Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi ` Pengantar Pada umumnya, kegiatan sosialisasi dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat mengetahui dan memahami konsep dan mekanisme pelaksanaan suatu program baru. Dalam program P2KP, selain sebagai kegiatan diseminasi konsep dan nilai, kegiatan sosialisasi dimaksudkan pula sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, yang dilaksanakan melalui cara dialogis antara pelaku kegiatan sosialisasi dan warga masyarakat. Untuk melakukan kegiatan sosialisasi secara efektif kepada khalayak sasaran, diperlukan pemahaman karakter dan budaya khalayak sasaran, sehingga konsep dan metodologi serta alat atau media-media dapat dengan efektif digunakan. 1 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Apa itu Kegiatan SOSIALISASI dalam P2KP? Dalam konteks proyek P2KP, kegiatan sosialisasi tidak hanya bertujuan agar masyarakat paham, baik substansi maupun prosedur P2KP. Kegiatan sosialisasi bukan sekedar diseminasi atau media publikasi, melainkan bagian dari proses pemberdayaan, yang diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis, menumbuhkan perubahan sikap, dan perilaku masyarakat. Karena itu, kegiatan sosialisasi harus terintegrasi dalam aktivitas pemberdayaan dan dilakukan secara terus menerus untuk memampukan masyarakat menanggulangi masalah-masalah kemiskinan secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan sosialisasi diharapkan menerapkan pendekatan ataupun metode yang didasarkan atas perbedaan khalayak sasaran. Pendekatan yang dilakukan, diharapkan bisa membangun keterlibatan masyarakat (sebagai subjek pelaksana program) melalui pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman untuk menemukan kesepakatan-kesepakatan bersama yang berpijak pada kesetaraan, kesadaran kritis dan akal sehat. Pada akhirnya, diharapkan melalui kegiatan sosialisasi terjadi internalisasi konsep P2KP secara utuh, serta terbangunnya kebiasaan menanamkan prinsip dan nilai P2KP di kalangan masyarakat dalam segala aktivitasnya. 2 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Mengapa harus ada Kegiatan SOSIALISASI ? Secara umum, kegiatan sosialisasi P2KP dihadapkan pada permasalahan adanya pandangan negatif masyarakat terhadap program-program penanggulangan kemiskinan yang diakibatkan oleh pelaksanaan proyek secara tidak amanah, bersifat karitatif, salah sasaran dan demi kepentingan kelompok atau golongan. Selain itu, pembangunan di masa lampau, menempatkan masyarakat sekedar sebagai objek bukan subjek pembangunan itu sendiri. Dari situasi tersebut kemudian timbul ketidak-percayaan masyarakat terhadap program penanggulangan kemiskinan. Pandangan dan sikap demikian akan sangat bertentangan dengan nilai-nilai pemberdayaan, semangat kerjasama dan kemandirian yang ingin diwujudkan oleh P2KP. Pada konteks kegiatan sosialisasi P2KP, masyarakat ditempatkan sebagai pelaku (subjek), dimana mereka terlibat secara aktif dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Kegiatan sosialisasi bertujuan untuk membangun suatu kesepakatan dalam penanggulangan kemiskinan yang dilandasi pemahaman yang sama diantara pelaku P2KP. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi dilakukan seiring (integrasi) dengan jalannya alur program yang dilaksanakan, baik oleh para pendamping program maupun masyarakat yang terlibat. 3 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Apa Tujuan Pelaksanaan Kegiatan SOSIALISASI? A. TUJUAN UMUM 1. Mengupayakan agar masyarakat luas memahami dan mampu menginternalisasikan ‘makna’ dari konsep, maksud dan tujuan, serta metodologi P2KP 2. Masyarakat luas mengetahui dan memahami perkembangan pelaksanaan proyek P2KP sebagai bagian dari pertanggungjawaban pada publik. B. TUJUAN KHUSUS 1. Terdapatnya komitmen dan kerjasama antara konsultan P2KP dengan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merencanakan, melak4 Acuan Bagi Fasilitator 2. 3. 4. 5. Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi sanakan dan memonitor serta mengawasi secara bersama kegiatan P2KP. Dapat merangsang minat Kelompok Strategis dan Kelompok Peduli untuk melakukan upaya kerjasama membangun pengawasan berbasis masyarakat. Menyebarluaskan hasil-hasil dan perkembangan proyek kepada masyarakat luas. Bersama dengan bidang pelatihan, menyiapkan materi-materi bagi kepentingan masyarakat kelurahan untuk tujuan belajar mandiri. Membangun KBP (Kelompok Belajar Perkotaan) dan KBK (Kelompok Belajar Kelurahan) sebagai wujud nyata dari tumbuhnya kegiatan belajar mandiri masyarakat. Strategi Dasar Pelaksanaan Kegiatan SOSIALISASI? Strategi dasar kegiatan sosialisasi pada konteks program P2KP, adalah : 1. Pesan-pesan P2KP disosialisasikan dengan menggunakan metode dialogis. 2. Media kegiatan sosialisasi dibuat untuk kepentingan mempermudah pemahaman dan pelaksanaan program P2KP dengan memperhatikan kondisi riil masyarakat (muatan lokal). 3. Menempatkan masyarakat kelurahan sasaran sebagai pelaku kegiatan sosialisasi, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya. 5 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi 4. Media kegiatan sosialisasi dibuat bersama masyarakat, pemerintah ataupun pihak-pihak yang peduli lainnya (misalnya: pihak swasta) di kelurahan sasaran. 5. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi lebih banyak dilakukan melalui media-media lokal (sebagai media dialogis untuk memahami, internalisasi dan media untuk mengangkat permasalahan yang dihadapi masyarakat). 6. Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang terus menerus dan bertahap sesuai dengan tahapan siklus P2KP. 7. Kegiatan sosialisasi menjadi kesatuan yang terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang terdapat dalam siklus proyek dan kegiatan-kegiatan spesifik proyek. Siapa Sasaran Kegiatan SOSIALISASI? A. KHALAYAK SASARAN Khalayak sasaran kegiatan sosialisasi P2KP bagi fasilitator dapat dibagi dalam 2 katagori berupa : 1. Khalayak sasaran Primer: Seluruh warga masyarakat di tingkat kelurahan yang menjadi lokasi sasaran P2KP 2. Khalayak Sasaran Sekunder: a. Kelompok Strategis yang terdiri atas: Para pemegang posisi kunci yang dianggap dapat mempengaruhi atau mendorong terjadi6 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi nya perubahan di masyarakat (antara lain: pejabat pemerintah tingkat kelurahan, tokohtokoh masyarakat/adat/agama yang menjadi panutan warga) b. Kelompok Peduli yang terdiri atas: Orang-orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah penanggulangan kemiskinan namun tidak memiliki jabatan/posisi strategis. Misalnya pemerhati masalah pembangunan, cendekiawan, akademisi, pengusaha, organisasi massa (seperti: Aisyah, fatayat NU, dan lainnya) Selanjutnya, khalayak sasaran sekunder, dapat digolongkan secara bertingkat, yaitu khalayak sasaran sekunder tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi dan tingkat pusat/nasional. Khalayak sasaran pada masing-masing tingkatan ini memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda terhadap P2KP. Karena itu, kegiatan sosialisasi pada khalayak sasaran pada tingkatan yang berbeda harus memiliki tujuan dan perlakuan yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. 7 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Apa Pesan yang harus disampaikan pada Kegiatan SOSIALISASI? Pesan-pesan yang harus disampaikan dalam pelaksanan kegiatan sosialisasi, paling tidak adalah: 1. Visi, misi, konsep, tujuan, prinsip, nilai, metodologi dan prosedur P2KP. 2. Peran pemanfaat langsung, peran aktor pengubah, peran pejabat formal, pemuka masyarakat, relawan pendamping masyarakat, lembaga-lembaga yang ada di masyarakat (termasuk partisipasi perempuan melalui organisasi/kelompok perempuan), serta kalangan media massa. 3. Prinsip-prinsip penyelenggaraan BKM, UP-UP dan KSM. 4. Prinsip-prinsip penyelenggaraan KBP. 8 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi 5. Prinsip-prinsip penyelenggaraan KBK. 6. Konsep Partisipasi Aktif Perempuan dalam P2KP 7. Program PAKET, Kemitraan (Chanelling) dan Replikasi 8. Prinsip-prinsip pelaksanaan Neighbourhood Development 9. Proses pelaksanaan proyek. 10. Prinsip-prinsip penyelenggaraan Pengaduan Masyarakat (PPM) 11. Media-media dari Materi-materi umum seperti ancaman kemiskinan, kepedulian sosial, tanggungjawab sosial, permasalahan kemiskinan, model-model penanggulangan kemiskinan, dan lainnya. 12. Media-media dari Materi-materi pemberdayaan dan keswadayaan masyarakat yang digunakan pada pelatihan maupun rembugrembug warga. Strategi Operasional Pelaksanaan Kegiatan SOSIALISASI? Strategi Operasional Pelaksanaan yang dilakukan pada kegiatan sosialisasi disesuaikan dengan karakteristik khalayak sasaran yang beragam. Keberagaman ini mencakup status sosial, status ekonomi, tingkat pemahaman terhadap P2KP dan kepentingan terhadap P2KP, pola hidup, pola komunikasi, cara memperoleh informasi, dan lainnya. Keberagaman akan berpengaruh pada tingkat daya serap informasi, cara, serta media atau alat yang akan digunakan serta dimanfaatkan oleh khalayak sasaran untuk mencerna informasi. 9 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Ada beberapa hal yang perlu dicermati pada saat pelaksanaan kegiatan sosialisasi. Setiap tingkatan khalayak sasaran akan memerlukan strategi pelaksanaan yang berbeda, yang harus dipahami oleh pelaku kegiatan sosialisasi. Beberapa strategi pelaksanaan yang bisa menjadi bahan acuan kegiatan sosialisasi, adalah: 1. Jalur Komunikasi. Peran kegiatan sosialisasi dalam pemberdayaan dan peran dalam pembangunan opini dan kepedulian publik diselenggarakan sepanjang masa proyek. Maka strategi pelaksanaan yang dilakukan melalui multi jalur komunikasi, yaitu: a. Jalur Interpersonal Jalur ini dilakukan dengan melakukan kontak langsung secara individual dengan khalayak sasaran. Jalur interpersonal ini memungkinkan terjalinnya komunikasi lebih mendalam dan dapat memahami sasaran secara lebih efektif. Selain itu jalur komunikasi ini akan mencegah terjadinya penyimpangan dalam komunikasi. Sasaran jalur komunikasi ini adalah anggota masyarakat dan pihak-pihak yang dianggap dapat berpengaruh dalam terbentuknya sikap dan pandangan masyarakat, atau pihak-pihak yang dianggap memahami kondisi dan situasi masyarakat di tingkat kelurahan. Jalur komunikasi interpersonal ini perlu digunakan untuk membangun saling pengertian yang 10 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi lebih dalam antara Tim Fasilitator