RP KPHP Budong

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Budong-Budong ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no. 996/Menhut-II/2013 dengan
luas 128.096 ha. Sebagian besar (95,73%) wilayah KPHP Budong-Budong
merupakan kawasan hutan produksi, yang terdiri atas Hutan Produksi Terbatas
(HPT) seluas 86.172 ha (67,27%) dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 36.461 ha
(28,46%). Sisanya, seluas 5.463 ha (4,27%), merupakan Hutan Lindung (HL).
KPHP Budong-Budong mempunyai fungsi pokok sebagai penghasil hasil hutan kayu
dengan fungsi tambahan sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, antara
lain untuk mengatur tata air, mencegah banjir, dan mengendalilan erosi.
Pembentukan KPHP Budong-Budong merupakan serangkaian proses perencanaan
dan penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok dan
peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPHP BudongBudong merupakan bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional,
provinsi dan kabupaten, yang pembentukannya ditujukan untuk menyediakan
wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari.
Wilayah KPHP Budong-Budong terletak di wilayah administrasi Kabupaten Mamuju
dan Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat, yang berada pada tujuh
kecamatan, yaitu Kec. Tommo, Kalumpang, Budong-Budong, Pangale, Topoyo,
Karossa dan Kec. Tobadak. Secara geografis KPHP Budong-Budong terletak antara
119°12’40” - 119° 45’07,04” Bujur Timur (BT) dan 1°54’30” – 2°23’22” Lintang
Selatan (LS). Iklim pada wilayah KPHP Budong-budong ditandai dengan jumlah
curah hujan tahunan yang tinggi dan distribusi curah hujan bulanan yang hampir
merata sepanjang tahun.
Salah
satu
kegiatan
penting
dan
strategis
dalam
penyelenggaraan
pengelolaan hutan adalah penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP)
yang akan menjadi acuan pengelolaan KPH dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
6
Penyusunan RPJP KPHP Budong-Budong berazaskan keterbukaan dan pelibatan para
pihak dengan menggunakan prinsip-prinsip bertanggung gugat, transparan,
partisipatif, terpadu, aspiratif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Suatu pengelolaan
yang baik harus didasarkan pada suatu perencanaan yang baik pula. Pengelolaan
KPHP Budong-Budong perlu mengacu pada RPJP agar fungsi Perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar. Untuk itu, RPJP ini disusun sebagai dasar bagi pengelolaan KPHP
Budong-Budong agar kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat dapat
tercapai berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, ekologi dan sosial.
B. Tujuan
Penyusunan RPJP KPHP Budong-Budong bertujuan untuk:
1. Membuat
rencana
acuan/pedoman
strategis
dalam
pengelolaan
penyusunan
KPHP
rencana
Budong-Budong
jangka
pendek
sebagai
sehingga
operasionalisasi pengelolaan hutan di lapangan dapat dilakukan secara rasional
dan terukur sesuai dengan kondisi sumber daya hutan yang dihadapi.
2. Mengoptimalkan manfaat dan fungsi Kawasan Hutan Produksi, Hutan Produksi
Terbatas dan Hutan Lindung.
3. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pengelolaan Hutan Lestari.
C. Sasaran
Sasaran
Penyusunan
RPJP
KPHP
Budong-Budong
adalah
terselenggaranya
pengelolaan KPHP budong-Budong yang efektif dan efisien berdasarkan prinsipprinsip ekologi, sosial dan ekonomi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup RPJP KPHP Budong-Budong adalah pokok-pokok rencana strategis
pengelolaan kawasan hutan secara lestari dengan jangka waktu 10 tahun yang
disusun dengan mempertimbangkan optimalisasi manfaat ekologi, sosial dan
ekonomi.
7
E. Batasan Pengertian
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan;
rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam.
4. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
5. Penggunaan kawasan hutan adalah suatu kegiatan penggunaan kawasan hutan
untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan tanpa mengubah
status dan fungsi pokok kawasan hutan tersebut.
6. Kesatuan
Pengelolaan
Hutan
selanjutnya
disebut
KPH
adalah
wilayah
pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari.
7. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri atas kawasan Hutan
Produksi.
8. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHP
yang
merupakan bagian dari wilayah KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHP
dan bertanggung jawab Kepada Kepala KPHP.
9. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut organisasi
KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian
besar terdiri atas kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
10. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan
8
potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.
11. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan
yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan
pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan
memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi
lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk
memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.
12. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah Rencana pengelolaan hutan
pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka
benah pembangunan KPHL dan KPHP.
13. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana Pengelolaan Hutan
berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak
dan/atau blok.
14. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan,
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas
dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
15. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya.
16. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.
17. Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam wilayah
kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak.
9
18. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara
lengkap.
19. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
20. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang
sama.
21. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.
10
II. DESKRIPSI KAWASAN
A. Risalah Wilayah KPHP Budong-Budong
1. Letak dan Luas
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Budong-Budong
terletak di wilayah administrasi Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamuju Tengah
Provinsi Sulawesi Barat, yang berada pada tujuh kecamatan, yaitu Kec. Tommo,
Kalumpang, Budong-Budong, Pangale, Topoyo, Karossa dan Kec. Tobadak. Secara
geografis KPHP Budong-Budong terletak pada 119°12’40” - 119° 45’07,04” Bujur
Timur (BT) dan 1°54’30” – 2°23’22” Lintang Selatan (LS).
Berdasarkan luas wilayah administrasi, tiga kecamatan dengan luas terbesar
berturut-berturut adalah Kec. Kalumpang, Kec. Karossa dan Kec. Topoyo.
Kecamatan, sedang wilayah administrasi dengan luas terkecil adalah Kec. Pangale.
Luas KPHP Budong-Budong berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no.
996/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013 adalah 128.096 ha, yang terdiri
atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 86.172 ha, Hutan Produksi Tetap (HP)
seluas 36.461 ha dan Hutan Lindung (HL) seluas 5.463 ha. Berdasarkan hasil
verifikasi lapangan dan digitasi peta tata batas kawasan hutan, luas KPHP BudongBudong sebesar 127.834,79 ha, yang terdiri atas HPT seluas 85.906,23 ha, HP
seluas 36.502,81 ha dan HL seluas 5.425,75 ha. Wilayah KPHP tersebut hanya
sekitar 23,95% dari seluruh wilayah kecamatan yang ada di KPHP Budong-Budong.
Tiga kecamatan dengan wilayah KPHP terbesar berturut-turut adalah Kec. Topoyo,
Kec. Tommo dan kec. Tobadak. Luas wilayah administrasi kecamatan dan kawasan
hutan KPHP untuk setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1. dan Tabel 2.
11
Tabel 1. Luas Wilayah Administrasi dan KPHP Budong- Budong Menurut Kecamatan
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
Tommo
Kalumpang
Budong-Budong
Pangale
Topoyo
Karossa
Tobadak
Total
Luas KPHP**
Luas
Kecamatan
(ha)*
82735.00
173199.00
22239.00
1117.00
86989.00
113830.00
53629.00
533738.00
ha
46848.65
1125.43
0.12
410.55
47788.63
12352.34
19309.06
127834.79
%
36.65
0.88
0.00
0.32
37.38
9.66
15.10
100.00
% luas
KPHP per
luas
Kecamatan
56.62
0.65
0.00
36.75
54.94
10.85
36.00
* Sumber BPS Mamuju 2013
** Luas berdasarkan hasil digitasi dan deliniasi
Tabel 2. Luas kawasan hutan menurut kecamatan pada KPHP Budong-Budong
No.
1
2
3
4
5
6
7
KECAMATAN
Budong-budong
Kalumpang
Karossa
Pangale
Tobadak
Tommo
Topoyo
TOTAL
HP
0.12
0.00
2717.15
410.55
15959.27
6437.98
10977.74
36502.81
LUAS WILAYAH KPHP (ha)
HPT
HL
TOTAL
0.00
0.00
0.12
435.68
689.75
1125.43
9129.92
505.28
12352.34
0.00
0.00
410.55
2855.43
494.37
19309.07
36674.32
3736.35
46848.65
36810.89
0.00
47788.63
85906.23
5425.75
127834.79
KPHP Budong-Budong secara geografi terletak di bagian barat pulau Sulawesi
di mana bagian pantai yang berbatasan dengan Selat Makassar merupakan daerah
yang datar sampai bergelombang. Ke arah timur yang berbatasan dengan Provinsi
Sulawesi Selatan semakin banyak wilayahnya didominasi lahan-lahan dengan
topografi berbukit dan bergunung.
Daerah dataran rendah dapat dibedakan sebagai dataran rawa, oxbow dan
levee (tanggul sungai). Setempat-setempat terdapat perbukitan yang dibedakan ke
dalam fisiografi bukit terpisah dengan perbedaan ketinggian kurang dari 50 meter
dengan lereng agak curam dan fisiografi bukit memanjang dengan perbedaan tinggi
12
kurang dari 75 meter dengan lereng sangat curam. Kondisi topografi lokasi KPHP
Budong-Budong secara umum disajikan pada Tabel 3.
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa sebagian besar kawasan KPHP memiliki
kondisi topografi curam dan sangat curam, yaitu sebesar 91,5% dari seluruh wilayah
KPHP, sedang selebihnya mempunyai topografi datar sampai agak curam. Hal ini
mengindikasikan bahwa KPHP Budong-budong didominasi oleh lahan-lahan dengan
topografi yang bergelombang dan berbukit.
Tabel 3. Luas wilayah KPHP Budong-Budong berdasarkan kelas lereng
No.
Topografi
Lereng (%)
Luas (ha)
%
1.
Datar
0-8
8387.00
6.56
2.
Landai
8-15
1820.84
1.42
3.
Agak Curam
15-25
666.73
0.52
4.
Curam
25-45
97368.61
76.17
5.
Sangat Curam
>45
19591.61
15.33
127834.79
100.00
Total
2. Geologi dan tanah
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ujung Pandang skala 1:1.000.000
(Rab.Sukamto,1975), wilayah KPHP dan sekitarnya merupakan bagian dari formasi
kwarter atas dan formasi tersier (Miosen akhir). Formasi kwarter atas tersusun dari
bahan alluvium dan endapan pantai yang terdiri atas liat, pasir, kerikil dan
setempat-setempat terumbu karang. Formasi tersier tersusun dari bahan induk
batuan sedimen laut yang terdiri atas batu liat, serpih, napal, batu gamping, batu
pasir, dan konglomerat yang diselingi dengan tufa, breksi tufa, batu apung, dan
breksi tufa, batu apung, dan breksi gunung api .
Bahan induk tanah di daerah ini dapat dibedakan atas endapan bahan
organik, endapan sungai bersusun liat, debu dan pasir, dan batuan sedimen masam
dan batuan sedimen laut hampir matang (hemik), sebagian kecil yang sudah
13
matang (saprik). Endapan sungai subresen bersusun liat, debu dan pasir terdapat
pada fisiografi tanggul sungai (levee) dan teras sungai membentuk tanah-tanah
yang
telah
mengalami
perkembangan
pada
tingkat
awal
dan
sebagian
memperlihatkan ciri hidromorfik pada tanah yang sering tergenang.
Batuan sedimen bersifat masam terdapat di daerah-daerah bukit-bukit
terpisah membentuk tanah-tanah yang telah berkembang lanjut. Batuan sedimen
laut terdapat pada daerah bukit memanjang, membentuk tanah-tanah yang telah
berkembang lanjut.
Gabungan dari faktor-faktor bahan induk, bentuk wilayah, dan curah hujan
sangat mempengaruhi proses pembentukan tanah di daerah ini. Curah hujan yang
tinggi mengakibatkan proses illuviasi dan gleisasi pada tanah-tanah mineral di
daerah cekungan serta humifikasi pada tanah gambut tampak dominan. Pola
penyebaran bentuk wilayah dan fisiografi daerah inii sangat memengaruhi
penyebaran tanah-tanah yang terbentuk. Pada fisiografi dataran rawa dengan
bentuk wilayah datar sampai agak datar proses pelapukan bahan organik sampai
tingkat hemik membentuk tanah-tanah organosol. Luapan Sungai Budong-budong di
musim hujan membawa bahan-bahan baru yang secara periodik diendapkan
(membentuk lapisan-lapisan bahan mineral di dalam penampang yang didominasi
oleh bahan organik).
Pengaruh genangan pada tanah-tanah mineral menunjukkan gejala gleisasi
sehingga terbentuk tanah-tanah yang bersifat hidromorfik. Pada daerah yang
dipengaruhi genangan musiman membentuk tanah-tanah yang belum matang
(unripe).
Endapan sungai subresen, pada fisiografi tunggul sungai dengan bentuk
wilayah
datar
membentuk
tanah-tanah
yang
telah
menunjukkan
adanya
perkembangan tanah pada tingkat awal yang dicirikan oleh adanya peningkatan liat
tidak nyata dari horizon B yaitu tanah Kambisol.
Bentuk sedimen masam dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan
terjadnya pencucian yang intensif dan membentuk tanah-tanah yang telah
berkembang lanjut yaitu tanah Podsolik, sedangkan pada batuan sedimen laut
14
membentuk tanah Mediteran. Curah hujan yang tinggi dan lereng yang curam
mengakibatkan intensifnya erosi sehingga tanah-tanah yang terbentuk bersolum
agak dangkal.
Tanah-tanah di wilayah KPHP Budong-budong dan sekitarnya dapat
digolongkan menjadi lima jenis tanah yang menurunkan tujuh macam tanah. Tabel
4. menyajikan jenis dan macam tanah yang terdapat di daerah survei serta
padanannya menurut Taksonomi Tanah.
Tabel 4. Jenis dan Macam Tanah daerah KPHP Budong-Budong serta padanannya
No
1
Jenis Tanah
Organosol
2
Gleisol
3
Kambisol
Macam Tanah
Taksonomi tanah (Sub Group)
Organosol hemik
Fluvaquentic Tropohemists
Gleisol hidrik
Thapto Histio Hydraquents
Gleisol Eutrik
Typic Tropoquents
Kambisol Gleiik
Aquic Eutropepts
Kambisol Eutrik
Typic dan Fluventic Eutropepts
4
Podsolik
Podsolik Kandik
Orthoxic Tropudults
5
Mediteran
Mediteran Haplik
Typic Tropudalfts
Organosol adalah tanah yang berkembang dari bahan organik yang telah
melapuk sampai tingkat hemik. Ketebalan gambut bervariasi pada daerah relatif
dekat dengan Sungai Budong-budong berkisar antara 70 – 110 cm, sedangkan
daerah yang lebih jauh mencapai lebih dari 2 meter. Tanah tergenang permanen
dan drainase sangat terhambat. Secara periodik mendapat timbunan bahan tanah
mineral dari Sungai Budong-budong sehingga tanah relatif masih baik untuk usaha
pertanian.
Gleisol merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk endapan liat
bercampur bahan organik. Pada fisiografi cekungan, proses pembentukan tanah
mengalami hambatan oleh genangan. sehingga tanah yang terbentuk belum matang
dan berwarna glei. Tanah ini cukup dalam namun drainase sangat buruk.
15
Tanah Kambisol terbentuk dari bahan induk endapan liat dan pasir. Drainase
agak lambat. Struktur lemah sampai cukup, bentuk kubus membulat sampai remah
halus sampai sedang. Konsistensi gembur. Tanah agak asam ( pH 4,8 – 5,6), Corganik rendah, nitrogen rendah, F2O5 tersedia rendah sampai sangat tinggi,
kejenuhan aluminium sangat rendah, KTK rendah, kejenuhan basa (KB) umumnya
tinggi. Tanah lapisan bawah berwarna coklat kekuningan sampai coklat terang
kekuningan Macam tanah yang terbentuk diklasifikasikan ke dalam Kambisol Gleiik
(Aquic Eutrpepts) dan Kambisol Eutrik (Fleventic Eutropepts dan Typic Eutropepts).
Tanah Podsolik banyak ditemukan pada kawasan hutan dengan wilayah
berbukit sampai bergunung. Tanah ini berkembang dari batuan sedimen bersifat
masam dengan drainase baik. Tanah telah mengalami perkembangan lanjut dengan
susunan horizon A-Bt-C dicirikan oleh adanya peningkatan liat yang nyata pada
horizon B sebagai horizon argilik. Solum tanah agak dalam sampai dalam.
Tanah Mediteran berkembang dari bahan induk batuan sedimen laut. Tanah
telah berkembang lanjut yang dicirikan oleh peningkatan liat nyata di Horison B
dengan susunan horizon A-Bt-C. Solum tanah dangkal sampai dalam, drainase baik.
3. Iklim
Iklim pada wilayah KPHP Budong-budong ditandai dengan jumlah curah
hujan tahunan yang tinggi dan distribusi curah hujan bulanan yang hampir merata
sepanjang tahun. Keberadaan vegetasi alami berupa hutan hujan tropis basah yang
ada di wilayah ini mencerminkan pola curah hujan seperti ini.
Berdasarkan Zona Agroclimat dari Oldeman dan Syarifuddin (1977) wilayah
ini termasuk dalam Zona Agroklimat B1. Zona ini dicirikan oleh jumlah bulan basah
berturut-turut dengan curah hujan lebih dari 200 mm sebanyak 7 sampai 9 bulan,
dan jumlah bulan kering berturut-turut dengan curah hujan kurang dari 100 mm
kurang dari 2 bulan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang penyebaran curah
hujan maka pada Gambar 1 disajikan grafik penyebaran hujan bulanan dari Stasiun
Tommo dan Stasiun Tobadak. Dapat dilihat pada Gambar tersebut bahwa curah
hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember demikian juga pada bulan Juli
16
sampai Agustus curah hujan berada di atas 200 mm. Curah hujan bulanan yang
terendah pada bulan Mei. Namun sesuai dengan hasil pencatatan pada kedua
stasiun curah hujan bulanan tetap berada pada angka sekitar 100 mm.

