TENTIR KETIGA MODUL PENGINDERAAN Gangguan keseimbangan Dr Widayat alviandi SpTHT Keseimbangan diatur oleh sistem, antara lain: aferen dari mata, telinga (sistem vestibuler), dan propioseptif dari otot-otot rangka tubuh & pressoseptif. Informasi aferen itu kemudian diolah di korteks serebri, batang otak, dan serebellum, dan kemudian dikirim ke sistem muskuloskletal untuk menjaga pusat gravitasi tubuh kita. Aferen (mata,telinga,propiosepsi,pressoseptif) korteks, batang otak, & serebellum otot rangka. Proses kerja aferen eferen keseimbangan Vestibuler Reseptor gravitasi Tekanan telapak kaki Somatosensori Visual pendengaran (aferen) CNS Intepretasi Belajar Adaptasi Kompensasi Stabilisasi image Kontrol keseimbangan Ritme sirkardian Orientasi ruangan (diolah di) (hasil olahan) SSP membutuhkan pembelajaran untuk keseimbangan, misalnya: o Pelayan RM makan padang membawa piring bertumpuk di daratan bisa, namun untuk membawa piring bertumpuk di kapal yang sedang berjalan, butuh pembelajaran o Pemain akrobat yang belajar mempertahankan keseimbangan. SSP membutuhkan adaptasi, misalnya: bayi belajar berjalan 12 bulan, dimulai dari merangkak berjalan: ada proses. SSP dapat melakukan kompesasi, misalnya: pada awal orang buta, keseimbangannya terganggu, tapi akhirnya dapat dikompensasi. Anatomi dan fisiologi telinga sebagai organ keseimbangan Dibaca sendiri dari yang dulu2 yaa.. Telinga dipersarafi: nervus koklear (pendengaran) & n. Vertibular (keseimbangan). Telinga diperdarahi: keseimbangan arteri vestibuler anterior; pendengaran arteri koklear komunis. Keduanya adalah cabang dari arteri labirinthine dari cabang arteri basilaris di batang otak. Alat keseimbangan telinga: sakulus, utrikulus, kanalis semisirkularis. o Pada sakulus & utrikulus terdapat makula yang mempunyai krista otolith. Sakulus mengatur gerak vertikal, utrikulus mengatur gerak horizontal. o Pada k.semisirkularis terdapat pelebaran: ampula yang di dalamnya ada kupula dengan kino & stereosilianya. K.semisirkularis mengatur gerak angular. Bila terjadi akselerasi anguler, momentum endolimf yang mengisi kanalis menggerakkan kupula. Silia dalam kupula dapat ‘tergerak’ dan menimbulkan firing n.vestibuler (n.VIII). Kanalis semisirkularis Kanalis terdiri atas: lateral (horizontal), posterior, dan anterior (superior). Ampula dan kinosilia pada k.semisirkularis lateral tersusun sedemikian rupa sehingga bila terjadi rotasi kepala yang menyebabkan aliran ampulopetal endolimf, akan meningkatkan firing n.vestibuler; ampulofugal endolimf akan menurunkan firing n.VIII. Berbeda dengan k.semisirkularis anterior & posterior. Susunan mereka menyebabkan bila rotasi kepala menyebabkan aliran ampulopetal akan menurunkan firing n.VIII dan aliran ampulofugal akan meningkatkan firing n.VIII. (lihat slide 17) Arah ketiga kanalis berbeda dan membentuk sudut yang berbeda terhadap horizontal bumi dan bidang vertikal. Fungsi kerjanya akan paling maksimal bila terletak pada sudut 0o pada bidang horizontal dan vertikal, misalnya: kanalis horizontal akan membentuk sudut 0o bila leher ditekuk ke dada 30o fungsi maksimal. (untuk sudut-sudut kanalis, lihat slide 20 – 22) Pada slide 23 dapat dilihat arah rotasi kepala dan kanalis yang teraktivasi. Misalnya: bila kepala diputar ke kiri k.horizontal kiri terangsang & k.horizontal kanan dihambat; bila kepala diputar ke depan kiri k.anterior kiri dirangsang & k.posterior (kebalikannya) dihambat. Contoh refleks vestibulo-okuler: mata menghadap depan lurus, tangan di depan mata dan kepala digerak-gerakkan terhadap tangan pusing, beda dengan mata statis dan tangan yang digerakkan; orang baca di dalam mobil. Dalam hal ini, yang menjadi masalah adalah keseimbangan, bukan matanya. PERAN TELINGA, MATA, PROPIOSEPTIF Telinga (bagian vestibuler) berperan penting dalam kontrol postural, yaitu: o Mengatur tonus otot terhadap gravitasi o Mengatur keseimbangan COM o Mengatur keseimbangan pada kecepatan rendah (tandem walk test – tes melangkah dengan kaki yang satu tepat di depan kaki lain, secara perlahan). Mata berperan memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan bedasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Contoh: A melihat X pada jarak 1,5 m, dapat menentukan bahwa A tidak dapat menyentuh X dari jarak itu. Sistem propioseptif tubuh berperan terhadap keseimbangan, yaitu: