Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671 STUDI KASUS PERMASALAHAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN KONSEP GENETIKA DI SMA NEGERI 2 SEULIMUM KABUPATEN ACEH BESAR Rufa Hera STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat 23615, E-mail: [email protected] Abstrak: Genetika merupakan salah satu materi dalam pembelajaran biologi yang selama ini diyakini banyak siswa sebagai materi yang sulit untuk dipahami. Ruang lingkup materi yang luas, banyaknya penggunaan istilah, serta konsep yang abstrak menjadikan siswa sulit mengingat konsep-konsep penting pada materi Genetika. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kualitas belajar siswa. Faktor- faktor itulah yang menentukan kesuksesan pembelajaran di suatu sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat permasalahan permasalahan dalam proses pembelajaran konsep genetika di sma negeri 2 seulimum kabupaten Aceh Besar. Penelitian studi kasus ini dilakukan di SMA Negeri 2 Seulimum bertempat di Jl. Krueng Raya-Ateuk Lamteuba, Seulimum, Kabupaten Aceh Besar. Subjek Penelitian yaitu guru bidang studi Biologi dan Siswa SMA Negeri 2 Seulimum kelas XII IPA. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif dengan teknik pembagian angket, wawancara, dan observasi. Studi kasus dilakukan melalui studi lapangan dengan proses kunjungan ke sekolah pada Bulan November 2013. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan ditampilkan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bebrapa faktor pemasalahan dalam pembelajaran genetika yaitu berkaitan dengan model yang diterapkan, Sarana pembelajaran yang digunakan, meliputi : media pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, dan pemanfaatan laboratorium (Laboratorium IPA dan Komputer). Kesimpulan penelitian ini adalah Proses pembelajaran pada konsep genetika di SMA Negeri 2 Seulimum belum berjalan dengan optimal. Siswa belum memahami dengan baik konsep genetika berdasarkan sistem pembelajaran yang telah dilakukan. Keywords: studi kasus, pembelajaran, konsep, genetika. PENDAHULUAN Genetika merupakan salah satu materi Berbagai faktor dapat mempengaruhi dalam pembelajaran biologi yang selama ini kualitas belajar siswa. Faktor- faktor itulah diyakini banyak siswa sebagai materi yang yang menentukan kesuksesan pembelajaran di sulit untuk dipahami. Bahar et al dalam suatu sekolah. Nurkolis (2011) menjelaskan Herlanti (2007) bahwa,” Keberhasilan pendidikan di sekolah genetika merupakan mengemukakan materi yang bahwa sulit ditentukan oleh bagaimana proses dimengerti oleh sebagian besar siswa karena pembelajaran berlangsung di sekolah tersebut. konsep genetika bersifat esoterik dan abstrak, Sekolah yang meliputi objek-objek mikroskopik dan pendidikan proses-proses di luar pengalaman siswa seluruh komponen yang ada di dalamnya sehari-hari. Untuk memberikan pemahaman secara terpadu, saling berkaitan satu sama lain secara optimal terhadap konsep-konsep yang untuk meningkatkan kualitas belajar peserta bersifat abstrak diperlukan berbagai upaya didik sehingga mendorong tercapainya tujuan pembelajaran. pendidikan. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran sebagai harus sistem dapat mengidentifikasi penyelenggara memberdayakan lebih lanjut 53 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671 permasalahan dalam proses pembelajaran 4. genetika yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Laboratorium Seulimum Kabupaten Aceh Besar. Komputer. Keberhasilan dalam Pemanfaatan proses laboratorium, IPA maupun baik laboratorium Penelitian studi kasus ini bertujuan pembelajaran di sekolah dapat disebabkan untuk: oleh berbagai faktor sebagaimana Nurkolis a. Mengetahui model pembelajaran yang (2011) menjelaskan bahwa,” keberhasilan pendidikan di sekolah ditentukan