peningkatan kemampuan kognitif melalui bermain outdoor pada

advertisement
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI BERMAIN
OUTDOOR PADA ANAK KELOMPOK B
Ni Gst Putu Wahyu Suryastuti1, Desak Putu Parmiti2, Mutiara Magta3
1,3
Jurusan Pendidikan Guru PAUD, 2Jurusan Pendidikan Guru SD
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail: [email protected], [email protected] ,
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah
diterapkan bermain outdoor pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di
TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK). Subjek dari penelitian ini adalah anak kelompok B semester II tahun
pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya Dhikrama yang berjumlah 20 orang anak. Penelitian
dilakukan dalam dua siklus. Data penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan melalui metode
observasi menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis statistik
deskriptif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan rata-rata persentase peningkatan kemampuan kognitif dalam
memecahkan masalah dan mengenal konsep bentuk, warna, dan ukuran pada anak setelah
diterapkan bermain outdoor. Pada siklus I rata-rata persentase kemampuan kognitif sebesar
66,25% berada pada kategori sedang, sedangkan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar
87% yang berada pada kategori tinggi. Jadi penerapan bermain outdoor dapat meningkatkan
kemampuan kognitif anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Purwa
Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali.
Kata-kata kunci: bermain outdoor, kemampuan kognitif, kelompok B.
Abstract
This study aims to determine the increase in cognitive ability after being applied on children's
outdoor play group B the second semester of 2015/2016 academic year in kindergarten
Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng, Bali. This research is a classroom action
research (PTK). The subject of this study is children in group B the second semester of
2015/2016 academic year in kindergarten Purwa Widya Dhikrama totaling 20 children. The
study was conducted in two cycles. This class action research data were collected through
observation using the observation sheet. Analyzed using descriptive statistics and statistical
analysis of quantitative descriptive. The result showed that an increase in the average
percentage increase in cognitive abilities in solving the problem and recognize the concept of
form, color, and size of the child after application of outdoor play. In the first cycle the
average percentage of 66.25% of cognitive abilities in middle category, while there was an
increase in the second cycle of 87% is at the high category. So the application of outdoor
play can enhance cognitive abilities of children in group B the second semester of 2015/2016
academic year in kindergarten Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha, Buleleng, Bali.
Keywords:outdoorplay,cognitiveability,groupB.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENDAHULUAN
Sumber
daya
manusia
yang
berkualitas ditentukan oleh keberhasilan
pendidikan yang diperolehnya sejak usia
dini. Pada dasarnya pendidikan mempunyai
peranan yang sangat besar bagi kemajuan
kehidupan manusia di masa yang akan
datang. Pada masa golden age, anak
memerlukan stimulus pendidikan yang
tepat untuk mengembangkan segala aspek
perkembangannya, karena pada usia ini
anak
mulai
meniru,
melihat
dan
mendengarkan tingkah laku orang lain di
lingkungan sekitarnya.
Meningkatkan aspek perkembangan
setiap anak, diperlukan lingkungan yang
mendukung tercapainya perkembangan
anak secara optimal. Salah satu lingkungan
yang dapat membantu menstimulasi setiap
perkembangan anak adalah lembaga
pendidikan anak usia dini. Pendidikan yang
diberikan
kepada
anak
di
PAUD
merupakan upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian
kegiatan yang berguna bagi perkembangan
anak.
Kegiatan yang disesuaikan dengan
perkembangan anak diharapkan dapat
mengembangkan
semua
aspek
perkembangan dan potensi anak. Aspek
perkembangan yang dikembangkan di
setiap kegiatan di PAUD, adalah aspek
perkembangan
fisik
motorik,
aspek
perkembangan sosial dan emosional,
aspek perkembangan bahasa, aspek
perkembangan nilai agama dan moral, dan
aspek perkembangan kognitif. Kelima
aspek perkembangan ini saling berkaitan
satu sama lain, karena jika satu aspek
perkembangan terhambat maka akan
menganggu aspek perkembangan lainnya.
Salah
satu
dari
kelima
aspek
perkembangan yang sangat berperan
penting dalam kehidupan anak adalah
aspek perkembangan kognitif.
Piaget (dalam Mutiah, 2010:101)
mengungkapkan bahwa, kognitif adalah
cara berfikir anak untuk menciptakan
sendiri pengetahuannya tentang dunianya
melalui interaksi mereka. Interaksi yang
dilakukan oleh anak akan mengembangkan
kemampuan
berfikirnya
sehingga
pengetahuan anak tentang sesuatu hal
akan semakin bertambah. Piaget (dalam
Sujiono, 2009:120) juga menerangkan
bahwa, perkembangan kognisi adalah
interaksi dari hasil kematangan manusia
dan pengaruh lingkungan. Manusia secara
aktif mengadakan hubungan dengan
lingkungannya, menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya yang merupakan
proses interaksi untuk mengembangkan
aspek kognitif.
