Analisis risiko operasional pada PT. Karisma Teknika

advertisement
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA
PT. KARISMA TEKNIKA CITEUREUP - BOGOR
Oleh
ADHELIA OKTI BAWYNDA
H 24076001
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
ADHELIA OKTI BAWYNDA. H24076001. Analisis Risiko Operasional Pada
PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor. Di bawah bimbingan HETI MULYATI
PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur perdagangan
kimia yang memasok ke perusahaan otomotif. PT. Karisma Teknika dalam
menjalankan kegiatan usahanya dihadapkan pada risiko operasional. Identifikasi
risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi mempengaruhi kerugian
perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi dan memetakan
risiko operasional yang terjadi pada perusahaan PT. Karisma Teknika, 2).
Menganalisa alternatif penanganan risiko di PT.Karisma Teknika. Ruang lingkup
yang diamati adalah risiko operasional yang disebabkan oleh SDM, proses dan
teknologi.
Data penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil observasi atau pengamatan langsung di lokasi perusahaan wawancara
dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan PO tahun 2010,
jurnal dan buku. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 4 ( empat ) orang yaitu Direktur, Manager
operasional, staf administrasi dan kepala bagian operasional. Sampel ini
berdasarkan pertimbangan orang yang ahli dalam bidang operasional. Analisis
yang digunakan adalah statistik deskriptif rata-rata Geometrik dan dibantu dengan
pengolahan data memakai software Excel 2007.
Pemetaan risiko terdiri dari 4 (empat) kuadran yang dapat mengidentifikasi
risiko operasional pada PT. Karisma Teknika. Risiko SDM yang timbul karena
keselamatan dan kesehatan kerja berada pada kuadran II dampak yang
ditimbulkan sedang (2,41) dan frekuensi yang ditimbulkan sedang (2,20).
Sedangkan risiko yang diakibatkan pelatihan yang tidak memadai berada pada
kuadran III dampak yang ditimbulkan tinggi (2,75) dan frekuensi sedang (2,20).
Risiko yang diakibatkan karena kurangnya aktivitas organisasi berada pada
kuadran I yang artinya dampak yang ditimbulkan tinggi (2,71) dan frekuensi
tinggi (2,75). Risiko proses yang diakibatkan karena kurangnya perencanaan
produksi dampak yang ditmbulkan sedang (2,05) dan frekuensi sedang (1,86),
proses produksi dampak sedang (2,27) dan frekuensi sedang (2,21) dan
pengendalian produksi dampak sedang (2,27) dan frekuensi sedang (2,05)
terdapat pada kuadran II dimana dampak dan frekuensi yang ditimbulkan sedang.
Risiko teknologi yang diakibatkan karena masih sederhananya hardware terdapat
pada kuadran II, artinya dampak sedang (2,44) dan frekuensi sedang (2,21).
Sedangkan risiko yang ditimbulkan karena penggunaan software tidak memadai
terdapat pada kuadran I, artinya dampak tinggi (2,90) dan frekuensi yang
ditimbulkan tinggi (2,71). Strategi penanganan pada risiko SDM adalah dengan
memakai alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan dan masker. Selain
itu dilakukan pelatihan khusus tentang pengenalan bahan baku kimia yang
berbahaya. Sedangkan pada risiko proses penanganan yang dapat dilakukan
dengan menerapkan pencatatan barang produksi yang masuk dan keluar sesuai
dengan pesanan. Pengendalian bahan baku dapat dilakukan dengan menyusun tata
letak di gudang penanganan. Penanganan risiko teknologi dengan cara mengelola
sistem informasi secara on-line dan menerapkan sistem pemeliharaan alat-alat
produksi.
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA
PT. KARISMA TEKNIKA CITEUREUP-BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ADHELIA OKTI BAWYNDA
H 24076001
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi
: Analisis Risiko Operasional pada PT. Karisma Teknika
Citeureup-Bogor
Nama
: Adhelia Okti Bawynda
NIM
: H 24076001
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Heti Mulyati, STP, MT)
NIP : 19770812 200501 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)
NIP : 1961012 3198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Oktober 1986. Penulis
merupakan puteri pertama dari pasangan Achmad Wydia Septiono dan Sri Banun.
Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3
Sembawa, Palembang. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Palembang, lalu pada tahun 2001, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 10 Palembang.
Pada tahun 2004 penulis diterima di IPB Program Diploma III Teknisi
Usaha Ternak Pedaging Fakultas Peternakan. Pada tahun 2007 penulis
melanjutkan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada masa
perkuliahan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen penulis berpartisipasi aktif
dalam organisasi mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB atau
Extension Of Management (EXOM) divisi kewirausahaan periode 2008 - 2009.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya berupa kekuatan dan kesehatan lahir batin,
sehingga laporan skripsi berjudul ”Analisis Risiko Operasional pada
PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor ” dapat diselesaikan. Penelitian ini
disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis melakukan analisa risiko operasional pada PT. Karisma Teknika
Citeureup-Bogor dikarenakan perusahaan tersebut dapat mengidentifikasi dan
memetakan suatu kejadian risiko pada perusahaan sebagai acuan untuk melihat
dampak dan frekuensi yang dapat mempengaruhi kerugian perusahaan. Oleh
karena itu, pengelolaan risiko operasional terutama di bagian produksi harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan
perusahaan. Risiko operasional dapat dikurangi dengan identifikasi, pemetaan dan
análisis risiko operasional. Dengan demikian, keputusan untuk menghindari atau
mengurangi risiko dapat dilakukan secara tepat
Bogor, Maret 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang memberikan bantuan baik material
dan motivasi, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
motivasi, masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl., Ing., DEA dan Bapak Nurhadi
Wijaya, SPT, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
berharga.
3. Bapak Dr.Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen
Manajemen yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan perkuliahan.
4. Bapak Moh. Bima Aprilrianto selaku pemilik perusahaan bahan kimia dan
seluruh pekerja yang telah memberikan bimbingan serta informasi dalam
skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut
Pertanian Bogor yang telah banyak membantu pelaksanaan tugas akhir
penulis.
6. Keluarga tercinta Papa, Mama, Adhestia Augusti Bawynda, yang selalu
memberikan doa, dukungan, serta perhatiannya.
7. Hendra Bacheramsyah yang telah memberikan dorongan semangat dan
motivasinya selama ini.
8. Sahabat-sahabatku terbaik di ahli jenis manajemen Thia Tastanny, Ledyana
Gultom, Dewi Kashita, Damayana, Rahma Dona, Fitriani, Dwi Larasati, Yusi
Saragi, Anita Yulianti, Leni Juliani, Ayu, Vonny, Khory, Dwi, Yanita Kartika
Dewi dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga
selamanya kebersamaan dan persahabatan kita tetap terjalin.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat menghargai saran dan masukan yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi yang memerlukannya.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................
3
4
4
4
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1. Risiko dan Manajemen Risiko .............................................................
2.2. Risiko Operasional ...............................................................................
2.3. Klasifikasi Risiko Operasional ............................................................
2.3.1 Sumber Daya Manusia ................................................................
2.3.2 Risiko Teknologi .........................................................................
2.3.3 Risiko Proses...............................................................................
2.3.4 Risiko Eksternal ..........................................................................
2.4. Tahapan dalam Manajemen Risiko Operasional .................................
2.4.1 Pemetaan Risiko Operasional .....................................................
2.5. Konsep Penanganan Risiko..................................................................
2.6. Penelitian Terdahulu ............................................................................
6
9
10
13
15
15
15
15
18
22
24
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 28
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.5.
Kerangka Pemikiran Penelitian ...........................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................
Tahapan Penelitian ...............................................................................
Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................................
Teknik Pengambilan Sampel ...............................................................
Metode Analisis Data ..........................................................................
2.5.1 Statistik Deskriptif .....................................................................
2.5.2 Cause and Effect Diagram .........................................................
28
29
30
31
33
33
33
34
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 35
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................. 35
4.2. Produk - produk PT. Karisma Teknika ................................................
4.3. Pemetaan Risiko operasional ..............................................................
4.3.1 Risiko Operasional yang Disebabkan Sumber Daya Manusia ...
4.3.2 Risiko Operasional yang Disebabkan Proses ..............................
4.3.3 Risiko Operasional yang Disebabkan Teknologi ........................
4.4. Penanganan Risiko Operasional .............................................................
4.4.1 Penanganan Risiko SDM ............................................................
4.4.2 Penanganan Risiko Proses ..........................................................
4.4.3 Penanganan Risiko Teknologi ....................................................
4.5. Implikasi Manajerial...............................................................................
39
39
40
42
43
44
44
45
46
48
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 50
1. Kesimpulan .................................................................................................... 50
2. Saran .............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52
LAMPIRAN ...................................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Tahun 2004-2009 .................
2. Klasifikasi risiko operasional .........................................................................
3. Kategori dan indikator risiko operasional pada PT. Karisma Teknika ..........
4. Jumlah tenaga kerja PT. Karisma Teknika berdasarkan posisi
dan jenis kelamin Tahun 2010 .......................................................................
1
12
32
38
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Siklus manajemen risiko ................................................................................
2. Kunci identifikasi risiko .................................................................................
3. Tingkatan 3 ( tiga ) dimensi ...........................................................................
4. Pemetaan risiko operasional...........................................................................
5. Pemetaan risiko operasional...........................................................................
6. Kerangka pemikiran .......................................................................................
7. Tahapan penelitian .........................................................................................
8. Cause and Effect Diagram ............................................................................
9. Struktur organisasi PT. Karisma Teknika ......................................................
10. Peta risiko SDM ...........................................................................................
11. Peta risiko proses .........................................................................................
12. Peta risiko teknologi .....................................................................................
13. Cause and effect diagram .............................................................................
8
16
17
19
22
29
30
34
36
41
43
44
47
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Kuesioner penelitian....................................................................................... 55
2. Produk otomotif ............................................................................................. 64
3. Produk non otomotif ...................................................................................... 65
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sektor industri merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi
nasional. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) nasional, meningkatkan lapangan kerja dan devisa serta menunjang daya
saing nasional. Salah satu industri yang mengalami pertumbuhan setiap tahunnya
adalah industri pupuk, kimia dan bahan dari karet. Hal ini ditunjukkan dari
persentase pertumbuhan industri tersebut pada periode 2004 - 2009 mengalami
pertumbuhan rata-rata 32,43 persen. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
pada tahun 2004-2009 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Tahun 2004-2009
Persen (%)
No
Jenis - Jenis Industri
Minuman
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2004-2009
1
Makanan,
Tembakau
1,4
2,7
7,2
5,05
-1,26
16,3
19,32
2
Tekstil, Barang Kulit dan Alas
Kaki
4,1
1,3
1,2
-3,68
-7,1
9,8
8,96
3
Barang Kayu dan Hasil Hutan
-2,1
-1
-1
-1,74
-0,53
1,4
0,13
4
Kertas dan Barang Cetakan
7,6
2,4
2,1
5,79
0,1
0,8
4,4
5
Pupuk, Kimia dan Barang dari
Karet
9
8,8
4,5
5,69
3,17
26,2
32,43
6
Semen dan Barang, Galian
Non-Logam
9,5
3,8
0,5
3,4
-1,01
10.0
13,24
7
Logam Dasar, Besi dan Baja
-2,6
-3,7
4,7
1,69
2,77
13,3
13,87
8
Alat Angkut,
Peralatan
17,7
12,4
7,5
9,73
17,38
6,3
19,2
9
Barang Lainnya
12,8
2,6
3,6
-2,82
-6,88
7,0
8,86
7,5
5,9
5,3
5,15
4,61
9,11
120,41
Mesin
Total Industri
Sumber : BPS (2009)
dan
dan
PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur bahan kimia
yang menghasilkan produk yaitu chemical maintenance, agent chemical, chemical
trading,dan chemical cleaning. Selain itu, perusahaan juga memasok produk
kimia untuk perusahaan otomotif seperti PT. TVS Motor Company Indonesia,
PT. Astra Honda Motor, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan
PT. Yamaha Manufacturing West Java.
Setiap perusahaan akan mengalami berbagai risiko, diantaranya risiko
operasional. PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatan usahanya
dihadapkan pada risiko operasional. Hal tersebut dapat dilihat dari proses untuk
menghasilkan bahan kimia dapat menimbulkan risiko operasional. Indikatornya
adalah bahan kimia yang digunakan berbahaya, kerusakan kemasan, kegagalan
dalam komposisi barang yang akan dikirim dan keterlambatan bahan baku karena
susah diperoleh. Risiko-risiko tersebut biasanya dialami oleh PT. Karisma
Teknika sehingga kegiatan operasionalnya menjadi terhambat. Dampaknya secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha perusahaan
tersebut.
Identifikasi risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan
untuk mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi memengaruhi
kerugian perusahaan. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan
sehingga perusahaan harus memperhatikan faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yang harus diperhatikan adalah kompleksitas struktur organisasi
perusahaan, lingkup aktivitas bisnis, kualitas sumber daya manusia, dan
perubahan organisasi. Sedangkan faktor eksternal yang diperhatikan adalah
fluktuasi keadaan ekonomi perubahan dalam industri dan kemajuan teknologi,
keadaan politik sosial dan kemungkinan bencana alam. Dampak yang terjadi dari
adanya kegagalan operasional adalah invoice dibatalkan karena adanya
keterlambatan bahan baku, ketidaksesuaian komposisi bahan karena bahan
tersebut tidak sesuai dengan pesanan.
