agar kebijakan yang diambil dari sebuah penelitian dapat diterapkan (Whittington, 1998). Menjelaskan dengan jelas penelitian yang kita kerjakan kepada reponden adalah langkah awal yang harus dikerjakan, wawancara mendalam dan survei dengan kuesioner agar dapat diperoleh data secara kuantitatif maupun kualitatif. Menggali informasi secara mendalam dapat memilah responden menjadi 4 menurut Whittington (1998), responden yang bersedia dan mampu, responden yang bersedia namun tidak mampu, responden yang mampu tetapi tidak bersedia, dan terakhir yang tidak bersedia sekaligus tidak mampu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa besarnya nilai WTP jasa lingkungan air dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di Dusun Kerandangan Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat. Lokasi ini dipilih karena kawasan ini sebagai pelanggan jasa lingkungan air dari kawasan konservasi. Terdapat empat tahapan yang ditempuh untuk menggali informasi mengenai pelayanan air bersih : (1) seperti yang dilakukan Kempton et al (1996) dalam Ojeda (2008), mengkaji hubungan sosial masyarakat dari literatur dan menyusun panduan wawancara informal dengan stakeholder utama dalam pemanfaatan air; (2) dianjurkan oleh Morrison dan Bennett (2004) dalam Ojeda (2008), studi literatur mengenai penelitian terdahulu untuk menentukan atribut jasa lingkungan yang digunakan dalam penelitian CVM terdahulu; (3) diskusi terfokus dengan tokoh masyarakat dan pengurus jasa lingkungan untuk menentukan mendapatkan informasi mendalam mengenai pengelolaan; (4) melakukan survei dengan desain yang komprehensif yang menggambarkan sumber daya alam yang akan dinilai. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif meliputi kondisi fisik wilayah, sejarah pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaan. Data pribadi responden berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, sumber air yang digunakan, letak atau posisi rumah pelanggan, persepsi pentingnya konservasi, persepsi kualitas dan kuantitas air, serta persepsi tingkat kebutuhan terhadap air kerandangan Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi besarnya willingness to pay. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode Random Purposif Sample dimana masyarakat yang dipilih secara acak adalah pelanggan jasa lingkungan air dari TWA Kerandangan. Jumlah pelanggan jasa lingkungan air di Dusun Kerandangan sebanyak 167 KK, dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat kealahan 5 % maka jumlah responden berjumlah 117 KK. n= N 1+Ne2 Keterangan : 22 Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e : eror 2.1 Metode Contingent Valuation Metode contingent valuation digunakan dibeberapa negara berkembang untuk mengetahui preferensi individu mengenai produk non-use seperti pelayanan air bersih dan sanitasi (Venkatachalam, 2004). Keinginan dan kesanggupan membayar atas manfaat lingkungan yang mereka rasakan diperoleh dengan cara mewawancarai secara langsung maupun dalam simulasi/ permainan. Tahapan penelitian CV menurut (Fauzi, 2006): a.Membuat Hypothetical Market b.Mendapatkan nilai penawaran (bid) c. Menghitung dugaan rataan WTP n TWTP=∑WTP. ni P i=1 N Keterangan : WTP : Dugaan rataan WTP Wi : Batas bawah kelas WTP Pfi : Frekuensi relatif kelas tertentu n : Jumlah kelas i : Kelas ke- i Menghitung WTP agregat Keterangan : TWTP : kesediaan populasi pelanggan PDAM untuk membayar WTP : kesediaan responden (sample) untuk membayar n : jumlah sampel yang mau membayar sebesar WTP N : jumlah sampel P : jumlah populasi pelanggan rumahtangga i : sampel ke-i Menyadari potensi bias dalam penelitian CV (Cumming