Seorang guru sebaiknya tidak hanya
memperhatikan hasil yang diperoleh anak
pada setiap kegiatan, tetapi guru harus
memahami proses anak untuk mencapai
pada hasil yang diinginkan. Jadi guru tidak
hanya menilai hasil akhir yang diperoleh
anak dalam suatu kegiatan, namun juga
memperhatikan setiap langkah-langkah
yang dilakukan oleh anak untuk mencapai
hasil tersebut. Guru dapat dikatakan
berhasil
memberikan
pengalamanpengalaman
belajar
untuk
mengembangkan
kemampuan
kognitif
anak, apabila guru dalam memberikan
pengalaman tersebut memperhatikan tahap
fungsi kognitif dan pendekatan yang tepat,
sehingga anak dapat sampai pada hasil
yang diinginkan. Guru juga harus
mendorong anak untuk aktif dalam setiap
kegiatan dan memberikan kebebasan
kepada
anak
untuk
membangun
pengetahuannya.
Hal penting lainnya yang harus
diperhatikan guru adalah setiap anak
memiliki karakteristik perkembangan yang
berbeda-beda, tentunya setiap anak
memiliki
perbedaan
dalam
laju
perkembangan. Berdasarkan hal tersebut,
guru harus melakukan upaya untuk
mengatur aktivitas dalam kelas yang terdiri
dari individu-individu ke dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil daripada aktivitas
dalam bentuk klasikal. Aktivitas dalam
bentuk kelompok mengajarkan kepada
anak untuk saling berinteraksi dengan
teman dalam satu kelompoknya, sehingga
kemampuan bersosialisasi juga dapat
berkembang.
Piaget (dalam Santrock, 2007:243)
yakin bahwa terdapat proses-proses
penting yang digunakan anak untuk
membangun
pengetahuannya,
yang
meliputi skema, asimilasi, akomodasi,
organisasi,
keseimbangan,
dan
penyeimbangan.
Berdasarkan
uraian
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
proses membangun pengetahuan pada
anak, dapat disimpulkan bahwa, kognisi
seseorang berkembang bukan karena
menerima pengetahuan dari luar secara
pasif, tetapi orang tersebut secara aktif
mengkontruksi pengetahuannya.
Piaget (dalam Jahja, 2011:115)
membagi tahapan perkembangan anak
menjadi empat periode utama, yaitu tahap
sensorimotor (usia 0-2 tahun), tahap
praoperasional (usia 2-7 tahun), tahap
operasional konkrit (usia 7-11 tahun), dan
tahap operasional formal (usia 11 tahundewasa). Keempat tahapan tersebut saling
berkolerasi dengan semakin bertambahnya
usia anak. Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah anak yang berada
pada tahap praoperasional, yaitu anak
yang berada pada usia Taman Kanakkanak (usia 5-6 tahun).
Karakteristik kemampuan kognitif
anak
pada
tahap
praoperasional
diantaranya
yaitu,
kemampuan
menggunakan
simbol,
memahami
indentitas, memahami sebab akibat,
mampu mengklasifikasi, dan memahami
angka (dalam Papalia, dkk, 2010:324).
Kemampuan menggunakan simbol yang
dimaksud yaitu, anak tidak harus berada
dalam kondisi kontak sensorimotorik
dengan objek, orang atau peristiwa untuk
memikirkan hal tersebut. Memahami
identitas artinya anak memahami bahwa
perubahan di permukaan tidak mengubah
karakter alamiah sesuatu. Kemampuan
mengklasifikasi yang dimaksud adalah
anak mampu mengorganisir objek, orang,
dan peristiwa ke dalam kategori yang
memiliki makna.
Perkembangan
kognitif
tentunya
dapat berbeda pada setiap anak, hal ini
disebabkan karena beberapa faktor yang
mempengaruhinya.
Susanto (2011:159)
mengutarakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perkembangan kognitif
seseorang, diantaranya adalah: a) faktor
hereditas/keturunan; b) faktor lingkungan;
c)
faktor
kematangan;
d)
faktor
pembentukan; e) faktor minat dan bakat;
dan f) faktor kebebasan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan
kognitif
anak
juga
diungkapkan oleh Santrock (2007:10-15),
diantaranya:
a)
kesehatan
dan
kesejahteraan;
b)
Keluarga
dan
pengasuhan anak; c) pendidikan; d)
konteks sosial dan budaya (budaya, etnis,
dan status sosial ekonomi). Solihin, dkk
(2013:63) mengungkapkan bahwa gizi yang
diperoleh anak sejak dalam kandungan
juga merupakan salah satu faktor yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan
kognitif anak. Kekurangan gizi pada anak
dapat
menyebabkan
gangguan
perkembangan dan pertumbuhan pada
anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan
kognitif anak yang saling berkaitan satu
sama
lainnya.