Oleh karena itu, pengelolaan risiko operasional terutama di bagian
produksi harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak menghambat
pencapaian tujuan perusahaan. Risiko operasional pembuatan produk kimia dapat
berbahaya bila terjadi kesalahan dalam komposisi bahan tersebut yang
mengakibatkan kegagalan produk yang akan diberikan kepada client perusahaan
otomotif. Risiko operasional dapat dikurangi dengan identifikasi, pemetaan dan
análisis risiko operasional. Dengan demikian, keputusan untuk menghindari atau
mengurangi risiko dapat dilakukan secara tepat.
1.2. Perumusan Masalah
PT. Karisma Teknika merupakan salah satu perusahaan manufaktur dan
distributor produk bahan kimia untuk industri besar khususnya industri otomotif
yang berlokasi di daerah Citeureup, Bogor. Kegiatan utama perusahaan ini adalah
memasok dan mendistribusikan produk bahan kimia ke perusahaan otomotif, yaitu
PT. TVS Motor Company Indonesia, PT. Astra Honda Motor,
PT. Yamaha
Indonesia Motor Manufacturing, dan PT. Yamaha Manufacturing West Java.
Risiko sering diartikan sebagai ketidakpastian. Risiko terkadang dianalisis dan
dikelola secara sadar, tetapi ada kalanya risiko diabaikan, karena tidak menyadari
akibat yang terjadi. Nilai kemungkinan dan dampak yang dapat menimbulkan
kerugian juga berkaitan dengan risiko. Kegiatan usaha di
PT. Karisma
Teknika tak lepas dari permasalahan yang dapat menimbulkan risiko operasional
seperti gagal dalam pembuatan produk, kualitas barang tidak memenuhi standar,
bahan baku yang susah didapat dan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada
pekerja. Masalah tersebut jika diabaikan terlalu lama dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut PT. Karisma perlu mengidentifikasi risiko
operasional yang terdapat di perusahaan dan melakukan tindakan penanganan
untuk mempertahankan keberlangsungan usaha dan meminimalisasi kerugian
yang disebabkan kerugian operasional. Identifikasi risiko operasional tersebut
dilakukan dalam rangka memberikan gambaran tentang status dan peta risiko.
Kountur (2008) berpendapat bahwa unit di dalam perusahaan yang belum
memiliki status dan peta risiko, belum bisa dikatakan telah menjalankan sistem
manajemen risiko dengan baik. Oleh karena itu, identifikasi risiko operasional di
PT. Karisma Teknika dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan perspektif
bagi pengambilan keputusan dalam mengelola risiko, khususnya risiko
operasional. Selain itu dilakukan pengembangan strategi untuk mengurangi
probabilitas kejadian negatif dan mengurangi terjadinya kegagalan bisnis.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Risiko operasional apa saja yang dihadapi oleh PT. Karisma Teknika yang
berkaitan dengan kegiatan proses pembuatan produk ?
2. Bagaimana strategi penanganan risiko operasional yang dapat diterapkan
pada PT. Karisma Teknika ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi dan memetakan risiko operasional yang terjadi pada
perusahaan PT. Karisma Teknika
2. Menganalisa alternatif penanganan risiko operasional di PT.Karisma
Teknika
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat
untuk mengurangi risiko operasional yang timbul pada kegagalan produksi.
2. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan
pertimbangan bagi pembaca serta peneliti lainnya yang ingin mengembangkan
penelitian mengenai tema manajemen risiko operasional.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
yang luas dalam menganalisis identifikasi risiko operasional pada perusahaan
kimia.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian di PT. Karisma Teknika di Citeureup, Bogor difokuskan untuk
mengidentifikasi risiko operasional di bagian produksi bahan kimia untuk
otomotif. Pengamatan dan identifikasi mengenai risiko perusahaan dilakukan di
unit proses produksi. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pada kegiatan
tersebut berlangsung proses penanganan pasca pembuatan produk cat dan
berhubungan dengan tingkat standar (komposisi bahan) yang berbahaya.
Analisis risiko operasional difokuskan pada risiko operasional yang
diakibatkan oleh Sumber daya manusia (SDM), proses dan Teknologi. Faktor
Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu risiko yang timbul dari inefisiensi atau
kesalahan dalam proses produksi akibatnya kurangnya sumber daya manusia yang
memadai, program pelatihan dan turn-over pegawai yang tinggi. Situasi yang
sering timbul dalam kasus ini disebabkan oleh perbedaan signifikan dalam
program pelatihan bagi satuan kerja unit bisnis. Hal tersebut merupakan salah satu
faktor signifikan yang mengakibatkan tingginya risiko operasional perusahaan.
Sedangkan risiko proses terdapat pada penanganan proses produk dalam membuat
produk kimia. Risiko teknologi yang menyebabkan kerugian operasional
disebabkan oleh gangguan dalam melaksanakan proses aktivasi kerja, kebocoran
dalam sistem teknologi informasi dan gangguan lainnya yang ditimbulkan dari
tidak berfungsinya sistem informasi hardware atau software.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Risiko dan Manajemen Risiko
Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat
ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko dapat dikategorikan kedalam
risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang dapat
mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan
menguntungkan. Pada perusahaan dalam mengahadapi suatu risiko, misalnya
kekayaan berupa mesin menanggung risiko murni, adanya kemungkinan mesin
mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan kecil sampai besar. Tetapi, tidak
mungkin keadaan sebaliknya bisa terjadi, berupa kekayaan gedung yang
menyebabkan kehancuran karena bencana alam. Sedangkan risiko spekulatif
adalah risiko yang dapat mengakibatkan dua kemungkinan, merugikan atau
menguntungkan perusahaan, misalnya perusahaan yang menyimpan valuta asing
seperti US$ dan JPY dapat mengalami keuntungan dan kerugian. Simpanan
tersebut menguntungkan bila nilai tukar mata uang tersebut menguat
(Djohanputro, 2008).
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga
mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat serta kaitannya dengan risiko. Risiko
dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya pengembalian yang akan
diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya
dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar.
Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan
risiko. Risiko adalah ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang
kerugian terhadap pengambilan keputusan. Ketidakpastian merupakan situasi
yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, mendefinisikan risiko sebagai peluang
terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi
yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan
memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi ( Muslich, 2007 ).
Manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk
menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin
tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap
situasi yang tidak pasti. Konsep dasar manajemen risiko menurut Djohanputro
(2008) yang dapat dipahami oleh pihak manajemen perusahaan adalah :
manajemen risiko hanya sebuah pendekatan, tetapi manajemen risiko merupakan
strategi fleksibel yang dapat diterapkan untuk berbagai skala industri.
1. Sistem manajemen risiko haruslah sistematis dan diikuti secara konsisten
tetapi tidak kaku dan fleksibel.
2. Manajemen risiko bukan merupakan alat „sulap‟ yang secara ajaib akan
meningkatkan penerimaan sekaligus mengurangi risiko.
3. Lingkungan usaha saat ini telah menyebabkan kompleksitas manajemen risiko
menjadi sangat tinggi dan merupakan proses yang sulit.
4. Kecenderungan meningkatnya persaingan, konsumen yang semakin menuntut
dan perkembangan baru dalam teknologi semakin mempersulit pengelolaan
risiko.
Program manajemen risiko akan lebih efektif jika menjalankan empat langkah di
dalam proses manajemen risiko :
1. Mengenal pasti potensi kerugian.
2. Mengevaluasi potensi kerugian.
3. Memilih teknik tepat, atau mengkombinasikan beberapa teknik manangani
ancaman kerugian.
4. Menerapkan program penanganan kerugian yang mengancam.
Siklus manajemen risiko menurut Djohanputro (2008) terdiri dari lima tahap
seperti
Gambar 1.
Identifikasi
Risiko
Pengawasan dan
Pengendalian
Risiko
Model
Pengukuran
Risiko
Pemetaan
Risiko
Pengelolaan Risiko
Gambar 1. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2008)
Tahap 1. Identifikasi Risiko
Tahap ini mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
Langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak
yang berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari
McKenzie yaitu : shared value, strategy, structure, staff, skill, sistem, dan style.
Tahap 2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mangacu pada dua faktor yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan
terhadap risiko. Sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko
muncul, semakin tinggi kemugkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula
risikonya.
Tahap 3. Pemetaan risiko
Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan
kepentingannya bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan
memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga
perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu mana
yang dinomor duakan, dan mana yang perlu diabaikan. Selain itu prioritas juga
ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.
Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko
Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model
pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, struktur
organisasi pengelolaan dan lain-lain.
Tahap 5. Monitor dan Pengendalian
Monitor dan pengendalian penting karena :
1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana.
2. Manajemen juga perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
cukup efektif.
3. Risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk
memantau perkembangan terhadap kecendrungan berubahnya profil risiko.
Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada
perubahan prioritas risiko.
2.2. Risiko Operasional
Risiko operasional disebabkan oleh kegagalan atau ketidakcukupan (tidak
memadainya) proses internal, manusia dan sistem atau dari kejadian eksternal.
Risiko ini akan memberikan dampak kepada seluruh bisnis usaha karena risiko
operasional sehari-hari. Risiko operasional dapat timbul antara lain karena adanya
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal. Risiko ini juga dapat
timbul karena adanya kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem,
proses dan faktor eksternal. Dalam menghadapi risiko tersebut, cara yang
dilakukan perusahaan, yaitu pemahaman tentang risiko, pengukuran, pemantauan
dan pengendaliannya. Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko juga
dapat memperkirakan skenario terburuk yang potensial terjadi terhadap
perusahaan dan dampaknya. Perusahaan juga dapat mengalokasikan dana dan
modal yang sengaja dicadangkan untuk menanggung potensi kerugian yang tidak
dialihkan kepada pihak lain (Kountur, 2008).
Risiko operasional menurut Muslich (2007) mempunyai dimensi yang
luas dan kompleks dengan sumber risiko yang merupakan gabungan dari berbagai
sumber yang ada dalam organisasi, proses kebijakan, sistem dan teknologi, orang
dan faktor-faktor lainnya. Perusahaan mulai memikirkan untuk melakukan proses
manajemen risiko operasional karena risiko operasional tidak hanya terjadi di
bank komersil tetapi juga terjadi di semua industri. Banyaknya perusahaan yang
bangkrut atau likuidasi karena menderita kerugian operasional yang besar
memberikan pelajaran bahwa risiko operasional tidak mungkin diabaikan atau
dihilangkan. Menurut Djohanputro (2008) risiko operasional adalah potensi
penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem,
sumber daya manusia (SDM), teknologi atau faktor lain. Risiko operasional bisa
terjadi pada dua tingkatan yaitu teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko
operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi
yang tidak memadai dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada
tataran organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan
pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan idak berjalan sebagaimana
seharusnya. Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
manusia (SDM), sistem dan prosedur, kebijakan dan struktur organisasi.
2.3. Klasifikasi Risiko Operasional
Klasifikasi risiko operasional secara umum dibagi menjadi 4 (empat)
kategori menurut Aung (2008), yaitu sumber daya manusia (SDM), teknologi,
proses dan faktor eksternal. Aung (2008) memerinci klasifikasi risiko operasional
sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko
operasional karena sumber daya manusia
2. Teknologi informasi dan komunikasi yaitu faktor yang menyebabkan
risiko operasional sistem informasi yang mencakup Software dan
Hardware.
3. Faktor eksternal yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional
disebabkan oleh bencana alam atau buatan manusia, lingkungan bisnis dan
persaingan.
4. Strategi atau Kebijakan yaitu faktor yang dapat menimbulkan risiko
operasional disebabkan oleh perubahan strategis baik yang berasal dari
pihak manajemen atau pihak lain.
5. Tata Kelola Perusahaan yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional
disebabkan oleh struktur dari tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan
pedoman kinerja, monitoring sebagai alat untuk pencapaian kerja dan
mendorong untuk menggunakan sumber daya efisien. Kurangnya tata
kelola dalam perusahaan dan perubahan lingkungan akan menyebabkan
risiko operasional.
6. Budaya organisasi yaitu faktor yang menyebabkan risiko opersional
disebabkan oleh suatu kepercayaan organisasi, pengetahuan, sikap dan
kebiasaan. Budaya merupakan bagian dari keyakinan manajer senior dan
juga karyawan terhadap perusahaan. Hal tersebut dapat mendukung atau
tidak mendukung maupun berpengaruh positif atau negatif. Hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan karyawan atau kemauan untuk beradaptasi
atau melakukan dengan baik.
7. Manajemen yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional
disebabkan oleh kurangnya manajemen yang efektif, pembinaan,
pemberdayaan, fasilitasi, motivasi dan kepemimpinan.
8. Proses bisnis dalam kondisi normal yaitu faktor yang menyebabkan risiko
operasional disebabkan oleh Pelaporan, Kontrol dan audit.
9. Bisnis dalam kondisi abnormal atau terjadi kegagalan bisnis yaitu faktor
yang menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh kegagalan ialah
tekanan biaya, gagal proyek atau produk dan pemutusan kerja. Manajemen
dapat dengan cepat mereferensi profil risiko dan memahami dengan jelas
bagian mana dari organisasi yang perlu diperbaiki. Klasifikasi risiko
operasional berdasarkan kejadian risiko dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi risiko operasional
Faktor
Risiko
Jenis Kejadian
Contoh
Kerusakan asset
Gempa bumi, kebakaran dan banjir
- Penipuan pelanggaran daerah,
External fraud
- eksploitasi pesaing rahasia dagang,
- eksternal outsource
Risiko
Eksternal
Conduct
Risiko
Risiko negara, risiko politik, risiko mata uang,
pembatasan visa perjalanan sistemik kerentanan
Lokasi terkait dan (eksternal), risiko pandemi, tak terduga
perubahan dalam lingkungan yang kompetitif,
lingkungan bisnis
penyedia layanan, perubahan bisnis (M & A,
Struktur, Strategi, dll)
klien, produk,
praktek bisnis
- Standar etika pembeli layanan
dan - Ketidakpatuhan terhadap hukum
- Penyalahgunaan kepercayaan
- Penyalahgunaan informasi langganan
Internal fraud
- Penjualan produk tidak sah.