o Sebagai mekanoreseptor informasi posisi tubuh o Memberi informasi titik tumpu beban tubuh REFLEKS KESEIMBANGAN Refleks Vestibulookuler (VOR) berfungsi menstabilkan objek di retina pada saat terjadi pergerakan kepala. Jaras pada VOR ((lihat slide 31!!!!!!) Saat terjadi rotasi kepala searah jarum jam (kanan), kanalis semisirkularis kanan diaktifkan dan cairan endolimf bergerak berlawanan arah rotasi kepala kanalis semisirkularis lateral telinga kanan diaktifkan n.VIII fire korteks sensorik otak korteks motorik: menuju nukleus abducens n.VI (abdusens) m.rectus lateral nukleus okulomotori n.III m.rectus medial, superior, inferior, & oblik inferior. nukleus troklearis n.IV m.oblik superior Bedasarkan gambar slide: karena yang diaktifkan k.semisirkularis kanan, maka rangsangan menuju nukleus n.VI kiri yang langsung menuju m.rectus lateralis mata kiri dan nukleus n.III kanan yang mempersarafi m.rectus medial mata kanan sehingga semuanya itu akan menggerakkan bola mata ke arah kiri sebagai respon rotasi kepala ke arah kanan. Refleks ini dapat digunakan untuk melihat adanya nistagmus vestibuler = gerak ritmik & involunter mata yang sering dikaitkan dengan kelainan vestibuler. Apabila kepala rotasi kanan gerakan cairan endolimf ke kiri terjadi nistagmus fisiologis: fase cepat ke arah kanan, fase lambat ke arah kiri Slide 31 – 32 saling menjelaskan, tolong dibaca dan dipahami ya Refleks vestibulospinal (VSR) fungsi utama mencegah agar tubuh tidak jatuh, dengan cara mempertahankan posisi tubuh dan titik tumpu beban. Refleks VSR dapat terjadi volunter atau involunter. o Volunter memindahkan tumpuan dari pusat gravitasi & meraih objek o Involunter ankle strategy (tumit), hip strategy (menggerakkan panggul), suspensatory strategy (gerakan suspense – naik turun/ membengkokkan lutut), stepping strategy (melangkahkan kaki). Jaras VSR Rangsang propioseptif dari otot rangka masuk ke medulla spinalis naik melalui jaras fasikulus gracilis/ cuneatus, traktus spinosereberal dorsal dan ventral masuk serebellum pedunculus serebral korteks GANGGUAN KESEIMBANGAN Gangguan keseimbangan sangat berpengaruh terhadap fungsi tubuh lain. Misalnya bila terjadi gangguan kanalis semisirkularis (KSS), dapat terjadi pusing berputar, nitagmus, mual (efek otonom), bahkan gemetar. Gangguan keseimbangan 80% terjadi di perifer (vestibuler) & 20% terjadi di sentral. Secara umum terdiri dari vertigo, kontrol keseimbangan, orientasi ruangan, kestabilan image pada retina. Gejala gangguan keseimbangan: o Rasa melayang (lightheadness) o Pusing/ pening (dizziness) o Rasa tidak menapak (unfootedness) o Rasa masih bergerak (meski sudah diam/ after motion) o Rasa goyang (unsteadiness) o Postur tidak stabil (postural instability) o Pusing berputar (vertigo) o Gejala otonom (cth: rasa berdebar-debar, keringat dingin, rasa tidak nyaman di perut, mual, muntah, cemas, takut, tidak nyaman) Ada 2 tabel penting di slide, harap dibaca!! Slide 47 + 51 Etiologi gangguan keseimbangan: Sentral (daerah otak) Perifer (terdapat pada daerah telinga dalam) Pada sentral: o Nukleus vestibularis batang otak: TIA, stroke vertebrobasilaris, tumor, trauma, migren basilaris, multipel sklerosis (degeneratif) o Serebellum: stroke, tumor, kelainan degeneratif o Korteks serebri: epilepsi, kelainan degeneratif Pada perifer: o BPPV (Benigne Paroxysmal Positional Vertigo) o Menier’s disease o Infeksi (neuritis vestibuler, OMSK) o Ototoksik (obat yang menyebabkan toksik/racun pada telinga dalam) o Penyumbatan pembuluh darah (oklusi a. labirin) o Trauma o Tumor (neuroma akustik) o Kelainan degeneratif (presbiastasia) Pemeriksaan gangguan keseimbangan: o Tanya jawab antara dokter dan penderita (anamnesis) ungkapkan dengan jelas dan lengkap persepsi dokter dan penderita sama o Pemeriksaan fungsi keseimbangan dari yang sederhana sampai yang canggih o Pemeriksaan penunjang : foto Ro”, CT Scan, MRI Teknik pemeriksaan keseimbangan: Romberg pasien berdiri tegak dengan kaki rapat, mata tertutup. Dilihat apakah pasien dapat mempertahankan keseimbangannya, terkadang diberi gangguan dari pemeriksa. Tes romberg mempunyai variasi banyak, bisa dengan berjalan dll. Biasanya pasien akan jatuh atau miring ke arah lesi (ipsilateral). Tes ini berguna untuk mengecek gangguan propiosepsi dan keseimbangan pusat atau perifer. o Unterberger pasien berjalan