Jadi,
dalam
mengembangkan perkembangan kognitif
anak, guru tidak bisa hanya melihat dari
satu faktor saja, namun juga harus
memperhatikan faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi perkembangan anak.
Berdasarkan hasil observasi di TK
Purwa Widya Dhikrama Desa Nagasepaha
pada anak kelompok B, ditemukan
permasalahan pada kemampuan kognitif
anak. Hal tersebut terlihat pada proses
pembelajaran berlangsung, permasalahan
sebagian anak adalah: (a) anak belum
mampu memecahkan masalah sederhana;
(b) anak belum mampu untuk mengenal
bentuk, ukuran, dan warna; (c) anak belum
mampu untuk mengelompokkan benda
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Berdasarkan
data penilaian anak, terdapat 4 orang anak
yang mendapat bintang satu (*), 10 orang
mendapat bintang dua (**), dan 6 orang
mendapat bintang tiga (***). Data tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan anak
belum berkembang dengan baik. Pada saat
anak diberikan kegiatan menunjukkan
kejanggalan suatu gambar pada majalah,
anak belum mampu melakukannya. Terlihat
anak
masih
bingung
menemukan
kejanggalan yang ada pada gambar di
majalah. Pada kegiatan lain, anak diminta
untuk
menemukan
solusi
terhadap
permasalahan yang diberikan guru, namun
anak belum mampu melakukannya.
Penyebab kemampuan kognitif anak
yang masih kurang diantaranya: a) anak
kurang mendapat kesempatan untuk
memperoleh
pengetahuannya
melalui
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
kegiatan praktek langsung, karena anak
hanya mendengarkan penjelasan guru,
sehingga dalam kegiatan anak kurang aktif;
b) penggunaan media dan pemilihan
aktivitas yang kurang menarik minat anak,
karena dalam kegiatan guru lebih banyak
menggunakan lembar kerja dan metode
pemberian tugas yang dilakukan di dalam
kelas selama satu jam pelajaran; c) guru
kurang
memahami
karakteristik
perkembangan setiap anak, karena setiap
anak memiliki karakteristik dan kebutuhan
yang berbeda-beda, oleh karena itu guru
perlu menguasai perkembangan anak agar
dapat
memberikan
kegiatan
sesuai
kebutuhan
anak.
Berdasarkan
hasil
wawancara dengan guru, memang benar
bahwa terdapat sebagian anak yang
kemampuan kognitifnya masih kurang.
Guru mengatakan bahwa hampir semua
kegiatan yang berlangsung dilakukan
melalui lembar kerja dan kegiatan tersebut
dilakukan secara klasikal. Artinya, bahwa
selama satu jam pelajaran di kelas anak
hanya melakukan satu jenis kegiatan tanpa
ada pergantian kegiatan lainnya. Kegiatan
di luar kelas hanya dilakukan saat kegiatan
senam pada setiap pagi hari sebelum
memasuki ruang kelas. Guru juga belum
pernah
menyampaikan
materi
pembelajaran melalui kegiatan bermain.
Mengingat
pentingnya
mengembangkan kemampuan kognitif anak
sejak dini, maka hamabatan ini perlu
diatasi, sehingga kemampuan kognitif anak
dapat meningkat. Pemilihan kegiatan
pembelajaran harus mampu merangsang
anak untuk aktif berpikir dan anak
mendapat kesempatan untuk melakukan
secara langsung, sehingga hal tersebut
dapat
mengembangkan
kemampuan
kognitifnya. Salah satu cara yang dapat
digunakan guru sebagai strategi untuk
mengatasi permasalahan anak adalah
menciptakan kegiatan bermain yang dapat
mengembangkan kognitif anak.
Kegiatan bermain yang dilakukan
harus dilakukan dengan rasa senang
sehingga semua kegiatan bermain yang
menyenangkan
akan
menghasilkan
proses belajar pada anak. Terdapat
banyak sekali manfaat kegiatan bermain
bagi anak usia dini, terutama untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
Manfaat
yang
diperoleh
dengan
menerapkan kegiatan bermain bagi anak
adalah anak mendapatkan kesempatan
untuk melakukan kegiatan fisik dan belajar
bersosialisasi dengan teman bermainnya
(dalam Latif, dkk, 2013:225). Manfaat
bermain
lainnya
yaitu
dapat
mengembangkan aspek kognitif pada
anak. Anak belajar mengenal akan
pengalaman
mengenai
objek-objek
tertentu,
anak
akan
belajar
mengungkapkan
pengetahuan
yang
diperolehnya, sehingga akan terbangun
kecerdasan linguistic, spatial visual, dan
logic mathematic. Salah satu kegiatan
bermain yang dapat mengembangkan
kemampuan kognitif anak adalah bermain
outdoor.