- Kebocoran data, pencurian oleh karyawan,
dan perdagangan ilegal.
Risiko Kerja Praktek - Keamanan pekerja, kompensasi pekerja
dan diskriminasi klaim
dan keselamatan
Risiko
Proses
- Pelanggaran
kesehatan
karyawan
dan
peraturan keselamatan.
Gangguan Bisnis dan - Keamanan dan kerentanan sistem, kegagalan
Hardware/Software
Kegagalan Sistem
Pelaksanaan,
Pengiriman dan Proses
Manajemen
Sumber : Aung (2008)
- Masalah proses telekomunikasi dan padamnya
kebutuhan.
Kegagalan proses dan kualitas kontrol,
non standar pengukuran, kesalahan pelaporan
Menurut Trangjiwani (2008) pemahaman mengenai kejadian operasional
yang menyebabkan kerugian dilakukan dengan mengelompokkan risiko
operasional ke dalam sejumlah kategori kejadian risiko dan didasarkan kepada
penyebab utama risiko. Risiko operasional selanjutnya dapat dibagi dalam
beberapa sub-kategori seperti risiko yang melekat pada :
1. Risiko sumber daya manusia,
Karyawan merupakan asset penting tetapi juga merupakan sumber risiko
operasional bagi perusahaan. Transaksi dari bagian proses ketika salah
menjumlah berat barang atau komposisi bahan yang masuk merupakan
kesalahan yang tidak sengaja. Kesalahan yang disengaja yaitu, kasus
pencurian beberapa barang yang dilakukan oleh karyawan.
2. Risiko teknologi
Sistem teknologi dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perusahaan di lain pihak sistem tersebut juga dapat meminimalkan risiko
baru bagi perusahaan.
3. Risiko proses
Kegiatan penanganan proses atau barang terkait dengan adanya proses
untuk menangani barang datang, proses penanganan barang dan proses
pembagian tiap-tiap jenis dan jumlah produk ke beberapa pemasok sesuai
dengan pesanan. Risiko kegagalan proses merupakan risiko yang terkait
dengan kegagalan proses untuk menangani produk lebih lanjut di dalam
perusahaan selama proses penanganan barang berlangsung (Trangjiwani,
2008).
4. Risiko eksternal
Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber dari luar
perusahaan dan di luar pengendalian perusahaan. Kejadian semacam itu
biasanya jarang terjadi, tetapi mempunyai dampak yang cukup besar
(frekuensi rendah, dampak tinggi). Beberapa risiko eksternal yaitu :
bencana alam, dan risiko akibat kondisi alam. Kategori sumber risiko
eksternal lainnya adalah sebagai berikut gangguan sistem transportasi yang
dapoat menyebabkan karyawan tidak masuk dan terjadi pemadaman air,
dan pemadaman listrik.
2.3.1 Risiko Sumber Daya Manusia
Menurut Napitupulu (2009) risiko sumber daya manusia (SDM)
didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan pekerja. Sumber daya
manusia dalam hal ini karyawan merupakan aset yang paling berharga di
perusahaan. Namun demikian karyawan yang sering kali menjadi penyebab
kejadian risiko operasional. Kejadian risiko manusia dapat terjadi pada fungsi
manajemen risiko, dimana kualifikasi dan keahlian karyawan pada fungsi
tersebut merupakan hal penting yang
diutamakan. Bagian-bagian yang
umumnya terkait dengan risiko sumber daya manusia adalah
1.
Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja. Hal tersebut berkaitan
dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja. Sasaran tempat kerja,
mencakup proses produksi dan distribusi (barang dan jasa). Peranan
keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan orang lain
yang berada di tempat kerja. Faktor penyebab kejadian kecelakan di industri
antara lain :
a. Kegagalan komponen, misalnya alat yang tidak memadai dan tidak
mampu menahan tekanan, suhu atau bahan kimia.
b. Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam
pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk samping.
c. Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia
tanpa mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil, dan salah
komunikasi
Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam,
sabotase, dan kerusuhan massa.
2. Pelatihan karyawan tidak memadai yaitu terdapat beberapa fenomena
organisasional yang dapat dikategorikan sebagai gejala pemicu munculnya
kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Tidak tercapainya standar
pencapaian kerja, karyawan tidak mampu melaksanakan tugasnya,
karyawan tidak produktif, tingkat penjualan menurun, tingkat keuntungan
menurun. Gelaja-gejala yang umum terjadi pada organisasi antara lain
gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut, menimbulkan gejala utama
dalam organisasi yang membutuhkan penanganan kerja yaitu : rendahnya
produktivitas, tingginya kelalaian, tingginya perputaran, rendahnya moral
pekerja, penyimpangan dan rendahnya keuntungan.
3. Aktivasi dimaksudkan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan dengan
sebaik-baiknya
sumberdaya
manusia
yang
ada. Saat
ini
banyak
sumberdaya manusia yang tidur, setengah bekerja atau tidak bekerja sama
sekali tetapi masih tetap mendapat upah atau gaji. Peran serta manusia
sebagai tenaga kerja merupakan unsur dominan dalam proses industri
perlu mendapat perhatian khusus guna menghasilkan suatu produk yang
bermanfaat bagi masyarakat. (Napitupulu, 2009).
2.3.2 Risiko Teknologi
Risiko teknologi adalah risiko yang terkait dengan penggunaan
teknologi dan sistem. Saat ini perusahaan sangat bergantung pada sistem
dan teknologi yang mendukung kegiatan proses produksi, penggunaan
teknologi seperti ini banyak menimbulkan risiko operasional.
Kejadian risiko teknologi disebabkan oleh :
1. Pengendalian perubahan data yang tidak memadai yaitu adanya sistem
yang kurang dikendalikan. Kesalahan input data yaitu suatu data
permintaan barang dari supplier tidak sesuai dengan data yang ada,
karena ada keterbatasan material.
2. Data yang tidak lengkap yaitu catatan material yang kurang
perhitungan dengan barang yang ada.
Kegagalan teknologi yang digunakan perusahaan adalah terjadinya
kerusakan dalam sistem teknologi yang dapat menyebabkan gagalnya
produk yang akan di produksi untuk menyuplai ke pemasok (Napitupulu,
2009).
2.3.3 Risiko Proses
Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari
hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau
kesalahan dalam kombinasi sumber data (SDM, keahlian, metode
peralatan teknologi dan material) dan karena perubahan lingkungan.
Kesalahan prosedur merupakan salah bentuk perwujudan risiko proses
(Djohanputro, 2008).
2.3.4. Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada
eksposur korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi
penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal yang termasuk
faktor eksternal antar alain, reputasi, lingkungan sosial dan hukum.
(Djohanputro, 2008).
2.4. Tahapan dalam Manajemen Risiko Operasional
Tahapan dalam identifikasi manajemen risiko operasional menurut Aung
(2008) adalah proses pengembangan lima tahap sebagai berikut :
Tahap 1 : Identifikasi dan justifikasi risiko operasional
Tahap 2 : Penilaian dan pemetaan risiko operasional
Tahap 3 : Pengembangan Key Risk Indicator (KRI)
Tahap 4 : Analisis dan Penyesuaian KRI
Tahap 5 : Monitoring dan Pelaporan
Tahap 1 : Identifikasi dan Justifikasi Risiko Operasional
Manajemen risiko operasional dimulai dengan identifikasi risiko
perusahaan. Hal tersebut didukung oleh Rockart dalam Aung (2008) yang
menyatakan bahwa dalam mengidentifikasi risiko operasional perlu diketahui
Critical Success Factor (CSF) untuk mencapai keunggulan perusahaan yang
didukung sistem teknlogi informasi dan komunikasi. Pimpinan dapat memantau
berbagai kejadian yang menimbulkan risiko operasional dari sistem informasi
yang memadai. Selain itu, Critical Success Factor (CSF) tersebut juga berguna
untuk memfokuskan pada risiko yang dapat menimbulkan dampak negatif pada
jangka pendek maupun jangka panjang. Kunci identifikasi risiko operasional
dapat dilihat pada Gambar 2.
Lingkungan yang kompetitif, konsep nilai,
pernyataan misi, strategi bisnis
Key Performance Indicator
Critical Success Factor (CSF)
Pengukuran Kinerja
(KPI)
Dampak negatif terhadap
pengukuran kinerja
Kegiatan kritis
Kunci Risiko
Membatasi aktivitas kinerja
Key Risk Indicator
Tujuan Unit Bisnis
(KRI)
Gambar 2. Kunci identifikasi risiko operasional (Aung, 2008)
Gambar 2 menunjukkan aliran logis dari kunci identifikasi risiko
operasional. Proses ini dimulai dengan memerinci Critical Success Factor (CSF)
dan Critical Activity (CA) yang diperoleh dari kemampuan organisasi yang
kompetitif, pemahaman lingkungan yang kompetitif, nilai konsep dan strategi
bisnis. Suatu kegiatan kritis dapat berdampak pada Critical Success Factor (CSF).
CSF mempengaruhi oleh suatu kegiatan yang dapat digunakan sebagai ukuran
kinerja Key Performance Indicator (KPI) untuk menentukan tingkat kepentingan
kegiatan. Risiko utama harus dilihat dalam tiga aspek yaitu : 1). bagaimana
dampak risiko operasional terhadap keseluruhan ukuran kinerja organisasi, 2).
bagaimana batas tingkat kinerja kegiatan kritis dan 3). bagaimana mereka
mencegah unit bisnis pendek dan tujuan jangka panjang. Oleh karena itu, pada
tahap ini sangat penting untuk mengidentifikasi Key Risk Indicator (KRI).
Tahap 2 : Penilaian dan Pemetaan Risiko
Risiko yang diidentifikasi dalam tahap 1 dinilai dan dipetakan pada
peringkat peta risiko tiga-dimensi. Umumnya secara tradisional, risiko dinilai dari
peringkat dua dimensi yaitu berdasarkan pada probabilitas dan dampak risiko.
Aung (2008) menambahkan satu dimensi yaitu kompleksitas. Ketiga hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi KRI. Penilaian risiko operasional
berdasarkan tingkatan 3 (tiga) dimensi dapat dilihat Gambar 3.
Probabilitas

Kompleksitas
Kemungkinan risiko
Dampak

Jumlah durasi

Pemulihan waktu
 Interpendensi
 Tingkat kesulitan untuk
mendeteksi, mengukur dan
mencegah.
 Waktu
yang
terbatas
penyisihan tindakan reaktif
Gambar 3. Penilaian risiko operasional berdasarkan 3 ( tiga ) dimensi (Aung,
2008)
Tahap 3 : Pengembangan Jaringan Key Risk Indicator (KRI)
Setelah mengidentifikasi dan memeringkat poin kritis risiko selanjutnya
membangun jaringan pemantauan risiko berdasarkan indikator risiko, misalnya
dengan menggunakan metodologi Bayesian Network. Setiap jaringan harus
dihubungkan dengan risiko titik kritis atau dihubungkan dengan critical success
factor (CSF). Beberapa jaringan menggunakan sejumlah KRI komposit
perusahaan untuk menelusuri risiko. Misalnya, kualitas staf indeks, keamanan
informasi indeks untuk seluruh perusahaan digunakan dengan melacak beberapa
titik risiko bisnis-unit. Namun, beberapa indeks bervariasi tergantung pada sifat
dari unit usaha. Pengembangan Key Risk Indicator (KRI) berdasarkan pada
Triple-E yaitu Effectivity (efektifitas), Effeciency (efesiensi), dan Exposure
(eksposur). Aung (2005), mendefinisikan ketiga hal tersebut yaitu :
1. Efektivitas, dilihat dari produk baru
2. Efisiensi, dilihat dari :
- Tingkat memperkenalkan produk baru
- Rata-rata jumlah konflik dalam hubungan pemasok
- Frekuensi survei pelanggan
- Persentase biaya iklan pada produk baru
3. Eksposur dilihat dari :
- Staf dalam manajemen produk
- Pengaduan pada produk baru.
Tahap 4 : Analisis dan Penyesuaian KRI
Dalam prakteknya, pengembangan dan penyesuaian KRI membuat satukesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan jelas. Analisis dan penyesuaian KRI
mencakup dua aspek yaitu Konsistensi logis dari jaringan dan, risiko sensitivitas.
Tahap 5 : Monitoring dan Pelaporan
Monitoring dan pelaporan tidak hanya sekedar memantau eksposur risiko,
tetapi juga dapat membantu manajer risiko dalam melakukan peramalan. Analisis
kausal sebagai bukti dari risiko operasional dapat digunakan untuk menghitung
diperbarui probabilitas (juga disebut sebagai posterior probabilitas) dari semua
faktor penyebab.
2.4.1 Pemetaan Risiko Operasional
Pemetaan risiko merupakan suatu proses di mana berbagai unit usaha,
fungsional organisasi, atau arus proses transaksi yang dipetakan berdasarkan tipe
risiko (Muslich, 2007). Pemetaan risiko dapat menggambarkan berbagai
pendekatan manajemen risiko operasional untuk mengontrol penilaian terhadap
aktivitas dan operasi perusahaan sebagai proses identifikasi untuk memberikan
penjelasan tentang cara mendapatkan produk, sumber daya yang dibutuhkan dan
biaya yang terlibat. Menurut Scandizzo (2005), pemetaan risiko merupakan
tahapan dalam menggambarkan risiko operasional, atau suatu rumusan untuk
mengidentifikasi risiko operasional dan berbagai dimensi. Berbagai dimensi untuk
memetakan risiko operasional menurut Scandizzo (2005) terdiri dari :
1.