dengan unsurunsur yang diperkirakan berperan dalam perubahan pandangan, pendapat dan pemahaman masyarakat. Kelebihan jalur komunikasi ini terletak pada potensi dari pihak-pihak yang dianggap sebagai orang yang memiliki pengaruh di masyarakat. Bila komunikasi kegiatan sosialisasi yang dilakukan dapat mempengaruhi sikap, pandangan dan tindakan dari pihak-pihak tersebut untuk mendukung P2KP, maka akan berdampak positif terhadap keberlangsungan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan masyarakat. b. Jalur Komunikasi Kelompok Jalur komunikasi kelompok dilakukan melalui sekumpulan anggota masyarakat. Penerapannya dilakukan terhadap kumpulan anggota masyarakat dalam komunitas lokal kelurahan dan kumpulan masyarakat dalam bentuk-bentuk lainnya. b.1. Kelompok Komunitas Lokal Yang dimaksud komunitas lokal adalah kumpulan masyarakat yang berada pada tingkat RT/RW ataupun dusun dalam kelurahan sasaran program P2KP. b.2. Kelompok Bentuk Lain Kelompok bentuk lain adalah kumpulan masyarakat dan pihak tertentu yang sengaja dibentuk secara terencana dengan tujuan tertentu. Bentuk kelompok antara lain: 11 Acuan Bagi Fasilitator Saresehan, Seminar. Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Temu Karya, Lokakarya, dan c. Jalur Komunikasi Media Massa Jalur Komunikasi Media Massa yang dapat digunakan sebagai media kegiatan sosialisasi, antara lain: c.1. Media Elektronik Televisi Sesuai dengan jangkauan wilayah yang luas, media televisi dapat menjadi media kegiatan sosialisasi yang efektif untuk penyampaian informasi. Bentuk acara yang dapat ditampilkan antara lain berupa diskusi interaktif atau ‘talkshow’. Bentuk acara semacam peliputan langsung media televisi pada lokasi-lokasi sasaran P2KP, dapat pula berfungsi sebagai pertanggung-jawaban pada publik secara lebih obyektif karena dilakukan oleh pihak independen, yang akan menggambarkan perkembangan pelaksanaan kegiatan P2KP. Namun demikian, mengingat segmentasi pemirsa yang cukup beragam dan biaya yang besar, tentunya penggunaan media televisi perlu mendapatkan tinjauan yang seksama. Radio Media ini dapat dilakukan melalui radio-radio lokal dengan membentuk paket acara berupa diskusi interaktif, sehingga diharapkan dapat terjadi interaksi antara pelaku P2KP dengan masyarakat sasaran yang menjadi pendengar radio tertentu. Tentunya peliputan sebagaimana pada media 12 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi televisi dapat pula dilakukan oleh media radio. Bentuk media radio lain adalah Radio Komunitas yang dibentuk bersama-sama masyarakat. VCD Penggunaan media kegiatan sosialisasi melalui VCD diharapkan menjadi alat untuk mendiseminasikan standard konsep dan nilai P2KP, selain itu juga berfungsi sebagai media penggerak diskusi pada pelatihan maupun pada rembug-rembug warga. c.2. Media Surat Kabar Media Surat Kabar digunakan sebagai alat untuk penyebaran informasi P2KP, membangun opini publik, membangun kepedulian publik, sebagai pertanggungjawaban publik, dan juga sebagai sumber belajar dan pertukaran pendapat bagi khalayak umum. c.3. Media Tradisional Media Tradisional yang telah akrab dan telah sering digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan dapat merupakan pilihan yang cukup efektif untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi P2KP pada tingkat lokal. Bentuk media tradisional antara lain berupa kesenian rakyat dan kegiatan budaya lokal, seperti: ludruk, campur sari, wayangan, ketoprak, sandiwara rakyat, acara keagamaan. c.4. Media (materi) Cetakan Materi Cetakan yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi dapat berisi informasi/penjelasan tentang konsep-konsep pelaksanaan program 13 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi P2KP dan pemberdayaan masyarakat, atau dapat pula berupa kisah/alat untuk penggerak diskusi warga dalam rembug-rembug masyarkat. Bentuk cetakan yang memungkinkan antara lain: leaflet, booklet, poster, lembar balik, komik dan selebaran. Siapa saja Pelaku Kegiatan SOSIALISASI? Pelaku kegiatan sosialisasi adalah segenap pelaku P2KP, aparat Pemerintahan dari berbagai tingkatan, kelompok strategis/peduli ataupun setiap warga masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah kemiskinan. Kegiatan sosialisasi 14 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan pada tingkatan nasional hingga kelurahan sasaran. Pada tingkatan lokal atau kelurahan sasaran, kegiatan sosialisasi dilakukan oleh Fasilitator bersama dengan Relawan, sejak tataran RT, RW, dusun dan hingga Kelurahan. Pada tingkatan kabupaten, anggota KBP bersama dengan KMW (Korkot/asisten Korkot) diharapkan dapat melakukan kegiatan sosialisasi secara lebih luas pada khalayak sasaran dalam cakupan kabupaten. Sedangkan pada tingkatan propinsi, KMW (Team Leader) dapat membangun pula komunitas peduli tingkat propinsi untuk ikut serta melaksanakan kegiatan sosialisasi pada tingkatan propinsi. Demikian pula hal yang sama berlaku pada tingkat Pusat/Nasional di Jakarta oleh KMP dan kelompok peduli tingkat nasional. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh fasilitator pada warga masyarakat tingkat kelurahan, perlu diarahkan pada terbangunnya kesadaran warga masyarakat kelurahan itu sendiri untuk melakukan kegiatan sosialisasi secara mandiri, terlepas dari hadir atau tidaknya konsultan pendamping. Hal ini sekaligus merupakan perwujudan dari masyarakat sebagai pelaku aktif program P2KP. Untuk itu diperlukan sebuah strategi kegiatan sosialisasi yang efektif dengan penggunaan multi jalur komunikasi. Prinsipnya, kegiatan sosialisasi menjadi tanggung jawab setiap pelaku P2KP dan juga setiap warga masyarakat yang peduli pada peningkatan kesejahteraan warga di lingkungannya 15 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Kapan Kegiatan SOSIALISASI harus dilakukan? Kegiatan sosialisasi dilakukan sejak awal dicanangkannya proyek P2KP, baik oleh KMW maupun KMP. Mengingat pentingnya peran kegiatan sosialisasi dalam menginternalisasi konsep dan nilai-nilai P2KP, maka kegiatan sosialisasi harus dilaksanakan secara terus-menerus dan berkelanjutan oleh konsultan ataupun oleh warga masyarakat sendiri, baik dalam masa proyek maupun setelah proyek secara administratif berakhir. Kegiatan sosialisasi dapat pula dilaksanakan pada saat warga memiliki acara-acara pertemuan, seperti arisan RW, pertemuan/acara keagamaan, pertemuan ibu-ibu PKK, dan lainnya. Prinsipnya, kapan saja dan dalam kesempatan apapun (sesuai kesepakatan warga) kegiatan sosialisasi dapat dilaksanakan Dimana saja Kegiatan SOSIALISASI dapat dilakukan ? Kegiatan sosialisasi dapat dilaksanakan secara formal, yaitu dengan cara mengundang resmi warga masyarakat untuk berkumpul di balai warga atau 16 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi kelurahan, (biasanya dalam jumlah besar), atau dapat juga dilaksanakan secara informal, dimana warga berkumpul dalam jumlah kecil (misalnya di warung kopi, di pinggir jalan, di teras rumah warga, dan sebagainya). Prinsipnya, dimanapun (sesuai kesepakatan warga) kegiatan sosialisasi dapat dilaksanakan Apa saja Media Bantu dalam Kegiatan SOSIALISASI? Media bantu kegiatan sosialisasi yang digunakan untuk program P2KP pada tingkat masyarakat lokal sebaiknya menggunakan Media Warga atau media komunitas. Media ini adalah media yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk berkomunikasi. Contoh media warga misalnya teater rakyat, koran kampung, papan pengumuman/informasi, ataupun radio komunitas yang dikemas untuk pemberdayaan. Kemudian, alat atau media bantu kegiatan sosialisasi yang sifatnya lebih umum antara lain adalah leaflet, poster, selebaran yang bernuansa lokal, VCD, juga media lain seperti kesenian tradisional. Media bantu digunakan sesuai dengan konteks yang akan disosialisasikan. Tentu saja, selain daya tarik juga yang perlu diperhatikan adalah segi pesan yang tidak menimbulkan interpretasi ganda dan dapat dengan mudah dipahami masyarakat. Dan khusus untuk media17 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi media yang digunakan dalam rembug-rembug warga, diupayakan agar dapat menumbuhkan terjadinya dialog diantara peserta rembug. Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk menumbuhkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap konsep P2KP serta mendorong terjadinya perubahan perilaku (kebiasaan) di masyarakat yang sesuai dengan prinsip dan nilai P2KP 18 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Peran Fasilitator dalam Pelaksanaan Kegiatan SOSIALISASI Tim Fasilitator akan dipandang oleh komunitas masyarakat sebagai petugas program P2KP dan dianggap sebagai sumber informasi pertama yang terdekat dan kompeten dalam memberikan informasi. Konsekuensinya, pertama, Fasilitator dianggap memiliki pengaruh, minimal menjadi perantara dalam menyalurkan kepentingan masyarakat terhadap para pengambil keputusan. Kedua, dikarenakan Fasilitator dianggap sebagai sumber informasi utama dan kompeten, maka setiap ucapan Fasilitator akan 19 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi diingat oleh masyarakat dan dapat dijadikan sebagai patokan/ukuran. Dengan kedua anggapan tersebut, maka Tim Fasilitator menempati kedudukan yang unik. bahkan peka terhadap kesan yang dibawanya. Tampilan, sikap, ucapan dan tindakannya tidak luput dari perhatian dan penilaian masyarakat. Ringkasnya, kesan terhadap Tim Fasilitator dan tingkat kepercayaan terhadapnya diyakini akan mempengaruhi sikap dan pandangan masyarakat terhadap konsep P2KP, yang selanjutnya akan mempengaruhi pelaksanaan P2KP. Status dan Pelaksanaan Peran Fasilitator dalam Kegiatan SOSIALISASI Dengan keunikannya, Tim Fasilitator pada dasarnya berstatus sebagai pembawa pesan atau pembawa amanat. Pada saat yang sama, juga berstatus sebagai subyek yang secara langsung melakukan transaksi sosial dengan menempatkan ‘pesan’ sebagai suatu alat. Tim Fasilitator akan memfasilitasi masyarakat untuk memahami pesan dan menanggapi isi pesan sehingga antara Fasilitator dan masyarakat akan terjadi proses dialogis. Sebagai pembawa amanat, Tim Fasilitator tentunya tidak boleh menyimpang dari isi pesan/amanat yang telah ditetapkan dalam P2KP. Kondisi ini menuntut perlunya kemampuan Tim Fasi20 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi litator untuk menilai reaksi dan serapan komunitas masyarakat. Kemampuan ini penting untuk mendorong tumbuh-kembangnya tingkat kesadaran yang dilandasi oleh pengertian dan pemahaman terhadap maksud dan