penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar

advertisement
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA
GELOMBANG PINTAR UNTUK MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
Ni Ketut Rina Trisnawati1, Nyoman Wirya2, Didith Pramunditya Ambara3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected],
3
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif dalam
mengenal bentuk, warna dan bilangan pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran
2013/2014 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Buleleng setelah diterapkan metode bermain berbantuan media gelombang pintar. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan
subjek sebanyak 15 orang anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK
Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Data
penelitian tentang perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan
dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar format
observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan
metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan dengan
penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar pada siklus I sebesar
70% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II
menjadi 86,68% yang berada pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan perkembangan
kognitif pada anak sebesar 16,68%.
Kata kunci : bermain, gelombang pintar, perkembangan kognitif
Abstract
This research aimed at knowing the cognitive development in recognizing colors, shapes
and numbers of group B students, second semester of TK Widya Kumara Banjar Jawa
Singaraja, district of Buleleng, Buleleng regency, in academic year 2013/2014, after the
playing method using “Gelombang Pintar” media being applied. This research is a
classroom action research which is conducted in two cycles and the subject were 15
students of group B, second semester of TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja, district
of Buleleng, Buleleng regency, in academic year 2013/2014. Research data about
cognitive development in recognizing colors, shapes and numbers was obtained through
observation method by using observation sheet instrument. Data was analyzed by
descriptive statistic and descriptive quantitative analysis. The result of analyzed data
shows the increase of cognitive development in recognizing colors, shapes and numbers
by applying playing method using “Gelombang Pintar” media in cycle I of 70%, categorized
as moderate; in cycle II increase into 86.68%, categorized as high. So, there is an increase
of students’ cognitive development of 16.68%.
Key words : playing, “gelombang pintar”, cognitive development
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Di era globalisasi dewasa ini bangsa
Indonesia memerlukan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah
satu usaha penting yang mendukung
tumbuh kembangnya sumber daya manusia
yang
dimaksud
adalah
Pendidikan.
Pendidikan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Salah satu pendidikan yang dapat
mendukung fungsi pendidikan tersebut
yaitu pendidikan anak usia dini.
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003, menyatakan bahwa pendidikan anak
usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang
dilakukan
melalui
pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut
Hasan (2010:16-17)
tujuan
diselenggarakannya pendidikan anak usia
dini yaitu untuk membentuk anak Indonesia
yang berkualitas, anak yang tumbuh dan
berkembang
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya,
sehingga
memiliki
kesiapan yang optimal di dalam memasuki
pendidikan
dasar
serta
mengarungi
kehidupan di masa dewasa.
Pembelajaran pada anak usia dini
diarahkan pada pengembangan lima aspek
perkembangan anak seperti nilai-nilai
agama dan moral, motorik, kognitif,
kemampuan
berbahasa,
dan
sosioemosional. Untuk itu pembelajaran pada
anak usia dini harus dirancang agar anak
tidak merasa terbebani dalam mencapai
tugas perkembangannya.
Menurut Minnet (dalam Gunarti, dkk,
2004:2.24)
menyatakan
“bahwa
perkembangan
kognitif
merupakan
perkembangan dari pikiran (mind). Pikiran
merupakan bagian dari otak, bagian yang
digunakan untuk bernalar, berpikir, dan
memahami
sesuatu”.
Pengembangan
kognitif
bertujuan
mengembangkan
kemampuan berpikir anak untuk dapat
mengolah perolehan belajarnya, dapat
menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah, membantu anak
untuk mengembangkan kemampuan logika
matematis dan pengetahuan akan ruang
dan waktu, serta mempunyai kemampuan
untuk memilah-milah, mengelompokkan,
serta mempersiapkan kemampuan berpikir
secara teliti.
Perkembangan
kognitif
menjadi
sangat penting manakala anak akan
dihadapkan kepada persoalan-persoalan
yang menuntut kemampuan berpikir.
Masalah ini sering menjadi pertimbangan
mendasar di dalam membelajarkan mereka,
khususnya dalam mengenal bentuk-bentuk,
warna, dan bilangan. Hal tersebut dapat
diperbaiki jika orang-orang disekitarnya
membantu
untuk
meningkatkan
pemahaman anak. Salah satu cara untuk
membantu anak memahami dengan lebih
baik adalah dengan menggunakan metode
dan media.