Bermain outdoor adalah sebuah
kegiatan
pembelajaran
yang
menyenangkan dan memberi kepuasan
kepada anak yang dilakukan di outdoor.
Kegiatan outdoor memberikan kebebasan
kepada
anak
untuk
memperoleh
pengetahuannya
melalui
kegiatan
mengamati langsung, bergerak dengan
bebas, yang hal tersebut tidak dapat
dilakukan di dalam kelas. Kegiatan yang
dilakukan di dalam ruangan tidak
memberikan kesempatan kepada anak
untuk berinteraksi dengan lingkungannya
dalam membangun pengetahuan anak.
Vera (2012:16) mengungkapkan bahwa
kegiatan mengajar di luar kelas (outdoor)
merupakan kegiatan belajar mengajar
antara guru dan anak yang dilakukan di
luar
kelas.
Misalnya,
bermain
di
lingkungan sekolah yang dikemas melalui
permainan yang menyenangkan, sehingga
aspek perkembangan anak dapat tercapai
dengan optimal.
Bermain
outdoor
memberikan
kesempatan
kepada
anak
untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan
praktek langsung dalam kegiatan bermain.
Kegiatan tersebut akan memberikan
pengalaman baru kepada anak yang
dapat memperluas pengetahuannya. Hal
tersebut
sesuai
dengan
teori
kontruktivisme dari Piaget (dalam Jahja,
2011:113), yang menuntut anak untuk
membangun sendiri pengetahuannya dari
pengalaman sendiri dengan lingkungan.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Vera
(2012:19)
menyebutkan
beberapa arti penting bermain outdoor
bagi perkembangan anak usia dini di
Taman Kanak-kanak, diantaranya adalah
sebagai berikut: a) Bermain outdoor
memberikan kesempatan kepada anak
untuk beradaptasi dengan lingkungan,
alam sekitar, dan kehidupan masyarakat.
b) Bermain outdoor menuntut anak untuk
memahami sesuatu secara riil (nyata). c)
Bermain outdoor mengajarkan anak untuk
selalu menghargai lingkungan dan alam
sekitarnya. Pendapat lain juga di
ungkapkan oleh Seefeldt dan Wasik
(2008:150) bahwa kegiatan di luar kelas
memberikan kesempatan kepada anak
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) melengkapi konsep-konsep dan pikiran
yang sedang atau sudah mereka pelajari;
b) meningkatkan kemampuan mengamati;
c) memperluas dan mengembangkan
keterampilan sosial; d) menemukan
sendiri
bagaimana
memulai
suatu
interaksi, bagaimana menciptakan dan
membahasakan sebuah rencana dan
bagaimana berdiskusi sepanjang kegiatan.
Namun ada beberapa hal penting
yang harus diperhatikan guru dalam
menerapkan bermain outdoor di TK yaitu,
a) memberikan keamanan kepada anak; b)
memberikan kepercayaan kepada anak; c)
memberikan
pengawasan;
dan
e)
memberikan kenyamanan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa memberikan anak
kesempatan bermain di luar kelas
memberikan banyak dampak positif bagi
perkembangannya.
Anak
dapat
mempelajari benda-benda yang ada di
lingkungan TK melalui kegiatan mengamati
dan melalui kegiatan tersebut anak dapat
membangun
pengetahuannya
sendiri.
Mengajarkan sesuatu hal kepada anak usia
dini tidak dapat dilakukan hanya melalui
kegiatan ceramah, yang dimana anak
hanya mendengarkan penjelasan guru
tanpa memberikan anak bukti nyata.
Hurlock
(dalam
Susanto,
2011:49),
mengutarakan bahwa mengajarkan anak
untuk mampu memahami tentang suatu
hal, harus disampaikan melalui bahasa
yang dimengerti oleh anak dan dengan
contoh kehidupan sehari-hari. Anak harus
diberi pemahaman melalui contoh-contoh
konkrit, praktek langsung, yang hal tersebut
dapat dilakukan melalui kegiatan bermain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui
peningkatan
kemampuan
kognitif anak kelompok B semester II tahun
pelajaran 2015/2016 melalui bermain
outdoor di TK Purwa Widya Dhikrama
Nagasepaha, Buleleng – Bali.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
perlu dilakukan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Kognitif melalui
Bermain Outdoor pada Anak Kelompok B
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di
TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha,
Buleleng – Bali”.