tujuan P2KP. Situasi ini memposisikan Tim Fasilitator sebagai salah satu pelaku pada proses pembelajaran, yang mengedepankan proses dialogis. Pendekatan dialogis akan membutuhkan suasana dan kondisi dimana terciptanya kesetaraan, adanya suasana psikologis yang menunjang kebersamaan dan adanya kebutuhan atau minat dari pihak komunitas masyarakat untuk tertarik mengetahui dan ingin lebih memahami. Kesadaran akan masalah dan tantangan bersama pada tingkat kelurahan dengan tolok ukur pemberdayaan masyarakat, akan menjadi awal dari proses pembelajaran secara dialogis. Dengan pendekatan ini, komunitas masyarakat dapat menemukan nilai-nilai baru yang diharapkan oleh P2KP. Dan bilamana hal tersebut tercapai, maka Fasilitator dapat dikatakan telah memerankan dirinya sebagai agen perubahan. Dengan gambaran di atas, maka peran Fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi secara umum, adalah: 1. 2. Menyampaikan pesan berupa konsep P2KP termasuk tujuan, maksud, dan proses pencapaiannya. Pesan ini harus disampaikan sesuai dengan isi dan maknanya yang tercantum dalam koridor sebagai batasan acuan ucapan dan tindakan Fasilitator. Melakukan dialog dengan komunitas dalam rangka pemberdayaan, agar terbangun komunitas masyarakat yang mengerti dan memahami 21 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi maksud yang diinginkan oleh P2KP. Dengan pemahaman yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapat menerapkan konsep P2KP seperti yang telah digariskan, atas kesadaran kritis yang telah terbangun dalam diri masyarakat. Tujuan utama program P2KP adalah membangun manusia, meletakkan manusia pada harkat dan keberadaan martabatnya yang tinggi, saling mempedulikan satu sama lain, tidak membedakan sikap dan perlakukan karena kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, atau karena etnik maupun keturunan. Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan atau kepercayaan siapapun, menjunjung tinggi kemerdekaan tanpa melenyapkan kemerdekaan orang lain. Jadi terlalu sederhana kiranya untuk menganggap bahwa melalui dana BLM program P2KP akan mampu menyelesaikan atau menuntaskan kemiskinan masyarakat di kelurahan. Demikian pula menganggap bahwa masalah kemiskinan akan dapat diselesaikan semata-mata melalui dana atau uang. Kemiskinan hanya mampu diselesaikan melalui peningkatan mutu sumberdaya manusia, baik individu maupun sistem kemasyarakatan, bahkan melalui suatu keputusan kebijakan publik. Atas landasan inilah dibangun kerjasama warga untuk memecahkan persoalan bersama, masalah kemiskinan dan masalah lingkungan secara proporsional dan berkesinambungan. Sejalan dengan hal ini dapat diartikan bahwa keputusan dan tindakan ditempatkan menurut pro22 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi porsinya. Adalah tidak bermartabat dan tidak manusiawi kiranya, bilamana seseorang atau sekelompok warga menerima sesuatu yang sesungguhnya bukan menjadi haknya. Sebaliknya, juga tidak manusiawi dan bermartabat bila hak yang diterima seseorang atau sekelompok warga dianggap sebagai kepemilikan pribadi, tanpa mempedulikan adanya hak warga lain sesamanya. Terbentuknya kerjasama dan kebersamaan warga berdasarkan nilai-nilai di atas menjadi tujuan program yang sekaligus menjadi esensi program P2KP. Oleh karena itu kegiatan sosialisasi hendaknya mampu membangun pandangan, pendapat, dan konsensus komunitas masyarakat bahwa keberadaan dan pelaksanaan program adalah semata-mata sebagai alat/instrument dan bukan merupakan tujuan. Persiapan apa saja yang perlu dimiliki oleh Fasilitator Internalisasi Substansi P2KP Aktifitas internalisasi dilakukan melalui rembugrembug kajian intensif sebelum fasilitator dimobilisasi ke lokasi sasaran P2KP. Kegiatan ini dimaksudkan agar fasilitator mempunyai bekal yang cukup baik tentang konsep, subtansi maupun metodologi pelaksanaan P2KP pada tingkat lapangan. Di dalam rembug intensif ini, yang menjadi bahan kajian adalah tentang Subtansi P2KP, Prinsip dan Nilai P2KP, Siklus P2KP, konsep-konsep, koridor 23 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi pelaksanaan, pendekatan serta metodologi yang akan dilakukan di lapangan. Dengan dilakukannnya aktifitas internalisasi (sebagai kegiatan sosialisasi internal) oleh pelaksana P2KP, maka diharapkan kesulitan-kesulitan secara subtansial di lapangan akan bisa diminimalkan. Pemetaan Sosial Pemetaan Sosial dapat dikatakan sebagai aktivitas awal Fasilitator untuk melakukan kegiatan sosialisasi. Fasilitator bertindak sebagai representasi dari program P2KP yang akan dilaksanakannya. Sebelum melakukan pemetaan sosial, Fasilitator wajib untuk mengunjungi secara personal pejabat dan tokoh-tokoh kunci masyarakat dan menjelaskan tentang aktiftas yang akan dilakukannya. Hal ini, dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan program P2KP. Untuk tujuan ini, maka alat-alat kegiatan sosialisasi tahap awal yang minimal diperlukan adalah leaflet atau booklet tentang P2KP, serta kebijakankebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Pemetaan Sosial, dimaksudkan untuk meneropong maupun memahami tentang struktur sosial dan budaya setempat. Melingkupi kebiasaan-kebiasaan masyarakat, nilai-nilai, hubungan antar sosial, kegiatan keagamaan, kelembagaan, kelompok-kelompok dominan serta aktifitas keseharian masyarakat pada umumnya. 