Berdasarkan hasil observasi di TK
Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja
bulan
Juli
sampai
Oktober
2013
kemampuan kognitif anak kelompok B
berada pada kriteria perkembangan kognitif
sedang.
Pada
kenyataannya
media
pembelajaran yang digunakan di Taman
Kanak-kanak Widya Kumara Banjar Jawa
kurang inovatif. Guru hanya menggunakan
tulisan, gambar, dan balok-balok yang
tersedia di taman kanak-kanak untuk
mengenalkan bilangan, warna, dan bentuk
pada anak. Hal ini akan menimbulkan
perasaan bosan dari anak sehingga
perkembangan kognitif anak kurang
optimal. Hal ini sebenarnya tidak perlu
terjadi jika setiap guru atau fasilitator telah
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan
kreativitas mengenai media pembelajaran.
Banyak metode dan media yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
perkembangan bahasa anak usia dini.
Pemilihan metode yang tepat diikuti dengan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
pemilihan media yang tepat harus dilakukan
oleh guru sesuai dengan karakteristik serta
kondisi anak didik. Sesuai dengan
karakteristik anak usia dini yang bersifat
aktif dalam melakukan berbagai eksplorasi
terhadap lingkungannya, maka aktifitas
bermain merupakan bagian dari proses
pembelajaran anak. Oleh karena itu guru
harus dapat memilih metode yang sesuai,
salah satunya metode bermain.
Agar suasana belajar tidak menjadi
beban dan membosankan anak, suasana
belajar perlu dibuat secara alami, hangat
dan menyenangkan. Aktivitas bermain (play
activity) yang memberi kesempatan kepada
anak untuk berinteraksi dengan teman dan
lingkungannya
merupakan
hal
yang
diutamakan. Selain itu, karena anak
merupakan individu yang unik dan sangat
variatif, maka unsur variasi individu dan
minat anak juga perlu diperhatikan.
Dalam rangka mengembangkan diri
anak didik di taman kanak-kanak diperlukan
dukungan
sebagai
fasilitas,
sarana
prasarana, seperti media/alat peraga,
perabot kelas, ruang kelas, ruang bermain,
program-program yang memadai serta
suasana pendidikan taman kanak-kanak
agar pelayanan pendidikan bagi peserta
didik
taman
kanak-kanak
yang
bersangkutan dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya.
Perkembangan
anak
berlangsung secara berkesinambungan
yang berarti bahwa tingkat perkembangan
yang dicapai pada suatu tahap diharapkan
meningkat baik secara kuantitatif maupun
kualitatif pada tahap selanjutnya.
Anak dapat mencapai perkembangan
yang optimal jika didukung oleh adanya
media. Media pembelajaran merupakan
salah satu komponen pembelajaran yang
mempunyai
peranan
penting
dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru atau
fasilitator perlu mempelajari bagaimana
menetapkan media pembelajaran agar
dapat mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran
dalam
proses
belajar
mengajar.
Penerapan metode bermain akan
mampu
meningkatkan
perkembangan
kognitif anak dengan berbantuan media
gelombang pintar. Penggunaan media
sangat dibutuhkan dalam pembelajaran di
PAUD, dalam hal ini media dibutuhkan
sebagai pendukung metode yang telah
ditentukan. Media yang digunakan adalah
media yang dapat membantu anak
mengenal bilangan, bentuk dan warna.
Menurut pandangan Piaget (dalam
Djiwandono,
2004:73),
perkembangan
kognitif adalah hasil dari hubungan
perkembangan otak dan sistem nervous
dan
pengalaman-pengalaman
yang
membantu individu untuk beradaptasi
dengan lingkungannya. kognitif juga
dipandang sebagai suatu konsep yang luas
dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan
mental yang terlibat di dalam perolehan,
pengolahan, organisasi dan penggunaan
pengetahuan.
Proses
utama
yang
digolongkan di bawah istilah kognisi
mencakup:
mendeteksi,
menafsirkan,
mengelompokkan dan mengingat informasi;
mengevaluasi gagasan, menyimpulkan
prinsip
dan
kaidah,
mengkhayal
kemungkinan, menghasilkan strategi dan
berfantasi.
Tingkat pencapaian perkembangan
kognitif anak dibagi menjadi tiga yaitu
pengetahuan umum dan sains, konsep
bentuk, warna, ukuran dan pola, serta
konsep bilangan, lambang bilangan dan
huruf. Ada 5 faktor yang mempengaruhi
perkembangan
kognitif.