oleh bagaimana proses pembelajaran berlangsung di sekolah tersebut. Sekolah sebagai sistem penyelenggara pendidikan harus mampu memberdayakan seluruh komponen yang ada digunakan dalam proses pembelajaran konsep genetika di SMA Negeri 2 Seulimum. b. Mengetahui kendala yang dihadapi siswa dalam memahami di dalamnya secara terpadu, saling berkaitan genetika satu sama lain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan belajar peserta didik sehingga mendorong di SMA Negeri 2 Seulimum. tercapainya tujuan pendidikan. Ada tiga aspek pokok yang berkaitan erat dengan berdasarkan konsep proses c. Mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan konsep keberhasilan pembelajaran di sekolah yaitu: genetika proses belajar mengajar, kepemimpinan dan pembelajaran yang telah dilaksanakan managemen sekolah, serta kultur sekolah. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk mengidentifikasi lebih lanjut permasalahan dalam proses pembelajaran genetika yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Seulimum Kabupaten Aceh Besar. berdasarkan proses di SMA 2 Seulimum. d. Mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap konsep genetika berdasarkan sistem pembelajaran yang telah dilaksanakan. Mengingat faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran sangat luas maka dalam METODE PENELITIAN hal ini peneliti memfokuskan kajian studi Penelitian studi kasus ini dilakukan di kasus hanya pada proses belajar mengajar SMA Negeri 2 Seulimum bertempat di Jl. dengan fokus observasi mencakup: Krueng Raya – Ateuk Lamteuba, Seulimum, A. Model yang diterapkan dalam proses Kabupaten Aceh Besar. Subjek Penelitian pembelajaran konsep genetika. yaitu guru bidang studi Biologi dan Siswa B. SMA Sarana pembelajaran yang digunakan, meliputi : Negeri 2 Seulimum kelas XII IPA.Metode yang digunakan adalah metode 1. Media pembelajaran, deskriptif 2. Bahan ajar, pembagian angket, wawancara, dan observasi. 3. Sumber belajar, Studi kasus dilakukan melalui studi lapangan Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran eksploratif dengan teknik 54 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671 dengan proses kunjungan ke sekolah pada model pembelajaran yang digunakan pada Bulan November 2013. Teknik pengumpulan proses pembelajaran genetika di kelas XII IPA data dilakukan melalui beberapa cara yaitu : bersifat semi konvensional artinya guru 1. Observasi mengajar langsung (field study), dengan menggunakan metode mencakup proses observasi kondisi gedung ceramah namun tetap melibatkan siswa untuk sekolah dan lingkungannya, observasi berpartisipasi dalam proses pembelajaran. proses belajar mengajar di kelas, dan Guru menyampaikan materi secara bertahap observasi diiringi pemanfaatan sarana dan dengan mengajukan prasarana sekolah. Data yang dihasilkan pertanyaan dikumpulkan pembelajaran tidak terlihat terlalu monotorn. melalui pencatatan dan dokumentasi menggunakan kamera. 2. Observasi tidak langsung, dengan meminta data profil sekolah dari pegawai tata usaha kepada siswa pertanyaansehingga Selain itu guru juga meminta siswa maju ke depan mengisi latihan persilangan secara bergilir. (TU) di sekolah. 3. Pembagian Angket kepada siswa (Angket terbuka dan tertutup). 4. Wawancara formal dan non formal dengan guru bidang studi Biologi. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan ditampilkan dalam bentuk deskriptif. B. Bahan Ajar yang Digunakan Berdasarkan observasi diketahui bahwa bahan ajar yang digunakan guru dalam mengajarkan konsep genetika terdiri dari 2 buku paket. Buku paket pertama yaitu Buku Panduan Pendidik Biologi SMA Kelas XII yang ditulis oleh Rohana Kusuma dan Gut HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN Windarsih, diterbitkan oleh penerbit Intan Hasil Temuan Pariwara. Bahan ajar yang kedua sekaligus Berdasarkan hasil observasi di SMA menjadi sumber belajar siswa adalah Buku Negeri 2 Seulimum dan dilanjutkan dengan Biologi SMA Kelas XII yang ditulis oleh D.A wawancara dengan guru dan siswa, peneliti Pratiwi dkk. Buku ini disusun berdasarkan menemukan informasi lebih lanjut tentang: standar isi kurikulum KTSP 2006 yang 1. Proses Pembelajaran di Kelas. diterbitkan oleh penerbit Erlangga. Buku Beberapa hal yang ditinjau berkaitan tersebut diperoleh dari perpustakaan sekolah dengan proses pembelajaran konsep genetika SMA Negeri 2 Seulimum. Hasil angket di kelas yaitu: menunjukkan A. Model Pembelajaran yang Digunakan menggunakan sumber belajar lain selain buku bahwa 100% siswa tidak Pada saat melakukan kunjungan ke paket yang diperoleh dari sekolah. Selain itu sekolah (studi lapangan) penulis mendapat dari angket dan wawancara dengan guru juga kesempatan mengikuti secara langsung proses diketahui bahwa dalam proses pembelajaran pembelajaran genetika di kelas. Berdasarkan tidak disediakan bahan/ sumber belajar lain hasil pengamatan, penulis menemukan bahwa seperti handout/modul. Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran 55 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 C. Media yang Digunakan 2. Hasil Dari hasil observasi, wawancara dan angket diketahui Berkaitan dengan Komponen Guru Dari hasil wawancara dan observasi pembelajaran genetika guru SMA Negeri 2 diketahui bahwa guru yang bertugas sebagai Seulimum menggunakan media berupa charta/ pengajar Bidang Studi Biologi di SMA Negeri gambar dan alat peraga yang disusun oleh 2 Seulimum merupakan alumni fakultas siswa dibawah bimbingan guru. Charta dan keguruan dan sedang dalam pendidikan pasca alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan sarjana simister III. Selain sebagai guru beberapa konsep yang membutuhkan media bidang Studi Biologi saat ini beliau menjabat sebagai penunjang pemahaman siswa. Namun sebagai charta dan alat peraga ini tidak dapat kesiswaan. Beliau merupakan satu-satunya diperlihatkan secara fisik karena pada saat guru biologi di sekolah tersebut dan telah peneliti gambar mengajar selama kurun waktu 9 tahun. dibawa pulang oleh siswa ke rumah dan Sekolah SMA Negeri 2 Selimum memiliki dalam proses perbaikan disebabkan beberapa unit kelas yang tidak terlalu banyak yaitu komponen dari alat peraga dan gambar hanya dua kelas untuk setiap jenjangnya tersebut mengalami kerusakan. Media lain (Kelas X1 dan X2, Kelas XI1 dan XI2, dan Kelas seperti video/ animasi tidak pernah digunakan XIIIPA dan XIIIPS). studi dalam Temuan proses melakukan bahwa ISSN: 2301-6671 kasus karena sekolah tidak menyediakan sarana pembelajaran seperti kepala sekolah bidang Dengan jumlah kelas yang sedikit dan hakikatnya beban mengajar guru biologi tidak tersebut tidak terlalu banyak namun dengan memungkinkan untuk menggunaan media bertambahnya amanah tugas sebagai wakil tersebut. kepala perlengkapannya infokus wakil sehingga sekolah dan kegiatan kuliahnya tentunya menyita sedikit banyaknya fokus D. Interaksi dalam Pembelajaran mengajar beliau. Dari hasil observasi dan Berdasarkan hasil observasi di dalam wawancara non formal diketahui lebih lanjut kelas pada saat proses pembelajaran genetika bahwa guru bidang studi biologi ini bertempat peneliti mengamati bahwa interaksi antara tinggal di daerah Lhoknga Aceh Besar guru dengan siswa telah terbangun dengan merupakan daerah yang cukup jauh dari baik namun interaksi antara siswa dengan daerah Seulimum. Untuk kegiatan mengajar siswa dapat dikatakan belum terjadi sama setiap harinya beliau menempuh perjalanan sekali. Tidak ada kegiatan yang menimbulkan selama 2 jam dengan menggunakan angkutan interaksi umum. Keterbatasan waktu diikuti dengan sesama siswa dalam proses pembelajaran. jarak yang jauh ini menjadi