Konservasi burung jalak bali Indonesia selain dikenal dengan keindahan alam yang dimilikinya juga terkenal dengan kekayaan flora dan faunanya. Namun semakin harinya seiring dengan perkembangan jaman, flora dan fauna yang dimiliki Indonesia semakin sedikit populasinya. Tidak lain tidak bukan tentu saja karena semakin gencarnya perburuan liar yang dilakukan manusia. Apa sebenarnya yang membuat mereka berbuat demikian ? Jawaban yang pasti tentu saja untuk memenuhi keinginan mereka memiliki flora atau fauna tersebut. Namun secara tidak sadar perbuatan yang mereka lakukan tentu saja berdampak buruk bagi ekosistem tersebut. Untuk itu perlu sebuah langkah upaya perlindungan dilakukan agar dapat menyelamatkan flora dan fauna tersebut, dan salah satu cara yang dapat digunakan ialah dengan suatu konservasi. Mendengar kata konservasi dibenak setiap orang pasti memiliki arti suatu upaya perlindungan yang dilakukan oleh manusia. Tujuan utama dari konservasi sendiri tentu saja untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan suatu lingkungan alam yang berisi flora dan fauna yang terancam kehidupannya. Flora maupun fauna yang dikonservasikan juga tidak sembarangan. Flora dan fauna endemik biasanya memang banyak yang dikonservasikan. Sebagai contoh hewan endemik Pulau Bali yakni burung jalak bali juga merupakan fauna yang dikonservasikan. Jalak bali yang memiliki nama latin Leucopsar rothschildi memiliki bulu berwarna putih pada badannya kecuali di bagian mata yang berwarna biru dan pada bagian ekor yang berwarna hitam. Rahma Widiyanti (2015) mengatakan bahwa jalak bali termasuk satwa yang dilindungi karena nilai ekonominya yang tinggi. Semakin banyaknya pecinta jalak bali sekarang menjadi salah satu faktor punahnya jalak bali karena semakin banyak pula perburuan liar yang dilakukan. Nilai ekonomi jalak bali terhitung cukup tinggi karena burung tersebut memiliki keelokan dan keindahan pada tubuh dan penampilannya. Karena semakin banyaknya perburuan liar yang terjadi tentu saja berdampak pada jumlah populasi jalak bali yang ada hingga sekarang. Mengutip dari salah satu artikel dari internet dikatakan bahwa dari tahun 1910 populasi jalak bali hanya sekitar 900 ekor saja. Pada tahun 1990 jumlahnya turun drastis menjadi 15 ekor. Kemudian di tahun 2005 merupakan yang terburuk karena populasi jalak bali hanya tersisa 5 ekor saja. tentu saja itu semua merupakan fakta yang menyakitkan hati, dimana suatu satwa endemik dari yang populasinya dari 900 ekor hanya tersisa menjadi 5 ekor. Dari data ini tentu kita dapat menyimpulkan jika perburuan liar yang manusia lakukan memang tidak main-main. Hanya karena untuk memuaskan keinginan memiliki jalak bali mereka rela melakukan eksploitasi besar-besaran pada jalak bali tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan nantinya. Mereka bisa saja merusak ekosistem alam, yang ada. Kemudian dampak efek panjang yang mungkin ditimbulkan ialah anak cucu kita di masa depan yang bisa saja tidak dapat melihat secara langsung satwa endemik ini. Padahal di masa depan mereka juga bisa belajar melalui pengamatan pada burung ini. Mungkin saja belajar perilakunya maupun belajar anatominya. Jalak bali memang memiliki pesonanya sendiri sehingga membuat banyak orang menyukainya. Namun seharusnya dengan tidak memikirkan ego mereka untuk memiliki jalak bali dan memenuhi keinginannya sehingga menyebabkan banyak terjadi perburuan liar. Sebelum memikirkan ego masing-masing seharusnya mereka juga berpikir panjang tentang dampak yang mungkin akan terjadinya di masa depan nantinya. Walaupun mereka menjadikan hobi menjadi alasan memilihara jalak bali, hal tersebut tetap tidak bisa dibenarkan. Karena pada dasarnya yang mereka pelihara adalah satwa endemik yang hampir punah dan perlu untuk dilindungi. Memang banyak manfaat dari kita memelihara suatu hewan. Seperti misalkan memelihara hewan dapat membantu