Gambar 1. Distribusi curah hujan bulanan yang tercatat pada Stasiun Tommo
dan Stasiun Tobadak.
4. Aksesibilitas Kawasan
Sarana transportasi di wilayah Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah terdiri
atas mobil angkutan penumpang dan mobil angkutan barang yang berfungsi untuk
melayani mobilitas penduduk di dalam kabupaten. Angkutan umum terdiri atas
kendaraan roda empat dan roda dua. Kendaraan roda empat melayani mobilitas
antar ibukota kecamatan dan antar desa, sedangkan angkutan roda dua melayani
mobilitas dalam satu desa/dusun.
5. Batas-Batas
Batas-batas wilayah KPHP Budong-Budong adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamuju

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tommo
17
6. Pembagian Blok
Pembagian blok dilakukan dengan memperhatikan karakteristik geo-biofisik
lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam, dan
keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan. Selain itu pembagian blok juga
mempertimbangkan peta arahan
pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
(RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat
Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHP. Berdasarkan
hal-hal tersebut, wilayah KPHP Budong-Budong dibagi menjadi :
a. Pada kawasan Hutan Produksi :
1) Blok Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (HHK-HA) : kawasan
yang mempunyai potensi kayu cukup tinggi dan sudah ada ijin Usaha
Pemanfaatan HHK-HA. Direncanakan untuk pengusahaan hutan skala besar.
2) Blok Pemanfaatan HHK-HT : Kawasan yang telah ada ijin pemanfaatan HHKHT dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk
pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan
dari
proses
tata
hutan.
Diarahkan
sebagai
Kawasan
hutan
untuk
pengusahaan hutan Skala Besar.
3) Blok Pemanfaatan – HP : Kawasan yang direncanakan akan dikelola sendiri
oleh KPH sebagai areal wilayah tertentu.
b. Pada kawasan Hutan Produksi Terbatas:
1) Blok Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (HHK-HA) : kawasan
yang mempunyai potensi kayu cukup tinggi dan sudah ada ijin Usaha
Pemanfaatan HHK-HA. Direncanakan untuk pengusahaan hutan skala besar.
2) Blok Pemanfaatan HHK-HT : Kawasan yang telah ada ijin pemanfaatan HHKHT dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk
pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan
dari
proses
tata
hutan.
Diarahkan
sebagai
Kawasan
hutan
untuk
pengusahaan hutan Skala Besar.
18
3) Blok Pemberdayaan masyarakat : Kawasan yang bersentuhan langsung
dengan aktivitas masyarakat dengan potensi rendah/tidak berhutan atau
sudah ada ijin HKM, HTR atau Hutan Desa. Diarahkan untuk kawasan
rehabilitasi atau pengusahaan hutan skala besar atau kecil.
4) Blok Pemanfaatan – HPT : Kawasan yang direncanakan akan dikelola sendiri
oleh KPH sebagai areal wilayah tertentu.
c. Pada kawasan Hutan Lindung :
1) Blok inti : Kawasan hutan lindung yang merupakan hutan alam yang
direncanakan sebagai kawasan rehabilitasi dengan potensi jasa lingkungan,
wisata alam dan potensi hasil hutan non kayu yang relatif kecil sehingga
secara ekonomis sulit untuk dimanfaatkan. Khusus diperuntukkan bagi
perlindungan tata air.
2) Blok Pemanfaatan HHBK : Kawasan yang difungsikan sebagai areal yang
direncanakan untuk pemanfaatan terbatas (HHBK) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan
yang berfungsi HL. Diarahkan untuk kawasan rehabilitasi dan sebagian akan
dikelola sendiri oleh KPH sebagai areal wilayah tertentu.
Berdasarkan pembagian blok, sebagian besar kawasan KPHP Budong-Budong
diperuntukkan sebagai penghasil hasil hutan kayu, yaitu seluas 84536,62 ha atau
sekitar 66,13% dari luas KPHP, yang terdiri atas pemanfaatan HHK-HA seluas
59510,92 ha atau sekitar 46,55% dan pemanfaatan HHK-HT seluas 25025,70 ha
atau sekitar 19,58%. Selain itu, terdapat wilayah tertentu yang dikelola sendiri oleh
KPHP (21,59%), Blok Pemberdayaan (8,70%), dan Blok Pemanfaatan HHBK dan
jasa lingkungan (0,40%) yang peruntukkannya dapat berupa pengusahaan hutan
skala besar atau kecil maupun kegiatan masyarakat lainnya yang diharapkan
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitar
hutan. Kawasan yang peruntukkannya sebagai pengatur dan perlindungan tata air
dan tidak direncanakan untuk pemanfaatan yang lainnya, yaitu Blok inti dan areal di
sempadan pantai dan sungai serta sekitar mata air. Persentase luas dari setiap blok
19
pengelolaan KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Gambar 2., sedang luas setiap
blok pengelolaan pada KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 2. Persentase luas blok pengelolaan di KPHP Budong-Budong
Tabel 5. Luas setiap blok pengelolaan pada KPHP Budong-Budong
No.
BLOK
1
Inti
2
LUAS (ha)
HPT
HL
HP
TOTAL
-
-
4.070,60
4.070,60
Pemanfaatan HHK-HA
17.110,63
42.400.29
-
59.510,92
3
Pemanfaatan HHK-HT
9.683,55
15.342,15
-
25.025,70
4
Pemanfaatan - HP
7.868,27
-
-
7.868,27
5
Pemanfaatan - HPT
-
18.883,63
-
18.883,63
6
Pemanfaatan HHBK
-
-
1.355,14
1.355,14
7
Pemberdayaan
1.840,36
9.280,16
TOTAL
36.502,81
85.906,23
11.120,52
5.425,75
127.834,79
Wilayah kecamatan paling luas yang berada pada wilayah KPHP BudongBudong adalah Kecamatan Topoyo dan Kecamatan Tommo, yang luasnya
mencapai sekitar 74% dari luas KPHP. Luas masing-masing blok per kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 6.
20
Tabel 6. Luas setiap blok KPHP Budong-Budong per kecamatan
LUAS (ha)
Blok
NO.
KECAMATAN
PEMANFAATAN
INTI
HHK-HA
1
HHK-HT
HHBK
PEMBERD
AYAAN
WILAYAH
TERTENTU
TOTAL
2
BudongBudong
Kalumpang
360.13
0.00
402.82
0.00
32.86
329.62
1125.43
3
Karossa
0.00
4584.44
2717.15
505.28
1012.42
3533.05
12352.34
4
Pangale
0.00
0.00
410.55
0.00
0.00
0.00
410.55
5
Tobadak
0.00
12678.50
0.00
0.00
318.22
6312.34
19309.06
6
Tommo
3710.47
14868.25
17227,80
0.00
6756,72
4285.40
46848.65
7
Topoyo
TOTAL
0.00
27379.72
4267.28
0.00
3000.28
13141.35
47788.63
4070.60
59510.92
25025,70
505.28
11120,50
27601.76
127834.79
0.00
0.00
0.12
0.00
0.00
0.00
0.12
Tabel 6. menunjukkan bahwa Kec. Budong-Budong dan Pangale hanya
sebagian kecil saja wilayahnya yang berada di wilayah KPHP, yaitu berada pada Blok
pemanfaatan HHK-HT,masing-masing seluas 0,12 ha dan 410,55 ha. Blok Inti hanya
terdapat di Kec. Kalumpang dan Tommo, masing-masing seluas 360,13 ha dan
3710,47 ha, sedang Blok pemanfaatan HHBK hanya terdapat di Kec. Karossa dengan
luas 505,28 ha. Sebagian besar Blok pemanfaatan HHK berada di Kec. Tommo dan
Topoyo.
B. Potensi wilayah KPHP
1. Penutupan Vegetasi
Penutupan
vegetasi
berhubungan
erat
dengan
penggunaan
lahan.
Berdasarkan hasil interpretasi citra, tata guna lahan di KPHP Budong-Budong
sebagian besar masih berupa hutan dengan luas 103023,14 ha atau sekitar 80,57%
dari seluruh luas KPHP. Hutan sekunder mendominasi penutupan lahan dengan luas
64256,16 ha atau sekitar 50,25%, yang diikuti oleh hutan primer seluas 38335,22
ha atau sekitar 29,98%. Hal ini mengindikasikan bahwa hutan alam telah mengalami
banyak ganggguan pada masa lalu. Selain itu juga terdapat hutan mangrove dan
21
hutan tanaman meskipun luasnya sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan hutan tanaman pada wilayah KPHP masih belum banyak dilakukan.
Dalam bidang pertanian, masyarakat masih banyak membuka pertanian lahan
kering dibandingkan dengan sawah dan tambak. Sekitar 9,54% dari wilayah KPHP
merupakan pertanian lahan kering, 7,33% semak belukar dan sisanya berupa alangalang, savana, sawah, tambak dan lahan terbuka. Luas penutupan lahan
selengkapnya pada KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penutupan lahan pada KPHP Budong-Budong
No
Penutupan Lahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Alang-alang
Hutan Mangrove Sekunder
Hutan primer
Hutan sekunder
Hutan tanaman
Lahan Terbuka
Pertanian lahan kering
Pertanian lahan kering Campuran
Sawah
Tambak
Tubuh Air
savana
semak belukar
Total
Luas
ha
165.26
343.10
38335.22
64256.16
88.66
118.88
4163.00
8036.28
72.75
2785.39
3.22
132.31
9374.49
127874.73
%
0.13
0.27
29.98
50.25
0.07
0.09
3.26
6.28
0.06
2.18
0.00
0.10
7.33
100.00
Berdasarkan lokasinya, sebagian besar hutan primer dan hutan sekunder
berada di Kec. Tommo dan Topoyo dengan jumlah total sekitar 73,51% dari seluruh
wilayah yang berhutan. Hutan primer lebih banyak ditemukan di Kec. Tommo,
sebaliknya hutan sekunder lebih banyak ditemukan di kec. Topoyo. Hal ini
menunjukkan bahwa hutan yang ada di kec. Tommo relatif lebih baik kondisinya
dibandingkan dengan yang ada di kec. Topoyo. Hutan tanaman terdapat di tiga
kecamatan yaitu Kec. Topoyo, Tobadak dan Tommo. Hutan mangrove terdapat di
Kec. Karossa seluas 149,87 ha dan Kec. Topoyo seluas 193,23 ha. Kecilnya wilayah
22
mangrove di wilayah pesisir Kab. Mamuju dan Mamuju Tengah merupakan indikasi
besarnya konversi wilayah tersebut untuk kepentingan lain pada masa lalu.
Mengingat pentingnya peranan kawasan mangrove sebagai kawasan penyangga
(buffer zone) kehidupan di wilayah pesisir maka luasan kawasan mangrove perlu
diperbesar melalui kegiatan reboisasi dan rehabilitasi yang melibatkan pemangku
kepentingan dan masyarakat secara luas. Sebaran luas penutupan hutan menurut
kecamatan di KPHP Budong-Budong disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas penutupan hutan per kecamatan di KPHP Budong-Budong
No. Kecamatan
1.
2.
3.
4.
5.
Primer
ha
Kalumpang
320.23
Karossa
3948.00
Tobadak
7355.33
Tommo
17233.62
Topoyo
9478.03
38335.22
Total
sekunder
ha
805.90
4587.78
10119.95
22367.40
26375.14
64256.16
Luas Hutan
Tanaman Mangrove
Total
ha
ha
ha
%
0.00
0.00
1126.13
1.09
0.00
149.87
8685.65
8.43
4.40
0.00
17479.68
16.97
64.78
0.00
39665.81
38.50
19.47
193.23 36065.87
35.01
88.66
343.10 103023.14
100.00
2. Potensi kayu/non kayu
Berdasarkan hasil inventarisasi pada 12 lokasi (plot) di wilayah KPHP BudongBudong yang masih berhutan ditemukan 73 jenis pohon dengan rata-rata jumlah
pohon sebanyak 125 pohon/ha. Secara umum potensi hutan di wilayah KPHP bagian
utara relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bagian selatan. Keadaan permudaan
relatif masih cukup bagus. Distribusi jumlah batang per ha dari tingkat semai sampai
dengan pohon dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. menunjukkan bahwa kondisi hutan di KPHP Budong-Budong masih
cukup baik dengan jumlah semai yang sangat melimpah meskipun banyak semai
yang tidak mampu untuk bertahan hidup. Hanya sekitar 28% dari semai yang
mampu bertahan hidup menjadi pancang, sedang pancang yang mampu bertahan
hidup menjadi tiang dan pohon rata-rata sekitar 12%.
23
Gambar 3. Distribusi jumlah batang permudaan dan pohon
Volume rata-rata untuk seluruh jenis pohon (diameter ≥ 20 cm) sebesar
205.2 m3/ha dengan jumlah batang sebesar 125 batang/ha. Jenis pohon dengan
volume rata-rata lebih besar dari 10 m3/ha adalah palado (17,16 m3/ha), palapi
(15,05 m3/ha) dan uru (14,42 m3/ha). Terdapat 10 jenis pohon yang mempunyai
potensi volume kayu lebih besar dari 5 m3/ha. Potensi pohon yang mempunyai
diameter lebih besar dari 50 cm sebanyak 24 batang/ha dengan volume sebesar
68,19 m3/ha. Daftar 10 jenis pohon dengan volume rata-rata per ha tertinggi
disajikan pada Tabel 9.
Selain potensi kayu, KPHP Budong-Budong juga mempunyai potensi Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang cukup melimpah. Potensi HHBK yang dominan,
adalah rotan, damar dan madu. Meskipun potensinya cukup besar tetapi masih
belum banyak dimanfaatkan karena adanya keterbatasan akses menuju ke dalam
hutan yang disebabkan oleh kondisi medan yang berat (sangat curam).
24
Tabel 9. Daftar 10 jenis pohon dengan volume rata-rata per ha tertinggi
Volume
No.
Jenis Pohon
20 UP
(m3)/ha)
50 UP
(m3)/ha)
1.
Palado
17.16
4.73
2.
Palapi
15.05
3.87
3.
Uru
14.42
7.87
4.
Simponi
8.32
4.86
5.
Nyatoh
8.16
2.18
6.
Meranti
7.72
3.23
7.
Kanduruan
7.71
2.47
8.
Lebani
6.87
3.88
9.
Tippulu
5.53
2.05
10.
Sama-sama
5.32
2.14
96.26
37.27
Jumlah
3. Flora dan fauna
Flora yang tumbuh di wilayah KPHP Budong-Budong mempunyai komposisi
dan keragaman yang cukup besar. Beberapa dari tumbuhan tersebut merupakan
tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat yang tinggal di dalam wilayah KPHP,
seperti sawit, kakao, durian, langsat, mangga, nangka, pisang, jati dll. Vegetasi asli
dari kawasan ini merupakan anggota formasi hutan hujan tropis dataran rendah
Sulawesi dengan komposisi yang khas wilayah Mamuju dan sekitarnya. Flora
endemik yang ditemukan antara lain adalah eboni (Diospyros celebica), kayu kuku
(Manilkara kauki) Palapi (Heritiera sp.), dan uru (Elmerillia celebica). Jumlah jenis
yang tercatat di lapangan sekitar 73 jenis. Selanjutnya, hasil analisis dominansi
menunjukkan bahwa jenis-jenis yang dominan adalah palapi (Heritiera, sp), palado
(Myristica sp.), uru (Emerilia ovalis), kanduruan (Lauraceae), sama-sama dan nyatoh
(Palaquium sp.).
25
Formasi mangrove di sekitar muara-muara sungai menunjukkan adanya
vegetasi yang cukup kaya dengan jenis-jenis utama Avicennia alba, Sonneratia
caseolaris, Rhizophora mucronata, R.Apiculata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus
moluccensis, Bruguiera gymnorrhiza, dan Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, dan
Nypa fruiticana. Pada bagian pantai yang berpasir ditumbuhi oleh Clerodendrum
inerima, Colubrina asiatica, Hibiscus tiliaceus, Terminalia catappa, beserta
tumbuhan bawah yang khas seperti Ipomea pescaprae, Ischaemum muticum, dan
Spinifex littorea.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat terdapat beberapa
jenis burung pada wilayah KPHP Budong-Budong, seperti merpati hitam Sulawesi,
tekukur, walik Kembang, serindit, bubut alang-alang, gagak, elang, dll. Selain itu
terdapat beberapa jenis satwa lain, seperti ular sawah, babi hutan, ayam hutan, dll.
Jenis-jenis satwa yang dilaporkan keberadaannya namun sudah jarang dijumpai
adalah Anoa (Bubalus quarlesi), rusa (Cervus timorensis), kera (Macaca nigra).
Jenis-jenis burung adalah burung rangkong (Rhyticeros cassidix), burung hantu
(Glaicidum cuculoides). Hewan-hewan dan burung lainnya adalah sama dengan
jenis lainnya yang umum dijumpai di Sulawesi. Daerah pantai merupakan juga
habitat burung maleo (Macrocephalon maleo) yang merupakan species burung
endemik yang dilindungi. Hilangnya habitat berupa hutan dari satwa-satwa tersebut
mengakibatkan populasinya menurun. Hutan dengan pohon-pohon endemiknya
merupakan hunian, sumber pakan, dan lokasi tempat breeding (perkembang biakan)
fauna ini.
4.
Potensi jasa lingkungan dan wisata alam
Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah merupakan daerah yang sangat
kaya akan potensi pariwisata dengan jenis yang beraneka ragam dan tersebar
diseluruh pelosok wilayah. Kawasan pariwisata tersebar di semua kecamatan di
daerah ini yang memiliki daya tarik dengan pemandangan alam, air terjun dan
sungai.
26
C. Sosial Budaya
1. Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju tahun
2013, jumlah penduduk yang ada di tujuh kecamatan dalam wilayah KPHP BudongBudong pada tahun 2012 sebanyak 144128 jiwa, dengan kepadatan penduduk ratarata sebesar 24 jiwa/km2. Kecamatan Topoyo dan Tobadak mempunyai jumlah
penduduk terbanyak tetapi kepadatan penduduknya masih rendah. Konsentrasi
jumlah penduduk yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Budong-Budong dan
Pangale, masing-masing dengankepadatan penduduk sebesar 109 jiwa/km2 dan 107
jiwa/km2. Polewali dengan jumlah penduduknya pada tahun 2010 sebesar 54.843
jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 2088 jiwa per km2, sedangkan kecamatan
dengan kepadatan penduduk terkecil adalah kecamatan Kalumpang dengan
kepadatan penduduk sebesar 7 jiwa/km2. Dilihat dari rasio jender, seluruh
kecamatan mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan, dengan rasio berkisar antara 102,2 pada Kecamatan Pangale sampai
dengan 112,5 pada Kecamatan Tommo. Jumlah penduduk per kecamatan pada
tahun 2012 di wilayah KPHP Budong-Budong dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penduduk per kecamatan di wilayah KPHP Budong-Budong pada tahun
2012
Penduduk
No.
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah
Sumber
Kecamatan
Tommo
Kalumpang
Budong Budong
Pangale
Topoyo
Karossa
Tobadak
Laki-laki
(jiwa)
10989
5879
12427
6047
14231
11916
13313
74802
: BPS Kabupeten Mamuju 2013
Perempuan
(jiwa)
9764
5411
11820
5918
13306
11188
11919
69326
Jumlah
(jiwa)
20753
11290
24247
11965
27537
23104
25232
144128
Rasio
112.5
108.6
105.1
102.2
107.0
106.5
111.7
107.9
Kepadatan
(jiwa/km2)
25
7
109
107
32
20
47
24
27
Persentase jumlah penduduk yang berumur di atas 15 tahun disajikan pada
table 11. Komposisi persentase jumlah penduduk menunjukkan bahwa penyebaran
penduduk di atas 15 tahun terbesar terjadi pada umur 25-40 tahun, yaitu sebesar
42,96%. Penduduk yang berumur 15-25 tahun hanya sebesar 20,07%. Sisanya
adalah penduduk yang berumur di atas 40 tahun, yaitu sebesar 36,97%,
diantaranya sebesar 3,31% telah berumur di atas 60 tahun.
Tabel 11. Persentase penduduk yang berumur lebih dari 15 tahun
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
15 – 19
10,64
7,39
20 – 24
11,33
9,47
25 – 29
12,92
14,34
30 – 34
15,52
18,25
35 – 39
13,65
11,83
40 – 44
10,52
13,14
45 – 49
7,05
10,54
50 – 54
7,29
5,30
55 – 59
4,18
5,09
60 – 64
3,02
2,27
65+
3,87
2,37
Jumlah
100,00
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Mamuju 2013
Penduduk
asli
yang
mendiami
areal
wilayah
Jumlah
9,43
10,64
13,45
16,54
12,97
11,50
8,36
6,55
4,52
2,74
3,31
100,00
KPHP
Budong-Budong
merupakan etnis lokal Mamuju dan Mandar. Penduduk yang berasal dari luar antara
lain berasal dari suku Bugis, Makassar,Toraja, Jawa, Sunda, Bali, Lombok dan Timor.
Para pemukim yang berasal dari luar tersebut datang ke wilayah ini karena
merantau dan secara khusus mereka datang mengikuti program transmigrasi. Meski
masyarakatnya heterogen, interaksi sosial masyarakat berlangsung secara positif
antara penduduk lokal (budaya Lokal) dan pendatang (budaya Luar). Hal ini akan
menjadi sebuah proses akulturasi untuk mencapai berbagai proses pertukaran
informasi, teknologi, dll. Adat istiadat dan kegiatan keagamaan dalam sistem sosial
masyarakatnya yang sangat religi tetap berlangsung karena masyarakat taat
menjalankan ibadah dan memegang teguh warisan adat. Hal ini juga dapat terjadi
28
karena peranan tokoh agama, tokoh masyarakat adat dan pemerintah setempat
yang sangat aktif