METODE
Penelitian
dilaksanakan
pada
semester
genap
tahun
2015/2016.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada
kelompok B TK Purwa Widya Dhikrama
Desa Nagasepaha. Penentuan waktu
penelitian ini mengacu pada kalender
akademik sekolah di TK Purwa Widya
Dhikrama
Nagasepaha,
Buleleng-Bali.
Subjek penelitian ini adalah Anak kelompok
B semester II tahun pelajaran 2015/2016 Di
TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha,
Buleleng-Bali.
Jumlah
subjek
yang
digunakan adalah 20 orang Anak.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
tindakan kelas (PTK). Dipilihnya PTK
karena penelitian ini akan melakukan
perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran dengan melakukan refleksi
dan perbaikan pada setiap siklus penelitian.
Perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif
anak kelompok B di TK Purwa Widya
Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali.
Penelitian
tindakan
kelas
ini
dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus
I dan siklus I. Setiap siklus terdiri dari 4
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan,
pengamatan
dan
refleksi.
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini,
yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu
bermain outdoor. Variabel terikat dalam
penelitian ini, yaitu kemampuan kognitif.
Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah metode
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
observasi. Nurkancana (Agung, 2014:94)
mengungkapkan bahwa, observasi adalah
suatu cara untuk mengadakan penilaian
dengan jalan mengadakan pengamatan
secara langsung dan sistematis. Dalam
penelitian ini metode observasi digunakan
untuk
mengumpulkan
data
tentang
meningkatkan
kemampuann mengenal
konsep bilangan pada anak, yang
dilaksanakan
pada
saat
proses
pembelajaran
berlangsung
dengan
menerapkan bermain outdoor. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi.
Peneliti harus menyusun kisi-kisi instrument
terlebih dahulu agar mampu menyusun
instrumen
penelitian
dengan
baik.
Instrumen kemampuan kognitif anak dapat
di kembangkan dengan tingkat pencapaian
perkembangan
anak
berdasarkan
Permendiknas No 58 th 2009.
Penelitian
tindakan
kelas
ini
menggunakan dua metode yaitu, metode
analisis statistik deskriptif dan metode
deskriptif kuantitatif. Data peningkatan
kemampuan kognitif anak dianalisis dengan
menggunakan metode analisis statistik
deskriptif. Analisis deskriptif digunakan
untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas
dari hasil belajar anak. Data yang diperoleh
dari hasil penelitian disajikan ke dalam 1)
tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung
rata-rata atau mean (M), 3) menghitung
modus (Mo), 4) menghitung median (Me),
dan 5) Menyajikan ke dalam grafik polygon.
Metode analisis deskriptif kuantitatif
ialah suatu cara pengolahan data yang
dilakukan dengan jalan menyusun secara
sistematis dalam bentuk angka-angka dan
atau presentase, mengenai objek yang
diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan
umum (Agung, 2014:36). Metode analisis
deskriftif kuantitatif ini digunakan untuk
menentukan tinggi rendahnya kemampuan
kognitif anak yang dikonversikan ke dalam
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Tingkatan kognitif anak dengan penerapan
bermain outdoor dapat ditentukan dengan
membandingkan M (%) atau rata-rata
persen kedalam PAP skala lima dengan
kriteria sebagai berikut.
Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala
Lima
tentang
Peningkatan
Kemampuan Kognitif
Presentase
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
Kriteria
Kemampuan
Kognitif
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
(Agung, 2014:118)
Penelitian ini dinyatakan berhasil jika
terjadi perubahan positif skor rata-rata dari
siklus I ke siklus berikutnya, jika
dikonversikan pada pedoman PAP skala
lima tentang tingkat kemampuan kognitif
setelah diterapkannya bermain outdoor
pada anak kelompok B di TK Purwa Widya
Dhikrama
Nagasepaha,
Buleleng-Bali.
Target yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah anak mampu mencapai tingkat
kemampuan kognitif yaitu 80-89% dengan
kriteria tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
tindakan kelas ini
dilaksanakan di TK Purwa Widya Dhikrama
Nagasepaha, Buleleng – Bali. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan pada semester II
tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus dimana
masing-masing siklus terdiri dari delapan
kali pertemuan. Data yang dikumpulkan
adalah mengenai peningkatan kemampuan
kognitif menggunakan kegiatan bermain
outdoor. Data hasil belajar anak pada
kemampuan kognitif disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi, menghitung Modus
(Mo), Median (Me), Mean (M), serta
membandingkan rata-rata atau mean
dengan
model
PAP
skala
lima.
