KONSEP ZONASI & KOMPARTMENISASI dalam PENATAAN KAWASAN HUTAN menuju SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT TEGUH YUWONO, 2012 Pendahuluan • Tujuan utama pengelolaan hutan tercapainya pengelolaan hutan yang berkelanjutan baik itu kelestarian sumber daya hutan (standing stock) maupun kelestarian usahanya. • Tuntutan Sustainable Forest Management – Mandatory Penilaian Kinerja PHPL & VLK – Voluntary PHPL, CoC dll Pendahuluan • Dinamika Permasalahan Pengelolaan Hutan model pengelolaan hutan yang mengakomodir masalah sosial, budaya, lingkungan. – Pertambahan jumlah penduduk bertambahnya ragam dan tingkat kebutuhan masyarakat, – Meningkatnya kesadaran publik akan fungsi ekologi hutan untuk menjaga ekosistem bumi,. • Di sisi lain pengusaha berharap memperolah nilai keuntungan dalam jumlah yang memadai kegiatan teknik kehutanan harus terlaksana secara teratur dengan biaya yang wajar (serendah-rendahnya). Penataan Kawasan Hutan • Penataan hutan kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari (PP No. 6/2007) • Prinsip penataan hutan didasarkan pada tujuan pengelolaan, daya dukung, potensi, karakteristik wilayah, fungsi, & sesuai prinsip/kaidah pengelolaan hutan lestari baik dari aspek produksi, ekologi, dan sosial. Arti Penting Penataan Kawasan • Areal konsesi suatu UM sangat luas puluhan ribu bahkan sampai ratusan ribu hektar, • Perlu keseimbangan antara pengelolaan aspek produksi, ekologi, dan sosial. • Efektifitas dan efisiensi kelola kegiatan teknik kehutanan : – pembangunan hutan (forest establishment), – pemeliharaan hutan (forest culture), dan – Pemanenan hasil hutan (forest harvesting) • Mantapnya organisasi pengelola hutan di tingkat teritorial / tapak Ragam Kegiatan Penataan Hutan 1. Zonasi kawasan kelola produksi, ekologi & sosial 2. Kompartmenisasi, 3. Pembentukan Planning Unit & Management Unit. Output Penataan Kawasan Hutan • Tertatanya kawasan hutan menjadi zona/bagian yang lebih kecil termasuk petak/kompartmen, • Tertatanya organisasi wilayah atau organisasi teritorial sehingga pengawasan dan pembagian pekerjaan dapat diatur secara jelas. • Organisasi wilayah tersebut memungkinkan adanya pengawasan dan pembagian tugas yang berjenjang, dari pimpinan tertinggi sampai dengan tingkatan mandor (termasuk kelompokkelompok kerjanya di lapangan). Sekilas ttg Prinsip S F M menurut FSC & LEI 10 PRINSIP FSC (Forest Stewardship Council ) 1. Ketaatan Pada Peraturan dan Prinsip-Prinsip FSC 2. Hak-Hak Kepemilikan dan Pemanfaatan Serta Kewajibannya 3. Hak-Hak Masyarakat Adat 4. Hubungan Masyarakat dan Hak-Hak Pekerja 5. Manfaat Dari Hutan 6. Dampak Lingkungan 7. Rencana Pengelolaan 8. Monitoring dan Evaluasi 9. Pengelolaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi 10. Hutan Tanaman Sistem Sertifikasi Hutan – PHAPL skema Lembaga Ekolabel Indonesia 1. Fungsi Produksi: 1. 2. 3. 2. Fungsi Ekologi 1. 2. 3. Kriteria 1 : kelstarian Sumber Daya Hutan – 6 Indikator Kriteria 2 : Kelestarian Hasil Hutan -- 9 Indikator Kriteria 3 : Kelestarian Usaha – 6 indikator Kriteria 1 : Stabilitas Ekosistem – 11 inidkator Kriteria 2: Sintasan Spesies Endemik/Langka/Dilindungi – 8 indikator Fungsi Sosial 1. 2. 3. 4. 5. Kriteria 1: Terjaminnya Sistem Tenurial Hutan Komunitas – 4 Indikator Kriteria 2: Terjaminnya ketahanan dan Pengembangan ekonomi komunitas dan karyawan – 5 indikator Kriteria 3 : Terjaminnya keberlangsungan integrasi sosial dan kultural komunitas dan karyawan – 3 indikator Kriteria 4 : Realisasi Tanggung jawab rehabilitasi status gizi dan penanggulangan dampak kesehatan – 2 indikator Kriteria 5 : Jaminan atas hak-hak tenaga kerja – 3 indikator Sistem Sertifikasi Hutan – PHTL skema Lembaga Ekolabel Indonesia 1. Fungsi Produksi 1. Kriteria 1 : kelestarian Sumber Daya Hutan – 9 Indikator 2. Kriteria 2 : Kelestarian Hasil Hutan -- 7 Indikator 3. Kriteria 3 : Kelestarian Usaha – 7 indikator 2. Fungsi Ekologi 1. Kriteria 1 : Kelestarian Kualitas Lahan dan Air – 15 inidkator 2. Kriteria 2: Kelestarian keanekaragaman hayati -- 8 indikator 3. Fungsi Sosial 1. Kriteria 1: Kelestarian akses dan kontrol komunitas – 5 Indikator 2. Kriteria 2: Kelestarian integrasi sosial dan budaya – 9 indikator 3. Kriteria 3 : Kelestarian hubungan tenaga kerja – 7 indikator Konsep High Conservation Value Forest (HCVF) Konsep HCV • Lahir tahun 1999 “prinsip ke 