TERM OF REFERENCE (TOR) KESEPAKATAN SANKSI SOSIAL BAGI NELAYAN YANG MASIH MELANGGAR ZONA INTI TNKpS A. Latar belakang Taman Nasional Kepulauan Seribu dengan luasan 107,489 ha dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari Zona Pemukiman, Zona Pemukiman, Zona Perlindungan dan Zona Inti. Tiap Zona memiliki fungsi yang spesifik. Zona yang merupakan inti dari kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah Zona Inti. Zona inti merupakan zona yang mutlak dilindungi dan kegiatan yang dapat dilakukan di dalamnya juga sangat terbatas, yaitu penelitian, pendidikan dan monitoring. Berdasarkan hasil survey Pra Kampanye dan pengamatan patroli, area yang masuk dalam Zona Inti TNKpS masih dimanfaatkan yang tidak sesuai peruntukannya, terutama sebagai kawasan penangkapan ikan oleh para nelayan, baik lokal maupun luar Kepulauan Seribu. Kami mengidentifikasi beberapa tantangan kunci untuk mengefektifkan Zona Inti di Taman Nasional Kepulauan Seribu sebagai berikut: 1. Belum adanya tanda batas zonasi, terutama zona inti 2. Fasilitas/perlengkapan patroli zona inti belum efektif 3. SDM Patroli Pengawasan yang masih belum optimal 4. Belum efektifnya sanksi/hukuman bagi pelanggar zona inti masih 5. Belum ada kesepakatan bersama tingkat Kelurahan untuk menyelesaikan pelanggaran di kawasan TNKpS tingkat ringan dan bersifat sanksi sosial Oleh karena itu, strategi untuk menjawab tantangan yang masih ada di wilayah kerja TNKpS saat ini adalah sebagai berikut: Memperjelas lokasi Zona Inti. (Hal ini akan dilakukan dengan pemasangan penanda batas. Penanda ini akan berupa pengapung/buoy yang dimodifikasi agar murah namun efektif dan bertahan dalam jangka waktu yang diharapkan) Pembuatan SOP Pengawasan Zona Inti bersama beberapa mitra terkait yang potensial (Mekanisme Partisipasi, Pengelolaan, Sarpras serta Mekanisme Pelaporan) Pembuatan Kesepakatan Bersama tingkat Kelurahan masyarakat nelayan di Pulau Panggang, pulau Pramuka, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, dan Pulau Harapan mengenai perlunya penindakan terhadap pelanggaran di zona inti TNKpS. Dari beberapa halangan tersebut, kami mencoba untuk membuat strategi mengupayakan adanya ketegasan bagi para nelayan lokal Kepulauan Seribu yang masih melakukan penangkapan ikan di 1 dalam Zona Inti melalui pendekatan sanksi sosial. Sanksi sosial yang dimaksud adalah sanksi yang digali dari masyarakat dan diberlakukan oleh TNKpS bersama dengan masyarakat. B. Tujuan Tujuan membuat kesepakatan sanksi sosial ini adalah sebagai berikut: 1) untuk membuat suatu strategi penegakan aturan Zona Inti yang menggunakan pendekatan sosial untuk meningkatkan kesadaran dan kepemilikan masyarakat terutama nelayan terhadap Zona Inti TNKpS. 2) Dengan adanya sanksi sosial diharapkan dapat menimbulkan efek jera sehingga tingkat pelanggaran juga menurun pada akhirnya. C. Sasaran Terdapat kesepakatan bersama tingkat kelurahan di Pulau Panggang, pulau Pramuka, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, dan Pulau Harapan mengenai perlunya penindakan terhadap pelanggaran di zona Inti TNKpS yang berupa Sanksi Sosial yang akan dilakukan bersama oleh TNKpS dan pihak Kelurahan. D. Proses Pencapaian Sasaran Sasaran akan dicapai melalui proses di bawah ini: 1. Diskusi bersama masyarakat nelayan untuk menggali masukan Diskusi untuk mendapatkan masukan mengenai sanksi sosial sudah dilakukan di Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Harapan, Pulau Kelapa, dan Pulau Kelapa Dua 2. Sosialisasi hasil diskusi akan dilakukan pada tiap kelurahan dan internal Balai TNKpS. 