Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Perkembangbiakan

advertisement
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Hasil Belajar
Gagne (dalam Siddiq, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Tiga
unsur pokok dalam belajar yaitu: 1) Proses : Belajar adalah proses mental dan
emosional atau proses berpikir dan merasakan; 2) Perubahan perilaku : Seseorang
yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya; 3) Pengalaman : Belajar
adalah mengalami interaksi antara individu dan lingkungan sosial. Belajar pada
hakekatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, efektif, maupun
psikomotorik yang diperoleh malalui interaksi individu dengan lingkungannya.
Belajar adalah sikap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai akibat suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Morgan dalam
(Purwanto, 1997 : 84).
Menurut William James, John Dewey, James Cartel dan Edwart (dalam
Winata Putra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan
(competencies) , Ketrampilan (Skills) dan sikap (Attitude) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian belajar sepanjang hayat.
Menurut Skiner (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Proses
adaptasi akan mendapatkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan
(Reinforce).
Muhibbin (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah perubahan yang terjadi
pada seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi
perilaku orang tersebut.
Slameto (dalam Kurnia, 2007; 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara
6
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan Winkel (dalam Kurnia, 2007; 1-3) merumuskan belajar
sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung
dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya sehingga menghasilkan
perubahan yang relative menetap bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Berbagai pengertian yang telah diutarakan beberapa peneliti diatas peneliti
mengambil kesimpulan bahwa belajar hakekatnya merupakan salah satu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku dalam aspek
kognitif, afektif, psikomotorik untuk memperoleh jatidiri seseorang yang diperoleh
melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil
belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, relative menetap dan mempunyai
tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Pengertian Hasil Belajar : Hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Kata
prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” kemudian dalam bahasa
Indonesia disebut prestasi yang artinya hasil usaha. Kata prestasi juga berarti
kemampuan ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu (Arifin I,
1999:78). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah
mengalami aktifitas belajar (Tri Anni, 2004:4)
2.2
Ilmu Pengetahuan Alam
Adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta
dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991) Menurut Sri Sulistyorini (2000) IPA
dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap,
artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk) dan dimensi
pengembangan sikap. Ilmu Pengetahuan Alam berarti Ilmu “ tentang “ pengetahuan
alam. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar, pengetahuan yang benar artinya
pengetahuan yang di benarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional
obyektif, rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan
obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai
dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya
7
pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “ pengetahuan “
itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan
segala isinya (kaligis dan hendro, dalam Runingsih 2011).
IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan dan
konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkai proses ilmiah antara lain penyalidikan, penyusunan dan penyajian
gagasan (Depdiknas,1999: 1) IPA merupakan cara mencari tau tentang alam secara
sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah (pepdiknas, 2004 : 6)
Menurut Leo Sutrisno (2007) IPA merupakan usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran,
serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran
yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA adalah hasil kegiatan
manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang
alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan.
Menurut Sri Sulistyarini ( 2007 ) IPA dapat dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi pengembangan, sikap. Artinya belajar IPA memiliki dimensi
proses, dimensi hasil produk dan dimensi pengembangan sikap. Ketiga dimensi
tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA
seharusnya mengandung ketiga dimensi yaitu:
1. IPA sebagai proses.
IPA sebagai proses merujuk suatu aktifitas ilmiah yang dilakukan oleh para ahli
IPA. Setiap aktifitas ilmiah mempunyai cirri rasional, kognitif dan bertujuan.
Aktifitas dalam mencari ilmu memang menggunakan kemampuan pikiran untuk
menalarkannya. Dalam melaksanakan aktifitas ilmiah yang merupakan kegiatan
kognitif, anda harus memiliki tujuan, yaitu mencari kebenaran, mencari
penjelasan yang terbaik. Aktifitas semacam ini dipayungi oleh sesuatu kegiatan
yang disebut penelitihan.