di tempat dengan mata tertutup + tanpa bantuan suara apapun. Lesi perifer ditandai dengan berputarnya aksis tubuh ke ipsilateral lesi. Lesi sentral ditandai dengan deviasi iregular (deviasi bermakna= > 40o) o Babinski-Weil pasien berjalan ke depan dan ke belakang dengan mata tertutup; bila ada gangguan labirin akan terlihat deviasi ketika berjalan. Alat untuk pemeriksaan keseimbangan: o Kacamata Frenzel kacamata 20 dioptri untuk melihat nistagmus. Biasanya pada nistagmus vestibuler gerak mata berputar, pada nistagmus perifer gerak mata linier. o Elektronistagmografi (ENG) tes baterai yang menggunakan prinsip VOR, yaitu merekam pergerakan bola mata sebagai respon keseimbangan. o Posturografi statik & dinamik pasien diminta berdiri pada platform statis (forceplate) pada posturografi statis; pada dinamis, pasien berdiri pada platform horizontal yang bergerak. Platform terhubung dengan detektor untuk menilai gerak pasien. Penanganan gangguan keseimbangan: o Tergantung dari fungsi yang terganggu dan penyebabnya o Konseling o Obat-obatan o Fisioterapi o Perasat/manuver dan Latihan Vestibuler o Kerjasama dokter-penderita o Salah 1 penyakit kompetensi dokter umum adalah BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo) Benign: meski sakit sekali, namun tidak mengancam nyawa, karena sifatnya perifer; kalau sentral, tidak sakit sekali, tapi mengancam. Paroksismal: sewaktu-waktu, tidak terus menerus Positional: pada posisi-posisi (kepala) tertentu saja Terjadi gejala otonom mual, muntah, berdebar-debar, berkeringat dingin, rasa cemas. Biasanya pasien sembuh spontan. BPPV terjadi oleh karena kanalolitiasis dan kupulolitiasis ada debris berupa kristal kalsium karbonat – batu otolith – yang terlepas dari sakulus/ utrikulus menuju KSS. Debris yang ‘terdampar’ di kupula disebut kupulolitiasis dan yang di saluran KSS disebut kanalolitiasis. Kupulolitiasis lebih sering terjadi. Pada pemeriksaan BPPV, timbulnya nistagmus dapat dilihat dengan tes Dix-Hallpike (paling sering), side lying (untuk menilai BPPV kanal anterior dan posterior), dan Roll (untuk menilai kanal horizontal). Lihat slide!!! Untuk tatalaksana BPPV dilakukan dengan Canalith Repositioning Treatment (CRT) dan vibrasi (vibrator diletakkan di prosesus mastoid, diharapkan akan melepaskan debri di kupula) Lihat slide caranya!! Penyakit lainnya adalah Meniere’s disease. Terdapat trias sindrom meniere: vertigo, tinitus, dan tuli sensorineural terutama pada nada rendah. o Serangan pertama biasanya berat, vertigo + muntah, namun makin lama makin baik (vertigo periodik makin lama membaik) o Tinitus: kadang menetap, bahkan di luar serangan. o Tuli sensorineural: hanya bila ada serangan. Pada meniere, terjadi kelebihan endolimf baik oleh karena sumbatan pengeluaran atau kelebihan dalam produksi; penyebab pastinya belum diketahui. b. c. Selamat belajar =) adeline Tentir PA MATA dari slide th lalu dan buku yaa.. Berikut ini akan dibahas berbagai keadaan patologis mata! a. KELOPAK MATA Blepharitis : Inflamasi kelopak mata. Hal ini umum terjadi, kadang dikaitkan dgn infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris skuamosa, inflamasi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata. Gejalanya a.l mata lelah, nyeri, memburuk pd pagi hari, dan ada krusta pd tepi kelopak mata. Tandanya:skuama pd tepi kelopak, debris bentuk roset di sekita bulu d. e. mata, jlh bulu mta berkurang, sumbatan kel.meibom, sekresi meibom keruh, injeksi pd tepi kelopak, dan abnormalitas film air mata. a. Hordeolum: mengenai kelenjar Meibom (hordeolum interna ada abses di dalam kel.meibom, ada rasa nyeri) dan mengenai kelenjar Zeiss (hardeolum eksterna/styeabses folikel bulu mata, ada nyeri) b. Kalazion : inflamasi granulomatosa di kelenjar meibom. Gangguan ini terjadi tanpa nyeri, dimana terdapat penyumbatan kelenjar meibom yg menyebabkan granuloma pd lempeng tarsal. Gejalanya antara lain pembengkakan hebat kelopak mata. c. Xanthelasma :sumbatan ”kuning” berisi lipid yg mengandung makrofag lesi bilateral, dpt dikaitkan dgn hiperkolesterolemia. ORBITA Exophthalmos/Proptosis : protrusi mata abnormal (biasanya akibat space occupying lesion), bilateral/unilateral. Penyebab tersering: thyroid disease, orbital dermoid cyst, dan hemangiomas. KONJUNGTIVA a. Perdarahan konjungtiva: akibat trauma tumpul, anoksia, dan batuk parah