THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS Suwarno* dan Sutomo* Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email: [email protected] Abstrak Kejadian longsorlahan menyebabkan hilangnya harta benda maupun jiwa manusia. Risiko merupakan besaran dari nilai kerentanan dan besarnya potensi kerugian yang diakibatkan oleh hilangnya harta benda dan jiwa tersebut.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas risiko bencana longsorlahan di daerah penelitian. Metode penelitianmenggunakan metode surveyyang meliputi kerja lapangan dan kerja laboratorium. Data yang diperlukan adalah data kerentanan lonngsorlahan dan potensi kerugian harta benda dan jiwa pada setiap satuan bentuklahan. Populasinya seluruh satuan bentuklahan, sedang teknik pengambilan sampel menggunakan area sampling. Kerjalapangan yang dimaksudkan untuk inventerasisasi karakteristik satuan bentuklahan dan potensikerugiandiberbagai jenis penggunaan lahan yang terdapat di daerah penelitian. Kerja laboratorium bertujuan untuk analisis data kerugiandiberbagai jenis penggunaan lahan. Data hasil kerja lapangan dan laboratorium tersebut dipergunakan untuk menentukan kelas kerentanan dan potensi kerugian. Kelas risiko ditentukan dengan mengalikan besarnya kelas kerentanan dan potensi kerugian. Hasil penelitian adalah di Sub-Das Logawa terbagi dalam dua kelas risiko longsorlahan yaitu kelas rendah dan sedang.Luas masing-masing kelas risiko adalah untuk kelas risiko rendah seluas 1.234,05 ha atau 10,61 % dan luas kelas risiko sedang seluas 10.394,77 ha atau 89,39 %. Kata kunci: kerentanan, kerugian, risiko, longsorlahan kerusakan rumah dan infrastruktur, kerusakan keragaman hayati, kerusakan makanan, memburuknya status gizi, meningkatnya jumlah orang yang sakit, hilangnya fasilitas pendidikan, berkurangnya kesejahteraan (Anonim, 2009). Akibat dari bencana tersebut dapat dikatakan sebagai dampak. Dampak bencana alam tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, lokasi, pertumbuhan penduduk,kemiskinan,urbanisasi,industriali sasi,lingkungan rawan dengan eksploitasi sumber alam cenderung merusak ekosistem lingkungan, kurangnya fasilitas dan pelayanan penanggulangan krisis,perubahan budaya (Anonim, 2009). Dooley ( 1996), mengemukakan terdapat dua komponen untuk menjelaskan 1. PENDAHULUAN Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan olehperistiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan olehalam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanahlongsor (UURI No24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal1 ayat 2). Dampakbencana ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu dampak terhadap lingkungan fisik dan dampak terhadap lingkungan sosial-ekonomi (Sutikno, 1985, Kuswaji dan Priyono, 2008). Dampak dari bencana alam tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan merugikan kehidupan manusia. Akibat bencana antara lain pengungsian, kehilangan harta benda, 1537 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 risiko dalam konteks lingkungan. Pertama, adalah situasi (proyek, zat pencemar dalam udara dan air, produk atau program) kejadian alam yang dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan; yang berpotensi menimbulkan bahaya (risiko). Kedua ketidakpastian tentang bahaya. Ketidakpastian tersebut adalah bilamana atau kapan bencana tersebut akan terjadi. Besarnya kejadiannya mungkin juga tidak pasti, seperti siapa dan apa yang akan dipengaruhi; jadi risiko berhubungan dengan situasi dimana mungkin terdapat dampak tetapi dampak tersebut tidak pasti. Longsorlahan adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi, dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi. Kawasan rawan bencana longsor adalah kawasan lindung atau kawasan budi daya yang meliputi zona-zona berpotensi longsor (Pedoman Penataan Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007Pasal 1 ayat 1 dan 2). Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (UURI No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal1 ayat 14). Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Logawa yang berhulu di lereng Gunungapi Slamet dan bermuara pada Sungai Serayu.Sub DAS ini dapat lihat dari kondisi geomorfologi terbagi atas bentukan vulkanik dan struktural. Kedua bentukan ini memiliki karakteristik yang berbeda, pada bentukan vulkanik banyak tersusun atas material vulkanik lepas-lepas seperti lahar, sedang bentukan struktural tersusun atas batuan sedimen yang berumur Tersier. Sifat dari material lepas seperti lahar dan batuan sedimen yang berumur Tersier tersebut merupakan kondisi yang mudah UAD, Yogyakarta terjadi longsorlahan. Faktor penyebab terjadinya longsor tersebut adalah kemiringan lereng, curah hujan yang tinggi, litologi, tanah, jenis penggunaan lahan, dan aktifitas manusia (Sartohadi, 2008). Oleh karena itu perlu ada kajian tentang risiko bencana longsorlahan di Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Logawa tersebut. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei dipilih karena maksud dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis berdasarkan data di lapangan. Satuan bentuklahan digunakan sebagai pendekatan dan satuan pemetaan. Uraian pada metode penelitian ini mencakup jalannya penelitian, data, cara pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan analisis hasil, berikut diuraikan langkah-langkah penelitian. Pra kerja lapangan Pada tahap ini untuk interpretasi foto udara atau satelit dan peta bahan lainnya guna mengetahui kondisi penggunaan lahan, kondisi perumahan, tegalan, perkebunan, dan persawahan. Kerja lapangan Dalam kerja lapangan ini dimaksudkan untuk mencari data-data baik data primer maupun sekunder untuk pengujian terhadap hasil interpretasi dari foto udara maupun dari peta-peta yang dilakukan di laboratorium. Survei lapangan yang dimaksud adalah melakukan pengamatan dan pengukuran kondisi penggunaan lahan, kondisi perumahan, tegalan, perkebunan, dan persawahan dan kearifan lokal yang mencakup kapasitas dan kerentanan (persepsi, kondisi, dan perilaku masyarakat). Analisa Laboratorium Analisa laboratorium yang dimaksud adalah analisa kerugian, persepsi, lokal untuk menyusun peta kelas risiko longsorlahan. 1538 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Data dan Variabel Data Data primer meliputi data sosial ekonomi meliputi data kapasitas dan kerentanan masyarakat(persepsi, kondisi, dan perilaku masyarakat), aset-aset harta benda yang meliputi sawah, ladang, ternak, kondisi rumah dan pekarangan. Data sekunder yang terkait dengan penelitian ini meliputi data jumlah penduduk, data curah hujan dan peta-peta tematik. Variabel Variabel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah variabel sosial ekonomi. Variabel sosial ekonomi meliputi kapasitas dan kerentanan masyarakat(persepsi, kondisi, dan perilaku masyarakat), jumlah penduduk dan aset harta benda yang dinyatakan dalam rupiah.Variabel-variabel tersebut kemudian dikelompokkan dalam klas-klas yang memiliki harkat dengan berpedoman pada nilai atau sumbangan terhadap kerawanan longsorlahan. Pada penelitian ini kerusakan langsung ditekankan pada hasil pertanian padi, tegalan, rumah-rumah permukiman, fasilitas umum dan nilai lahan yang rusak akibat longsorlahan. Nilai kerusakan adalah jumlah maksimum dari nilai aset yang terkena longsorlahan dan kerusakan langsung tersebut dapat dihitung dengan rumus