24 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Hasil dari pemetaan sosial, wajib dikaji dan dibahas dalam rapat Tim Kerja Sosialisasi (Tim Fasilitator, Korkot, TA Pelatihan, TA Monev dan TA Kegiatan sosialisasi KMW) untuk mencari dan menemukan strategi dan pendekatan kegiatan sosialisasi yang akan diterapkan. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan SOSIALISASI Kegiatan SOSIALISASI Awal Kegiatan sosialisasi awal dilaksanakan berdasarkan strategi maupun pendekatan yang telah dibuat dari hasil pemetaan sosial. Untuk itu, alatalat bantu kegiatan sosialisasi yang akan digunakan oleh Fasilitator harus telah diproduksi oleh KMW. Dikarenakan kegiatan sosialisasi awal ini lebih menitik beratkan pada level komunitas masyarakat, maka alat maupun media bantu kegiatan sosialisasi yang diproduksi harus bermuatan lokal dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai lokal yang ada. Media publikasi yang wajib ada pada kegiatan sosialisasi awal ini, adalah booklet, lembar balik, leaflet, poster tentang P2KP yang bernuansa lokal, dan VCD. Kegiatan sosialisasi awal, bisa dilakukan melalui berbagai bentuk media kegiatan masyarakat. Misalnya melalui kumpulan-kumpulan arisan, pertemuan keagamaan, warung kopi, kumpulan kesenian rakyat, serta kumpulan-kumpulan warga lainnya. Dan tentu saja alat atau media bantu kegiatan sosialisasi yang digunakanpun akan 25 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi berbeda sesuai dengan khalayak sasaran ada. yang Yang patut diperhatikan pada kegiatan sosialisasi awal oleh fasilitator adalah, memahami mana yang boleh dan tidak boleh diungkapkan, tidak mengobral janji-janji muluk, tidak menggurui, serta tidak arogan dalam hal menyatakan pendapat tentang konsep penanggulangan kemiskinan. Jadi kegiatan sosialisasi awal merupakan media dialog dan sekaligus media integrasi bagi Fasilitator ke dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat sasaran proyek, dimana masyarakat diharapkan akan memahami secara benar konsep P2KP. Dalam hubungan ini, secara khusus pesan utama Tim Fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi adalah: 1. Menjelaskan gagasan, maksud dan tujuan, serta prosedur P2KP secara argumentatif dan dialogis. 2. Menerima dan menghargai pengalaman, pandangan, pemahaman, aspirasi, informasi dan opini masyarakat dan mengajukan alternatif konsep P2KP sebagai salah satu solusi permasalahan. 3. Memfasilitasi terbentuknya konsensus dan komitmen dikalangan komunitas masyarakat untuk menerapkan program sebagaimana pesan atau amanat yang dimiliki Tim Fasilitator. 26 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Kegiatan SOSIALISASI berkelanjutan a. Sosialisasi Konsep/Materi Pemberdayaan Sosialisasi Konsep/Materi Pemberdayaan akan mencakup aktifitas kegiatan sosialisasi yang lebih menitik beratkan pada penerapan konsep-konsep pemberdayaan pada khalayak sasaran P2KP (masyarakat), dengan mempertimbangkan dinamika yang terjadi pada masyarakat. Konsep-konsep/Materi pemberdayaan yang dimungkinkan untuk disosialisasikan di masyarakat, adalah: Bagaimana masyarakat membentuk kelompok dinamika pembelajaran, pemecahan masalah, manajemen kelompok, perencanaan kegiatan kelompok, dan konsepkonsep pengembangan masyarakat lainnya yang menjadi daya dukung pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat di wilayah sasaran. Media atau alat yang dapat digunakan untuk kegiatan sosialisasi Konsep/Materi Pemberdayaan ini adalah; alat-alat peraga, komik, poster, VCD, dan lembar-lembar pembahasan yang bisa dicerna dengan mudah dipahami oleh masyarakat. Selanjutnya wadah untuk melakukan kegiatan sosialisasi adalah rembug warga, pertemuan keagamaan, arisan dan pertemuan warga lainnya, dimana metodologi yang harus diterapkan adalah melalui pendekatan partisipatif dan dialogis (interaktif). 27 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi b. Sosialisasi Materi Siklus P2KP: Merupakan aktivitas kegiatan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan siklus P2KP secara benar, yang dilakukan agar masyarakat memahami secara utuh tentang subtansi, proses serta metodologi pelaksanaan setiap tahapan siklus P2KP. Alat atau Media sosialisasi harus dibuat secara effektif dan bernuansa lokal, menyesuaikannya dengan karakter dari masing-masing khalayak sasaran. Untuk suatu kegiatan yang cukup besar, bisa digunakan alat atau media publikasi kegiatan, seperti radio, spanduk ataupun poster pemberitahuan dimana kegiatan sosialisasi tersebut dilangsungkan. Alat atau media sosialisasi yang bisa digunakan pada sosialisasi siklus P2KP ini, adalah poster, leaflet, komik, fotonovella, booklet, radio komunitas, teater rakyat, koran kampung, lembar diskusi, VCD, serta media-media komunitas lainnya. Khusus untuk media-media warga seperti teater rakyat, koran kampung, poster kampung maupun fotonovella, maka diharapkan dalam pembuatannya masyarakat ikut terlibat secara langsung. Untuk kegiatan sosialisasi melalui radio lokal, maka kemasan acara harus dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai daya tarik yang khusus. Misalnya acara talk show dipadukan dengan kesenian rakyat, maupun dipadukan dengan acaraacara yang menjadi pusat perhatian dan kesukaan masyarakat setempat. 