b. konjungtivitis: akibat agen infeksi atau alergi konjungtivitis, keratitis, atau ulkus kornea kebutaan(Trachoma dgn vector lalat rumah dan Ophthalmia Neonatorum konjungtivitis yg terjadi pd 28 hari pertama neonatus) c. Trachoma: konjungtivitis kronik yg menular, akibat infeksi chlamydia trachomatis d. Ophthalmia Neonatorum : konjungtivitis akut, berat dengan keluarnya secret purulen berlebihan, khususnya pada bayi, akibat Neisseria gonorrhoeae . KORNEA ulkus kornea : akibat Herpes simplex virus (HSV-1). Ulkus dendritik ini biasanya sembuh tanpa parut. LENSA MATA katarak : Pengeruhan lensa kristallina gangguan penglihatan dan kebutaan bisa disebabkan oleh: Diabetes, Genetik, Toksin, Defisiensi riboflavin/tryptophan, Obat-obatan (corticosteroids, ergot, phenothiazines), Agen fisik (panas, sinar UV, trauma, bedah intraocular), Penyakit okular (uveitis, neoplasma, glaucoma, retinitis pigmentosa, retinal detachment) . pada katarak, penglihatan turun/hilang tanpa nyeri, penglihatan mnjadi silau. Katarak akibat penuaan biasanya terjadi di daerah nucleus, korteks, atau subkapsular lensa. Katarak terinduksi obat steroid biasanya terjadi di supkapsular posterior. f. UVEA Inflamasi pada berbagai traktus uvea yaitu iris, korpus siliaris, dan koroid. Kelainan ini bs mengenai iris(iritis/uveitis anterior), korpus siliaris(cyclitis/uveitis intermediat), iris+korpus siliaris( iridocyclitis), dan seluruh uvea (uveitis) g. RETINA Perdarahan retina, bisa akibat hipertensi, DM, oklusi vena retina sentral. DIABETES MELITUS Hyperlipoproteinemia;Bisa menyebabkan atherosclerosis, thrombosis, dan arteriolosclerosis retinal detachment kebutaan Hyperglycemia peningkatan glukosa di akueous humor Peningkatan sorbitol katarak RETINITIS PIGMENTOSAmengenai kedua fotoreseptor, tp utamanya sel batang. Pola penurunan bs berupa rsesif autosomal, dominan autosomal, dan resesif terkait kromosom X. Bilateral, progresif, retinopati degenerativerabun senja kontriksi lapang padang perifer hilangnya fotoreseptor di retina akumulasi pigmen di retina GLAUKOMA berbagai gangguan neuropati optic yang disertai oleh hilangnya sensitivitas lapang pandang secara progresif. Kebanyakan kasus diakibatkan oleh hipertensi ocular. Patogenesisnya : NEOPLASMA melanoma maligna Tersering, muncul dari melanosit Retinoblastoma tersering pada anak-anak, pada 2 th pertama tumor otot luri, tumbuh dgn cepat. Infeksi mata Hanya sebagian kecil mata terpajan lingkungan luar karena 5/6 bagian mata terdapat di dalam tulang orbita. Infeksi okular dapat terbagi menjadi infeksi eksternal dan internal. Struktur eksternal terdiri atas kelopak mata, konjungt Organisme Penyakit Jalur infeksi iva, sklera, Rubella Katarak, Infeksi in utero dan mikroftalmia kornea. Cytomegalovirus Koriorenitis infeksi in utero dapat Sedangk terjadi pada penderita AIDS an bola Pseudomonas serious inner Setelah trauma, infeksi mata aeruginosa eye benda asing di mata, terdiri operasi mata, kontaminasi atas 3 bakteri, tetes mata lapisan, yakni sklera, koroid, dan retina. Sklera adalah jaringan keras, putih, fibrosa. Bagian anterior sklera membentuk kornea yang bersifat transparan dan tidak memiliki pembuluh darah. Bola mata dan kelopak mata dilapisi oleh membran mukosa yang disebut dengan konjungtiva. Ruang bola mata dibagi ke dalam 2 bagian, yakni ruang anterior dan ruang posterior. Ruang anterior terisis dengan cairan jernih dan cair yang disebut dengan aqueous humor. Sedangkan ruang posterior terisi dengan zat menyerupai gelatin dan lembut, yang disebut vitreous humor. Mikroba flora normal tubuh Terdapat bermacam-macam flora yang terdapat dalam sakus konjungtival. Staphylococcus epidermidis dan Lactobacillus spp adalah organisme yang paling sering ditemukan. Propionibacterium acnes juga terkadang ditemukan di daerah tersebut. Pada kurang dari 30% orang, dapat ditemukan Staphylococcus aureus.Pada 0,4-25% orang, terdapat Haemophilus influzae di daerah sakus konjungtival. Moraxella catarrhalis, Enterobacteriacea dan bermacam-macam streptococci dapat ditemukan pada sedikit orang. Adenovirus yang sering menyerang mata adalah tipe 3,7,8, 19. Virus campak menyebabkan infeksi konjungtiva melalui darah. Virus herpes simpleks menyebabkan lesi korneal (ulkus densdiritik). Virus varicella zooster dapat menyebabkan infeksi yang melibatkan konjungtiva. Chlamydia