kendala besar beliau dalam mengajar. Sebelum pembelajaran Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran melakukan tentunya seorang proses guru 56 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 menyiapkan perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, silabus dan ISSN: 2301-6671 tersebut hanya berisi soal-soal tanpa penjabaran materi. RPP yang digunakan guru biologi di SMA 2 Seulimum dalam proses pembelajaran disusun setiap tahunnya. Untuk kegiatan pembelajaran 3. Hasil Temuan Berkaitan dengan Komponen Siswa genetika, RPP yang digunakan adalah RPP Dari hasil observasi, pembagian angket, baku yang telah disusun dalam jangka waktu dan dilanjutkan dengan wawancara diperoleh yang sudah lama namun pada praktiknya beberapa informasi berkaitan dengan kondisi pembelajaran dilaksankan tidak selamanya siswa SMA Negeri 2 Seulimum dalam proses sesuai pembelajaran genetika serta kendala dan RPP, kegiatan pembelajaran dimodifikasi sedemikian rupa disesuaikan minat dengan waktu dan kondisi siswa. Mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari bahan ajar dari hasil wawancara diketahui hasil observasi diketahui bahwa siswa yang bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar mengikuti pembelajaran genetika adalah siswa yang disediakan di sekolah. bahan ajar yang kelas XII IPA yang terdiri dari 22 siswa. Pada digunakan terdiri dari 2 buku yaitu : buku saat proses pembagian angket salah satu siswa paket pertama merupakan Buku Panduan berhalangan Pendidik Biologi SMA Kelas XII yang ditulis teridentifikasi adalah 21 siswa. Berdasarkan oleh Rohana Kusuma dan Gut Windarsih, hasil angket diketahui bahwa 90,5% siswa diterbitkan oleh penerbit Intan Pariwara. mengakui bahwa genetika merupakan materi Bahan ajar yang kedua sekaligus menjadi yang sulit untuk dipahami. Lebih lanjut dari sumber belajar siswa adalah Buku Biologi hasil wawancara siswa menjelaskan alasan SMA Kelas XII yang ditulis oleh D.A Pratiwi materi ini sulit dipelajari karena banyaknya dkk. Buku ini disusun berdasarkan standar isi istilah-isilah dan materi yang sangat kompleks kurikulum KTSP 2006 yang diterbitkan oleh sehingga sebagian siswa merasa kesulitan dan penerbit Erlangga. Dari hasil wawancara juga kebingungan dalam memahami konsep ini. 16 diketahui bahwa bahan ajar lain seperti dari 21 siswa (76,9% siswa) juga menegaskan modul/ handout sejauh ini belum pernah bahwa materi genetika pada buku teks biologi dirancang oleh guru karena keterbatasan sulit untuk dipahami. Lebih lanjut dari hasil waktu dan belum adanya keterampilan yang wawancara memadai sebuah kesulitan untuk memahami materi pada buku handout. Namun demikian guru tersebut paket dikarenakan materi pada buku paket menegaskan bahwa sejauh ini telah pernah sekolah terlalu banyak dan hal ini membuat disusun sebuah modul berupa kumpulan soal- siswa merasa malas untuk membaca dan soal menelaahnya. ujian untuk menghasilkan simisteran yang kemudian dibagikan kepada siswa sebagai bahan belajar untuk persiapan ujian Nasional. Modul Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran belajar siswa hadir siswa berdasarkan sehingga memaparkan proses yang bahwa Dari hasil pengisian angket 15 dari 21 siswa (71,4% siswa) mengakui bahwa mereka 57 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671 lebih mudah memahami bacaan dalam bentuk yang tersedia di sekolah seperti miroskop dan uraian singkat atau materi yang diringkas oleh perlengkapan laboratorium lainnya. Dari hasil guru (dalam bentuk hand out/ modul). Namun angket sejauh ini berdasarkan hasil wawancara, mengakui bahwa untuk proses pembelajaran observasi dan angket kepada siswa diketahui genetika selama ini memang tidak pernah bahwa dilakukan kegiatan praktikum. belum pernah disediakan siswa, 21 siswa (100% siswa) handout/modul