Pertama,
pembawaan. Dimana faktor ini ditentukan
oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang
dalam memecahkan masalah, antara lain
ditentukan oleh faktor bawaan. Kedua,
minat dan pembawaan yang khas. Dimana
minat mengarahkan perbuatan kepada
suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia
luar, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Ketiga,
pembentukan.
Dimana
pembentukan adalah segala keadaan diluar
diri
seseorang
yang
mempengaruhi
perkembangan kognitif. Disini dibedakan
antara pembentukan sengaja, seperti yang
dilakukan disekolah dan pembentukan yang
tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di
sekitarnya. Keempat, kematangan. Dimana
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
tiap organ tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap
organ manusia baik fisik maupun psikis,
dapat dikatakan telah matang, jika ia telah
tumbuh dan berkembang hingga mencapai
kesanggupan
menjalankan
fungsinya
masing-masing. Kelima, kebebasan. Berarti
manusia dapat memilih metode tertentu
dalam
memecahkan
masalah
yang
dihadapi. Disamping kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih
masalah
yang
sesuai
dengan
kebutuhannya.
Banyak metode dan media yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
perkembangan kognitif anak usia dini.
Pemilihan metode yang tepat diikuti dengan
pemilihan media yang tepat harus dilakukan
oleh guru sesuai dengan karakteristik serta
kondisi anak didik. Metode pembelajaran
untuk
anak
perlu
dirancang
dan
dipersiapkan dengan baik. Kondisi serta
karakter anak yang menjadi sumber
pertimbangan utama.
Berhasil tidaknya
anak melewati
masa ini tergantung dari bagaimana kita
memberikan stimulasi dan pemahaman
terhadap anak sehingga potensi yang ada
pada anak akan timbul secara terus
menerus
dan
berkesinambungan.
Perkembangan kognitif anak perlu dibekali
dengan pengalaman belajar. Pengalaman
belajar ini diperoleh oleh anak dengan baik
apabila pemilihan metode penyampaian
tepat. Upaya pengembangan kognitif anak
dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran
dapat dilakukan melalui kegiatan bermain
sambil belajar. Salah satunya penggunaan
media gelombang pintar melalui metode
bermain.
Metode bermain merupakan kegiatan
yang nonserius dan segalanya ada dalam
kegiatan itu sendiri yang dapat memberikan
kepuasan bagi anak. Latif (2013:110)
menyatakan bahwa metode bermain adalah
suatu kegiatan yang diharapkan mampu
mengembangkan
seluruh
potensi
kecerdasan anak. Masnipal (2013:124)
menyatakan metode bermain merupakan
suatu
kegiatan
yang
penuh
arti
(meaningful), karena bermain membuat
perasaan (sense) dalam “menyentuh”
pengalaman nyata dan penuh arti. Bermain
juga merefleksikan apa yang diketahui dan
apa
dapat
dilakukan
anak
untuk
membangun pengetahuan, keterampilan,
dan pengertian. Belajar dengan bermain
memberikan kesempatan kepada anak
untuk memanipulasi, mengulang-ulang,
menemukan
sendiri,
beresplorasi,
mempraktekkan,
dan
mendapatkan
bermacam-macam konsep serta pengertian
yang tidak terhitung banyaknya.
Priyono (2012) menyatakan bahwa
ada beberapa kelebihan metode bermain
diantaranya merangsang perkembangan
berfikir anak karena dalam bermain
membutuhkan
pemecahan
masalah
bagaiman melakukan permainan itu dengan
baik dan benar, melatih kemandirian anak
dalam melakukan sesuatu secara mandiri
tidak menggantungkan diri pada orang lain,
melatih kedisiplinan anak karena dalam
permainan ada aturan-aturan yang harus
ditaati dan dilaksanakan, anak lebih
semangat dalam belajar karena naluri anak
usia dini belajar adalah bermain yang
didalamnya mengandung pelajaran. Selain
terdapat kelebihan, metode bermain juga
memiliki kekurangan yaitu membutuhkan
biaya yang lebih karena dalam metode
bermain membutuhkan alat atau media
yang harus dipersiapkan terlebih dahulu,
membutuhkan ruang atau tempat yang
khusus sesuai dengan tipe permainan yang
dilakukan, sering terjadi saling berebut alat
atau media bermain antara anak yang satu
dengan yang lainnya apabila alat atau
medianya tidak
mencukupi.
