I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Budong-Budong ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no. 996/Menhut-II/2013 dengan luas 128.096 ha. Sebagian besar (95,73%) wilayah KPHP Budong-Budong merupakan kawasan hutan produksi, yang terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 86.172 ha (67,27%) dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 36.461 ha (28,46%). Sisanya, seluas 5.463 ha (4,27%), merupakan Hutan Lindung (HL). KPHP Budong-Budong mempunyai fungsi pokok sebagai penghasil hasil hutan kayu dengan fungsi tambahan sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, antara lain untuk mengatur tata air, mencegah banjir, dan mengendalilan erosi. Pembentukan KPHP Budong-Budong merupakan serangkaian proses perencanaan dan penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPHP BudongBudong merupakan bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten, yang pembentukannya ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari. Wilayah KPHP Budong-Budong terletak di wilayah administrasi Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat, yang berada pada tujuh kecamatan, yaitu Kec. Tommo, Kalumpang, Budong-Budong, Pangale, Topoyo, Karossa dan Kec. Tobadak. Secara geografis KPHP Budong-Budong terletak antara 119°12’40” - 119° 45’07,04” Bujur Timur (BT) dan 1°54’30” – 2°23’22” Lintang Selatan (LS). Iklim pada wilayah KPHP Budong-budong ditandai dengan jumlah curah hujan tahunan yang tinggi dan distribusi curah hujan bulanan yang hampir merata sepanjang tahun. Salah satu kegiatan penting dan strategis dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan adalah penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) yang akan menjadi acuan pengelolaan KPH dalam jangka waktu 10 tahun ke depan. 6 Penyusunan RPJP KPHP Budong-Budong berazaskan keterbukaan dan pelibatan para pihak dengan menggunakan prinsip-prinsip bertanggung gugat, transparan, partisipatif, terpadu, aspiratif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Suatu pengelolaan yang baik harus didasarkan pada suatu perencanaan yang baik pula. Pengelolaan KPHP Budong-Budong perlu mengacu pada RPJP agar fungsi Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk itu, RPJP ini disusun sebagai dasar bagi pengelolaan KPHP Budong-Budong agar kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, ekologi dan sosial. B. Tujuan Penyusunan RPJP KPHP Budong-Budong bertujuan untuk: 1. Membuat rencana acuan/pedoman strategis dalam pengelolaan penyusunan KPHP rencana Budong-Budong jangka pendek sebagai sehingga operasionalisasi pengelolaan hutan di lapangan dapat dilakukan secara rasional dan terukur sesuai dengan kondisi sumber daya hutan yang dihadapi. 2. Mengoptimalkan manfaat dan fungsi Kawasan Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung. 3. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pengelolaan Hutan Lestari. C. Sasaran Sasaran Penyusunan RPJP KPHP Budong-Budong adalah terselenggaranya pengelolaan KPHP budong-Budong yang efektif dan efisien berdasarkan prinsipprinsip ekologi, sosial dan ekonomi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup RPJP KPHP Budong-Budong adalah pokok-pokok rencana strategis pengelolaan kawasan hutan secara lestari dengan jangka waktu 10 tahun yang disusun dengan mempertimbangkan optimalisasi manfaat ekologi, sosial dan ekonomi. 7 E. Batasan Pengertian 1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam. 4. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. 5. Penggunaan kawasan hutan adalah suatu kegiatan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan tersebut. 6. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. 7. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri atas kawasan Hutan Produksi. 8. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHP yang merupakan bagian dari wilayah KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHP dan bertanggung jawab Kepada Kepala KPHP. 9. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut organisasi KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. 10. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan 8 potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. 11. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari. 12. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah Rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPHL dan KPHP. 13. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana Pengelolaan Hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak dan/atau blok. 14. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. 15. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. 16. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. 17. Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam wilayah kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak. 9 18. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap. 19. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan. 20. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama. 21. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya. 10 II. DESKRIPSI KAWASAN A. Risalah Wilayah KPHP Budong-Budong 1. Letak dan Luas Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Budong-Budong terletak di wilayah administrasi Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat, yang berada pada tujuh kecamatan, yaitu Kec. Tommo, Kalumpang, Budong-Budong, Pangale, Topoyo, Karossa dan Kec. Tobadak. Secara geografis KPHP Budong-Budong terletak pada 119°12’40” - 119° 45’07,04” Bujur Timur (BT) dan 1°54’30” – 2°23’22” Lintang Selatan (LS). Berdasarkan luas wilayah administrasi, tiga kecamatan dengan luas terbesar berturut-berturut adalah Kec. Kalumpang, Kec. Karossa dan Kec. Topoyo. Kecamatan, sedang wilayah administrasi dengan luas terkecil adalah Kec. Pangale. Luas KPHP Budong-Budong berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no. 996/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013 adalah 128.096 ha, yang terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 86.172 ha, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 36.461 ha dan Hutan Lindung (HL) seluas 5.463 ha. Berdasarkan hasil verifikasi lapangan dan digitasi peta tata batas kawasan hutan, luas KPHP BudongBudong sebesar 127.834,79 ha, yang terdiri atas HPT seluas 85.906,23 ha, HP seluas 36.502,81 ha dan HL seluas 5.425,75 ha. Wilayah KPHP tersebut hanya sekitar 23,95% dari seluruh wilayah kecamatan yang ada di KPHP Budong-Budong. Tiga kecamatan dengan wilayah KPHP terbesar berturut-turut adalah Kec. Topoyo, Kec. Tommo dan kec. Tobadak. Luas wilayah administrasi kecamatan dan kawasan hutan KPHP untuk setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1. dan Tabel 2. 11 Tabel 1. Luas Wilayah Administrasi dan KPHP Budong- Budong Menurut Kecamatan No. Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 Tommo Kalumpang Budong-Budong Pangale Topoyo Karossa Tobadak Total Luas KPHP** Luas Kecamatan (ha)* 82735.00 173199.00 22239.00 1117.00 86989.00 113830.00 53629.00 533738.00 ha 46848.65 1125.43 0.12 410.55 47788.63 12352.34 19309.06 127834.79 % 36.65 0.88 0.00 0.32 37.38 9.66 15.10 100.00 % luas KPHP per luas Kecamatan 56.62 0.65 0.00 36.75 54.94 10.85 36.00 * Sumber BPS Mamuju 2013 ** Luas berdasarkan hasil digitasi dan deliniasi Tabel 2. Luas kawasan hutan menurut kecamatan pada KPHP Budong-Budong No. 1 2 3 4 5 6 7 KECAMATAN Budong-budong Kalumpang Karossa Pangale Tobadak Tommo Topoyo TOTAL HP 0.12 0.00 2717.15 410.55 15959.27 6437.98 10977.74 36502.81 LUAS WILAYAH KPHP (ha) HPT HL TOTAL 0.00 0.00 0.12 435.68 689.75 1125.43 9129.92 505.28 12352.34 0.00 0.00 410.55 2855.43 494.37 19309.07 36674.32 3736.35 46848.65 36810.89 0.00 47788.63 85906.23 5425.75 127834.79 KPHP Budong-Budong secara geografi terletak di bagian barat pulau Sulawesi di mana bagian pantai yang berbatasan dengan Selat Makassar merupakan daerah yang datar sampai bergelombang. Ke arah timur yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan semakin banyak wilayahnya didominasi lahan-lahan dengan topografi berbukit dan bergunung. Daerah dataran rendah dapat dibedakan sebagai dataran rawa, oxbow dan levee (tanggul sungai). Setempat-setempat terdapat perbukitan yang dibedakan ke dalam fisiografi bukit terpisah dengan perbedaan ketinggian kurang dari 50 meter dengan lereng agak curam dan fisiografi bukit memanjang dengan perbedaan tinggi 12 kurang dari 75 meter dengan lereng sangat curam. Kondisi topografi lokasi KPHP Budong-Budong secara umum disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa sebagian besar kawasan KPHP memiliki kondisi topografi curam dan sangat curam, yaitu sebesar 91,5% dari seluruh wilayah KPHP, sedang selebihnya mempunyai topografi datar sampai agak curam. Hal ini mengindikasikan bahwa KPHP Budong-budong didominasi oleh lahan-lahan dengan topografi yang bergelombang dan berbukit. Tabel 3. Luas wilayah KPHP Budong-Budong berdasarkan kelas lereng No. Topografi Lereng (%) Luas (ha) % 1. Datar 0-8 8387.00 6.56 2. Landai 8-15 1820.84 1.42 3. Agak Curam 15-25 666.73 0.52 4. Curam 25-45 97368.61 76.17 5. Sangat Curam >45 19591.61 15.33 127834.79 100.00 Total 2. Geologi dan tanah Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ujung Pandang skala 1:1.000.000 (Rab.Sukamto,1975), wilayah KPHP dan sekitarnya merupakan bagian dari formasi kwarter atas dan formasi tersier (Miosen akhir). Formasi kwarter atas tersusun dari bahan alluvium dan endapan pantai yang terdiri atas liat, pasir, kerikil dan setempat-setempat terumbu karang. Formasi tersier tersusun dari bahan induk batuan sedimen laut yang terdiri atas batu liat, serpih, napal, batu gamping, batu pasir, dan konglomerat yang diselingi dengan tufa, breksi tufa, batu apung, dan breksi tufa, batu apung, dan breksi gunung api . Bahan induk tanah di daerah ini dapat dibedakan atas endapan bahan organik, endapan sungai bersusun liat, debu dan pasir, dan batuan sedimen masam dan batuan sedimen laut hampir matang (hemik), sebagian kecil yang sudah 13 matang (saprik). Endapan sungai subresen bersusun liat, debu dan pasir terdapat pada fisiografi tanggul sungai (levee) dan teras sungai membentuk tanah-tanah yang telah mengalami perkembangan pada tingkat awal dan sebagian memperlihatkan ciri hidromorfik pada tanah yang sering tergenang. Batuan sedimen bersifat masam terdapat di daerah-daerah bukit-bukit terpisah membentuk tanah-tanah yang telah berkembang lanjut. Batuan sedimen laut terdapat pada daerah bukit memanjang, membentuk tanah-tanah yang telah berkembang lanjut. Gabungan dari faktor-faktor bahan induk, bentuk wilayah, dan curah hujan sangat mempengaruhi proses pembentukan tanah di daerah ini. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan proses illuviasi dan gleisasi pada tanah-tanah mineral di daerah cekungan serta humifikasi pada tanah gambut tampak dominan. Pola penyebaran bentuk wilayah dan fisiografi daerah inii sangat memengaruhi penyebaran tanah-tanah yang terbentuk. Pada fisiografi dataran rawa dengan bentuk wilayah datar sampai agak datar proses pelapukan bahan organik sampai tingkat hemik membentuk tanah-tanah organosol. Luapan Sungai Budong-budong di musim hujan membawa bahan-bahan baru yang secara periodik diendapkan (membentuk lapisan-lapisan bahan mineral di dalam penampang yang didominasi oleh bahan organik). Pengaruh genangan pada tanah-tanah mineral menunjukkan gejala gleisasi sehingga terbentuk tanah-tanah yang bersifat hidromorfik. Pada daerah yang dipengaruhi genangan musiman membentuk tanah-tanah yang belum matang (unripe). Endapan sungai subresen, pada fisiografi tunggul sungai dengan bentuk wilayah datar membentuk tanah-tanah yang telah menunjukkan adanya perkembangan tanah pada tingkat awal yang dicirikan oleh adanya peningkatan liat tidak nyata dari horizon B yaitu tanah Kambisol. Bentuk sedimen masam dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadnya pencucian yang intensif dan membentuk tanah-tanah yang telah berkembang lanjut yaitu tanah Podsolik, sedangkan pada batuan sedimen laut 14 membentuk tanah Mediteran. Curah hujan yang tinggi dan lereng yang curam mengakibatkan intensifnya erosi sehingga tanah-tanah yang terbentuk bersolum agak dangkal. Tanah-tanah di wilayah KPHP Budong-budong dan sekitarnya dapat digolongkan menjadi lima jenis tanah yang menurunkan tujuh macam tanah. Tabel 4. menyajikan jenis dan macam tanah yang terdapat di daerah survei serta padanannya menurut Taksonomi Tanah. Tabel 4. Jenis dan Macam Tanah daerah KPHP Budong-Budong serta padanannya No 1 Jenis Tanah Organosol 2 Gleisol 3 Kambisol Macam Tanah Taksonomi tanah (Sub Group) Organosol hemik Fluvaquentic Tropohemists Gleisol hidrik Thapto Histio Hydraquents Gleisol Eutrik Typic Tropoquents Kambisol Gleiik Aquic Eutropepts Kambisol Eutrik Typic dan Fluventic Eutropepts 4 Podsolik Podsolik Kandik Orthoxic Tropudults 5 Mediteran Mediteran Haplik Typic Tropudalfts Organosol adalah tanah yang berkembang dari bahan organik yang telah melapuk sampai tingkat hemik. Ketebalan gambut bervariasi pada daerah relatif dekat dengan Sungai Budong-budong berkisar antara 70 – 110 cm, sedangkan daerah yang lebih jauh mencapai lebih dari 2 meter. Tanah tergenang permanen dan drainase sangat terhambat. Secara periodik mendapat timbunan bahan tanah mineral dari Sungai Budong-budong sehingga tanah relatif masih baik untuk usaha pertanian. Gleisol merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk endapan liat bercampur bahan organik. Pada fisiografi cekungan, proses pembentukan tanah mengalami hambatan oleh genangan. sehingga tanah yang terbentuk belum matang dan berwarna glei. Tanah ini cukup dalam namun drainase sangat buruk. 15 Tanah Kambisol terbentuk dari bahan induk endapan liat dan pasir. Drainase agak lambat. Struktur lemah sampai cukup, bentuk kubus membulat sampai remah halus sampai sedang. Konsistensi gembur. Tanah agak asam ( pH 4,8 – 5,6), Corganik rendah, nitrogen rendah, F2O5 tersedia rendah sampai sangat tinggi, kejenuhan aluminium sangat rendah, KTK rendah, kejenuhan basa (KB) umumnya tinggi. Tanah lapisan bawah berwarna coklat kekuningan sampai coklat terang kekuningan Macam tanah yang terbentuk diklasifikasikan ke dalam Kambisol Gleiik (Aquic Eutrpepts) dan Kambisol Eutrik (Fleventic Eutropepts dan Typic Eutropepts). Tanah Podsolik banyak ditemukan pada kawasan hutan dengan wilayah berbukit sampai bergunung. Tanah ini berkembang dari batuan sedimen bersifat masam dengan drainase baik. Tanah telah mengalami perkembangan lanjut dengan susunan horizon A-Bt-C dicirikan oleh adanya peningkatan liat yang nyata pada horizon B sebagai horizon argilik. Solum tanah agak dalam sampai dalam. Tanah Mediteran berkembang dari bahan induk batuan sedimen laut. Tanah telah berkembang lanjut yang dicirikan oleh peningkatan liat nyata di Horison B dengan susunan horizon A-Bt-C. Solum tanah dangkal sampai dalam, drainase baik. 3. Iklim Iklim pada wilayah KPHP Budong-budong ditandai dengan jumlah curah hujan tahunan yang tinggi dan distribusi curah hujan bulanan yang hampir merata sepanjang tahun. Keberadaan vegetasi alami berupa hutan hujan tropis basah yang ada di wilayah ini mencerminkan pola curah hujan seperti ini. Berdasarkan Zona Agroclimat dari Oldeman dan Syarifuddin (1977) wilayah ini termasuk dalam Zona Agroklimat B1. Zona ini dicirikan oleh jumlah bulan basah berturut-turut dengan curah hujan lebih dari 200 mm sebanyak 7 sampai 9 bulan, dan jumlah bulan kering berturut-turut dengan curah hujan kurang dari 100 mm kurang dari 2 bulan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang penyebaran curah hujan maka pada Gambar 1 disajikan grafik penyebaran hujan bulanan dari Stasiun Tommo dan Stasiun Tobadak. Dapat dilihat pada Gambar tersebut bahwa curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember demikian juga pada bulan Juli 16 sampai Agustus curah hujan berada di atas 200 mm. Curah hujan bulanan yang terendah pada bulan Mei. Namun sesuai dengan hasil pencatatan pada kedua stasiun curah hujan bulanan tetap berada pada angka sekitar 100 mm. Gambar 1. Distribusi curah hujan bulanan yang tercatat pada Stasiun Tommo dan Stasiun Tobadak. 