9” di FSC. • Tujuan membantu para pengelola hutan dalam usaha-usaha peningkatan keberlanjutan sosial dan lingkungan hidup dalam kegiatan produksi kayu. • Pendekatan : – Mengidentifikasi areal-areal di dalam atau di dekat suatu unit manajemen (UM) yang mengandung nilai sosial, budaya, dan/atau ekologis yang luar biasa penting, dan – Menjalankan suatu sistem pengelolaan dan pemantauan untuk menjamin pemeliharaan dan/atau Prinsip Dasar HCV • Salah satu prinsip dasar dalam HCVF wilayahwilayah dimana dijumpai atribut yang mempunyai nilai konservasi tinggi tidak selalu harus menjadi daerah dimana pembangunan tidak boleh dilakukan. • Sebaliknya, konsep HCVF mensyaratkan agar pembangunan dilaksanakan dengan cara menjamin pemeliharaan dan/atau peningkatan HCVF tersebut. • Pendekatan HCVF berupaya membantu masyarakat mencapai keseimbangan rasional antara keberlanjutan lingkungan hidup dengan pembangunan ekonomi jangka panjang. Ragam HCV • NKT 1. Kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang penting. – NKT 1.1. Kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan/atau konservasi. – NKT 1.2. Spesies hampir punah – NKT 1.3. Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu untuk bertahan hidup (viable population) – NKT 1.4. Kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer. • NKT 2. Kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami. – NKT 2.1. Kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk menjaga proses dan dinamika ekologi. – NKT 2.2. Kawasan bentang alam yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan). – NKT 2.3. Kawasan yang mengandung populasi atau perwakilan spesies alami. Ragam HCV • NKT 3. Kawasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam punah. • NKT 4. Kawasan yang mempunyai jasa-jasa lingkungan alami. – NKT 4.1. Kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air dan pengendalian banjir bagi masyarakat hilir. – NKT 4.2. Kawasan yang penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi. – NKT 4.3. Kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan atau lahan. • NKT 5. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal. • NKT 6. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal. Zonasi Pendahuluan • Areal konsesi UM banyak ragam fungsi, keragaman daya dukung wilayah, karakteristik kawasan biofisikedafis-morfologis, dan keragaman potensi sumber daya hutan. • Areal konsesi UM terdapat wilayah suatu dusun, kampung, desa, atau bahkan kecamatan. • PHL perlu keseimbangan kawasan kelola produksi, kawasan perlindungan lingkungan, dan kawasan kelola sosial. • Oleh karena itu sebelum dilakukan kegiatan kelola hutan, harus dilakukan kegiatan zonasi kawasan. Zonasi • Zonasi kawasan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendeliniasi/membagi kawasan hutan berdasarkan karakteristik wilayah, dan potensi sumber daya hutan yang disesuaikan dengan tujuan/peruntukan baik untuk peruntukan fungsi produksi, peruntukan fungsi perlindungan, maupun peruntukan fungsi sosial. • Zonasi kawasan selain pendekatan kepatuhan pada aspek legal perundang-undangan, juga mengakomodir ketentuan lain konvensi internasional/nasional/lokal & aturan PHL versi lembaga-lembaga akreditasi/sertifikasi. Contoh Output Zonasi Kawasan • Zona perlindungan ekologi – Zona penyangga (bufferzone) kawasan hutan lindung atau kawasan hutan konservasi (jika ada kawasan HL atau HK). – Kawasan perlindungan setempat seperti: kawasan sempadan sungai, sempadan waduk, sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, dll. – Kawasan perlindungan satwa seperti kawasan perlindungan plasma nutfah (KPPN), kantong satwa, jalur sintasan satwa. – Kawasan perlindungan gambut dalam (kedalaman > 3 meter). Contoh Output Zonasi Kawasan • Zona perlindungan sosial – Kawasan pemukiman penduduk dan zona areal pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. – Kawasan situs-situs religi, situs budaya dari masyarakat setempat. • Zone areal kelola produksi – Zone tanaman pokok – Zone tanaman unggulan – Zone tanaman kehidupan Tambahan Zonasi Kawasan menurut Konsep HCV • Kawasan yang merupakan habitat populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup (viable population). • Kawasan yang merupakan habitat spesies atau sekumpulan spesies secara temporer. • Kawanan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami. • Kawasan