Adapun
langkah-langkah
penerapan
metode
bermain yang biasa dilaksanakan di
lembaga taman kanak-kanak antara lain
tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
Penerapan
metode
bermain
berbantuan media gelombang pintar
sebagai salah satu metode dan media
pendekatan dalam pembelajaran akan
dapat memberikan kesempatan kepada
anak untuk memanipulasi, mengulangulang, menemukan sendiri, beresplorasi,
mempraktekkan,
dan
mendapatkan
bermacam-macam konsep serta pengertian
yang tidak terhitung banyaknya, selain itu
dapat memberikan pengalaman langsung
yang bersifat konkreat. Dengan demikian
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
metode tersebut akan dapat meningkatkan
perkembangan kognitif anak.
Penggunaan
media
perlu
pemahaman, karena untuk menghindari
terjebaknya para pemerhati dan praktisi
pendidikan dalam kegiatan yang tidak
mengacu pada kebutuhan anak secara
individual
maupun
kelompok.
Bila
pemerhati dan praktisi pendidikan dalam
kegiatan ini kurang cermat, maka tidak
jarang tercipta suasana belajar mengajar
yang membosankan bagi anak. Media
pembelajaran merupakan salah satu
komponen pembelajaran yang mempunyai
peranan penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Pemanfaatan media seharusnya
merupakan
bagian
yang
harus
mendapat perhatian guru dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu
guru
perlu
mempelajari
bagaimana
menetapkan media pembelajaran agar
dapat mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran
dalam
proses
belajar
mengajar.
Media gelombang pintar adalah
suatu
media
pembelajaran
yang
memberikan tantangan pada anak dan
dapat membantu anak mengenal bilangan,
bentuk dan warna dengan lebih mudah
sambil bermain. Media gelombang pintar
dapat
membantu
meningkatkan
perkembangan anak dengan lebih optimal,
terutama perkembangan kognitif dalam
mengenal bentuk, warna dan bilangan
anak.
Media gelombang pintar bernaung
dalam teori behaviorisme. “Perubahan
perilaku yang terjadi melalui proses
stimulus respon yang bersifat mekanis.
Oleh karena itu, lingkungan yang
diorganisasikan akan dapat memberikan
stimulus yang baik, sehingga pengaruh dari
stimulus
tersebut
diharapkan
dapat
memberikan respon dan hasil yang
diharapkan” (Conny dalam Latif, 2013:73).
Guru dapat membuat bentuk lingkaran
pada anak-anak agar stimulus positif yang
diberikan dapat secara langsung dilihat oleh
anak, sehingga anak dapat memberikan
respon positif terhadap stimulus yang
diberikan.
Jerome
Bruner
(dalam
isjoni,
2011:78), teorinya dikenal dengan “Free
Discovery Learning”. Menurut teori ini
proses belajar akan berjalan dengan baik
dan
kreatif
jika
guru
memberikan
kesempatan pada anak untuk menemukan
sesuatu melalui contoh-contoh yang
digambarkan
atau
yang
menjadi
sumbernya. Pada penerapan media
gelombang pintar, anak akan secara
langsung diberikan kesempatan untuk
menggunakan media gelombang pintar.
Anak akan dapat mengenal bentuk, warna
dan bilangan secara langsung dari
penggunaan media gelombang pintar.
Teori lain yang melandasi media
gelombang pintar adalah teori operant
conditioning dari Skinner. “Konsekuensikonsekuensi yang menyenangkan akan
meningkatkan frekuensi seseorang untuk
melakukan
perilaku
yang
serupa”
(Budayasa dalam Trianto, 2009:40). Anak
akan merasa sangat tertarik menggunakan
media
gelombang
pintar.
Hal
ini
dikarenakan
anak
ingin
mencoba
menggunakan media gelombang pintar ini
sampai anak tersebut berhasil terlebih
dahulu.
Maka dari itu, perlu dilakukan
penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan
tindakan
tertentu
yang
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi.
Dengan
serangkaian
tindakan
itu,
diharapkan dapat mengubah suasana
pembelajaran yang lebih memungkinkan
anak
terlibat
secara
aktif
dan
menyenangkan. Penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui
peningkatan
perkembangan kognitif anak setelah
menerapkan metode bermain berbantuan
media gelombang pintar pada anak
kelompok B Semester II Tahun Pelajara
2013/2014 di TK Widya Kumara Banjar
Jawa Singaraja.