et al, 1986), untuk memperkecil potensi tersebut maka instument wawancara harus disusun dengan hati-hati, menggambarkan pentingnya hutan bagi tersedianya air, dan penggunaan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 reponden (Kamuanga, 2001). Setelah nilai WTP diperoleh dengan metode CV, tahapan selanjutnya adalah menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dengan analisis regresi linear berganda dan mendefinisikan koefisian determinasi (R2) untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel tersebut secara bersama terhadap besarnya WTP (y). Hasil Dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Dusun Kerandangan masuk Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat. Sungai Kerandangan terletak di Taman Wisata Alam Kerandangan (TWA) secara astronomis terletak di 8° 20’ 13” - 8° 20’ 15” Lintang Selatan, dan 116° 04’ 00”– 116° 04’ 03” Bujur Timur. Jumlah penduduk Dusun Kerandangan sebanyak 1.109 atau terbesar ketiga setelah Dusun Senggigi sebanyak 1.348 orang dan Dusun Batulayar sebanyak 1.218 orang (RPJM Kecamatan Batulayar, 2010). Dengan kondisi seperti itu dibutuhkan air bersih dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Taman Wisata Alam (TWA) Kerandangan memiliki potensi air yang dapat dimanfaatkan massa air maupun keindahannya, yaitu berupa air terjun Goa Walet dan Putri Kembar serta sungai Kerandangan yang membelah kawasan. Potensi tersebut dimanfaatkan oleh Dusun Kerandangan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warganya. Namun walaupun potensi air tersebut melimpah di musim penghujan, di musim kemarau yang panjang debit air jauh berkurang, karena sungai Kerandangan termasuk tipe sungai intermittent. Berikut gambar kondisi sungai di musim penghujan dan kemarau. Gambar 1&2. : sungai di musim penghujan, kanan: sungai di musim kemarau 23 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno Responden Responden adalah pelanggan jasa lingkungan air dari TWA Kerandangan yang berdomisili di Dusun Kerandangan. Pelanggan dapat memberikan informasi kepada peneliti atau enumerator secara lisan maupun tertulis atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui daftar pertanyaan yang telah diuji sebelumnya. Hasil pengujian kuesioner menunjukkan bahwa nilai alpha cronbach > 0,6 yaitu 0,63 artinya reliabel. Terdapat 117 responden yang dipilih agar dianggap mewakili populasi dengan tingkat kesalahan 5 %. Jumlah pelanggan jasa lingkungan air Kerandangan sebagai berikut : RT. 1 sebanyak 8 KK, RT. 2 sebanyak 63 KK, RT.3 sebanyak 40 KK, RT.4 sebanyak 15 KK, RT. 5 sebanyak 41 KK. Responden yang kami pilih berdasarkan persentase pelanggan jasa lingkungan air Kerandangan. Nilai Jasa lingkungan yang bersedia dibayarkan Jasa lingkungan merupakan reward bagi sebuah ekosistem karena manfaatnya bisa dirasakan oleh pemberi imbal jasa lingkungan. Dusun Kerandangan sebagai pelanggan air dari kawasan TWA Kerandangan bersedia membayarkan jasa lingkungan untuk kegiatan konservasi sumber daya air dan supply air. Menurut Suripin (2008), konservasi air terdiri dari 2 hal, konservasi sumber daya air yang merupakan upaya pemeliharaan agar air tetap tersedia dan konservasi supply air adalah pemeliharaan penyaluran atau ditribusi air dari sumbernya hingga sampai kepada konsumen. Nilai rata-rata kesediaan membayar pelanggan air di Dusun Kerandangan : Dari keseluruhan responden, 99 % menyatakan bersedia membayar jasa lingkungan dan hanya 1 % menyatakan tidak bersedia dengan alasan keterbatasan ekonomi. Besarnya keinginan membayar dari pelanggan air Kerandangan bervariasi mulai dari Rp 2.000/bulan/pelanggan - Rp 20.000,00/ bulan/pelanggan. Dari 116 responden yang bersedia membayar diperoleh rata-rata nilai WTP sebesar Rp. 8.120,00/bulan/pelanggan ≈ Rp 8.100,00/bulan/pelanggan. Nilai WTP tersebut lebih besar dibandingkan nilai pemeliharaan dan jasa lingkungan pada perusahaan air komersil PDAM Menang yaitu Rp 5.000,00/bulan/pelanggan dan Rp 1.000,00/bulan/pelanggan. Besarnya kesediaan membayar ini dipengaruhi faktor pengetahuan tentang konservasi. Masyarakat Dusun Kerandangan menyadari pentingnya hutan bagi keberlanjutan sumber air yang mereka manfaatkan. Walaupun secara umum mereka tidak mengetahui istilah konservasi atapun menjelaskan manfaatnya secara detil namun mereka memiliki keyakinan bahwa hutan harus dijaga, hutan merupakan sumber penyedia air dan menjaganya berarti menjaga kehidupan mereka. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi akan dibahas bagian selanjutnya Nilai total kesediaan membayar untuk jasa Tabel 1. Jumlah Responden Pelanggan Jasa Lingkungan Air TWA Kerandangan RT Jumlah Pelanggan Persentase Pelanggan (%) 1 8 4.79 2 63 37.72 3 40 23.95 4 15 8.98 5 41 24.55 Total 167 100.00 Jumlah Responden 6 44 28 10 29 117 Sumber : Hasil Pengamatan 2013 24 Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno lingkungan diperoleh dengan mengkonversi data rataan sampel ke rataan populasi caranya dengan mengalikan rataan WTP dengan populasi. Populasi pelanggan jasa air Kerandangan sebanyak 167 orang sehingga nilai WTP agregat sebesar Rp 1.352.700,00/bulan. Dalam setahun dapat terkumpul dana untuk konservasi sebesar Rp 16.232.400,00. Dana tersebut dapat digunakan sebagai biaya konservasi supply air berupa pemeliharaan sarana prasarana berupa bendung, pipa utama, reservoir, SIPAS dan pipa ke rumah-rumah beserta meterannya sebesar Rp5.000, 00/ bulan/pelanggan, per tahun menjadi Rp. 10.020.000,00. Sebagai upaya konservasi sumber daya air dilakukan kegiatan pengkayaan tanaman keras disekitar sungai. Biaya pembelian bibit Rp 2.000,00/bibit sebanyak 100 batang per bulan menjadi Rp 200.000,00/bulan, sehingga per tahun menjadi Rp2.400.000,00. Pemeliharaan bibit setelah ditanam sebesar Rp 1000,00 per batang, menjadi Rp.1.200.000,00/tahun. Biaya administrasi untuk menjaga keberlanjutan dari sisi kelembagaan sebesar Rp 217.700,00/bulan. Variabel-variabel WTP yang mempengaruhi hun 2012 Tanggal 5 Desember 2012, Upah Minimum Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Rp 1.100.000,00/bulan, dengan demikian rata-rata pelanggan berpenghasilan tidak jauh dari rata-rata UMP. Menurut Fauzi (2006), nilai WTP tidak memiliki batas bawah negatif dan batas atas tidak boleh melebihi pendapatan. Pendapatan sebagai variabel bebas (independen) memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap WTP sebagai variabel dependen dilihat dari uji statistik nilai sig. < 0,05 (0,000 < 0,05). Dari 5 variabel yang sangat berpengaruh terhadap WTP, variabel pendapatan yang paling besar pengaruhnya dilihat dari nilai R2 nya paling tinggi yaitu 0,313 artinya pendapatan mempengaruhi WTP sebesar 31, 3 % dari 12 variabel. Pendapatan mempengaruhi besarnya WTP, lain halnya dengan willingness to accept (WTA) tidak membutuhkan pertimbangan keuangan karena tidak ada batas atasnya. Terdapat banyak pengeluaran dalam sebuah rumah tangga selain untuk iuran kebutuhan air bersih, kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit apalagi bila jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga banyak. Hal tersebut menjadikan pertimbangan dalam membayar jasa lingkungan harus Tabel 2. Perhitungan Rataan WTP Kelas fi 0 - 4.900 5.000 - 9.900 10.000,00 - 14.900 15.000 - 19.900 Frekuensi () 8 45 49 13 Frek. Relatif