yang mempunyai ekosistem yang langka atau terancam punah. • Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal Kompartmenisasi Kompartmenisasi • Kompartmenisasi membagi kawasan hutan dalam areal-areal yang berfungsi sebagai kesatuan manajemen dan kesatuan administrasi sehingga pengelolaan hutan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. • Kesatuan manajemen petak adalah wilayah terkecil sebagai lokasi pelaksanaan tindakan-tindakan teknik kehutanan yaitu kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pemanenan hasil yang dapat diukur dengan kesatuan luas, kesatuan waktu dan keadaan hasil pekerjaan. • Luas Petak: – Hutan Tanaman Jati 30 – 60 Ha – HTI 30 – 60 Ha atau 75 – 100 Ha Kompartmenisasi • Kesatuan administrasi konsekuensi langsung dari petak sebagai kesatuan manajemen setiap tindakan manajemen di dalam petak dicatat berdasarkan petak sebagai suatu kesatuan. • Catatan tindakan penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pembiayaan baik sebagian maupun seluruhnya dilakukan untuk petak sebagai suatu kesatuan. Syarat Petak • Memiliki luas tertentu • Diberi nomor sesuai dengan aturan tertentu, dan • Memiliki letak yang jelas dan tetap, dengan batas yang tetap. Tanda batas petak • Batas-batas alam, seperti sungai, punggung bukit topografi curam • Batas buatan berupa jalan angkutan (atau dikenal dengan istilah alur). topografi datar atau landai Konsep Anak Petak • Pembagian petak ke anak petak pertimbangan perbedaan tindakan silvikultur. a. Perbedaan jenis tanaman; b. Perbedaan umur ; dan c. Perbedaan kesuburan tanah. Pembagian anak petak bersifat sementara, artinya sedapat mungkin anak petak harus dihilangkan atau disederhanakan pekerjaan perencanaan lebih mudah dan operasional kegiatan teknik kehutanan lebih sederhana. Konsep Planning Unit & Management Unit Planning Unit & Management Unit • Planning unit berfungsi untuk mengendalikan/ mengontrol kelestarian hasil (berupa standing stock), • Management unit sebagai organisasi pengelolaan hutan berfungsi untuk menyelenggarakan kegiatan kelola hutan (khususnya sistem pengawasan/kontrol baik kawasan maupun organisasi) secara efektif dan efisien. • Antara konsep planning unit dengan management unit saling berdiri sendiri (terpisah dan mandiri), dan tidak ada yang menjadi sub-ordinasi dari yang lain, akan tetapi keduanya bersinergi untuk mencapai kelestarian hasil dan kelestarian perusahaan. Planning Unit • Posisi planning unit pengontrol kelestarian hutan diterapkan dalam konsep Bagian Hutan (Boschafdeling). • Bagian hutan didefiniskan sebagai suatu areal penataan hutan yang luasnya dibatasi oleh ketentuan sebagai kesatuan daerah (penghasil) produksi dan sebagai kesatuan daerah eksploitasi. • Kesatuan daerah produksi penentuan besarnya etat tebangan dan penentuan daur tebangan. • kesatuan daerah eksploitasi efektifitas dan efisiensi kegiatan eksploitasi hutan sesuai dengan pendekatan bentang alam ekologis, sehingga luas Bagian Hutan merupakan suatu kesatuan DAS ataupun Management Unit • Suatu kesatuan wilayah harus dapat menampung pelaksanaan kegiatan teknik kehutanan yang efektif dan efisien. • Luas unit pengelolaan ditetapkan untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan yang secara finansiel menguntungkan perusahaan. Jenjang Management Unit • Unit pengelolaan hutan terkecil (setingkat resort pemangkuan hutan) mengatur pelaksanaan kegiatan teknik kehutanan (penanaman, pemeliharaan dan pemanenan) yang teratur agar diperoleh hasil (kayu) yang kontinyu sehingga pengelola hutan selalu menerima keuntungan uang setiap tahun • Unit pengelolaan hutan untuk memperoleh keuntungan perusahaan pada tingkat tegakan (stand level management), yang merupakan gabungan beberapa unit pengelolaan terkecil. – Jenjang pengawasan (span of control). – Kondisi potensi standing stock. Matrik Planning Unit & Management Unit menurut Perhutani KPH BAGIAN KPH R P H -1 R P H -2 R P H -3 R P H -4 R P H -5 BOSCH AFDELING CAP CENTRA -1 CAP CENTRA -1 CAP CENTRA -2 CAP CENTRA -2 CAP CENTRA -3 CAP CENTRA -3 CAP CENTRA -4 CAP CENTRA -4 CAP CENTRA -5 CAP CENTRA -5 PETAK - 1 PETAK - 6 PETAK - 1 PETAK - 6 PETAK - 2 PETAK - 7 PETAK - 2 PETAK - 7 PETAK - 3 PETAK - 8 PETAK - 3 PETAK - 8 PETAK - 4 PETAK - 9 PETAK - 4 PETAK - 9 PETAK - 5 PETAK - 10 PETAK - 5 PETAK - 10 Terima kasih