matematika sebagai berikut: Penentuan kelas risiko longsorlahan dan model konseptual pengurangan risiko Tabel.1 Kelas Kerawanan Longsorlahan Kelas Kerawanan Skor Kerawanan Rendah 1 KerawananSedang 2 KerawananTinggi 3 Kerusakan langsung (Rp) = Luas Area (ha) x nilai kerusakan (Rp/ha)…………..1 Risiko didapatkan dengan rumus sebagai berikut : R = H + D, ……………………………2 Keterangan : R = risiko; H = Kelas Kerawanan fisik ; D = faktor (Kerusakan langsung). Kelas Kerawanan dan Kelas Kerugian diberi skor sebagai berikut : Risiko dipengaruhi oleh variabel kerawanan fisik dan kerugian (damage). Variabel kerugian meliputi kerugian material dan kehilangan jiwa dalam hal ini jumlah penduduk, sedangkan kerugian material dihitung berdasarkan data hasil wawancara.Responden adalah penduduk setempat dengan jumlah tiap-tiap satuan bentuklahan satu responden dengan memilih tokoh masyarakat atau yang mengerti dan mengetahui peristiwa longsor dan kondisi sosial ekonominya. Analisa tentang risiko yang ditimbulkan oleh longsorlahan adalah dengan mengasumsikan nilai kerusakan yang diakibatkan oleh longsorlahan secara langsung. Kerusakan langsung didefinisikan sebagai risiko moneter dibandingkan dengan bila tidak terjadi longsorlahan termasuk anggaran yang harus dikeluarkan untuk mengembalikan aset atau properti yang rusak akibat longsorlahan kepada kondisi sebelum longsorlahan. Tabel.2 Kelas Kerugian Longsorlahan Kelas Materi Skor Kerugian (Juta)/Ha/th Rendah ≤ 20 1 Sedang 30 - 40 2 Tinggi ≥ 40 3 Tabel.3. Klasifikasi Tingkat Risiko Longsorlahan No Kela Interval Tingkat Resiko s Kelas Longsorlahan 1 I 5–8 Rendah 2 II 9 – 11 Sedang 3 III 12 – 15 Tinggi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Wilayah Lokasi penelitian terletak di SubDaerah Aliran Sungai Logawa, secara administrasi terletak pada sebagian 1539 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Kecamatan Kedungbanteng, Karanglewas dan Cilongok. Letak Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa adalah sebagai berikut : Posisi astronomis Daerah penelitian terletak pada posisi astronomi 70 15' 25,00" - 70 27' 08,53" LS dan 1090 07' 58,11" – 1090 13' 23,52" BT. Letak geografis dan batas wilayah Letak geografi Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa terletak di Kabupaten Banyumas, yang alirannya mengalir dari hulu yaitu dari utara (puncak gunung Slamet) dan menuju ke hilir yaitu menuju ke selatan (bermuara di sungai serayu), Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa bentuklahannya berasal dari bentuklahan asal vulkanik dan struktural. rendah yaitu terbanyak. UAD, Yogyakarta lulus SD karean yang Pengetahuan dan persepsi Pengetahuan masyarakat tentang longsorlahan yang dijadikan sampel adalah Desa Gununglurah karena desa tersebut kejadian longsorlahannya yang terbanyak bila dibandingkan dengan desa lain di daerah penelitian. Pengetahuan masyarakat di Desa Gununglurah mengenai pengertian longsorlahan 90,54% tahu hingga sangat tahu. Pengetahuan masyarakat mengenai daerah-daerah rawan longsorlahan 87,84% tahu hingga sangat tahu. Pengetahuan masyarakat mengenai dampak setelah terjadinya bencana longsorlahan 71,62% masyarakat tahu dampak yang ditimbulkan setelah terjadinya longsorlahan. Pengetahuan masyarakat mengenai ciri terjadinya bencana longsorlahan 55,41% mengetahui akan ciri terjadinya bencana longsorlahan. Pengetahuan masyarakat mengenai jenis longsorlahan 18,92% mengetahui jenis longsorlahan (Kusmilasari, 2015). Presepsi masyarakat tentang pengurangan risiko longsorlahan tidak lepas dari pengetahuannya tentang longsorlahan, oleh karena itu masyarakat berpandangan longsorlahan adalah bencana alam yang mengakibatkan timbulnya kerugian harta benda maupun