3. Lokakarya untuk mencapai kesepakatan jenis sanksi sosial dan mekanisme penerapannya pada tingkat Kecamatan. E. Usulan jenis sanksi sosial Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa Dua Menahan/menyita engkolan mesin dan peralatan alat tangkap untuk sementara (1 atau 2 hari) Memberikan teguran dan arahan sebanyak 3 kali Menangkap pelakunya Menahan kapal selama 3 hari sampai 1 minggu Bagi kapal jaring trawl, pengguna potassium dan bom diproses secara hukum yang berlaku Membersihkan sampah di laut sekitar dermaga 2 Memanggil pelaku dan membuat surat pernyataan agar tidak mengulangi lagi, kalau tetap membandel, maka selanjutnya menyita kapalnya Meminta kepada pelanggar untuk lari mengelilingi lapangan bola sebanyak 3 kali Meminta mereka untuk menanam karang Memberikan peringatan sampai 2 kali, jika mereka masih melanggar menjemur pelaku selama 1 hari sambil membersihkan sampah di pantai Pulau Harapan Pelaku diminta untuk berenang Pulau Harapan – Pulau Kelapa Dua sebanyak 3 kali Membersihkan kampung Pelaku diarak keliling kampung Mewajibkan nelayan tersebut untuk melapor ketika akan pergi menangkap ikan Ketika nelayan tersebut tertangkap pertama kali diberikan teguran karena khawatir ada sebagian nelayan yang belum mengetahui tentang larangan beraktivitas di zona inti. Ketika nelayan tersebut tertangkap tangan untuk yang kedua kali maka dilakukan penahanan kapal selama tiga hari dan nelayan tersebut harus membuat pernyataan untuk tidak akan beraktivitas lagi di zoan inti. Ketika nelayan yang sama masih melakukan aktivitas di zona inti dan tertangkap tangan maka nelayan tersebut dikenakan hukum yang berlaku. Memberikan teguran agar sanksi sosial yang diberikan tidak menghambat kebutuhan ekonomi nelayan dan untuk yang melarang menembuskan teguran tersebut kepada pejabat RT atau RW nya untuk bisa dapat melakukan pembinaan terhadap nelayan yang tinggal di dalam areanya. Pulau Pramuka dan Pulau Panggang Perlu dibentuknya Dewan Nelayan untuk memberikan teguran dan sanksi hukum kepada nelayan yang melanggar masuk kawasan zona inti TNKpS. membersihkan masjid dan halaman sekitarnya oleh semua anggota kongsi yang melakukan pelanggaran masuk ke kawasan zona inti TNKpS. Penerapan sanksi terhadap pelanggaran oleh nelayan yang dilakukan secara berulang sebaiknya langsung ke tindakan hukum oleh petugas TNKpS. Sanksi yang diberikan dapat berupa teguran kemudian pencataan nama kapal dan pemiliknya dan terakhir penyitaan jaring dan kapalnya. Jenis-jenis pelanggaran konservasi, kriteria dan sanksinya: a. Pengambilan batu karang dan pasir laut, serta penggunaan potassium. o Jenis batu karang mati 3 o Lokasi yang telah ditentukan o Tidak untuk proyek komersial seperti membangun homestay, dll. Sanksi: 1) Teguran sebanyak 2 kali, jika tetap tidak mengindahkan teguran ini maka ke sanksi no.2 2) Pernyataan untuk tidak melanggar dengan materai senilai Rp, 6000 (jika masih melanggar maka dikenakan sanksi no.3) 3) Penyitaan kapal dan barang bukti. b. Pengrusakan terumbu karang Kegiatan yang berakibat merusak terumbu karang (wisata, mancing, bubu, dll) dikenakan sanksi: Penggantian karang sebanyak 3 kali area yang dirusak Denda (per meter kubik Rp. 5.000.000,-) untuk rehabilitasi terumbu karang dan kegiatan social. c. Aktivitas/kegiatan usaha di area perlindungan laut (APL, Zona Inti, Area khusus lainnya) Yang boleh dilakukan: o Wisata alam terbatas, penelitian, monev dan restocking Larangan: o Mengambil biota – ikan di area perlindungan o Membuang jangkar sembarangan Sanksi: o Penyitaan alat tangkap, kapal o Penyitaan alat (bagi wisatawan) o Denda sebesar maksimal Rp. 100.000.000,- 4