4. Aksesibilitas Kawasan Sarana transportasi di wilayah Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah terdiri atas mobil angkutan penumpang dan mobil angkutan barang yang berfungsi untuk melayani mobilitas penduduk di dalam kabupaten. Angkutan umum terdiri atas kendaraan roda empat dan roda dua. Kendaraan roda empat melayani mobilitas antar ibukota kecamatan dan antar desa, sedangkan angkutan roda dua melayani mobilitas dalam satu desa/dusun. 5. Batas-Batas Batas-batas wilayah KPHP Budong-Budong adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tommo 17 6. Pembagian Blok Pembagian blok dilakukan dengan memperhatikan karakteristik geo-biofisik lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam, dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Selain itu pembagian blok juga mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHP. Berdasarkan hal-hal tersebut, wilayah KPHP Budong-Budong dibagi menjadi : a. Pada kawasan Hutan Produksi : 1) Blok Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (HHK-HA) : kawasan yang mempunyai potensi kayu cukup tinggi dan sudah ada ijin Usaha Pemanfaatan HHK-HA. Direncanakan untuk pengusahaan hutan skala besar. 2) Blok Pemanfaatan HHK-HT : Kawasan yang telah ada ijin pemanfaatan HHKHT dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan. Diarahkan sebagai Kawasan hutan untuk pengusahaan hutan Skala Besar. 3) Blok Pemanfaatan – HP : Kawasan yang direncanakan akan dikelola sendiri oleh KPH sebagai areal wilayah tertentu. b. Pada kawasan Hutan Produksi Terbatas: 1) Blok Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (HHK-HA) : kawasan yang mempunyai potensi kayu cukup tinggi dan sudah ada ijin Usaha Pemanfaatan HHK-HA. Direncanakan untuk pengusahaan hutan skala besar. 2) Blok Pemanfaatan HHK-HT : Kawasan yang telah ada ijin pemanfaatan HHKHT dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan. Diarahkan sebagai Kawasan hutan untuk pengusahaan hutan Skala Besar. 18 3) Blok Pemberdayaan masyarakat : Kawasan yang bersentuhan langsung dengan aktivitas masyarakat dengan potensi rendah/tidak berhutan atau sudah ada ijin HKM, HTR atau Hutan Desa. Diarahkan untuk kawasan rehabilitasi atau pengusahaan hutan skala besar atau kecil. 4) Blok Pemanfaatan – HPT : Kawasan yang direncanakan akan dikelola sendiri oleh KPH sebagai areal wilayah tertentu. c. Pada kawasan Hutan Lindung : 1) Blok inti : Kawasan hutan lindung yang merupakan hutan alam yang direncanakan sebagai kawasan rehabilitasi dengan potensi jasa lingkungan, wisata alam dan potensi hasil hutan non kayu yang relatif kecil sehingga secara ekonomis sulit untuk dimanfaatkan. Khusus diperuntukkan bagi perlindungan tata air. 2) Blok Pemanfaatan HHBK : Kawasan yang difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas (HHBK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi HL. Diarahkan untuk kawasan rehabilitasi dan sebagian akan dikelola sendiri oleh KPH sebagai areal wilayah tertentu. Berdasarkan pembagian blok, sebagian besar kawasan KPHP Budong-Budong diperuntukkan sebagai penghasil hasil hutan kayu, yaitu seluas 84536,62 ha atau sekitar 66,13% dari luas KPHP, yang terdiri atas pemanfaatan HHK-HA seluas 59510,92 ha atau sekitar 46,55% dan pemanfaatan HHK-HT seluas 25025,70 ha atau sekitar 19,58%. Selain itu, terdapat wilayah tertentu yang dikelola sendiri oleh KPHP (21,59%), Blok Pemberdayaan (8,70%), dan Blok Pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan (0,40%) yang peruntukkannya dapat berupa pengusahaan hutan skala besar atau kecil maupun kegiatan masyarakat lainnya yang diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitar hutan. Kawasan yang peruntukkannya sebagai pengatur dan perlindungan tata air dan tidak direncanakan untuk pemanfaatan yang lainnya, yaitu Blok inti dan areal di sempadan pantai dan sungai serta sekitar mata air. Persentase luas dari setiap blok 19 pengelolaan KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Gambar 2., sedang luas setiap blok pengelolaan pada KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Tabel 5. Gambar 2. Persentase luas blok pengelolaan di KPHP Budong-Budong Tabel 5. Luas setiap blok pengelolaan pada KPHP Budong-Budong No. BLOK 1 Inti 2 LUAS (ha) HPT HL HP TOTAL - - 4.070,60 4.070,60 Pemanfaatan HHK-HA 17.110,63 42.400.29 - 59.510,92 3 Pemanfaatan HHK-HT 9.683,55 15.342,15 - 25.025,70 4 Pemanfaatan - HP 7.868,27 - - 7.868,27 5 Pemanfaatan - HPT - 18.883,63 - 18.883,63 6 Pemanfaatan HHBK - - 1.355,14 1.355,14 7 Pemberdayaan 1.840,36 9.280,16 TOTAL 36.502,81 85.906,23 11.120,52 5.425,75 127.834,79 Wilayah kecamatan paling luas yang berada pada wilayah KPHP BudongBudong adalah Kecamatan Topoyo dan Kecamatan Tommo, yang luasnya mencapai sekitar 74% dari luas KPHP. Luas masing-masing blok per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. 20 Tabel 6. Luas setiap blok KPHP Budong-Budong per kecamatan LUAS (ha) Blok NO. KECAMATAN PEMANFAATAN INTI HHK-HA 1 HHK-HT HHBK PEMBERD AYAAN WILAYAH TERTENTU TOTAL 2 BudongBudong Kalumpang 360.13 0.00 402.82 0.00 32.86 329.62 1125.43 3 Karossa 0.00 4584.44 2717.15 505.28 1012.42 3533.05 12352.34 4 Pangale 0.00 0.00 410.55 0.00 0.00 0.00 410.55 5 Tobadak 0.00 12678.50 0.00 0.00 318.22 6312.34 19309.06 6 Tommo 3710.47 14868.25 17227,80 0.00 6756,72 4285.40 46848.65 7 Topoyo TOTAL 0.00 27379.72 4267.28 0.00 3000.28 13141.35 47788.63 4070.60 59510.92 25025,70 505.28 11120,50 27601.76 127834.79 0.00 0.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.12 Tabel 6. menunjukkan bahwa Kec. Budong-Budong dan Pangale hanya sebagian kecil saja wilayahnya yang berada di wilayah KPHP, yaitu berada pada Blok pemanfaatan HHK-HT,masing-masing seluas 0,12 ha dan 410,55 ha. Blok Inti hanya terdapat di Kec. Kalumpang dan Tommo, masing-masing seluas 360,13 ha dan 3710,47 ha, sedang Blok pemanfaatan HHBK hanya terdapat di Kec. Karossa dengan luas 505,28 ha. Sebagian besar Blok pemanfaatan HHK berada di Kec. Tommo dan Topoyo. B. Potensi wilayah KPHP 1. Penutupan Vegetasi Penutupan vegetasi berhubungan erat dengan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil interpretasi citra, tata guna lahan di KPHP Budong-Budong sebagian besar masih berupa hutan dengan luas 103023,14 ha atau sekitar 80,57% dari seluruh luas KPHP. Hutan sekunder mendominasi penutupan lahan dengan luas 64256,16 ha atau sekitar 50,25%, yang diikuti oleh hutan primer seluas 38335,22 ha atau sekitar 29,98%. Hal ini mengindikasikan bahwa hutan alam telah mengalami banyak ganggguan pada masa lalu. Selain itu juga terdapat hutan mangrove dan 21 hutan tanaman meskipun luasnya sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan hutan tanaman pada wilayah KPHP masih belum banyak dilakukan. Dalam bidang pertanian, masyarakat masih banyak membuka pertanian lahan kering dibandingkan dengan sawah dan tambak. Sekitar 9,54% dari wilayah KPHP merupakan pertanian lahan kering, 7,33% semak belukar dan sisanya berupa alangalang, savana, sawah, tambak dan lahan terbuka. Luas penutupan lahan selengkapnya pada KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penutupan lahan pada KPHP Budong-Budong No Penutupan Lahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Alang-alang Hutan Mangrove Sekunder Hutan primer Hutan sekunder Hutan tanaman Lahan Terbuka Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering Campuran Sawah Tambak Tubuh Air savana semak belukar Total Luas ha 165.26 343.10 38335.22 64256.16 88.66 118.88 4163.00 8036.28 72.75 2785.39 3.22 132.31 9374.49 127874.73 % 0.13 0.27 29.98 50.25 0.07 0.09 3.26 6.28 0.06 2.18 0.00 0.10 7.33 100.00 Berdasarkan lokasinya, sebagian besar hutan primer dan hutan sekunder berada di Kec. Tommo dan Topoyo dengan jumlah total sekitar 73,51% dari seluruh wilayah yang berhutan. Hutan primer lebih banyak ditemukan di Kec. Tommo, sebaliknya hutan sekunder lebih banyak ditemukan di kec. Topoyo. Hal ini menunjukkan bahwa hutan yang ada di kec. Tommo relatif lebih baik kondisinya dibandingkan dengan yang ada di kec. Topoyo. Hutan tanaman terdapat di tiga kecamatan yaitu Kec. Topoyo, Tobadak dan Tommo. Hutan mangrove terdapat di Kec. Karossa seluas 149,87 ha dan Kec. Topoyo seluas 193,23 ha. Kecilnya wilayah 22 mangrove di wilayah pesisir Kab. Mamuju dan Mamuju Tengah merupakan indikasi besarnya konversi wilayah tersebut untuk kepentingan lain pada masa lalu. Mengingat pentingnya peranan kawasan mangrove sebagai kawasan penyangga (buffer zone) kehidupan di wilayah pesisir maka luasan kawasan mangrove perlu diperbesar melalui kegiatan reboisasi dan rehabilitasi yang melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat secara luas. Sebaran luas penutupan hutan menurut kecamatan di KPHP Budong-Budong disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Luas penutupan hutan per kecamatan di KPHP Budong-Budong No. Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. Primer ha Kalumpang 320.23 Karossa 3948.00 Tobadak 7355.33 Tommo 17233.62 Topoyo 9478.03 38335.22 Total sekunder ha 805.90 4587.78 10119.95 22367.40 26375.14 64256.16 Luas Hutan Tanaman Mangrove Total ha ha ha % 0.00 0.00 1126.13 1.09 0.00 149.87 8685.65 8.43 4.40 0.00 17479.68 16.97 64.78 0.00 39665.81 38.50 19.47 193.23 36065.87 35.01 88.66 343.10 103023.14 100.00 2. Potensi kayu/non kayu Berdasarkan hasil inventarisasi pada 12 lokasi (plot) di wilayah KPHP BudongBudong yang masih berhutan ditemukan 73 jenis pohon dengan rata-rata jumlah pohon sebanyak 125 pohon/ha. Secara umum potensi hutan di wilayah KPHP bagian utara relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bagian selatan. Keadaan permudaan relatif masih cukup bagus. Distribusi jumlah batang per ha dari tingkat semai sampai dengan pohon dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. menunjukkan bahwa kondisi hutan di KPHP Budong-Budong masih cukup baik dengan jumlah semai yang sangat melimpah meskipun banyak semai yang tidak mampu untuk bertahan hidup. Hanya sekitar 28% dari semai yang mampu bertahan hidup menjadi pancang, sedang pancang yang mampu bertahan hidup menjadi tiang dan pohon rata-rata sekitar 12%. 23 Gambar 3. Distribusi jumlah batang permudaan dan pohon Volume rata-rata untuk seluruh jenis pohon (diameter ≥ 20 cm) sebesar 205.2 m3/ha dengan jumlah batang sebesar 125 batang/ha. Jenis pohon dengan volume rata-rata lebih besar dari 10 m3/ha adalah palado (17,16 m3/ha), palapi (15,05 m3/ha) dan uru (14,42 m3/ha). Terdapat 10 jenis pohon yang mempunyai potensi volume kayu lebih besar dari 5 m3/ha. Potensi pohon yang mempunyai diameter lebih besar dari 50 cm sebanyak 24 batang/ha dengan volume sebesar 68,19 m3/ha. Daftar 10 jenis pohon dengan volume rata-rata per ha tertinggi disajikan pada Tabel 9. Selain potensi kayu, KPHP Budong-Budong juga mempunyai potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang cukup melimpah. Potensi HHBK yang dominan, adalah rotan, damar dan madu. Meskipun potensinya cukup besar tetapi masih belum banyak dimanfaatkan karena adanya keterbatasan akses menuju ke dalam hutan yang disebabkan oleh kondisi medan yang berat (sangat curam). 24 Tabel 9. Daftar 10 jenis pohon dengan volume rata-rata per ha tertinggi Volume No. Jenis Pohon 20 UP (m3)/ha) 50 UP (m3)/ha) 1. Palado 17.16 4.73 2. Palapi 15.05 3.87 3. Uru 14.42 7.87 4. Simponi 8.32 4.86 5. Nyatoh 8.16 2.18 6. Meranti 7.72 3.23 7. Kanduruan 7.71 2.47 8. Lebani 6.87 3.88 9. Tippulu 5.53 2.05 10. Sama-sama 5.32 2.14 96.26 37.27 Jumlah 3. Flora dan fauna Flora yang tumbuh di wilayah KPHP Budong-Budong mempunyai komposisi dan keragaman yang cukup besar. Beberapa dari tumbuhan tersebut merupakan tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat yang tinggal di dalam wilayah KPHP, seperti sawit, kakao, durian, langsat, mangga, nangka, pisang, jati dll. Vegetasi asli dari kawasan ini merupakan anggota formasi hutan hujan tropis dataran rendah Sulawesi dengan komposisi yang khas wilayah Mamuju dan sekitarnya. Flora endemik yang ditemukan antara lain adalah eboni (Diospyros celebica), kayu kuku (Manilkara kauki) Palapi (Heritiera sp.), dan uru (Elmerillia celebica). Jumlah jenis yang tercatat di lapangan sekitar 73 jenis. Selanjutnya, hasil analisis dominansi menunjukkan bahwa jenis-jenis yang dominan adalah palapi (Heritiera, sp), palado (Myristica sp.), uru (Emerilia ovalis), kanduruan (Lauraceae), sama-sama dan nyatoh (Palaquium sp.). 25 Formasi mangrove di sekitar muara-muara sungai menunjukkan adanya vegetasi yang cukup kaya dengan jenis-jenis utama Avicennia alba, Sonneratia caseolaris, Rhizophora mucronata, R.Apiculata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Bruguiera gymnorrhiza, dan Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, dan Nypa fruiticana. Pada bagian pantai yang berpasir ditumbuhi oleh Clerodendrum inerima, Colubrina asiatica, Hibiscus tiliaceus, Terminalia catappa, beserta tumbuhan bawah yang khas seperti Ipomea pescaprae, Ischaemum muticum, dan Spinifex littorea. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat terdapat beberapa jenis burung pada wilayah KPHP Budong-Budong, seperti merpati hitam Sulawesi, tekukur, walik Kembang, serindit, bubut alang-alang, gagak, elang, dll. Selain itu terdapat beberapa jenis satwa lain, seperti ular sawah, babi hutan, ayam hutan, dll. Jenis-jenis satwa yang dilaporkan keberadaannya namun sudah jarang dijumpai adalah Anoa (Bubalus quarlesi), rusa (Cervus timorensis), kera (Macaca nigra). Jenis-jenis burung adalah burung rangkong (Rhyticeros cassidix), burung hantu (Glaicidum cuculoides). Hewan-hewan dan burung lainnya adalah sama dengan jenis lainnya yang umum dijumpai di Sulawesi. Daerah pantai merupakan juga habitat burung maleo (Macrocephalon maleo) yang merupakan species burung endemik yang dilindungi. Hilangnya habitat berupa hutan dari satwa-satwa tersebut mengakibatkan populasinya menurun. Hutan dengan pohon-pohon endemiknya merupakan hunian, sumber pakan, dan lokasi tempat breeding (perkembang biakan) fauna ini. 4. Potensi jasa lingkungan dan wisata alam Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah merupakan daerah yang sangat kaya akan potensi pariwisata dengan jenis yang beraneka ragam dan tersebar diseluruh pelosok wilayah. Kawasan pariwisata tersebar di semua kecamatan di daerah ini yang memiliki daya tarik dengan pemandangan alam, air terjun dan sungai. 26 C. Sosial Budaya 1. Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju tahun 2013, jumlah penduduk yang ada di tujuh kecamatan dalam wilayah KPHP BudongBudong pada tahun 2012 sebanyak 144128 jiwa, dengan kepadatan penduduk ratarata sebesar 24 jiwa/km2. Kecamatan Topoyo dan Tobadak mempunyai jumlah penduduk terbanyak tetapi kepadatan penduduknya masih rendah. Konsentrasi jumlah penduduk yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Budong-Budong dan Pangale, masing-masing dengankepadatan penduduk sebesar 109 jiwa/km2 dan 107 jiwa/km2. Polewali dengan jumlah penduduknya pada tahun 2010 sebesar 54.843 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 2088 jiwa per km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil adalah kecamatan Kalumpang dengan kepadatan penduduk sebesar 7 jiwa/km2. Dilihat dari rasio jender, seluruh kecamatan mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, dengan rasio berkisar antara 102,2 pada Kecamatan Pangale sampai dengan 112,5 pada Kecamatan Tommo. Jumlah penduduk per kecamatan pada tahun 2012 di wilayah KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penduduk per kecamatan di wilayah KPHP Budong-Budong pada tahun 2012 Penduduk No. 