Pelaksanaan
penelitian
penerapan
kegiatan
bermain
outdoor
untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak
menggunakan empat indikator.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif
dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap
peningkatan kemampuan kognitif anak
dengan penerapan bermain outdoor pada
anak kelompok B di TK Purwa Widya
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Dhikrama
Nagasepaha,
Buleleng-Bali,
diperoleh rata-rata persentase kemampuan
kognitif anak pada siklus I sebesar 66,25%
berada pada kriteria sedang. Berikut adalah
grafik kemampuan kognitif pada siklus I.
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang direncanakan oleh
peneliti, sehingga kemampuan kognitif
anak dapat meningkat. Peningkatan
kemampuan kognitif anak dapat dilihat
melalui grafik berikut.
7
8
7
6
5
4
3
2
1
0
6
5
4
3
2
1
9
Mo
10
11
12
13
14
Md M
0
12
13
14
M
15
16
Mo
Md
Gambar 1. Grafik Kemampuan Kognitif
Siklus I pada Anak Kelompok B
Grafik polygon di atas menunjukan
bahwa
Mo<Md<M
(9<10<10,6).
Berdasarkan gambar tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa kebanyakan data
hasil belajar kemampuan kognitif pada
siklus I cenderung rendah dan kurva juling
positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I
yaitu 66,25%, apabila dikonversikan ke
dalam PAP skala lima berada pada tingkat
penguasaaan 65-79 % yang berarti bahwa
hasil kemampuan kognitif pada siklus I
berada pada kriteria sedang.
Dari hasil pengamatan dan temuan
yang dilakukan selama siklus I terdapat
beberapa kendala dalam penerapan
bermain outdoor untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak. Kendala yang
ditemukan tersebut menyebabkan hasil
kemampuan kognitif anak kelompok B di
TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaha,
Buleleng-Bali berada pada kriteria sedang,
sehingga masih perlu ditingkatkan pada
siklus II.
Melalui
perbaikan
proses
pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
pada siklus I, maka terjadi peningkatan
proses pembelajaran di siklus II. Proses
pembelajaran dapat berjalan
Gambar 2. Grafik Kemampuan Kognitif
Siklus II pada Anak Kelompok B
Grafik polygon di atas menunjukan
bahwa bahwa Mo>Md>M (15>14>13,95).
Berdasarkan gambar tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa kebanyakan data
hasil belajar kemampuan kognitif pada
siklus II cenderung tinggi dan kurva juling
negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II
yaitu 87% apabila dikonversikan ke dalam
PAP skala lima berada pada tingkat
penguasaaan 80-89% yang berarti bahwa
hasil kemampuan kognitif pada siklus II
berada pada kriteria tinggi. Hal tersebut
menunjukan bahwa terjadi peningkatan
rata-rata kemampuan kognitif pada anak
kelompok B semester II TK Purwa Widya
Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali yaitu
sebesar 20,75% dari kategori sedang
menjadi kategoi tinggi.
Hasil penelitian yang digambarkan
pada grafik polygon menunjukkan bahwa
penerapan
bermain
outdoor
dapat
meningkatkan kemampuan kognitif dalam
hal memecahkan masalah sederhana dan
mengenal konsep bentuk, warna dan
ukuran pada kelompok B semester II di TK
Purwa Widya Dhikrama Desa Nagasepaha,
Buleleng-Bali.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif
diperoleh rata-rata presentase kemampuan
kognitif dalam kemampuan memecahkan
masalah dan mengenal konsep bentuk,
warna, dan ukuran pada anak di siklus I
sebesar 66,25% yang berada pada kategori
sedang. Hasil yang diperoleh anak pada
kemampuan kognitif dalam memecahkan
masalah dan mengenal konsep warna,
bentuk dan ukuran di siklus II sebesar 87%
yang berada pada kategori tinggi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan kognitif dari siklus
I ke siklus II sebesar 20,75%.
Selama penelitian di siklus I, peneliti
juga menemukan beberapa kendala, yang
dapat menganggu kelancaran penelitian.
Kendala-kendala
yang
ditemui
saat
penelitian yaitu, terdapat beberapa anak
sulit untuk diatur dan kurang konsentrasi
dalam menerima penjelasan langkahlangkah kegiatan, karena situasi lingkungan
TK saat itu kurang sangat ramai. Beberapa
anak bingung terhadap perintah yang
diberikan guru dan saat pelaksanaan
kegiatan anak lupa dengan petunjuk guru.
Adapun hal-hal yang guru lakukan di siklus
II untuk mengatasi masalah yang ada pada
siklus I, yaitu guru mencari hari yang tepat
untuk melakukan penelitian, yang dimana
situasi di lingkungan TK tidak terdapat
kegiatan yang dapat meganggu kelancaran
penelitian. Dalam memberikan penjelasan
kepada anak, guru sebaiknya tidak terlalu
lama
memberikan
penjelasan
dan
menggunakan bahasa yang sederhana
agar dapat dimengerti oleh anak. Selain itu,
guru juga perlu memberikan contoh yang
harus dilakukan anak pada saat kegiatan.