Sumber daya manusia (SDM) : Proses yang dipengaruhi oleh SDM, dimana
proses tersebut dibuat formal, terjadi adaptasi, diinterpretasikan dan
menanggapi keadaan. yang tidak peduli dalam mengadaptasi, menafsirkan
dan berimprovisasi untuk menanggapi keadaan.
2.
Spesialisasi , maksudnya sangat sedikit orang yang benar-benar memahami
suatu proses bisnis yang spesifik dan interaksi dengan orang lain dalam
industri. Hal tersebut dapat menimbulkan potensi kegagalan operasional.
3.
Proses, maksudnya terjadi proses perubahan sepanjang waktu dan pemetaan
menjadi hal yang tidak digunakan lagi setelah proses selesai.
Scandizzo (2005) memberikan gambaran metodologi untuk pemetaan
risiko operasional dengan memilih key risk indicator (KRI) dan merancang
kegiatan pengendalian yang sesuai. Metode yang umumnya digunakan untuk
memetakan risiko operasional dilihat berdasarkan dampak dan frekuensi yang
terjadi dari suatu kejadian yang dapat menimbulkan risiko operasional. Menurut
Scandizzo (2005) pemetaan risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
Frekuensi
Tinggi
Tidak Ancaman
Penuh Bencana
Frekuensi Tinggi /
Dampak Rendah
Frekuensi Tinggi /
Dampak Tinggi
Merugikan
Sumber Bahaya
Frekuensi Rendah /
Dampak Rendah
Frekuensi Rendah /
Dampak Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Dampak
Gambar 4. Pemetaan risiko operasional (Scandizzo, 2005)
Pemetaan risiko tersebut dapat membedakan antara frekuensi tinggi dan
rendah dengan dampak yang ditimbulkan ( tinggi atau rendah). Cara lainnya
adalah dengan memetakan risiko berdasarkan tahapan kegiatan usaha yang dapat
menimbulkan risiko operasional menghasilkan output yang lebih komplek,
informasi bersifat kualitatif tersebut dan memberikan indikasi yang jelas bagian
mana dari proses harus diubah. Hal ini juga memungkinkan untuk identifikasi
yang lebih relevan untuk setiap eksposur risiko.
Menurut Djohanputro (2008) pemetaan risiko pada prinsipnya merupakan
penyusunan risiko berdasarkan kelompok tertentu sehingga manajemen dapat
mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan
yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Sejalan dengan prinsip ekonomi
yaitu terbatasnya sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan penyusunan prioritas. Dengan
demikian penetapan risiko berarti proses penetapan prioritas dalam penanganan
risiko dari keseluruhan risiko yang berhasil diidentifikasi. Karena risiko selalu
terkait dengan dua dimensi pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua
dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah kemungkinan
terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.
Dimensi pertama, probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu
risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi semakin perlu
mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko
terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian
kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi ke dalam tiga
kategori yaitu tinggi, sedang, rendah.
Dimensi kedua berupa dampak yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang
terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin
tinggi dampak suatu risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya
semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko semakin rendah pula
kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani
risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi ke dalam tiga
tingkat yaitu tinggi, sedang, rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan
empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas
sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri
dari risiko-risiko yang masuk kedalam prioritas I atau prioritas utama.
Kuadran II merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas
II. Ciri dari risiko dalam kuadran II adalah mereka yang memiliki tingkat
probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang namun dampaknya bila risiko
tersebut menjadi kenyataan tinggi. Ini artinya risiko-risiko dalam kuadran II cukup
jarang terjadi. Mungkin hanya setahun sekali atau bahkan bisa kurang. Tetapi
kalau sampai terjadi tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Dalam
kondisi terburuk perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut.
Kuadran III dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas III. Risiko
dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi namun
dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin
terjadi ini terlalu mengganggu
pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila
risiko yang bersangkutan muncul menjadi kenyataan. Namun, biasanya
perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.
Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko
dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun
terjadi dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko
yang masuk dalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan
tidak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut.
Diagram pemetaan risiko operasional dapat dilihat secara rinci Gambar 5.
Frekuensi
Tinggi
Risiko II
Risiko I
Risiko berbahaya
jarang terjadi
Sedang
yang Mengancam
pencapaian
perusahaan
Risiko IV
Risiko III
Risiko tidak berbahaya
Risiko yang
secara rutin
Rendah
Rendah
Sedang
tujuan
terjadi
Tinggi
Gambar 5. Diagram pemetaan risiko (Djohanputro, 2008)
Dampak
2.5. Konsep Penanganan Risiko
Menurut Hanafi (2006), organisasi dalam perusahaan dapat memilih
alternatif untuk menangani risiko. Alternatif yang dapat dipilih untuk menangani
risiko adalah
1. Penghindaran risiko
Penghindaran risiko adalah tindakan perusahaan untuk tidak
melakukan bisnis atau kegiatan yang tertentu yang tidak diinginkan.
Risiko yang tidak perlu jika memungkinkan bila dihilangkan tanpa ada
pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Risiko yang
dihindari dapat karena tidak sesuai dengan visi perusahaan dampak
sosialnya terlalu besar, atau peraturan yang tidak kondusif. Hal terpenting
dalam menerapkan penghindaran risiko adalah kemampuan perusahaan
melakukan studi dan identifikasi jenis risiko tertentu dari suatu bisnis atau
kegiatan yang ingin dihindari.
2. Penahan risiko
Alternatif
lain
dari
manajemen
risiko
adalah
perusahaan
menanggung risiko yang muncul (menahan risiko). Penahanan risiko bisa
terjadi secara terencana dan tidak terencana. Jika suatu perusahaan
mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk
menahan sebagian atau seluruh risiko maka perusahaan tersebut menahan
risiko dengan terencana. Perusahaan dapat menjadi tidak sadar akan
adanya risiko yang dihadapinya pada situasi lain dan tidak melakukan apaapa. Perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana dalam situasi
tersebut.
3. Pengalihan risiko
Menurut Kountur (2008) manajemen risiko memiliki alternatif lain
untuk memindahkan risiko kepihak lain. Pihak lain tersebut biasanya
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik
karena skala ekonomi yang lebih baik atau karena mempunyai keahlian
untuk melakukan manajemen risiko lebih baik.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan berbagai arah.
a. Asuransi, metode pengalihan risiko yang paling umum khususnya untuk
risiko murni. Asuransi ini merupakan dimana yang diasuransikan
perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang
dialami pihak yang diasuransikan. Pihak pengasuransi memperoleh
premi asuransi sebagai balasannya.
b. Hedging, atau lindung nilai pada dasarnya mengalihkan risiko kepada
pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi
instrument keuangan.
c. Membentuk perseroan terbatas, merupakan alternatif risiko karena
kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas
pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai
pada kekayaan pribadi. Risiko perusahaan secara efektif dapat
dialihkan sebagai ke pihak lain, dalam hal ini biasanya pemegang
hutang (kreditur).
4. Diversifikasi Risiko
Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan
menghabiskan semua asset yang dimiliki (Kountur, 2008). Diversifikasi
merupakan salah satu cara mitigasi yang efektif dalam mengurangi
dampak risiko.
5. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko perlu dilakukan untuk risiko yang tidak bisa
dihindari oleh organisasi. Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi
probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat dampak, atau
keduanya dengan menggunakan dimensi probabilitas dan dampak.
Pengendalian
risiko
yang
efektif
bisa
dilakukan
dengan
menghilangkan tindakan yang berbahaya, menghilangkan kondisi fisik
yang rentan terhadap risiko. Menurut Sofyan (2005), risiko yang muncul
bisa dipecah kedalam beberapa komponen :
1. Kondisi yang mendorong tejadinya risiko.
2. Lingkungan dimana risiko itu berada.
3. Interaksi antara risiko dengan lingkungan.
4. Hasil dari interaksi.
5. Konsekuensi dari hasil tersebut.
Pengendalian
risiko
bisa
difokuskan
pada
usaha
mengurangi
kemungkinan munculnya risiko tersebut. Pengendalian risiko jika dilihat dari sisi
waktu, bisa dilakukansebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi juga bisa
dilakukan saat terjadinya risiko.
2.6. Penelitian Terdahulu
Trangjiwani (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Manajemen
Risiko Operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung Propinsi
Jawa Barat”. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat pada
perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk meminimalisasi kerugian
dari berbagai aktivitas perusahaan. Analisis penelitian ini menggunakan metode
aproksimasi, matrik frekuensi dan signifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokan menjadi risiko sistem,
proses, SDM dan Risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status
risiko diutamakan untuk komoditi tomat dari empat komoditi lainnya. Alternatif
penanganan risko dengan mitigasi atau detect and monitor yang dilakukan untuk :
a). risiko sistem, SDM, Proses dan eksternal tomat, b). risiko sistem dan eksternal
pada kol, c). risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head dan d). risiko
sistem proses dan eksternal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low
control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan
dampak risiko yang rendah antara lain : a). risiko sistem dan SDM pada kentang,
b). risiko proses dan SDM pada kol, c). risiko SDM pada lettuce head dan c).
risiko SDM pada cabai merah.
Hayati (2006) melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Risiko
Operasional Bidang Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro (studi kasus
KBMT Wihdatil Ummah)”. Penelitian ini bertujuan untuk (1). Mengetahui faktorfaktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT
Wihdatul Ummah, (2). Mengetahui risiko-risiko operasional yang timbul dari
pemberian pembiayan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (3). Mengetahui
pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT
Wihdatul Ummah. Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh
KBMT Wihdatul Ummah memperhatikan Character, Capital, Capacity,
Collateral dan Condition. Risiko pembiayaan berasal dari tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah kondisi makro Indonesia secara global yang
menyangkut keadaan ekonomi maupun politik. Kelompok risiko yang kedua
berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah. Sedangkan kelompok risiko yang
ketiga berkaitan dengan aktivitas KBMT Wihadatul Ummah. Identifikasi terhadap
risiko operasional pada pembiayaan yang timbul mencakup manajemen risiko
pembiayaan, proses dan pengajuan pembiayaan serta pada saat tindak lanjut
setelah pembiayaan diberikan. Risiko yang muncul dinilai dampak dan
kemungkinan terjadinya untuk menunjukan tingkatan risiko. Risiko yang dinilai
sangat tinggi diantaranya : perhitungan pencadangan penghapusan piutang yang
tidak dilakukan setiap bulan, kurangnya sumber daya manusia yang menangani
pembiayaan, analisis data mitra yang kurang tepat dalam menilai kelayakan usaha
serta nilai taksasi jaminan, tidak memungkinkan pemantauan kondisi finansial
dari mitra. KBMT Wihdatul Ummah melakukan beberapa upaya pengelolaan
terhadap risiko operasional yang muncul tersebut dengan beberapa cara yaitu :
adanya monitoring tiap satu minggu sekali untuk menilai prestasi angsuran mitra
dan mengawasi prestasi angsuran mitra tersebut untuk membuat tindakan yang
tepat untuk penanganan pembiayaan bermasalah. Evaluasi bulanan dan
semesteran juga dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas pembiayaan selama satu
bulan dan membuat perencanaan untuk bulan berikutnya seta menyusun rencana
penanganan pembiayaan yang bermasalah.
Tarigan (2009) melakukan penelitian berjudul “Analisis Risiko Produksi
Sayuran Organik Pada Permata Hati Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat”.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis risiko produksi dalam pengelolaan
sayuran organic pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan
permata hati organic farm. 2. Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk
mengatasi risiko produksi permata hati organik farm dalam menjalankan
usahanya. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis risiko dengan
menggunakan variance, standar deviation, coefficient variant pada kegiatan
spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis
spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau,
tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dar keempat
komoditas adalah bayam hijau yaitu 0,225 yang artinya setiap satu satuan yang
dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling
rendah adalah cabai keriting yakni 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sngat
rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan
pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas
adalah cabai keriting yaitu 0,80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan
maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,80. Sedangkan yang paling rendah
adalah brokoli yakni 0,16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka
risiko yang dihadapi sebesar 0,16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima
lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang
dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi
dapat meminimalkan risiko.
Lubis (2009) melakukan penelitian dengan judul “Manajemen Risiko
Produksi dan Penerimaan Padi Semi Organik (Studi : Petani Gabungan
Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor )”.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Mengidentifikasi sumber-sumber risiko
produksi dan risiko penerimaan padi semi organik yang terjadi pada petani, 2).
Menganalisis dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada
kegiatan produksi padi semi organik terhadap petani, 3). Menganalisis strategi
penanganan risiko pada petani yang tergabung dalam gapoktan silih asih. Proses
manajemen risiko produksi dan penerimaan petani silih asih dimulai dengan
melakukan proses identifikasi risiko. Proses ini dilakukan untuk mengetahui risiko
yang dapat terjadi pada usahatani padi semi organik identifikasi memiliki tujuan
untuk membantu petani mengenali setiap faktor-faktor yang menyebabkan
ancaman ketidakpastian. Setiap risiko yang akan terjadi pada petani selanjutnya di
evaluasi. Hasil evaluasi ditujukan untuk memberikan penanganan terhadap risiko
ataupun ketidakpastian yang dihadapi oleh kelompok tani pada masa yang akan
datang. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Sekuen, dan identifikasi
sumber-sumber risiko.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur dan perdagangan
kimia yang dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen terutama industri
otomotif. PT. Karisma Teknika di dalam kegiatan usahanya, membagi menjadi
tiga bagian yaitu pengadaan bahan baku, proses produksi, dan distribusi. Bagian
produksi merupakan salah satu bagian dari kegiatan PT. Karisma Teknika yang
terkait secara langsung dengan proses pembuatan produk-produk kimia.
PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatannya banyak menghadapi
permasalahan, yaitu kurangnya ketersediaan bahan baku, peralatan rusak dan
sebagainya. Ketidakpastian dalam kegiatan penanganan juga dapat memunculkan
risiko dari kegiatan yang diusahakan yaitu kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam produk yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Kebutuhan akan sistem pengelolaan risiko operasional sangat diperlukan
di PT. Karisma Teknika untuk dapat mengatasi segala kemungkinan kejadian
yang merugikan di unit penanganan produksi. Hal ini disebabkan perusahaan
tersebut belum memiliki sistem pengelolaan risiko. Apabila memiliki sistem
pengelolaan risiko, maka perusahaan diharapkan dapat mengantisipasi dan
mengelola risiko, khususnya risiko operasional.
Proses pengelolaan manajemen risiko operasional di PT. Karisma Teknika
dimulai dengan melakukan proses identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko ini
dilakukan untuk mengetahui risiko yang terdapat didalam kegiatan perusahaan.
Identifikasi risiko bertujuan untuk mengenal ancaman
ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan. Tanpa identifikasi, maka risiko yang mungkin terjadi tidak
akan dapat dievaluasi, sehingga pada akhirnya terhadap risiko-risiko yang akan
muncul di kemudian hari dalam aktivitas usaha tidak dapat dikontrol. Kerangka
pemikiran penelitian di PT. Karisma Teknika dapat dilihat pada Gambar 5.
PT. Karisma Teknika
Masalah :
Risiko operasional apa saja yang dihadapi oleh PT. Karisma Teknika dan bagaimana penanganan
risiko operasional ?
Identifikasi Risiko Operasional
Risiko SDM
Risiko Teknologi
Risiko Proses
Pemetaan Risiko Operasional
Analisis Risiko Operasional
Penanganan Risiko Operasional
Strategi Penanganan Risiko Operasional
Keunggulan Bersaing
PT. Karisma Teknika
Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian pada PT. Karisma Teknika
Citeureup – Bogor
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Karisma Teknika yang beralamat di Jl.
Raya Sirkuit Sentul No. 82 Desa Lewinutug Citeureup – Bogor 16810. Waktu
penelitian dimulai dari bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011.
3.3. Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang akan digunakan sebagai alur pikir
penelitian. Dapat dilihat Gambar 6.
Penentuan Topik
Kajian Pustaka :
1. Buku
2. Jurnal
3. Penelitian Terdahulu
Rumusan Masalah :
1. Risiko operasional apa saja yang terjadi dihadapi oleh PT. Karisma Teknika?
2. Strategi penanganan apa yang dapat diterapkan untuk menangani risiko
operasional di PT. Karisma Teknika?
Rancangan Pengumpulan Data
- Kuesioner dan panduan wawancara untuk risiko
operasional : SDM, Proses dan Teknologi
Pengumpulan Data :
- Data Primer : Kuesioner dan Wawancara
- Data Sekunder : Laporan Purchase Order Tahun 2010
Input Data
Pengolahan Data dengan Excel
Analisis Data :
1. Analisis statistik deskriptif, pemetaan risiko operasional
2. Cause and Effect Diagram
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 6. Tahapan penelitian
Langkah pertama ialah menentukan topik skripsi dan kajian pustaka dari
buku, jurnal dan penelitian terdahulu sebagai acuan untuk merumuskan tentang
judul penelitian yang terkait selanjutnya diidentifikasi rumusan masalah yang
akan dianalisis dalam perusahaan dengan identifikasi dan pemetaan risiko
operasional pada perusahaan. Sebelum dilakukan pengumpulan data, hal yang
penting adalah rancangan pengumpulan data berupa pembuatan kuesioner.
Kuesioner dirancang berdasarkan dampak dan frekuensi dari risiko yang
ditimbulkan oleh SDM, proses dan teknologi. Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan data primer yaitu dengan wawancara dan memberikan kuesioner
pada karyawan bagian produksi. Selain itu data yang diperoleh adalah data
sekunder berupa laporan Purchase Order tahun 2010, internet, jurnal, dan BPS
setelah data terkumpul data tersebut diinput ke dalam tabel yang siap diolah,
pengolahan data menggunkan excel. Analisis data berupa analisis statistik
deskriptif untuk memetakan dan mengidentifikasi risiko operasional. Pemetaan
dibuat dengan mennggambarkan risiko operasional ke dalam empat kuadran.
Selain itu dilakukan analisis cause and effect diagram untuk mengidentifikasi
penyebab risiko operasional. Langkah terakhir yaitu dengan membahas pemetaan
risiko dan identifikasi risiko operasional terhadap perusahaan yang banyak
berdampak pada perusahaan tersebut. Setelah itu, dianalisis penanganan risiko
operasional berdasarkan hasil pemetaan.
3.4.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder: Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data
primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, dan wawancara langsung
dengan staf ahli produksi dan memberikan kuesioner ke Direktur, Manager
Operasional, Staff Administrasi dan Kepala Bagian Operasional. Selain itu
dilakukan in depth interview untuk mengetahui faktor penyebab risiko operasional
dengan diagram sebab dan akibat. Data primer tersebut digunakan untuk
menganalisis secara deskriptif konsep manajemen risiko yang dilaksanakan di PT.
Karisma Teknika dan menganalisis indikator risiko seperti risiko SDM meliputi
keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan yang tidak memadai dan aktifitas
organisasi. Risiko proses meliputi perencanaan produksi, proses produksi dan
pengendalian produksi sedangkan risiko teknologi meliputi Hardware dan
Software. Kuesioner menanyakan tentang frekuensi dan dampak yang ditimbulkan
oleh risiko SDM, proses dan teknologi. Kategori dan indikator risiko operasional
dapat dilihat pada Tabel 3. Responden diminta untuk menilai terhadap dampak
dan frekuensi risiko operasional. Nilai yang diberikan oleh responden yaitu 1
berarti rendah, 2 berarti sedang dan 3 berati tinggi. Kuesioner dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Tabel 3. Kategori dan Indikator Risiko Operasional pada PT. Karisma
Teknika
NO
1.
Kategori Risiko
Operasional
Indikator
Risiko SDM
1.1 Keselamatan dan
kesehatan kerja
- Bahaya bahan kimia terhadap proses 1 dan 5
produksi.
- Karyawan mengabaikan keselamatn dan 2 dan 6
kesehatan kerja
- Pegawai tidak memakai peralatan produksi 3 dan 7
- Karyawan sakit
4 dan 8
1.2 Pelatihan
yang
tidak memadai
-
1.3 Aktifitas
organisasi
- Aktivitas kerja cenderung menurun
- Tidak adanya kejujuran
- Tidak tepat waktu.
1 dan 5
Karyawan tidak adanya motivasi
Kelalaian pekerja
2 dan 6
Tidak melakukan pelatihan
Terjadinya kesalahan dalam pembuatan 3 dan 7
produk
4 dan 8
1 dan 4
2 dan 5
3 dan 6
Risiko Proses
2.
Kuesioner
No.
2.1 Perencanaan
produksi
2.2 Proses produksi
2.3Pengendalian
produksi
-
Kegagalan perencanaan produksi
Kegagalan komposisi yang tidak sesuai
Bahan baku terlambat
Persediaan bahan baku habis
Pemasaran tidak berjalan dengan baik
-
Salah mencampurkan bahan baku
Mutu perusahaan tidak baik
Pembuatan produk terlambat
Tidak seuai pesanan
1 dan 6
2 dan 7
3 dan 8
4 dan 9
5 dan 10
1 dan 5
2 dan 6
3 dan 7
4 dan 8
1 dan 6
2 dan 7
- Pemeliharaan mesin tidak diperhatikan
- Tidak adanya pelatihan memakai alat-alat
3 dan 8
produksi
- Pengendalian tidak terlaksana
4 dan 9
- PO tidak jelas
- Pengawasan produksi diabaikan
5 dan 10
Lanjutan Tabel 3.
No.
3.
Kategori Risiko
Operasional
Indikator
1 dan 5
Risiko teknologi
3.1 Hardware
3.2 Software
Kuesioner
No.
-
Alat-alat produksi yang digunakan usang
Komputer rusak
Kekurangan alat produksi
Alat produksi hilang
4 dan 6
5 dan 7
6 dan 8
1 dan 5
-
Transaksi biaya terlambat
2 dan 6
Sistem tidak berjalan dengan aturan
Sistem informasi tidak optimal
3 dan 7
Adanya penumpukan barang pada gudang
4 dan 8
penanganan
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia berupa laporan
purchase order tahun 2010 yang diterbitkan oleh PT. Karisma Teknika serta
bahan lainnya yang relevan dengan penelitian seperti data BPS, koran, laporan
penelitian, jurnal.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode non probilitas (non
probability sampling). Metode ini merupakan teknik yang tidak memberikan
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik sampling yang
digunakan dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian
ini sejumlah 4 ( empat ) orang yaitu Direktur, Manager opeasional, Staff
administrasi dan kepala bagian operasional. Sampel ini diambil berdasarkan
pertimbangan bahwa sampel tersebut merupakan orang yang ahli dalam bidang
operasional.
3.6. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik Deskriptif dan cause and effect diagram. Statistik deskriptif yang juga
disebut statistik deduktif, yaitu statistik yang hanya menggambarkan dan
menganalisa data yang ada tanpa menarik kesimpulan atau tujuan lain lebih lanjut.
Penyajian datanya dapat dalam bentuk tabel, grafik dan sebagainya. Rata-rata
Geometrik (Geometric Mean) yaitu rata-rata geometrik digunakan untuk
menghitung rata-rata laju pertumbuhan (growth rate), misalnya : pertumbuhan
penduduk, penjualan, tingkat bunga.
G  n x1  x2  x3    xn
Di mana
G
…………………………………….. (1)
: rata-rata geometrik
xi
: data ke-i
n
: banyak data
Cause and effect diagram sering juga disebut diagram tulang ikan
(fishbone diagram) adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab
suatu masalah, ketidaksesuaia dan kesejangan yang terjadi. Diagram ini dapat
digunakan dalam situai dimana : (1). Terdapat pertemuan diskusi dengan
menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah
terjadi, (2). Diperlukan analisis lebih terperinci teradap suatu masalah dan (3).
Terdapat kesulitan untuk memisalan penyebab dari akibat. (Nasution, 2004).
Sumber Daya Manusia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan yang tidak memadai
Terjadinya
Aktifitas organisasi
Perencanaan produksi
Proses Produksi
Hardware
Software
Pengendalian produksi
Risiko Proses
Risiko Teknologi
Gambar 7. Sebab dan akibat Diagram (Nasution, 2004)
Risiko
Operasional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang perdagangan kimia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 15 April 2004.
Perusahaan ini dirintis oleh alumni Fakultas Kimia Universitas Sriwijaya, yaitu
Moh. Bima Aprilrianto. Berawal dari ide untuk menjual produk-produk kimia
yang digunakan dalam proses pengecatan maka keinginan yang kuat untuk
mempunyai usaha sendiri serta tidak tergantung kepada orang lain menimbulkan
tekad yang kuat dari beliau sendiri untuk berwiraswasta. Kegiatan awal yang
dilakukan perusahaan tersebut adalah dengan melakukan uji coba produk ke
berbagai perusahaan kimia khususnya perusahaan otomotif. Seiring berjalannya
waktu, PT. Karisma Teknika mampu melakukan pengembangan produk.
Pada tahun 2005, PT. Karisma Teknika memasarkan beberapa produk
unggulan yang dikhususkan untuk proses pengerjaan sampai dengan finishing
dalam proses pengecatan. Beberapa perusahaan ternama dalam bidang otomotif
dan non otomotif menjadi pelanggan tetap pemakai dari PT. Karisma Teknika
hingga saat ini juga melayani jasa perontok cat, jasa pengolahan limbah dan jasa
pengolahan air. PT. Karisma Teknika mengutamakan produk unggulan,
pengemasan, serta komposisi agar mampu bersaing dengan perusahaan kimia
lainnya. Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Karisma Teknika hingga tahun
2010 ini sebanyak 76 produk.
Visi PT. Karisma Teknika adalah untuk meningkatkan produk bahan
kimia guna membantu terselenggaranya peningkatan produksi perusahaan
otomotif dan non otomotif. Misi Perusahaan :
1.
Mengadakan produk kimia yang berkualitas dan aman bagi lingkungan.
2.
Meningkatkan kualitas produk, kualitas pelayanan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan dan konsumen.
Struktur organisasi di PT. Karisma Teknika disusun dalam rangka
mendukung kegiatan operasional dan meningkatkan efisiensi serta ketahanan
menghadapi persaingan perusahaan. Hal tersebut tidak terlepas dengan mutu yang
selalu ingin ditingkatkan perusahaan. Setiap jabatan yang ada, terdiri dari
deskripsi kerja yang meliputi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk masingmasing jabatan. Bidang kerja pada PT. Karisma Teknika ini, secara garis besar
dibagi menjadi tiga bidang, yaitu Manajer Operasional, Administrasi dan
Keuangan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Direktur
Administrasi
Manajer Operasional
Keuangan
Kepala Bagian Marketing
Kepala Bagian Operasional
Gambar 8. Struktur organisasi PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor
Struktur organisasi PT. Karisma Teknika sesuai dengan struktur
organisasi secara umum. Fungsi utama dan tanggung jawab direktur :
a. Direktur, fungsi utamanya adalah melakukan kontrol atau pengawasan secara
keseluruhan atau aktivitas perusahaan dalam memberikan arahan dalam upaya
meningkatkan dan mengembangkan kualitas PT. Karisma Teknika. Direktur
bertanggung jawab dalam :
-
Bertanggung jawab atas aktivitas PT. Karisma Teknika dan melaporkan
perkembangan unit PT. Karisma Teknika kepada seluruh pekerja.