28 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Media kegiatan sosialisasi yang lainnya adalah kumpulan kelompok-kelompok masyarakat yang telah ada, baik yang secara rutin dilakukan maupun yang sifatnya pertemuan-pertemuan untuk melakukan rembug-rembug masyarakat dan sebagainya. Untuk kegiatan sosialisasi materi siklus P2KP, maka pesan yang harus termuat dalam alat atau media bantu sosialisasi (sebelum kegiatan siklus dimulai) adalah : 1. Siklus atau kegiatan apa yang akan di sosialisasikan? 2. Apa Tujuan dari siklus tersebut? 3. Apa manfaatnya siklus bagi masya-rakat? 4. Untuk siapa kegiatan siklus dilakukan? 5. Siapa yang akan melakukan siklus tersebut? 6. Kapan dan dimana akan dilakukan ke-giatan siklus? 7. Bagaimana proses untuk melaksana-kan siklus? Terkait dengan kegiatan sosialisasi sebagai pertanggungjawaban terhadap publik setelah kegiatan siklus P2KP dilakukan, maka pesan yang harus disampaikan adalah: “Hasil-hasil apa saja yang didapatkan dari kegiatan siklus yang telah dilakukan”. Pesan ini disebarkan kepada masyarakat melalui alat atau media-media publikasi lokal maupun lembaga-lembaga lokal 29 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Untuk kegiatan sosialisasi materi siklus P2KP, maka pesan yang harus termuat dalam media sosialisai, minimal, adalah: a. Kegiatan sosialisasi RKM dan Hasil RKM b. Kegiatan sosialisasi RK dan Hasil RK c. Kegiatan sosialisasi PS dan hasil PS d. Kegiatan sosialisasi BKM dan Hasil Pembentukkannya e. Kegiatan sosialisasi PJM PRONANGKIS dan hasilnya f. Kegiatan sosialisasi KSM dan Hasil Pembentukkannya, jumlah serta jenis usahanya g. Kegiatan sosialisasi UP-UP dan hasil pembentukkannya h. Kegiatan sosialisasi BLM dan Pemanfaatannya Monitoring dan Evaluasi Kegiatan monitoring aktifitas sosialisasi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tingkat efektifitas pelaksanaan kegiatan sosialisasi tersebut, dari sisi pelaku maupun dari sisi alat atau media yang digunakannya. Juga untuk melihat tingkat perubahan yang terjadi di masyarakat (positif maupun negatif). Hasil dari monitoring dan evaluasi, diharapkan menjadi dasar untuk penyusunan kebijakan internal yang akan menyempurnakan strategi dan pendekatan kegiatan sosialisasi, untuk digunakan pada kegiatan kegiatan sosialisasi selanjutnya. 30 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Membangun Proses Dialog Proses dialogis tentunya akan dapat berjalan secara wajar bila tidak terjadi hambatan komunikasi. Komunikasi bisa terhambat bila salah satu pihak atau kedua-duanya tidak dapat menanggalkan topeng masing-masing. Komunikasi juga tidak efektif bila informasi yang diberikan terlalu banyak dan bila tidak terpusat pada satu topik. Juga dapat terjadi karena topik yang disampaikan terasa tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan mereka. Untuk mengatasi hambatan komunikasi, maka perlu dibentuk suasana kebersamaan dan keterbukaan. Secara praktis, keterbukaan dan kebersamaan ini antara lain dapat dimulai dengan membangun “ke-kita-an” yang sekaligus menghindari “ ke-kami-an”. Program kita, masalah kita, tujuan kita, harapan kita! Dialog dimulai dengan realitas yang diketahui oleh masyarakat. Tegasnya, dialog dimulai dari apa yang mereka tahu dan bukan dari apa yang ingin diketahui oleh Tim Fasilitator. Proses tersebut harus diupayakan tunjang oleh Tim Fasilitator untuk lebih banyak mendengarkan sekaligus mempelajari dan memahami pemikiranpemikiran, pemahaman-pemahaman, pandanganpandangan serta kepentingan masyarakat, sebagai dasar untuk menyusun topik-topik pembahasan yang dikaitkan dengan upaya pembangunan pemahaman masyarakat terhadap program P2KP. 31 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Membangun Kondisi/Situasi Pengenalan dan pemahaman terhadap masyarakat dapat merupakan syarat awal bagi pelaksanaan kegiatan sosialisasi. Pengenalan ini mencakup kebiasaan setempat, hubungan antar kelompok sosial, potensi sosial yang dapat mendorong atau menghambat program P2KP, pengenalan terhadap proyek-proyek yang pernah diluncurkan, kelompok-kelompok yang dominan atau berpengaruh, kepercayaan, serta hal-hal peka yang terdapat ditengah masyarakat berikut hubungan masyarakat dengan aparat/pejabat lokal. Selain itu untuk penggunaan jalur komunikasi interpersonal, maka pengenalan sikap, bahkan sifat serta kebiasaan khalayak sasaran juga penting untuk dicermati Informasi ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan cara mendengar, mengamati dan dialog dengan anggota masyarakat, yang diperkaya dengan pertemuan/pembicaraan ditingkat RW dan RT. Pengetahuan ini akan sangat berguna untuk menemukan jalan masuk, baik berupa bahasa yang digunakan, sikap yang tepat, bahkan upaya-upaya antisipatifsi yang dianggap bijak dan tepat. 