Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Morowali

advertisement
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
KABUPATEN
KAPUAS
Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahapan ke-4 dari
enam tahapan pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Tahapan
ini pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), yaitu penjabaran lebih
lanjut dari visi dan misi Sanitasi Kabupaten, strategi kebijakan sanitasi kabupaten, serta arahan
program/kegiatan selama 5 (lima) tahun mendatang.
Melalui penyusunan MPS diharapkan program dan kegiatan yang telah diidentifikasi pada
tahapan SSK dapat diimplementasikan dengan tepat, sesuai dengan prioritas, dan dengan
mempertimbangkan kendala dan kemampuan yang ada. Memorandum Program merupakan komitmen
bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka
mempercepat pelaksanaan pembangunan sanitasi permukiman.
Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari
berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait,
baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun Kementerian/Lembaga
untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan
komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi peng-anggaran pada tingkat
Kabupaten/Kota, Propinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran
dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak
lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain :

Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD
Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli
sanitasi.

Program dan anggaran untuk 5 tahun kedepan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih
optimal dan matang.

Memorandum program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang
diwujidkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/Walikota/Gubernur selaku
kepala daerah.

Memorandum program investasi kabupaten/kota merupakan rekapitulasi dari semua
dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan
kabupaten/kota dari aspek teknis, biaya dan waktu.

Program investasi sektor sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan
kabupaten/kota untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan kabupaten/kota.

Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara
pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang terkait kesanitasian,
yang mencakup ; Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program
berdasarkan skala prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka
menjawab tantangan pembangunan.
Memorandum Program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana
pelaksanaan periode sampai akhir 5 (lima) tahun kedepan, dan peta-peta pokok yang dapat menjelaskan
arah pengembangan dan struktur ruang perkotaan.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud :
1. Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah
kabupaten dan pihak terkait untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi yang
komprehensif Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara spesifik bersifat sebagai
“Expenditure Plan” – khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi.
2. Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih
efektif, partisipatif dan berkelanjutan.
3. Menjadikan dokumen Memorandum Program Sanitasi sebagai dokumen bersama untuk
mengatasi permasalahan sanitasi di tingkat Kabupaten.
Tujuan :
1. MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran pendanaan untuk
implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2015 sampai dengan tahun
2019 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota.
2. Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi
pembangunan Sanitasi Kabupaten Morowali selama 5 tahun yaitu tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019.
3. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan
sanitasi.
4. Sebagai dasar penyusunan Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Morowali
5. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan
pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam
pembangunan sanitasi Kabupaten Morowali
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
gambar 1.1a Skema Proses Perencanaan PPSP dan Acuan Matriks
Memorandum Program Sanitasi ( MPS )
Acuan Matrik MPS
RPJMD / RTRW/
Renstraa SKPD
Dok yang ada:
RPIJM / DPA
- Renstra AMPL
- Buku Putih Sanitasi
MPS
- Strategi Sanitasi
Daftar program dalam MPS merupakan hasil sinkronisasi semua program terkait
pencapaian target MDG’s
9
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
1.3
Wilayah Perencanaan
1.3.1
Gambaran Umum
Secara geografis, wilayah Kabupaten Morowali terletak di bagian timur Provinsi Sulawesi Tengah,
dengan potensi sumberdaya alam yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan, disamping memiliki luas
wilayah yang relatif luas. Secara geografis wilayah Kabupaten Morowali berada pada Bujur Timur : 1210
02’24” – 123015’36” dan Lintang Selatan: 01031’12” – 03046’48” serta berbatasan dengan :
 Sebelah Utara
:
Kabupaten Morowali Utara
 Sebelah Selatan
:
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan
 Sebelah Barat
:
Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
 Sebelah Timur
:
Perairan Teluk Tolo
Luas daratan Kabupaten Morowali kurang lebih 5.472,00 Km² atau sekiar 8,64 persen dari luas
daratan Provinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah Kabupaten Morowali menempati urutan pertama bila
dibandingkan dengan luas daratan kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Tengah. Secara administratif
pemerintahan, Kabupaten Morowali terdiri dari 9 Kecamatan
dengan rincian Kecamatan terluas
wilayahnya adalah Kecamatan Bahodopi dengan luas yaitu 1.080,98Km² dan yang terkecil Kecamatan
Menui Kepulauan dengan luas sebesar 223,63 Km², dan Jumlah desa yang terdapat di Wilayah
Kabupaten Morowali sebanyak 126 desa dan 7 kelurahan dengan topografi 73 desa/kelurahan berupa
tanah datar dan 29 desa/kelurahan berupa perbukitan.
Kabupaten Morowali wilayahnya membentang dari arah Tenggara ke Barat dan melebar ke
Bagian Timur serta berada di daratan Pulau Sulawesi. Namun wilayah lainnya terdiri dari pulau-pulau
kecil. Bagian Paling Selatan terdapat wilayah Kecamatan Menui Kepulauan yang terdiri dari beberapa
pulau besar dan kecil.
Pada Tahun 1999 Kabupaten Morowali mengalami pemekaran dari Kabupaten Poso
berdasarkan UU Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan
Kabupaten Banggai Kepulauan dan pada tahun 2004 Kabupaten Morowali mengalami pemekaran
kecamatan sehingga Kecamatan yang semula berjumlah 10 menjadi 13 Kecamatan. Kemudian pada
tahun 2009 Kabupaten Morowali mengalami menjadi 14 Kecamatan dan pada Tahun 2011 bertambah lagi
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
4 Kecamatan pemekaran. Sehingga pada akhir Tahun 2011, Kabupaten Morowali terdiri dari 18 wilayah
Kecamatan. Kecamatan Bungku Utara dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu Bungku Utara dan
Mamosalato. Sedangkan Bungku Barat dimekarkan menjadi tiga kecamatan yaitu Bungku Barat, Bumi
Raya dan Wita Ponda, Kecamatan Mori Atas menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Mori Utara dan
Kecamatan Mori Atas, kemudian pada Tahun 2011 Kecamatan Lembo dimekarkan menjadi 2 Kecamatan
yaitu Lembo dan Lembo Raya, Petasia dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Petasia dan
Petasia Timur, Bungku Tengah dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Bungku Tengah dan Bungku
Timur dan Kecamatan Bungku Selatan dimekarkan menjadi 2 yaitu Kecamatan Bungku Selatan dan
Bungku Pesisir.
Bagian paling Utara terdapat wilayah Kecamatan Mamosalato dan Bungku Utara, di bagian
paling Selatan terdapat wilayah Kecamatan Menui Kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar dan
kecil. Sedangkan dibagian Timur adalah perairan Teluk Tolo serta bagian paling Barat terdapat wilayah
Kecamatan Mori Atas.
Dan pada tahun 2013, Wilayah Kabupaten Morowali mengalami pemekaran lagi menjadi 2 (dua)
Kabupaten, yaitu Kabupaten Morowali (Kabupaten Induk) dan Kabupaten Morowali Utara, sehingga untuk
wilayah Kabupaten Morowali terdiri atas 9 (sembilan) kecamatan, 7 kelurahan dan 126 Desa (sumber BPS
Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2013).
Dilihat dari posisi di permukaan Bumi, wilayah Kabupaten Morowali terletak pada pesisir pantai di
perairan Teluk Tomori dan Teluk Tolo, serta kawasan lainnya terletak di kawasan hutan dan lembah
pegunungan.
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kabupaten Morowali memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni – Oktober, dan musim
penghujan antara Desember - Mei. Curah hujan tahunan bervariasi dari yang terendah 2.273 mm tercatat
di Stasiun Beteleme dan tertinggi 3.435 mm di Kolonodale. Bulan terbasah terjadi pada bulan April (336
mm) dan bulan terkering (91 mm) terjadi pada bulan September. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