8
2. IPA sebagai prosedur.
Pengetahuan IPA dibangun melalui penalaran refrensi berdasarkan data yang
tersedia. Kebenarannya diuji lewat pengamatan nyata. Bagi yang Belum
memenuhi syarat dengan sendirinya gugur atau direvisi ulang. Semua temuan
IPA memerlukan uji oleh teman sejawat dan juga perlu di replikasi. Semakin
sederhana penjelasannya semakin diterima oleh masyarakat IPA. Lihatlah
hokum grafitasi Newmon, teori mekatifus khusus Einstein, keBelumpastian
Heisenberg dsb.
3. IPA sebagai produk ilmiah.
IPA sebagai produk ilmiah dapat berupa pengetahuan. IPA yang dapat
ditemukan dalam buku-buku ajar, majalah-majalah, buku-buku teks, artikel ilmiah
yang terbit pada jurnal, serta pernyataan-pernyataan para ahli IPA. Secara
umum produk ilmiah pengetahuan itu dapat dibagi menjadi : fakta, konsep,
lambang, konsep/penjelasan dan teori. Ketika para ilmiawan yang mengamati
suatu fenomena alam, mereka memperoleh sejumlah fakta dan
informasi
tentang hal-hal terkait dengan fenomena tersebut. Selanjutnya mereka
membangun konsep-konsep IPA berupa sebuah kata atau lebih, misalnya :
panas, suhu, massa, panas jenis, volume, masa jenis, gerak berubah beraturan,
gerak lurus berubah beraturan. Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hakekat IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan. Dalam IPA mengandung tiga (3) hal ;
Proses (usaha manusia memahami alam semesta), Prosedur (Pengamatan yang
tepat dan prosedurnya benar), dan Produk (kesimpulan betul).
2.2.1
Hakekat Perkembang biakan Tumbuhan.
Perkembangbiakan tumbuhan adalah proses penambahan species melalui
proses penurunan (henriditas). Bagian tumbuhan yang ditanam untuk memperoleh
tumbuhan baru disebut alat perkembangbiakan. Perkembangbiakan tumbuhan
dapat melalui biji, tunas, cangkok, dan stek.
9
Tumbuhan dan cara berkembang biaknya: Perkembangbiakan dengan bagian
tumbuh-tumbuhan atau tanpa melalui perkawinan disebut juga perkembangbiakan
cara vegetatif. Perkembangbiakan dengan biji disebut perkembangbiakan dengan
cara generatif. Perkembangbiakan tumbuhan dibedakan menjadi dua cara yaitu
dengan cara vegetatif dan generative.
Perkembangbiakan Secara Vegetatif : Bagian tubuh induk tumbuhan yang
dijadikan tumbuhan baru disebut alat perkembangbiakan vegetatif. Memperbanyak
tumbuhan dengan alat perkembangbiakan vegetatif disebut pembiakan vegetatif.
Ada dua macam pembiakan vegetatif yaitu pembiakan vegetatif alami dan
pembiakan vegetatif buatan.
Pembiakan Vegetatif Alami : Pembiakan vegetatif tanpa bantuan manusia
disebut pembiakan vegetatif alami. Alat pembiakannya tumbuh dengan sendirinya
dari tumbuhan melalui tunas, umbi, spora, dan rhizoma. 1) Tunas : Pada tanaman
cocor bebek pada tepi dan ujung daun yang telah tua terdapat tunas. Jika
ditanam, tunas itu akan tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas itu disebut tunas
adventif. Tanaman lain yang berkembang biak dengan tunas, yaitu pisang,
cemara, bambu, sukun, dan tebu. Pada tanaman ini tunas adventif tumbuh pada
akar. 2) Spora : Jenis tanaman paku-pakuan sering ditanam orang sebagai
tanaman hias, contohnya suplir. Pada bagian bawah daunnya terdapat titik-titik
berwarna cokelat yang disebut spora. Spora berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Jika spora jatuh ke tanah, akan tumbuh tanaman baru. 3)
Umbi : Umbi ada yang berupa umbi batang, umbi akar, dan umbi lapis. Jika
tanaman yang berkembang biak dengan umbi, dari umbi keluar akar dan tunas
sehingga tumbuh tanaman baru. Umbi yang ditanam menjadi sumber makanan
bagi pertumbuhan tanaman sebelum mengisap makanan sendiri dari tanah.