METODE
Subjek penelitian ini adalah anak TK
sebanyak 15 orang kelompok B semester II
di TK Widya Kumara Banjar Jawa
Singaraja. Sedangkan objek yang ditangani
dalam penelitian ini adalah perkembangan
kognitif anak dalam mengenal bentuk,
warna dan bilangan kelompok B semester II
di TK Widya Kumara Banjar Jawa
Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
dalam dua siklus yang dirancang selama 16
kali pertemuan dan dilaksanakan pada
semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Rancangan penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan kelas yang
mengacu pada teori yang dikemukakan
oleh Suyanto (2007:1) bahwa PTK
merupakan salah satu upaya praktis dalam
bentuk
melakukan
kegiatan
untuk
melakukan kegiatan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan mutu pembelajaran
di kelas. PTK merupakan kegiatan yang
langsung berhubungan dengan tugas guru
sehari-hari
dilapangan
atau
dikelas
sehingga merupakan hal yang mereka
kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya,
PTK merupakan penelitian praktis yang
dilakukan sebagai refleksi pengajaran dan
bertujuan untuk memperbaiki praktik
pembelajaran yang ada saat ini. Dalam satu
siklus penelitian terdapat empat komponen
yaitu,
rencana (planning),
observasi
(observation), tindakan (action), dan refleksi
(reflection).
Pelaksanaan
penelitian
dilakuakn dalam dua siklus sebagai berikut.
(gambar 1)
1
4.
I
2.
3.
1
I
4.
2.
3.
?
Gambar
0.1
Rancangan
Penelitian
Tindakan Kelas Arikunto
Keterangan:
1
= Perencanaan
2
= Tindakan (Pelaksanaan)
3
= Observasi
4
= Refleksi
I
= Siklus I
II
= Siklus II
?
= Siklus berikutnya
Tahapan
yang
pertama
yaitu
perencanaan merupakan perencanaan
yang
dilakukan
untuk
memperbaiki,
meningkatkan
proses
pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan pada rencana
tindakan ini adalah: menyamakan persepsi
dengan metode dan media yang akan
digunakan, menyusun Rencana Kegiatan
Harian (RKH), menyiapkan alat dan bahan
yang akan dipakai dalam kegiatan
pembelajaran, d) mengatur posisi anak
dalam melaksanakan kegiatan, menyiapkan
instrumen penilaian. Tahapan yang kedua
yaitu pelaksanaan adalah upaya yang
dilaksanakan oleh guru/peneliti untuk
melakukan perbaikan atau peningkatan
yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan
pada rancangan pelaksanaan ini adalah
melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan rencana kegiatan harian (RKH)
yang telah dipersiapkan.
Tahapan ketiga yaitu observasi
dilakukan untuk mengetahui hasil dari
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan
pada rancangan evaluasi ini adalah
penilaian pemahaman anak, penilaian
keaktifan dalam melaksanakan kegiatan,
penilaian terhadap kemampuan anak
menggunakan media. Observasi dilakukan
untuk mengamati guru dan anak daam
proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan
yang dilakukan dalam observasi ini adalah
penilaian pemahaman anak, penilaian
keaktifan dalam melaksanakan kegiatan, c)
penilaian terhadap kemampuan anak
menggunakan media gelombang pintar,
mengobservasi guru dalam membuka,
menyampikan
materi,
dan
menutup
kegiatan pembelajaran.
Tahapan keempat yaitu refleksi
dilakukan untuk melihat, mengkaji dan
mempertimbangkan dampak tindakan yang
telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi
ini, peneliti bersama-sama guru dapat
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
melakukan
perbaikan
kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan pada rancangan
refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan
merenungkan hasil penilaian terhadap
pelaksanaan tindakan tersebut dengan
maksud jika terjadi hambatan, akan dicari
pemecahan
masalahnya
untuk
direncanakan
tindakan
pada
siklus
selanjutnya. Alternatif tindakan ini akan
ditetapkan menjadi tindakan baru pada
rencana tindakan dalam penelitian kelas
siklus II.