trachomatis menyebabkan trachoma dan kebutaan yang disebabkan oleh konjungtivitis inklusi. Infeksi Chlamydia trachomatis melalui jari atau melalui birth canal pada bayi baru lahir. Neisseria gonorrhoeae menyebabkan infeksi pada bayi baru lahir melalui birth canal. Staphloccus aureus menyebabkan infeksi kelopak mata dan sticky eye pada neonatus. Infeksi pada lapisan dalam mata: Mekanisme defensif mata Bulu mata: mencegah masuknya benda asing ke dalam mata Kelopak mata: berkedip 15-20 kali per menit meratakan sekresi dari kelenjar lakrimalis dan sel goblet, menyingkirkan bakteri dan benda asing. Lisozim dan imunoglobulin A (IgA): disekresi lokal, menjadi mekanisme defensif natural mata. Collagenous coat(Sklera dan Kornea): melindunga struktur intraokular. Jika pelindung ini dihancurkan oleh cidera penetratif atau ulserasi, infeksi dapat terjadi. Infeksi dari daerah lain dapat mencapai mata melalui pembuluh darah. Diagnosis Infeksi pada mata Gejala utama infeksi adalah mata merah, tetapi tidak seluruh infeksi menyebabkan mata merah. Inflamasi akut akan menyebabkan eksudat inflamasi, menyebabkan discharge mata. Jika discharge ini banyak dan mengandung neutrofil, maka dapat menyebabkan kelopak mata menempel ketika dibiarkan mengering. Inflamasi epitel konjungtiva menyebabkan penebalan lapisan di atas sklera. Pada lapisan dalam kelopak mata, dapat terbentuk papil. Diagnosis laboratorium Pada pasien dengan konjungtivitis, materi purulen dari permukaan sakus konjungtiva bawah dan kantus dalam mata dikumpulkan pada swab steril untuk kultur. Untuk kultur bakteri, medium transpornya Stuart. Kedua mata harus dikultur secara terpisah. Kultur Chlamydia dibawa menggunakan swab kalsium alginate yang dimasukkan ke dalam medium transport kultur jaringan. Setelah itu, sefera lakukan pewarnaan antibodi fluorescent chlamydia. Pada pasien dengan keratitis, lakukan scraping/kerok kornea menggunakan spatula platinum yang disterilkan menggunakan panas dan dibuat menjadi kultur multipel. Hasil kerokan dapat diwarnai menggunakan Giemsa. Deteksi sifilis dan rubella serologi Infeksi mata dalam dan orbita: kultur darah, swab discharge Khoroidoretinitis cek toksoplasma, CMV, rubella Discharge purulen pada konjungtivitis bakterial biasanya berkaitan dengan infeksi Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus. Pada keratitis HSV, terdapat ulkus dendritik di kornea. Gonokokal oftalmia neonaturum gejala muncul dalam 2-5 hari setelah lahir. Inflamasi dan edema lebih parah daripada infeksi Chlamydia. Etiologi Infeksi Mata Chlamidia trachomatis Chlamydia trachomatis adalah bakteri kokoid nonmotil yang merupakan parasin intraselualar obligat sel eukariot. Chlamydia trachomatis menyebabkan trakoma dan konjungtivitis inklusi. Trakoma dicirikan oleh perkembangan folikel dan konjungtiva yang meradang. Kornea menjadi berawan dan vaskular; infeksi berulang adalah penyebab yang sering ditemukan pada kebutaan. Konjungtivitis inklusi adalah peradangan ringan akibat infeksi konjungtiva dengan discharge purulen. Konjungtivitis Chlamydia adlaah bentuk konjungtivitis neonatus yang paling sering. Patogenesis Penyebaran C trachomatis dari satu orang ke orangg lain dapat menyebabkan trachoma, konjungtivitis inklusi, atau limfogranuloma venereum. Transmisi C trachomatis dari traktus urogenitalia ke mata dan sebaliknya terjadi melalui jari yang terkontaminasi, handuk, atau benda pembawa kuman lainnya. Pada neonatus, penyebaran terjadi melalui birth canal. Diagnosis Chlamydia trachomatis dapat diidentifikasi secara mikroskopik pada mata atau traktus urogenitalia. Badan inklusi yang didapatkan dari sel diidentifikasi menggunakan pewarna iodin pada glikogen di vakuola sitoplasmik. Untuk mengisolasi agen, dapat dilakukan identifikasi menggunakan antibodi imunofluorescent spesifik. Homogenat atau eksudat dari jaringan yang terinfeksi juga dapat digunakan untuk mengisolasi agen ke dalam kuning telur pada telur yang telah dibuahi. Serum dan air mata dari orang yang terinfeksi dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi anti-Chlamydia melalui uji fiksasi komplemen atau uji mikroimunoluerescence. Usaha kontrol Usaha penggunaan C trachomatis untuk pengobatan dan profilaksis trachoma telah gagal. Pasien dengan trachoma telah ditangani dengan efektif menggunakan