ABSTRAK ALMUFIDHA AGUSTYARTI. Penggerombolan Negara – Negara ASEAN+3 berdasarkan Kriteria Maastricht. Dibimbing oleh Hari Wijayanto dan Noer Azam Achsani. Kesuksesan wilayah Uni Eropa dalam menghasilkan suatu Single market (Euro), mendorong wilayah ASEAN juga ingin menciptakan penyatuan ekonomi dalam perwujudan single market. Pada KTT ASEAN yang diselenggarakan di Bali 2003 lalu, semua anggota ASEAN menyepakati “AEC plan” (ASEAN Economic Community)”. Sejalan dengan rencana tersebut, ternyata tidak hanya negara anggota ASEAN saja yang terlibat, tetapi juga melibatkan Jepang, Korea Selatan, dan China, sehingga muncul istilah di kalangan para ekonom, yaitu ASEAN+3. Secara teoritis, penyatuan ekonomi hanya bisa berjalan dengan baik ketika terdapat kemiripan atau kehomogenan diantara para anggotanya. Pada penelitian ini dilakukan penggerombolan negara ASEAN+3 dengan beberapa pendekatan multivariate yang hasilnya bisa digunakan sebagai alat bantu dalam penentuan kebijakan ekonomi dalam rangka perwujudan single market ASEAN+3. Penggerombolan negara ASEAN+3 yang dilakukan dengan beberapa metode yakni k-rataan dan fuzzy clustering c-means, memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Negara-negara maju cenderung menjadi satu kelompok, begitu pula seperti negara-negara berkembang yang juga membentuk kelompok tersendiri kecuali untuk negara Brunei Darussalam. Hasil penggerombolan dengan beberapa metode menunjukkan bahwa negara Brunei Darussalam cenderung membentuk kelompok tersendiri. Hal ini disebabkan karena Brunei merupakan suatu negara kecil yang cenderung kaya dan negara ini tidak memiliki hutang, selain itu juga negara Brunei cenderung mengalami surplus anggaran pemerintah setiap tahunnya. Kondisi negara Brunei Darussalam ini sangat mirip dengan kondisi negara Luxemburg di kawasan Uni Eropa. Hasil analisis penggerombolan k-rataan dan fuzzy c-means menunjukkan beberapa negara memperlihatkan pergeseran kelompok pada periode yang berbeda yaitu pada saat krisis dan setelah krisis ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis ekonomi yang terjadi, cenderung mempengaruhi perekonomian sebagian besar negara terutama negara yang sedang berkembang. Karakteristik masing-masing negara pada setiap peubahnya yang ditunjukkan pada analisis biplot memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan metode penggerombolan k-rataan dan fuzzy c-means. Hasil analisis procrustes menunjukkan bahwa semua negara mengalami pergeseran. Hal ini disebabkan oleh dampak krisis ekonomi yang mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Pergeseran yang tidak terlalu jauh dialami oleh sebagian besar negara seperti Jepang, China, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Korea Selatan, dan Phillipines. Hal ini diindikasikan dengan nilai R2 yang dihasilkan dari analisis procrustes sebesar 75.94%. Secara sistematis, dampak krisis ekonomi ini tidak linier atau tidak setara antar peubah pada masing-masing objeknya. Beberapa negara yang memperlihatkan pergeseran yang cenderung jauh seperti negara Laos, Myanmar, Cambodia, dan Indonesia ditunjukkan dengan nilai perbedaan dua konfigurasi saat krisis dan setelah krisis sebesar 24.06%. Hal ini dapat diartikan bahwa dampak krisis ekonomi sangat mempengaruhi perekonomian di negara tersebut. Dengan kata lain, negara – negara yang perekonomiannya sudah cenderung kuat tidak akan mengalami pergeseran yang jauh pada analisis procrustes ini. Sebaliknya, negara yang perekonomiannya masih labil akan mengalami pergeseran yang cenderung jauh. Kata kunci : k-rataan, fuzzy c-means, biplot, procrustes