Fergusson, Wilayah Kabupaten Morowali tergolong iklim A atau sangat basah dengan suhu udara ratarata bulanan berkisar antara 26,5oC sampai 27,4oC.
Kabupaten Morowali memiliki iklim yang sangat basah, karena itu wajar jika daerah ini memiliki
jumlah sungai yang cukup banyak sebagai sumberdaya air yang potensial untuk dimanfaatkan untuk
pengairan Namun demikian perlu diwaspadai dengan curah hujan tinggi yang berpotensi menimbulkan
bahaya banjir dan tanah longsor. Sungai utama di Wilayah Kabupaten Morowali adalah Sungai Laa
dengan panjang 96,30 Km dan Sungai Tambalako dengan panjang 83,7 Km
Secara geologis, wilayah Kabupaten Morowali tersusun atas beberapa jenis batuan yang antara lain
adalah batuan Mollase, batuan Kapur, batuan Skiss, batuan Basik, Ultra basik dan Sedimen. Sedang
dari sisi geomorfologinya wilayah ini tersusun atas beberapa bentuklahan (landform), yaitu bentuklahan
Aluvial (A), Marine (M), Volkanik (V), Tektonik dan Struktural (T). Bentuklahan aluvial yang terbentuk dari
proses fluvial umumnya tersebar di dataran rendah dengan kemiringan antara 0 – 3% yang banyak
dijumpai di sekitar sungai-sungai besar. Bentuklahan marine tersebar pada wilayah datar agak cekung di
sepanjang pantai.
Bentuklahan tektonik dan volkanik tersebar pada relief yang bergelombang sampai
bergunung. Akibat bentuk lahan yang bervariasi maka wilayah Kabupaten Morowali memiliki topografi
yang bervariasi.
Dilihat dari elevasi, wilayah Kabupaten Morowali sebagian besar (52,74%) berada pada
ketinggian antara 100 - 200 meter di atas permukaan laut (dpl), berikut seluas 33,74% berada
pada ketinggian antara 200 – 500 meter dpl, dan selebihnya seluas 13,52% berada pada
ketinggian dibawah 100 meter dpl. Elevasi tersebut juga menggambarkan tingkat kelerengannya
wilayah ini sebagian besar (52,30%) memiliki kemiringan topografi lebih besar dari 40% (curamsangat curam), sedang selebihnya 11,70% luas wilayah memiliki kemiringan dibawah 2% (datar agak
landai), 12,56% luas wilayah memiliki kemiringan antara 3% - 15%dan 23,30% luas wilayah memiliki
kemiringan antara 16% - 40% (miring agak curam) dan danau seluas 0,14%.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
Akibat curah hujan yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar utama serta
topografi dengan dominasi kemiringan curam maka wilayah ini memiliki pula kawasan-kawasan yang
rawan bencana, khususnya bencana banjir, longsor maupun rawan gempa.
Secara administratif, Kabupaten Morowali terbagi menjadi 9 kecamatan, masing-masing
kecamatan tersebut terbagi menjadi beberapa wilayah administrasi di bawahnya yaitu desa. Sehingga
tahun 2013, terdapat 125 desa di wilayah Kabupaten Morowali. Cakupan wilayah perencanaan dalam
penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Morowali meliputi 9 Kecamatan, 125
desa. Untuk melihat batas-batas desa dan Kecamatan yang ada di Kaupaten Morowali dapat dilihat pada
peta administrasi Kabupaten Morowali dibawah ini.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
9
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
1.3.2
Arah Pengembangan Kabupaten
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa lingkup kegiatan
penataan ruang terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yakni perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Ketiga tahap kegiatan tersebut selayaknya berjalan bagaikan suatu siklus yang kontinyu
dengan keterkaitan yang utuh dalam suatu kegiatan manajemen penataan ruang. Suatu penataan ruang pada
intinya merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Apabila satu
tahap kegiatan telah selesai, maka harus segera melakukan kegiatan berikutnya dengan tetap berpijak pada
sistem yang terpadu.
Penataan ruang wilayah Kabupaten Morowali bertujuan untuk mewujudkan Penataan Wilayah yang
Berbasis Agribisnis dan Minapolitan dengan dukungan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Morowali, terdiri atas:
a. Pengembangan wilayah berbasis konsep agropolitan dan minapolitan yang berorientasi pada sumberdaya
lokal dan kebutuhan pasar;
b. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di bidang pertanian dan kelautan, serta bidang-bidang
pendukungnya;
c. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah darat maupun laut
dan pulau-pulau kecil secara merata dan berhirarki yang menunjang sistem produksi hasil pertanian,
perikanan laut dan pelayanan dasar masyarakat;
d. Pengembangan sumberdaya utama dan sumberdaya lainnya dengan memperhatikan kesinambungan, daya
dukung lahan, daya tampung kawasan; dan
e. Pengembangan kawasan strategis kabupaten yang mendukung bidang pertanian dan perikanan.
Strategi penataan ruang Kabupaten Morowali, antara lain
1. Strategi mengembangkan wilayah berbasis konsep agropolitan dan minapolitan yang berorientasi pada
sumberdaya lokal dan kebutuhan pasar terdiri atas :
a. Mengembangkan kawasan sesuai potensinya yang dihubungkan dengan pusat kegiatan untuk
mendukung agropolitan dan minapolitan dengan komoditas yang berpotensi terhadap kebutuhan pasar
10
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
b. Mengembangkan sarana dan prasarana produksi pertanian dan perikanan ke pusat-pusat pemasaran
sampai terbuka akses ke pasar nasional
c. Mengembangkan kawasan agropolitan dan minapolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan
perdesaan
d. Mengendalikan kawasan pertanian secara ketat
e. Meningkatkan ketersediaan teknologi tepat guna
f.
Mengembangkan system usaha pertanian
g. Meningkatkan perlindungan lahan pertanian dengan cara mencegah terjadinya alih fungsi lahan
pertanian ke kegiatan lain
h. Mengembangkan system pertanian yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dalam penyelenggaraan
kegiatan agrobisnis, agroindustri dan agrowisata.
2
Strategi peningkatan kualitas sumberdaya manusia di bidang pertanian dan kelautan, serta bidang-bidang
pendukungnya terdiri atas :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanian, kelautan,
pariwisata, pertambangan dan bidang-bidang pendukung lainnya
b. Mengembangkan sistem usaha pertanian dan kelautan berbasis masyarakat
c. Meningkatkan motivasi masyarakat dalam melakukan usaha pariwisata yang terintegrasi dengan
program-program pengembangan pertanian dan kelautan
d. Meningkatkan penggunaan teknologi tepat guna.
3. Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah darat maupun
laut dan pulau-pulau kecil secara merata dan berhirarki yang menunjang sistem produksi hasil pertanian,
perikanan laut dan pelayanan dasar masyarakat terdiri atas :
a.
Meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik Kolonodale sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), Bungku dan Bateleme sebagai Pusat-Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Wosu, Kaleroang dan