eritromoisin, rifampin, sulfonamide, kloramfenikol, dan tetrasiklin. Siklus pengobatan berulang menggunakan sulfonamide long- acting telah dipakai untuk pengobatan infeksi trachoma lokal atau sistemik. Pada pasien trachoma dengan trichiasis, dibutuhkan pembedahan koreksi. Pasien dengan konjungtivitis inklusi biasanya tidak ditangani, karena infeksi bersifat self-limiting dan cenderung ringan. Penatalaksanaan Penatalaksanaan konjungtivitis bakterial menggunakan tetes antibiotic topikal, seperti kloramfenikol, basitrasin, neomisin. Jika mencurigai adanya infeksi N. Gonorrhoeae lakukan injeksi penisilin prokain intramuskular atau berikan amoksisilin oral. Infeksi Chlamydial ditangani menggunakan tetrasiklin oral. Pada wanita hamil dan anak-anak, gunakan eritromisin oral. Pasien harus diinstruuksikan untuk memperhatikan secara khusus aspek hygiene personal, termasuk larangan memegang mata yang terinfeksi dan berbagi handuk. Virus Herpes Simpleks Herpes okular Herpes okular (disebabkan oleh HSV-1) berupa keratitits herpes viral yang mempengaruhi persarafan kornea. Herpes okular biasanya bermanifestasi sebagai lesi gatal putih bercabang-cabang pada permukaan kornea (disebut sebagai ulkus denditrik). Gejala lain berupa nyeri tumpul di dalam mata, kekeringan ringan hingga akut, dan sinusitis. Sebagian besar infeksi dapat sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau setelah menggunakan antivirus oral dan topikal. Akan tetapi, virus terus menempati persarafan mata dan memperbanyak diri. Gejala lainnya, diantaranya adalah mata kering kronik, konjungtivitis intermiten gejala rendah, atau sinusitis kronik yang tidak dapat dijelaskan. Pada pasien dengan penurunan sistem imun atau dengan konsentrasi DNA viral mencapai batas kritis, maka keberadaan virus dapat memicu respon autoimun mata, yang menyebabkan sistem imun pasien merusak stroma kornea. Hal ini biasanya mengakibatkan hilangnya penglihatan akibat opasifikasi kornea. Penatalaksanaan menggunakan transplantasi kornea cenderung inefektif karena sering terjadi re-infeksi. Trauma pada mata juga meningkatkan resiko rekurensi. Keratitis herpes dapat menyebabkan komplikasi pada pasien yang mendapat keratotomy radial menggunakan laser(lasik). Neiseria gonorrhoe Menyebabkan konjungtivitis parah Dapat menyebabkan konjungtivitis pada neonatus, ditularkan saat melahirkan manifestasi muncul setelah 1-2 hari jika tidak diatasi menyebabkan kerusakan kornea kebutaan Staphylococcus aureus Mata lengket Pada neonatus, terjadi pada hari 5-10, biasanya berhubungan dengan infeksi rumah sakit Dapat disebabkan oleh autoinfeksi dari hidung/kulit/jemari Pseudomonas aeruginosa Infeksi oportunis setelah trauma dapat berkomplikasi menjadi kebutaan sumber infeksi: tetes mata yang terkontaminasi Treponema pallidum Menyebabkan keratitis interstisial pada sifilis kongenital dapat menyebabkan kebutaan Fungi: Fusarium, candida, dan aspergilus jarang terjadi, biasanya pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun atau setelah pembedahan kornea menyebabkan ulkus kornea. Mulut dan Hidung Mulut dan hidung dikolonisasi oleh bakteri. Bakteri yang banyak mengkoloni antara lain: streptococci, staphylococci, diphtheroids, dan cocci gram-negatif. Bakteri aerobik yang ditemukan di individu sehat dan berpotensi patogenik antara lain: S. aureus, S. pneumonia, S. pyogenes, N. meningitides, MRSA, Candida. Gangguan penciuman dapat disebabkan oleh infeksi virus yang merusak neuroepitelium olfaktori, virus parainfluenza tipe 3, dan infeksi HIV. Gangguan indera pengecap dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotik atau glukokortikoid, pertumbuhan Candida berlebih dapat disebabkan oleh imunodefisiensi. Penggunaan antibiotik spektrum luas dapat menyebabkan bertumbuhnya Candida albicans penetrasi oleh pseudomiselia ke epitel, membentuk thrush. Candidiasis(Oral trush) dapat terjadi pada defek imunitas, seperti pada infeksi HIV dan keganasan; serta terkadang ditemui pada bayi baru lahir dan orang tua. Diagnosis dikonfirmasi menggunakan pewarna Gram dan kultur materi kerokan ragi gram-positif. Agen antifungal topikal (nistatin atau klotrimazole) atau flukonazol oral adalah penatalaksanaan efektif untuk thrush. Telinga Telinga dibagi dalam tiga bagian anatomik: telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Telinga tengah adalah sistem yang kontinu, yang berkaitan dengan nares, nasofaring, tuba auditoris, dan ruang mastoid. Struktur ini dilapisi dengan epitel respiratori, seperti sel bersilia dan sel goblet penghasil mukus. 