untuk proses pembelajaran. Siswa hanya menggunakan buku paket sekolah sebagai sumber belajar dan untuk PEMBAHASAN Berdasarkan hasil peneliti kondisi proses evaluasi siswa pernah mendapatkan modul mengetahui kumpulan soal tapi tidak dilengkapi dengan pembelajaran genetika di SMA 2 Seulimum pembahasan mengenai dan kendala-kendala yang dihadapi siswa dan minat siswa terhadap sumber belajar lain guru dalam proses pembelajaran genetika seperti handout dan modul penulis berhasil yang berlangsung selama mengidentifikasi lewat angket bahwa 21 siswa permasalahan (100% siswa) mengaku akan sangat tertarik diidentifikasi yaitu sebagai berikut : untuk mempelajari konsep genetika bila 1. Berkaitan dengan siswa, genetika dianggap disediakan modul berupa ringkasan materi sulit dipelajari karena banyaknya istilah- (hand out) yang disertai gambar-gambar istilah penting dan materinya bersifat berwarna. abstrak. materi. Berbicara Menurut pengakuan siswa dari hasil 2. Model lebih temuan, jauh dan ini. Beberapa kendala yang pembelajaran dapat konvensional angket diidentifikasi bahwa 17 dari 21 siswa menutup peluang siswa untuk berinteraksi (80,9% siswa) merasa belum memahami sesama dengan baik konsep genetika dalam proses menurunkan pembelajaran selama ini. Dan semua dari menimbulkan kejenuhan belajar siswa. siswa tersebut juga menyimpulkan bahwa 3. Siswa sulit memahami materi genetika pembelajaran genetika yang berlangsung selama ini belum optimal. siswa. Kondisi motivasi ini dapat belajar dan dalam buku paket sekolah karena uraian materi sangat kompleks sehingga siswa menjadi tidak tertarik untuk membaca dan 4. Hasil Temuan Berkaitan dengan Laboratorium IPA Laboratorium menelaah materi lebih lanjut. 4. Media adalah sarana yang video/animasi tidak pernah diterapkan di SMA Negeri 2 Seulimum sangat penting sebagai penunjang pemahan selama siswa. Dari hasil observasi diketahui bahwa fasilitas laboratorium belum tersedia sama sekali di tersebut. Sedangkan media video, animasi, sekolah SMA Negeri 2 Seulimum bahkan dan gambar mempunyai andil yang besar tidak ada satupun perangkat laboratorium dalam memberikan pemahaman pada siswa Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran ini karena untuk tidak tersedianya menampilkan media 58 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 tentang atribut atribut dalam materi genetika. ISSN: 2301-6671 (1995) menerangkan bahwa,” Kebanyakan siswa 5. Praktikum tidak pernah dilakukan selama lemah genetika”. dalam Lebih pemahaman lanjut bahwa,” materi Cavallo materi (1996) genetika ini karena di SMA Negeri 2 Seulimum mengatakan tidak kebanyakan memiliki konsep yang abstrak tersedia laboratorium dan perlengkapannya. sehingga sulit bagi siswa memahami materi Berdasarkan identifikasi permasalahanpermasalahan yang ditemukan, ini dengan baik”. Konsep-konsep yang penulis bersifat abstrak tidak memungkinkan untu mengamati banyak hal yang perlu dibenahi dapat ditampilkan secara nyata, hal ini akan berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar menyebabkan timbulnya kejenuhan siswa pada konsep genetika di SMA Negeri 2 dalam proses pembelajaran. Bahar et al dalam Seulimum Kabupaten Aceh Besar. Dari sekian Herlanti (2007) juga mengemukakan bahwa banyak kendala-kendala yang ada terdapat genetika beberapa kendala yang dapat diupayakan dimengerti oleh sebagian besar siswa sekolah solusinya dalam waktu yang cepat yaitu menengah. Kesulitan ini disebabkan karena pengadaan bahan ajar dan penerapan model- konsep genetika bersifat esoterik dan abstrak, model tepat. yang meliputi objek-objek mikroskopik dan Sedangkan sebagiannya lagi adalah kendala- proses-proses di luar pengalaman siswa kendala yang memang memungkinkan untuk sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan dicarikan solusi namun membutuhkan