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Sumber Kecamatan Tommo Kalumpang Budong Budong Pangale Topoyo Karossa Tobadak Laki-laki (jiwa) 10989 5879 12427 6047 14231 11916 13313 74802 : BPS Kabupeten Mamuju 2013 Perempuan (jiwa) 9764 5411 11820 5918 13306 11188 11919 69326 Jumlah (jiwa) 20753 11290 24247 11965 27537 23104 25232 144128 Rasio 112.5 108.6 105.1 102.2 107.0 106.5 111.7 107.9 Kepadatan (jiwa/km2) 25 7 109 107 32 20 47 24 27 Persentase jumlah penduduk yang berumur di atas 15 tahun disajikan pada table 11. Komposisi persentase jumlah penduduk menunjukkan bahwa penyebaran penduduk di atas 15 tahun terbesar terjadi pada umur 25-40 tahun, yaitu sebesar 42,96%. Penduduk yang berumur 15-25 tahun hanya sebesar 20,07%. Sisanya adalah penduduk yang berumur di atas 40 tahun, yaitu sebesar 36,97%, diantaranya sebesar 3,31% telah berumur di atas 60 tahun. Tabel 11. Persentase penduduk yang berumur lebih dari 15 tahun Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan 15 – 19 10,64 7,39 20 – 24 11,33 9,47 25 – 29 12,92 14,34 30 – 34 15,52 18,25 35 – 39 13,65 11,83 40 – 44 10,52 13,14 45 – 49 7,05 10,54 50 – 54 7,29 5,30 55 – 59 4,18 5,09 60 – 64 3,02 2,27 65+ 3,87 2,37 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Mamuju 2013 Penduduk asli yang mendiami areal wilayah Jumlah 9,43 10,64 13,45 16,54 12,97 11,50 8,36 6,55 4,52 2,74 3,31 100,00 KPHP Budong-Budong merupakan etnis lokal Mamuju dan Mandar. Penduduk yang berasal dari luar antara lain berasal dari suku Bugis, Makassar,Toraja, Jawa, Sunda, Bali, Lombok dan Timor. Para pemukim yang berasal dari luar tersebut datang ke wilayah ini karena merantau dan secara khusus mereka datang mengikuti program transmigrasi. Meski masyarakatnya heterogen, interaksi sosial masyarakat berlangsung secara positif antara penduduk lokal (budaya Lokal) dan pendatang (budaya Luar). Hal ini akan menjadi sebuah proses akulturasi untuk mencapai berbagai proses pertukaran informasi, teknologi, dll. Adat istiadat dan kegiatan keagamaan dalam sistem sosial masyarakatnya yang sangat religi tetap berlangsung karena masyarakat taat menjalankan ibadah dan memegang teguh warisan adat. Hal ini juga dapat terjadi 28 karena peranan tokoh agama, tokoh masyarakat adat dan pemerintah setempat yang sangat aktif dan intensif dalam berbagai kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, yaitu sekitar 86,03 %. Selebihnya beragama Kristen sebanyak 9,92 %, Katolik 1,27 %, Hindu 2,71 % dan Budha sekitar 0,07 persen. Agama Islam mendominasi di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kalumpang. 3. Mata Pencaharian Secara umum ketergatungan masyarakat di Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah pada bidang usaha pertanian masih tinggi, yaitu mencapai 63,97%, disusul bidang usaha perdagangan (13,89%) dan jasa (11,22%). Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada berbagai bidang usaha disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Persentase penduduk yang berumur lebih dari 15 tahun yang bekerja pada berbagai bidang usaha Bidang Usaha Laki-laki Pertanian 69,27 Manufaktur 2,46 Perdagangan 5,64 Jasa 8,87 Lainnya 13,76 Jumlah 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Mamuju No. 1 2 3 4 5 Perempuan 55,09 2,00 27,74 15,18 0,00 100,00 Jumlah 63,97 2,29 13,89 11,22 8,62 100,00 Tabel 12. menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki yang berusia di atas 15 tahun yang bekerja di bidang pertanian lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Sebaliknya, lebih banyak perempuan yang bekerja di bidang perdagangan dan jasa dibandingkan laki-laki. Pertanian adalah sumber utama mata pencaharian masyarakat yang bermukim di wilayah KPHP Budong-Budong. Sebagian lainnya bekerja sebagai peternak, pedagang atau tukang batu/kayu. Komoditi pertanian yang dikembangkan 29 terdiri dari kakao, kopi, padi, kacang, jagung dan jenis komoditi pertanian lainnya yaitu tanam sawit. Kelapa sawit dan kakao merupakan komoditas menjanjikan karena nilai ekonomis dan pasaran yang selalu tersedia. Selain itu masyarakat juga memperoleh penghasilan dari hasil hutan non kayu berupa rotan, damar, kemiri, aren dan madu. Sedangkan jenis ternak yang banyak diusahakan masyarakat didominasi oleh ternak sapi, kambing, kerbau dan ayam. Lahan persawahan sebagian besar merupakan sawah tadah hujan atau menggunakan pengairan non teknis. Sebagian besar lahan masyarakat yang berada di daerah pegunungan digunakan untuk areal kebun campuran dan ladang. Hal ini disebabkan karena kondisi topografi yang relatif bergelombang sampai berbukit sehingga sebagian besar areal lebih cocok untuk kegiatan berkebun. Pola budidaya yang dikembangkan para petani pada kebun dan ladang yang mereka garap masih bersifat tradisionil dan subsistens. Tehnik budidaya belum banyak berkembang, umumnya masih mengandalkan dukungan alam dengan intensitas pengelolaan yang rendah. Produk yang dihasilkan sebahagian besar adalah tanaman pangan dan buah-buahan untuk dikomsumsi sendiri atau untuk dijual pada pasar lokal. Untuk mendapatkan gambaran aspek-aspek sosial ekonomi dari penduduk yang berada di sekitar dan di dalam kawasan hutan, maka dilakukan survei lapangan pada tiga wilayah kecamatan yang meliputi enam desa. Desa-desa yang dipilih mewakili dua kelompok penduduk berdasarkan pola pertanian yang digunakan mereka. Pertama adalah kelompok desa yang mata pencaharian penduduknya adalah pertanian kebun campuran termasuk budidaya tanaman kakao. Kedua adalah desa yang pola pertanian penduduknya terkonsentrasi pada tanaman monokultur kelapa sawit. Kelompok desa pertama di Kecamatan Tobadak yaitu Desa Batu Parigi, Saluadak, dan Sejati. Survei lapangan dengan pertanian monokultur kelapa sawit dilaksanakan di Kecamatan Karossa, yaitu di Desa Kambunong dan Desa Tassokko dan Kecamatan Topoyo di Desa Tabolang. Tingkat pendapatan masyarakat pada lokasi desa-desa yang disurvei dapat dilihat pada Tabel 13. Secara umum, pendapatan rata-rata per ha per-tahun berkisar antara Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000,- dengan rata-rata 30 sekitar Rp. 7.800.000,-. Terlihat bahwa pendapatan penduduk rata-rata per ha pertahun yang bertani dengan tanaman pokok kelapa sawit lebih tinggi tingkat pendapatannnya dibandingkan dengan mereka yang bertani dengan pola kebun campuran. Para petani kelapa sawit juga tidak mempunyai ketrergantungan pendapatan dari kawasan hutan untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara mereka hanya memanfaatkan kawasan hutan untuk mengambil kayu bakar, atau memanfaatkan sumber air yang berasal dari dalam kawasan. Penduduk desa-desa dengan pola pertanian kebun campuran lebih rendah pendapatannya dan mempunyai ketergantungan pada kawasan hutan untuk menjadi sumber tambahan pendapatan. Tingkat ketergantungan tersebut berkisar antara 4.6 sampai 6 %. Tabel 13. Pendapatan rata-rata petani yang berasal dari luar dan dalam kawasan hutan pada enam desa yang disurvei No. 1 2 3 4 5 6 Desa Pendapatan rata-rata (rupiah/kk /tahun) Tabolang Kambunong Tassokko Batu Parigi Saloadak Sejati 38.760.000 28.560.000 19.380.000 9.777.000 15.570.833 13.007.273 Rata-rata luas lahan garapan (ha/kk) 4,50 3,00 2,00 1,65 4,85 1,30 Pendapatan rata-rata (rupiah/ha /tahun) Pendapatan dari dalam kawasan hutan (rupiah) 8.613.333 9.520.000 9.690.000 5.925.455 3.210.481 10.005.595 580.000 558.333 827.273 Ketergantungan pada pendapatan di dalam kawasan hutan (%) 6 4.6 6 D. Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang ada di wilayah KPHP Budong-Budong berupa Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) seluas 59510,92 ha dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas 26866,05 ha. IUPHHK-HA berada di Kecamatan Karossa, Tobadak, Tommo dan Topoyo, sedang IUPHHK-HT berada di enam kecamatan. Lokasi IUPHHK secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14. 31 Tabel 14 . Lokasi IUPHHK di wilayah KPHP Budong-Budong No. 1 2 3 4 5 6 7 Kecamatan BUDONG-BUDONG KALUMPANG KAROSSA PANGALE TOBADAK TOMMO TOPOYO TOTAL IUPHHK-HA 0.00 0.00 4584.44 0.00 12678.50 14868.25 27379.72 59510.92 IUPHHK-HT 0.12 402.82 2717.14 410.55 0.00 17227.80 4267.27 25025.70 E. Posisi KPHP dalam Perspektif Tata Ruang dan Pembangunan Daerah Posisi KPHP Budong-Budong yang terletak di Kabupeten Mamuju dan Mamuju Tengah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Barat. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitar wilayah KPHP dan meningkatkan PAD Kab. Mamuju dan Mamuju Tengah serta mengoptimalkan manfaat dan fungsi kawasan hutan pada wilayah KPHP, harus disusun perencanaan pengelolaan hutan yang terintegrasi dan menyeluruh yang selaras dengan rencana pembangunan daerah, baik pada tingkat kabupaten maupun provinsi. Dengan demikian, Perencanaan wilayah KPHP Budong-Budong harus tetap mengacu kepada RTRWP Sulawesi Barat dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh KPHP BudongBudong serta berpedoman pada rencana kehutanan tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. Perencanaan jangka panjang KPHP Budong-Budong merupakan bagian dari perencanaan pembangunan daerah kabupaten secara umum. Secara garis besar, program kegiatan pembangunan kehutanan Kab. Mamuju dan Mamuju Tengah dapat dilihat pada Tabel 15. 32 Tabel 15. Program dan Kegiatan Pembangunan Kehutanan Kab. Mamuju dan Mamuju Tengah PROGRAM Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan 1 KEGIATAN Pengembangan Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu 2 Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan 3 Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pengembangan Pengujian dan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Penyusunan Rencana Kehutanan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan 4 5 1 Rehabilitasi Hutan dan Lahan 2 Pemeliharaan Kawasan Hutan Industri dan Hutan Wisata 3 Pengelolaan DAS Pengembangan Hutan Rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat Pemeliharaan Reboisasi Penyuluhan Kesadaran Masyarakat Mengenai Dampak Pengrusakan Hutan 4 5 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan 1 2 Pelestarian Plasma Nutfah dan Keaneka ragaman Hayati Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan 1 Sosialisasi Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan Industri Hasil Hutan 2 Pengembangan Industri Hasil Hutan Skala kecil 1 Pengamanan Kawasan Hutan dan Perlindungan Hutan Pemantapan Keamanan Dalam Negeri F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan 1. Hubungan antar instansi dan pemangku kepentingan Wilayah KPHP Budong-Budong terdiri atas beberapa blok dengan berbagai kepentingan di dalamnya. Struktur organisasi yang ada masih sangat sederhana sehingga belum mampu mengakomodir kepentingan instansi terkait dan pemangku kepentingan. Keterbatasan kapasitas pemerintah kabupaten dan provinsi dalam pembentukan KPHP merupakan kendala utama dalam menyiapkan kelembagaan KPHP yang mampu mengakomodir instansi terkait dan pemangku kepentingan. 33 Persoalan-persoalan seperti kewenangan dan tanggung-jawab, hak dan kewajiban, tata hubungan kerja, koordinasi dan sinkronisasi serta sinergitas antar instansi dan pemangku kepentingan harus menjadi salah satu prioritas utama untuk dirumuskan sehingga diperoleh ketegasan dan kejelasan hubungan antar instansi dan pemangku kepentingan dalam pengelolaan KPHP Budong-Budong untuk menghindari konflik yang mungkin terjadi. 2. Penggunaan kawasan hutan Dengan adanya otonomi daerah, kawasan hutan di wilayah ini semakin diminati banyak investor, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas di luar kehutanan seperti pertambangan dan perkebunan. Permasalahannya adalah kawasan tersebut sebagian besar merupakan Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung (74,45% dari seluruh wilayah KPHP) dan sebagian besar (91,5%) mempunyai topografi curam dan sangat curam, sehingga apabila dilakukan aktivitas pembukaan lahan secara berlebihan akan mempunyai dampak negatif yang cukup besar terhadap lingkungan, khususnya fungsi hidro-orologis. Memperhatikan kondisi topografi dari kawasan hutan yang ada, yang sebagian besar adalah berbukit dan bergunung dengan kelerengan yang tinggi maka alih fungsi kawasan, selain mempengaruhi luas tutupan hutan juga mempengaruhi fungsi hutan secara keseluruhan sehingga perlu adanya pengkajian yang mendalam dan komprehensif pada setiap upaya alih fungsi kawasan hutan dengan memperhatikan dampaknya dalam jangka panjang. 3. Pemberdayaan masyarakat lokal Pertambahan meningkatnya Pengembangan jumlah kebutuhan wilayah penduduk ruang melalui untuk mempunyai kegiatan pembukaan konsekuensi usaha wilayah dan terpencil, terhadap pemukiman. pemusatan masyarakat yang tersebar di dalam dan di sekitar kawasan hutan dan pemerataan penyebaran penduduk dengan pola transmigrasi akan memberikan tekanan yang cukup serius terhadap keberadaan kawasan hutan. Kegiatan transmigrasi lokal merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat yang menempati areal di dalam kawasan hutan dengan menempatkan mereka di luar kawasan hutan maupun 34 APL dengan harapan dapat melakukan kegiatan budidaya yang lebih terarah, sehingga tekanan terhadap kawasan hutan dapat diminimalisasi. Keberadaan desa dalam kawasan hutan menjadi isu dan permasalahan tersendiri yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama bagi pengelola KPHP Budong-Budong. Pembukaan isolasi terhadap desa-desa yang berada di dalam kawasan KPHP yang diikuti dengan pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan KPHP merupakan salah satu program prioritas yang perlu dilakukan dengan mempertimbangkan secara seksama dampak positif dan negatifnya. 5. Optimalisasi fungsi kawasan hutan Sebagian besar kawasan KPHP Budong-Budong merupakan kawasan Hutan Produksi (95,76% dari wilayah KPHP) yang berfungsi sebagai produksi kayu. Meskipun demikian fungsinya sebagai pengatur tata air tidak dapat diabaikan begitu saja mengingat sebagian besar merupakan Hutan Produksi Terbatas. Berdasarkan hasil interpretasi citra, sebagian besar wilayah KPHP BudongBudong masih berupa hutan dengan luas 103023,14 ha atau sekitar 80,57% dari seluruh luas KPHP. Hutan sekunder mendominasi penutupan lahan dengan luas 64256,16 ha atau sekitar 50,25%, yang diikuti oleh hutan primer seluas 38335,22 ha atau sekitar 29,98%. Hal ini mengindikasikan bahwa hutan alam telah mengalami banyak ganggguan pada masa lalu. Pengelolaan hutan yang diawali dengan perencanaan yang matang dan pengawasan yang ketat serta melibatkan semua pemangku kepentingan merupakan langkah awal menuju tercapainya fungsi kawasan hutan yang optimal. Penerapan sistem silvikultur yang sesuai dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan harus menjadi perhatian utama. Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu merupakan kegiatan yang memerlukan modal besar, sehingga perlu diupayakan bentuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu serta pengembangan industri kayu yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang tingggal di sekitar wilayah KPHP sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. 35 Selain hasil hutan kayu, perlu dipertimbangkan pengembangan hasil hutan bukan kayu termasuk jasa lingkungan yang potensinya cukup besar. Persoalan yang mungkin muncul dalam jangka panjang adalah jasa lingkungan yang ada belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tidak selalu dapat langsung dipasarkan. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang intensif dengan melibatkan masyarakat yang berhubungan dengan upaya pengembangan hasil hutan bukan kayu yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Optimalisasi fungsi kawasan hutan dalam rangka meningkatkan manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi merupakan program prioritas yang mendesak untuk dilaksanakan. 36 III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN A. Visi Visi KPHP Budong-Budong diturunkan berdasarkan visi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat. Dengan memperhatikan visi tersebut, maka dirumuskan visi KPHP Budong-Budong sebagai berikut : Mewujudkan KPHP Budong-Budong sebagai KPHP andalan melalui pengelolaan hutan berdasarkan azas kelestarian manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi bagi masyarakat, bangsa dan negara berbasis kearifan lokal. B. Misi Sebagai penjabaran dari visi yang telah dirumuskan, disusun misi dari KPHP Budong-Budong sebagai berikut : 1. Menerapkan, secara konsisten, prinsip-prinsip teknis kehutanan dan konsepkonsep perusahaan dalam pengelolaan hutan sesuai dengan fungsinya. 2. Menggalang sinerjitas para stakeholders dalam pembangunan dan pelestarian suberdaya hutan. 3. Menginternalisasikan aspirasi dan kepentingan daerah dan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan tanpa harus mengorbankan kelestarian ekosistem sumberdaya hutan. 4. Mengoptimalkan aneka manfaat sumberdaya hutan dan jasa lingkungan untuk mendukung peningkatan pendapatan masyarakat, PAD dan devisa Negara. C. Tujuan Berdasarkan misi KPHP Budong-Budong, dirumuskan tujuan Perencanaan Jangka Panjang KPHP Budong-Budong dalam 10 tahun ke depan sebagai berikut : 1. Melaksanakan perencaanaan dan pengukuhan kawasan berdasarkan fungsi pokok dan peruntukkannya dengan mempertimbangkan karasteritik bio-fisik kawasan hutan. 37 2. Membentuk organisasi dan manajemen pada tingkat unit pengelolaan hutan (resort) berdasarkan karakteristik wilayah secara terpadu dan profesional sehingga ada kepastian penanggung jawab pelaksanaan fungsi manajemen di setiap blok/petak (tapak) areal hutan. 3. Membentuk unit pengelolaan berdasarkan blok dan petak guna kemudahan operasional, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta pemantauan dan evaluasi sebagai penjabaran operasional pencapaian target rencana kehutanan tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. 4. Mewujudkan pengelolaan hutan secara optimal sesuai fungsi, guna menghasilkan hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan dan wisata yang terukur. 5. Menjadikan kawasan hutan sebagai wilayah berusaha/investasi, dinamisator ekonomi regional dalam upaya peningkatan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. 6. Menjadikan hutan sebagai sumber pendapatan asli daerah dan meningkatkan penerimaan negara. D. Capaian Utama yang Diharapkan 1. Terlaksananya perencanaan dan pengukuhan kawasan KPHP berdasarkan fungsi pokok dan peruntukkannya dengan mempertimbangkan karasteritik bio-fisik kawasan hutan. 2. Terbentuknya organisasi dan manajemen pada tingkat unit pengelolaan hutan (resort) berdasarkan karakteristik wilayah secara terpadu dan profesional sehingga ada kepastian penanggung jawab pelaksanaan fungsi manajemen di setiap blok/petak (tapak) areal hutan. 3. Terbentuknya unit pengelolaan berdasarkan blok dan petak guna kemudahan operasional, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta pemantauan dan evaluasi sebagai penjabaran operasional pencapaian target rencana kehutanan tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. 38 4. Tercapainya pengelolaan hutan yang optimal dalam menghasilkan hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan dan wisata yang terukur. 5. Meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha serta kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. 6. Meningkatnya pendapatan asli daerah dan penerimaan Negara yang bersumber dari KPHP Budong-Budong. 39 IV. ANALISIS DAN PROYEKSI A. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal Berdasarkan informasi yang tersedia dan kondisi serta potensi KPHP Budong-Budong, dilakukan analisis untuk menetapkan strategi dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan KPHP Budong-Budong. Analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT untuk menentukan strategi kebijakan pengelolaan dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh KPHP Budong-Budong, sedang kondisi eksternal meliputi peluang dan tantangan yang dihadapi oleh KPHP Budong-Budong. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. 1. Kekuatan Adanya dasar hukum yang jelas dalam pembentukan KPHP Budong-Budong Adanya struktur organisasi KPHP Budong-Budong yang cukup memadai Adanya wilayah KPHP Budong-Budong yang jelas luas dan batas-batasnya Sumber daya hutan yang cukup potensial untuk pengembangan berbagai kegiatan kehutanan berupa kayu, non-kayu, jasa lingkungan dan wisata. 2. Kelemahan Sumber Daya Manusia pengelola KPHP Budong-Budong belum memadai Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan KPHP Budong-Budong belum memadai Sumber pendanaan untuk pengembangan KPHP Budong-Budong yang belum jelas. Pemanfaatan sumberdaya hutan belum optimal Koordinasi dan sinkronisasi rencana KPHP Budong-Budong dengan para pemangku kepentingan di daerah belum optimal. 3. Peluang Aturan perundang-undangan yang mendukung 40 Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang memungkinkan pemerintah daerah untuk lebih leluasa menggali dan mengembangkan potensi wilayahnya Adanya dukungan dari pemerintah kabupaten dan provinsi Animo dan partisipasi masyarakat yang tinggi untuk berpartisipasi Iklim investasi yang mulai membaik Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan Dukungan dari institusi pusat dan lembaga kehutanan independen, perguruan tinggi, LSM dalam pengembangan organisasi KPHP Adanya kesempatan mengikuti pelatihan baik teknis maupun manajemen bagi pengelola Adanya pasar bagi produksi sektor kehutanan dan kemungkinan diversifikasi pengelolaan sumber daya hutan. 4. Tantangan Adanya benturan kepentingan dengan fihak lain Globalisasi dan persaingan pasar bebas Kondisi hutan yang hutan sudah memprihatinkan dengan medan yang cukup berat Persoalan-persoalan sosial yang sering muncul yang berhubungan dengan pembalakan liar dan masalah lahan. B. Strategi dan Arah Kebijakan Berdasarkan identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, dirumuskan strategi dan arah kebijakan pengelolaan KPHP Budong-Budong sebagai berikut : 1. Peningkatan kinerja dalam pengelolaan hutan melalui upaya-upaya : a. Memantapkan Kelembagaan KPHP Budong-Budong. b. Meningkatkan sarana dan prasarana. c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia. d. Menyelenggarakan pengelolaan hutan secara efektif dan efisien yang meliputi : 41 tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan pemanfaatan hutan penggunaan kawasan hutan rehabilitasi hutan dan reklamasi perlindungan hutan dan konservasi alam. e. Melaksanakan manajemen hutan yang berorientasi pada optimalisasi manfaat lingkungan, pengorganisasian, sosial dan pelaksanaan ekonomi dan mulai pengawasan dari perencanaan, serta pengendalian dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan. f. Menyelesaikan konflik kepentingan, tata batas serta masalah sosial lainnya dengan mengedepankan prinsip tidak saling merugikan (win-win solution) dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, instansi terkait dan masyarakat sehingga potensi terjadinya konflik kawasan dan sosial di masa depan dapat dihindarkan. 2. Pengembangan usaha di bidang kehutanan melalui upaya-upaya : a. Membuka peluang investasi dengan prinsip saling menguntungkan, transparansi dan berkeadilan dengan memberikan kemudahan bagi investor untuk menanamkan modalnya dan menekan terjadinya ekonomi biaya tinggi dalam pengelolaan hutan skala menengah dan besar. b. Mempersiapkan infrastruktur sosial maupun ekonomi bagi masyarakat dalam rangka penguatan kelembagaan lokal dalam pengelolaan hutan, peningkatan efisiensi ekonomi dan pengembangan nilai tambah hasil hutan, jasa lingkungan dan wisata. c. Memberdayakan masyarakat di sekitar hutan untuk turut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan skala kecil dan menengah. d. Meningkatkan nilai tambah hasil hutan, jasa lingkungan dan wisata melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dalam rangka optimalisasi manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi. e. Membangun usaha-usaha produktif di bidang kehutanan berbasis masyarakat. 42 f. Memperluas pasar bagi hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan wisata dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. g. Membudayakan penjaminan mutu dan peningkatan mutu produk hasil hutan, jasa lingkungan dan wisata melalui riset dan pengembangan sehingga produk hasil hutan, jasa lingkungan dan wisata mempunyai daya saing tinggi dalam menghadapi era globalisasi. h. Membangun database yang berbasis teknologi informasi. i. Membangun jejaring kerja dalam rangka meningkatkan kerjasama dengan mitra. C. Proyeksi Berdasarkan potensi yang dimiliki KPHP Budong-Budong serta strategi dan arah kebijakan yang telah dirumuskan, maka dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, diproyeksikan KPHP Budong-Budong akan mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam penyediaan bahan baku industri yang berbasis hasil hutan, penyerapan tenaga kerja lokal dan peningkatan pendapatan masyarakat. Di samping itu, dengan partisipasi masyarakat pada kegiatan pengelolaan hutan maka degradasi hutan yang selama ini terjadi dapat ditekan bahkan kondisi hutan diharapkan akan menjadi lebih baik. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada hutan produksi alam untuk wilayah Sulawesi bahwa jumlah pohon yang boleh ditebang maksimal 8 batang per ha dengan diameter minimal 50 cm, maka akan dapat dihasilkan minimal sekitar 10 m3/ha. Besaran ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi yang dikandungnya (24 batang/ha dengan volume sebesar 68,19 m3/ha) sehingga kelestarian hasil hutan kayu akan terjamin. Jika diasumsikan siklus tebang 35 tahun, maka luas areal yang masih berhutan yang boleh ditebang setiap tahunnya sekitar 2000 ha yang berada pada Blok pemanfaatan HHK hutan alam dan wilayah tertentu di luar hutan lindung. Dengan demikian setiap tahunnya akan dapat dipanen minimal sebesar 20000 m3. Hasil tersebut belum termasuk yang berasal dari hutan tanaman. 43 Diproyeksikan setiap tahun wilayah KPHP Budong-Budong yang dapat direhabilitasi kurang lebih seluas 2000 ha di luar wilayah yang dibebani izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan. Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya yang menyatakan bahwa kemampuan penduduk untuk menggarap lahan rata-rata seluas 2,9 ha, maka Blok Pemberdayaan akan mampu menyerap tenaga kerja lokal sebanyak kurang lebih 3.850 kepala keluarga. Penghasilan rata-rata per bulan dari usaha tani dengan luas lahan garapan 2,9 ha adalah Rp 1.870.000,-/kk. Dengan demikian, total penghasilan yang dapat diperoleh masyarakat di sekitar hutan dari kegiatan usaha pada Blok Pemberdayaan di prediksi sekitar Rp 7,2 milyar per bulan. Jika ditambah dengan penghasilan dari partisipasi masyarakat pada kegiatan rehabilitasi hutan pada Blok Inti, Blok Pemanfaatan HHBK dan Wilayah Tertentu pada Hutan Lindung sebesar Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- per bulan, maka penghasilan masyarakat akan bertambah rata-rata sebesar Rp 750.000,- sehingga menjadi Rp 2.620.000,- per bulan. Diproyeksikan, total penghasilan masyarakat dari pengelolaan pada Blok Pemberdayaan dan rehabilitasi hutan pada Blok Inti, Blok Pemanfaatan HHBK dan Wilayah Tertentu pada Hutan Lindung sebesar Rp 10,087 milyar per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk yang berasal dari usaha di bidang kehutanan lainnya pada Blok Pemanfataan hasil hutan kayu dan wilayah tertentu. 44 V. RENCANA KEGIATAN Berdasarkan arah kebijakan pengelolaan KPHP Budong-Budong sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, dengan tetap mengacu pada visi, misi pengelolaan hutan untuk melestarikan dan mengembangkan potensi sumberdaya hutan, maka dirumuskan agenda kegiatan, sasaran dan tujuan pengelolaan jangka panjang 10 tahun KPHP Budong-Budong periode 2015-2024 sebagai berikut : A. Program Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutan Kegiatan pemanfaatan hutan, baik yang berhubungan dengan fungsi produksi, lindung maupun konservasi harus dimulai dari kegiatan perencanaan hutan. Pengelolaan hutan yang baik harus didasarkan pada perencanaan yang baik pula. Perencanaan hutan yang baik harus berdasarkan pada kajian ilmiah yang didukung oleh adanya informasi yang akurat dan terkini serta adanya kepastian wilayah pengelolaan sampai pada unit pengelolaan yang paling kecil. Kegagalan dalam membuat perencanaan yang baik dapat berdampak pada menurunnya kualitas dan kuantitas manfaat dan fungsi hutan. Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan hasil verifikasi dan digitasi peta tata batas kawasan hutan, luas KPHP Budong-Budong adalah 127834,79 ha yang terdiri atas Hutan Produksi Tetap seluas 36502,81 ha (28,55%), Hutan Produksi Terbatas seluas 85906,23 ha (67,20%) dan Hutan Lindung seluas 5425,75 ha (4,24%). KPHP Budong-Budong terdiri atas enam blok, yaitu Blok Inti, Blok Pemanfaatan HHK-HA, Blok Pemanfaatan HHK-HT, Blok Pemanfaatan HHBK, Blok Pemberdayaan dan Wilayah Tertentu. Setiap blok terdiri atas beberapa petak, kecuali Blok Inti dan Blok Pemberdayaan. Pada masing-masing blok pengelolaan dan petak belum memiliki tata batas yang jelas di lapangan. Aktivitas Pembukaan wilayah hutan dan pembuatan jalan juga belum dilaksanakan, padahal penataan pengelolaan secara detail yaitu unit petak pengelolaan pada masing-masing blok merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan. Selain itu, potensi sumberdaya hutan, jasa lingkungan dan wisata yang ada di tingkat unit pengelolaan belum 45 diketahui secara akurat. Potensi sumberdaya hutan berupa kayu dan non kayu, jasa lingkungan dan wisata merupakan kekayaan alam yang bersifat dinamis, sehingga informasi tentang potensi tersebut harus selalu diperbarui secara berkala dalam rangka untuk memperoleh informasi yang akurat dan terkini untuk keperluan perencanaan. Sasaran kegiatan ini adalah : adanya kepastian hukum yang berhubungan dengan tata batas fungsi kesatuan pengelolaan hutan di lapangan yang meliputi tata batas unit pengelolaan, blok dan petak yang keberadaannya memperoleh legalitas dan pengakuan oleh seluruh pemangku kepentingan dan pemanfaat kawasan hutan tersedianya informasi yang akurat secara berkelanjutan yang berhubungan dengan potensi sumberdaya hutan baik kayu maupun non kayu, jasa lingkungan dan wisata, khususnya pada Blok Pemanfaatan HHK-HA, Blok Pemanfataan HHKHT, Blok Pemanfaatan HHBK dan Wilayah Tertentu. Informasi sumberdaya hutan pada Blok Inti dan Blok Pemberdayaan diperlukan dalam upaya untuk menentukan kegiatan rehabilitasi yang tepat. Dengan demikian akan memudahkan kegiatan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pengelolaan hutan pada tingkat unit pengelolaan terkecil dan pemantauan terhadap kecenderungan kelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan, jasa lingkungan dan wisata. Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Inventarisasi secara Berkala Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun dengan tujuan untuk memperoleh data terkini dan akurat pada masing-masing unit pengelolaan, blok dan petak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang dicapai. Inventarisasi hutan secara berkala pelaksanaannya mengacu pada pedoman inventarisasi hutan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan. Sebelum dilakukan inventarisasi, seluruh areal harus dibagi ke dalam satuansatuan luas yang memudahkan pelaksanaan inventarisasi, pengelolaan dan 46 pemanfaatannya. Pembagian dapat didasarkan pada batas-batas administrasi yang ada atau kenampakan-kenampakan topografi atau jika perlu dibuatkan batas-batas buatan. Pembagian ini juga dimaksudkan sebagai kontrol pelaksanaan inventarisasi. Variabel yang diukur/diamati pada inventarisasi secara berkala adalah : Keadaan hutan yang meliputi : fungsi hutan, letak dan luas areal, tipe hutan, jenis pohon, diameter dan tinggi pohon, jumlah pohon, komposisi tegakan, luas bidang dasar, kerapatan tegakan, keadaan pertumbuhan, keadaan permudaan, kualitas tegakan dan keadaan tumbuhan bawah. Lingkungan tempat tumbuh yang meliputi topografi, ketinggian dari permukaan laut, karakteristik dan tingkat kesuburan tanah, dan iklim. Keterangan lain yang meliputi aksesibilitas, keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di dalam dan di sekitar hutan, pola kepemilikan lahan, tata guna lahan, rekreasi, populasi dan kenekaragaman satwa liar, kondisi daerah aliran sungai dan lain-lain. Hasil inventarisasi ini memberikan gambaran tentang risalah kondisi unit pengelolaan hutan secara berkala sebagai berikut: Kondisi Awal Kondisi 5 tahun berikutnya yang dilengkapi dengan uraian peningkatan dan penurunan serta permasalahan. Kondisi 10 tahun berikutnya yang dilengkapi dengan uraian peningkatan dan penurunan serta permasalahan 2. Kegiatan Pembuatan Tata Batas Kegiatan pembuatan batas-batas KPHP dimulai dari sketch mapping bersama masyarakat terhadap batas-batas kawasan yang telah dibudidayakan penduduk dan dilakukan kesepakatan batas KPHP dengan penduduk yang bersangkutan. Batas-batas KPHP terdiri atas batas luar dan batas dalam. Batas Luar KPHP memisahkan areal kerja KPHP dengan areal luarnya, sedang batas dalam merupakan batas antar blok dan antar petak. Pada tahap awal, penetapan tata batas dalam dan tata batas luar direncanakan dapat diselesaikan sampai 47 temu gelang pada dua tahun pertama dari periode Rencana Jangka Panjang. Rekonstruksi tata batas dalam dan tata batas luar pada periode Rencana jangka Panjang berikutnya dilakukan pada dua tahun sebelum periode Rencana Jangka Panjang berjalan. 3. Kegiatan Penataan Blok Tata batas blok dilaksanakan sebagai penataan lanjutan setelah tata batas terluar kawasan pengelolaan KPHP Budong-Budong. Pembagian blok merupakan pembagian tapak berdasarkan kesamaan karakter biofisik, kesamaan fungsi pengelolaan dan kemudahaan aksesibilitas, sehingga blok dapat dikelola secara efektif dan efisien. 4. Kegiatan Penataan Petak Penataan petak dilaksanakan sebagai tindak lanjut penataan blok dan dibuat sebagai unit terkecil pengelolaan kawasan. Pembagian petak ini didasarkan pada satuan analisis kemampuan tenaga kerja, alokasi sumberdaya, peralatan dan intensitas rencana pengelolaan. Pembagian blok ke dalam petak yang sudah ada ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan hutan dilakukan oleh pemegang ijin. Pembagian wilayah tertentu ke dalam petak dilakukan oleh pengelola KPHP. Luas setiap petak pada HP dan HPT berkisar antara 75-125 ha, sedang pada HL berkisar antara 200-300 ha dengan batas petak merupakan batas-batas alam maupun batas buatan. Hasil yang diharapkan dari kegiatan tata batas, penataan blok dan petak adalah : Kepastian areal pengelolaan kawasan hutan untuk produksi kayu dan non kayu sebagai unit manajemen terkecil maupun untuk kegiatan rehabilitasi pada Blok Inti dan Blok Pemberdayaan Kepastian luasan kawasan budidaya non kehutanan sebagai buffer lingkungan dan pembinaan sosial 5. Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan dan Pembuatan Jalan Pembukaan wilayah hutan (PWH) di dalam KPHP Budong-Budong merupakan kegiatan perencanaan dan pembuatan sarana dan prasarana dalam 48 rangka mendukung pengelolaan hutan sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Pertimbangan teknis, ekonomis dan ekologis merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembukaan wilayah hutan, pembukaan tegakan dan sistem penanaman, pemeliharaan, penjarangan dan pemanenan agar pengelolaan hutan dapat lestari. Tujuan dari kegiatan PWH adalah : Mempermudah penataan blok dan petak. Mempermudah mobilisasi pekerja, peralatan dan bahan-bahan keluar masuk hutan dan kegiatan rehabilitasi dan pembinaan hutan. Mempermudah kegiatan pemanenan hasil hutan kayu (penebangan, penyaradan, pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan) Mempermudah pengawasan dan perlindungan hutan (terhadap kebakaran, serangan hama dan penyakit hutan) Memungkinkan hutan sebagai tempat rekreasi yang mudah dicapai. Di daerah yang terisolasi dan terpencil, PWH dapat berfungsi sebagai bagian yang penting dari infrastruktur daerah tersebut, bahkan dapat merupakan pionir pengembangan hutan. B. Program Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu Berdasarkan hasil inventarisasi pendahuluan ditemukan blok-blok pengelolaan yang memenuhi syarat volume kayu dari tegakan yang dapat dieksploitasi. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan studi kelayakan teknis, ekonomis dan Amdal yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk buku prospek pemanfaatan hasil hutan kayu pada KPHP Budong-Budong. Selain itu juga perlu disusun buku pedoman operasional serta peta potensi dan jenis pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu. Wilayah Tertentu pada KPHP Budong-Budong berada pada kawasan Hutan Produksi Terbatas (68,41%), Hutan Produksi (28,51%) dan Hutan Lindung (3,08%). Sebagian besar Wilayah Tertentu tersebut berada di Kec. Topoyo (47,61%). Sisanya tersebar di Kecamatan kalumpang, Karossa, Tobadak dan Tommo. Luas Areal wilayah tertentu 27.601,76 Ha, berada pada blok pemanfaatan – HP 7.868,27 Ha, pada blok pemanfaatan – HPT 18.883,63 Ha dan pada blok pemanfaatan HHBK (HL) 849,86 Ha. Rencana kegiatan pada Wilayah Tertentu diarahkan untuk usaha skala kecil dan menengah. Luas Wilayah Tertentu KPHP Budong-Budong per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 16. 49 Tabel 16. Luas wilayah tertentu KPHP Budong-Budong menurut kecamatan. KECAMATAN KALUMPANG KAROSSA TOBADAK TOMMO TOPOYO JUMLAH % LUAS WILAYAH TERTENTU (ha) HL HP HPT JUMLAH 329.62 0.00 0.00 329.62 0.00 0.00 3533.05 3533.05 494.37 5810.27 7.70 6312.34 25.87 169.26 4090.27 4285.40 0.00 1888.74 11252.61 13141.35 849.86 7868.27 18883.63 27601.76 3.08 28.51 68.41 100.00 % 1.19 12.80 22.87 15.53 47.61 100.00 Sasaran program ini adalah meningkatnya usaha pemanfaatan hutan yang optimal dan lestari pada Wilayah Tertentu yang pada gilirannya akan membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat dalam rangka peningkatkan kesejahteraan masyarakat dan PAD serta kontribusi sektor kehutanan terhadap peningkatan devisa negara. Prioritas arah kebijakan dari kegiatan ini adalah : Pemetaan dan Penetapan jenis dan bentuk pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu yang memenuhi standar kelestarian dan keberlanjutan secara optimal Pedoman Operasional Manual pemanfaatan hutan wilayah tertentu. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Rapat Koordinasi/konsultasi dengan pihak terkait. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pembahasan dan penetapan jenis dan bentuk, lokasi pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu sehingga pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu diterima dan diakui secara legal oleh seluruh pemangku kepentingan dan pemanfaat 2. Pemetaan dan tata batas lokasi pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu yang bertujuan untuk menentukan tata batas wilayah kelola menurut jenis dan bentuk peruntukan kawasan tertentu. 3. Penyusunan Manual Operasional pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu (Prosedur perizinan dan operasional Lapangan) sesuai jenis dan bentuk 50 pemanfaatannya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengatur pelaksanaan tata kelola pemanfaatan kawasan hutan sehingga dapat dioperasionalkan dengan baik dan tepat, dan memberikan jaminan kepada semua pihak atas hak dan kewajiban. 4. Pelaksanaan studi kelayakan dan Amdal pemanfaatan potensi tegakan dan jenis pemanfaatan lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah bentuk dan jenis pemanfatan hutan pada kawasan tertentu memiliki kelayakan ekonomis yang menguntungkan dengan resiko dampak lingkungan yang relatif kecil dan dapat dikendalikan dengan teknologi sederhana dan biaya yang relatif murah. 5. Penyusunan Buku Profil jenis dan bentuk pemanfatan hutan wilayah tertentu. Kegiatan ini bertujuan menyiapkan salah satu media informasi pengembangan usaha dan investasi pada sektor kehutanan KPHP Budong-Budong. 6. Penebangan dan pembinaan hutan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh hasil kayu yang maksimum tanpa banyak menimbulkan kerusakan lingkungan. Penetapan jatah tebang tahunan ditentukan berdasarkan potensi kayu hasil inventarisasi berkala dengan memperhatikan luasan pada setiap petak pengelolaan yang termasuk dalam Wilayah tertentu. Luas maksimal per tahun yang dapat dimanfaatan harus didasarkan pada siklus tebang yang ditentukan berdasarkan riap rata-rata dari jenis-jenis yang potensial bernilai ekonomis. Untuk itu, perlu ada petak ukur permanen yang akan diamati dan diukur setiap tahun sehingga dapat diperoleh informasi tentang riap dan pertumbuhan tegakan secara akurat. Sebelum ada ketetapan siklus tebang yang dihitung berdasarkan riap dan pertumbuhan hasil pengukuran petak ukur permanen, untuk sementara digunakan siklus tebang 35 tahun. Sistem silvikultur yang digunakan adalah tebang pilih dengan silvikultur intensif. Satu tahun setelah penebangan segera dilakukan kegiatan inventarisasi tegakan tinggal yang dapat dirangkaikan bersamaan dengan kegiatan perapihan dan pembebasan tumbuhan muda, khususnya semai yang potensial bernilai ekonomi tinggi, baik secara horizontal maupun vertikal. Selanjutnya adalah kegiatan pembinaan berupa penanaman/pengayaan khususnya apabila permudaan alam tidak mencukupi 51 atau tidak menyebar merata di seluruh areal. Tindakan silvikultur ini dapat dilakukan mulai tahun ke dua setelah penebangan. Kegiatan rehabilitasi diarahkan pada areal terbuka dengan menanam jenis-jenis pionir yang bernilai ekonomis dan sudah diketahui data beradaptasi dan tumbuh dengan cepat pada areal yang kosong tersebut. C. Program Pemberdayaan Masyarakat Masyarakat yang berdomisili di dalam dan di sekitar kawasan hutan, pada umumnya bekerja sebagai petani dan menggantungkan hidup pada sumberdaya hutan. Pada sisi lain, petani tersebut sering dianggap sebagai peladang berpindah atau perambah hutan yang dapat merusak kelestarian ekosistem hutan. Hal tersebut terjadi karena masyarakat belum banyak memperoleh akses secara legal untuk mengelola kawasan hutan. Dengan kata lain, masih sedikit wilayah atau kawasan khusus yang diperuntukan untuk pemberdayaan masyarakat baik alokasi untuk areal permukiman maupun untuk aktivitas usahatani atau ekonomi masyarakat setempat. Sasaran program ini adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian kawasan hutan dan meningkatnya pendapatan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Adapun arah kebijakannya adalah adanya legalitas dan kepastian kawasan kelola bagi masyarakat setempat serta mencegah aktivitas perambahan hutan oleh masyarakat setempat. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Sosialisasi Tata Batas Kawasan hutan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Bentuk pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan hasil inventarisasi, perlu dilaksanakan program bina lingkungan sebagai bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. 2. Pembentukan Kelompok Tani Hutan Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk wadah yang dapat menghimpun aspirasi, masalah dan kebutuhan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Wadah kelompok tani hutan ini diharapkan dapat menjadi media untuk 52 peningkatan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan pengelolaan usahatani berbasis sumberdaya hutan guna peningkatan pendapatan dan partisipasi masyarakat terhadap pelestarian hutan. Tahapan dalam pembentukan Kelompok tani hutan adalah sebagai berikut : Sosialisasi tujuan dan rencana pembentukan kelompok Pertemuan pembentukan dan pemilihan pengurus Pengukuhan pengurus kelompok tani Pendampingan pengembangan kelembagaan 3. Evaluasi kesesuaian lahan dan budidaya tumbuhan multiguna (MPTS) Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuain jenis-jenis yang akan dibudidayakan masyarakat dengan kondisi tempat tumbuhnya. Untuk kegiatankegiatan yang berhubungan langsung dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan seperti HTR, perlu dilakukan suatu studi yang komprehensif dan mendalam yang berhubungan dengan evaluasi jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi setempat, baik tanaman kehutanan maupun pertanian. Evaluasi kesesuaian lahan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan atau dengan mengambil sampel tanah dari berbagai unit lahan yang dapat mewakili keragaman jenis tanah untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium. Pengamatan secara langsung dilakukan terhadap jenis-jenis yang telah dibudidayakan oleh masyarakat, baik tanaman tahunan maupun semusim, yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang cukup besar di tingkat lokal, regional, nasional maupun luar negeri. Hasil evaluasi lahan selanjutnya diarahkan untuk menentukan pengaturan pola tanam agroforestry dengan memperhatikan diversifikasi pemanfaatan lahan secara optimal yang mengakomodasikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Secara umum, pola pemanfaatan kawasan melalui HTR ini mirip dengan kegiatan pada HTI (merupakan HTI skala kecil), yang meliputi : penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran. Program pemberdayaan masyarakat, baik melalui usaha skala besar, usaha skala kecil maupun pembangunan HTR sebaiknya diikuti oleh program pengembangan 53 industri pengolahan pasca panen hasil hutan dan pertanian yang bersifat padat karya sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal dan memberikan nilai tambah dari hasil hutan dan pertanian yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Untuk mendukung program ini, diharapkan pemerintah memberikan kemudahan akses permodalan berupa pinjaman kepada pengelola usaha kecil dan HTR melalui Badan Layanan Umum Pembiayaan Pembangunan Hutan. 4. Pelatihan dan Penyuluhan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani di sekitar hutan terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal, menguntungkan dan berkelanjutan. Tahapan Kegiatan meliputi : Identifikasi dan pemetaan issue, masalah dan tindakan penanganan yang dibutuhkan Penyusunan rencana kegiatan pelatihan dan penyuluhan Pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan Evaluasi dan monitoring pelaksanaan kegiatan pelatihan dan penyuluhan Evaluasi dampak dan umpan balik kegiatan pelatihan dan penyuluhan D. Program Pembinaan dan Pemantauan pada Areal yang telah Ada Hak atau Izin Pemanfaatan maupun Penggunaan Kawasan Hutan Sistem pelaporan perkembangan pemanfaatan dan penggunaan areal yang dikelola oleh pemegang hak/izin belum berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Terdapat kecenderungan adanya upaya pengelolaan di luar batas areal yang telah ditetapkan dan kegiatan eksploitasi yang dilaksanakan belum sesuai standar teknis yang telah ditetapkan. Sasaran dari program ini adalah optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan sesuai standar teknis yang telah ditetapkan dan menjamin pelaksanaan tata kelola pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan secara lestari dan menguntungkan. Prioritas Arah Kebijakannya adalah pengendalian dan 54 pelestarian kawasan hutan yang dikelola oleh pemegang hak/izin serta evaluasi penilaian kinerja pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Meneliti dan memeriksa laporan berkala yang disampaikan oleh pihak pemegang hak/izin berdasarkan rencana yang telah dibuat 2. Melakukan pemantauan lapangan untuk memastikan konsistensi kegiatan/ perkembangan yang dilaporkan dengan kondisi nyata di lapangan 3. Identifikasi masalah dan merumuskan alternatif pembinaan yang dibutuhkan 4. Pelaksanaan pembinaan kepada pihak pemegang hak/izin pengelolaan 5. Evaluasi kinerja dan tindak lanjut pemberian izin atau hak pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan pada Areal di Luar Izin. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada KPHP Budong-Budong terdapat sekitar 64256,16 ha (50,25%) hutan sekunder, semak belukar seluas 9374,49 ha (7,33%), lahan terbuka dan lang-alang seluas 284,14 ha (0,22%). Semua itu membutuhkan penanganan khusus rehabilitasi dan reklamasi, karena wilayah yang mengalami degradasi seperti ini luasnya dapat bertambah serta menimbulkan kerusakan lingkungan yang lebih besar. Kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan yang dilaksanakan selama ini juga masih relatif kecil. Selain itu, kawasan lahan dan hutan yang terdegradasi/kritis belum terpetakan dengan baik. Karena itu pemetaan dalam skala yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan perlu diprogramkan sebagai langkah awal untuk tercapainya sasaran kegiatan rehabilitasi secara efektif. Rencana kegiatan rehabilitasi hutan pada areal di luar izin direncanakan seluas 5.425,74 ha, yang tersebar pada Blok Inti seluas 4.070,60 ha dan pada Blok Pemanfaatan HHBK (Hutan Lindung) seluas 1.355,14 ha. Kegiatan tersebut tersebar pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kalumpang, Karossa, Tobadak, Tommo dan Topoyo. Rehabilitasi hutan pada wilayah KPHP yang tidak dibebani izin/hak pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga, pelaksanaannya dilakukan oleh KPHP. Kegiatan reklamasi hutan dilakukan pada lahan dan vegetasi hutan pada kawasan 55 hutan yang telah mengalami perubahan permukaan tanah dan perubahan penutupan tanah. Rencana kegiatan rehabilitasi per kecamatan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Rencana kegiatan rehabilitasi pada areal di luar izin per kecamatan NO. KECAMATAN 1 KALUMPANG 2 BLOK INTI (ha) BLOK PEMANFAATAN HHBK (ha) TOTAL (ha) 360.13 329,62 689,75 KAROSSA 0.00 505.28 505.28 3 TOBADAK 0.00 494,37 494,37 4 TOMMO 3710.47 25,88 3.736,35 4070.60 1.355,15 5.425,75 TOTAL Sasaran dari program ini adalah terlaksananya kegiatan rehabilitasi dan reklamasi lahan dan hutan secara terencana dan terpadu serta menurunnya jumlah lahan dan kawasan hutan kritis dan rawan bencana alam di Wilayah KPHP BudongBudong. Prioritas arah kebijakannya adalah : Pemetaan lahan kritis sesuai tindakan rehabilitasi yang diperlukan Pengendalian dan pemulihan kondisi lahan dan hutan Mengurangi dampak kerusakan lahan dan hutan Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah : 1. Pemetaan lahan dan kawasan hutan yang terdegradasi/kritis 2. Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan Kegiatan ini terdiri atas reboisasi, pemeliharaan tanaman, pengayaan tanaman, penerapan teknik konservasi tanah dan rehabilitasi hutan. Reboisasi dilakukan dengan menggunakan jenis-jenis pionir, cepat tumbuh, beradaptasi dengan baik terhadap kondisi tapak setempat dan tahan terhadap kekeringan. Penanaman harus dilakukan pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan September-Oktober. Konservasi tanah dapat dilakukan secara teknis dan mekanis seperti perlakuan 56 teras-teras bangku, sabuk dan penanaman penguat teras dengan jenis tanaman perakaran dalam. Volume kegiatan rehabilitasi direncanakan seluas kurang lebih 2000 ha per tahun selama sembilan tahun yang dimulai pada tahun ke 2. 3. Pembuatan dan pemeliharaan check dam pada beberapa lokasi di sepanjang sungai yang ada di wilayah KPHP Budong-Budong baik dengan sistem mekanis maupun kombinasi dengan teknik konservasi tanah. 4. Pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan sempadan sungai yang lebarnya disesuaikan dengan peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk perlindungan fungsi ekologi sungai, pencegahan dan pengendalian sedimentasi F. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Hak atau Izin Pemanfaatan dan Peggunaan Kawasan Hutan Pelaksanaan rehabilitasi hutan pada wilayah KPHP yang telah dibebani izin/hak pemanfaatan hutan selama ini masih belum dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam klausul pemberian izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan. Reklamasi hutan dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab pemegang izin penggunaan kawasan hutan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam hal pemegang izin penggunaan kawasan hutan telah melaksanakan reklamasi hutan, maka Kepala KPHP bertanggung jawab atas pengamanan dan perlindungan atas reklamasi hutan yang bersangkutan. Sasaran dari program ini adalah sebagai berikut : Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditetapkan. Pencegahan kerusakan lahan/hutan sebagai dampak pemanfaatan hutan atau penggunaan kawasan Prioritas arah kebijakannya adalah sebagai berikut : Pihak pelaksana kegiatan patuh dan taat dalam melaksanakan UPL sesuai dokumen yang disepakati Penegakan sanksi/hukum secara tegas terhadap pengingkaran pihak pemegang izin dalam melaksanakan kewajibannya. 57 Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah : 1. Melaksanakan pemantauan kemajuan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi oleh pihak pemegang izin 2. Melakukan identifikasi masalah yang dihadapi dan tindakan penanganan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi 3. Merumuskan rencana kegiatan pembinaan kepada pihak pemegang izin 4. Melakukan kegiatan pembinaan 5. Kepala KPHP melaporkan secara tertulis pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan setiap 3 (tiga) bulan kepada Menteri dengan tembusan dikirim kepada Gubernur dan Bupati. G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Ancaman kerusakan hutan dapat terjadi setiap saat baik dari perbuatan manusia, ternak, kebakaran, serangan hama penyakit,bencana alam maupun sebabsebab lainnya. Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan, hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan di wilayah KPHP yang telah dibebani izin/hak pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga, pelaksanaannya dilakukan oleh pemegang izin/hak yang bersangkutan, sedang perlindungan hutan di wilayah KPHP yang tidak dibebani izin/hak pemanfaatan hutan oleh pihak ke tiga dilakukan oleh KPHP. Prinsip-prinsip perlindungan hutan meliputi: mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit; secara khusus di kawasan pantai yang merupakan habitat burung maleo yang dilindungi perlu diberikan prioritas untuk penanganan perlindungan karena populasi jenis burung yang unik ini terus mengalami penurunan; dan mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. 58 Adapun prioritas arah kebijakannya adalah : Mengamankan areal kerja KPHP yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan termasuk tumbuhan dan satwa; Mencegah kerusakan hutan dari perbuatan manusia dan penggembalaan ternak, kebakaran hutan, hama dan penyakit serta daya-daya alam; Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap adanya gangguan keamanan hutan di areal kerja KPHP ; Mengamankan kawasan pantai, areal mangrove yang merupakan habitat burung maleo Melaporkan setiap adanya kejadian pelanggaran hukum di areal kerja KPHP kepada instansi yang berwenang. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Penyuluhan kepada masyarakat yang berhubungan dengan perlindungan hutan dan konservasi alam 2. Pembuatan Ilaran api /sekat bakar 3. Pembuatan koridor satwa yang dilindungi 4. Mengikut sertakan masyarakat desa-desa pantai dalam perlindungan habitat burung maleo beserta ekosistimnya. Pembentukan hutan desa pantai yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap perlindungan burung langka ini dengan memperhatikan kesejahteraan melalui penoingkatan pendapatannya perlu segera dilaksanakan 5. Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman bahaya kebakaran hutan 6. Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman larangan pemanfaatan pada blok inti dan blok perlindungan, pengambilan tumbuhan dan satwa yang dilindungi terutama pada titik/lokasi strategis 7. Pengadaan pos jaga dan pengaduan masyarakat serta penyediaan SDM Polisi kehutanan. 8. Pelaporan dan penanganan kasus pelanggaran hukum yang terjadi pada areal pengelolaan. 59 H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin Tujuan dari penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin adalah mencegah terjadinya konflik antar pemegang ijin pemanfaatan hasil hutan atau penggunaan kawasan hutan dalam satu unit pengelolaan kawasan hutan. Prioritas Arah Kebijakannya adalah menjamin hak pemegang ijin dan sinkronisasi penggunaan fasilitas umum dalam menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan dan penggunaan kawasan hutan. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Identifikasi dan pemantauan masalah antar pihak pemegang izin 2. Fasilitasi pertemuan dan sinkronisasi antar pihak pemegang izin 3. Evaluasi pelaksanaan kesepakatan antar pihak pemegang izin I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan Pada dasarnya, dalam pengelolaan dan pemafaatan kawasan hutan tidak jarang melibatkan berbagai instansi dan pemangku kepentingan. Oleh karena itu koordinasi dan sinergi dengan instasi terkait merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan agar kewenangan, kepentingan dan program kegiatan pengelolaan dari unsur-unsur terkait sinergi antara satu dengan yang lainnya. Program pengelolaan KPHP Budong-Budong dilaksanakan secara partisipatif, terencana dan terpadu dengan melibatkan semua pihak terkait (instansi, pemangku kepentingan dan masyarakat). Prioritas arah kebijakannya adalah melaksanakan koordinasi dan sinergi antar instansi terkait dengan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pengelolaan KPHP dengan tujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan yang optimal dan lestari. Adapun bentuk dan alur koordinasi dengan instansi terkait dalam membangun sinergi program kegiatan pengelolaan KPHP diuraikan pada Tabel 18. 60 Tabel 18. Jenis Kegiatan dan Bentuk Koordinasi Instansi Produksi Kehutanan Kayu dan non Kayu Intansi Terkait Kehutanan Perindustrian Perdagangan Bentuk Koordinasi Kapasitas produksi kayu hutan alam Kapasitas produksi kayu hutan tanaman Perizinan pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu (biji, getah, dll) Kadin Perkebunan Jasa Air Badan Revitasliasi Industri kehutanan Perizinan dan kapasitas jatah tebangan PDAM Potensi debit air masing-masing DAS dan Sub DAS Perlakuan DAS Perlakuan mata air PU Pengairan UPTD PU Jasa Lingkungan Pariwisata Potensi areal wisata alam Akses Jalan PU Cipta Karya BPN Pembukaan wilayah hutan dan wilayah terpencil Pemeliharaan jalan Kawasan Hutan Bappeda RTRWP / TGHK Tata Guna Lahan Pemda Dampak Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Dampak pengelolaan kawasan hutan Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah : 1. Koordinasi dan sinergi dalam perencanaan hutan yang meliputi pelaksanaan tata batas kawasan hutan, inventarisasi hutan dan penataan hutan. 2. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pengelolaan hutan yang meliputi pembukaan wilayah hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, pengolahan hasil hutan, pemasaran hasil hutan dan jasa lingkungan. 61 3. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pembinaan dan perlindungan hutan yang meliputi rehabilitasi hutan, pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan, serta konservasi hutan. 4. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan evaluasi dan monitoring serta pengendalian dan pengawasan. 5. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan J. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM Terbentuknya UPTD KPHP Budong-Budong akan berdampak terhadap penyediaan sejumlah personil yang memiliki kualifikasi dan keahlian yang dibutuhkan dalam menunjang pelaksanaan Tupoksi KPH tersebut. Sasaran dari program ini adalah tersedianya sejumlah SDM yang memenuhi kualifikasi dan bidang keahlian sesuai yang dibutuhkan. Prioritas arah kebijakan adalah KPH dikelola oleh tenaga professional, jujur dan berkualitas dalam rangka meningkatkan kinerja pemanfaatan dan penggunaan kawasan KPHP secara optimal, menguntungkan, dan berkelanjutan. Tabel 19. Spesifikasi Keilmuan Sesuai Bidang dan Posisi dalam Struktur Manajemen dan Organisasi KPHP Bidang Perencanaan Kehutanaan Silvikultur Spesifikasi Keilmuan - S1 Kehutanan : Mengusai perencanaan, inventarisasi, pemetaan - D3/SKMA : mengsuaia Inventarisasi hutan,pengenalan pohon - D3/SKMA : Menguasai Pemetaan dan potret udara - Manajemen Kehutanan S1 Kehutanan : Menguasai teknik silvulkutur hutan alam dan hutan tanaman D1/D3/SKMA : menguasai teknik silvikultur - S1 Kehutanan mengusai bidang pengelolaan hutan, produksi dan pemasaran - D1/D3/SKMA : menguasai sistem produksi dan Posisi - Kepala Perencanaan - Pelaksana lapangan - Kepala Penamaan dan pemel. tanaman Persemaian Pelaksana lapangan - Kepala Penebangan - Litbang/Amdal - Pelaksana lapangan 62 pemasaran hasil hutan Keuangan - S1 Akuntansi : Mengusai SAK perusahaan dan perpajakan - Kepala Tata Usaha SDM - S1/D3 Manajamen SDM : menguasai sistem pengembangan SDM - Kepala SDM Bina Desa - S1 Sosial Ekonomi Pertanian/Kehutanan - Kepala PMDH TUK - S1/D1,D3/SKMA mengusaia Sertifikat TUK - Pelaksana TUK Satpam PH - Sertifikasi Pelatihan Jaga Wana - Polsus Jaga Wana Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Analisis kebutuhan personil dan jabatan 2. Rekruitment personil yang dilakukakan dua tahap yaitu pada tahap awal mutasi personil yang memenuhi kualiafikasi dan keahlian yang dibutuhkan tanpa mengganggu tupoksi lembaga asal, dan selanjutnya melakukan rekruitment personil baru yang sesuai dengan bidang keilmuan dan posisi jabatan yang tersedia. 3. Analisis kebutuhan pengembangan SDM dan penyusunan program diklat secara berjenjang 4. Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan 5. Program sertifikasi dan promosi jabatan K. Penyediaan Pendanaan Sasaran dari program ini adalah penyediaan dan pengelolaan anggaran berbasis kinerja. Prioritas arah kebijakan adalah alokasi anggaran belanja tersedia sesuai kegiatan pengelolaan KPHP yang telah direncanakan, yang dikelola dengan asas transparansi dan akuntabilitas. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian Kehutanan tentang perencanaan anggaran pembangunan KPHP Budong-Budong 63 2. Penyusunan, diseminasi dan sosialisasi manual operasional penyusunan anggaran belanja pengelolaan KPHP Budong-Budong 3. Penyusunan anggaran belanja pengelolaan KPHP Budong-Budong 4. Asistensi dan konsultasi usulan anggaran UPTD daerah 5. Rapat pembahasan dan penetapan anggaran 6. Perumusan skim pembiayaan melalui investor dan perbankan. L. Pengembangan Database Penyediaan Informasi/database pada KPHP Budong-Budong pada saat ini terbatas pada data manual berupa dokumen atau buku sehingga sulit untuk diakses dan dimanfaatkan oleh pihak terkait. Keterbatasan informasi KPHP terkini dan dapat diakses dengan cepat akan mempengaruhi optimalisasi pengambilan keputusan yang tepat dan cepat dalam peningkatan kualitas KPHP Budong-Budong. Sasaran dari program ini adalah tersedianya Informasi dan data yang memuat secara rinci, aktual dan akurat tentang aspek teknis dan biofisik kawasan hutan menurut unit pengelolaan, data sosial ekonomi masyarakat serta variabel lain yang terkait dengan pengelolaan KPHP Budong-Budong. Prioritas arah kebijakannya adalah pengadaan dan pengelolaan database KPH berbasis teknologi informasi secara profesional dan terpercaya. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Penyusunan/Desain perencanaan, sistem pelaksanaan informasi dan manajemen pengendalian (SIM) yang kegiatan mencakup pengelolaan pembangunan kehutanan KPHP Budong-Budong serta pengadaan software dan peralatan pendukungnya 2. Pendidikan dan pelatihan tenaga profesional di bidang teknologi informasi dan operator 3. Evaluasi kinerja SIM Database 4. Pembuatan dan pengukuran plot ukur permanen (PUP) di lapangan. Output yang diharapkan adalah adanya data pertumbuhan dan riap tanaman yang 64 diklasifikasikan berdasarkan kondisi tempat tumbuh (bonita) tanaman. Pengamatan dilakukan minimal satu kali satu tahun. 5. Pembuatan database sistem akuntansi keuangan khusus kehutanan yang mencatat biaya-biaya satuan yang telah dikeluarkan dalam petak dan blok, sehingga dapat diketahui biaya pengelolaan per hektar dan biaya produksi per satuan hasil hutan dan jasa. 6. Pembuatan database SDM untuk memonitor kinerja SDM dengan tujuan untuk selalu meningkatkan kemampuan tenaga teknis dan tata usaha dalam mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kehutanan serta persaingan global. M. Rasionalisasi Wilayah Kelola Dalam penetapan KPH dan blok pengelolaan masih terdapat unit lahan yang belum didelineasi sesuai dengan fungsinya atau terdapat interpretasi yang berbeda dengan kondisi aktual lapangan. Sasaran dari program ini adalah untuk mengetahui dan menetapkan luasan pengelolaan efektif secara rasional pada masing-masing petak pengelolaan. Prioritas Arah Kebijakannya adalah pengelolaan KPH dilaksanakan secara tepat sesuai SOP pengelolaan hutan lestari dan mengakomodasi aspek sosial ekonomi masyarakat setempat dan kepentingannya lainnya. Rasionalisiasi wilayah kelola KPHP Budong-Budong dilaksanakan bersamaan dengan pengukuran petak. Dimana batas-batas yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan non kehutanan akan ditandai dengan batas fungsi lain. Sementara yang betul-betul dikerjakan akan diberi tata batas yang jelas, sehingga di dalam kawasan pengelolaan nanti terdapat dua pal batas yakni batas fungsi dan batas pengelolaan. Demikian pula dengan batas-batas penggunaan sementara oleh penduduk atau kepentingan lain, akan tetap dicatat sebagai kawasan hutan. Dengan demikian akan dapat diketahui luasan efektif pengelolaan untuk mengetahui tingkat produktivitas pengelolaan dari KPHP Budong-Budong. 65 Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah : 1. Pengukuran dan pemasangan batas fungsi dan batas pengelolaan 2. Review luasan efektif blok dan unit pengelolaan 3. Rapat koordinasi review luasan efektif KPHP Budong-Budong N. Review Rencana Pengelolaan (5 tahun) Dalam pelaksanaan pengelolaan KPH selama lima tahun, tentunya terdapat beberapa item kegiatan yang belum tercapai 100% bahkan tertunda dengan konteks permasalahan yang berbeda antara satu unit pengelolaan dengan lainnya. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi kegiatan yang sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Sasaran review ini adalah peningkatan kinerja pengelolaan KPH untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prioritas arah kebijakan adalah tersusunnya rencana pengelolaan KPH berbasis kebutuhan dan skala prioritas dalam upaya peningkatan capaian kinerja pengelolaan KPH. Kegiatan Review lima tahunan akan dilaksanakan sebagai evaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan dan pengelolaan KPH. Parameter yang dievaluasi adalah semua aspek kegiatan lapangan, admisnitrasi, manajemen/SDM dan aspek finansialnya. Semuanya bermuara pada efesiensi berdasarkan target tahunan dan lima tahunan . Adapun bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : 1. Evaluasi dan analisis pelaksanaan dan pengelolaan pada masing-masing unit pengelolaan 2. Identifikasi masalah dan kebutuhan tindakan penanganannya 3. Penyusunan draft review rencana kerja lima tahunan 4. Sosialisasi dan sinkronisasi rencana kerja 5 tahun dengan UPT yang menangani bidang Kehutanan, baik di tingkat Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah maupun Provinsi Sulawesi Barat. 5. Rapat pembahasan dan penetapan finalisasi rencana kerja lima tahunan O. Pengembangan Investasi Permasalahan yang terjadi dalam pengembangan investasi adalah : Indikasi masih adanya praktek illegal dalam pemanfaatan hasil hutan. 66 Peluang dan prospek investasi pada kawasan KPH belum diketahui secara luas oleh calon investor. Kebijakan Investasi bidang usaha pemanfaatan hasil hutan dan penggunaan kawasan kurang menarik minat investor karena panjangnya rantai prosedur perijinan dan biaya tinggi, lemahnya insentif dan rendahnya kapastian hukum. Sasaran dari kegiatan pengembangan investasi adalah peningkatan investasi sektor usaha kehutanan dan industri hasil hutan yang dikelola secara menguntungkan, lestari dan berkelanjutan. Sedangkan arah kebijakannya adalah : mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi biaya tinggi baik untuk tahap memulai maupun operasional bisnis, serta menata aturan main yang jelas dan pemangkasan birokrasi dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah : 1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi meliputi: Penyerderhanaan prosedur pelayanan penanaman modal Pemberian insentif yang menarik Konsolidasi perencanaan peluang investasi di bidang usaha kehutanan dan industri hasil hutan Pengembangan sistim informasi peluang investasi pada KPHP BudongBudong Pengkajian regulasi bidang investasi sektor kehutanan dan industri hasil hutan 2. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi meliputi: Penyediaan saran dan prasana daerah terkait investasi di sektor usaha kehutanan dan industri hasil hutan Fasilitasi terwujudnya kerjasama antara usaha besar dan UKM Promosi peluang dan prospek investasi pada kawasan KPHP BudongBudong 67 Mendorong dan menfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang investasi sektor usaha kehutanan dan industri hasil hutan dengan instansi terkait dan dunia usaha. Perluasan jejaring kerja dengan mitra usaha 68 Tabel 20. Jadwal kegiatan Rencana Pengelolaan KPHP Budong-Budong PROGRAM A. B. Program Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutan Program Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu KEGIATAN 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. C. Program Pemberdayaan Masyarakat 6. 1. 2. 3. D. Program Pembinaan dan Pemantauan pada Areal yang telah Ada Hak atau Izin Pemanfaatan maupun Penggunaan Kawasan Hutan 4. 1. 2. 3. 4. 5. Inventarisasi secara Berkala Pembuatan Tata Batas Penataan Blok Penataan Petak Pembukaan Wilayah Hutan dan Pembuatan Jalan Rapat Koordinasi/konsultasi dengan pihak terkait Pemetaan dan tata batas lokasi pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu Penyusunan Manual Operasional Pemanfaatan Hutan Studi kelayakan dan Amdal pemanfaatan potensi tegakan dan jenis pemanfaatan lainnya Penyusunan Buku Profil jenis dan bentuk pemanfatan hutan Penebangan dan pembinaan hutan Sosialisasi Tata Batas Kawasan hutan untuk Pemberdayaan Masyarakat Pembentukan Kelompok Tani Hutan Evaluasi kesesuaian lahan dan budidaya tumbuhan multiguna (MPTS) Pelatihan dan Penyuluhan Meneliti,memeriksa laporan berkala pemantauan lapangan Identifikasi masalah dan merumuskan alternatif pembinaan yang dibutuhkan pembinaan kepada pihak pemegang hak/izin pengelolaan Evaluasi kinerja dan tindak lanjut pemberian izin 1 x x x x x x 2 x x x x x x TAHUN KEGIATAN 3 4 5 6 7 8 x 9 10 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 6 PROGRAM E. F. KEGIATAN Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Izin 1. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Hak atau Izin Pemanfaatan dan Peggunaan Kawasan Hutan 1. 2. 3. 4. 2. 3. 4. 5. G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pemetaan lahan dan kawasan hutan yang terdegradasi/kritis Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan Pembuatan dan pemeliharaan check dam Pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan sempadan sungai Pemantauan kemajuan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi oleh pihak pemegang izin identifikasi masalah yang dihadapi dan tindakan penanganan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi Merumuskan rencana kegiatan pembinaan kepada pihak pemegang izin Melakukan kegiatan pembinaan menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan Penyuluhan kepada masyarakat yang berhubungan dengan perlindungan hutan dan konservasi alam Pembuatan Ilaran api /sekat bakar Pembuatan koridor satwa yang dilindungi Mengikut sertakan masyarakat desa-desa pantai dalam perlindungan habitat burung maleo beserta ekosistimnya Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman bahaya kebakaran hutan Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman larangan pemanfaatan pada blok inti dan blok perlindungan, pengambilan tumbuhan dan satwa yang dilindungi Pengadaan pos jaga dan pengaduan masyarakat serta penyediaan SDM Polisi kehutanan Pelaporan dan penanganan kasus pelanggaran hukum yang terjadi pada areal pengelolaan 1 x TAHUN KEGIATAN 4 5 6 7 8 2 3 9 10 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 7 PROGRAM H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin KEGIATAN 1. 2. 3. I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan 1. 2. 3. 4. 5. J. K. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM Penyediaan Pendanaan 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. Identifikasi dan pemantauan masalah antar pihak pemegang izin Fasilitasi pertemuan dan sinkronisasi antar pihak pemegang izin Evaluasi pelaksanaan kesepakatan antar pihak pemegang izin Koordinasi dan sinergi dalam perencanaan hutan Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pengelolaan hutan Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pembinaan dan perlindungan hutan Koordinasi dan sinergi pelaksanaan evaluasi dan monitoring serta pengendalian dan pengawasan Koordinasi dan sinergi pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan Analisis kebutuhan personil dan jabatan Rekruitment personil Analisis kebutuhan pengembangan SDM dan penyusunan program diklat secara berjenjang Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan Program sertifikasi dan promosi jabatan Koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian Kehutanan tentang perencanaan anggaran pembangunan KPHP Budong-Budong Penyusunan, diseminasi dan sosialisasi manual operasional penyusunan anggaran belanja pengelolaan KPHP Budong-Budong Penyusunan anggaran belanja pengelolaan KPHP Budong-Budong Asistensi dan konsultasi usulan anggaran UPTD daerah Rapat pembahasan dan penetapan anggaran Perumusan skim pembiayaan melalui investor dan perbankan TAHUN KEGIATAN 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6 x 7 x 8 x 9 x 10 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 8 PROGRAM L. Pengembangan Database KEGIATAN 1. 2. 3. 4. 5. M. Rasionalisasi Wilayah Kelola 6. 1. 2. 3. N. Review Rencana Pengelolaan (5 tahun) 1. 2. 3. 4. 5. O. Pengembangan Investasi 1. 2. Penyusunan/Desain sistem informasi manajemen (SIM) yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pengelolaan pembangunan kehutanan KPHP Budong-Budong serta pengadaan software dan peralatan pendukungnya Pendidikan dan pelatihan tenaga profesional di bidang teknologi informasi dan operator Evaluasi kinerja SIM Database Pembuatan dan pengukuran plot ukur permanen (PUP) di lapangan Pembuatan database sistem akuntansi keuangan khusus kehutanan Pembuatan database SDM untuk memonitor kinerja SDM Pengukuran dan pemasangan batas fungsi dan batas pengelolaan Review luasan efektif blok dan unit pengelolaan Rapat koordinasi review luasan efektif KPHP BudongBudong Evaluasi dan Analisis Pelaksanaan dan Pengelolaan pada masing-masing unit pengelolaan Identifikasi Masalah dan kebutuhan tindakan penanganannya Penyusunan Draft Review Rencana kerja lima Tahunan Sosialisasi dan Sinkronisasi Rencana kerja 5 tahun dengan Dinas yang membidangi Kehutanan pada tingkat kabupaten dan provinsi. Rapat Pembahasan dan Penetapan finalisasi Rencana Kerja Lima Tahunan Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 1 x 2 x x x x x x x x x x x x 3 x x TAHUN KEGIATAN 4 5 6 7 8 x x x x x x 9 10 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 9 VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) merupakan satu kesatuan dari salah satu fungsi manajemen yang bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada rencana pengelolaan. Secara umum, pengendalian pelaksanaan rencana pengelolaan hutan dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat KPH, kabupaten, provinsi dan pusat. Memperhatikan struktur KPHP Budong-Budong, maka pembinaan secara teknis dan fungsional dilakukan oleh Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah serta Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan standar operasional prosedur yang ada. Demikian pula halnya dengan pengawasan dan pengendalian. Binwasdal dilakukan melalui rapat-rapat evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, pelaporan secara berkala maupun inspeksi mendadak (sidak) ke lapangan. Hasil binwasdal akan menjadi bahan/masukan atau umpan balik untuk penyusunan/perbaikan perencanaan ke depan, terutama bila terjadi permasalahan harus ditemukan solusinya sehingga kesalahan itu tidak terulang pada waktu-waktu berikutnya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari setiap kegiatan dan menjamin tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan secara transparan dan akuntabel, maka kegiatan binwasdal harus dilengkapi dengan pedoman yang mencakup : Standar atau ukuran baku yang dijadikan tolok ukur keberhasilan pengelolaan serta tingkat toleransi terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi. Indikator kinerja yang terukur secara kuantitatif. Apabila tidak dapat dinyatakan dengan angka-angka maka harus dinyatakan secara kualitatif dengan deskripsi yang jelas dan tepat. Skoring pencapaian kinerja pada setiap pelaksanaan kegiatan terhadap sasaran atau target yang telah ditetapkan dalam rencana kegiatan. Pada struktur pengelolaan KPHP Budong-Budong, secara internal kegiatan binwasdal dilakukan secara berjenjang mulai dari unit pengelolaan terkecil. Kegiatan binwasdal dilakukan terhadap semua kegiatan dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan seperti tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan 6 hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi, serta perlindungan hutan dan konservasi alam. Kegiatan binwasdal dilakukan secara berkala sehingga dapat diketahui sejak awal kesesuaian kegiatan dengan pedoman/petunjuk teknis yang telah ditetapkan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada wilayah KPHP yang dibebani oleh hak/izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, kegiatan binwasdal dilakukan oleh KPHP terhadap pemegang izin dan dilaporkan ke Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan secara berkala. Seluas 84.536,62 ha hutan produksi alam (HP maupun HPT) atau sekitar 66,13% dari luas KPHP Budong-Budong sudah dibebani izin pemanfaatan hasil hutan kayu (pemanfaatan HHK-HA). Mengingat kondisi topografi pada blok pemanfaatan HHK-HA sebagian besar curam dan sangat curam, maka kegiatan binwasdal terhadap pelaksanaan pengelolaan hutan harus dilakukan dengan sangat ketat, karena blok tersebut juga mempunyai fungsi sebagai pengatur tata air yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kondisi hidro-orologis pada bagian hilir. 