1. Otitis Eksterna (Infeksi Telinga Luar) Inflamasi pada meatus auditorius eksternal paling sering disebabkan oleh jamur pembentuk hifa, Aspergillus niger. Otitis eksternal akut dapat bersifat lokal maupun difus. Penyakit akut lokal pustul atau furunkel (Staphylococcus aureus), erysipelas (Streptokokus grup A) Otitis eksterna difus akut (telinga perenang) berhubungan dnegan maserasi (pelembekan jaringan) telinga perenang dan/atau cuaca hangat disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, terutam otitis eksternal hemoragik parah Otitis eksterna kronik disebabkan oleh iritasi drainase telinga tengah dengan otitis media suporatif kronik dan perforasi gendang telinga. Otitis eksterna ganas infeksi disertai nekrosis yang menyebar ke jaringan sekitar jaringan lunak, tulang rawan, dan tulang. 2. Otitis Media Otitis media adalah inflamasi akut telinga tengah yang paling sering ditemukan pada anak kecil. Pada otitis media akut, penyebabnya umumnya pneumokokus, Haemophilus influenzae, dan S.pyogenes. Sedangkan otitis media kronik terutama disebabkan oleh flora anaerobik, seperti peptostreptococcus spp, Bacteroides fragilis,Prevotella melaninogenica, Phorphyromonas, dan Fusobacterium nucleatum. Bakteri lain yang terkadang menyebabkan OMK adalah S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Proteus sp. Patogenesis infeksi telinga trauma lokal, benda asing, kelembaban yang berlebih dapat diikuti dengan otitis eksterna. Selain itu, infeksi pada telinga tengah dapat menyebabkan drainase purulen ke telinga tengah. Abnormalitas pada tuba auditorius dapat menjadi predisposisi otitis media. Diagnosis laboratorium pada infeksi telinga Telinga luar harus dibersihkan menggunakan germisida ringan untuk mereduksi flora kulit. Materi dari telinga harus diambil menggunakan peralatan steril menggunakan aspirasi jarum pada cairan telinga tengah. Kultur mastoid diambil melalui swab pada pembedahan spesimen harus ditranspor secara anaerobik. Sinusitis Sinusrongga terisi udara pada kepala biasanya steril Sinusitis akut biasanya muncul saat flu atau influenza self-limiting 1 hingga 3 minggu Gejala sinusitis: discharge purulen dan postnasal, rasa tertekan pada area sinus di wajah, batuk, dan kualitas suara. Terkadang, sinusitis akut bertahan dan menyebabkan keadaan kronik, di mana terjadi kolonisasi bakteri. Komplikasi lain berupa ekstensi lokal ke orbita, tengkorak, meninges, atau otak. Patogenesis sebagian besar sinusitis akut merupakan komplikasi bakteri dari demam viral. Sinus maksilaris sangat dekat dengan akar gigi atas sehingga infeksi gigi dapat menyebar ke sinus. Masalah utama sinusistis kronik adalah drainase yang tidak adekuat, klirens mukosilier yang terganggu, dan kerusakan mukosa. Penyebab utama sinusitis akut pada dewasa muda adalah Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Moraxella cattarrhalis. Pada anak, etiologinya adalah S. pneumoniae, H. influenzae, M. catarrhalis, Rhinovirus. Diagnosis laboratiorium Materi dari sinus maksilaris diambil menggunkan pungsi dan aspirasi saat bedah. Setelah didapatkan, dilakukan pewarnaan gram dan kultur aerobikanaerobik. Infeksi Adenovirus Adenovirus adalah virus ds DNA yang menyebabkan penyakit Pharyngoconjunctival fever, Acute respiratory desease, Keratoconjunctivivtis. Transmisi terjadi melalui droplet, feses, kontaminasi dari mata yang terinfeksi, handuk, dan tetes mata. Pathogenesis Adenovirus menginfeksi epitel traktus respiratorius dan mata menyebar ke jar. Limfoid dapat bertahan untuk beberapa lama pada tonsil dan kel. adenoid anak. Protein virus mengganggu sistim imun dengan memblok aksi interferon dan sel Tc. Diagnosis Deteksi antigen, PCR, isolasi virus, serologi. Penatalaksanaan Sebagian besar infeksi bersifat ringan dan tidak membutuhkan terapi, atau hanya memerlukan penatalaksanaan simtomatik. Karena tidak ada terapa virus spesifik, kesakitan edenovirus dapat ditangani hanya dengan menangani gejala dan komplikasi infeksi. Kematian jarang ditemukan tetapi telah dilaporkan. Pencegahan vaksin, praktek kontrol infeksi yang baik, menjaga level klorinasi yang dibutuhkan Penyakit Infeksi pada Mata Infeksi Deskripsi