waktu rancangan proses pembelajaran yang tepat yang sedikit lebih lama seperti pengadaan untuk laboratorium pemahaman pada konsep ini. Pada dasarnya pembelajaran serta yang lebih perlengkapannya dan pengadaan infokus. Permasalahan merupakan membantu materi siswa yang sulit meningkatkan materi yang sulit tidak menjadi masalah besar pertama adalah selama diadakan solusi yang tepat yaitu konsep genetika sebagai materi yang sulit upaya-upaya dimengerti. Dari hasil angket seluruh siswa sehingga materi tersebut dapat tersampaikan (21 siswa/100% siswa) mengakui materi ini dan diterima dengan baik oleh peserta didik. adalah materi yang sulit dimengerti. Genetika Upaya pertama adalah menyesuaikan model memang pembelajaran. merupakan materi yang sulit dipahami oleh sebagian besar peserta didik Model pembelajaran yang pembelajaran sesuai sangat baik jenjang sekolah SMP, SMA, maupun berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. perguruan tinggi. Sebagian besar peserta didik Permasalahan kedua yang ditemukan dari meyakini materi ini adalah materi yang rumit. hasil temuan penelitian studi kasus adalah Hal ini dibuktikan dari berbagai sumber yang penerapan model pembelajaran yang dianggap menyebutkan bahwa genetika merupakan masih kurang tepat. Model pembelajaran salah satu materi biologi yang memerlukan semikonvensional tidak dapat secara optimal upaya lebih dalam pembelajarannya. Soyibo memberikan pemahaman yang baik terhadap Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran 59 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671 materi-materi yang bersifat abstrak. Siswa keterampilan dalam proses belajar mengajar. cenderung merasa bosan dan apabila tidak ada Dari hasil angket 76,9% siswa mengaku sulit interaksi maka kondisi pembelajaran akan memahami materi genetika pada buku paket semakin menjenuhkan. Oleh karena itu model sekolah. hakikatnya buku paket berfungsi pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk membantu siswa memahami materi untuk pelajaran saling berinteraksi sangat baik namun tidak semua siswa diterapkan dalam proses pembelajaran pada mempunyai kemampuan yang sama dalam konsep-konsep abstrak seperti Genetika. Salah menelaah bacaan. Oleh karena itu upaya yang satu perlu dilakukan adalah menyusun sumber model yang membangkitkan berinteraksi interaktif. dianggap motivasi adalah Model mampu siswa model untuk pembelajaran penunjang yang komunikatif, sederhana namun komprehensif. interaktif Dari hasil pembagian angket kepada sering dikenal dengan nama pendekatan siswa diketahui 71,4% siswa mengaku lebih pertanyaan anak. Model ini dirancang agar mudah memahami bacaan dalam bentuk siswa kemudian uraian singkat atau materi yang diringkas oleh mereka guru (dalam bentuk hand out/ modul). Selain akan menemukan pembelajaran belajar bertanya jawaban dan pertanyaan sendiri (Harlendalam Suryani,2008). Salah dari model lebih cenderung menyukai bahan bacaan yang adalah siswa inovatif. Semua siswa (100% siswa) mengaku dirangsang untuk belajar secara aktif, belajar lebih tertarik mempelajari konsep genetika mengajukan mencoba dengan menggunakan modul berupa ringkasan mencoba materi (hand out) yang disertai gambar- pembelajaran merumuskan satu kelebihan itu dari hasil angket penulis melihat siswa interaktif pertanyaan, pertanyaan, dan menemukan jawaban terhadap pertanyaannya gambar berwarna. sendiri dengan melakukan kegiatan diskusi Selain sumber belajar hal yang tidak interaktif. Dengan cara seperti itu siswa atau kalah penting untuk diperhatikan adalah anak menjadi kritis dan aktif belajar. Hal ini bahan ajar. Bahan ajar dapat dimaknai sebagai tentunya menjadi harapan hasil belajar atau sesuatu prestasi pembelajaran, baik yang dirancang secara belajar siswa menjadi lebih meningkat. Permasalahan yang mengandung