dan intensif dalam berbagai kegiatan
pembinaan
dan
pemberdayaan masyarakat.
Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, yaitu sekitar 86,03 %.
Selebihnya beragama Kristen sebanyak 9,92 %, Katolik 1,27 %, Hindu 2,71 % dan
Budha sekitar 0,07 persen. Agama Islam mendominasi di seluruh kecamatan kecuali
Kecamatan Kalumpang.
3. Mata Pencaharian
Secara umum ketergatungan masyarakat di Kabupaten Mamuju dan Mamuju
Tengah pada bidang usaha pertanian masih tinggi, yaitu mencapai 63,97%, disusul
bidang usaha perdagangan (13,89%) dan jasa (11,22%). Persentase penduduk usia
15 tahun ke atas yang bekerja pada berbagai bidang usaha disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Persentase penduduk yang berumur lebih dari 15 tahun yang bekerja
pada berbagai bidang usaha
Bidang Usaha
Laki-laki
Pertanian
69,27
Manufaktur
2,46
Perdagangan
5,64
Jasa
8,87
Lainnya
13,76
Jumlah
100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Mamuju
No.
1
2
3
4
5
Perempuan
55,09
2,00
27,74
15,18
0,00
100,00
Jumlah
63,97
2,29
13,89
11,22
8,62
100,00
Tabel 12. menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki yang berusia di atas
15 tahun yang bekerja di bidang pertanian lebih banyak dibandingkan penduduk
perempuan. Sebaliknya, lebih banyak perempuan yang bekerja di bidang
perdagangan dan jasa dibandingkan laki-laki.
Pertanian adalah sumber utama mata pencaharian masyarakat yang
bermukim di wilayah KPHP Budong-Budong. Sebagian lainnya bekerja sebagai
peternak, pedagang atau tukang batu/kayu. Komoditi pertanian yang dikembangkan
29
terdiri dari kakao, kopi, padi, kacang, jagung dan jenis komoditi pertanian lainnya
yaitu tanam sawit. Kelapa sawit dan kakao merupakan komoditas menjanjikan
karena nilai ekonomis dan pasaran yang selalu tersedia. Selain itu masyarakat juga
memperoleh penghasilan dari hasil hutan non kayu berupa rotan, damar, kemiri,
aren dan madu. Sedangkan jenis ternak yang banyak diusahakan masyarakat
didominasi oleh ternak sapi, kambing, kerbau dan ayam.
Lahan persawahan sebagian besar merupakan sawah tadah hujan atau
menggunakan pengairan non teknis. Sebagian besar lahan masyarakat yang berada
di daerah pegunungan digunakan untuk areal kebun campuran dan ladang. Hal ini
disebabkan karena kondisi topografi yang relatif bergelombang sampai berbukit
sehingga sebagian besar areal lebih cocok untuk kegiatan berkebun. Pola budidaya
yang dikembangkan para petani pada kebun dan ladang yang mereka garap masih
bersifat tradisionil dan subsistens. Tehnik budidaya belum banyak berkembang,
umumnya masih mengandalkan dukungan alam dengan intensitas pengelolaan yang
rendah. Produk yang dihasilkan sebahagian besar adalah tanaman pangan dan
buah-buahan untuk dikomsumsi sendiri atau untuk dijual pada pasar lokal.
Untuk mendapatkan gambaran aspek-aspek sosial ekonomi dari penduduk
yang berada di sekitar dan di dalam kawasan hutan, maka dilakukan survei
lapangan pada tiga wilayah kecamatan yang meliputi enam desa. Desa-desa yang
dipilih mewakili dua kelompok penduduk berdasarkan pola pertanian yang
digunakan mereka. Pertama adalah kelompok desa yang mata pencaharian
penduduknya adalah pertanian kebun campuran termasuk budidaya tanaman kakao.
Kedua adalah desa yang pola pertanian penduduknya terkonsentrasi pada tanaman
monokultur kelapa sawit. Kelompok desa pertama di Kecamatan Tobadak yaitu Desa
Batu Parigi, Saluadak, dan Sejati. Survei lapangan dengan pertanian monokultur
kelapa sawit dilaksanakan di Kecamatan Karossa, yaitu di Desa Kambunong dan
Desa Tassokko dan Kecamatan Topoyo di Desa Tabolang.
Tingkat pendapatan masyarakat pada lokasi desa-desa yang disurvei
dapat dilihat pada Tabel 13. Secara umum, pendapatan rata-rata per ha per-tahun
berkisar antara Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000,- dengan rata-rata
30
sekitar Rp. 7.800.000,-. Terlihat bahwa pendapatan penduduk rata-rata per ha pertahun
yang bertani dengan tanaman pokok kelapa sawit lebih tinggi tingkat
pendapatannnya dibandingkan dengan mereka yang bertani dengan pola kebun
campuran. Para petani kelapa sawit juga tidak mempunyai ketrergantungan
pendapatan dari kawasan hutan untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil
wawancara mereka hanya memanfaatkan kawasan hutan untuk mengambil kayu
bakar, atau memanfaatkan sumber air yang berasal dari dalam kawasan. Penduduk
desa-desa dengan pola pertanian kebun campuran lebih rendah pendapatannya dan
mempunyai ketergantungan pada kawasan hutan untuk menjadi sumber tambahan
pendapatan. Tingkat ketergantungan tersebut berkisar antara 4.6 sampai 6 %.
Tabel 13. Pendapatan rata-rata petani yang berasal dari luar dan dalam kawasan
hutan pada enam desa yang disurvei
No.
1
2
3
4
5
6
Desa
Pendapatan
rata-rata
(rupiah/kk
/tahun)
Tabolang
Kambunong
Tassokko
Batu Parigi
Saloadak
Sejati
38.760.000
28.560.000
19.380.000
9.777.000
15.570.833
13.007.273
Rata-rata
luas
lahan
garapan
(ha/kk)
4,50
3,00
2,00
1,65
4,85
1,30
Pendapatan
rata-rata
(rupiah/ha
/tahun)
Pendapatan
dari dalam
kawasan
hutan
(rupiah)
8.613.333
9.520.000
9.690.000
5.925.455
3.210.481
10.005.595
580.000
558.333
827.273
Ketergantungan
pada
pendapatan di
dalam
kawasan hutan
(%)
6
4.6
6
D. Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang ada di wilayah KPHP
Budong-Budong berupa Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam
(IUPHHK-HA) seluas 59510,92 ha dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas 26866,05 ha. IUPHHK-HA berada di
Kecamatan Karossa, Tobadak, Tommo dan Topoyo, sedang IUPHHK-HT berada di
enam kecamatan. Lokasi IUPHHK secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14.
31
Tabel 14 . Lokasi IUPHHK di wilayah KPHP Budong-Budong
No.
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
BUDONG-BUDONG
KALUMPANG
KAROSSA
PANGALE
TOBADAK
TOMMO
TOPOYO
TOTAL
IUPHHK-HA
0.00
0.00
4584.44
0.00
12678.50
14868.25
27379.72
59510.92
IUPHHK-HT
0.12
402.82
2717.14
410.55
0.00
17227.80
4267.27
25025.70
E. Posisi KPHP dalam Perspektif Tata Ruang dan Pembangunan Daerah
Posisi KPHP Budong-Budong yang terletak di Kabupeten Mamuju dan Mamuju
Tengah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP) Sulawesi Barat. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitar wilayah KPHP dan meningkatkan
PAD Kab. Mamuju dan Mamuju Tengah serta mengoptimalkan manfaat dan fungsi
kawasan hutan pada wilayah KPHP, harus disusun perencanaan pengelolaan hutan
yang terintegrasi dan menyeluruh yang selaras dengan rencana pembangunan
daerah, baik pada tingkat kabupaten maupun provinsi. Dengan demikian,
Perencanaan wilayah KPHP Budong-Budong harus tetap mengacu kepada RTRWP
Sulawesi Barat dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh KPHP BudongBudong serta berpedoman pada rencana kehutanan tingkat kabupaten, provinsi dan
nasional.
Perencanaan jangka panjang KPHP Budong-Budong merupakan bagian
dari perencanaan pembangunan daerah kabupaten secara umum. Secara garis
besar, program kegiatan pembangunan kehutanan Kab. Mamuju dan Mamuju
Tengah dapat dilihat pada Tabel 15.
32
Tabel 15. Program dan Kegiatan Pembangunan Kehutanan Kab. Mamuju dan
Mamuju Tengah
PROGRAM
Pemanfaatan
Potensi Sumber
Daya Hutan
1
KEGIATAN
Pengembangan Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu
2
Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan
3
Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Pengembangan Pengujian dan Pengendalian Peredaran
Hasil Hutan
Penyusunan Rencana Kehutanan
Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan
Hutan
4
5
1
Rehabilitasi Hutan
dan Lahan
2
Pemeliharaan Kawasan Hutan Industri dan Hutan Wisata
3
Pengelolaan DAS
Pengembangan Hutan Rakyat dan Hutan Tanaman
Rakyat
Pemeliharaan Reboisasi
Penyuluhan Kesadaran Masyarakat Mengenai Dampak
Pengrusakan Hutan
4
5
Perlindungan dan
Konservasi Sumber
Daya Hutan
1
2
Pelestarian Plasma Nutfah dan Keaneka ragaman Hayati
Pembinaan dan
Penertiban Industri
Hasil Hutan
1
Sosialisasi Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan
Industri Hasil Hutan
2
Pengembangan Industri Hasil Hutan Skala kecil
1
Pengamanan Kawasan Hutan dan Perlindungan Hutan
Pemantapan
Keamanan Dalam
Negeri
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan
1. Hubungan antar instansi dan pemangku kepentingan
Wilayah KPHP Budong-Budong terdiri atas beberapa blok dengan berbagai
kepentingan di dalamnya. Struktur organisasi yang ada masih sangat sederhana
sehingga belum mampu mengakomodir kepentingan instansi terkait dan pemangku
kepentingan. Keterbatasan kapasitas pemerintah kabupaten dan provinsi dalam
pembentukan KPHP merupakan kendala utama dalam menyiapkan kelembagaan
KPHP yang mampu mengakomodir instansi terkait dan pemangku kepentingan.
33
Persoalan-persoalan seperti kewenangan dan tanggung-jawab, hak dan
kewajiban, tata hubungan kerja, koordinasi dan sinkronisasi serta sinergitas antar
instansi dan pemangku kepentingan harus menjadi salah satu prioritas utama untuk
dirumuskan sehingga diperoleh ketegasan dan kejelasan hubungan antar instansi
dan pemangku kepentingan dalam pengelolaan KPHP Budong-Budong untuk
menghindari konflik yang mungkin terjadi.
2. Penggunaan kawasan hutan
Dengan adanya otonomi daerah, kawasan hutan di wilayah ini semakin
diminati banyak investor, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas di luar
kehutanan seperti pertambangan dan perkebunan.
Permasalahannya adalah
kawasan tersebut sebagian besar merupakan Hutan Produksi Terbatas dan Hutan
Lindung (74,45% dari seluruh wilayah KPHP) dan sebagian besar (91,5%)
mempunyai topografi curam dan sangat curam, sehingga apabila dilakukan aktivitas
pembukaan lahan secara berlebihan akan mempunyai dampak negatif yang cukup
besar terhadap lingkungan, khususnya fungsi hidro-orologis. Memperhatikan kondisi
topografi dari kawasan hutan yang ada, yang sebagian besar adalah berbukit dan
bergunung dengan kelerengan yang tinggi maka alih fungsi kawasan, selain
mempengaruhi luas tutupan hutan juga mempengaruhi fungsi hutan secara
keseluruhan sehingga perlu adanya pengkajian yang mendalam dan komprehensif
pada setiap upaya alih fungsi kawasan hutan dengan memperhatikan dampaknya
dalam jangka panjang.
3. Pemberdayaan masyarakat lokal
Pertambahan
meningkatnya
Pengembangan
jumlah
kebutuhan
wilayah
penduduk
ruang
melalui
untuk
mempunyai
kegiatan
pembukaan
konsekuensi
usaha
wilayah
dan
terpencil,
terhadap
pemukiman.
pemusatan
masyarakat yang tersebar di dalam dan di sekitar kawasan hutan dan pemerataan
penyebaran penduduk dengan pola transmigrasi akan memberikan tekanan yang
cukup serius terhadap keberadaan kawasan hutan. Kegiatan transmigrasi lokal
merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat yang menempati areal di
dalam kawasan hutan dengan menempatkan mereka di luar kawasan hutan maupun
34
APL dengan harapan dapat melakukan kegiatan budidaya yang lebih terarah,
sehingga tekanan terhadap kawasan hutan dapat diminimalisasi.
Keberadaan desa dalam kawasan hutan menjadi isu dan permasalahan
tersendiri yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama bagi
pengelola KPHP Budong-Budong. Pembukaan isolasi terhadap desa-desa yang
berada di dalam kawasan KPHP yang diikuti dengan pemberdayaan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pembangunan KPHP merupakan salah satu program
prioritas yang perlu dilakukan dengan mempertimbangkan secara seksama dampak
positif dan negatifnya.
5. Optimalisasi fungsi kawasan hutan
Sebagian besar kawasan KPHP Budong-Budong merupakan kawasan Hutan
Produksi (95,76% dari wilayah KPHP) yang berfungsi sebagai produksi kayu.
Meskipun demikian fungsinya sebagai pengatur tata air tidak dapat diabaikan begitu
saja mengingat sebagian besar merupakan Hutan Produksi Terbatas.
Berdasarkan hasil interpretasi citra, sebagian besar wilayah KPHP BudongBudong masih berupa hutan dengan luas 103023,14 ha atau sekitar 80,57% dari
seluruh luas KPHP. Hutan sekunder mendominasi penutupan lahan dengan luas
64256,16 ha atau sekitar 50,25%, yang diikuti oleh hutan primer seluas 38335,22
ha atau sekitar 29,98%. Hal ini mengindikasikan bahwa hutan alam telah mengalami
banyak ganggguan pada masa lalu.
Pengelolaan hutan yang diawali dengan perencanaan yang matang dan
pengawasan yang ketat serta melibatkan semua pemangku kepentingan merupakan
langkah awal menuju tercapainya fungsi kawasan hutan yang optimal. Penerapan
sistem silvikultur yang sesuai dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan harus menjadi perhatian utama. Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
merupakan kegiatan yang memerlukan modal besar, sehingga perlu diupayakan
bentuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu serta pengembangan industri kayu
yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang tingggal di
sekitar wilayah KPHP sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
35
Selain hasil hutan kayu, perlu dipertimbangkan pengembangan hasil hutan
bukan kayu termasuk jasa lingkungan yang potensinya cukup besar. Persoalan yang
mungkin muncul dalam jangka panjang adalah jasa lingkungan yang ada belum
mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tidak selalu dapat
langsung dipasarkan. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang intensif dengan
melibatkan masyarakat yang berhubungan dengan upaya pengembangan hasil
hutan bukan kayu yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Optimalisasi
fungsi kawasan hutan dalam rangka meningkatkan manfaat lingkungan, sosial dan
ekonomi merupakan program prioritas yang mendesak untuk dilaksanakan.
36
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
A. Visi
Visi KPHP Budong-Budong diturunkan berdasarkan visi Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Barat. Dengan memperhatikan visi tersebut, maka dirumuskan visi
KPHP Budong-Budong sebagai berikut :
Mewujudkan KPHP Budong-Budong sebagai KPHP andalan melalui pengelolaan
hutan berdasarkan azas kelestarian manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi bagi
masyarakat, bangsa dan negara berbasis kearifan lokal.
B. Misi
Sebagai penjabaran dari visi yang telah dirumuskan, disusun misi dari KPHP
Budong-Budong sebagai berikut :
1. Menerapkan, secara konsisten, prinsip-prinsip teknis kehutanan dan konsepkonsep perusahaan dalam pengelolaan hutan sesuai dengan fungsinya.
2. Menggalang sinerjitas para stakeholders dalam pembangunan dan pelestarian
suberdaya hutan.
3. Menginternalisasikan aspirasi dan kepentingan daerah dan masyarakat lokal
dalam pengelolaan hutan tanpa harus mengorbankan kelestarian ekosistem
sumberdaya hutan.
4. Mengoptimalkan aneka manfaat sumberdaya hutan dan jasa lingkungan untuk
mendukung peningkatan pendapatan masyarakat, PAD dan devisa Negara.
C. Tujuan
Berdasarkan misi KPHP Budong-Budong, dirumuskan tujuan Perencanaan
Jangka Panjang KPHP Budong-Budong dalam 10 tahun ke depan sebagai berikut :
1. Melaksanakan perencaanaan dan pengukuhan kawasan berdasarkan fungsi
pokok dan peruntukkannya dengan mempertimbangkan karasteritik bio-fisik
kawasan hutan.
37
2. Membentuk organisasi dan manajemen pada tingkat unit pengelolaan hutan
(resort) berdasarkan karakteristik wilayah secara terpadu dan profesional
sehingga ada kepastian penanggung jawab pelaksanaan fungsi manajemen di
setiap blok/petak (tapak) areal hutan.
3. Membentuk unit pengelolaan berdasarkan blok dan petak
guna kemudahan
operasional, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta pemantauan dan
evaluasi sebagai penjabaran operasional pencapaian target rencana kehutanan
tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
4. Mewujudkan pengelolaan hutan secara optimal sesuai fungsi, guna menghasilkan
hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan dan wisata yang terukur.
5. Menjadikan kawasan hutan sebagai wilayah berusaha/investasi, dinamisator
ekonomi regional dalam upaya peningkatan kesempatan kerja dan berusaha
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan
hutan.
6. Menjadikan hutan sebagai sumber pendapatan asli daerah dan meningkatkan
penerimaan negara.
D. Capaian Utama yang Diharapkan
1. Terlaksananya perencanaan dan pengukuhan kawasan KPHP berdasarkan fungsi
pokok dan peruntukkannya dengan mempertimbangkan karasteritik bio-fisik
kawasan hutan.
2. Terbentuknya organisasi dan manajemen pada tingkat unit pengelolaan hutan
(resort) berdasarkan karakteristik wilayah secara terpadu dan profesional
sehingga ada kepastian penanggung jawab pelaksanaan fungsi manajemen di
setiap blok/petak (tapak) areal hutan.
3. Terbentuknya unit pengelolaan berdasarkan blok dan petak guna kemudahan
operasional, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta pemantauan dan
evaluasi sebagai penjabaran operasional pencapaian target rencana kehutanan
tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
38
4. Tercapainya pengelolaan hutan yang optimal dalam menghasilkan hasil hutan
kayu, bukan kayu, jasa lingkungan dan wisata yang terukur.
5. Meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha serta kesejahteraan masyarakat
di dalam dan sekitar kawasan hutan.
6. Meningkatnya pendapatan asli daerah dan penerimaan Negara yang bersumber
dari KPHP Budong-Budong.
39
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI
A. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal
Berdasarkan informasi yang tersedia dan kondisi serta potensi KPHP Budong-Budong,
dilakukan analisis untuk menetapkan strategi dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan KPHP Budong-Budong. Analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT untuk
menentukan strategi kebijakan pengelolaan dengan memperhatikan kondisi internal dan
eksternal. Kondisi internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh KPHP
Budong-Budong, sedang kondisi eksternal meliputi peluang dan tantangan yang dihadapi
oleh KPHP Budong-Budong. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan cara
mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
1. Kekuatan
 Adanya dasar hukum yang jelas dalam pembentukan KPHP Budong-Budong
 Adanya struktur organisasi KPHP Budong-Budong yang cukup memadai
 Adanya wilayah KPHP Budong-Budong yang jelas luas dan batas-batasnya
 Sumber daya hutan yang cukup potensial untuk pengembangan berbagai
kegiatan kehutanan berupa kayu, non-kayu, jasa lingkungan dan wisata.
2. Kelemahan

