This page was exported from Universitas Lampung [ http://www.unila.ac.id ] Export date: Tue Jul 18 6:44:35 2017 / +0000 GMT Unila bersama PLN Kaji Solusi Pemadaman Listrik (Unila) SEBAGAI bagian dari implementasi Memorandum of Understanding (MoU), Universitas Lampung (Unila) dan PT PLN Persero pusat kembali melakukan kerja sama untuk mengaji pemadaman listrik yang terjadi di Lampung belakangan ini. Sebanyak empat peneliti Unila di bidang hidrologi (kajian air), geoteknik (struktur tanah), topografi (pemetaan), dan batrimetrik (sedimen), dikerahkan guna meneliti proses sedimentasi atau pendangkalan yang terjadi di sungai Way Besai, Lampung Barat (Lambar). Tak hanya empat peneliti, sembilan anggota mahasiswa magister dari berbagai elemen Fakultas Teknik Unila juga diturunkan untuk membantu mencari solusi pemadaman listrik bergilir yang hampir merata terjadi di beberapa daerah di Sai Bumi Ruwa Jurai. Menurut dosen Teknik Sipil Unila Ofik Taufik Purwadi, S.T. M.T., turunnya daya listrik di Lampung disebabkan oleh salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang disuplai dari sungai Way Besai beroperasi dengan mengandalkan turbin yang berasal dari aliran air sungai tersebut. Praktisi di bidang hidrologi ini menjelaskan, kinerja turbin di aliran sungai terpanjang di Lambar tersebut mengalami penurunan. Sebelumnya bisa12 jam per turbin,tetapi kini hanya mampu beroperasional 2 hingga 6 jam per turbin. “Ketersediaan air yang ada di Kolam Tandon Harian (KTH) sebagai titik simpan air juga tidak lagi memenuhi persyaratan 24,3 meter kubik per detik. Sehingga kinerja turbin air yang ada menjadi terhambat,” ujarnya ketika ditemui tim web di ruang Lembaga Penelitian Unila, Senin (12/5). Ofik menjelaskan, PLN pada saat awal melakukan studi dalam rangka pendirian PLTA tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan aliran air di sungai Way Besai bisa mencapai 24,3 meter kubik per detiknya. Akan tetapi debit air tersebut digunakan untuk menggerakkan dua turbin yang PLN miliki sehingga setiap turbinnya tidak mampu beroperasi selama 12 jam. Ditambah lagi, sambung dia, terjadinya pendangkalan air karena tingginya sedimentasi menyebabkan kedalamannya hanya mencapai 0,5-7 meter. Dari observasi awal diketahui bahwa telah terjadi pendangkalan air yang sangat luar biasa sehingga debit air yang dibutuhkan oleh KTH untuk memutar turbin tidak terpenuhi. Hal ini tentu sangat mengganggu kinerja turbin listrik yang digunakan. Dan tentunya amat mengganggu kinerja PLN dalam memasok aliran listrik. Kendati demikian sejauh ini Lembaga Penelitian (Lemlit) Unila sudah melakukan kajian awal dalam menghitung volume dan stabilitas Kolam Tandon Harian di sungai Way Besai. Dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa telah terjadi sedimentasi lumpur yang cukup parah di aliran sungai tersebut. Bahkan sebagian airnya juga sudah digunakan warga sekitar. Oleh karena itu menurut Ofik, PLN menggandeng Unila untuk melakukan kajian terkait permasalahan yang ada. Penelitian bersama yang dilakukan para dosen ahli Unila dan PLN ini merupakan bagian dari implementasi nota kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak beberapa waktu lalu. Di sisi lain kerja sama ini adalah bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi yang harus dicapai Unila dalam bidang penelitian. “Kita berharap kerja sama yang telah disepakati benar-benar memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak dalam beberapa waktu ke depan. Terutama membawa kebaikan terhadap peningkatan daya listrik di Lampung,” paparnya. Sedimentasi Sungai Way Besai Sangat Memprihatinkan HAL ini juga dipertegas pernyataan Ketua Tim Peneliti Unila Ir. Yohanes Martono, M.T., yang menyebutkan akibat terjadinya sedimentasi lumpur, kondisi sungai Way Besai sangat memprihatinkan sehingga perlu dilakukan penanganan serius. " Jika tidak segera dilakukan perbaikan maupun pengerukan, bukan tidak mungkin ke depan sungai Way Besai akhirnya menghilang karena sedimentasi," terang dosen Teknik Sipil ini.Ia menambahkan, jika proses sedimentasi yang terjadi saat ini banyak disebabkan oleh penggundulan hutan di bagian hulu sungai. Akibatnya banyak terjadi longsoran tanah yang kemudian terbawa air menuju sungai. Kondisi ini menyebabkan sungai dalam kurun waktu tertentu menjadi semakin dangkal. Dari studi awal, kata dia, yang sangat dibutuhkan saat ini adalah seluk beluk atau sejarah sungai Way Besai itu sendiri selama 10 tahun terakhir. Tujuannya, sebagai bahan acuan untuk mengetahui kondisi terdahulu hingga kini sehingga dapat mengembalikan fungsi sungai yang sebenarnya. Dengan kepakaran yang dimiliki, Tim Unila akan meneliti lebih lanjut. "Setelah melakukan kajian, penelitian, serta uji laboratorium, baru dapat kita simpulkan apakah untuk memperbaiki kinerja PLTA tersebut melalui pengerukan atau mengembalikan fungsi hutan yang menjadi penyangga aliran sungainya. Diharapkan hasil observasi ini dapat mengurangi kerugian yang ditanggung oleh PLN yang efeknya sangat dirasakan masyarakat,” ujar Martono.[] Inay Post date: 2014-05-13 11:34:41 Post date GMT: 2014-05-13 04:34:41 Post modified date: 2014-05-13 13:29:49 Post modified date GMT: 2014-05-13 06:29:49 Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com