korban jiwa dan kerusakan sarana dan prasarana yang berdampak pada sosial dan ekonomi dan dan perlu dilakukan pencegahan. Iklim Penentuan tipe iklim di daerah penelitian menggunakan data curah hujan yang tersedia. Data curah hujan di SubDAS Logawa yang tersedia di Kecamatan Kedungbanteng tidak ada, oleh karena itu menggunakan data curah hujan yang terdapat di Kecamatan Baturaden yang memiliki kondisi fisik yang relative sama dengan daerah penelitian, maka tipe iklim daerah penelitian menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson adalah B (basah). Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat Pendidikan Pendidikan masyarakat di daerah penelitian tidak diungkap secara keseluruhan akan tetapi diambil sampel. Sampel untuk tingkat pendidikan masyarakat diambil Desa Melung yang mana desa tersebut terletak dibagian ujung atas dari Sub-Das Logawa, lokasi ini oleh peneliti dianggap mewakili daerah penelitian. Pendidikan masyarakat Desa Melung, Kecamatan Cilongok adalah sebanyak 567 jiwa (24,86%) tidak lulus SD, 779 jiwa (34,16%) lulus SD, 78 jiwa (3,42%) lulus SMP, 54 jiwa (2,37%) lulus SMA, lulusan D1 dan D3 masing-masing 1 jiwa (0,04%), 2 jiwa (0,08%) lulusan S1, dan 799 jiwa (35,04%) belum tamat SD. Dilihat dari data tersebut pendidikan masyarakat daerah penelitian tergolong Kelas Risiko Longsorlahan Keylock (1997), menjelaskan bahwa risiko merupakan hasil dari 3 faktor yaitu : 1) probabilitas; merupakan kemungkinan waktu terjadi bahaya longsor pada bentanglahan, 2) keterdapatan dari manusia, sarana-prasarana, bangunan yang spesifik pada wilayah longsor dan faktor ke-3 adalah kerentanan yang merupakan derajad kerugian (kehilangan jiwa dan bangunan). Kemungkinan akan waktu kapan akan terjadi bahaya dalam penelitian ini tergambar pata kelas kerawanan. Pada kelas kerawanan longsorlahan tinggi 1540 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 kemungkinan untuk terjadinya longsorlahan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kerawanan sedang maupun tinggi. Kerugian yang timbul oleh adanya bencana longsorlahan akan tergantung dari bentuk penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang berbeda akan menimbulkan kerugian yang berbeda. Pada daerah penelitian kelas kerawanan longsorlahan terbagi dalam tiga kelas kerawanan yaitu kelas rendah, kelas sedang, dan kelas tinggi (Suwarno dan Sutomo, 2014). Faktor kerawanan ini untuk menentukan kelas risiko dilakukan dengan cara pengskoran, untuk kelas rendah diberikan skor 1, kelas sedang diberikan skor 2, dan kelas tinggi diberikan skor 3. Faktor kerugian ditentukan dengan cara menghitung potensi kerugian pada masingmasing penggunaan lahan. Potensi kerugian UAD, Yogyakarta terbagi dalam tiga kelas, yaitu kelas rendah, kelas sedang, dan kelas tinggi. Potensi kerugian ini untuk menentukan kelas risiko dilakukan dengan cara pengskoran, untuk kelas rendah diberikan skor 1, kelas sedang diberikan skor 2, dan kelas tinggi diberikan skor 3. Hasil pengskoran kelas kerawanan dan kelas potensi kerugian tersebut digunakan untuk menentukan kelas risiko longsorlahan. Penentuan kelas risiko dengan menggunakan rentan skor sebagai berikut, rentan skor 5-7 masuk kelas risiko rendah, rentan skor 8-11 masuk kelas risiko sedang, dan rentan skor 12-15 masuk kelas risiko tinggi. Tabel 5. menyajikan hasil pengskoran untuk menentukan kelas risiko, dan sebaran kelas risiko kerawanan longsorlahan disajikan pada Gambar 1. Tabel 5. Penentuan Kelas Risiko Longsorlahan N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kerugian Tegala Sawah n Rendah Sedang 1 2 Kelas Kerawan an Rendah 1 Permukima n Sedang 2 Rendah 1 Tinggi Rendah 1 Tinggi Rendah 1 Rendah Rendah 1 Rendah Rendah 