Sumber Daya Manusia pengelola KPHP Budong-Budong belum memadai

Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan KPHP Budong-Budong belum
memadai

Sumber pendanaan untuk pengembangan KPHP Budong-Budong yang belum
jelas.

Pemanfaatan sumberdaya hutan belum optimal

Koordinasi dan sinkronisasi rencana KPHP Budong-Budong dengan para
pemangku kepentingan di daerah belum optimal.
3. Peluang

Aturan perundang-undangan yang mendukung
40

Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang
memungkinkan pemerintah daerah untuk lebih leluasa menggali dan
mengembangkan potensi wilayahnya

Adanya dukungan dari pemerintah kabupaten dan provinsi

Animo dan partisipasi masyarakat yang tinggi untuk berpartisipasi

Iklim investasi yang mulai membaik

Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan

Dukungan dari institusi pusat dan lembaga kehutanan independen,
perguruan tinggi, LSM dalam pengembangan organisasi KPHP

Adanya kesempatan mengikuti pelatihan baik teknis maupun manajemen
bagi pengelola

Adanya pasar bagi produksi sektor kehutanan dan kemungkinan diversifikasi
pengelolaan sumber daya hutan.
4. Tantangan
 Adanya benturan kepentingan dengan fihak lain
 Globalisasi dan persaingan pasar bebas
 Kondisi hutan yang hutan sudah memprihatinkan dengan medan yang cukup
berat
 Persoalan-persoalan sosial yang sering muncul yang berhubungan dengan
pembalakan liar dan masalah lahan.
B. Strategi dan Arah Kebijakan
Berdasarkan identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal tersebut,
dirumuskan strategi dan arah kebijakan pengelolaan KPHP Budong-Budong sebagai
berikut :
1. Peningkatan kinerja dalam pengelolaan hutan melalui upaya-upaya :
a. Memantapkan Kelembagaan KPHP Budong-Budong.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana.
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia.
d. Menyelenggarakan pengelolaan hutan secara efektif dan efisien yang
meliputi :
41
 tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
 pemanfaatan hutan
 penggunaan kawasan hutan
 rehabilitasi hutan dan reklamasi
 perlindungan hutan dan konservasi alam.
e. Melaksanakan manajemen hutan yang berorientasi pada optimalisasi
manfaat
lingkungan,
pengorganisasian,
sosial
dan
pelaksanaan
ekonomi
dan
mulai
pengawasan
dari
perencanaan,
serta
pengendalian
dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.
f. Menyelesaikan konflik kepentingan, tata batas serta masalah sosial lainnya
dengan mengedepankan prinsip tidak saling merugikan (win-win solution)
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, instansi terkait dan
masyarakat sehingga potensi terjadinya konflik kawasan dan sosial di masa
depan dapat dihindarkan.
2. Pengembangan usaha di bidang kehutanan melalui upaya-upaya :
a. Membuka peluang investasi
dengan
prinsip saling menguntungkan,
transparansi dan berkeadilan dengan memberikan kemudahan bagi investor
untuk menanamkan modalnya dan menekan terjadinya ekonomi biaya
tinggi dalam pengelolaan hutan skala menengah dan besar.
b. Mempersiapkan infrastruktur sosial maupun ekonomi bagi masyarakat
dalam rangka penguatan kelembagaan lokal dalam pengelolaan hutan,
peningkatan efisiensi ekonomi dan pengembangan nilai tambah hasil hutan,
jasa lingkungan dan wisata.
c. Memberdayakan masyarakat di sekitar hutan untuk turut berpartisipasi
dalam pengelolaan hutan skala kecil dan menengah.
d. Meningkatkan nilai tambah hasil hutan, jasa lingkungan dan wisata melalui
pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dalam rangka optimalisasi
manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi.
e. Membangun
usaha-usaha
produktif
di
bidang
kehutanan
berbasis
masyarakat.
42
f. Memperluas pasar bagi hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa
lingkungan dan wisata dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
g. Membudayakan penjaminan mutu dan peningkatan mutu produk hasil
hutan, jasa lingkungan dan wisata melalui riset dan pengembangan
sehingga produk hasil hutan, jasa lingkungan dan wisata mempunyai daya
saing tinggi dalam menghadapi era globalisasi.
h. Membangun database yang berbasis teknologi informasi.
i. Membangun jejaring kerja dalam rangka meningkatkan kerjasama dengan
mitra.
C. Proyeksi
Berdasarkan potensi yang dimiliki KPHP Budong-Budong serta strategi dan arah
kebijakan yang telah dirumuskan, maka dalam kurun waktu 10 tahun ke depan,
diproyeksikan KPHP Budong-Budong akan mampu memberikan kontribusi yang
cukup signifikan dalam penyediaan bahan baku industri yang berbasis hasil hutan,
penyerapan tenaga kerja lokal dan peningkatan pendapatan masyarakat. Di samping
itu, dengan partisipasi masyarakat pada kegiatan pengelolaan hutan maka degradasi
hutan yang selama ini terjadi dapat ditekan bahkan kondisi hutan diharapkan akan
menjadi lebih baik.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada hutan produksi alam untuk
wilayah Sulawesi bahwa jumlah pohon yang boleh ditebang maksimal 8 batang per
ha dengan diameter minimal 50 cm, maka akan dapat dihasilkan minimal sekitar 10
m3/ha. Besaran ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi yang
dikandungnya (24 batang/ha dengan volume sebesar 68,19 m3/ha) sehingga
kelestarian hasil hutan kayu akan terjamin. Jika diasumsikan siklus tebang 35 tahun,
maka luas areal yang masih berhutan yang boleh ditebang setiap tahunnya sekitar
2000 ha yang berada pada Blok pemanfaatan HHK hutan alam dan wilayah tertentu
di luar hutan lindung.
Dengan demikian setiap tahunnya akan dapat dipanen
minimal sebesar 20000 m3. Hasil tersebut belum termasuk yang berasal dari hutan
tanaman.
43
Diproyeksikan setiap tahun wilayah KPHP Budong-Budong yang dapat
direhabilitasi kurang lebih seluas 2000 ha di luar wilayah yang dibebani izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan. Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya
yang menyatakan bahwa kemampuan penduduk untuk menggarap lahan rata-rata
seluas 2,9 ha, maka Blok Pemberdayaan akan mampu menyerap tenaga kerja lokal
sebanyak kurang lebih 3.850 kepala keluarga. Penghasilan rata-rata per bulan dari
usaha tani dengan luas lahan garapan 2,9 ha adalah Rp 1.870.000,-/kk. Dengan
demikian, total penghasilan yang dapat diperoleh masyarakat di sekitar hutan dari
kegiatan usaha pada Blok Pemberdayaan di prediksi sekitar Rp 7,2 milyar per bulan.
Jika ditambah dengan penghasilan dari partisipasi masyarakat pada kegiatan
rehabilitasi hutan pada Blok Inti, Blok Pemanfaatan HHBK dan Wilayah Tertentu
pada Hutan Lindung sebesar Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- per bulan, maka
penghasilan masyarakat akan bertambah rata-rata sebesar Rp 750.000,- sehingga
menjadi Rp 2.620.000,- per bulan. Diproyeksikan, total penghasilan masyarakat dari
pengelolaan pada Blok Pemberdayaan dan rehabilitasi hutan pada Blok Inti, Blok
Pemanfaatan HHBK dan Wilayah Tertentu pada Hutan Lindung sebesar Rp 10,087
milyar per bulan. Penghasilan tersebut belum termasuk yang berasal dari usaha di
bidang kehutanan lainnya pada Blok Pemanfataan hasil hutan kayu dan wilayah
tertentu.
44
V. RENCANA KEGIATAN
Berdasarkan arah kebijakan pengelolaan KPHP Budong-Budong sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya, dengan tetap mengacu pada visi, misi pengelolaan
hutan untuk melestarikan dan mengembangkan potensi sumberdaya hutan, maka
dirumuskan agenda kegiatan, sasaran dan tujuan pengelolaan jangka panjang 10 tahun
KPHP Budong-Budong periode 2015-2024 sebagai berikut :
A. Program Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutan
Kegiatan pemanfaatan hutan, baik yang berhubungan dengan fungsi
produksi, lindung maupun konservasi harus dimulai dari kegiatan perencanaan
hutan. Pengelolaan hutan yang baik harus didasarkan pada perencanaan yang baik
pula. Perencanaan hutan yang baik harus berdasarkan pada kajian ilmiah yang
didukung oleh adanya informasi yang akurat dan terkini serta adanya kepastian
wilayah pengelolaan sampai pada unit pengelolaan yang paling kecil. Kegagalan
dalam membuat perencanaan yang baik dapat berdampak pada menurunnya
kualitas dan kuantitas manfaat dan fungsi hutan.
Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan hasil verifikasi dan digitasi peta
tata batas kawasan hutan, luas KPHP Budong-Budong adalah 127834,79 ha yang
terdiri atas Hutan Produksi Tetap seluas 36502,81 ha (28,55%), Hutan Produksi
Terbatas seluas 85906,23 ha (67,20%) dan Hutan Lindung seluas 5425,75 ha
(4,24%). KPHP Budong-Budong terdiri atas enam blok, yaitu Blok Inti, Blok
Pemanfaatan HHK-HA, Blok Pemanfaatan HHK-HT, Blok Pemanfaatan HHBK, Blok
Pemberdayaan dan Wilayah Tertentu. Setiap blok terdiri atas beberapa petak,
kecuali Blok Inti dan Blok Pemberdayaan. Pada masing-masing blok pengelolaan dan
petak belum memiliki tata batas yang jelas di lapangan. Aktivitas Pembukaan
wilayah hutan dan pembuatan jalan juga belum dilaksanakan, padahal penataan
pengelolaan secara detail yaitu unit petak pengelolaan pada masing-masing blok
merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan. Selain itu, potensi sumberdaya
hutan, jasa lingkungan dan wisata yang ada di tingkat unit pengelolaan belum
45
diketahui secara akurat. Potensi sumberdaya hutan berupa kayu dan non kayu, jasa
lingkungan dan wisata merupakan kekayaan alam yang bersifat dinamis, sehingga
informasi tentang potensi tersebut harus selalu diperbarui secara berkala dalam
rangka untuk memperoleh informasi yang akurat dan terkini untuk keperluan
perencanaan.
Sasaran kegiatan ini adalah :
 adanya kepastian hukum yang berhubungan dengan tata batas fungsi kesatuan
pengelolaan hutan di lapangan yang meliputi tata batas unit pengelolaan, blok
dan petak yang keberadaannya memperoleh legalitas dan pengakuan oleh
seluruh pemangku kepentingan dan pemanfaat kawasan hutan
 tersedianya informasi yang akurat secara berkelanjutan yang berhubungan
dengan potensi sumberdaya hutan baik kayu maupun non kayu, jasa lingkungan
dan wisata, khususnya pada Blok Pemanfaatan HHK-HA, Blok Pemanfataan HHKHT, Blok Pemanfaatan HHBK dan Wilayah Tertentu. Informasi sumberdaya hutan
pada Blok Inti dan Blok Pemberdayaan diperlukan dalam upaya untuk
menentukan
kegiatan
rehabilitasi
yang
tepat.
Dengan
demikian
akan
memudahkan kegiatan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pengelolaan
hutan pada tingkat unit pengelolaan terkecil dan pemantauan terhadap
kecenderungan kelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan, jasa lingkungan dan
wisata.
Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Inventarisasi secara Berkala
Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun dengan tujuan untuk memperoleh
data terkini dan akurat pada masing-masing unit pengelolaan, blok dan petak.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan
yang dicapai. Inventarisasi hutan secara berkala pelaksanaannya mengacu pada
pedoman inventarisasi hutan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan.
Sebelum dilakukan inventarisasi, seluruh areal harus dibagi ke dalam satuansatuan luas yang memudahkan pelaksanaan inventarisasi, pengelolaan dan
46
pemanfaatannya. Pembagian dapat didasarkan pada batas-batas administrasi
yang ada atau kenampakan-kenampakan topografi atau jika perlu dibuatkan
batas-batas
buatan.
Pembagian
ini
juga
dimaksudkan
sebagai
kontrol
pelaksanaan inventarisasi. Variabel yang diukur/diamati pada inventarisasi secara
berkala adalah :
 Keadaan hutan yang meliputi : fungsi hutan, letak dan luas areal, tipe hutan,
jenis pohon, diameter dan tinggi pohon, jumlah pohon, komposisi tegakan,
luas bidang dasar, kerapatan tegakan, keadaan pertumbuhan, keadaan
permudaan, kualitas tegakan dan keadaan tumbuhan bawah.
 Lingkungan tempat tumbuh yang meliputi topografi, ketinggian dari
permukaan laut, karakteristik dan tingkat kesuburan tanah, dan iklim.
 Keterangan lain yang meliputi aksesibilitas, keadaan sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat di dalam dan di sekitar hutan, pola kepemilikan lahan,
tata guna lahan, rekreasi, populasi dan kenekaragaman satwa liar, kondisi
daerah aliran sungai dan lain-lain.
Hasil inventarisasi ini memberikan gambaran tentang risalah kondisi unit
pengelolaan hutan secara berkala sebagai berikut:

Kondisi Awal

Kondisi 5 tahun berikutnya yang dilengkapi dengan uraian peningkatan dan
penurunan serta permasalahan.

Kondisi 10 tahun berikutnya yang dilengkapi dengan uraian peningkatan dan
penurunan serta permasalahan
2. Kegiatan Pembuatan Tata Batas
Kegiatan pembuatan batas-batas KPHP dimulai dari sketch mapping
bersama masyarakat terhadap batas-batas kawasan yang telah dibudidayakan
penduduk dan dilakukan kesepakatan batas KPHP dengan penduduk yang
bersangkutan. Batas-batas KPHP terdiri atas batas luar dan batas dalam. Batas
Luar KPHP memisahkan areal kerja KPHP dengan areal luarnya, sedang batas
dalam merupakan batas antar blok dan antar petak. Pada tahap awal, penetapan
tata batas dalam dan tata batas luar direncanakan dapat diselesaikan sampai
47
temu gelang pada dua tahun pertama dari periode Rencana Jangka Panjang.
Rekonstruksi tata batas dalam dan tata batas luar pada periode Rencana jangka
Panjang berikutnya dilakukan pada dua tahun sebelum periode Rencana Jangka
Panjang berjalan.
3. Kegiatan Penataan Blok
Tata batas blok dilaksanakan sebagai penataan lanjutan setelah tata batas
terluar kawasan pengelolaan KPHP Budong-Budong. Pembagian blok merupakan
pembagian tapak berdasarkan kesamaan karakter biofisik, kesamaan fungsi
pengelolaan dan kemudahaan aksesibilitas, sehingga blok dapat dikelola secara
efektif dan efisien.
4. Kegiatan Penataan Petak
Penataan petak dilaksanakan sebagai tindak lanjut penataan blok dan
dibuat sebagai unit terkecil pengelolaan kawasan. Pembagian petak ini didasarkan
pada satuan analisis kemampuan tenaga kerja, alokasi sumberdaya, peralatan dan
intensitas rencana pengelolaan. Pembagian blok ke dalam petak yang sudah ada
ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan hutan dilakukan oleh pemegang ijin.
Pembagian wilayah tertentu ke dalam petak dilakukan oleh pengelola KPHP. Luas
setiap petak pada HP dan HPT berkisar antara 75-125 ha, sedang pada HL
berkisar antara 200-300 ha dengan batas petak merupakan batas-batas alam
maupun batas buatan.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan tata batas, penataan blok dan petak adalah :
 Kepastian areal pengelolaan kawasan hutan untuk produksi kayu dan non kayu
sebagai unit manajemen terkecil maupun untuk kegiatan rehabilitasi pada Blok
Inti dan Blok Pemberdayaan
 Kepastian luasan kawasan budidaya non kehutanan sebagai buffer lingkungan
dan pembinaan sosial
5. Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan dan Pembuatan Jalan
Pembukaan
wilayah
hutan
(PWH) di
dalam
KPHP Budong-Budong
merupakan kegiatan perencanaan dan pembuatan sarana dan prasarana dalam
48
rangka mendukung pengelolaan hutan sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
Pertimbangan teknis, ekonomis dan ekologis merupakan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan pembukaan wilayah hutan, pembukaan tegakan dan
sistem penanaman, pemeliharaan, penjarangan dan pemanenan agar pengelolaan
hutan dapat lestari. Tujuan dari kegiatan PWH adalah :
 Mempermudah penataan blok dan petak.
 Mempermudah mobilisasi pekerja, peralatan dan bahan-bahan keluar masuk
hutan dan kegiatan rehabilitasi dan pembinaan hutan.
 Mempermudah kegiatan pemanenan hasil hutan kayu (penebangan,
penyaradan, pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan)
 Mempermudah pengawasan dan perlindungan hutan (terhadap kebakaran,
serangan hama dan penyakit hutan)
 Memungkinkan hutan sebagai tempat rekreasi yang mudah dicapai.
 Di daerah yang terisolasi dan terpencil, PWH dapat berfungsi sebagai bagian
yang penting dari infrastruktur daerah tersebut, bahkan dapat merupakan
pionir pengembangan hutan.
B. Program Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu
Berdasarkan hasil inventarisasi pendahuluan ditemukan blok-blok pengelolaan
yang memenuhi syarat volume kayu dari tegakan yang dapat dieksploitasi. Hal ini
perlu ditindaklanjuti dengan studi kelayakan teknis, ekonomis dan Amdal yang
selanjutnya dituangkan dalam bentuk buku prospek pemanfaatan hasil hutan kayu
pada KPHP Budong-Budong. Selain itu juga perlu disusun buku pedoman
operasional serta peta potensi dan jenis pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu.
Wilayah Tertentu pada KPHP Budong-Budong berada pada kawasan
Hutan
Produksi Terbatas (68,41%), Hutan Produksi (28,51%) dan Hutan Lindung
(3,08%). Sebagian besar Wilayah Tertentu tersebut berada di Kec. Topoyo
(47,61%). Sisanya tersebar di Kecamatan kalumpang, Karossa, Tobadak dan
Tommo. Luas Areal wilayah tertentu 27.601,76 Ha, berada pada blok pemanfaatan
– HP 7.868,27 Ha, pada blok pemanfaatan – HPT 18.883,63 Ha dan pada blok
pemanfaatan HHBK (HL) 849,86 Ha.
Rencana kegiatan pada Wilayah Tertentu
diarahkan untuk usaha skala kecil dan menengah. Luas Wilayah Tertentu KPHP
Budong-Budong per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 16.
49
Tabel 16. Luas wilayah tertentu KPHP Budong-Budong menurut kecamatan.
KECAMATAN
KALUMPANG
KAROSSA
TOBADAK
TOMMO
TOPOYO
JUMLAH
%
LUAS WILAYAH TERTENTU (ha)
HL
HP
HPT
JUMLAH
329.62
0.00
0.00
329.62
0.00
0.00
3533.05
3533.05
494.37
5810.27
7.70
6312.34
25.87
169.26
4090.27
4285.40
0.00
1888.74
11252.61
13141.35
849.86
7868.27
18883.63
27601.76
3.08
28.51
68.41
100.00
%
1.19
12.80
22.87
15.53
47.61
100.00
Sasaran program ini adalah meningkatnya usaha pemanfaatan hutan yang
optimal dan lestari pada Wilayah Tertentu yang pada gilirannya akan membuka
kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat dalam rangka peningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan PAD serta kontribusi sektor kehutanan terhadap
peningkatan devisa negara.
Prioritas arah kebijakan dari kegiatan ini adalah :

Pemetaan dan Penetapan jenis dan bentuk pemanfaatan hutan pada wilayah
tertentu yang memenuhi standar kelestarian dan keberlanjutan secara optimal

Pedoman Operasional Manual pemanfaatan hutan wilayah tertentu.
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Rapat Koordinasi/konsultasi dengan pihak terkait. Kegiatan ini bertujuan untuk
melakukan pembahasan dan penetapan jenis dan bentuk, lokasi pemanfaatan
hutan pada wilayah tertentu sehingga pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu
diterima dan diakui secara legal oleh seluruh pemangku kepentingan dan
pemanfaat
2. Pemetaan dan tata batas lokasi pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu yang
bertujuan untuk menentukan tata batas wilayah kelola menurut jenis dan bentuk
peruntukan kawasan tertentu.
3. Penyusunan Manual Operasional pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu
(Prosedur perizinan dan operasional Lapangan) sesuai jenis dan bentuk
50
pemanfaatannya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengatur pelaksanaan tata kelola
pemanfaatan kawasan hutan sehingga dapat dioperasionalkan dengan baik dan
tepat, dan memberikan jaminan kepada semua pihak atas hak dan kewajiban.
4. Pelaksanaan studi kelayakan dan Amdal pemanfaatan potensi tegakan dan jenis
pemanfaatan lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah bentuk
dan jenis pemanfatan hutan pada kawasan tertentu memiliki kelayakan ekonomis
yang menguntungkan dengan resiko dampak lingkungan yang relatif kecil dan
dapat dikendalikan dengan teknologi sederhana dan biaya yang relatif murah.
5. Penyusunan Buku Profil jenis dan bentuk pemanfatan hutan wilayah tertentu.
Kegiatan ini bertujuan menyiapkan salah satu media informasi pengembangan
usaha dan investasi pada sektor kehutanan KPHP Budong-Budong.
6. Penebangan dan pembinaan hutan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh hasil kayu yang maksimum tanpa
banyak menimbulkan kerusakan lingkungan. Penetapan jatah tebang tahunan
ditentukan berdasarkan potensi kayu hasil inventarisasi berkala dengan
memperhatikan luasan pada setiap petak pengelolaan yang termasuk dalam
Wilayah tertentu. Luas maksimal per tahun yang dapat dimanfaatan harus
didasarkan pada siklus tebang yang ditentukan berdasarkan riap rata-rata dari
jenis-jenis yang potensial bernilai ekonomis. Untuk itu, perlu ada petak ukur
permanen yang akan diamati dan diukur setiap tahun sehingga dapat diperoleh
informasi tentang riap dan pertumbuhan tegakan secara akurat.
Sebelum ada ketetapan siklus tebang yang dihitung berdasarkan riap dan
pertumbuhan hasil pengukuran petak ukur permanen, untuk sementara
digunakan siklus tebang 35 tahun. Sistem silvikultur yang digunakan adalah
tebang pilih dengan silvikultur intensif. Satu tahun setelah penebangan segera
dilakukan kegiatan inventarisasi tegakan tinggal yang dapat dirangkaikan
bersamaan dengan kegiatan perapihan dan pembebasan tumbuhan muda,
khususnya semai yang potensial bernilai ekonomi tinggi, baik secara horizontal
maupun
vertikal.
Selanjutnya
adalah
kegiatan
pembinaan
berupa
penanaman/pengayaan khususnya apabila permudaan alam tidak mencukupi
51
atau tidak menyebar merata di seluruh areal. Tindakan silvikultur ini dapat
dilakukan mulai tahun ke dua setelah penebangan. Kegiatan rehabilitasi
diarahkan pada areal terbuka dengan menanam jenis-jenis pionir yang bernilai
ekonomis dan sudah diketahui data beradaptasi dan tumbuh dengan cepat pada
areal yang kosong tersebut.
C. Program Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat yang berdomisili di dalam dan di sekitar kawasan hutan, pada
umumnya bekerja sebagai petani dan menggantungkan hidup pada sumberdaya
hutan. Pada sisi lain, petani tersebut sering dianggap sebagai peladang berpindah
atau perambah hutan yang dapat merusak kelestarian ekosistem hutan. Hal
tersebut terjadi karena masyarakat belum banyak memperoleh akses secara legal
untuk mengelola kawasan hutan. Dengan kata lain, masih sedikit wilayah atau
kawasan khusus yang diperuntukan untuk pemberdayaan masyarakat baik alokasi
untuk areal permukiman maupun untuk aktivitas usahatani atau ekonomi
masyarakat setempat.
Sasaran program ini adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
pelestarian kawasan hutan dan meningkatnya pendapatan masyarakat di sekitar
kawasan hutan. Adapun arah kebijakannya adalah adanya legalitas dan kepastian
kawasan kelola bagi masyarakat setempat serta mencegah aktivitas perambahan
hutan oleh masyarakat setempat.
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Sosialisasi Tata Batas Kawasan hutan untuk Pemberdayaan Masyarakat.
Bentuk pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan hasil inventarisasi, perlu
dilaksanakan program bina lingkungan sebagai bentuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
2. Pembentukan Kelompok Tani Hutan
Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk wadah yang dapat menghimpun
aspirasi, masalah dan kebutuhan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.
Wadah kelompok tani hutan ini diharapkan dapat menjadi media untuk
52
peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan
terkait
dengan
pengelolaan
usahatani berbasis sumberdaya hutan guna peningkatan pendapatan dan
partisipasi masyarakat terhadap pelestarian hutan. Tahapan dalam pembentukan
Kelompok tani hutan adalah sebagai berikut :

Sosialisasi tujuan dan rencana pembentukan kelompok

Pertemuan pembentukan dan pemilihan pengurus

Pengukuhan pengurus kelompok tani

Pendampingan pengembangan kelembagaan
3. Evaluasi kesesuaian lahan dan budidaya tumbuhan multiguna (MPTS)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuain jenis-jenis yang akan
dibudidayakan masyarakat dengan kondisi tempat tumbuhnya. Untuk kegiatankegiatan
yang
berhubungan
langsung
dengan
upaya
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan seperti HTR, perlu dilakukan suatu
studi yang komprehensif dan mendalam yang berhubungan dengan evaluasi
jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi setempat, baik tanaman
kehutanan maupun pertanian. Evaluasi kesesuaian lahan dapat dilakukan melalui
pengamatan langsung di lapangan atau dengan mengambil sampel tanah dari
berbagai unit lahan yang dapat mewakili keragaman jenis tanah untuk
selanjutnya dianalisis di laboratorium. Pengamatan secara langsung dilakukan
terhadap jenis-jenis yang telah dibudidayakan oleh masyarakat, baik tanaman
tahunan maupun semusim, yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai
prospek pasar yang cukup besar di tingkat lokal, regional, nasional maupun luar
negeri. Hasil evaluasi lahan selanjutnya diarahkan untuk menentukan pengaturan
pola tanam agroforestry dengan memperhatikan diversifikasi pemanfaatan lahan
secara optimal yang mengakomodasikan manfaat ekonomi dan lingkungan.
Secara umum, pola pemanfaatan kawasan melalui HTR ini mirip dengan kegiatan
pada HTI (merupakan HTI skala kecil), yang meliputi : penyiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran. Program
pemberdayaan masyarakat, baik melalui usaha skala besar, usaha skala kecil
maupun pembangunan HTR sebaiknya diikuti oleh program pengembangan
53
industri pengolahan pasca panen hasil hutan dan pertanian yang bersifat padat
karya sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal dan memberikan
nilai tambah dari hasil hutan dan pertanian yang dapat dirasakan secara
langsung
oleh
masyarakat.
Untuk
mendukung
program
ini,
diharapkan
pemerintah memberikan kemudahan akses permodalan berupa pinjaman kepada
pengelola usaha kecil dan HTR melalui Badan Layanan Umum Pembiayaan
Pembangunan Hutan.
4. Pelatihan dan Penyuluhan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petani di sekitar hutan terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
hutan secara optimal, menguntungkan dan berkelanjutan. Tahapan Kegiatan
meliputi :