Contoh tanaman yang berkembang biak dengan umbi: Umbi batang : kentang
Umbi lapis : bawang merah, bawang putih. Umbi akar : wortel, umbi jalar. 4)
Rhizoma : Amati kencur, lengkuas, dan kunyit yang ada di rumahmu. Kamu akan
menemukan ruas-ruas batang. Jika ruas-ruas itu ditanam akan tumbuh tanaman
baru. Tumbuhan tersebut berkembang biak dengan rhizoma. Rhizoma disebut
10
juga akar tunggal atau akar tongkat. Rhizoma sebenarnya adalah batang yang
tumbuh di dalam tanah.
Pembiakan Vegetatif buatan yaitu pembiakan tumbuhan dengan stek,
cangkok, dan mengenten sengaja dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu,
pembiakan yang demikian disebut pembiakan vegetatif buatan : 1) Stek : adalah
cara pembiakan dengan menanam bagian dari tanaman, misalnya batang. Contoh
pembiakan dengan stek, misalnya pada ketela pohon dan tebu. Bagaimana cara
pembiakan dengan stek Keuntungan pembiakan secara cangkok adalah tanaman
baru akan cepat besar dan berbuah, serta memiliki sifat induknya. Artinya, jika
buah induknya besar-besar dan manis, maka sifat buah hasil cangkokan akan
sama, yaitu buahnya besar dan manis. Sebaliknya, pembiakan dengan biji,
tumbuhan akan lama menjadi besar dan lama berbuahnya, serta sifatsifatnya
dapat berbeda dengan induknya.
2.2.2
Berkembang Biak dengan Cara Generatif
Ada berbagai tumbuhan yang berkembang biak menggunakan biji. Biji
terbentuk dari hasil penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan dan pembuahan
terjadi pada tanaman yang memiliki bunga. Perkembangbiakan ini dinamakan
perkembangbiakan generatif.
Bagian bunga yang merupakan alat untuk berkembang biak adalah benang
sari dan putik. Benang sari merupakan alat kelamin jantan, putik merupakan alat
kelamin betina. Penyerbukan terjadi apabila serbuk sari jatuh pada kepala putik.
Selanjutnya akan terjadi pembuahan dalam bakal buah. Pembuahan, yaitu
bersatunya sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina membentuk individu
baru. Setelah terjadi pembuahan, akan menjadi buah yang di dalamnya
mengandung biji. Pada biji terdapat bakal calon tumbuhan baru. Jika biji telah
masak dapat ditanam dan akan tumbuh menjadi tanaman baru. Biji merupakan
hasil penyerbukan dan pembuahan, serta menjadi alat berkembang biak. Faktor
Pembantu Penyerbukan: Lebah dapat membantu penyerbukan. Penyerbukan
akan terjadi setelah bunga itu masak. Penyerbukan dapat dibantu oleh angin,
hewan, dan manusia. Hewan lain yang dapat membantu penyerbukan, misalnya
kupu-kupu dan burung. Serbuk sari yang kena tubuh hewan dapat mengenai putik
11
sehingga serbuk sari menempel pada putik karena kepala putik mengandung
semacam perekat. Tanaman yang pernyerbukannya dibantu hewan misalnya
jeruk, belimbing, dan kapuk randu. Berbagai jenis tumbuhan seperti jagung, padi,
dan rumput-rumputan, serbuk sarinya terbawa dengan perantaraan angin. Untuk
meningkatkan produksi pertanian, proses penyerbukan dapat dilakukan oleh
manusia untuk memperoleh bibit unggul. Contohnya, tanaman anggrek dan buahbuahan. Macam-Macam Penyerbukan: Tumbuhan banyak sekali macamnya.
Penyerbukannya pun bermacam-macam. Penyerbukan di bedakan menjadi 3
jenis. 1. Penyerbukan sendiri, artinya serbuk sari yang jatuh ke kepala putik
berasal dari bunga sendiri. 2. Penyerbukan silang, artinya serbuk sari berasal dari
tumbuhan lain, tetapi yang sejenis. 3. Penyerbukan buatan, artinya manusia
dengan sengaja menyerbukkan. Hal ini sengaja dilakukan untuk mendapatkan
tanaman jenis baru. Misalnya pada tumbuhan vanili.