Pada kegiatan siklus II, secara garis
besar proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang direncanakan, sehingga
kemampuan kognitif dalam memecahkan
masalah sederhana dan mengenal konsep
bentuk, warna dan ukuran pada anak dapat
meningkat dari ketgori sedang ke kategori
tinggi. Dalam kegiatan anak sudah mulai
bisa diatur dan memahami perintah guru
sehingga anak dapat mengikuti kegiatan
sesuai petunjuk guru. Semua anak sangat
antusias dalam melakukan setiap kegiatan.
Anak yang masih canggung dalam kegiatan
siklus I sudah mampu terlibat aktif dalam
setiap kegiatan bersama teman-temannya.
Peningkatan kemampuan kognitif
terjadi karena kegiatan disajikan dengan
cara yang menarik dan menyenangkan
melalui
kegiatan
bermain
outdoor
menggunakan benda-benda yang ada di
sekitar TK. Anak-anak sudah mampu
mengenal perbedaan lebih lebih besar dan
lebih kecil bentuk daun, mengenal
perbedaan warna dan bentuk bunga,
mengenal
bentuk
geometri
dan
memasangkan dengan benda nyata yang
ada di lingkungan TK. Anak juga sudah
mampu menggunakan pikirannya untuk
memecahkan masalah dalam permainan.
Piaget (dalam Mutiah, 2010:101)
mengungkapkan
bahwa,
kognitif
merupakan cara berpikir anak untuk
menciptakan
sendiri
pengetahuannya
mengenai dunianya melalui interaksi yang
dilakukan anak dengan lingkungannya.
Dalam kegiatan bermain outdoor anak
memperoleh
kesempatan
untuk
membangun
pengetahuannya
sendiri
melalui kegiatan mengamati dan praktek
langsung untuk meningkatkan kemampuan
kognitifnya menggunakan benda-benda di
sekitar TK. Pernyataan ini didasari oleh
pendapat
Sujiono
(2009:93)
yang
menyatakan bahwa, seoranga anak lebih
mengingat suatu benda-benda yang dapat
dilihat, dipegang lebih membekas dan
dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan
memory dalam bentuk simbol-simbol.
Berdasarkan hasil analisis data
membuktikkan bahwa penerapan bermain
outdoor dapat meningkatkan minat belajar
anak. Saat anak-anak diajak bermain di
outdoor
dengan
kegiatan
yang
menyenangkan, anak merasa gembira dan
antusias dalam kegiatan, selain itu anak
dapat berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Bermain outdoor merupakan suatu
upaya melatih anak untuk membangun
pengetahuannya sendiri dan mengajak
anak lebih dekat dengan sumber belajar
yang sesungguhnya, yaitu alam dan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan
pendapat
Morisson
(2012:45)
yang
menyatakan bahwa, setiap permainan di
luar ruangan merupakan kesempatan bagi
anak untuk mempelajari konsep dan
pengetahuan baru.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Benda-benda yang digunakan dalam
bermain outdoor adalah benda-benda yang
terdapat di lingkungan TK, seperti daun,
bunga, bola, ember, dan benda-benda lain
yang terdapat di lingkungan TK. Bendabenda tersebut merupakan benda-benda
yang nyata yang dapat dilihat dan disentuh
oleh anak dan dapat digunakan sebagai
media untuk meningkatkan kemampuan
kognitifnya. Anak usia dini dapat menyerap
pengalaman dengan mudah melalui bendabenda yang bersifat konkret (nyata).
Berdasarkan hal tersebut, penggunaan
benda
nyata
dapat
memberikan
pembelajaran bagi anak.
Seorang
pendidik
tidak
dapat
meminta kepada anak untuk memahami
sesuatu hal hanya melalui sebuah ceramah
dan
meminta
anak
untuk
membayangkannya saja, tetapi anak harus
memperoleh
kesempatan
untuk
melakukannya secara langsung dan
mencocokkannya dengan pengetahuan
yang diperoleh sebelumnya. Plato (dalam
Yunanto, 2013) dalam penelitiannya
mencatat bahwa anak lebih mudah
mengenal aritmatika ketika diajarkan
melalui kegiatan bermain. Eksperimen ini
membuktikkan bahwa anak lebih mampu
memahami sesuatu yang menurutnya sulit
melalui kegiatan bermain.