pesan khusus seperti film pendidikan, peta, grafik, ketiga dari hasil buku, dan bahan lainnya yang bersifat umum temuan penelitian studi kasus ini adalah namun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kendala siswa dalam memanfaatkan sumber belajar. Bahan ajar berperan penting dalam belajar. Mulyasa (2002) menjelaskan bahwa proses sumber belajar merupakan segala sesuatu menjelaskan yang dapat memberikan kemudahan kepada pembelajaran bahan ajar sangat penting baik peserta didik dalam memperoleh sejumlah bagi informasi, pengetahuan, pengalaman, dan mengalami kesulitan dalam meningkatkan Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran pembelajaran. guru bahwa,” maupun Belawati Dalam siswa. (2003) kegiatan Guru akan 60 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671 efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai hasil bahan ajar yang tepat. Begitu pula bagi siswa, diketahui bahwa di SMA Negeri 2 Seulimum tanpa akan tidak disediakan fasilitas elektronik untuk mengalami kesulitan dalam memahami materi menampilkan media animasi atau video pelajaran. Oleh karena itu memperkaya bahan sehingga pembelajaran berbasis media gerak ajar merupakan suatu hal yang sangat perlu tidak pernah dilakukan. Namun demikian, dilakukan oleh seorang guru. media berupa charta dan model menurut hasil adanya bahan ajar siswa Bahan ajar tidak hanya buku hasil karya yang diterbitkan guru wawancara dan observasi wawancara dengan guru telah pernah disusun memiliki bersama siswa namun bukti fisiknya tidak kesempatan untuk menyusun sendiri bahan dapat diperlihatkan karena charta dan model ajar yang tentunya lebih sesuai dengan kondisi tersebut dalam kondisi rusak dan telah dibawa siswanya masing- masing. Menurut paradigm pulang oleh siswa untuk dilakukan reparasi. pembelajaran namun angket, behavioristik, guru dapat Permasalahan kelima adalah menyediakan modul untuk mempermudah kebutuhan terhadap sarana pembelajaran yaitu siswa dalam memahami suatu konsep. Guru laboratorium. dapat merancang modul yang sesuai dengan peranan kebutuhan peserta didiknya masing-masing keberhasilan proses pembelajaran. Sudaryanto (Sadulloh, 2007). (1998) menerangkan bahwa,” Laboratorium Permasalahan yang besar mempunyai untuk menunjang adalah merupakan salah satu sarana sekolah yang penggunaan media. Pengetian media secara berperan sebagai penunjang peningkatan hasil terminology cukup beragam, sesuai dengan belajar dan sudut pandang pakar pendidikan. Seperti yang siswa. Laboratorium dinyatakan oleh dalam peserta didik berlatih dan melakukan kontak Musfiqon, HM (2012) Asosiasi langsung dengan objek yang dipelajari, baik Teknologi dan Komunikasi (Association keempat Laboratorium Sutikno of Communication (2005) bahwa Pendidikan Education Technology/ and AECT) membatasi media sebagai segala bentuk yang diprogram dalam pengamatan Keberadaan merupakan maupun laboratorium perananannya pengetahuan untuk tempat percobaan. sangat besar mengembangkan pengetahuan siswa. penyampaian Berdasarkan hasil observasi diketahui informasi. Sedangkan Asosiasi Pendidikan bahwa di sekolah SMA Negeri 2 Seulimum Nasional (National Education Associated/ belum memiliki sarana laboratorium dan NEA) memiliki pengertian yang berbeda, perlengkapannya. menurut mereka media merupakan benda laboratorium yang dianggap cukup penting yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca dalam pembelajaran genetika adalah model- atau model substansi genetik seperti kromosom. Di dibicarakan proses melalui pengembangan dalam kegiatan fasilitas satu fasilitas pembelajaran, yang dapat mempengaruhi sebagian efektifitas proses pembelajaran. Berdasarkan substansi genetik ini telah ada baik dalam Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran sekolah Salah model-model 61 