Pfi 0,07 0,38 0,42 0,11 Wi 0 1923 4188 1667 20.000,00 - 24.500 Total 2 117 0,02 1,00 342 8120 Sumber : Hasil survei 2013 Pengujian variabel-variabel yang mempengaruhi WTP dilakukan secara parsial dan simultan. Hasil pengujian masing-masing variabel terhadap WTP secara parsial sebagai berikut: Pendapatan Persentase terbesar pelanggan air Kerandangan berpenghasilan antara Rp.1.000.000,00 – Rp 1.999.000,00/bulan. Menurut Keputusan Gubernur No. 631 taJurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 memperhatikan pendapatan yang dimiliki sebuah keluarga. Sumber Air Penduduk Dusun Kerandangan memiliki beberapa sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, diantaranya Air Kerandangan, sumur, PDAM, dan sumur bor (artesis). Semakin banyak alternatif sumber air yang dimiliki sebuah keluarga akan memperkecil ketergantungan terhadap air Kerandangan sehingga 25 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno dimungkinkan akan memperkecil nilai WTP, demikian sebaliknya. Hasil uji statistik, menunjukkan nilai sig > 0,05 yaitu 0,442 berarti Ho diterima yang artinya banyaknya alternatif sumber air tidak memberikan pengaruh nyata terhadap WTP. Sungai Kerandangan sebagai salah satu sumber air bagi penduduk Dusun Kerandangan, mengalami debit fluktuatif antara musim penghujan dengan musim kemarau oleh karena itu kebanyakan penduduk memiliki sumur selain menggunakan air dari Kerandangan. Jumlah penduduk yang menggunakan sumber air Kerandangan dan air sumur sebesar 58,12%, 35,9 % menggunakan air dari Kerandangan, selebihnya kombinasi air Kerandangan, sumur, air PDAM dan sumur artesis. Penduduk yang hanya menggunakan air dari Kerandangan di musim penghujan, tidak terlalu mempengaruhi kesediaan membayar karena dapat memanfatkan sumur dan sumur artesis secara bersama. Letak rumah Air yang dialirkan dari dalam kawasan melalui pipa utama kemudian dialirkan ke rumah penduduk dengan pipa kecil menyebabkan letak rumah mempengaruhi jumlah air yang diterima pelanggan dengan demikian diduga bahwa letak rumah akan mempengaruhi kesediaan membayar, sama halnya pada penelitian (Zakiah, 2009). Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa letak rumah tidak mempengaruhi besarnya kesediaan membayar jasa lingkungan air dilihat dari nilai probabilitas sig. sebesar 0,978. Koefisien variabel letak rumah nilainya negatif (-) artinya rumah yang berada di ujung pipa justru bersedia membayar lebih besar dibandingkan yang di jalan utama karena menurut keterangan dari hasil wawancara ternyata fenomena yang diduga di awal penelitian justru terbalik, rumah yang berada di ujung pipa dengan elevasi rendah mendapatkan jumlah dan tekanan air yang lebih besar. Pemakaian Air Rata-rata pemakaian air di perdesaan sebesar 60 liter/orang/hari menurut SNI 196728.1-2002 mengenai Penyusunan Neraca Sumber Daya Spasial. Tiga puluh lima koma sembilan persen penduduk Dusun Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linear Secara Parsial No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. R square Pendapatan 0,313 Sumber Air 0,005 Letak Rumah 0,000 Pemakaian Air 0,040 Persepsi pentingnya konser- 0,156 vasi Persepsi kuantitas air 0,005 Persepsi kualitas air 0,14 Persepsi kebutuhan air 0,17 Jumlah tanggungan 0,017 Umur 0,013 Jenis kelamin 0,070 Pendidikan 0,069 Keterangan : * ** Variabel Std.Deviasi F Sig. 0,87525 1,27227 1,21173 1,54772 1,28054 52,409 0,595 0,001 4,731 21,232 0,000** 0,442 0,978 0,032* 0,000** 1,33191 0,41770 1,18116 1,08408 1,150 0,439 1,137 0,530 1,623 2,016 2,015 1,483 8,650 8,509 0,463 0,205 0,158 0,158 0,226 0,004** 0,004** = Signifikan pada α = 5 % = Signifikan pada