7 VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi secara berkala dan tepat waktu untuk memastikan apakah kegiatan yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pemantauan terhadap pengelolaan KPHP Budong-Budong merupakan proses yang berjalan terus menerus yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya, mengamati perkembangan pelaksanaan kegiatan KPHP , mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan realisasi penggunaan anggaran, realisasi pencapaian sasaran dan kendala yang dihadapi. Hasil pemantauan digunakan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pengelolaan hutan di KPHP Budong-Budong dan penyesuaian perencanaan. Selain itu, kegiatan pemantauan juga berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pengelolaan KPHP serta mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan KPHP . Evaluasi adalah rangkaian kegiatan untuk membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan berdasarkan sumberdaya yang digunakan serta indikator dan sasaran kinerja pengelolaan. Kegiatan ini dilaksanakan secara sistematis, menyeluruh, obyektif dan transparan. Evaluasi KPHP Budong-Budong merupakan penilaian secara berkala terhadap perencanaan dan hasil pelaksanaan pengelolaan KPHP Budong-Budong untuk mengetahui apakah hasil kegiatan telah sesuai dengan tujuan utama yang telah dirumuskan berdasarkan visi dan misi KPHP BudongBudong. Hasil evaluasi dapat juga digunakan sebagai bahan penyusunan rencana pengelolaan selanjutnya. Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk mengendalikan kegiatan pengelolaan KPHP agar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pemantauan dan evaluasi merupakan kegiatan yang penting karena : 8 Memungkinkan para pemangku kepentingan mengetahui kemajuan yang telah dicapai dan apa yang terjadi di lapangan. Para pemangku kepentingan dapat mengetahui bukan sebatas apa yang dapat dilaksanakan dan apa yang tidak dapat dilaksanakan, tetapi juga situasi dan kondisi kegiatan dapat terlaksana, berbagai inisiatif dalam yang memungkinkan memperlancar dan mengefektifkan kegiatan, usulan usulan dan kearifan lokal yang patut ditiru terkait dengan pengelolaan hutan berwawasan lingkungan. Pemantauan dan evaluasi memungkinkan untuk mengetahui status pelaksanaan kegiatan secara terus menerus dan identifikasi permasalahan yang mungkin timbul. Secara keseluruhan hasil pemantauan dan evaluasi dapat menunjukkan apakah kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak. Pemantauan dan evaluasi merupakan alat pengelolaan yang berguna untuk pengambilan keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat segera diambil secara cepat dan tepat. Pemantauan dan evaluasi merupakan alat perekam yang mendokumentasikan berbagai pengalaman dan pelajaran yang berharga. Pemantauan dan evaluasi harus dilihat sebagai perangkat pengelolaan yang berguna untuk peningkatan mutu kinerja KPHP Budong-Budong. Jika pemantauan dan evaluasi berjalan dengan baik maka banyak pihak yang akan memperoleh manfaat karena dengan demikian akan tersedia berbagai informasi untuk peningkatan mutu pengelolaan hutan selanjutnya. Pemantauan dan evaluasi hendaknya dilihat sebagai bagian dari proses belajar yang berjalan secara terus menerus. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : Kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari pemantauan dan evaluasi; Pelaksanaan dilakukan secara objektif oleh petugas yang memahami konsep, teori dan proses serta berpengalaman dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi agar hasilnya sahih dan dapat dipercaya dengan melibatkan berbagai pihak yang dipandang perlu dan berkepentingan secara proaktif (partisipatif); 9 Pelaksanaan dilakukan secara terbuka (transparan), sehingga pihak yang berkepentingan dapat mengetahui hasilnya melalui berbagai cara; Pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara internal dan eksternal (akuntabel) yang mencakup seluruh objek/kegiatan agar dapat menggambarkan secara utuh kondisi dan situasi sasaran pemantauan dan evaluasi (komprehensif); Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pada saat yang tepat secara berkala dan berkelanjutan; Berbasis indikator kinerja, yaitu kriteria/indikator yang dikembangkan sesuai dengan prinsip pengelolaan hutan lestari; Efektif dan efisien, artinya target pemantauan dan evaluasi dicapai dengan menggunakan sumber daya yang ketersediaannya terbatas dan sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pemantauan dan evaluasi sebaiknya dilakukan dalam lingkungan yang mendorong keterbukaan dan dapat menerima dengan tangan terbuka berita baik dan buruk, pujian maupun kritikan. Para pemangku kepentingan, khususnya masyarakat hendaknya turut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi dan tidak ada rasa takut untuk menyampaikan jika ada permasalahan yang ditemui atau penyimpanganpenyimpangan yang terjadi. Semua pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan hutan di wilayah KPHP Budong-Budong hendaknya berupaya memberikan informasi seakurat mungkin. Jika memungkinkan, informasi perlu diuji silang (crosscheck) dengan sumber-sumber lain untuk memastikan dapat tidaknya informasi tersebut dipercaya. Hanya informasi yang akurat, berdasarkan fakta dan sumber-sumber terpercaya, yang dapat membantu meningkatkan mutu kinerja dalam pengelolaan hutan. Hal yang penting adalah pengelola KPHP Budong-Budong dapat menilai persoalan atau masalah yang ditemukan secara obyektif dan segera mengambil langkah perbaikan jika diperlukan. Perlunya upaya dari pengelola KPHP BudongBudong untuk secara proaktif menggalang partisipasi masyarakat dalam memantau 10 pelaksanaan pengelolaan hutan. Demi menjamin rasa kepercayaan dan kebersamaan pemangku kepentingan dan masyarakat, baik yang terkait langsung dengan kegiatan pengelolaan KPHP maupun yang tidak, diperlukan kepastian tindak lanjut yang dilakukan oleh pengelola jika ada pengaduan tentang permasalahanpermasalahan atau penyimpangan-penyimpangan. Hasil tindak lanjut ini juga perlu diinformasikan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat. setidaknya sebagai bahan pembelajaran untuk mengantisipasi terjadinya kasus-kasus serupa di masa datang. Pemantauan kegiatan pengelolaan hutan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. 1. Pemantauan Internal Pemantauan internal merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh pengelola KPHP secara berjenjang mulai dari unit pengelolaan yang paling kecil, pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat, serta lembaga pemberi dana. Pemantauan internal merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan dan harus terus menerus dilakukan. Pada dasarnya pemantauan internal merupakan kegiatan pemantauan pelaksanaan kegiatan bukan suatu kegiatan untuk mencari kesalahan, tetapi membantu melakukan tindakan perbaikan secara terus menerus. Pemantauan dilakukan sebagai usaha untuk menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan cara memantau hasil/prestasi yang dicapai dan jika terdapat penyimpangan dari standar yang telah ditentukan, maka segera diadakan perbaikan, sehingga semua hasil/prestasi yang dicapai dapat sesuai dengan rencana. Tujuan pemantauan internal adalah : a. Memberikan masukan terhadap pengelola untuk mengatasi hambatan yang dihadapi b. Menyediakan sumber informasi bagi pengelola c. Sebagai salah satu dasar pembuatan rencana pengelolaan d. Memantau kesesuaian/kepatuhan prosedur pelaksanaan kegiatan dengan standard yang berlaku. 11 2. Pemantauan Eksternal Pemantauan eksternal dilakukan oleh pihak luar yang independen. Pemantauan eksternal diharapkan dapat memberi pandangan yang lebih obyektif dari lembaga independen yang tidak secara langsung terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan. Hasil pemantauan secara internal maupun eksternal merupakan bahan untuk evaluasi bagi pengelola KPHP agar selanjutnya dapat melaksanakan kegiatan dengan lebih baik dalam rangka mengoptimalkan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkeadilan, transparan dan berkelanjutan. Kegiatan evaluasi dilakukan secara berkala pada saat tertentu. Jenis evaluasi yang dilakukan adalah: Evaluasi strategi dan arah kebijakan yang tertuang pada rencana pengelolaan jangka panjang dilakukan paling sedikit lima tahun sekali. Evaluasi ini dilakukan oleh Kepala KPHP dengan melibatkan pemangku kepentingan. Jika ternyata rencana pengelolaan hutan sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada, maka perlu dilakukan revisi. Selanjutnya hasil revisi diajukan ke Menteri Kehutanan atau pejabat yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan. Evaluasi Tematik, dilakukan setiap bulan, triwulan, semester atau tahun. Merupakan evaluasi kegiatan tertentu seperti pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi & reklamasi dan perlindungan hutan & konservasi alam. Evaluasi dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Kepala KPHP Survey/studi dampak kegiatan pengelolaan KPHP, dilakukan paling sedikit lima tahun sekali oleh lembaga penelitian ataupun perguruan tinggi. Audit keuangan dan supervisi, dilakukan secara berkala setiap tahun sekali untuk memeriksa catatan keuangan pengelolaan KPHP dan kelompok usaha ekonomi produktif. Audit keuangan dapat dilakukan oleh lembaga audit pemerintah atau independen. 12 Dalam pemantauan, pengumpulan informasi biasanya merupakan bagian dari kerja sehari-hari. Seringkali data dikumpulkan melalui diskusi informal dan observasi selama kunjungan lapangan, pertemuan, dll. Beberapa perangkat yang umum yang digunakan untuk mengumpulkan data, antara lain : Observasi Langsung : Pemantau mengobservasi atau melihat apa yang sedang berlangsung di lapangan. Pemantau mengunjungi pertemuan-pertemuan atau mengunjungi lokasi kegiatan yang sedang berlangsung serta merekam semua irformasi yang diperoleh. Wawancara : Wawancara merupakan salah satu alat utama yang digunakan dalam pengumpulan informasi. Wawancara termasuk mengajukan pertanyaan kepada perorangan atau kelompok dan mencatat jawabannya. Wawancara dapat dilakukan dalam bentuk terstruktur (menanyakan pertanyaan yang pasti dan memilih salah satu jawaban dari beberapa pilihan yang tersedia dalam kuesioner) atau tidak terstruktur (menanyakan pertanyaan ‘terbuka’ dan menentukan apa yang akan ditanyakan berikutnya berdasar pada jawaban yang diterima). Ada beberapa jenis wawancara, yakni wawancara individu untuk mendapatkan informasi dari orang tertentu; wawancara dengan informan kunci yang memiliki pengetahuan khusus tentang sebuah topik, atau wawancara kelompok). Diskusi Kelompok Terarah (FGD) : FGD dilakukan untuk mendiskusikan topik tertentu secara rinci dengan sejumlah kecil orang, biasanya terdiri dari 6 sampai 7 orang. Fasilitator biasanya memandu kelompok dalam mendiskusikan sebuah topik yang sesuai dengan pengalaman dan kecenderungan mereka. Diskusi ini akan memperoleh hasil terbaik jika semua pesertanya memiliki karakteristik yang serupa (misal: semua perempuan, semua orang miskin, dll) Survey/inventarisasi : Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan teknik sampling tertentu untuk mengetahui potensi sosial ekonomi dan biofisik. B. PELAPORAN Bagian penting dari pemantauan dan evaluasi adalah laporan yang berhubungan dengan hasil pemantauan dan evaluasi. Laporan ini harus dibuat 13 secara sederhana dan seringkas mungkin. Kepala KPHP mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan seakurat mungkin dan tepat waktu. Jika pengelola tidak melaporkan secara akurat dan tepat waktu, hal ini akan berdampak negatif kepada evaluasi kinerja mereka. Format laporan mengikuti format laporan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini dinas yang mengurusi kehutanan di kabupaten, provinsi atau kementerian kehutanan. Pada tingkat KPHP Budong-Budong alur pelaporan dimulai dari tingkat unit pengelolaan terkecil yaitu pada RPH yang disampaikan ke KPHP Budong-Budong dengan tembusan ke Dinas yang membidangi kehutanan pada kabupaten dan provinsi. Selanjutnya laporan itu dikaji dan ditelaah agar bisa ditindaklanjuti sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Melalui SOP ini diharapkan proses pembuatan dan telaah laporan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga dapat diketahui pelaporan yang penting/mendesak dan perlu ditangani dengan cepat, dengan demikian tidak terjadi penumpukan laporan. 14 VIII. PENUTUP Pengelolaan KPHP Budong-Budong pada prinsipnya merupakan perpaduan pengelolaan terhadap tiga komponen, yaitu : (1). Komponen Penataan Kelembagaan, (2). Komponen Penataan Ruang dan (3). Komponen Pengelolaan Tegakan dan atau tanaman. Komponen pengelolaan tegakan dan tanaman yang terdiri atas kegiatan manajemen hutan yang berdasarkan pada sistem silvikultur tertentu hanya dapat dilaksanakan jika komponen penataan ruang yang mencakup kegiatan pembagian blok, tata batas kawasan dan tata hutan telah dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena pengembangan terhadap sistem silvikultur secara operasional bervariasi menurut karakter geo-bio-fisik lokasi. Sedangkan komponen penataan kelembagaan termasuk di dalamnya struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta pengembangan sumberdaya manusia secara operasional akan dikembangkan mengikuti spesifikasi dan kondisi dari tingkat atau intensitas komponen pengelolaan tegakan. Penataan ruang pada wilayah KPHP Budong-Budong dimaksudkan untuk mencari kepastian hukum agar areal aman dari konflik jangka panjang, karena pengelolaannya dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Dengan adanya kepastian hukum yang berhubungan dengan tata batas fungsi kesatuan pengelolaan hutan di lapangan yang meliputi tata batas unit pengelolaan, blok dan petak yang keberadaannya memperoleh legalitas dan pengakuan oleh seluruh pemangku kepentingan dan pemanfaat kawasan hutan maka wilayah pengelolaan dapat terhindar dari konflik yang mungkin terjadi di masa datang, baik konflik pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan maupun masalah sosial lainnya. Pengelolaan tegakan dan tanaman dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari jawaban, pilihan jenis dan sistem silvikultur yang tepat dan sesuai terhadap kemampuan dan kesesuaian lahan pada setiap unit pengelolaan terkecil, blok dan bagian hutan. Pada sebagian wilayah KPHP, khususnya pada blok inti, pengelolaan tegakan diarahkan sebagai pengatur tata-air. Pada blok pemanfaatan dan pemberdayaan diarahkan untuk menghasilkan produksi kayu yang optimal tanpa 15 memberikan kerusakan lingkungan yang berarti, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan wisata. Pengelolaan Kelembagaan berfungsi sebagai pengarah, penggerak, dan pengendalian dalam mengintegrasikan komponen penataan ruang dan komponen pengelolaan tegakan dan tanaman agar tujuan pengelolaan hutan lestari dan masyarakat sejahtera dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Diharapkan ketiga komponen tersebut dapat berjalan secara simultan dan terintegrasi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkeadilan dan berkelanjutan tanpa harus menunggu kegiatan satu komponen selesai dengan sempurna. Dengan demikian tujuan rencana pengelolaan jangka panjang KPHP Budong-Budong seperti yang telah dirumuskan dapat tercapai. 16