mengurangi stress, menurunkan tekanan darah, membuat seseorang bergerak lebih aktif, memberikan dukungan, menghilangkan rasa kesepian dan mengurangi pikiran negative (Kompasiana, 2015). Meskipun banyak manfaat yang dapat kita rasakan namun tetap saja seperti yang telah dijelaskan diatas, hal tersebut tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat dijadikan suatu alasan untuk memilihara jalak bali. Mengapa tidak boleh ? karena sudah jelas jalak bali merupakan satwa endemik yang dilindungi dan terdapat larangan keras memeliharanya. Sebenarnya selain karena perburuan liar yang semakin hari semakin banyak dilakukan, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan punahnya jalak bali sekarang. Faktor yang pertama adalah hilangnya habitat asli jalak bali. Hilangnya habitat asli mereka dikarenakan semakin banyaknya penggundulan hutan yang dilakukan. Hilangnya habitat asli menjadi faktor penyebab kepunahan jalak bali karena hutan liar yang merupakan habitat aslinya merupakan tempat tinggal dan sumber makanan bagi mereka. Oleh karena itu jika semakin banyak terjadi penggundulan hutan dilakukan otomatis akan menghilangkan tempat tinggal dan sumber makanan mereka dan menyebabkan mereka semakin lama semakin punah. Faktor kedua yang menjadikan punahnya jalak bali adalah persebaran yang terbatas. Jalak bali hanya dapat ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali, tepatnya di hutan hujan dataran rendah yang ada di Taman Nasional Bali Barat. Oleh karenanya jalak bali disebut sebagai satwa endemik Pulau Bali karena alasan tersebut. Pada habitat aslinya jalak bali hidup secara liar dan suka hidup di tempat yang terbuka. Hal ini menjadi faktor berikutnya kepunahan jalak bali. Karena lingkungan hidupnya yang mudah terjangkau manusia dan kesukaannya hidup di tempat terbuka menjadikan manusia lebih mudah untuk menangkap mereka. Semakin banyaknya jalak bali yang mengalami kepunahan tentu menimbulkan kekhawatiran. Untuk itu perlu adanya tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Di Indonesia sendiri jalak bali telah dikategorikan sebagai satwa liar yang dilindungi. Perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 (alamendah.org, 2010). Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi jalak bali ialah dengan melakukan tindakan konservasi dan pelepasliaran. Lokasi konservasi jalak bali tidak hanya terdapat di Taman Nasional Bali Barat namun juga terdapat di Nusa Penida yang didirikan FNPF (Friend of National Parks Foundation), sebuah yayasan yang aktif dalam program pelepasliaran jalak bali (Ridzki R. Sigit, 2014) Dengan adanya konservasi dan pelepasliaran ini tentunya diharapkan akan membawa hasil yang baik dengan semakin bertambahnya populasi jalak bali. Namun tak sekadar hanya dengan mengandalkan konservasi saja, melainkan juga diperlukan tingkat kesadaran manusia akan pentingnya menjaga satwa endemik yang hampir punah serta kesadaran untuk melindungi satwa liar yang dilindungi. Karena konservasi yang dilakukan tidak akan dapat berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil yang maksimal tanpa campur tangan manusia itu sendiri. Sumber Anonim. 2010. Jalak Bali Nyaris Punah di Habitat Asli. Diambil dari http://alamendah.org, pada tanggal 2 Januari 2017. Indil Babon. 2016. Jalak Bali Satwa Langka Pulau Bali yang Terancam Punah. Diambil dari http://www.faunadanflora.co.id, pada tanggal 30 Desember 2016. Kompasiana. 2015. Bahagiakan Dirimu dengan Burung Jalak Bali. Diambil dari http://m.kompasiana.com, pada tanggal 30 Desember 2016. Rahma Widayanti. 2015. Perbandingan Sitem Penangkaran Jalak Bali (____ _____) di Sistem Lingkungan Terkontrol dan Semi Alami. Diambil dari http://repository.ipb.ac.id, pada tanggal 1 Januari 2017. Ridzki R. Sigit. 2014. Inilah Cerita Jalak Bali dan Rumah Barunya di Nusa Penida. Diambil dari http://www.mongabay.co.id, pada tanggal 2 Januari 2017.