α = 1% Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2013 26 Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno Kerandangan memakai air dari Sungai Kerandangan >500 liter/KK/hari, 22, 22 % menggunakan 4001-500 liter air/hari/KK. Dari hasil survey diuji dengan SPSS nilai probabilitas sig. sebesar 0,032 dengan F hitung 4,731, menunjukkan bahwa besarnya pemakaian air mempengaruhi secara signifikan besaran jasa lingkungan yang ingin dibayarkan. Jumlah pemakaian air digunakan sebagai cara untuk menentukan seberapa banyak seorang pelanggan harus membayar pada pelayanan air komersil, hal tersebut merupakan mekanisme yang adil. Demikian halnya pada jasa lingkungan air di Dusun Kerandangan, meskipun non komersil sifatknya namun hasil survei menunjukkan bahwa ada kesadaran untuk membayar sesuai air yang dimanfaatkan. Persepsi Pentingnya Konservasi Variabel kedua yang paling mempengaruhi WTP adalah persepsi pentingnya konservai air. Uji statistik menunjukkan adanya pengaruh antara persepsi pentingnya konservasi dengan WTP, dilihat dari nilai probabilitas sig .<0,05 yaitu 0,000. Sebanyak 42,74 % responden mengatakan konservasi air sangat penting dan 46,15 % mengatakan penting dan tidak ada yang beranggapan sangat tidak penting. Persepsi pentingnya konservasi air tersebut menyebabkan adanya kesadaran mayarakat untuk berperan menjaga hutan dengan penanaman dan pemeliharaan sarana prasarana supply air sebagai upaya konservasi air. Persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi tindakannya terhadap lingkungan. Sebagai contoh ketika suatu barang atau jasa dianggap penting maka barang atau jasa tersebut akan dinilai tinggi, demikian halnya masyarakat Dusun Kerandangan karena menganggap hutan sangat penting sebagai penyedia air maka ada pengaruh positif terhadap WTP untuk jasa lingkungan. Persepsi Kuantitas dan Kualitas Air Kuantitas air yang dimanfaatkan oleh pelanggan jasa air Kerandangan sebenarnya sama, namun persepi masing-masing pelanggan berbeda ada yang merasa sangat cukup, cukup, bahkan ada yang merasa tidak cukup. Persepsi kuantitas air akan mempengaruhi keputusan pelanggan untuk membayar jasa lingkungan. Semakin merasa puas dengan kuantitasnya maka akan semakin besar nominal yang bersedia dibayarkan. Menurut Bhandari (2007), Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 kepuasan pelanggan sangat mempengaruhi besaran WTP. Namun studi kasus di Dusun Kerandangan menunjukkan hasil uji statistik nilai sig > 0,05 yaitu 0,463 berarti Ho diterima artinya tidak ada pengaruh variabel persepsi kuantitas air terhadap WTP. Demikian pula dengan persepsi terhadap kualitas air ternyata tidak mempengaruhi mempengaruhi WTP, nilai probabilitas sig. sebesar 0,205. Pelanggan air yang belum merasa puas dengan jumlah maupun kualitas air tetap mau membayar karena sadar akan pentingnya konservasi air. Ketergantungan terhadap air dari Kerandangan Kebutuhan masing-masing pelanggan terhadap air Kerandangan berbeda-beda karena besarnya jumlah tanggungan yang menggunakan air dalam satu keluarga dan sumber air yang dimiliki berbeda. Dilihat secara parsial kebutuhan air masyarakat tidak mempengaruhi WTP dilihat dari nilai probabilitas sig. sebesar 0,158. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa masyarakat 51,3 % menyatakan butuh, 23,1 % menyatakan sangat butuh. Umur Usia responden digunakan sebagai variabel dummy dimana pemberian angka 1,2 dst. hanya merupakan pengkodean bukan merupakan nilai dari setiap jawaban. Variabel ini turut kami masukkan untuk mengetahui adakah pengaruh usia terhadap kesediaan membayar jasa lingkungan. Setelah diuji statistik ternyata umur tidak mempengaruhi WTP. Usia responden tidak mempengaruhi pendapatan responden, tidak ada kecenderungan yang berusia lebih tua berpenghasilan lebih tinggi karena mata pencaharian biasanya terkait erat dengan pendidikan, pelanggan usia tua > 60 tahun kebanyakan tidak lulus Sekolah Dasar atau tidak bersekolah. Jadi usia secara umum tidak mempengaruhi WTP seperti dijelaskan sebelumnya bahwa variabel yang paling mempengaruhi adalah pendapatan. Jenis Kelamin Dari keseluruhan reponden, 68,38 % berjenis kelamin laki-laki dan 31,62 responden wanita. Gender sebagai variabel dummy secara signifikan mempengaruhi kesediaan membayar (Sig.< 0,05). Laki-laki cenderung bersedia membayar lebih besar dibanding perempuan. Menurut IFAD 1999 yang dikutip dari Adebo (2012), wanita cenderung menganggap uang milik 27 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno keluarga, sedangkan laki-laki sebaliknya uang milik pribadi karena laki-laki yang bekerja oleh karenanya tidak banyak pertimbangan dalam pengeluaran. Wanita cenderung lebih bertanggung jawab terhadap berbagai pengeluaran karena sebagai pengatur keuangan dalam rumah tangga sehingga banyak pertimbangan yang mempengaruhi pengambilan keputusan pengeluaran terlebih lagi bila wanita tersebut adalah sebagai kepala keluarga. Demikian halnya dalam hal kesediaan membayar untuk jasa lingkungan, karena uang adalah milik bersama dalam keluarga, maka untuk mengambil keputusan seberapa banyak iuran yang harus dibayarkan wanita akan cenderung menawar nilai yang lebih kecil. Jumlah tanggungan Hasil uji menunjukkan nilai probabilitas sig.> 0,05 (0,158>0,05) sehingga Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah tanggungan dengan kesediaan membayar untuk jasa lingkungan. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah anggota keluarga menjadikan jumlah pemakaian air semakin banyak, pelanggan memiliki kesadaran untuk membayar lebih banyak karena memanfaatkan air dalam jumlah besar. Pendidikan Hasil uji statistik menunjukkan nilai probabilitas sig < 0,01 (0,004 < 0,01) artinya Ho ditolak, ada pengaruh signifikan tingkat pendidikan terhadap WTP. Pendidikan memberikan pengetahuan dan mendidik serta merubah pola berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kesadaran terhadap lingkungan meningkat. Pengujian Simultan Pengujian variabel secara simultan terhadap WTP sebagai berikut : Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh variabelvariabel tersebut secara bersama-sama. Variabel pendapatan, persepsi pentingnya konservasi, dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap WTP. Dari hasil analisis regresi berganda, fungsi WTP yang diperoleh adalah sebagai berikut: WTP = 556,289+ 1964,842 X1-302,577 X2- 156,521 X3 + 310,298 X4 + 894,526 X5 +40,781 X6 + 260,829 X7 + 118,634 X8 + 432,683 X9 + 433,472 D1- 1764,898 D2 + 13,090 D3 Jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel X1, X2, X3...dst maka nilai variabel WTP adalah 556,289. Koefisien regresi variabel Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Secara Simultan Unstandardized Coefficients Model β Std. Error 1 (Constant) 556,289 2393,202 Pendapatan 1964,842 380,986 Sumber Air -302,577 352,951 Letak Rumah -156,521 221,891 Pemakaian Air 310,298 205,113 Persepsi Konservasi 894,526 226,874 Persepsi Kuantitas Air 40,781 265,665 Persepsi Kualitas 260,829 689,785 Ketergantungan 118,634 326,876 Jum. Tanggunan 432,683 288,626 Umur 433,472 273,643 Jenis Kelamin -1764,898 689,188 Pendidikan 13,090 327,130 Standardized Coefficients Beta t .232 ,459 5.157 -,103 -.857 -,051 -.705 ,128 1.513 ,305 3.943 ,014 .154 ,029 .378 ,037 .363 ,125 1.499 ,133 1.584 -,206 -2.561 ,004 .040 Sig. ,817 ,000** ,393 ,482 ,133 ,000** ,878 ,706 ,717 ,137 ,116 ,012* ,968 Dependen Variabel : WTP R = 0,705 R square = 0,497 Adjusted R Square = 0,439 Sumber :Olah Data Primer 2013 28 Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno pendapatan (X1) sebesar 1964,842 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu nilai pada variabel X1 akan memberikan kenaikan skor sebesar 1964,842. Variabel sumber air (X2) menyatakan bahwa setiap pengurangan (-) pada variabel tersebut akan memberi pengurangan nilai sebesar 302,577, demikian seterusnya hingga variabel D3.. Pendapatan menunjukkan pengaruh paling besar, diikuti persepi pentingnya konservasi dan gender. Pendapatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi WTP karena keputusan untuk membeli atau membayar suatu barang dan jasa dibatasi oleh besarnya pendapatan. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi dapat meningkatkan kesediaan membayar jasa lingkungan untuk konservasi, sehingga walaupun secara umum pendapatan masyarakat masih rendah tapi kesadaran masyarakat tinggi, maka WTP akan meningkat. Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh variabel X1, X2, X3...dst terhadap WTP secara simultan adalah 49,7 % dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang dimaksud dalam penelitian ini Dalam Garrod dan Willis (1999), menyatakan bahwa dalam penelitian dengan Contingent Valuation untuk barang lingkungan, R2 adjusted yang diperoleh minimal 0,15 atau 15 persen, maka penelitian ini dinilai cukup baik karena nilai R2 lebih besar dari 15 persen. Penelitian ini mengilustrasikan nilai air yang dinamis berdasarkan WTP pelanggan air di Dusun Kerandangan karena sebagian besar dipengaruhi oleh pendapatan dan persepsi pentingnya konservasi air yang dapat naik turun oleh iklim ekonomi dan kebijakan pemerintah serta media dan hanya sebagian kecil dipengaruhi oleh gender menurut Turpie 2003 dikutip dari (Marwitha, 2009) Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Nilai WTP rata-rata untuk jasa lingkungan air di TWA Kerandangan sebesar Rp 8.100,00/bulan/KK. Nilai WTP agregat pelanggan air di Dusun Kerandangan sebesar Rp. Rp1.352.700,00/bulan dan Rp.16.232.400,00/tahun. Variabel-variabel yang secara parsial signifikan mempengaruhi WTP adalah pendapatan, pemakaian air, persepsi pentingnya konservasi, jeni kelamin, dan pendidikan. Sedangkan Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 yang secara simultan mempengaruhi WTP adalah pendapatan, persepsi pentingnya konservasi, dan jenis kelamin. Saran Menjaga keberlanjutan pengelolaan jasa lingkungan, harus memperhatikan aspek lingkungan (konservasi air), kelembagaan, dan aspek sosial yang ketiganya tidak terlepas dari kebutuhan akan biaya. Oleh karenanya pengelolaan dana/iuran untuk konservasi sebagai bentuk jasa lingkungan harus dilakukan dengan baik. Pengelolaan keuangan yang baik dilakukan dalam bentuk pembukuan, pelaporan, dan aplikasi dana yang tepat sesuai dengan tujuan awal penarikan jasa lingkungan yaitu untuk konservasi. Ucapan Terimakasih Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan dukungan dan beasiswa selama menjalankan studi, penelitian hingga penulisan artikel jurnal ini. Biro Kepegawaian Kementerian Kehutanan yang telah memberikan izin tugas belajar menempuh pendidikan pascasarjana. Prof. Dr. Ir. Azis Nur Bambang, MS sebagai pembimbing utama dan Dr. Ing Sudarno, M.Sc sebagai pembimbing kedua dalam penyelesaian makalah ini. Daftar Pustaka Adebo, G.M dan O.C. Ajewole. 