1 Rendah 3 Tinggi 3 Tinggi 1 Rendah 1 Rendah 1 Tinggi 3 Sedang 2 3 Rendah 1 1 Tinggi 3 1 Sedang 2 3 Rendah 1 Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang 2 1 1 Perbukitan gunung api Sedang Rendah Rendah berbatuan tufa 2 1 1 Lereng gunung api Sedang Rendah Rendah berbatuan lava 2 1 1 Perbukitan gunung api Sedang rendah Rendah berbatuan lahar andesit 2 1 1 Sumber: Data Primer,20015 ; Suwarno dan Sutomo, 2014 1 Rendah 1 Tinggi 3 Sedang 2 2 Tinggi 3 Rendah 1 Rendah 1 Bentuklahan Dataran fluvial kaki gunungapi berbatuan lahar andesit Dataran kaki gunungapi berbatuan lahar andesit Perbukitan struktural berbatuan tufa Perbukitan gunungapi berbatuan breksi Dataran lembah perbukitan struktural berbatuan tufa Kaki gunung api berbatuan lahar andesit 1541 Kelas Risiko Kebun Skor Total Tinggi 3 9 Sedang 5 Rendah 9 Sedang 11 Sedang 9 Sedang 7 Sedang 8 Sedang 8 Sedang 7 Sedang THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Gambar 1. Peta Risiko Longsrlahan di Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas 1542 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Kusmilasari, Y,. 2015. Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi Bencana Longsorlahan di Desa Gununglurah Kecamatan CilongokKabupaten Banyumas, Skrisi: Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan berikut ini. 1. Sebaran kelas risiko longsorlahan tidak sejalan dengan sebaran kelas kerawanan longsorlahan. Di daerah penelitian terbagi ke dalam dua kelas risiko yaitu kelas rendah dan sedang, untuk kelas kerawanan terbagi dalam tiga kelas yaitu kelas rendah, kelas sedang, dan kelas tinggi. 2. Persepsi masyarakat tentang pengurangan risiko longsorlahan dipengaruhi oleh sebarapa tinggi pengetahuan masyarakat tentang longsorlahan. Pengetahuan masyarakat tentang mitigasi untuk pengurangan risiko longsorlahan tergolong tinggi dan ini berpengaruh terhadap persepsi maupun perilaku dalam pengurangan risiko. Pengakuan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini dibantu oleh beberapa mahasiswa, oleh sebab itu sebagian data digunakan oleh mahasiswa untuk menulis Skripsi. Penulisan Skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa telah selesai terlebih dahulu, maka peneliti dalam penulisan laporan ini ada sebagian data bersumber dari Skripsi tersebut. Kuswaji DP.,dan Priyono, 2008, Analisis Morfometri dan Morfostruktur Lereng Kejadian Longsor di Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara, Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2006: hal. 72 – 81. Sartohadi, J., 2008. The Landslide Distribution in Loano Sub-District, Purworejo District Central Java Province, Indonesia, Forum Geografi ; Vol. 22 No 2, Desember 2008, hal. 129-144. Sutikno, 1985. Dampak Bencana Alam terhadap Lingkungan Fisik. Lembaga Penelitian Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UGM Yogyakarta dan Kantor Menteri Negara KLH. Suwarno 5. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, Pedoman Penanggulangan Berbasis Komunitas, Makalah pada Sarasehan Pengurangan Risiko Bencana, Maret 2009, Kedungurang Banyumas. UU Dooley, 1996, Panduan Pelatian Analisis dan Pengeloloaan Risiko. Terjemahan , oleh: Roma Chrysta Manurung, Pusat studi Lingkungan Hidup- ITB. dan Sutomo, 2014, Model Konseptual Pengurangan Risiko Bencana Longsorlahan Berbasis Kearifan Lokal Di Sub Das Logawa Kabupaten Banyumas, Laporan Penelitian, LPPM UMP, Purwokerto. RI. No. 24 th. 2007, tentang PENANGGULANGAN BENCANA, LNRI Tahun 2007 Nomor 66, TLNRI No. 4723. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2007, tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor. Keylock, 1997, Snow Avalanches, Progress in Physical Geography; Volume 21; Number 4. 1543