Bakteri Virus Jamur Blefaritis Inflamasi di tepi-tepi kelopak , mata. Gejala yang muncul antara lain iritasi, mata merah, sensasi terbakar, sensasi benda asing, dan rasa gatal. S. aureus, S. epidermidis penyebab infeksi yang paling sering ditemukan HSVdapat menyebabkan erupsi menyerupai lepuh pada kelopak mata Konjungitivit is Inflamasi konjungtiva. konjungtivitis bakterial adalah tipe infeksi okular yang paling sering ditemukan. Gejala bervariasi tergantung pada agen etiologik, tetapi sebagian besar pasien mengalami pembengkakkan konjungtiva, eksudat inflamasi, rasa terbakar, dan gatal. Berhubungan dengan usia mempengaruhi agen etiologik Strep. Pneumoniae (pada anakanak); Haem. influenzae(pada anak-anak); Staph. aureus; Haemophilus spp.; Chlamydia trachomatis (pada neonatus; dapat menyebabkan trakoma kebutaan); N. gonorrhoea (pada neonatus); Strep. Pyogenes; Moraxella spp; Corynebacteriumspp. Adenovirus(age n viral yang paling sering menyebabkan konjungtivitis); Herpes simplex (HSV); Varicella zooster Keratitis Inflamasi kornea. Walaupun tidak terdapat gejala spesifik untuk menkonfirmasi infeksi, sebagian pasien mengeluh nyeri dan penurunan ketajaman penglihatan, dengan atau tanpa discharge mata. S. aureus; S.pneumoniae; P. aeruginosa; Moraxella lacunata; Bacillus spp. HSV; adenovirus; varicella zooster Fusarium solani; aspergillus spp.; candida spp.; acremonium; curvularia Keratokonjungtiviti s Infeksi yang melibatkan konjungtiva dan kornea. Ophthalnmia neonatorum adalah konjungtivitis atau keratokonjungtivitis pada neonatus yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae atau C. trachomatis Agen penyebab keratitis atau konjungtivitis Agen penyebab keratitis atau konjungtivitis Agen penyebab keratitis Korioretiniti s and uveitis Inflamasi retina dan koroid yang berada di bawahnya atau uvea. Infeksi dapat menyebabkan kehilangan penglihatan Mycobacterium tuberculosis ; Treponema palidum; borrelia burgdoriferi Cytomegaloviru s, HSV Candida spp. Endoftalmiti s inflamasi pada traktus uveal atau kamera okuli posterior. Didahului oleh trauma bedah, trauma nonbedah (jarang), dan penyebaran hematogen dari daerah infeksi lain. Setelah trauma bedah, biasanya penyakit ini ditemukan dalam 24-48 jam. Infeksi umumnya berasal dari mikroflora di permukaan okular. Infeksi humor aqueus atau vitreous yang biasanya disebabkan oleh bakteri atau jamur. Infeksi ini jarang, muncul mendadak dan berprogresi cepat. Infeksi ini sering menyebabkan kebutaan. Ciri utamanya adalah nyeri ketika menggerakkan mata dan penurunan kemampuan penglihatan. S.aureus; S.epidermidis; P.aeruginosa; Endoftalmitis terkait meningitis: H. influenza, Streptococci spp; N. meningitidis Infeksi lakrimal; kanalikulitis Inflamasi kanal lakrimalis yang jarang dan kronik, di mana terjadi juga pembengkakkan kelopak mata dan discharge mukopurulen yang pekat. Actinomyces ; propionibacterium propionicum Dakriosistis Infeksi sakus lakrimalis yang disertai dengan nyeri, pembengkakkan, dan nyeri tekan di jaringan lunak regio medial canthal. S.pneumoniae; S.aureus; S.pyogenes; H.influenzae Dakrioadenitis Infeksi akut kelenjar lakrimal. Infeksi ini jarang dan dapat disertai dengan nyeri, mata merah, pembengkakkan kelopak mata atas, dan discharge konjungtiva. S.pneumoniae; S.aureus; S.pyogenes; HSV, Varicella, VZV, Cytomegaloviru s, measles viruses Candida albicans(sering) ; Aspergillus spp; Volutella spp; Acremonium spp Candida albicans; aspergillus spp. Tambahan:Keratitis (infeksi kornea) Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai agen infeksi, biasanya setelah trauma yang menyebabkan defek permukaan okular. Keratitis harus dianggap sebagai kegawatdaruratan karena perforasi kornea dan kehilangan penglihatan dapat terjadi dalam 24 jam ketika disebabkan oleh organisme seperti Pseudomonas aeruinosa, Staphylococcus aureus, atau HSV. Infeksi pseudomonas berhubungan dengan penggunaan lensa kontak. Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa menyebabkan ulkus kornea. S. pneumoniamenghasilkan faktor toksik (eksopeptidase) ulkus kornea P. aeruginosaenzim proteolitikdestruksi kornea Gonococcus dapat menyebabkan keratitis jika konjungtivitisnya tidak ditangani dengan baik. Acinetobacter resisten terhadap penisilin dan banyak agen antimikroba lainnya dan dapat menyebabkan perforasi kornea.