OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS A. PENDAHULUAN Pemerintah adalah sebuah sistem. Sistem adalah : himpunan komponen atau bagian-bagian; yang tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh; antara komponen memiliki hubungan fungsional; dibuat untuk mencapai satu tujuan tertentu. * Sistem dapat dilihat secara hierarkhis maupun secara fungsional. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Secara hierarkhis ada tingkatan suprasistem, sistem, subsistem, sub-subsistem dst.Masing-masing sebenarnya juga merupakan sebuah sistem yang bulat dan utuh. Subsistem yang lebih kecil dan lebih rendah tunduk pada prinsip-prinsip sistem yang lebih tinggi hierarkhinya. Pada sistem pemerintahan di Indonesia, pemerintah nasional adalah sebuah suprasistem, yang dibawahnya ada sistem pemerintahan provinsi, subsistem pemerintahan kabupaten/kota serta sub-subsistem pemerintahan desa. Masing-masing merupakan sebuah sistem yang bulat dan utuh. Pemerintahan nasional adalah sebuah sistem; - Pemerintahan provinsi adalah sebuah sistem; - Pemerintahan kabupaten/ kota adalah sebuah sistem; - Pemerintahan desa adalah sebuah sistem. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) SISTEM DILIHAT SECARA HIERARKHIS Suprasistem sistem subsistem SSS SSS sistem subsistem SSS SSS subsistem SSS SSS subsistem SSS SSS Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) SISTEM DILIHAT SECARA FUNGSIONAL Secara fungsional sistem terdiri dari komponen-komponen : a. Masukan (input); b. Proses (process); c. Keluaran (output); d. Nilaiguna (outcome); e. Dampak (impact); f. Manfaat (benefit); g. Unpanbalik (feedback); h. Umpan kedepan (feedforward); i. Lingkungan (environment). Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) BAGAN SISTEM FUNGSIONAL INPUT PROCESS OUTPUT OUT COME IMPACT BENEFIT FEEDBACK FEEDFORWARD ENVIRONMENT Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Komponen Input dalam sebuah sistem dapat berupa uang, barang, orang, aturan, metode dlsb. Komponen Process dalam sebuah sistem dapat berupa pengubahan komponen input menjadi output yang dikehendaki. Komponen Output berupa keluaran yang dikehendaki oleh sebuah sistem, wujudnya dapat berupa barang dan atau jasa. Komponen Outcome dari sebuah sistem adalah nilaiguna yang dikehendaki, berkaitan dengan manfaat yang diperoleh pengguna (users) dari sistem tersebut. Wujudnya dapat berupa kualitas dari keluaran. Komponen Impact berupa dampak positif yang dikehendaki dari berprosesnya sistem, dengan memperhitungkan adanya dampak negatif. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Komponen Benefit berupa keuntungan yang diperoleh dari bekerjanya sebuah sistem, baik keuntungan langsung maupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang yang dapat diperhitungkan. Komponen Feedback adalah umpan balik ke dalam sistem yang bertujuan memberikan masukan mengenai berprosesnya sistem tersebut untuk perbaikan mendatang. Komponen Feedforward adalah umpan ke depan berupa masukan dari sistem yang lebih kecil kepada sistem yang lebih tinggi atau lebih besar. Environment adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. Ada hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara sistem dengan lingkungannya. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) B. BERPIKIR SERBASISTEM DI PEMERINTAHAN Pemerintah sebagai badan atau orang yang menjalankan pemerintahan, maupun pemerintahan sebagai fungsi dan kegiatan berpemerintahan adalah sebuah sistem. Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari : - suprasistem : berupa Pemerintah Nasional, yang terdiri dari lembaga tinggi negara dan lembaga negara lainnya. - sistem : berupa pemerintahan Provinsi -subsistem : berupa pemerintahan kabupaten/kota -sub-subsistem : berupa pemerintahan desa. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Dilihat secara fungsional, maka sistem pemerintahan terdiri : a. Input berupa : orang, uang, barang, peraturan perundang -undangan, kebijakan, sistem dan prosedur, metode dlsb. b. Proses berupa : pembuatan kebijakan, pembuatan perijinan, pembuatan layanan administrasi, proses penyediaan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, fasilitas umum, ketentraman dan ketertiban umum dlsb). c. Output berupa : barang dan jasa publik seperti layanan pendidikan, layanan kesehatan, perijinan, layanan administrasi, layanan ketentraman dan ketertiban umum, barang-barang publik yang disubsidi, dlsb. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Outcome berupa : nilai manfaat berbagai kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah maupun penyediaan barang -barang publik bagi kepentingan masyarakat luas,yang seharusnya digambarkan melalui tingkat kepuasan masyarakat. • Impact berupa : dampak langsung maupun tidak langsung dari pembuatan kebijakan publik maupun penyediaan barangbarang publik oleh pemerintah, antara lain berupa terpenuhinya kebutuhan dasar, sehingga tercipta kestabilan nilai tukar rupiah, tingkat kejahatan yang menurun, dlsb. • Benefit berupa : keuntungan langsung maupun tidak langsung yang diperoleh karena bekerjanya sistem misalnya pertumbuhan ekonomi, kestabilan politik, kestabilan keamanan dlsb. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Feedback berupa : umpan balik pada internal sistem berupa kritik dari masyarakat, pikiran pembaca yang dimuat dalam surat kabar, demonstrasi oleh masyarakat, diskusi-diskusi dalam rapat dinas dlsb. Feedforward berupa : umpan kedepan berupa masukan dari pemerintah desa, kabupaten/kota, provinsi kepada pemerintah pusat berjenjang ke bawah mengenai pelaksanaan kebijakan publik yang dibuat oleh masing-masing tingkatan pemerintahan. Environment berupa : lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari sebuah sistem pemerintahan pada masing-masing tingkatan. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) C. HUBUNGAN SISTEMIK DALAM PRAKTEK Indonesia adalah negara republik berbentuk kesatuan (unitaris) yang berkedaulatan rakyat. Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari : - Sistem Pemerintahan Nasional - Subsistem Pemerintahan Propinsi - Sub-subsistem Pemerintahan Kabupaten/Kota - Sub-sub-subsistem Pemerintahan Desa. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) PERUBAHAN PARADIGMA PADA PEMERINTAHAN NASIONAL Dengan adanya amandemen UUD 1945 (amandemen I sd IV), telah terjadi perubahan paradigma dalam pembagian kekuasaan pemerintahan di tingkat nasional, dari paradigma pembagian kekuasaan (distribution of power) ke paradigma pemisahan kekuasaan (separation of power) mengikuti model Trias Politica dari Montesqieu. Pada UUD 1945 yang asli, kekuasaan pemerintahan terpusat pada tangan Presiden, karena Presiden merupakan satu-satunya mandataris MPR. Terlebih lagi pada penjelasan UUD 1945 dikemukakan bahwa : “ Concentration of power and responsibility upon The President”, serta Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Dari paradigma Presiden sebagai satu-satunya mandataris MPR, kemudian dikembangkan paradigma penguasa tunggal bagi kepala wilayah (pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974), yang berfungsi mengkoordinasikan semua instansi vertikal yang ada di daerah. Bentuk koordinasinya diwadahi dalam MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan Daerah). Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) MODEL PEMBERIAN MANDATARIS KEKUASAAN DARI RAKYAT KEPADA PRESIDEN MELALUI MPR (UUD 1945 ASLI) RAKYAT MPR Mandataris DPR DPA PRESIDEN BPK Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) MA MODEL PEMBAGIAN KEKUASAAN MENURUT UUD 1945 YANG ASLI LEGISLATIF (DPR) EKSEKTUTIF (PRESIDEN) YUDIKATIF (MA) AUDITIF (BPK) = INTERVENSI KEKUASAAN Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Pada UUD 1945 yang Asli dikemukakan bahwa Presiden memegang kekuasaan membuat UU dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1). Presiden mengangkat duta besar. Fungsi-fungsi peradilan berada di bawah Presiden. Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan diangkat oleh Presiden. Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) MODEL PEMISAHAN KEKUASAAN MENURUT UUD 1945 YANG DIAMANDEMEN LEGISLATIF (DPR) EKSEKTUTIF (PRESIDEN) YUDIKATIF (MA) AUDITIF (BPK) -------- = Koordinasi dan kerjasama Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Kekuasaan menyusun UU berada di tangan DPR, dengan persetujuan Presiden (pasal 20 UUD 1945 Amandemen). Kekuasaan kehakiman berada di bawah Mahkamah Agung dan bebas dari pengaruh pemerintah.( lihat UU Nomor 4 Tahun 2004, khususnya pasal 2). Ketua BPK diangkat dari Presiden berdasarkan rekomendasi DPR. Dibangun Mahkamah Konstitusi untuk menyelesaikan persengketaan yang berkaitan dengan UUD. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI PEM. PUSAT LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF (DPR) (PRESIDEN) (MA) AUDITIF (BPK) DAERAH OTONOM PEMERINTAH DAERAH DPRD Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI MENURUT UU 22/1999 EKSEKTUTIF (PRESIDEN) PEMERINTAHAN DAERAH BADAN EKSEKUTIF DAERAH BADAN LEGISLATIF DAERAH KOMUNITAS OTONOM LAINNYA Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI MENURUT UU 32/2004 EKSEKTUTIF (PRESIDEN) UNSUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH KEPALA DAERAH DAN DPRD KOMUNITAS OTONOM LAINNYA Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) D. HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DENGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota sebagai bagian dari daerah otonom adalah sebuah entitas otonom yang bersifat mandiri dan tidak saling membawahi. Tetapi karena Gubernur mempunyai fungsi ganda (dual function) sebagai Kepala Daerah Provinsi dan sebagai wakil pemerintah pusat yang ada di wilayah provinsi, seringkali terjadi tumpang tindih dan kerancuan dalam pelaksanaan hubungan kerja antara pemerintahan daerah provinsi dengan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Kerancuan terjadi karena Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat tidak memiliki organ-organ untuk menjalankan fungsinya, sehingga menggunakan organ sebagai Kepala Daerah berupa SKPD Provinsi. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974 yang bersifat sentralistik, perangkat wilayah yang menjalankan asas dekonsentrasi ada sampai tingkat kecamatan. Sehingga hubungan kerja antar susunan instansi vertikal di daerah bersifat hierarkhis. Dengan asas uniteritorial dan unipersonal, Kepala Daerah adalah juga Kepala Wilayah. Hubungan kerja antara Kepala Daerah Provinsi dengan Kepala daerah Kabupaten /Kotamadya bersifat hierarkhis melalui posisinya sebagai Kepala Wilayah. Sistem ini memberikan keuntungan adanya kesatuan komando dari pusat sampai ke daerah. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) PRESIDEN Kementerian Negara Menteri MDN Ka. Kakanwil Gubernur KDH TK. I + DPRD Perangkat Wilayah + Perangkat Daerah Ka. Kakandep Bupati/ Walikota KDH TK. II + DPRD Cadin Perangkat Wilayah + Perangkat Daerah Kakandep Kec Keterangan: --------------- = Garis Komando = Garis Koordinasi Camat Cadin Pada masa UU Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian prinsipnya diteruskan melalui UU Nomor 32 Tahun 2004, asas dekonsentrasi dibatasi hanya sampai tingkat provinsi. Pada tingkat kabupaten/kota lebih dominan melaksanakan asas desentralisasi. Instansi vertikal yang ada sampai tingkat kecamatan, hanyalah instansi yang menjalankan kewenangan absolut serta instansi yang menjalankan urusan-urusan pemerintahan lainnya yang bersifat strategis (seperti statistik dasar oleh BPS). Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) PRESIDEN Menteri (Kew. Mutlak) MDN Ka. Kanwil Gubernur Sebagai KDH PROP. + Wkl Pem. Pusat Pengelola ? Dekonsentrasi Ka. Kandep Menteri (Kew.Concurrent) DPRD Ka. UPT SKPD SPM SPM KDH Kab/Kota SKPD Keterangan: = Garis Komando = Garis Koordinasi Ka. = Garis Koordinasi Vertikal Kandepkec = Garis Supervisi SPM = Garis Pembinaan teknis fungsional dan administratif + DPRD Camat Ka. UPT Dalam menjalankan fungsinya sebagai Kepala Wilayah (Wakil Pemerintah Pusat di Daerah), Gubernur secara eksplisit hanya dibantu oleh Sekretaris daerah yang secara ex-officio berkedudukan sebagai Sekretaris Wilayah. Oleh sebab itu, sebutannya yang lebih tepat adalah SEKWILDA. Untuk menjalankan fungsinya sebagai wakil pemerintah pusat di Daerah, Gubernur menggunakan perangkat desentralisasi yang ada berupa SKPD, yang seringkali juga menggunakan dana APBD yang ada pada SKPD bersangkutan. Sehingga dalam prakteknya terjadi kerancuan sistem. Terjadi campur aduk antara pelaksanaan asas dekonsentrasi, dengan asas tugas pembantuan dan asas desentralisasi. Sebagai contoh dana BOS ( Bantuan Operasional Sekolah) untuk pendidikan dasar merupakan sebuah kerancuan sistem, karena urusan pendidikan dasar merupakan urusan kabupaten/ kota tetapi memperoleh pembiayaan dari Pusat. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Kerancuan sistem akan semakin menjadi manakala SPM akan diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan pada tahun anggaran 2009. Apabila tugas utama pemerintah pusat adalah menyiapkan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK), serta menjaga NSPK dilaksanakan, diperlukan pejabat pemerintah pusat yang berfungsi sebagai penyelia. Oleh karena itu diperlukan pejabat-pejabat dekonsentrasi yang ada di bawah kendali Gubernur. Pejabat-pejabat tersebut adalah pejabat fungsional, sehingga tidak perlu membangun struktur organisasi yang baru dan besar di provinsi. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Hubungan kerja antara pemerintahan daerah provinsi dengan pemerintahan daerah kabupaten/ kota dapat berbentuk : a. Koordinasi; b. Fasilitasi; c. Pembinaan Teknis Fungsional; Hubungan kerja antara Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dengan pemerintahan daerah dapat berbentuk: a. Koordinasi b. Supervisi; c. Pengawasan; d. Hubungan administratif. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) E. HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH DESA Desa merupakan sistem yang paling kecil dan paling bawah diantara keseluruhan sistem pemerintahan nasional. Posisi desa sebagai kesatuan masyarakat hukum bersifat AMBIVALEN. Pada satu sisi, konstitusi (pasal 18 UUD 1945) mengatur bahwa otonomi desa bersifat PENGAKUAN dari pemerintah pusat, pada sisi lain peraturan perundang-undangan mengarah pada bentuk OTONOMI PEMBERIAN. (lihat Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi Nomor 7, UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005, dan berbagai permendagri yang relevan). Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Pada posisi yang ambivalen, desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek dari kekuasaan pemerintahan yang lebih tinggi (pemerintahan supradesa). Konsekuensinya, perkembangan desa selalu tertinggal dibandingkan daerah nonpedesaan. KATA BIJAK MENGATAKAN BAHWA “KECEPATAN KARAVAN AKAN SANGAT DITENTUKAN OLEH GEROBAK YANG PALING LAMBAN JALANNYA” KATA BIJAK LAINNYA MENGATAKAN BAHWA “ KEKUATAN RANTAI TERLETAK PADA MATA RANTAINYA YANG TERLEMAH” Dilihat dari sistem pemerintahan, desa merupakan”gerobak yang paling lambat” ataupun “mata rantai yang paling lemah”. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) TERIMAKASIH Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)