Untuk
mengumpulkan
data
perkembangan kognitif dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi dengan
instrumen berupa lembar observasi. Agung
(2012:61) mengemukakan bahwa “metode
observasi adalah suatu cara memperoleh
data
dengan
jalan
mengadakan
‘pengamatan dan pencatatan’ secara
sistematis
tentang
suatu
objek
tertentu”.Observasi dilakukan pada saat
pelaksanaan tindakan pada masing-masing
siklus dengan menggunakan instrumen
penilaian. Setiap kegiatan yang diobservasi
dikategorikan ke dalam kualitas yang
sesuai yaitu anak belum berkembang
dengan tanda satu bintang ( ), anak mulai
berkembang dengan tanda dua bintang
(
), anak sudah berkembang dengan
tanda tiga
bintang (
), anak
berkembang sangat baik dengan tanda
empat bintang (
) (Permendiknas
No. 58,2009:11).
Data hasil penelitian dianalisi dengan
menggunakan metode analisis statistik
deskriptif dan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Agung (2012:67) menyatakan
bahwa ada dua jenis metode analisis
statistik yaitu metode analisis statistik
deskriptif dan metode analisis statistik
inferensial. Dalam hubungan ini, Agung
(2012:67) menyatakan bahwa metode
analisis statistik deskriptif ialah suatu cara
pengolahan data yang dilakukan dengan
jalan menerapkan rumus-rumus statistik
deskriptif seperti tabel distribusi frekuensi,
menghitung modus atau frekuensi tertingi
(Mo), menghitung median atau nilai tengah
(Me), menghitung angka rata-rata (mean),
dan
menyajikan data ke dalam grafik
polygon untuk menggambarkan keadaan
suatu objek tertentu sehingga diperoleh
kesimpulan umum.
Dalam penerapan metode analisis
statistik deskriptif ini, data yang diperoleh
dari hasil penelitian analisis dan disajikan
ke dalam tabel distribusi frekuensi,
menghitung modus atau frekuensi tertingi
(Mo), menghitung median atau nilai tengah
(Me), menghitung angka rata-rata (mean),
dan
menyajikan data ke dalam grafik
polygon.
Untuk
menentukan
tingkat
perkembangan kognitif dalam mengenal
bentuk, warna dan bilangan pada anak
dapat dihitung dengan membangdingkan
ratrata persen (M%) dengan PAP Skala
Lima tentang Perkembangan Kognitif
dalam Mengenal Bentuk, Warna, dan
Bilangan Anak (Agung, 2010:9) seperti
pada tabel 1.
Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala
Lima tentang Perkembangan
Kognitif dalam Mengenal Bentuk,
Warna, dan Bilangan Anak
Persentase
90 − 100
80 − 89
65 − 79
55 − 64
0 − 54
Kriteria
Pemahaman
Perkembangan Aspek
Kognitif
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil data perkembangan kognitif
anak diolah dengan memasukkan data ke
tabel
distribusi
frekwensi
untuk
memudahkan peneliti dalam menghitung
mean (M), median (Me) dan modus (Mo)
dan disajikan dalam grafik polygon.
Kemudian tingkatan perkembangan kognitif
anak
dapat
ditentukan
dengan
membandingkan rata-rata atau mean
dengan model Penilaian Acuan Patokan
(PAP) skala lima tentang Perkembangan
Kognitif dalam Mengenal Bentuk, Warna,
dan Bilangan Anak. Dari tabel distribusi
frekuensi perkembangan kognitif pada anak
kelompok B pada siklus I dapat
digambarkan menjadi grafik polygon
(gambar 2).
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
5
4
3
2
1
0
8
9
10
11
12
13
14
Gambar 2 Data Peningkatan
Perkembangan Kognitif Siklus I
Berdasarkan perhitungan dan grafik
polygon di atas terlihat Mo < Me < M (10 <
11 < 11,2), sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebaran data perkembangan kognitif
dalam mengenal bentuk, warna dan
bilangan pada sikus I merupakan kurve
juling positif yang menandakan rerata skor
perkembangan kognitif pada siklus I
cenderung sedang. Dari hasil pengamatan
dan temuan penulis selama pelaksanaan
tindakan pada siklus I terdapat beberapa
kendala-kendala
yang
menyebabkan
perkembangan kognitif dalam mengenal
bentuk, warna dan bilangan pada anak
masih berada pada kriteria sedang,
sehingga perkembangan kognitif dalam
mengenal bentuk, warna dan bilangan itu
masih perlu ditingkatkan pada siklus II.