Identifikasi dan pemetaan issue, masalah dan tindakan penanganan yang
dibutuhkan

Penyusunan rencana kegiatan pelatihan dan penyuluhan

Pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan

Evaluasi dan monitoring pelaksanaan kegiatan pelatihan dan penyuluhan

Evaluasi dampak dan umpan balik kegiatan pelatihan dan penyuluhan
D. Program Pembinaan dan Pemantauan pada Areal yang telah Ada Hak
atau Izin Pemanfaatan maupun Penggunaan Kawasan Hutan
Sistem pelaporan perkembangan pemanfaatan dan penggunaan areal yang
dikelola oleh pemegang hak/izin belum berjalan dengan baik dan tidak sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Terdapat kecenderungan adanya upaya
pengelolaan di luar batas areal yang telah ditetapkan dan kegiatan eksploitasi yang
dilaksanakan belum sesuai standar teknis yang telah ditetapkan.
Sasaran dari program ini adalah optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan sesuai standar teknis yang telah ditetapkan dan menjamin
pelaksanaan tata kelola pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan secara
lestari dan menguntungkan. Prioritas Arah Kebijakannya adalah pengendalian dan
54
pelestarian kawasan hutan yang dikelola oleh pemegang hak/izin serta evaluasi
penilaian kinerja pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Meneliti dan memeriksa laporan berkala yang disampaikan oleh pihak pemegang
hak/izin berdasarkan rencana yang telah dibuat
2. Melakukan pemantauan lapangan untuk memastikan konsistensi kegiatan/
perkembangan yang dilaporkan dengan kondisi nyata di lapangan
3. Identifikasi masalah dan merumuskan alternatif pembinaan yang dibutuhkan
4. Pelaksanaan pembinaan kepada pihak pemegang hak/izin pengelolaan
5. Evaluasi kinerja dan tindak lanjut pemberian izin atau hak pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan
E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan pada Areal di Luar Izin.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada KPHP Budong-Budong terdapat
sekitar 64256,16 ha (50,25%) hutan sekunder, semak belukar seluas 9374,49 ha
(7,33%),
lahan terbuka dan lang-alang seluas 284,14 ha (0,22%). Semua itu
membutuhkan penanganan khusus rehabilitasi dan reklamasi, karena wilayah yang
mengalami degradasi seperti ini luasnya dapat bertambah serta menimbulkan
kerusakan lingkungan yang lebih besar. Kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan yang
dilaksanakan selama ini juga masih relatif kecil. Selain itu, kawasan lahan dan hutan
yang terdegradasi/kritis belum terpetakan dengan baik. Karena itu pemetaan dalam
skala yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan perlu diprogramkan sebagai
langkah awal untuk tercapainya sasaran kegiatan rehabilitasi secara efektif.
Rencana kegiatan rehabilitasi hutan pada areal di luar izin direncanakan seluas
5.425,74 ha, yang tersebar pada Blok Inti seluas 4.070,60 ha dan pada Blok
Pemanfaatan HHBK (Hutan Lindung) seluas 1.355,14 ha. Kegiatan tersebut tersebar
pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kalumpang, Karossa, Tobadak, Tommo
dan Topoyo. Rehabilitasi hutan pada wilayah KPHP yang tidak dibebani izin/hak
pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga, pelaksanaannya dilakukan oleh KPHP.
Kegiatan reklamasi hutan dilakukan pada lahan dan vegetasi hutan pada kawasan
55
hutan yang telah mengalami perubahan permukaan tanah dan perubahan
penutupan tanah. Rencana kegiatan rehabilitasi per kecamatan disajikan pada Tabel
17.
Tabel 17. Rencana kegiatan rehabilitasi pada areal di luar izin per kecamatan
NO.
KECAMATAN
1
KALUMPANG
2
BLOK INTI
(ha)
BLOK PEMANFAATAN HHBK
(ha)
TOTAL (ha)
360.13
329,62
689,75
KAROSSA
0.00
505.28
505.28
3
TOBADAK
0.00
494,37
494,37
4
TOMMO
3710.47
25,88
3.736,35
4070.60
1.355,15
5.425,75
TOTAL
Sasaran dari program ini adalah terlaksananya kegiatan rehabilitasi dan
reklamasi lahan dan hutan secara terencana dan terpadu serta menurunnya jumlah
lahan dan kawasan hutan kritis dan rawan bencana alam di Wilayah KPHP BudongBudong. Prioritas arah kebijakannya adalah :
 Pemetaan lahan kritis sesuai tindakan rehabilitasi yang diperlukan
 Pengendalian dan pemulihan kondisi lahan dan hutan
 Mengurangi dampak kerusakan lahan dan hutan
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah :
1. Pemetaan lahan dan kawasan hutan yang terdegradasi/kritis
2. Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan
Kegiatan ini terdiri atas reboisasi, pemeliharaan tanaman, pengayaan tanaman,
penerapan teknik konservasi tanah dan rehabilitasi hutan. Reboisasi dilakukan
dengan menggunakan jenis-jenis pionir, cepat tumbuh, beradaptasi dengan baik
terhadap kondisi tapak setempat dan tahan terhadap kekeringan. Penanaman
harus dilakukan pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan September-Oktober.
Konservasi tanah dapat dilakukan secara teknis dan mekanis seperti perlakuan
56
teras-teras bangku, sabuk dan penanaman penguat teras dengan jenis tanaman
perakaran dalam. Volume kegiatan rehabilitasi direncanakan seluas kurang lebih
2000 ha per tahun selama sembilan tahun yang dimulai pada tahun ke 2.
3. Pembuatan dan pemeliharaan check dam pada beberapa lokasi di sepanjang
sungai yang ada di wilayah KPHP Budong-Budong baik dengan sistem mekanis
maupun kombinasi dengan teknik konservasi tanah.
4. Pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan sempadan sungai yang lebarnya
disesuaikan dengan peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Hal ini
dimaksudkan untuk perlindungan fungsi ekologi sungai, pencegahan dan
pengendalian sedimentasi
F. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi
pada Areal yang Sudah Ada Hak atau Izin Pemanfaatan dan Peggunaan
Kawasan Hutan
Pelaksanaan rehabilitasi hutan pada wilayah KPHP yang telah dibebani izin/hak
pemanfaatan hutan selama ini masih belum dilakukan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana
yang
diatur
dalam
klausul
pemberian
izin
pemanfaatan
dan
penggunaan kawasan. Reklamasi hutan dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab
pemegang izin penggunaan kawasan hutan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Dalam
hal
pemegang
izin
penggunaan
kawasan
hutan
telah
melaksanakan reklamasi hutan, maka Kepala KPHP bertanggung jawab atas
pengamanan dan perlindungan atas reklamasi hutan yang bersangkutan.
Sasaran dari program ini adalah sebagai berikut :
 Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi sesuai dengan rencana dan jadwal
yang telah ditetapkan.
 Pencegahan kerusakan lahan/hutan sebagai dampak pemanfaatan hutan atau
penggunaan kawasan
Prioritas arah kebijakannya adalah sebagai berikut :
 Pihak pelaksana kegiatan patuh dan taat dalam melaksanakan UPL sesuai
dokumen yang disepakati
 Penegakan sanksi/hukum secara tegas terhadap pengingkaran pihak pemegang
izin dalam melaksanakan kewajibannya.
57
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah :
1. Melaksanakan pemantauan kemajuan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi oleh
pihak pemegang izin
2. Melakukan identifikasi masalah yang dihadapi dan tindakan penanganan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
3. Merumuskan rencana kegiatan pembinaan kepada pihak pemegang izin
4. Melakukan kegiatan pembinaan
5. Kepala KPHP melaporkan secara tertulis pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan
evaluasi atas pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan setiap 3 (tiga) bulan
kepada Menteri dengan tembusan dikirim kepada Gubernur dan Bupati.
G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Ancaman kerusakan hutan dapat terjadi setiap saat baik dari perbuatan
manusia, ternak, kebakaran, serangan hama penyakit,bencana alam maupun sebabsebab lainnya. Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan,
hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi
konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan
hutan di wilayah KPHP yang telah dibebani izin/hak pemanfaatan hutan kepada pihak
ketiga, pelaksanaannya dilakukan oleh pemegang izin/hak yang bersangkutan,
sedang perlindungan hutan di wilayah KPHP yang tidak dibebani izin/hak
pemanfaatan hutan oleh pihak ke tiga dilakukan oleh KPHP.
Prinsip-prinsip perlindungan hutan meliputi:
 mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama
dan penyakit; secara khusus di kawasan pantai yang merupakan habitat burung
maleo yang dilindungi perlu diberikan prioritas untuk penanganan perlindungan
karena populasi jenis burung yang unik ini terus mengalami penurunan; dan
 mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, perorangan atas
hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan.
58
Adapun prioritas arah kebijakannya adalah :
 Mengamankan areal kerja KPHP yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan
hasil hutan termasuk tumbuhan dan satwa;
 Mencegah kerusakan hutan dari perbuatan manusia dan penggembalaan ternak,
kebakaran hutan, hama dan penyakit serta daya-daya alam;
 Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap adanya gangguan
keamanan hutan di areal kerja KPHP ;
 Mengamankan kawasan pantai, areal mangrove yang merupakan habitat burung
maleo
 Melaporkan setiap adanya kejadian pelanggaran hukum di areal kerja KPHP
kepada instansi yang berwenang.
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Penyuluhan kepada masyarakat yang berhubungan dengan perlindungan hutan
dan konservasi alam
2. Pembuatan Ilaran api /sekat bakar
3. Pembuatan koridor satwa yang dilindungi
4. Mengikut sertakan masyarakat desa-desa pantai dalam perlindungan habitat
burung maleo beserta ekosistimnya. Pembentukan hutan desa pantai yang
bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap perlindungan burung
langka
ini
dengan
memperhatikan
kesejahteraan
melalui
penoingkatan
pendapatannya perlu segera dilaksanakan
5. Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman bahaya kebakaran hutan
6. Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman larangan pemanfaatan pada
blok inti dan blok perlindungan, pengambilan tumbuhan dan satwa yang dilindungi
terutama pada titik/lokasi strategis
7. Pengadaan pos jaga dan pengaduan masyarakat serta penyediaan SDM Polisi
kehutanan.
8. Pelaporan dan penanganan kasus pelanggaran hukum yang terjadi pada areal
pengelolaan.
59
H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin
Tujuan dari penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin
adalah mencegah terjadinya konflik antar pemegang ijin pemanfaatan hasil hutan
atau penggunaan kawasan hutan dalam satu unit pengelolaan kawasan hutan.
Prioritas Arah Kebijakannya adalah menjamin hak pemegang ijin dan sinkronisasi
penggunaan fasilitas umum dalam menunjang
kegiatan pemanfaatan hasil hutan
dan penggunaan kawasan hutan.
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Identifikasi dan pemantauan masalah antar pihak pemegang izin
2. Fasilitasi pertemuan dan sinkronisasi antar pihak pemegang izin
3. Evaluasi pelaksanaan kesepakatan antar pihak pemegang izin
I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan
Pada dasarnya, dalam pengelolaan dan pemafaatan kawasan hutan tidak jarang
melibatkan berbagai instansi dan pemangku kepentingan. Oleh karena itu koordinasi
dan sinergi dengan instasi terkait merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
dilakukan agar kewenangan, kepentingan dan program kegiatan pengelolaan dari
unsur-unsur terkait sinergi antara satu dengan yang lainnya.
Program pengelolaan KPHP Budong-Budong dilaksanakan secara partisipatif,
terencana dan terpadu dengan melibatkan semua pihak terkait (instansi, pemangku
kepentingan dan masyarakat). Prioritas arah kebijakannya adalah melaksanakan
koordinasi dan sinergi antar instansi terkait dengan pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan pengelolaan KPHP dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial dan lingkungan yang optimal dan lestari. Adapun bentuk dan alur
koordinasi dengan instansi terkait dalam membangun sinergi program kegiatan
pengelolaan KPHP diuraikan pada Tabel 18.
60
Tabel 18. Jenis Kegiatan dan Bentuk Koordinasi Instansi
Produksi Kehutanan
Kayu dan non Kayu
Intansi Terkait
 Kehutanan
 Perindustrian
 Perdagangan
Bentuk Koordinasi
 Kapasitas produksi kayu hutan alam
 Kapasitas produksi kayu hutan
tanaman
 Perizinan pemanfaatan hasil hutan
kayu dan non kayu (biji, getah, dll)
 Kadin
 Perkebunan
Jasa Air
 Badan Revitasliasi
Industri kehutanan
 Perizinan dan kapasitas jatah
tebangan
 PDAM
 Potensi debit air masing-masing DAS
dan Sub DAS
 Perlakuan DAS
 Perlakuan mata air
 PU Pengairan
 UPTD PU
Jasa Lingkungan
 Pariwisata
 Potensi areal wisata alam
Akses Jalan
 PU Cipta Karya
 BPN
 Pembukaan wilayah hutan dan
wilayah terpencil
 Pemeliharaan jalan
 Kawasan Hutan
 Bappeda
 RTRWP / TGHK
Tata Guna Lahan
 Pemda
Dampak Lingkungan
 Kantor Lingkungan Hidup
 Dampak pengelolaan kawasan hutan
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah :
1. Koordinasi dan sinergi dalam perencanaan hutan yang meliputi pelaksanaan tata
batas kawasan hutan, inventarisasi hutan dan penataan hutan.
2. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pengelolaan hutan yang meliputi pembukaan
wilayah hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, pengolahan hasil
hutan, pemasaran hasil hutan dan jasa lingkungan.
61
3. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pembinaan dan perlindungan hutan yang
meliputi rehabilitasi hutan, pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran
hutan, serta konservasi hutan.
4. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan evaluasi dan monitoring serta pengendalian
dan pengawasan.
5. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan
pelatihan serta penyuluhan kehutanan
J. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
Terbentuknya
UPTD
KPHP
Budong-Budong
akan
berdampak
terhadap
penyediaan sejumlah personil yang memiliki kualifikasi dan keahlian yang dibutuhkan
dalam menunjang pelaksanaan Tupoksi KPH tersebut. Sasaran dari program ini
adalah tersedianya sejumlah SDM yang memenuhi kualifikasi dan bidang keahlian
sesuai yang dibutuhkan. Prioritas arah kebijakan adalah KPH dikelola oleh tenaga
professional, jujur dan berkualitas dalam rangka meningkatkan kinerja pemanfaatan
dan penggunaan kawasan KPHP secara optimal, menguntungkan, dan berkelanjutan.
Tabel 19. Spesifikasi Keilmuan Sesuai Bidang dan Posisi dalam Struktur Manajemen
dan Organisasi KPHP
Bidang
Perencanaan
Kehutanaan
Silvikultur
Spesifikasi Keilmuan
-
S1 Kehutanan : Mengusai perencanaan,
inventarisasi, pemetaan
-
D3/SKMA : mengsuaia Inventarisasi
hutan,pengenalan pohon
-
D3/SKMA : Menguasai Pemetaan dan potret
udara
-
Manajemen Kehutanan
S1 Kehutanan : Menguasai teknik silvulkutur
hutan alam dan hutan tanaman
D1/D3/SKMA : menguasai teknik silvikultur
-
S1 Kehutanan mengusai bidang pengelolaan
hutan, produksi dan pemasaran
-
D1/D3/SKMA : menguasai sistem produksi dan
Posisi
-
Kepala Perencanaan
-
Pelaksana lapangan
-
Kepala Penamaan dan
pemel. tanaman
Persemaian
Pelaksana lapangan
-
Kepala Penebangan
-
Litbang/Amdal
-
Pelaksana lapangan
62
pemasaran hasil hutan
Keuangan
-
S1 Akuntansi : Mengusai SAK perusahaan dan
perpajakan
-
Kepala Tata Usaha
SDM
-
S1/D3 Manajamen SDM : menguasai sistem
pengembangan SDM
-
Kepala SDM
Bina Desa
-
S1 Sosial Ekonomi Pertanian/Kehutanan
-
Kepala PMDH
TUK
-
S1/D1,D3/SKMA mengusaia Sertifikat TUK
-
Pelaksana TUK
Satpam PH
-
Sertifikasi Pelatihan Jaga Wana
-
Polsus Jaga Wana
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Analisis kebutuhan personil dan jabatan
2. Rekruitment personil yang dilakukakan dua tahap yaitu pada tahap awal mutasi
personil yang memenuhi kualiafikasi dan keahlian yang dibutuhkan tanpa
mengganggu tupoksi lembaga asal, dan selanjutnya melakukan rekruitment
personil baru yang sesuai dengan bidang keilmuan dan posisi jabatan yang
tersedia.
3. Analisis kebutuhan pengembangan SDM dan penyusunan program diklat secara
berjenjang
4. Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan
5. Program sertifikasi dan promosi jabatan
K. Penyediaan Pendanaan
Sasaran dari program ini adalah penyediaan dan pengelolaan anggaran berbasis
kinerja. Prioritas arah kebijakan adalah alokasi anggaran belanja tersedia sesuai
kegiatan pengelolaan KPHP
yang telah direncanakan, yang dikelola dengan asas
transparansi dan akuntabilitas.
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian Kehutanan tentang perencanaan
anggaran pembangunan KPHP Budong-Budong
63
2. Penyusunan, diseminasi dan sosialisasi manual operasional penyusunan anggaran
belanja pengelolaan KPHP Budong-Budong
3. Penyusunan anggaran belanja pengelolaan KPHP Budong-Budong
4. Asistensi dan konsultasi usulan anggaran UPTD daerah
5. Rapat pembahasan dan penetapan anggaran
6. Perumusan skim pembiayaan melalui investor dan perbankan.
L. Pengembangan Database
Penyediaan Informasi/database pada KPHP Budong-Budong pada saat ini
terbatas pada data manual berupa dokumen atau buku sehingga sulit untuk diakses
dan dimanfaatkan oleh pihak terkait. Keterbatasan informasi KPHP terkini dan dapat
diakses dengan cepat akan mempengaruhi optimalisasi pengambilan keputusan
yang tepat dan cepat dalam peningkatan kualitas KPHP Budong-Budong. Sasaran
dari program ini adalah tersedianya Informasi dan data yang memuat secara rinci,
aktual dan akurat tentang aspek teknis dan biofisik kawasan hutan menurut unit
pengelolaan, data sosial ekonomi masyarakat serta variabel lain yang terkait dengan
pengelolaan KPHP Budong-Budong. Prioritas arah kebijakannya adalah pengadaan
dan pengelolaan database KPH berbasis teknologi informasi secara profesional dan
terpercaya.
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Penyusunan/Desain
perencanaan,
sistem
pelaksanaan
informasi
dan
manajemen
pengendalian
(SIM)
yang
kegiatan
mencakup
pengelolaan
pembangunan kehutanan KPHP Budong-Budong serta pengadaan software dan
peralatan pendukungnya
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga profesional di bidang teknologi informasi dan
operator
3. Evaluasi kinerja SIM Database
4. Pembuatan dan pengukuran plot ukur permanen (PUP) di lapangan. Output yang
diharapkan adalah adanya data pertumbuhan dan riap tanaman yang
64
diklasifikasikan
berdasarkan
kondisi
tempat
tumbuh
(bonita)
tanaman.
Pengamatan dilakukan minimal satu kali satu tahun.
5. Pembuatan database sistem akuntansi keuangan khusus kehutanan yang
mencatat biaya-biaya satuan yang telah dikeluarkan dalam petak dan blok,
sehingga dapat diketahui biaya pengelolaan per hektar dan biaya produksi per
satuan hasil hutan dan jasa.
6. Pembuatan database SDM untuk memonitor kinerja SDM dengan tujuan untuk
selalu meningkatkan kemampuan tenaga teknis dan tata usaha dalam
mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kehutanan serta
persaingan global.
M.
Rasionalisasi Wilayah Kelola
Dalam penetapan KPH dan blok pengelolaan masih terdapat unit lahan yang
belum didelineasi sesuai dengan fungsinya atau terdapat interpretasi yang berbeda
dengan kondisi aktual lapangan. Sasaran dari program ini adalah untuk
mengetahui dan menetapkan luasan pengelolaan efektif secara rasional pada
masing-masing petak pengelolaan. Prioritas Arah Kebijakannya adalah pengelolaan
KPH dilaksanakan secara tepat sesuai SOP pengelolaan hutan lestari dan
mengakomodasi aspek sosial ekonomi masyarakat setempat dan kepentingannya
lainnya.
Rasionalisiasi wilayah kelola KPHP Budong-Budong dilaksanakan bersamaan
dengan pengukuran petak. Dimana batas-batas yang telah dimanfaatkan untuk
kepentingan non kehutanan akan ditandai dengan batas fungsi lain. Sementara
yang betul-betul dikerjakan akan diberi tata batas yang jelas, sehingga di dalam
kawasan pengelolaan nanti terdapat dua pal batas yakni batas fungsi dan batas
pengelolaan. Demikian pula dengan batas-batas penggunaan sementara oleh
penduduk atau kepentingan lain, akan tetap dicatat sebagai kawasan hutan.
Dengan demikian akan dapat diketahui luasan efektif pengelolaan untuk
mengetahui tingkat produktivitas pengelolaan dari KPHP Budong-Budong.
65
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah :
1.
Pengukuran dan pemasangan batas fungsi dan batas pengelolaan
2.
Review luasan efektif blok dan unit pengelolaan
3.
Rapat koordinasi review luasan efektif KPHP Budong-Budong
N. Review Rencana Pengelolaan (5 tahun)
Dalam pelaksanaan pengelolaan KPH selama lima tahun, tentunya terdapat
beberapa item kegiatan yang belum tercapai 100% bahkan tertunda dengan
konteks permasalahan yang berbeda antara satu unit pengelolaan dengan lainnya.
Untuk itu perlu dilakukan evaluasi kegiatan yang sudah tidak sesuai dengan
kondisi yang ada. Sasaran review ini adalah peningkatan kinerja pengelolaan KPH
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prioritas arah kebijakan adalah
tersusunnya rencana pengelolaan KPH berbasis kebutuhan dan skala prioritas
dalam upaya peningkatan capaian kinerja pengelolaan KPH.
Kegiatan Review lima tahunan akan dilaksanakan sebagai evaluasi tingkat
keberhasilan pelaksanaan dan pengelolaan KPH. Parameter yang dievaluasi adalah
semua aspek kegiatan lapangan, admisnitrasi, manajemen/SDM dan aspek
finansialnya. Semuanya bermuara pada efesiensi berdasarkan target tahunan dan
lima tahunan . Adapun bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
1. Evaluasi dan analisis pelaksanaan dan pengelolaan pada masing-masing unit
pengelolaan
2. Identifikasi masalah dan kebutuhan tindakan penanganannya
3. Penyusunan draft review rencana kerja lima tahunan
4. Sosialisasi dan sinkronisasi rencana kerja 5 tahun dengan UPT yang menangani
bidang Kehutanan, baik di tingkat Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah
maupun Provinsi Sulawesi Barat.
5. Rapat pembahasan dan penetapan finalisasi rencana kerja lima tahunan
O. Pengembangan Investasi
Permasalahan yang terjadi dalam pengembangan investasi adalah :
 Indikasi masih adanya praktek illegal dalam pemanfaatan hasil hutan.
66
 Peluang dan prospek investasi pada kawasan KPH belum diketahui secara luas
oleh calon investor.
 Kebijakan Investasi bidang usaha pemanfaatan hasil hutan dan penggunaan
kawasan kurang menarik minat investor karena panjangnya rantai prosedur
perijinan dan biaya tinggi, lemahnya insentif dan rendahnya kapastian hukum.
Sasaran dari kegiatan pengembangan investasi adalah peningkatan investasi
sektor
usaha
kehutanan
dan
industri
hasil
hutan
yang
dikelola
secara
menguntungkan, lestari dan berkelanjutan. Sedangkan arah kebijakannya adalah :
mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi biaya tinggi baik untuk tahap
memulai maupun operasional bisnis, serta menata aturan main yang jelas dan
pemangkasan birokrasi dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan adalah :
1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi meliputi:

Penyerderhanaan prosedur pelayanan penanaman modal

Pemberian insentif yang menarik

Konsolidasi perencanaan peluang investasi di bidang usaha kehutanan dan
industri hasil hutan

Pengembangan sistim informasi peluang investasi pada KPHP BudongBudong

Pengkajian regulasi bidang investasi sektor kehutanan dan industri hasil
hutan
2. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi meliputi:

Penyediaan saran dan prasana daerah terkait investasi di sektor usaha
kehutanan dan industri hasil hutan

Fasilitasi terwujudnya kerjasama antara usaha besar dan UKM

Promosi peluang dan prospek investasi pada kawasan KPHP BudongBudong
67

Mendorong dan menfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di
bidang investasi sektor usaha kehutanan dan industri hasil hutan dengan
instansi terkait dan dunia usaha.

Perluasan jejaring kerja dengan mitra usaha
68
Tabel 20. Jadwal kegiatan Rencana Pengelolaan KPHP Budong-Budong
PROGRAM
A.
B.
Program Inventarisasi
Berkala Wilayah Kelola Serta
Penataan Hutan
Program Pemanfaatan Hutan
Pada Wilayah Tertentu
KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
C.
Program Pemberdayaan
Masyarakat
6.
1.
2.
3.
D.
Program Pembinaan dan
Pemantauan pada Areal
yang telah Ada Hak atau
Izin Pemanfaatan maupun
Penggunaan Kawasan Hutan
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Inventarisasi secara Berkala
Pembuatan Tata Batas
Penataan Blok
Penataan Petak
Pembukaan Wilayah Hutan dan Pembuatan Jalan
Rapat Koordinasi/konsultasi dengan pihak terkait
Pemetaan dan tata batas lokasi pemanfaatan hutan
pada wilayah tertentu
Penyusunan Manual Operasional Pemanfaatan Hutan
Studi kelayakan dan Amdal pemanfaatan potensi
tegakan dan jenis pemanfaatan lainnya
Penyusunan Buku Profil jenis dan bentuk
pemanfatan hutan
Penebangan dan pembinaan hutan
Sosialisasi Tata Batas Kawasan hutan untuk
Pemberdayaan Masyarakat
Pembentukan Kelompok Tani Hutan
Evaluasi kesesuaian lahan dan budidaya tumbuhan
multiguna (MPTS)
Pelatihan dan Penyuluhan
Meneliti,memeriksa laporan berkala
pemantauan lapangan
Identifikasi masalah dan merumuskan alternatif
pembinaan yang dibutuhkan
pembinaan kepada pihak pemegang hak/izin
pengelolaan
Evaluasi kinerja dan tindak lanjut pemberian izin
1
x
x
x
x
x
x
2
x
x
x
x
x
x
TAHUN KEGIATAN
3 4 5 6 7 8
x
9
10
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
6
PROGRAM
E.
F.
KEGIATAN
Penyelenggaraan Rehabilitasi
pada Areal di Luar Izin
1.
Pembinaan dan Pemantauan
Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Reklamasi pada Areal yang
Sudah Ada Hak atau Izin
Pemanfaatan dan
Peggunaan Kawasan Hutan
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
G.
Penyelenggaraan
Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pemetaan lahan dan kawasan hutan yang
terdegradasi/kritis
Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan
Pembuatan dan pemeliharaan check dam
Pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan sempadan
sungai
Pemantauan kemajuan pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi oleh pihak pemegang izin
identifikasi masalah yang dihadapi dan tindakan
penanganan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
rehabilitasi dan reklamasi
Merumuskan rencana kegiatan pembinaan kepada pihak
pemegang izin
Melakukan kegiatan pembinaan
menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan
pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
rehabilitasi dan reklamasi hutan
Penyuluhan kepada masyarakat yang berhubungan
dengan perlindungan hutan dan konservasi alam
Pembuatan Ilaran api /sekat bakar
Pembuatan koridor satwa yang dilindungi
Mengikut sertakan masyarakat desa-desa pantai dalam
perlindungan habitat burung maleo beserta ekosistimnya
Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman
bahaya kebakaran hutan
Pembuatan dan pemasangan papan pengumuman
larangan pemanfaatan pada blok inti dan blok
perlindungan, pengambilan tumbuhan dan satwa yang
dilindungi
Pengadaan pos jaga dan pengaduan masyarakat serta
penyediaan SDM Polisi kehutanan
Pelaporan dan penanganan kasus pelanggaran hukum
yang terjadi pada areal pengelolaan
1
x
TAHUN KEGIATAN
4 5 6 7 8
2
3
9
10
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
7
PROGRAM
H.
Penyelenggaraan Koordinasi
dan Sinkronisasi antar
Pemegang Izin
KEGIATAN
1.
2.
3.
I.
Koordinasi dan Sinergi
dengan Instansi dan
Pemangku Kepentingan
1.
2.
3.
4.
5.
J.
K.
Penyediaan dan Peningkatan
Kapasitas SDM
Penyediaan Pendanaan
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Identifikasi dan pemantauan masalah antar pihak
pemegang izin
Fasilitasi pertemuan dan sinkronisasi antar pihak
pemegang izin
Evaluasi pelaksanaan kesepakatan antar pihak
pemegang izin
Koordinasi dan sinergi dalam perencanaan hutan
Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pengelolaan hutan
Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pembinaan dan
perlindungan hutan
Koordinasi dan sinergi pelaksanaan evaluasi dan
monitoring serta pengendalian dan pengawasan
Koordinasi dan sinergi pelaksanaan penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta
penyuluhan kehutanan
Analisis kebutuhan personil dan jabatan
Rekruitment personil
Analisis kebutuhan pengembangan SDM dan penyusunan
program diklat secara berjenjang
Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan
Program sertifikasi dan promosi jabatan
Koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian
Kehutanan tentang perencanaan anggaran
pembangunan KPHP Budong-Budong
Penyusunan, diseminasi dan sosialisasi manual
operasional penyusunan anggaran belanja pengelolaan
KPHP Budong-Budong
Penyusunan anggaran belanja pengelolaan KPHP
Budong-Budong
Asistensi dan konsultasi usulan anggaran UPTD daerah
Rapat pembahasan dan penetapan anggaran
Perumusan skim pembiayaan melalui investor dan
perbankan
TAHUN KEGIATAN
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
6
x
7
x
8
x
9
x
10
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
8
PROGRAM
L.
Pengembangan Database
KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
M.
Rasionalisasi Wilayah Kelola
6.
1.
2.
3.
N.
Review Rencana
Pengelolaan (5 tahun)
1.
2.
3.
4.
5.
O.
Pengembangan Investasi
1.
2.
Penyusunan/Desain sistem informasi manajemen (SIM)
yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan pengelolaan pembangunan
kehutanan KPHP Budong-Budong serta pengadaan
software dan peralatan pendukungnya
Pendidikan dan pelatihan tenaga profesional di bidang
teknologi informasi dan operator
Evaluasi kinerja SIM Database
Pembuatan dan pengukuran plot ukur permanen (PUP) di
lapangan
Pembuatan database sistem akuntansi keuangan khusus
kehutanan
Pembuatan database SDM untuk memonitor kinerja SDM
Pengukuran dan pemasangan batas fungsi dan batas
pengelolaan
Review luasan efektif blok dan unit pengelolaan
Rapat koordinasi review luasan efektif KPHP BudongBudong
Evaluasi dan Analisis Pelaksanaan dan Pengelolaan pada
masing-masing unit pengelolaan
Identifikasi Masalah dan kebutuhan tindakan
penanganannya
Penyusunan Draft Review Rencana kerja lima Tahunan
Sosialisasi dan Sinkronisasi Rencana kerja 5 tahun
dengan Dinas yang membidangi Kehutanan pada tingkat
kabupaten dan provinsi.
Rapat Pembahasan dan Penetapan finalisasi Rencana
Kerja Lima Tahunan
Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi
Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
1
x
2
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
3
x
x
TAHUN KEGIATAN
4 5 6 7 8
x
x
x
x
x
x
9
10
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
9
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) merupakan
satu kesatuan dari salah satu fungsi manajemen yang bertujuan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada rencana pengelolaan.
Secara umum, pengendalian pelaksanaan rencana pengelolaan hutan dilaksanakan
secara berjenjang dari tingkat KPH, kabupaten, provinsi dan pusat. Memperhatikan
struktur KPHP Budong-Budong, maka pembinaan secara teknis dan fungsional
dilakukan oleh Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan Kabupaten Mamuju dan
Mamuju Tengah serta Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan standar operasional
prosedur yang ada. Demikian pula halnya dengan pengawasan dan pengendalian.
Binwasdal dilakukan melalui rapat-rapat evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan,
pelaporan secara berkala maupun inspeksi mendadak (sidak) ke lapangan. Hasil
binwasdal
akan
menjadi
bahan/masukan
atau
umpan
balik
untuk
penyusunan/perbaikan perencanaan ke depan, terutama bila terjadi permasalahan
harus ditemukan solusinya sehingga kesalahan itu tidak terulang pada waktu-waktu
berikutnya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari setiap kegiatan dan menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan secara transparan dan akuntabel,
maka kegiatan binwasdal harus dilengkapi dengan pedoman yang mencakup :
 Standar atau ukuran baku yang dijadikan tolok ukur keberhasilan pengelolaan serta
tingkat toleransi terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi.
 Indikator kinerja yang terukur secara kuantitatif. Apabila tidak dapat dinyatakan
dengan angka-angka maka harus dinyatakan secara kualitatif dengan deskripsi yang
jelas dan tepat.
 Skoring pencapaian kinerja pada setiap pelaksanaan kegiatan terhadap sasaran atau
target yang telah ditetapkan dalam rencana kegiatan.
Pada struktur pengelolaan KPHP Budong-Budong, secara internal kegiatan
binwasdal dilakukan secara berjenjang mulai dari unit pengelolaan terkecil. Kegiatan
binwasdal dilakukan terhadap semua kegiatan dalam penyelenggaraan pengelolaan
hutan seperti tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan
6
hutan,
penggunaan
kawasan
hutan,
rehabilitasi
hutan
dan
reklamasi,
serta
perlindungan hutan dan konservasi alam. Kegiatan binwasdal dilakukan secara berkala
sehingga dapat diketahui sejak awal kesesuaian kegiatan dengan pedoman/petunjuk
teknis yang telah ditetapkan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada wilayah KPHP yang dibebani oleh hak/izin pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan, kegiatan binwasdal dilakukan oleh KPHP terhadap
pemegang izin dan dilaporkan ke Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan secara
berkala. Seluas 84.536,62 ha hutan produksi alam (HP maupun HPT) atau sekitar
66,13% dari luas KPHP Budong-Budong sudah dibebani izin pemanfaatan hasil hutan
kayu (pemanfaatan HHK-HA). Mengingat kondisi topografi pada blok pemanfaatan
HHK-HA sebagian besar curam dan sangat curam, maka kegiatan binwasdal terhadap
pelaksanaan pengelolaan hutan harus dilakukan dengan sangat ketat, karena blok
tersebut juga mempunyai fungsi sebagai pengatur tata air yang mempunyai pengaruh
sangat besar terhadap kondisi hidro-orologis pada bagian hilir.
7
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
A.
Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi secara berkala dan tepat
waktu untuk memastikan apakah kegiatan yang telah dilaksanakan sudah sesuai
dengan rencana yang telah dibuat.
Pemantauan terhadap pengelolaan KPHP
Budong-Budong merupakan proses yang berjalan terus menerus yang dimulai dari
perencanaan
sampai
dengan
pelaksanaannya,
mengamati
perkembangan
pelaksanaan kegiatan KPHP , mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan
yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.
Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan realisasi penggunaan anggaran,
realisasi pencapaian sasaran dan kendala yang dihadapi. Hasil pemantauan
digunakan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pengelolaan hutan di KPHP
Budong-Budong dan penyesuaian perencanaan. Selain itu, kegiatan pemantauan
juga berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pengelolaan
KPHP serta mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan KPHP .
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan untuk membandingkan realisasi masukan
(input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Evaluasi dilakukan berdasarkan sumberdaya yang digunakan serta indikator dan
sasaran
kinerja
pengelolaan.
Kegiatan
ini
dilaksanakan
secara
sistematis,
menyeluruh, obyektif dan transparan. Evaluasi KPHP Budong-Budong merupakan
penilaian secara berkala terhadap perencanaan dan hasil pelaksanaan pengelolaan
KPHP Budong-Budong untuk mengetahui apakah hasil kegiatan telah sesuai dengan
tujuan utama yang telah dirumuskan berdasarkan visi dan misi KPHP BudongBudong. Hasil evaluasi dapat juga digunakan sebagai bahan penyusunan rencana
pengelolaan selanjutnya.
Pemantauan
dan
evaluasi
bertujuan
untuk
mengendalikan
kegiatan
pengelolaan KPHP agar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pemantauan
dan evaluasi merupakan kegiatan yang penting karena :
8