-
Terjaganya kondisi kerja yang aman dan nyaman di PT. Karisma Teknika.
-
Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar dalam rangka
mengembangkan usaha PT. Karisma Teknika
-
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia PT. Karisma Teknika
b. Manajer
Operasional,
fungsi
utamanya
adalah
merencanakan,
mengkoordinasi dan mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan yang
meliputi penghimpunan dana dari pihak ketiga dan penyaluran dana yang
merupakan kegiatan utama perusahan secara langsung yang berhubungan
dengan aktivitas utama dalam upaya mencari target. Manajer operasional
bertanggung jawab dalam :
-
Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek, jangka panjang, serta
proyeksi (finansial dan non finansial) tahunan.
-
Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan .
-
Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan.
c. Staff Administrasi, fungsi utamanya adalah melakukan pengelolaan
pengadministrasian segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas pekerja.
Staff administrasi bertanggung jawab dalam :
-
Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut dengan surat jalan.
-
Mengadministrasikan semua surat-surat masuk dan keluar khususnya yang
berkaitan dengan PO (purchase order).
d. Staff Keuangan, fungsi utamanya adalah melakukan pengelolaan keuangan
pada
PT. Karisma Teknika secara keseluruhan. Staff keuangan bertanggung jawab
dalam:
-
Membuat laporan keuangan PT. Karisma Teknika kepada pihak yang
berkepentingan.
-
Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan secara
langsung dengan keuangan.
-
Menyiapkan
laporan-laporan
untuk
keperluan
analisis
keuangan
perusahaan
e. Kepala Bagian Operasional, fungsi utamanya merencanakan, mengarahkan,
mengontrol serta mengevaluasi seluruh rangkaian aktivasi di bidang
operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal
yang dapat meningkatan profesionalisme khususnya dalam pelayanan terhadap
pemasok dan pelanggan. Kepala bagian operasional bertanggung jawab dalam
-
Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellent) kepada
pemasok dan konsumen.
-
Terevaluasinya dan terseleksinya seluruh produk-produk yang akan
dikirim ke supplier.
-
Terasipkannya surat masuk dan surat keluar serta hasil produk PO.
f. Kepala Bagian
Marketing, fungsi utamanya adalah merencanakan,
mengarahkan serta mengevaluasi target produk serta memastikan strategi yang
digunakan sudah tepat dalam upaya mencapai sasaran. Kepala bagian
marketing bertanggung jawab dalam :
-
Tercapainya target marketing dalam pemasaran produk kimia.
-
Melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan pasar.
Tenaga kerja di PT. Karisma Teknika terdiri dari kerja tetap, tenaga
kerja harian dan tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja tetap yang bekerja secara
permanen, tenaga kerja tersebut terdiri dari staf perusahaan yang menerima gaji
setiap bulan. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dihitung per hari dalam
pemberian gaji dan dapat ditambah sewaktu-waktu pada saat perusahaan
memerlukannya. Pada saat ini PT. Karisma Teknika memiliki 13 orang karyawan.
(Tabel 4)
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja PT. Karisma Teknika Berdasarkan Posisi dan
Jenis Kelamin Tahun 2010
No.
Posisi
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah (orang)
1
Direktur
1
-
1
2
Staff Manager
-
1
1
3
Staff Administrasi
-
1
1
4
Staff Keuangan
-
1
1
5
Marketing
1
6
Kepala bagian produksi
1
-
1
7
Tenaga kerja operasional
6
-
6
8
Tenaga kerja harian
1
-
1
Total Tenaga Kerja
10
3
13
Sumber : PT. Karisma Teknika, 2010
-
1
4.2. Produk – produk PT. Karisma Teknika
Produk otomotif di PT. Karisma Teknika sebesar 70 persen dan produk
non-otomotif sebesar 30 persen dikarenakan PT. Karisma Teknika produknya
banyak lebih ke perusahaan otomotif dibanding perusahaan non-otomotif sangat
sedikit yaitu
1.
Produk Bahan Kimia untuk Otomotif
Bahan kimia otomotif PT. Karisma Teknika dipasarkan ke
perusahaan-perusahaan otomotif yaitu PT Astra Honda Motor, PT TVS
Motor Company Indonesia, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing,
dan PT Yamaha Motor Manufacturing West Java. Produk-produk
tersebut menjadi bahan campuran kimia untuk produk perusahaan
otomotif, yaitu pengolahan limbah dan proses finishing produk otomotif
seperti kesalahan dalam pengecatan dan sebagai pembersih karat dan anti
karat pada produk yang mudah terkena karat. Perusahaan otomotif ini
sudah menjadi pelanggan setia
dengan setiap bulannya melakukan
Purchase Order dengan membeli produk yang sama seperti perusahaan
Yamaha untuk pelapisan pengecatan pada sparepart. Produk bahan kimia
untuk otomotif yang dipesan perusahaan-perusahaan tersebut kepada PT.
Karisma Teknika dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Produk Bahan Kimia untuk Non-Otomotif
Bahan kimia non-otomotif di PT. Karisma Teknika sebagaimana
produknya di pasarkan ke-25
perusahaan non otomotif seperti PT
Panasonic Manufacturing Indonesia. Produk-produk non otomotif ini
sebagai bahan pencampuran untuk produk mereka yang dipergunakan
dalam pembuatan produk dan juga pada limbah yang ada pada lingkungan
mereka seperti limbah perusahaan yang akan dapat dipakai kembali.
Produk bahan kimia untuk non-otomotif dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.3.
Pemetaan Risiko Operasional
Pemetaan risiko yaitu untuk mengidentifikasi risiko utama yang
mengancam perusahaan. Alat ini membantu perusahaan untuk mengetahui dan
menentukan tempat dimana risiko operasional dapat diidentifikasi.
Risiko
operasional yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah risiko sumber daya
manusia ( SDM ), risiko proses, dan risiko teknologi. Analisis pemetaan risiko
dari ketiga hal tersebut akan dibahas pada sub bab berikut :
4.3.1 Risiko Operasional yang disebabkan oleh SDM
Risiko operasional yang disebabkan oleh SDM terdiri dari kesehatan dan
keselamatan kerja, pelatihan yang tidak memadai dan aktivitas organisasi.
Dampak dan frekuensi yang ditimbulkan dari faktor kesehatan dan keselamatan
kerja termasuk ke dalam kuadran II, artinya dampak sedang (2,41) dan frekuensi
yang ditimbulkan sedang (2,20). Hal yang menyebabkan timbulnya risiko pada
keselamatan dan kesehatan kerja, karena adanya bahaya pada proses produksi
yang dapat mencelakai karyawan seperti luka bakar. Proses produksi yang
dilakukan mengandung bahan kimia berbahaya untuk pekerja. Apabila pegawai
mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tidak memakai alat
pelindung diri seperti masker, kacamata, sarung tangan maka dapat menimbulkan
risiko yang berdampak sedang. Frekuensi yang terjadi dari risiko yang
ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut kepada pegawai dikategorikan sedang
artinya kejadian tersebut terjadi minimun setahun sekali. dan pelindung badan
yang merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Bila ada
karyawan yang sakit maka perusahaan akan memberikan jaminan sosial seperti
asuransi.
Risiko yang disebabkan oleh pelatihan yang tidak memadai berada pada
kuadran III dimana dampak yang ditimbulkan dari faktor tersebut tinggi (2,75)
dan frekuensinya sedang ( 2,20). Hal ini disebabkan pekerja lalai dalam
pencampuran bahan kimia dan tidak melakukan pelatihan pengenalan bahan baku
seperti adjuster, HCL, H2SO4 dan lain-lain. Pelatihan bahan kimia tersebut
dikarenakan perusahaan belum melihat pentingnya pelatihan bagi pekerja baru.
Selama ini hanya karyawan lama yang menginformasikan bahan kimia berbahaya
kepada karyawan baru secara informal. Hal tersebut tidak efektif karena pekerja
tidak terlalu paham terhadap kandungan bahan kimia tersebut
Risiko yang disebabkan oleh aktifitas organisasi yang tidak memadai
dapat menyebabkann dampak tinggi (2,71) dan frekuensi yang tinggi (2,75).
Risiko tersebut berada pada kuadran 1. Indikator yang dapat dilihat dari aktifitas
organisasi yaitu pekerja cenderung menurun sebesar 40 persen. Hal ini
diakibatkan oleh tingginya pekerja yang turn over seperti kejenuhan dalam
bekerja. Faktor lain yang menyebabkan risiko akibat aktifitas organisasi adanya
ketidak kejujuran yang dapat merugikan perusahaan misalnya ada karyawan
mengambil sisa bahan kimia sehingga dapat diperjualbelikan kembali. Faktor
lainnya yang menyebabkan risiko dari aktifitas organisasi adalah pekerja yang
tidak disiplin seperti ada beberapa karyawan datang tidak ontime dan bolos. Hal
ini dapat mengancam pencapaian tujuan perusahaan yang menyangkut dengan
produktivitas pekerja. Peta risiko operasional yang disebabkan SDM dapat dilihat
pada diagram peta risiko Gambar 9.
Frekuensi
Tinggi
3
Sedang 2
Risiko II
Risiko I
Keselamatan dan kesehatan
kerja (dampak 2,41 dan
frekuensi 2,20)
Aktifitas organisasi
(dampak 2,71 dan
frekuensi 2,75 )
Risiko IV
Risiko III
Pelatihan yang Tidak
Memadai (dampak 2,75
dan frekuensi 2, 20)
Rendah
1
2
Rendah
Sedang
3
Tinggi
Dampak
Gambar 9. Peta risiko
operasional yang disebabkan SDM
Probabilitas
4.3.2 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Proses
Risiko proses pada PT. Karisma Teknika meliputi perencanaan produksi
(dampak sedang 2,05 dan frekuensi sedang 1,86 ), proses produksi (dampak
sedang 2,27 dan frekuensi sedang 2,21) dan pengendalian produksi dampak
sedang 2,27 dan frekuensi sedang 2,05 . Ketiga hal tersebut berada dalam kuadran
II. Artinya dampak dan frekuensinya dikategorikan sedang. Risiko yang dapat
terjadi karena kesalahan dalam merencanakan produksi diakibatkan kegagalan
produksi hal tersebut disebabkan karena keterlambatan bahan baku yang akan
digunakan seperti pengiriman bahan baku dari pemasok dan finansial perusahaan
yang belum memadai. Selain itu disebabkan dokumen PO (Purchase Order) yang
masuk ke bagian administrasi kurang teliti dalam hal jumlah dan jenis barang.
Risiko proses produksi yang ditimbulkan akibat adanya kegagalan
seperti pencampuran komposisi produk yang tidak diawasi dengan baik
mengakibatkan mutu produk tidak sesuai standar. Dalam pencampuran bahan
baku, komposisi sering tidak sesuai standar. Takaran bahan baku tidak diukur
dengan alat yang tepat. Biasanya pekerja mencampurkan tanpa diukur terlebih
dahulu (by feeling). Kegagalan mutu produk seperti pengembalian produk dari
pelanggan ke perusahaan. Pengiriman produk yang terlambat diakibatkan dari
lamanya proses produksi karena kurangnya ketersediaan bahan baku.
Risiko pengendalian produksi dalam pengawasan pembuatan produk
dikarenakan tidak adanya supervisor perusahaan yang mengawasi pencampuran
bahan kimia. Pencampuran bahan kimia tanpa adanya inspeksi menyebabkan
mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai standar. Hal tersebut mengakibatkan
produk yang dihasilkan tidak diterima atau dikembalikan lagi (reject). Produk
gagal tersebut disimpan di gudang yang menyebabkan terjadinya penumpukan
barang. Selain itu risiko yang timbul adalah kurangnya pemeliharaan peralatan
terhadap mesin. Hal ini dikarenakan setelah produksi karyawan terkadang tidak
membersihkan alat-alat mesin yang digunakan. Sehingga alat-alat mesin seperti
mixer dan timbangan dapat menyebabkan kerusakan. Peta risiko operasional
disebabkan oleh proses dapat dilihat pada Gambar 10.
Frekuensi
Tinggi
Risiko II
3
Risiko I
- Perencanaan produksi (dampak 2,05
dan frekeunsi 1,86)
- Proses produksi (dampak 2,27 dan
frekuensi 2,21)
- Pengendalian
produksi (dampak
2,27 dan frekuensi 2,05)
Sedang
2
Risiko IV
Risiko III
Rendah
1
Rendah
2
3
Sedang
Tinggi
Dampak
Probabilitas
Gambar 10. Peta risiko operasional disebabkan oleh proses
4.3.3 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Teknologi
Peta risiko teknologi terdiri dari hardware dan software. Risiko teknologi
ini menyangkut sistem informasi perusahaan dan alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan proses produksi. Risiko teknologi pada hardware berada dalam
kuadran III. Artinya dampak yang ditimbulkan tinggi (2,44) dan frekuensi sedang
(2,21). Hal tersebut menandakan bahwa perusahaan masih belum memperhatikan
alat-alat di dalam ruangan produksi karena tata letak ruangan produksi tidak
sesuai dengan alur produksi. Selain itu perusahaan tersebut hanya memakai
peralatan bekas seperti jerigen bekas dan mixer (pencampuran bahan baku kimia).