Adapun
kendala-kendala
yang
dihadapi peneliti saat penerapan siklus I
antara lain ada pertemuan awal anak masih
terlihat bingung dengan peraturan yang
ditetapkan dalam penerapan metode
bermain
berbantuan media gelombang
pintar, banyak anak yang tidak sabar untuk
menggunakan media gelombang pintar
sehingga suasana kelas menjadi gaduh,
beberapa anak awalnya belum terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan masih
keliru dengan nama-nama bentuk geometri.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi kendala-kendala di
atas adalah dengan menjelaskan kembali
peraturan yang telah diterapkan pada anak
dengan lebih terperinci dan perlahan-lahan.
Selain itu agar anak bisa bersabar dan
mengikuti peraturan berdasarkan teori
behaviorisme. “perubahan perilaku yang
terjadi melalui proses stimulus respon yang
bersifat mekanis. Oleh karena itu,
lingkungan yang diorganisasikan akan
dapat memberikan stimulus yang baik,
sehingga pengaruh dari stimulus tersebut
diharapkan dapat memberikan respon dan
hasil yang diharapkan” (Conny dalam Latif,
2013:73), maka guru akan membentuk
lingkaran
pada
anak-anak
yang
menggunakan media gelombang pintar,
sehingga anak-anak tahu gilirannya untuk
mengggunakan media gelombang pintar.
Serta menuntun dan mengarahkan anak
untuk menggunakan menggunakan media
gelombang pintar serta memberikan
motivasi dan penguatan kepada anak
berupa pemberian bintang pada anak yang
mau mengunakan media gelombang pintar.
Bintang yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki anak. Guru juga
menjelaskan dengan lebih baik nama-nama
bentuk yang terdapat pada gelombang
pintar sehingga anak dapat memahami
dengan baik.
Pada
siklus
II,
hasil
data
perkembangan kognitif anak diolah dengan
memasukkan data ke tabel distribusi
frekwensi untuk memudahkan peneliti
dalam menghitung mean (M), median (Md)
dan modus (Mo) dan disajikan dalam grafik
polygon.
Kemudian
tingkatan
perkembangan
kognitif
anak
dapat
ditentukan dengan membandingkan ratarata atau mean dengan model Penilaian
Acuan Patokan (PAP) skala lima tentang
Perkembangan Kognitif dalam Mengenal
Bentuk, Warna, dan Bilangan Anak. Dari
tabel distribusi frekuensi perkembangan
kognitif pada anak kelompok B pada siklus
II dapat digambarkan menjadi grafik
polygon (gambar 3).
Melalui
perbaikan
proses
pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
siklus I maka pada pelaksanaan siklus II
tampak
adanya peningkatan proses
pembelajaran yang diperlihatkan melalui
peningkatan perkembangan kognitif anak.
Berdasarkan perhitungan dan grafik
polygon di atas terlihat Mo < Me < M (15 <
14 < 13,87), sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebaran data perkembangan kognitif
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
dalam mengenal bentuk, warna dan
bilangan pada sikus II merupakan kurve
juling negatif yang menandakan rerata skor
perkembangan kognitif pada siklus II
cenderung tinggi.
5
4
3
2
1
0
11
12
13
14
15
16
Gambar 3 Data Peningkatan
Perkembangan Kognitif Siklus II
Adapun
temuan-temuan
yang
diperoleh selama pelaksanaan tindakan
siklus II adalah sebagai berikut. Satu,
Secara garis besar proses pembelajaran
telah berjalan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah
dibuat, sehingga perkembangan kognitif
anak dalam mengenal bentuk, warna dan
bilangan dengan penerapan metode
bermain berbantuan media gelombang
pintar meningkat sesuai dengan harapan.
Kedua, Anak yang awalnya kurang aktif dan
kurang tertarik dalam mengikuti proses
pembelajaran menjadi lebih aktif dan
sangat tertarik dengan penerapan metode
bermain berbantuan media gelombang
pintar yang akan dilakukan. Tiga, dalam hal
ini peran guru sangat penting dalam
memberikan bimbingan pada anak apabila
ada hal yang belum mereka pahami
mengenai
kegiatan
yang
diberikan,
sehingga tidak ada kekeliruan nantinya
dalam pemahaman anak.