Memungkinkan para pemangku kepentingan mengetahui kemajuan yang telah
dicapai dan apa yang terjadi di lapangan. Para pemangku kepentingan dapat
mengetahui bukan sebatas apa yang dapat dilaksanakan dan apa yang tidak
dapat dilaksanakan, tetapi juga situasi dan kondisi
kegiatan
dapat
terlaksana,
berbagai
inisiatif
dalam
yang memungkinkan
memperlancar
dan
mengefektifkan kegiatan, usulan usulan dan kearifan lokal yang patut ditiru
terkait dengan pengelolaan hutan berwawasan lingkungan.

Pemantauan dan evaluasi memungkinkan untuk mengetahui status pelaksanaan
kegiatan secara terus menerus dan identifikasi permasalahan yang mungkin
timbul. Secara keseluruhan hasil pemantauan dan evaluasi dapat menunjukkan
apakah kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.

Pemantauan dan evaluasi merupakan alat pengelolaan yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat
segera diambil secara cepat dan tepat.

Pemantauan dan evaluasi merupakan alat perekam yang mendokumentasikan
berbagai pengalaman dan pelajaran yang berharga. Pemantauan dan evaluasi
harus dilihat sebagai perangkat pengelolaan yang berguna untuk peningkatan
mutu kinerja KPHP Budong-Budong. Jika pemantauan dan evaluasi berjalan
dengan baik maka banyak pihak yang akan memperoleh manfaat karena dengan
demikian akan tersedia berbagai informasi untuk peningkatan mutu pengelolaan
hutan selanjutnya. Pemantauan dan evaluasi hendaknya dilihat sebagai bagian
dari proses belajar yang berjalan secara terus menerus.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut :

Kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari pemantauan dan evaluasi;

Pelaksanaan dilakukan secara objektif oleh petugas yang memahami konsep,
teori dan proses serta berpengalaman dalam melaksanakan pemantauan dan
evaluasi agar hasilnya sahih dan dapat dipercaya dengan melibatkan berbagai
pihak yang dipandang perlu dan berkepentingan secara proaktif (partisipatif);
9

Pelaksanaan dilakukan secara terbuka (transparan), sehingga pihak yang
berkepentingan dapat mengetahui hasilnya melalui berbagai cara;

Pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara internal dan eksternal
(akuntabel) yang mencakup seluruh objek/kegiatan agar dapat menggambarkan
secara
utuh
kondisi
dan
situasi
sasaran
pemantauan
dan
evaluasi
(komprehensif);

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pada
saat yang tepat secara berkala dan berkelanjutan;

Berbasis indikator kinerja, yaitu kriteria/indikator yang dikembangkan sesuai
dengan prinsip pengelolaan hutan lestari;

Efektif dan efisien, artinya target pemantauan dan evaluasi dicapai dengan
menggunakan sumber daya yang ketersediaannya terbatas dan sesuai dengan
yang direncanakan.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pemantauan dan evaluasi sebaiknya
dilakukan dalam lingkungan yang mendorong keterbukaan dan dapat menerima
dengan tangan terbuka berita baik dan buruk, pujian maupun kritikan. Para
pemangku kepentingan, khususnya masyarakat hendaknya turut berpartisipasi
secara aktif dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi dan tidak ada rasa takut
untuk menyampaikan jika ada permasalahan yang ditemui atau penyimpanganpenyimpangan yang terjadi. Semua pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan
hutan di wilayah KPHP Budong-Budong hendaknya berupaya memberikan informasi
seakurat mungkin. Jika memungkinkan, informasi perlu diuji silang (crosscheck)
dengan sumber-sumber lain untuk memastikan dapat tidaknya informasi tersebut
dipercaya. Hanya informasi yang akurat, berdasarkan fakta dan sumber-sumber
terpercaya, yang dapat membantu meningkatkan mutu kinerja dalam pengelolaan
hutan.
Hal yang penting adalah pengelola KPHP Budong-Budong dapat menilai
persoalan atau masalah yang ditemukan secara obyektif dan segera mengambil
langkah perbaikan jika diperlukan. Perlunya upaya dari pengelola KPHP BudongBudong untuk secara proaktif menggalang partisipasi masyarakat dalam memantau
10
pelaksanaan
pengelolaan
hutan.
Demi
menjamin
rasa
kepercayaan
dan
kebersamaan pemangku kepentingan dan masyarakat, baik yang terkait langsung
dengan kegiatan pengelolaan KPHP maupun yang tidak, diperlukan kepastian tindak
lanjut yang dilakukan oleh pengelola jika ada pengaduan tentang permasalahanpermasalahan atau penyimpangan-penyimpangan. Hasil tindak lanjut ini juga perlu
diinformasikan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat. setidaknya sebagai
bahan pembelajaran untuk mengantisipasi terjadinya kasus-kasus serupa di masa
datang.
Pemantauan kegiatan pengelolaan hutan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal.
1. Pemantauan Internal
Pemantauan internal merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh
pengelola KPHP secara berjenjang mulai dari unit pengelolaan yang paling kecil,
pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat, serta lembaga pemberi dana.
Pemantauan internal merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan dan
harus terus menerus dilakukan. Pada dasarnya pemantauan internal merupakan
kegiatan pemantauan pelaksanaan kegiatan bukan suatu kegiatan untuk mencari
kesalahan, tetapi membantu melakukan tindakan perbaikan secara terus
menerus. Pemantauan dilakukan sebagai usaha untuk menentukan apa yang
sedang dilaksanakan dengan cara memantau hasil/prestasi yang dicapai dan jika
terdapat penyimpangan dari standar yang telah ditentukan, maka segera
diadakan perbaikan, sehingga semua hasil/prestasi yang dicapai dapat sesuai
dengan rencana.
Tujuan pemantauan internal adalah :
a. Memberikan masukan terhadap pengelola untuk mengatasi hambatan yang
dihadapi
b. Menyediakan sumber informasi bagi pengelola
c. Sebagai salah satu dasar pembuatan rencana pengelolaan
d. Memantau kesesuaian/kepatuhan prosedur pelaksanaan kegiatan dengan
standard yang berlaku.
11
2. Pemantauan Eksternal
Pemantauan eksternal dilakukan oleh pihak luar yang independen.
Pemantauan eksternal diharapkan dapat memberi pandangan yang lebih obyektif
dari lembaga independen yang tidak secara langsung terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan pengelolaan hutan.
Hasil pemantauan secara internal maupun eksternal merupakan bahan untuk
evaluasi bagi pengelola KPHP agar selanjutnya dapat melaksanakan kegiatan
dengan lebih baik dalam rangka mengoptimalkan manfaat ekonomi, sosial dan
lingkungan secara berkeadilan, transparan dan berkelanjutan. Kegiatan evaluasi
dilakukan secara berkala pada saat tertentu.
Jenis evaluasi yang dilakukan adalah:
 Evaluasi strategi dan arah kebijakan yang tertuang pada rencana pengelolaan
jangka panjang dilakukan paling sedikit lima tahun sekali. Evaluasi ini dilakukan
oleh Kepala KPHP
dengan melibatkan pemangku kepentingan. Jika ternyata
rencana pengelolaan hutan sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi
yang ada, maka perlu dilakukan revisi. Selanjutnya hasil revisi diajukan ke
Menteri Kehutanan atau pejabat yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan
dan pengesahan.
 Evaluasi Tematik, dilakukan setiap bulan, triwulan, semester atau tahun.
Merupakan evaluasi kegiatan tertentu seperti pemanfaatan hutan, penggunaan
kawasan hutan, pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi & reklamasi dan
perlindungan hutan & konservasi alam. Evaluasi dilakukan oleh tim yang
dibentuk oleh Kepala KPHP
 Survey/studi dampak kegiatan pengelolaan KPHP, dilakukan paling sedikit lima
tahun sekali oleh lembaga penelitian ataupun perguruan tinggi.
 Audit keuangan dan supervisi, dilakukan secara berkala setiap tahun sekali untuk
memeriksa catatan keuangan pengelolaan KPHP dan kelompok usaha ekonomi
produktif. Audit keuangan dapat dilakukan oleh lembaga audit pemerintah atau
independen.
12
Dalam pemantauan, pengumpulan informasi biasanya merupakan bagian dari
kerja sehari-hari. Seringkali data dikumpulkan melalui diskusi informal dan observasi
selama kunjungan lapangan, pertemuan, dll. Beberapa perangkat yang umum yang
digunakan untuk mengumpulkan data, antara lain :
 Observasi Langsung : Pemantau mengobservasi atau melihat apa yang sedang
berlangsung di lapangan. Pemantau mengunjungi pertemuan-pertemuan atau
mengunjungi lokasi kegiatan yang sedang berlangsung serta merekam semua
irformasi yang diperoleh.
 Wawancara : Wawancara merupakan salah satu alat utama yang digunakan
dalam pengumpulan informasi. Wawancara termasuk mengajukan pertanyaan
kepada perorangan atau kelompok dan mencatat jawabannya. Wawancara dapat
dilakukan dalam bentuk terstruktur (menanyakan pertanyaan yang pasti dan
memilih salah satu jawaban dari beberapa pilihan yang tersedia dalam
kuesioner) atau tidak terstruktur (menanyakan pertanyaan ‘terbuka’ dan
menentukan apa yang akan ditanyakan berikutnya berdasar pada jawaban yang
diterima). Ada beberapa jenis wawancara, yakni wawancara individu untuk
mendapatkan informasi dari orang tertentu; wawancara dengan informan kunci
yang memiliki pengetahuan khusus tentang sebuah topik, atau wawancara
kelompok).
 Diskusi Kelompok Terarah (FGD) : FGD dilakukan untuk mendiskusikan topik
tertentu secara rinci dengan sejumlah kecil orang, biasanya terdiri dari 6 sampai
7 orang. Fasilitator biasanya memandu kelompok dalam mendiskusikan sebuah
topik yang sesuai dengan pengalaman dan kecenderungan mereka. Diskusi ini
akan memperoleh hasil terbaik jika semua pesertanya memiliki karakteristik yang
serupa (misal: semua perempuan, semua orang miskin, dll)
 Survey/inventarisasi : Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan teknik
sampling tertentu untuk mengetahui potensi sosial ekonomi dan biofisik.
B. PELAPORAN
Bagian
penting
dari
pemantauan
dan
evaluasi
adalah
laporan
yang
berhubungan dengan hasil pemantauan dan evaluasi. Laporan ini harus dibuat
13
secara sederhana dan seringkas mungkin. Kepala KPHP mempunyai tanggung jawab
untuk membuat laporan seakurat mungkin dan tepat waktu. Jika pengelola tidak
melaporkan secara akurat dan tepat waktu, hal ini akan berdampak negatif kepada
evaluasi kinerja mereka. Format laporan mengikuti format laporan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini dinas yang mengurusi kehutanan di
kabupaten, provinsi atau kementerian kehutanan.
Pada tingkat KPHP Budong-Budong alur pelaporan dimulai dari tingkat unit
pengelolaan terkecil yaitu pada RPH yang disampaikan ke KPHP Budong-Budong
dengan tembusan ke Dinas yang membidangi kehutanan pada kabupaten dan
provinsi. Selanjutnya laporan itu dikaji dan ditelaah agar bisa ditindaklanjuti sesuai
dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Melalui SOP ini
diharapkan proses pembuatan dan telaah laporan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien, sehingga dapat diketahui pelaporan yang penting/mendesak dan perlu
ditangani dengan cepat, dengan demikian tidak terjadi penumpukan laporan.
14
VIII. PENUTUP
Pengelolaan KPHP Budong-Budong pada prinsipnya merupakan perpaduan
pengelolaan terhadap tiga komponen, yaitu : (1). Komponen Penataan Kelembagaan,
(2). Komponen Penataan Ruang dan (3). Komponen Pengelolaan Tegakan dan atau
tanaman. Komponen pengelolaan tegakan dan tanaman yang terdiri atas kegiatan
manajemen hutan yang berdasarkan pada sistem silvikultur tertentu hanya dapat
dilaksanakan jika komponen penataan ruang yang mencakup kegiatan pembagian blok,
tata batas kawasan dan tata hutan telah dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena
pengembangan terhadap sistem silvikultur secara operasional bervariasi menurut
karakter geo-bio-fisik lokasi. Sedangkan komponen penataan kelembagaan termasuk di
dalamnya struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta pengembangan
sumberdaya manusia secara operasional akan dikembangkan mengikuti spesifikasi dan
kondisi dari tingkat atau intensitas komponen pengelolaan tegakan.
Penataan ruang pada wilayah KPHP Budong-Budong dimaksudkan untuk mencari
kepastian hukum agar areal aman dari konflik jangka panjang, karena pengelolaannya
dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Dengan adanya kepastian hukum yang
berhubungan dengan tata batas fungsi kesatuan pengelolaan hutan di lapangan yang
meliputi tata batas unit pengelolaan, blok dan petak yang keberadaannya memperoleh
legalitas dan pengakuan oleh seluruh pemangku kepentingan dan pemanfaat kawasan
hutan maka wilayah pengelolaan dapat terhindar dari konflik yang mungkin terjadi di
masa datang, baik konflik pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan maupun masalah
sosial lainnya.
Pengelolaan tegakan dan tanaman dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari
jawaban, pilihan jenis dan sistem silvikultur yang tepat dan sesuai terhadap
kemampuan dan kesesuaian lahan pada setiap unit pengelolaan terkecil, blok dan
bagian hutan. Pada sebagian wilayah KPHP, khususnya pada blok inti, pengelolaan
tegakan
diarahkan
sebagai
pengatur
tata-air.
Pada
blok
pemanfaatan
dan
pemberdayaan diarahkan untuk menghasilkan produksi kayu yang optimal tanpa
15
memberikan kerusakan lingkungan yang berarti, hasil hutan bukan kayu, jasa
lingkungan dan wisata.
Pengelolaan
Kelembagaan
berfungsi
sebagai
pengarah,
penggerak,
dan
pengendalian dalam mengintegrasikan komponen penataan ruang dan komponen
pengelolaan tegakan dan tanaman agar tujuan pengelolaan hutan lestari dan
masyarakat sejahtera dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Diharapkan ketiga
komponen tersebut dapat berjalan secara simultan dan terintegrasi yang dapat
memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkeadilan dan
berkelanjutan tanpa harus menunggu kegiatan satu komponen selesai dengan
sempurna. Dengan demikian tujuan rencana pengelolaan jangka panjang KPHP
Budong-Budong seperti yang telah dirumuskan dapat tercapai.
16
Download