e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI BERMAIN OUTDOOR PADA ANAK KELOMPOK B Ni Gst Putu Wahyu Suryastuti1, Desak Putu Parmiti2, Mutiara Magta3 1,3 Jurusan Pendidikan Guru PAUD, 2Jurusan Pendidikan Guru SD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail: [email protected], [email protected] , [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah diterapkan bermain outdoor pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dari penelitian ini adalah anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya Dhikrama yang berjumlah 20 orang anak. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Data penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan melalui metode observasi menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata persentase peningkatan kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah dan mengenal konsep bentuk, warna, dan ukuran pada anak setelah diterapkan bermain outdoor. Pada siklus I rata-rata persentase kemampuan kognitif sebesar 66,25% berada pada kategori sedang, sedangkan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 87% yang berada pada kategori tinggi. Jadi penerapan bermain outdoor dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. Kata-kata kunci: bermain outdoor, kemampuan kognitif, kelompok B. Abstract This study aims to determine the increase in cognitive ability after being applied on children's outdoor play group B the second semester of 2015/2016 academic year in kindergarten Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng, Bali. This research is a classroom action research (PTK). The subject of this study is children in group B the second semester of 2015/2016 academic year in kindergarten Purwa Widya Dhikrama totaling 20 children. The study was conducted in two cycles. This class action research data were collected through observation using the observation sheet. Analyzed using descriptive statistics and statistical analysis of quantitative descriptive. The result showed that an increase in the average percentage increase in cognitive abilities in solving the problem and recognize the concept of form, color, and size of the child after application of outdoor play. In the first cycle the average percentage of 66.25% of cognitive abilities in middle category, while there was an increase in the second cycle of 87% is at the high category. So the application of outdoor play can enhance cognitive abilities of children in group B the second semester of 2015/2016 academic year in kindergarten Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng, Bali. Keywords:outdoorplay,cognitiveability,groupB. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh keberhasilan pendidikan yang diperolehnya sejak usia dini. Pada dasarnya pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar bagi kemajuan kehidupan manusia di masa yang akan datang. Pada masa golden age, anak memerlukan stimulus pendidikan yang tepat untuk mengembangkan segala aspek perkembangannya, karena pada usia ini anak mulai meniru, melihat dan mendengarkan tingkah laku orang lain di lingkungan sekitarnya. Meningkatkan aspek perkembangan setiap anak, diperlukan lingkungan yang mendukung tercapainya perkembangan anak secara optimal. Salah satu lingkungan yang dapat membantu menstimulasi setiap perkembangan anak adalah lembaga pendidikan anak usia dini. Pendidikan yang diberikan kepada anak di PAUD merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan yang berguna bagi perkembangan anak. Kegiatan yang disesuaikan dengan perkembangan anak diharapkan dapat mengembangkan semua aspek perkembangan dan potensi anak. Aspek perkembangan yang dikembangkan di setiap kegiatan di PAUD, adalah aspek perkembangan fisik motorik, aspek perkembangan sosial dan emosional, aspek perkembangan bahasa, aspek perkembangan nilai agama dan moral, dan aspek perkembangan kognitif. Kelima aspek perkembangan ini saling berkaitan satu sama lain, karena jika satu aspek perkembangan terhambat maka akan menganggu aspek perkembangan lainnya. Salah satu dari kelima aspek perkembangan yang sangat berperan penting dalam kehidupan anak adalah aspek perkembangan kognitif. Piaget (dalam Mutiah, 2010:101) mengungkapkan bahwa, kognitif adalah cara berfikir anak untuk menciptakan sendiri pengetahuannya tentang dunianya melalui interaksi mereka. Interaksi yang dilakukan oleh anak akan mengembangkan kemampuan berfikirnya sehingga pengetahuan anak tentang sesuatu hal akan semakin bertambah. Piaget (dalam Sujiono, 2009:120) juga menerangkan bahwa, perkembangan kognisi adalah interaksi dari hasil kematangan manusia dan pengaruh lingkungan. Manusia secara aktif mengadakan hubungan dengan lingkungannya, menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang merupakan proses interaksi untuk mengembangkan aspek kognitif. Seorang guru sebaiknya tidak hanya memperhatikan hasil yang diperoleh anak pada setiap kegiatan, tetapi guru harus memahami proses anak untuk mencapai pada hasil yang diinginkan. Jadi guru tidak hanya menilai hasil akhir yang diperoleh anak dalam suatu kegiatan, namun juga memperhatikan setiap langkah-langkah yang dilakukan oleh anak untuk mencapai hasil tersebut. Guru dapat dikatakan berhasil memberikan pengalamanpengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak, apabila guru dalam memberikan pengalaman tersebut memperhatikan tahap fungsi kognitif dan pendekatan yang tepat, sehingga anak dapat sampai pada hasil yang diinginkan. Guru juga harus mendorong anak untuk aktif dalam setiap kegiatan dan memberikan kebebasan kepada anak untuk membangun pengetahuannya. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan guru adalah setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda, tentunya setiap anak memiliki perbedaan dalam laju perkembangan. Berdasarkan hal tersebut, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. Aktivitas dalam bentuk kelompok mengajarkan kepada anak untuk saling berinteraksi dengan teman dalam satu kelompoknya, sehingga kemampuan bersosialisasi juga dapat berkembang. Piaget (dalam Santrock, 2007:243) yakin bahwa terdapat proses-proses penting yang digunakan anak untuk membangun pengetahuannya, yang meliputi skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan, dan penyeimbangan. Berdasarkan uraian e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) proses membangun pengetahuan pada anak, dapat disimpulkan bahwa, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif, tetapi orang tersebut secara aktif mengkontruksi pengetahuannya. Piaget (dalam Jahja, 2011:115) membagi tahapan perkembangan anak menjadi empat periode utama, yaitu tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), tahap praoperasional (usia 2-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahundewasa). Keempat tahapan tersebut saling berkolerasi dengan semakin bertambahnya usia anak. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak yang berada pada tahap praoperasional, yaitu anak yang berada pada usia Taman Kanakkanak (usia 5-6 tahun). Karakteristik kemampuan kognitif anak pada tahap praoperasional diantaranya yaitu, kemampuan menggunakan simbol, memahami indentitas, memahami sebab akibat, mampu mengklasifikasi, dan memahami angka (dalam Papalia, dkk, 2010:324). Kemampuan menggunakan simbol yang dimaksud yaitu, anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek, orang atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Memahami identitas artinya anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak mengubah karakter alamiah sesuatu. Kemampuan mengklasifikasi yang dimaksud adalah anak mampu mengorganisir objek, orang, dan peristiwa ke dalam kategori yang memiliki makna. Perkembangan kognitif tentunya dapat berbeda pada setiap anak, hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Susanto (2011:159) mengutarakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang, diantaranya adalah: a) faktor hereditas/keturunan; b) faktor lingkungan; c) faktor kematangan; d) faktor pembentukan; e) faktor minat dan bakat; dan f) faktor kebebasan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak juga diungkapkan oleh Santrock (2007:10-15), diantaranya: a) kesehatan dan kesejahteraan; b) Keluarga dan pengasuhan anak; c) pendidikan; d) konteks sosial dan budaya (budaya, etnis, dan status sosial ekonomi). Solihin, dkk (2013:63) mengungkapkan bahwa gizi yang diperoleh anak sejak dalam kandungan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Kekurangan gizi pada anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada anak. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak yang saling berkaitan satu sama lainnya. Jadi, dalam mengembangkan perkembangan kognitif anak, guru tidak bisa hanya melihat dari satu faktor saja, namun juga harus memperhatikan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan anak. Berdasarkan hasil observasi di TK Purwa Widya Dhikrama Desa Nagasepaha pada anak kelompok B, ditemukan permasalahan pada kemampuan kognitif anak. Hal tersebut terlihat pada proses pembelajaran berlangsung, permasalahan sebagian anak adalah: (a) anak belum mampu memecahkan masalah sederhana; (b) anak belum mampu untuk mengenal bentuk, ukuran, dan warna; (c) anak belum mampu untuk mengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu. Berdasarkan data penilaian anak, terdapat 4 orang anak yang mendapat bintang satu (*), 10 orang mendapat bintang dua (**), dan 6 orang mendapat bintang tiga (***). Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan anak belum berkembang dengan baik. Pada saat anak diberikan kegiatan menunjukkan kejanggalan suatu gambar pada majalah, anak belum mampu melakukannya. Terlihat anak masih bingung menemukan kejanggalan yang ada pada gambar di majalah. Pada kegiatan lain, anak diminta untuk menemukan solusi terhadap permasalahan yang diberikan guru, namun anak belum mampu melakukannya. Penyebab kemampuan kognitif anak yang masih kurang diantaranya: a) anak kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh pengetahuannya melalui e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) kegiatan praktek langsung, karena anak hanya mendengarkan penjelasan guru, sehingga dalam kegiatan anak kurang aktif; b) penggunaan media dan pemilihan aktivitas yang kurang menarik minat anak, karena dalam kegiatan guru lebih banyak menggunakan lembar kerja dan metode pemberian tugas yang dilakukan di dalam kelas selama satu jam pelajaran; c) guru kurang memahami karakteristik perkembangan setiap anak, karena setiap anak memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda, oleh karena itu guru perlu menguasai perkembangan anak agar dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, memang benar bahwa terdapat sebagian anak yang kemampuan kognitifnya masih kurang. Guru mengatakan bahwa hampir semua kegiatan yang berlangsung dilakukan melalui lembar kerja dan kegiatan tersebut dilakukan secara klasikal. Artinya, bahwa selama satu jam pelajaran di kelas anak hanya melakukan satu jenis kegiatan tanpa ada pergantian kegiatan lainnya. Kegiatan di luar kelas hanya dilakukan saat kegiatan senam pada setiap pagi hari sebelum memasuki ruang kelas. Guru juga belum pernah menyampaikan materi pembelajaran melalui kegiatan bermain. Mengingat pentingnya mengembangkan kemampuan kognitif anak sejak dini, maka hamabatan ini perlu diatasi, sehingga kemampuan kognitif anak dapat meningkat. Pemilihan kegiatan pembelajaran harus mampu merangsang anak untuk aktif berpikir dan anak mendapat kesempatan untuk melakukan secara langsung, sehingga hal tersebut dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Salah satu cara yang dapat digunakan guru sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan anak adalah menciptakan kegiatan bermain yang dapat mengembangkan kognitif anak. Kegiatan bermain yang dilakukan harus dilakukan dengan rasa senang sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak. Terdapat banyak sekali manfaat kegiatan bermain bagi anak usia dini, terutama untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan kegiatan bermain bagi anak adalah anak mendapatkan kesempatan untuk melakukan kegiatan fisik dan belajar bersosialisasi dengan teman bermainnya (dalam Latif, dkk, 2013:225). Manfaat bermain lainnya yaitu dapat mengembangkan aspek kognitif pada anak. Anak belajar mengenal akan pengalaman mengenai objek-objek tertentu, anak akan belajar mengungkapkan pengetahuan yang diperolehnya, sehingga akan terbangun kecerdasan linguistic, spatial visual, dan logic mathematic. Salah satu kegiatan bermain yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah bermain outdoor. Bermain outdoor adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepada anak yang dilakukan di outdoor. Kegiatan outdoor memberikan kebebasan kepada anak untuk memperoleh pengetahuannya melalui kegiatan mengamati langsung, bergerak dengan bebas, yang hal tersebut tidak dapat dilakukan di dalam kelas. Kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya dalam membangun pengetahuan anak. Vera (2012:16) mengungkapkan bahwa kegiatan mengajar di luar kelas (outdoor) merupakan kegiatan belajar mengajar antara guru dan anak yang dilakukan di luar kelas. Misalnya, bermain di lingkungan sekolah yang dikemas melalui permainan yang menyenangkan, sehingga aspek perkembangan anak dapat tercapai dengan optimal. Bermain outdoor memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan lingkungan dan praktek langsung dalam kegiatan bermain. Kegiatan tersebut akan memberikan pengalaman baru kepada anak yang dapat memperluas pengetahuannya. Hal tersebut sesuai dengan teori kontruktivisme dari Piaget (dalam Jahja, 2011:113), yang menuntut anak untuk membangun sendiri pengetahuannya dari pengalaman sendiri dengan lingkungan. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Vera (2012:19) menyebutkan beberapa arti penting bermain outdoor bagi perkembangan anak usia dini di Taman Kanak-kanak, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Bermain outdoor memberikan kesempatan kepada anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar, dan kehidupan masyarakat. b) Bermain outdoor menuntut anak untuk memahami sesuatu secara riil (nyata). c) Bermain outdoor mengajarkan anak untuk selalu menghargai lingkungan dan alam sekitarnya. Pendapat lain juga di ungkapkan oleh Seefeldt dan Wasik (2008:150) bahwa kegiatan di luar kelas memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a) melengkapi konsep-konsep dan pikiran yang sedang atau sudah mereka pelajari; b) meningkatkan kemampuan mengamati; c) memperluas dan mengembangkan keterampilan sosial; d) menemukan sendiri bagaimana memulai suatu interaksi, bagaimana menciptakan dan membahasakan sebuah rencana dan bagaimana berdiskusi sepanjang kegiatan. Namun ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan bermain outdoor di TK yaitu, a) memberikan keamanan kepada anak; b) memberikan kepercayaan kepada anak; c) memberikan pengawasan; dan e) memberikan kenyamanan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa memberikan anak kesempatan bermain di luar kelas memberikan banyak dampak positif bagi perkembangannya. Anak dapat mempelajari benda-benda yang ada di lingkungan TK melalui kegiatan mengamati dan melalui kegiatan tersebut anak dapat membangun pengetahuannya sendiri. Mengajarkan sesuatu hal kepada anak usia dini tidak dapat dilakukan hanya melalui kegiatan ceramah, yang dimana anak hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa memberikan anak bukti nyata. Hurlock (dalam Susanto, 2011:49), mengutarakan bahwa mengajarkan anak untuk mampu memahami tentang suatu hal, harus disampaikan melalui bahasa yang dimengerti oleh anak dan dengan contoh kehidupan sehari-hari. Anak harus diberi pemahaman melalui contoh-contoh konkrit, praktek langsung, yang hal tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan bermain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 melalui bermain outdoor di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng – Bali. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Kognitif melalui Bermain Outdoor pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng – Bali”. METODE Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun 2015/2016. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelompok B TK Purwa Widya Dhikrama Desa Nagasepaha. Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada kalender akademik sekolah di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. Subjek penelitian ini adalah Anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 Di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. Jumlah subjek yang digunakan adalah 20 orang Anak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus I. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu bermain outdoor. Variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu kemampuan kognitif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) observasi. Nurkancana (Agung, 2014:94) mengungkapkan bahwa, observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang meningkatkan kemampuann mengenal konsep bilangan pada anak, yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan bermain outdoor. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Peneliti harus menyusun kisi-kisi instrument terlebih dahulu agar mampu menyusun instrumen penelitian dengan baik. Instrumen kemampuan kognitif anak dapat di kembangkan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak berdasarkan Permendiknas No 58 th 2009. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Data peningkatan kemampuan kognitif anak dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari hasil belajar anak. Data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam 1) tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung rata-rata atau mean (M), 3) menghitung modus (Mo), 4) menghitung median (Me), dan 5) Menyajikan ke dalam grafik polygon. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:36). Metode analisis deskriftif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan kognitif anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkatan kognitif anak dengan penerapan bermain outdoor dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen kedalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Peningkatan Kemampuan Kognitif Presentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Kriteria Kemampuan Kognitif Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Agung, 2014:118) Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya, jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat kemampuan kognitif setelah diterapkannya bermain outdoor pada anak kelompok B di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat kemampuan kognitif yaitu 80-89% dengan kriteria tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng – Bali. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari delapan kali pertemuan. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan kemampuan kognitif menggunakan kegiatan bermain outdoor. Data hasil belajar anak pada kemampuan kognitif disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Pelaksanaan penelitian penerapan kegiatan bermain outdoor untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak menggunakan empat indikator. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap peningkatan kemampuan kognitif anak dengan penerapan bermain outdoor pada anak kelompok B di TK Purwa Widya e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali, diperoleh rata-rata persentase kemampuan kognitif anak pada siklus I sebesar 66,25% berada pada kriteria sedang. Berikut adalah grafik kemampuan kognitif pada siklus I. sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan kognitif anak dapat meningkat. Peningkatan kemampuan kognitif anak dapat dilihat melalui grafik berikut. 7 8 7 6 5 4 3 2 1 0 6 5 4 3 2 1 9 Mo 10 11 12 13 14 Md M 0 12 13 14 M 15 16 Mo Md Gambar 1. Grafik Kemampuan Kognitif Siklus I pada Anak Kelompok B Grafik polygon di atas menunjukan bahwa Mo<Md<M (9<10<10,6). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan kognitif pada siklus I cenderung rendah dan kurva juling positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I yaitu 66,25%, apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 65-79 % yang berarti bahwa hasil kemampuan kognitif pada siklus I berada pada kriteria sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama siklus I terdapat beberapa kendala dalam penerapan bermain outdoor untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Kendala yang ditemukan tersebut menyebabkan hasil kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali berada pada kriteria sedang, sehingga masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka terjadi peningkatan proses pembelajaran di siklus II. Proses pembelajaran dapat berjalan Gambar 2. Grafik Kemampuan Kognitif Siklus II pada Anak Kelompok B Grafik polygon di atas menunjukan bahwa bahwa Mo>Md>M (15>14>13,95). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan kognitif pada siklus II cenderung tinggi dan kurva juling negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II yaitu 87% apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 80-89% yang berarti bahwa hasil kemampuan kognitif pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan kognitif pada anak kelompok B semester II TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali yaitu sebesar 20,75% dari kategori sedang menjadi kategoi tinggi. Hasil penelitian yang digambarkan pada grafik polygon menunjukkan bahwa penerapan bermain outdoor dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam hal memecahkan masalah sederhana dan mengenal konsep bentuk, warna dan ukuran pada kelompok B semester II di TK Purwa Widya Dhikrama Desa Nagasepaha, Buleleng-Bali. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata presentase kemampuan kognitif dalam kemampuan memecahkan masalah dan mengenal konsep bentuk, warna, dan ukuran pada anak di siklus I sebesar 66,25% yang berada pada kategori sedang. Hasil yang diperoleh anak pada kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah dan mengenal konsep warna, bentuk dan ukuran di siklus II sebesar 87% yang berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif dari siklus I ke siklus II sebesar 20,75%. Selama penelitian di siklus I, peneliti juga menemukan beberapa kendala, yang dapat menganggu kelancaran penelitian. Kendala-kendala yang ditemui saat penelitian yaitu, terdapat beberapa anak sulit untuk diatur dan kurang konsentrasi dalam menerima penjelasan langkahlangkah kegiatan, karena situasi lingkungan TK saat itu kurang sangat ramai. Beberapa anak bingung terhadap perintah yang diberikan guru dan saat pelaksanaan kegiatan anak lupa dengan petunjuk guru. Adapun hal-hal yang guru lakukan di siklus II untuk mengatasi masalah yang ada pada siklus I, yaitu guru mencari hari yang tepat untuk melakukan penelitian, yang dimana situasi di lingkungan TK tidak terdapat kegiatan yang dapat meganggu kelancaran penelitian. Dalam memberikan penjelasan kepada anak, guru sebaiknya tidak terlalu lama memberikan penjelasan dan menggunakan bahasa yang sederhana agar dapat dimengerti oleh anak. Selain itu, guru juga perlu memberikan contoh yang harus dilakukan anak pada saat kegiatan. Pada kegiatan siklus II, secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan, sehingga kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah sederhana dan mengenal konsep bentuk, warna dan ukuran pada anak dapat meningkat dari ketgori sedang ke kategori tinggi. Dalam kegiatan anak sudah mulai bisa diatur dan memahami perintah guru sehingga anak dapat mengikuti kegiatan sesuai petunjuk guru. Semua anak sangat antusias dalam melakukan setiap kegiatan. Anak yang masih canggung dalam kegiatan siklus I sudah mampu terlibat aktif dalam setiap kegiatan bersama teman-temannya. Peningkatan kemampuan kognitif terjadi karena kegiatan disajikan dengan cara yang menarik dan menyenangkan melalui kegiatan bermain outdoor menggunakan benda-benda yang ada di sekitar TK. Anak-anak sudah mampu mengenal perbedaan lebih lebih besar dan lebih kecil bentuk daun, mengenal perbedaan warna dan bentuk bunga, mengenal bentuk geometri dan memasangkan dengan benda nyata yang ada di lingkungan TK. Anak juga sudah mampu menggunakan pikirannya untuk memecahkan masalah dalam permainan. Piaget (dalam Mutiah, 2010:101) mengungkapkan bahwa, kognitif merupakan cara berpikir anak untuk menciptakan sendiri pengetahuannya mengenai dunianya melalui interaksi yang dilakukan anak dengan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain outdoor anak memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan mengamati dan praktek langsung untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya menggunakan benda-benda di sekitar TK. Pernyataan ini didasari oleh pendapat Sujiono (2009:93) yang menyatakan bahwa, seoranga anak lebih mengingat suatu benda-benda yang dapat dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan memory dalam bentuk simbol-simbol. Berdasarkan hasil analisis data membuktikkan bahwa penerapan bermain outdoor dapat meningkatkan minat belajar anak. Saat anak-anak diajak bermain di outdoor dengan kegiatan yang menyenangkan, anak merasa gembira dan antusias dalam kegiatan, selain itu anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Bermain outdoor merupakan suatu upaya melatih anak untuk membangun pengetahuannya sendiri dan mengajak anak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Morisson (2012:45) yang menyatakan bahwa, setiap permainan di luar ruangan merupakan kesempatan bagi anak untuk mempelajari konsep dan pengetahuan baru. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Benda-benda yang digunakan dalam bermain outdoor adalah benda-benda yang terdapat di lingkungan TK, seperti daun, bunga, bola, ember, dan benda-benda lain yang terdapat di lingkungan TK. Bendabenda tersebut merupakan benda-benda yang nyata yang dapat dilihat dan disentuh oleh anak dan dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya. Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui bendabenda yang bersifat konkret (nyata). Berdasarkan hal tersebut, penggunaan benda nyata dapat memberikan pembelajaran bagi anak. Seorang pendidik tidak dapat meminta kepada anak untuk memahami sesuatu hal hanya melalui sebuah ceramah dan meminta anak untuk membayangkannya saja, tetapi anak harus memperoleh kesempatan untuk melakukannya secara langsung dan mencocokkannya dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Plato (dalam Yunanto, 2013) dalam penelitiannya mencatat bahwa anak lebih mudah mengenal aritmatika ketika diajarkan melalui kegiatan bermain. Eksperimen ini membuktikkan bahwa anak lebih mampu memahami sesuatu yang menurutnya sulit melalui kegiatan bermain. Peningkatan kemampuan kognitif pada anak dapat dilihat dari perubahan yakni meningkatnya kemampuan kognitif anak dalam memecahkan masalah sederhana dan mengenal konsep bentuk, warna, dan ukuran. Hal tersebut dapat dilihat saat anak mampu menemukan solusi untuk memindahkan air menggunakan gelas berlubang, anak mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran, anak mampu memasangkan benda yang berdasarkan pasangan atau persamaannya, dan anak mampu memasangkan bentuk geometri dengan benda yang sebenarnya. Peningkatan kemampuan kognitif juga dapat dilihat dari kemampuan anak untuk menceritakan perbedaan dan persamaan benda-benda yang diperolehnya, yang dimana di awal kegiatan siklus I beberapa anak belum mampu menceritakan benda-benda yang diperolehnya. Pelaksanaan tindakan siklus I ke siklus II pada kemampuan kognitif mengalami peningkatan dari kategori sedang ke kategori tinggi. Peningkatan kemampuan kognitif anak tidak mencapai kategori sangat tinggi dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia dalam penelitian. Keterbatasan waktu disebabkan karena pada saat memulai penelitian anakanak di TK Purwa Widya Dhikrama akan segera menerima raport dan akan melaksanakan liburan semester genap. Selain karena keterbatasan waktu, kemmapuan kognitif anak sudah berada pada kategori tinggi sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil dan uraian tersebut, maka penerapan bermain outdoor dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bermain outdoor dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaga, Buleleng-Bali. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan kognitif sebesar 66,25% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kemampuan kognitif anak sebesar 87% yang berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,75%. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Kepada Kepala TK agar dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang dalam proses kegiatan mengajar. Kepada guru disarankan untuk melanjutkan menerapkan bermain outdoor untuk meningkatkan kemmapuan kognitif, sehingga anak tidak e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) merasa bosan belajar di dalam kelas yang hanya megunakan lembar kerja. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut pada penerapan bermain outdoor untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak, sehingga mencapai hasil penelitian yang optimal dengan kriteria sangat tinggi sebagai penyempurnaan dari penelitian ini. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi Pendidikan. Malang. Aditya Media Publishing. Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study). Jogyakarta: DIVA Press. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Latif, Mukhtar. dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Morrison, George S. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: kencana Prenada Media Group. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Seefeldt, Carol dan Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat dan Lima Tahun Masuk Sekolah (Edisi Kedua). Jakarta: Indeks. Solihin. dkk. 2013. “Kaitan antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif, dan Perkembangan Motorik pada Anak Usia Prasekolah (Relationship Between Nutritional, Cognitive Development, and Motor Development in Preschool Children)”. Vol. 36 (1):62-72. Terdapat pada: ejournal.litbang.d epkes.go.id/index.php/pgm/article /view/339. Diakses pada tanggal 10 April 2016. Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yunanto, A. H. 2013. Penerapan Metode Bermain Bolwing Aritmatika untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif. Skripsi (online). Terdapat pada: lib.unnes.ac.id/18771/1/1601910 004.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juni 2016. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)