Ulunambo sebagai Pusat-Kegiatan Lokal promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu
ibukota-ibukota kecamatan, maupun Pusat-pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yaitu pusat-pusat
11
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
permukiman yang tidak termasuk dalam PKLp maupun PPK, antara kawasan perkotaan dengan pusatpusat kegiatan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya,
termasuk dengan pulau-pulau kecil;
b.
Meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik Kolonodale sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), Bungku dan Beteleme sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Wosu, Kaleroang dan Ulunambo
sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp), Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu ibukotaibukota kecamatan lainnya, maupun Pusat-pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yaitu pusat-pusat
permukiman yang tidak termasuk dalam PKLp maupun PPK, antara kawasan perkotaan dengan pusatpusat kegiatan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya,
termasuk dengan pulau-pulau kecil;
c.
Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani oleh pusat
pertumbuhan yang ada;
d.
Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan, khususnya daerah pantai dan daerah irigasi teknis;
dan
e.
Mendorong kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan agar lebih produktif, kompetitif dan lebih
kondusif untuk hidup dan berkehidupan secara berkelanjutan, serta lebih efektif dalam mendorong
pengembangan wilayah sekitarnya, terutama PKW, PKL dan PKLp.
4. Strategi pengembangan sumberdaya utama dan sumberdaya lainnya dengan memperhatikan
kesinambungan, daya dukung lahan, daya tampung kawasan terdiri atas :
a. Meningkatkan motivasi masyarakat dalam melakukan usaha pariwisata yang terintegrasi dengan
program-program pembangunan kabupaten;
b. Mengembangkan
sumberdaya-sumberdaya
pertambangan
potensial
dengan
memperhatikan
kesinambungan daya dukung dan daya tampung lain;
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia di sektor pariwisata dan pertambangan; dan
d. Meningkatkan infrastruktur, prasarana, sarana pariwisata dan pertambangan.
12
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
5. Strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten yang mendukung bidang pertanian dan perikanan
terdiri atas :
a. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kabupaten yang
produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian Nasional atau Internasional;
b. Pemanfaatan sumberdaya alam atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara
optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan
budaya lokal yang beragam;
c. Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam;
d. Pengembangan kawasan tertinggi untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi budaya antar
kawasan;
e. Menetapkan kawasan strategis kabupaten yang berfungsi lindung; dan
f.
mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis
provinsi, maupun kawasan strategis kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Morowali, merupakan kerangka tata ruang wilayah yang
tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem
jaringan prasarana, terutama jaringan transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten, merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau
administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten;
b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten;
c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten;
d. Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten; dan
e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah
kabupaten, yaitu:
1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
13
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
2. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Morowali harus menggambarkan arahan struktur ruang
wilayah nasional dan wilayah provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Morowali. Berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Tengah, di Kabupaten Morowali tidak ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) maupunpenetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN), tetapi masuk dalam Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW).
Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Morowali merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:
a) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kabupaten Morowali;
b) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kecamatan atau beberapa desa; dan
c) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala antar desa
Berikut adalah peta rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Morowali
14
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
15
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
1.4
Methodologi
1.4.1
Methodologi Penyusunan Dokumen
Metode penyusunan Memorandum Program Sanitasi adalah sebagai berikut :
1. Review SSK
2. Internalisasi
3. Konsultasi dengan Pokja Propinsi dan Satker terkait di propinsi
4. Akses sumber pendanaan Non – Pemerintah
5. Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme penganggaran
Proses Penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan
yang lainnya, antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan Review SSK khususnya untuk Kerangka Logis, Program, Kegiatan dan Penganggaran
serta Prioritas Program
2. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten
3. Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Propinsi dan Satker terkait
4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non pemerintah ditingkat Kabupaten
5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme penganggaran
1.4.2
sistimatika penyajian
Sistematika dokumen MPS terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut:
 Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan
tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan dan sistematika dokumen.
 Bab kedua menyajikan hasil review SSK yang menyangkut kondisi eksisting sanitasi, Prioritasi
Program, kerangka logis.
 Bab ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume
kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur.
16
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
 Bab keempat berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber
pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan
rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap.
 Bab kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan, langkah-langkah
dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan
dan rencana Monev.
17
DISUSUN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2015
Download