Berdasarkan asal serbuk sarinya, tumbuhan dibagi menjadi 2 macam yaitu
tumbuhan berumah satu dan tumbuhan berumah dua. Tumbuhan berumah satu,
artinya pada satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina, misalnya,
tumbuhan jagung dan ketimun. Tumbuhan berumah dua, artinya bunga jantan dan
bunga betina terpisah pada pohon lain. Satu pohon hanya mempunyai bunga
jantan saja atau betina saja. Misalnya, tumbuhan salak dan pakis haji.
(www.crayonpedia.org)
2.4
Hakekat Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah,
Belum hanya sekedar mengetahui, mengingat dan memahami. Hakekat
pembelajaran kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif (Yasa, Doantara 2008. Contextual Teaching and Learning) dalam friendly
school blogspot.com.
12
Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, agar
tidak gagal membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil belajar,
sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang berfariatif,
memberdayakan dengan prinsip membelajarkan siswa, bukan mengajar siswa.
Prinsip pembelajaran semacam itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat
fakta, konsep dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi
sendiri oleh siswa dengan fasilitas dari guru. Siswa belajar dengan mengalami
sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna kepada
pengetahuan itu. Siswa harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga
ketrampilan dan pengetahuan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal
kehidupannya. Disinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan
membantu menghubungkan pengetahuan lama dan dengan yang baru serta
memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru
berpesan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan fasilitator.
Pembelajaran dengan cara
tersebut merupakan pembelajaran dengan
Pendekatan Kontekstual (contextualteaching and learning) yaitu dengan cara guru
memulai pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan
bercerita atau Tanya jawab lisan tentang kondisi actual dalam kehidupan siswa
(daily lafe), kemudian diarahkan melalui modeling agar siswa termotivasi
(questioning) agar siswa berfikir, construksivism agar siswa membangun
pengertian, inquiry agar siswa menemukan konsep dengan bimbingan guru.
Learning community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta
terbiasa berkolaborasi, reflektion agar siswa bisa merevue kembali pengalaman
belajarnya, serta authentic ussermart agar penilaian yang diberikan menjadi
sangat objektif. Jadi pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen utama
yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi
dan penilaian sederhana.
Hakekat pembelajaran kontekstual adalah konsep yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
13
penerapan dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif (Jasa Doantoro, 2008 : Contextual Teaching and
Learning) dalam freindlyschool.blogspot.com.
Pembelajaran dalam sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan
kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut, ini Belum sulit kalau
sudah terbiasa. CTL dapat diterapkan di dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja dan kelas bagaimanapun keadaannya. Depdiknas (dalam Trianto, 2007 ;
106).
CTL dapat diterapkan di kelas secara sederhana, yaitu :
1. Konstruktifisme: Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan, nilai dan ketrampilan barunya;
2. Inkuiri: Laksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topic sekiranya
mungkin;
3. Pertanyaan: Kembangkan sifat ingin tau siswa dengan bertanya;
4. Masyarakat belajar: Ciptakan “Masyarakat belajar” melalui belajar
secara kelompok;
5. Modeling: Hadirkan “Model” sebagai contoh pembelajaran;
6. Refleksi: Lakukan refleksi pada setiap akhir pertemuan kelas;
7. Penilaian otentik: Lakukan penilaian otentik dengan berbagai cara.
Langkah-langkah pembelajaran
dengan langkah-langkah
pendekatan
pembelajaran kontektual :
1. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan;
2. Mengkaji kontek kehidupan siswa sehari-hari;
3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kontek kehidupan
siswa;
4. Menyusun persiapan proses belajar;
5. Melaksanakan proses pembelajaran;
6. Melakukan penilaian otentik
14
Menurut Wayan (2005) penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran
langsung Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan
Hasil Belajar Konsepsi Fisika Siswa SMAN 13 Bandar Lampung” menyimpulkan
bahwa : 1) Aktifitas belajar siswa sangat baik. Setiap kegiatan belajar fisika hanya
sebagian kecil siswa yang melakukan kegiatan menyimpang, 2). Konsepsikonsepsi siswa terhadap konsep fisika jika dibandingkan penguasaan konsep awal
siswa meningkat dari siklus kesiklus.