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 bentuk charta maupun torso sehingga ISSN: 2301-6671 5. Media video/animasi tidak pernah memudahkan siswa mengenal secara lebih digunakan dalam proses pembelajaran di dekat bagian-bagian dari kromosom dan SMA Negeri 2 Seulimum. macam-macam bentuk kromosom. Namun 6. Praktikum tidak pernah dilakukan di SMA demikian, sarana laboratorium ini tidak Negeri 2 Seulimum karena di sekolah menjadi hambatan besar karena pada dasarnya tersebut tidak tersedia laboratorium dan model-model tersebut dapat dirancang oleh perlengkapannya. siswa dalam bimbingan guru. Guru dapat membimbing charta di SMA Negeri 2 Seulimum belum komponen-komponen berjalan dengan optimal, siswa belum substansi genetika seperti kromosom, DNA, memahami dengan baik konsep genetika RNA, dan lainnya. berdasarkan sistem pembelajaran yang permodelan siswa dari membuat 7. Proses pembelajaran pada konsep genetika telah dilakukan selama ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran Berdasarkan hasil temuan dan Demikianlah paparan kegiatan pengembangan teori maka dapat disimpulkan: penelitian studi kasus pembelajaran genetika 1. Model digunakan di SMAN 2 Seulimum Aceh Besar. Peneliti konsep berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dalam pembelajaran proses yang pembelajaran genetika di SMA Negeri 2 Seulimum acuan dalam meningkatkan kualitas bersifat semikonvensional. pembelajaran pada konsep Genetika. Selain 2. Siswa SMA Negeri 2 Seulimum sulit itu, peneliti menyadari laporan ini tentunya memahami konsep genetika karena pada masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh materi genetika terdapat banyak istilah- karena itu peneliti mengharapkan kritik dan istilah yang sulit untuk diingat. saran 3. Siswa sulit memahami konsep genetika membangun untuk pembaharuan penulisan supaya ke depan menjadi lebih baik. yang terdapat pada buku paket sekolah karena uraian materi dalam buku paket DAFTAR RUJUKAN sekolah sangat kompleks dan luas sehingga Belawati, T. 2003. Pengembangan Bahan siswa menjadi tidak tertarik untuk membaca dan menelaah materi lebih lanjut. Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Cavallo. 1996. Meaningful Learning, 4. Siswa SMA Negeri 2 Seulimum hanya Reasoning Ability, and Students’s menggunakan buku paket sekolah sebagai Understanding and Problem Solving sumber belajar dalam proses pembelajaran of Topics in Genetics. Journal of konsep genetika. Research in Science Teaching. 33 (6): 625 -656 Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran 62 Jurnal Genta Mulia, Volume VIII No. 1, Januari 2017 Gage. 1988. Educational Psychology. (4 th ed). Houston, TX: Houghton Mifflin. Herlanti, Y. 2007. Multimedia Kontribusi Terhadap Wacana Pemahaman ISSN: 2301-6671 Soyibo, K. 1995. Effects of Concept and Vee Mappings under Mode on Three Learning Student Achivement in Ecology and Genetics. Dan Retensi Siswa. Jurnal pendidikan Journal ipa metamorfosa. vol 2 no 1 hal 29- Teaching. 32 (9): 971 -994. 38. of Research in Science Sudaryanto (1998). Pengelolaan laboratorium Mulyasa, E. 2002. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Artikel Remaja RoMTs (Madrasah Tsanawiyah). Bandung. Sumber Belajar. Jakarta:Prestasi Pustaka. 2011. IPA dan Instalasi Listrik. Jakarta: Depdikbud. Suryani, L. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran IPA pada Diklat Guru Musfiqon. 2012. Pengembagan Media dan Nurkolis. Cognitive Bidang Studi IPA MTs (Madrasah Tsanawiyah). Tesis. PPS Universitas sriwijaya. Palembang. Managemen Berbasis Sekolah. Jakarta Selatan: Grasindo. Sadulloh, U. Pengantar Filsafat Pendidikan. Sutikno, S (2005). Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif dan Retorika. Mataram: NTP Press. Bandung: Alfabeta. Studi Kasus Permasalahan dalam Proses Pembelajaran 63