Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) Merupakan spesies burung endemik yang hanya terdapat di TNBB. Saat ini statusnya dilindungi Undangundang : SK Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus 1970. Menurut IUCN termasuk dalam kategori Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 dan Appendix I CITES. Jenis-jenis makanan Jalak Bali di alam terdiri dari Semut, telor semut, belalang, jangkrik, ulat, kupu-kupu, rayap, dan serangga tanah. Untuk pakan berkategori nabati terdiri dari buah : kerasi (lantana camara), bekul (Zyzyphus mauritiana), intaran (Azadirachta indica), daging buah kepuh (Sterculia foetida), talok (Grewia kordersiana), buni (Antidesma bunius). Bagi sebagian masyarakat Bali Barat, Jalak Bali memiliki nilai tersendiri terkait dengan kasus pencurian satwa liar, khususnya Jalak Bali yang dilakukan oleh oknum anggota masyarakat. Hal ini menimbulkan sikap kurang senang dengan keberadaan Jalak Bali. Menjangan (Cervus timorensis) Menjangan bagi sebagian besar masyarakat kawasan TNBB khususnya yang beragama Hindu memiliki nilai budaya yang cukup besar yaitu sebagai hewan persembahan pada upacara adat. Keberadaannya saat ini didalam kawasan TNBB terdesak oleh perburuan liar dan perusakan habitat oleh masyarakat sekitar kawasan. Kera Hitam (Tracyphitchecus auratus) Dikenal oleh masyarakat sekitar kawasan TNBB dengan nama Budeng. Terdapat di hampir semua ekosistem di Taman Nasional Bali Barat. Jenis ini memiliki kebiasaan hidup berkelompok. Jenis-jenis tanaman yang menjadi makanan Kera Hitam antara lain; Kemloko (Phylantus emblica), Pilang (Acacia leocoploea), Trenggulun (Protium javanicum), Kesambi (scheleicera oleosa), Kepuh (Sterculia foetida), Buni (Antidesma bunius), Talok (Grewia koordersiana), Walikukun (Schoutenia ovata). Adanya tekanan terhadap kawasan berupa pencurian pohon, pengambilan kayu bakar menyebabkan sumber pakan bagi Kera Hitam berkurang. Hal ini mengakibatkan terjadinya pencurian tanaman pangan milik masyarakat oleh spesies ini.