Penelitian Ahmad Azhar (2002) yang berjudul “Peranan Pendekatan
Kontekstual Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam” menyimpulkan bahwa ;
1) Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang digunakan pada proses
belajar mengajar dimana materi kegiatannya berhubungan erat dengan
pengalaman nyata siswa di luar sekolah. 2) Peranan kontekstual pada dasarnya
perpaduan antara berbagai macam kegiatan yang digunakan pada pembelajaran
IPA yang telah ada sebelumnya, menyeimbangkan kreatifitas dan mental siswa
dan membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi pelajaran IPA dengan dunia
nyata pada proses pembelajaran.
3) Pendekatan kontekstual
adalah
pengembangan diri cara pembelajaran yang telah ada.
2.5 Kerangka Berpikir
Optimalisasi pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor
metode atau teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran
yang bervariasi sehingga siswa merasa dalam pembelajaran menjadi lebih bermakna
atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran
guru harus mampu memberikan kesempatan pada anak didik untuk aktif serta
menumbuhkan inovasi dan kreatifitas serta penggunaan waktu yang effektif dalam
proses pembelajaran sehingga anak merasa senang dan merasa tertantang untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal, guru harus dapat melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran atau pembelajaran partisipatif. Peserta didik dibantu oleh
pendidik dalam melibatkan diri untuk mengembangkan atau memodifikasi kegiatan
pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam proses ini
mencakup kegiatan untuk menyiapkan fasilitas atau alat bantu pembelajaran,
15
menerima informasi tentang materi/bahan belajar dan saling melakukan tukar
pengalaman dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan masalah.
Paulson dan Faust (2002) Berkaitan dengan model-model pembelajaran active
and creative learning mengemukakan bahwa apapun model yang digunakan dalam
pembelajaran disekolah yang penting adalah keterlibatan intelektual dan emosional
siswa. Model pembelajaran kontektual dengan langkah-langkah pembelajaran jigsaw
learning. Model Jigsaw
merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Model pembelajaran
jigsaw ( gergaji ) ini dapat diartikan sebagai model pembelajaran berbentuk zig-zag
artinya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok
beranggotakan empat atau lima siswa untuk mengerjakan tugas yang dibagi menjadi
beberapa subtugas sesuai dengan jumlah anggota tiap kelompok sebagai” kelompok
asal.” Kemudian pecahlah kelompok asal membentuk kelompok baru berdasarkan
tugas sejenis untuk saling bertemu menjadi “kelompok ahli” untuk mendiskusikan
tugas mereka dan membagi kesimpulan dan hasil mereka.Ketika semua anggota
kelompok memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman, berdiskusi dan
memodifikasi kesimpulan , kembalikan ke kelompok masing-masing yaitu ke “
kelompok asal “. Setiap anggota kelompok menginformasikan rekan- rekan
sekelompok mereka sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
Dengan
penerapan
pendekatan
kontekstual
dalam
pembelajaran
perkembangbiakan tumbuhan di kelas VI SDN Ketanggan 02 diharapkan
pembelajaran lebih menjadi bermakna dan dapat mengatasi masalah dalam
pembelajaran IPA di Kelas VI SD Negeri 02 Ketanggan Kecamatan Gringsing
Kabupaten Batang, karena siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran serta lebih
mudah bagi guru dalam memberikan penjelasan sehingga diharapkan terjadi
peningkatan pada hasil belajar siswa tentang perkembang biakan tumbuhan.
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tersebut akan lebih mudah dipahami
melalui skema berikut :
16
PERENCANAAN
KONDISI AWAL
SIMPULAN
SIKLUS I
EVALUASI
REFLEKSI
Tuntas ≥65 (82,35 %)
Belum tuntas<65 (17,65)
PERENCANAAN
SIKLUS II
KONDISI AKHIR
PELAKSANAAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
EVALUASI
Tuntas ≥65 (100 %)
Belum tuntas<65 (0 %)
Simpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kondisi awal dengan kondisi
akhir.
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir
Download