Secara umum proses pembelajaran
dengan penerapan metode bermain
berbantuan media gelombang pintar telah
berjalan dengan baik terlihat dari adanya
peningkatkan
perkembangan
kognitif
dalam mengenal bentuk, warna dan
bilangan anak dari siklus I ke siklus II,
sehingga dipandang penelitian ini cukup
pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif
diperoleh
rata-rata
persentase
perkembangan kognitif dalam mengenal
bentuk, warna dan bilangan melalui
penerapan metode bermain berbantuan
media gelombang pintar pada siklus I
sebesar 70% dan rata-rata persentase
perkembangan kognitif dalam mengenal
bentuk, warna dan bilangan melalui
penerapan metode bermain berbantuan
media gelombang pintar pada siklus II
sebesar 86,68%. Ini menunjukkan adanya
peningkatan
rata-rata
persentase
perkembangan kognitif dalam mengenal
bentuk, warna dan bilangan anak dari siklus
I ke siklus II sebesar 16,68%.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
terdapat
peningkatan
perkembangan
kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan
bilangan pada anak kelompok B di TK
Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja
setelah diterapkannya metode bermain
berbantuan media gelombang pintar
sebesar
16,67%.
Ini
terlihat
dari
peningkatan
rata-rata
persentase
kemampuaan belajar kognitif pada siklus I
sebesar 70% menjadi 86,67% pada siklus
II, yang berada pada kriteria tinggi.
Saran yang dapat diberikan di dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pertama, kepada guru, disarankan lebih
kreatif dan inovatif dalam memilih metode
serta media pembelajaran yang sesuai
dengan tema pembelajaran, sehingga anak
lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan suasana pembelajaran
menjadi menyenangkan. Kedua, kepada
kepala TK, disarankan mampu memberikan
informasi tentang metode dan media
pembelajaran yang paling tepat dengan
upaya menerapkan strategi pembelajaran
yang efektif dan efisien di sekolah. Ketiga,
kepada peneliti lain, peningkatan rata-rata
persentase perkembangan kognitif dalam
mengenal bentuk, warna dan bilangan anak
dari siklus I ke siklus II sebesar 16,68% dan
hasil penelitian ini baru sampai pada kriteria
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
tinggi. Hal ini disebabkan keterbatasan
waktu yang diberikan oleh sekolah dalam
melakukan penelitian, sehingga tidak dapat
dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Oleh
karena itu disarankan pada peneliti lain
agar dapat melakukan suatu penelitian
lebih lanjut tentang penerapan metode
bermain berbantuan media gelombang
pintar untuk meningkatkan perkembangan
kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan
bilangan anak, sehingga mencapai hasil
yang optimal dan berada pada kriteria
sangat tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah
Statistika Deskriptif. Singaraja: FIP.
-------. 2010. Penelitian Tindakan Kelas
(Teori dan Analisis Data dalam PTK).
Makalah disajikan pada Workshop
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, FIP Undiksha, Singaraja 27
September 2010.
-------.
2012.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha.
Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri., Aswan Zain.
2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djiwandono,
S.EW.
2004.
Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Gunarti, dkk. 2010. Metode Pengembangan
Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Hasan,
Maimunah.
2010.
(Pendidikan
Anak
Usia
Jogjakarta: Diva Press.
PAUD
Dini).
Latif, Mukhtar., Zukhairinia., Rita Zubaidah.,
Muhammad Afandi. 2013. Orientasi
Baru Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana Predana Media
Group.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomer 58 Tahun
2009, tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan
Nasional
Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menegah Direktorat
Pembina TK dan SD.
Priyono, Ali. 2012. Kelebihan dan
Kekurangan
Metode
Bermain.
Tersedia
pada
http://id.shvoong.com/social
sciences/education/2249726
kelebihan-dan-kekurangan-metodebermain.html. (diakses tanggal 22
Januari 2014).
Sahibun Nikmah. 2012. Penggunaan
Metode
Permainan
dalam
Pembelajaran
IPA
untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Anak. Tugas Akhir (tidak
diterbitkan).
Jurusan
Pendidikan
Dasar
Universitas
Tanjungpura
Pontianak.
Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas: Pengembangan dan
Refleksi Dosen dan Guru. Makalah
Disajikan dalam Kegiatan Semlok
PTK dan Inovasi Pembelajaran yang
Mendidik
di
SD
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Singaraja,
Singaraja.
Trianto.
2009.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif:
Konsep,
Landasan,
dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Predana Media
Group.
Download