Risiko yang ditimbulkan masih sederhananya software yang digunakan
berada
pada kuadran I dimana dampak yang ditimbulkan tinggi (2,90) dan
frekuensi tinggi (2,71). Hal ini dikarenakan perusahaan masih memakai sistem
informasi tradisional. Sistem informasi tradisional digunakan masih bersifat lisan
dikarenakan perusahaan belum memakai jaringan Local Area Network (LAN).
Sehingga sistem informasi yang kurang memadai dapat menyebabkan tujuan
perusahaan sangat sulit dicapai.
Selain itu juga sistem informasi digunakan
sebagai keperluan transaksi pembayaran. Peta risiko operasional disebabkan oleh
teknologi dapat dilihat pada Gambar 11.
Frekuensi
Risiko II
Tinggi
Risiko I
3
- Software :
- SI Perusahaan
(dampak 2,90 dan
frekuensi 2,71)
Sedang
2
Risiko IV
Risiko III
- Hardware :
(dampak 2,44 dan
frekuensi 2,21)
Rendah
1
2
Rendah
Sedang
3
Tinggi
Dampak
Gambar 11. Peta risiko operasional disebabkan oleh teknologi
4.4. Penanganan Risiko Operasional
Risiko-risiko yang terdapat pada risiko SDM, proses dan teknologi ini
bersumber dari karyawan atau SDM dalam perusahaan. Risiko kegagalan
mengelola SDM dapat berakibat pada kerugian perusahaan. Berikut dijelaskan
penanganan risiko operasional untuk masing-masing kategori.
4.4.1 Penanganan Risiko Operasional yang Disebabkan SDM
Cara untuk menangani risiko keselamatan dan kesehatan kerja dengan
memakai alat pelindung diri seperti baju pelindung, masker, kacamata dan sarung
tangan. Selain itu alat yang diperlukan adalah semprotan api untuk mengatasi
kebakaran. Hal ini yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko kebakaran.
Untuk meminimalkan risiko kebakaran dengan pemasangan pengumuman dan
gambar-gambar keselamatan dan kesehatan kerja pada ruangan produksi agar
selalu bekerja dengan hati-hati.
Penanganan risiko apabila pelatihan karyawan yang tidak memadai yaitu
dengan menerapkan pelatihan rutin tentang pengenalan bahan baku yang
berbahaya seperti bahan kimia HCL, amoniak dan lain-lain. Pelatihan pengenalan
bahan baku sebaiknya diberikan sebelum pekerja masuk seperti orientasi
pengenalan bahan baku berbahaya dengan dampak yang ditimbulkan.
Penanganan aktivitas organisasi dapat dilakukan dengan pengayaan
pekerjaan (job enrichment) tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi,
kepuasan dan kinerja karyawan. Ada lima karakteristik inti dari pekerjaan yang
dibangun dalam suatu pekerjaan karyawan yaitu mengalami beberapa kondisi
psikologis krusial, termasuk memperoleh pekerjaan yang bermanfaat, perasaan
tanggung jawab, dan memiliki pengetahuan dari hasil aktual dari kegiatan bekerja.
Dengan demikian akan diperoleh luaran berupa motivasi yang lebih tinggi,
peningkatan kepuasan kerja, dan rendahnya ketidakhadiran dan jumlah karyawan
yang keluar. Perusahan harus mampu menerapkan iklim kerja atau Quality work
life (QWL) yaitu dapat memberi kesempatan pengembangan diri, kesejahteraan
yang dapat menutupi kebutuhan dasar pekerja, serta lingkungan yang aman dan
nyaman sehingga dapat membangkitkan semangat kerja dalam upaya pencapaian
tujuan perusahaan secara lebih baik.
4.4.2 Penanganan Risiko Operasional terhadap Proses
Risiko proses menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kerugian di perusahaan. Penanganan risiko proses ini ditangani berdasarkan
prioritas utama per faktor berdasarkan hasil pemetaan dari proses perencanaan
produksi, proses produksi, dan pengendalian produksi.
Penanganan risiko pada perencanaan produksi yaitu dengan adanya
catatan persediaan untuk bahan baku dan dokumen barang masuk dan keluar serta
penjadwalan. Sehingga perencanaan produksi tidak lagi tertunda maka bahan
baku selalu tersedia dan produk yang akan dikirim sesuai waktu yang ditentukan.
Strategi penanganan untuk proses produksi ini dilakukan dengan
pengawasan dalam pembuatan produk. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya
supervisor Quality Control (QC) untuk mengawasi bahan kimia yang berbahaya,
pembuatan produk kimia sesuai dengan aturan atau sistem pengukuran. Sehingga
kualitas produk menjadi baik serta menghindari adanya tolakan produk yang dapat
mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, perusahaan harus lebih meningkatkan
pengawasan pada proses produksi untuk komposisi produk.
Penanganan pengendalian produksi dilakukan dengan cara melakukan daur
ulang atau membuang produk yang gagal pada gudang penanganan. Adanya
inspeksi agar produk berkualitas baik sehingga tidak ada pencemaran lingkungan.
Penangangan pengendalian alat-alat produksi yaitu dengan menjaga alat-alat
mesin dan ditempatkan pada tempat yang strategis agar mudah digunakan.
4.4.3 Penanganan Risiko Operasional terhadap Teknologi
Penanganan pada hardware yaitu dengan pemeliharaan alat-alat
produksi. Penanganan untuk risiko ini dapat dilakukan dengan memberikan
tanggung jawab untuk memelihara mesin atau peralatan masing-masing seperti
kegiatan pembersihan seminggu sekali. Bila adanya kerusakan pada alat-alat
produksi segera diperbaiki sehingga kegiatan produksi tidak tertunda.
Penanganan software yaitu dengan memakai sistem informasi on-line
untuk digunakan dalam perusahaan seperti LAN (Local Area Network). Sistem
informasi yang terintegrasi antara bagian produksi, keuangan, pemasaran dan
SDM, khususnya sistem informasi yang menyangkut ketersediaan bahan baku.
Sehingga dapat meningkatkan penjualan produk dan memasarkan produk-produk
ke perusahaan lain lebih mudah.
Secara ringkas risiko operasional berdasarkan peta yang sudah dibuat sebelumnya
dapat digambarkan dalam diagram tulang ikan ( Gambar 12 ).
Sumber Daya Manusia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja
Memakai perlengkapan produksi
Pegawai yang sakit
Pelatihan yang tidak memadai
Pelatihan pengenalan bahan kimia
Kelalaian pekerja dalam produksi
Kinerja kurang
Aktifitas organisasi
Tidak adanya kejujuran
Aktifitas cenderung menurun
Perencanaan produksi
Kegagalan perencanaan produk
Komposisi tidak sesuai pesanan
Hardware
Alat-alat produksi usang
Kekurangan alat produksi
Bahan baku terlambat
Proses Produksi
Kegagalan pencampuran
Mutu produk tidak baik
Software
Pembayaran telat
SI tidak optimal
Pengendalian produksi
Pengawasan produksi
Risiko Teknologi
Dokumentasi PO
Risiko Proses
Gambar 12. Sebab dan Akibat Diagram
Terjadinya
Risiko
Operasional
4.5. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial pada Sumber Daya Manusia (SDM) dapat berupa
rekrutmen dan seleksi karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahan.
Perusahaan sebaiknya menginformasikan uraian pekerjaan, pelatihan yang
disyaratkan dan gaji. Pekerja yang diterima dalam rekrutmen harus mengikuti
pelatihan sesuai bidang atau posisi pekerjaan yang akan diterima misalnya
pelatihan pengenalan bahan baku kimia yang berbahaya. Manajer dapat
memperkerjakan orang terbaik untuk pekerjaan-pekerjaan khusus dengan gaji dan
manfaat yang tinggi. Elemen kedua, rancangan kerja menentukan apa tugas dan
kewajiban tiap pekerjaan dan upaya memotivasi tiap pekerjaan menjadikan
pengaruh besar terhadap kinerja karyawan bersangkutan seperti aktivitas
organisasi. Elemen ketiga merupakan cara mengukur keberhasilan suatu
pekerjaan. Penerimaan karyawan yang berhasil akan menentukan jenis calon
karyawan seperti apa yang sebaikanya diseleksi dengan memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan.
Implikasi manajerial pada risiko proses yaitu dengan cara meningkatkan
perencanaan dalam pengadaan bahan baku secara sistematis agar kualitas produk
baik sesuai dengan pesanan. Implikasi manajerial pada proses produksi yaitu
meningkatkan pengawasan agar tidak adanya kegagalan dalam produk serta
meningkatkan kinerja dalam pengendalian produksi. Selain itu tata letak ruangan
sesuai dengan alur produksi sehingga memudahkan karyawan dalam penanganan
produk. Hal ini diharapkan dapat menjadikan proses pembuatan produk lebih
baik. Impilkasi manajerial pada risiko teknologi yaitu menerapkan sistem Total
ProductiveMaintenance (TPM). TPM merupakan suatu sistem pemeliharaan dan
perbaikan pada mesin atau peralatan yang melibatkan semua divisi dan karyawan
mulai dari operator hingga manajemen puncak berdasarkan komitmen yang telah
disepakati bersama dalam suatu perusahaan. Perawatan produktifitas di lain pihak
merupakan pengembangan sistem perawatan pencegahan dengan perawatan akibat
kerusakan seperti sistem pemeliharaan rutin yaitu periode inspeksi dan perbaikan
dapat berbeda tergantung pada tipe mesin, sehingga perbaikan pabrik atau ramalan
kerusakan sedini mungkin dapat diketahui perlu tidaknya dilaksanakan pekerjaan
perbaikan sebelum kerusakan yang lebih serius terjadi. Aspek yang terpenting dari
pemeliharaan
rutin
adalah
dapat
diramalkannya
umur
mesin
tersebut.
Pendeteksian keadaan yang tidak normal pada mesin sedini mungkin dilakukan
oleh group inspeksi yang berada bagian pemeliharaan. Sistem informasi pada
implikasi manajerial perusahaan sebagai salah satu untuk menerapkan komunikasi
antar pelanggan ke perusahaan untuk meningkatkan profit penjualan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1.
a. Risiko SDM yang timbul karena keselamatan dan kesehatan kerja
berada pada kuadran II dampak yang ditimbulkan sedang (2,41) dan
frekuensi sedang (2,20). Sedangkan risiko yang diakibatkan pelatihan
yang tidak memadai berada pada kuadran III dampak tinggi (2,75) dan
frekeunsi sedang (2,20). Risiko yang diakibatkan karena kurangnya
aktivitas organisasi berada pada kuadran I yaitu dampak yang
timbulkan tinggi (2,71) dan frekeunsi tinggi (2,75).
b. Risiko proses yang diakibatkan karena kurangnya perencanaan
produksi yaitu dampak sedang (2,05) dan frekuensi sedang (1,86),
proses produksi yaitu dampak sedang (2,27) dan frekuensi sedang
(2,21) dan pengendalian produksi yaitu dampak sedang (2,27) dan
frekuensi sedang (2,05), terdapat pada kuadran II dimana dampak yang
ditimbulkan sedang dan frekuensinya sedang.
c. Risiko teknologi yang diakibatkan karena masih sederhanya hardware
terdapat pada kuadran II artinya dampak sedang (2,44) dan frekuensi
yang ditimbulkan sedang (2,21). Sedangkan risiko yang ditimbulkan
karena penggunaan software tidak memadai terdapat pada kuadran I
dampak tinggi (2,90) dan frekuensi yang ditimbulkan tinggi (2,71).
2.
a. Pada risiko SDM penanganannya dengan cara memakai pelindung diri
agar karyawan sadar risiko akan bahayanya bahan kimia selain itu
dilakukan pelatihan khusus tentang pengenalan bahan baku bila bahan
kimia tersebut meledak, dan adanya sosialisasi seperti family day serta
menerapkan job enrichment dan QWL (quality work life).
b. Pada risiko proses penanganan dengan menerapkan pencatatan barang
produksi yang masuk dan keluar sebagai untuk perencanaan produksi
dan proses produksi agar sesuai dengan pesanan serta pengendalian
bahan baku bisa tersusun dengan tata letak di gudang penanganan
bahan baku.
c. Risiko teknologi penanganannya dengan cara dapat mengelola sistem
informasi secara on-line serta dengan total pemeliharaan produktif pada
alat-alat mesin seperti sistem pemeliharaan rutin.
2. Saran
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang dapat
diajukan :
1. Karyawan sebaiknya perlu dilakukan pelatihan pengenalan bahan kimia untuk
mengurangi risiko yang diakibatkan oleh SDM, terutama bagian produksi dan
memakai perlengkapan yang khusus dalam pembuatan ataupun proses
produksi, untuk teknologi lebih mengutamakan alat-alat yang modern.
2. Sebaiknya sistem informasi yang dipakai on-line agar informasi yang
disampaikan efektif dan efisien.
3. Perusahaan menerapkan manajemen persediaan untuk mengontrol bahan baku
supaya tidak adanya kekurangan bahan kimia yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aung, Z Z. 2008. International Journal of Electronic Business Management.
Vol. 6, No. 3, pp. 120-130. Japan.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2000-2009. Jakarta-Indonesia. http://www.bps.go.id
[1 Maret 2011].
Djohanputro, B. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen, Jakarta.
Hanafi, 2006. Manajemen Risiko Operasional. Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen, Jakarta.
Hayati, N. F. 2006. Identifikasi Risiko Operasional bidang Pembiayaan Pada
Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KMBT WIHDATUL UMMAH).
Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kountur, R. 2008. Manajemen Risiko Operasional Perusahaan. Pendidikan
Pembinaan Manajemen. Jakarta.