2012. Gender and the Urban Environment: Analysis of Willingness to Pay for Waste Management Disposal in Ekiti-State, Nigeria. American International Journal of Contemporary Research Vol.2 No.5 p.228-236. Afifah, Kurniasih Nur; Azis Nur Bambang, Sudarno. 2013. Pengelolaan Jasa Lingkungan Air di Dusun Kerandangan Kabupaten Lombok Barat. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan tanggal 27 Agustus 2013. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Al-Ghuraiz, Yusuf and Adnan Enhassi, 2005. Ability and willingness to pay for water supply service in the Gaza strip. Science Direct Build29 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno ing and Environment. Vol. 40 : 1093–1102. Awad, Ibrahim M. 2012. Using econometric analysis of willingnessto-pay to investigate economic efficiency and equity of domestic water services in the West Bank. SciVerse Science Direct The Journal of SocioEconomics. 41: 485– 494. Bhandari, Betman and Miriam Grant. 2007. User Satisfaction and Sustainability of Drinking Water chemes in Rural Communities of Nepal. Journal Sustainability, Practice, & Policy Spring 2007 Volume 3 Issue 1: 12-20. Cahyadi, Yogi Aryadhi. Pada 2013 Penduduk Indonesia Diperkirakan 250 Juta Jiwa. Republika online Rabu 17 Juli 2013. http://www. republika.co.id/berita/nasional/ umum/13/07/17/mq2oy6-2013penduduk-indonesia-diperkirakan250-juta-jiwa.diakses tanggal 16 Agustus 2013. Fauzi, Ahmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Teori dan Aplikasi). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 209-217. Garrod, G and Kenneth G. W. 1999. Economic Valuation of the Environment. Edward Elgar Publitions. USA. Hartwick, John M., Nancy D.Olewiller. 1997. The economics of Natural Resources Use 2nd edition. Wesley Educational Publisher, Inc. United States of America. p. 228-243. Kamuanga, Mulumba; Brent M. Swallow; Hamade´ Sigue´ and Burkhard Bauer. 2001. Evaluating contingent and actual contributions to local 30 public good: Tsetse control in the Yale agro-pastoral zone, Burkina Faso. Elsevier, Ecological Economics 39 (2001) p. 115 – 130. Marwitha, Jemmy. 2009. Nilai Keberadaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Tesis. Univeritas Padjadjaran. Bandung. Ojeda, Monica Ilija; Alex S.Mayer; and Barry D. Solomon. 2008. Analysis Economic valuation of environmental service sustained by water flows in the Yaqui River Delta. ScienceDirect Journal of Ecological Economics (2008) p.155-166. Saz-Salazar, Salvador Del; Francesc Hernandez-Sancho; Ramon SalaGarrido. 2009. The social benefits of restoring water quality in the context of Water Framework Directive : A comparison of willingness to pay and willingnes to accept. Elsevier journal of science of total environment 407 (2009) p.4574-4583. Suprayitno. 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan Departemen Kehutanan. Bogor. Hal 1-3. Vasques, William F., Pallab Mozumder, Jesus Hernandes Arce, Robert P. Berrens. Willingness to pay for safe drinking water : Evidence from Parral, Mexico. Elsevier Journal of Environmental Management 90 (2009) p.3391-3400. Venkatachalam, L. 2004. The Contingent Valuation method: A review. Environment Impact Assessment Review Elsevier 24 (2004) p.89124. Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 Kesediaan Membayar Jasa Lingkungan Air Kurniasih Nur Afifah, Azis Nur Bambang dan Sudarno Whittington, Dale and Stefano Pagiola. 2012. Using Contingent Valuation in the Design of Payments for Environmental Services Mechanisms: A Review and Assessment. The World Bank Research Observer. Vol. 27 (2): 261-287. Young, Mike D. 2011. Water Investing in Natural Capital. United Nations Environment Development. Hal .118-120. Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013 31