Peningkatan kemampuan kognitif
pada anak dapat dilihat dari perubahan
yakni meningkatnya kemampuan kognitif
anak
dalam
memecahkan
masalah
sederhana dan mengenal konsep bentuk,
warna, dan ukuran. Hal tersebut dapat
dilihat saat anak mampu menemukan
solusi
untuk
memindahkan
air
menggunakan gelas berlubang, anak
mampu
mengklasifikasikan
benda
berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran,
anak mampu memasangkan benda yang
berdasarkan
pasangan
atau
persamaannya,
dan
anak
mampu
memasangkan bentuk geometri dengan
benda yang sebenarnya. Peningkatan
kemampuan kognitif juga dapat dilihat dari
kemampuan anak untuk menceritakan
perbedaan dan persamaan benda-benda
yang diperolehnya, yang dimana di awal
kegiatan siklus I beberapa anak belum
mampu menceritakan benda-benda yang
diperolehnya.
Pelaksanaan tindakan siklus I ke
siklus II pada kemampuan kognitif
mengalami peningkatan dari kategori
sedang ke kategori tinggi. Peningkatan
kemampuan kognitif anak tidak mencapai
kategori
sangat
tinggi
dikarenakan
keterbatasan waktu yang tersedia dalam
penelitian. Keterbatasan waktu disebabkan
karena pada saat memulai penelitian anakanak di TK Purwa Widya Dhikrama akan
segera menerima raport dan akan
melaksanakan liburan semester genap.
Selain
karena
keterbatasan
waktu,
kemmapuan kognitif anak sudah berada
pada kategori tinggi sehingga penelitian
tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Berdasarkan
hasil
dan
uraian
tersebut, maka penerapan bermain outdoor
dapat meningkatkan kemampuan kognitif
pada anak kelompok B semester II tahun
pelajaran 2015/2016 di TK Purwa Widya
Dhikrama Nagasepaha, Buleleng-Bali.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
bermain outdoor dapat meningkatkan
kemampuan kognitif pada anak kelompok B
semester II tahun pelajaran 2015/2016 di
TK Purwa Widya Dhikrama Nagasepaga,
Buleleng-Bali. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian pada siklus I presentase
kemampuan kognitif sebesar 66,25% yang
berada pada kategori sedang. Penelitian
dilanjutkan dengan melakukan perbaikan
pada siklus II dan mengalami peningkatan
dengan presentase kemampuan kognitif
anak sebesar 87% yang berada pada
kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan
kemampuan kognitif anak dari siklus I ke
siklus II sebesar 20,75%.
Berdasarkan
pembahasan
dan
kesimpulan dalam penelitian ini, dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut.
Kepada Kepala TK agar dapat menciptakan
kondisi belajar yang memadai dengan
memperhatikan
fasilitas
dan
sarana
prasarana sekolah yang menunjang dalam
proses kegiatan mengajar. Kepada guru
disarankan untuk melanjutkan menerapkan
bermain outdoor untuk meningkatkan
kemmapuan kognitif, sehingga anak tidak
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
merasa bosan belajar di dalam kelas yang
hanya megunakan lembar kerja. Kepada
peneliti lain disarankan untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut pada penerapan
bermain outdoor untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak, sehingga
mencapai hasil penelitian yang optimal
dengan kriteria sangat tinggi sebagai
penyempurnaan dari penelitian ini.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Indeks.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi
Pendidikan.
Malang.
Aditya
Media Publishing.
Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak
di Luar Kelas (Outdoor Study).
Jogyakarta: DIVA Press.
Jahja,
Yudrik.
2011.
Psikologi
Perkembangan.
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Latif, Mukhtar. dkk. 2013. Orientasi Baru
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Morrison, George S. 2012. Dasar-dasar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain
Anak Usia Dini. Jakarta: kencana
Prenada Media Group.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga.
Seefeldt, Carol dan Barbara A. Wasik.
2008. Pendidikan Anak Usia Dini:
Menyiapkan Anak Usia Tiga,
Empat dan Lima Tahun Masuk
Sekolah (Edisi Kedua). Jakarta:
Indeks.
Solihin. dkk. 2013. “Kaitan antara Status
Gizi, Perkembangan Kognitif, dan
Perkembangan Motorik pada
Anak
Usia
Prasekolah
(Relationship
Between
Nutritional,
Cognitive
Development,
and
Motor
Development
in
Preschool
Children)”. Vol. 36 (1):62-72.
Terdapat pada: ejournal.litbang.d
epkes.go.id/index.php/pgm/article
/view/339. Diakses pada tanggal
10 April 2016.
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan
Anak Usia Dini (Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Yunanto, A. H. 2013. Penerapan Metode
Bermain
Bolwing
Aritmatika
untuk
Meningkatkan
Kemampuan Kognitif. Skripsi
(online).
Terdapat
pada:
lib.unnes.ac.id/18771/1/1601910
004.pdf. Diakses pada tanggal 20
Juni
2016.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Download