32 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Membangun Kesan Kepercayaan dan Kepercayaan Pertemuan pertama dengan komunitas masyarakat merupakan titik kritis. Subtansi pertemuan pertama akan dapat berpengaruh pada langkah selanjutnya, baik terhadap Tim Fasilitator maupun keberlanjutan proyek. Kesan yang dimiliki masyarakat tentang Tim Fasilitator sebagai kesatuan dan sebagai individu, baik bahasa maupun sikap dan tindakan akan menjadi perhatian dan penilaian komunitas masyarakat. Dalam hal ini, kesan sebagai mitra perlu dibentuk, kesan sebagai petugas perlu dihindari. Terlebih kesan sebagai petugas yang memiliki kewenangan. Kebersamaan dapat dimulai dari kesan pertama. Kepercayaan akan tumbuh terhadap Tim Fasilitator apabila Fasilitator dapat menegakkan konsistensi pembicaraan dengan sikap, serta dapat menghargai pandangan komunitas masyarakat. Dan sebaiknya dihindari hal-hal yang bernuansa kecaman, penilaian, menggurui atau mengadili pendapat pihak lain atau terjadinya perdebatan yang tidak kondusif. Intinya, minimal menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan konflik dan membuat jarak dengan komunitas masyarakat. Sebaliknya transaksi sosial yang seakan menempatkan khalayak sasaran pada posisi yang lebih tinggi (dapat terjadi pada pendekatan persuasif) akan dapat mengurangi kepercayaan terhadap 33 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Fasilitator. Dalam situasi ini tidak mustahil Fasilitator seakan menjadi alat komunitas masyarakat yang dapat menghambat perannya sebagai agen perubahan. Terhadap kemungkinan-kemungkinan tersebut, sikap untuk lebih mendengar dan mencermati serta menganalisa situasi perlu dibangun dikalangan Fasilitator dalam rangka mempermudah transaksi sosial, khususnya dalam menyikapi opini dan pandangan komunitas masyarakat secara tepat, sesuai dengan ketentuan-ketentuan P2KP. Unsur-unsur yang dapat menjadi isu peka dalam transaksi sosial dengan komunitas masyarakat, antara lain: 1. Pembangunan masyarakat warga (civil society) dan pembentukan kebersamaan masyarakat kelurahan. 2. Kepentingan praktis, pemahaman, pengetahuan masyarakat, dan pandangan negatif terhadap proyek-proyek penanggulangan kemiskinan. Selain itu, untuk penggunaan jalur komunikasi interpersonal, maka pengenalan sikap, bahkan sifat serta kebiasaan khalayak sasaran juga penting untuk diperhatikan. Menghadapi tantangan ini, dibutuhkan kelenturan sikap tanpa harus meninggalkan koridor yang telah ditentukan. Sebaliknya pengalaman-pengalaman negatif yang ditemui atau dirasakan, dapat menjadi sumber belajar dan semangat bagi komunitas masyarakat untuk melakukan perubahan. 34 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Perlakuan Terhadap Kelompok-Kelompok Masyarakat Secara umum, di dalam khalayak sasaran akan ditemui kelompok yang akomodatif terhadap masukan, kelompok yang tidak peduli, frustasi, fatalis, atau bersikap menunggu. Beragamnya kelompok tersebut, harus disikapi dengan tidak diskiriminatif dalam perlakukan kegiatan kegiatan sosialisasi, perbedaan hanya pada bagaimana cara melakukan kegiatan sosialisasinya. Karena pemusatan perhatian kegiatan sosialisasi berorientasi pada penanggulangan musuh bersama (common enemy) dan menggali potensi masyarakat tanpa diskriminasi untuk menuju terbangunnya masyarakat warga. 35 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi CATATAN ISTILAH : Pendekatan Persuasif. Upaya menarik minat, simpati atau mengajak masyarakat untuk ikut program dengan cara membujuk. Dalam pendekatan ini Fasilitator cenderung untuk menyenangkan hati khalayak sasaran, bahkan cenderung untuk selalu mengalah. Pendekatan Dialogis Cara untuk membangun keterlibatan masyarakat dengan menempatkan pihak yang terlibat pada posisi subjek, melalui pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan saling memahami serta menghargai pesan masing-masing untuk memperoleh kesepahaman dan kesepakatan yang berpijak pada akal sehat. Proses Dialogis Rangkaian pertukaran pemahaman, pandangan, pengalaman, pengetahuan, informasi, aspirasi, kearifan, transaksi sosial dalam pelaksanaan dialog yang berpijak pada asas kesetaraan se36 Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi bagai manusia bebas dan unik. Proses ini tidak akan terwujud bila salah satu pihak atau kedua belah pihak berada pada suasana tekanan psikologis atau tidak dapat menanggalkan kepentingan dan status pribadi. Common Enemy (musuh bersama) Tantangan berupa masalah-masalah nyata atau masalah yang dirasakan oleh masyarakat untuk membentuk masyarakat warga (civil society) yang dapat berbentuk ketidakpedulian terhadap sesama, mau menang sendiri, serakah dan sebagainya. Masyarakat Warga (Civil Society) Himpunan masyarakat warga yang diprakarsai oleh warga, dikelola oleh warga secara mandiri dan damai yang berupaya memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama, memecahkan persoalan bersama, menyatakan kepedulian bersama, menghargai hak orang lain untuk berbuat sama, dan bebas dari atau merdeka terhadap institusi Negara, institusi keluarga, institusi agama dan pasar (Saad Ibrahim, W. Bank.,Des. 96) Konflik Laten Pertentangan yang bersifat tersembunyi ditengah masyarakat yang akan muncul apabila terdapat alasan atau momentum. Kelompok Fatalis Kelompok yang menolak setiap masukan yang diberikan. 37 Acuan Bagi Fasilitator Catatan 38 Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Catatan 39 Acuan Bagi Fasilitator Catatan 40 Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Acuan Bagi Fasilitator Bagaimana Melakukan Kegiatan sosialisasi Catatan 41