Lubis, A. N. 2009. Manajemen Risiko Produksi dan Penerimaan Padi Semi
Organik ( studi : Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa
Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor ). Skripsi pada Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Napitupulu, S. J, 2009. Pengukuran Risiko Operasional dengan Metode
Agregating Value AT Risk. Skripsi pada Departemen Matematika.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Nasution, 2004. Manajemen Mutu Terpadu. Elex Media Komputindo, Jakarta
Muslich. 2007. Risk Management. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Scandizzo, S. 2005. Risk Mapping and Key Indicators in Operational Risk
management. vol. 34, no. 2-2005, pp. 231–256. USA
Sofyan, I. 2005. Manajemen Risiko. Graha Ilmu, Yogyakarta
Tarigan, P. E. S. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata
Hati Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat. Skripsi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Trangjiwani, W. 2008. Manajemen Risiko Operasional CV Bimandiri di
Lembang, Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Skripsi pada
Departemen Pertanian, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA PT. KARISMA
TEKNIKA CITEUREUP-BOGOR
1.
Gambaran Umum Penelitian
Saya Adhelia Okti Bawynda (H24076001) mahasiswa Departemen
Ekonomi dan Manajemen IPB melakukan penelitian dengan judul „‟Analisis
Risiko Operasional pada pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor”
bermaksud untuk memberikan kuesioner. Tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi dan memetakan risiko operasional yang terjadi pada
perusahaan PT. Karisma Teknika dan menganalisis alternatif penanganan
risiko di PT. Karisma Teknika.
Bapak/Ibu diharapkan dapat mengisi kuesioner ini dengan lengkap, objektif
dan jujur. Hasil dari kuesioner ini akan dijadikan sebagai landasan dalam
membahas penelitian ini sehinggadiperlukan data yang valid dan akurat. Atas
perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. Apabila terdapat hal-hal
yang perlu ditanyakan maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya di nomor
0812-782-4078.
2.
Petunjuk Pengisian
Kuesioner terdiri dari 4 (empat) bagian yang terdiri dari :
1. Identitas responden
2. Risiko SDM.
3. Risiko Proses
4. Risiko Teknologi
Kuesioner terdiri dari pertanyaan tertutup dan terbuka.
2. Sampel dipilih berdasarkan purposive sampling yaitu responden yang
memahami risiko operasional di perusahaan.
Pernyataan pada poin II (dampak dan frekuensi risiko SDM), III (dampak dan
frekuensi risiko proses), dan IV (dampak dan frekuensi risiko teknologi).
(pernyataan yang berkaitan dengan faktor internal merupakan tolok ukur
pengaruh variabel faktor internal terhadap dampak pada risiko dan tejadinya
risiko operasional. Oleh karena itu Bapak/Ibui dimohon untuk memberikan
tanda silang (x) pada pada jawaban yang sesuai dengan diri Bapak/Ibu.
Lanjutan Lampiran 1.
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Bagian/Dept
Jabatan
Pendidikan terakhir
Alamat
E-mail
Hp/ No. Telp
Jenis Kelamin
Usia
3.>40-50 tahun
:
:
:
: 1). SLTP
2). SMA
3). D3
4). S1
:
:
:
: 1. Laki-laki 2. Perempuan
: 1. 20-30 tahun
2. > 30-40 tahun
II. Risiko Sumber Daya Manusia
Berikut adalah sumber-sumber risiko SDM, yng terdiri dari
keselamatan kerja dan kesehatan kerja, pelatihan yang tidak memadai
dan aktifitas organisasi. Bapak/ibu dimohon untuk memberikan
tanggapan yang terkait dengan penyebab risiko SDM selama ini di PT.
Karisma Teknika.
Dampak :
2.1. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Menurut Bapak/ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin bila terjadinya bahaya
terhadap proses produksi selama ini?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
2. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pegawai
mengabaikan keselamatan kerja terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pegawai tidak
memakai perlengkapan produksi seperti masker, kacamata,
sarung tangan dan pelindung badan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila salah satu
pegawai sakit
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Lanjutan Lampiran 1.
Frekuensi :
2.2. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Menurut Bapak/ibu :
5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila bahaya
terhadap proses produksi selama ini?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pegawai
mengabaikan keselamatan kerja terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pegawai
tidak memakai perlengkapan produksi seperti masker,
kacamata, sarung tangan dan pelindung badan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila salah satu
pegawai sakit?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Dampak :
2.3.
Pelatihan yang Tidak Memadai
Menurut Bapak/Ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pekerja tidak
memiliki motivasi kerja terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
2. Bagaimana dampak kelalaian pekerja dalam pembuatan produk
kimia terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pekerja tidak
melakukan pelatihan terlebih dahulu?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pekerja
melakukan kesalahan dalam mencampurkan bahan kimia?
a. Tinggi
b. Sedang
c. rendah
Lanjutan Lampiran 1.
Frekuensi :
2.4.
Pelatihan yang Tidak Memadai
Menurut Bapak/Ibu :
5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pekerja
tidak memiliki motivasi kerja terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pegawai
melalaikan pembuatan produk kimia terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
7. Seberapa besar frekuensi kerugian bila pekerja tidak melakukan
pelatihan terlebih dahulu?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pekerja
melakukan kesalahan dalam mencampurkan bahan kimia?
a. Tinggi
b. Sedang
c. rendah
Dampak :
2.5.
Aktifitas Organisasi
Menurut Bapak/Ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila aktivitas pekerja
cenderung menurun?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
2. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pekerja tidak
adanya kejujuran terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pekerja datang
telat dan bolos?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Frekuensi :
2.6.
Aktifitas Organisasi
Menurut Bapak/Ibu :
4. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila aktivitas
pekerja cenderung menurun?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pekerja
tidak adanya kejujuran terhadap perusahaan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pekerja
datang telat dan bolos?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Lanjutan Lampiran 1.
III. Risiko Proses
Berikut adalah sumber-sumber risiko proses terdiri dari Perencanaan
Produksi, Proses Produksi dan Pengendalian Produksi. Bapak/ibu
dimohon untuk memberikan tanggapan yang terkait dengan penyebab
risiko proses selama ini di PT. Karisma Teknika.
Dampak :
3.1.
Perencanaan Produksi
Menurut Bapak/Ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila adanya
kegagalan perencanaan produksi dalam percobaan produk?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
2. Bagaimanana dampak yang mungkin terjadi bila perencanaan
produksi dalam komposisi tidak sesuai dengan pesananan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila bahan baku yang
akan di produksi terlambat?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila persediaan
bahan baku habis?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
5. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pemasaran
produk perusahaan tidak berjalan dengan baik?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Frekuensi :
3.2.
Perencanaan Produksi
Menurut Bapak/Ibu :
6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila adanya
kegagalan perencanaan produksi dalam percobaan produk?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila
perencanaan produksi dalam komposisi tidak sesuai dengan
pesananan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila bahan baku
yang akan di produksi terlambat?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
9. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila persediaan
bahan baku habis?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Lanjutan Lampiran 1.
10. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila
pemasaran produk perusahaan tidak berjalan dengan baik?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Dampak :
3.3. Proses Produksi
Menurut Bapak/Ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila kegagalan dalam
proses produksi misalnya mencampurkan komposisi produk?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
2.
Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila mutu produk
perusahaan tidak baik?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pembuatan
produk kimia terlambat tidak sesuai Purchase Order?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pengiriman
produk kimia terlambat tidak sesuai tanggal yang ditentukan?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
Frekuensi :
3.4.
Proses Produksi
Menurut Bapak/Ibu :
5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila kegagalan
dalam proses produksi misalnya mencampurkan komposisi
produk?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
6.
Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila mutu
produk perusahaan tidak baik?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pembuatan
produk kimia terlambat tidak sesuai Purchase Order?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila pengiriman
produk kimia terlambat tidak sesuai tanggal yang ditentukan?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
Lanjutan Lampiran 1.
Dampak :
3.5. Pengendalian Produksi
Menurut Bapak/Ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pemeliharaan
peralatan mesin tidak diperhatikan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
2. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila tidak adanya
pelatihan dalam menggunakan alat-alat produksi?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pengendalian
dalam produksi tidak terlaksana dengan baik?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila dokumentasi
data Purchase Order yang masuk tidak jelas?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
5. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila pengawasan
pembuatan produksi diabaikan?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
Frekuensi :
3.6.
Pengendalian Produksi
Menurut Bapak/Ibu :
6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila
pemeliharaan peralatan mesin tidak diperhatikan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila tidak
adanya pelatihan dalam menggunakan alat-alat produksi?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila
pengendalian dalam produksi tidak terlaksana dengan baik?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
9. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila
dokumentasi data Purchase Order yang masuk tidak jelas?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
10. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila
pengawasan pembuatan produksi diabaikan?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
Lanjutan Lampiran 1.
IV.
Risiko Teknologi
Berikut adalah sumber-sumber risiko teknologi terdiri dari hardware
dan software Bapak/ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang
terkait dengan penyebab risiko teknologi selama ini di PT. Karisma
Teknika.
Dampak :
4.1. Teknologi yang sifatnya Hardware?
Menurut Bapak/Ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila alat-alat proses
produksi yang digunakan usang?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
2. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila komputer rusak?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila kekurangan alatalat produksi?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila alat-alat
produksi yang digunakan hilang?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
Frekuensi :
4.2. Teknologi yang sifatnya Hardware?
Menurut Bapak/Ibu :
5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila alat-alat
proses produksi yang digunakan usang?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila komputer
rusak?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila kekurangan
alat- alat produksi?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila alat-alat
produksi yang digunakan hilang?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
Lanjutan Lampiran 1.
Dampak :
4.3. Teknologi yang Sifatnya Software?
Menurut Bapak/Ibu :
1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila transaksi
pembayaran terhambat?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
2. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila sistem informasi
tidak berjalan sesuai dengan perarturannya?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila sistem informasi
yang dipakai dalam produksi tidak optimal?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila adanya
penumpukan barang di gudang penanganan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Frekuensi :
4.4. Teknologi yang Sifatnya Software?
Menurut Bapak/Ibu :
5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila transaksi
pembayaran terhambat?
a. Tinggi b. Sedang
c. Rendah
6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila sistem
informasi tidak berjalan sesuai dengan perarturannya?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila sistem
informasi yang dipakai dalam produksi tidak optimal?
a.Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila adanya
penumpukan barang di gudang penanganan?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Lampiran 2. Produk Otomotif
No
1
Nama Customer
PT Astra Honda Motor
Nama Barang
Alsurf 301 N-1
Surfleaner-53S
Paint Kill-102A
Paint Floc-220K
Adjuster-250P
2
PT TVS Motor Company Indonesia
Deruster-350B
No Rust Oil-112S
Paint Remover-12S
Paint Kill-102F
Paint Floc-220K
3
PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing
Cleaner B-12
Ph Adjuster-205
Scale Cleaner 2520
4
PT Yamaha Motor Manufacturing West Java
HNO3 68%
HCL 33%
NaOH 40%
Water Adjuster-105B
Wash Benzene
Lampiran 3. Produk non Otomotif
No
1
Nama Customer
CV Karya Hidup Sentosa
Nama Barang
Paint Kill-120K
Paint Floc-320
Adjuster-89P
2
PT Chitra Prima Unggul
Metalcleaner-220DS
Metaliphoz-125S
Activator-140
Surfconditioning-ZP
3
PT Fujisei Plastik Seitek
Metalcleaner-120SS
Paint Remover-12S
Paint Kill-301
Caustic Soda
HCL
4
PT Gerak Mitra Tangguh
Surfcleaner-53
Alsurf 301 N-1
Paint Remover-12S
5
6
PT Goodrich Pindad
Aeronautical System
Indonesia
Electro Polishing-120SS
PT Hanyung Fujisei
Paint Remover-12H
Adjuster-89P
7
PT Indospray Perkasa
Paint Kill-102P
Paint Floc-220K
Adjuster-250P
8
PT Indutrial Chemitomo
Nusantara
Paint Remover-40
9
PT Karunia Chandra Lestari
Metaliphoz-128 DM
Metaliphoz-128 DR
Activator-140
Hilube-115K
10
PT Kubota Indonesia
Anti Rust Oil-102
Metalcleaner-311WM
11
PT Mada Wikri Tunggal
Surfclener-53S
Asam Sulfat
Metaliphoz-125 MR
PT. Metec Semarang
12
Paint Remover-12S
Adjuster-140
Activator-460
Lanjutan Lampiran 3
No
13
Nama Customer
PT Multi Teknik Primainti
Nama Barang
Surfcleaner-53
Nox Rust-315
HCL
Blaken
14
PT Panacipta Seinan
Components
Surfcleaner-53
Alsurf 301 N-1
Surtec*650
15
PT Panasonic Manufacturing
Indonesia
Al Paint Remover-120
16
PT Pentamitra Usindo
Metalcleaner
Metaliphoz
Allocrome
Netralizer
Activator
17
PT PNE Indonesia
Paint Remover-12S
18
PT Prolaba Fuyinto Farma
Alsurf 301 N-1
Surfcleaner-53
Paint Kill-102A
Paint Floc-220K
Adjuster-250P
19
PT Saneng Industrial
PH Paper
Pasivator-K2
20
PT Sanly Industries
Paint Kill-12C
Paint Floc-320
Adjuser-89P
21
PT Servvo Fire Indonesia
Deruster-350B
Paint Remover-12S
22
PT Takagi Sari Multi Utama
Paint Kill-102PT
Paint Floc-220K
Adjuster-250P
23
PT Tehnikal Utama
Paint Remover-12S
24
PT Terang Dunia Internusa
Flux-40SL
Scale Cleaner-115AL
Download