Perubahan Kadar Lemak Biji Kakao (Theobroma cacao L

advertisement
1
Perubahan Kadar Lemak Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Melalui Fermentasi
Beberapa Isolat Khamir
Oleh:
Sri Ambardini
Abstrak
Penelitian perubahan kadar lemak biji kakao (Theobroma cacao L.) melalui
fermentasi beberapa isolat khamir telah dilaksanakan di Laboratorium Biologi FMIPA
Universitas Haluoleo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan kadar lemak
biji cacao (Theobroma cacao L.) setelah difermentasikan oleh beberapa isolat khamir,
yaitu: Saccharomyces, Endonycopsis, Hanseniaspora dan Saccharomycetaceae. Setiap
kelompok isolat khamir ditambahkan pada biji kakao dan difermentasikan selama 5 hari
pada suhu kamar. Biji kakao hasil fermentasi dengan penambahan isolat khamir
dianalisis kandungan lemaknya kemudian dibandingkan dengan biji kakao hasil
fermentasi tanpa penambahan isolat khamir. Data di analisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa isolat Saccharomycetaceae dan Endonycopsis dapat
meningkatkan kadar lemak biji kakao setelah fermentasi sedangkan Saccharomyces dan
Hanseniaspora justru menurunkan kadar lemak biji kakao setelah fermentasi.
Kata kunci : Kadar lemak, biji kakao, fermentasi
Fat Change of Cocoa Seed (Theobroma cacao L.) by Fermentation
of Yeast Isolate
Abstract
The research about fat change of coca seed (Theobroma cacao L.) by
fermentation of yeast isolate had been carried out at Biology Laboratory On FMIPA
Haluoleo University. The aim of the research is to know fat change of cocoa seed
(Theobroma cacao L.) after fermented by yeast isolate, there are Saccharomyces,
Endonycopsis, Hanseniaspora dan Saccharomycetaceae. Each group of yeast isolate has
been added on cocoa seed fermented for 5 day’s in rooms temperature. The cocoa seed
of fermentation analysis fat then comparing with cocoa seed from fermentation without
adding yeast isolate (control). Analysis data is descriptive. Results of the research show
that Saccharomycetaceae and Endonycopsis isolate increase fat level of cocoa seed after
fermentation but Saccharomyces and Hanseniaspora decrease fat level of cocoa seed
after fermentation.
Key word : Fat content, Cocoa Seed, Fermentation
2
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil Kakao, sebagian besar
produksi Kakao Indonesia diekspor dengan tujuan Amerika, Singapura, Malaysia,
Brasil, dan Cina. Namun konsumen pasar Eropa menilai mutu Kakao Indonesia sangat
kurang, sehingga ekspor kakao Indonesia selain tidak mendapat premi juga mengalami
penurunan harga yang cukup tinggi. Mutu yang kurang disebabkan karena kandungan
lemak biji Kakao Indonesia yang rendah sekitar 50% - 52% dari berat kering, sedangkan
pada umumnya yang dikehendaki pasar Eropa adalah biji Kakao yang berkadar lemak
tidak kurang dari 55% dari berat kering. Selain itu biji Kakao Indonesia tidak memiliki
aroma khas Kakao, dikarenakan biji Kakao tidak difermentasikan terlebih dahulu
(Atmana,1996).
Pentingnya fermentasi pada biji Kakao dikarenakan pada proses ini dihasilkan
calon senyawa aroma khas cokelat. Selain itu selama proses ini terjadi penurunan kadar
polifenol yang dapat menurunkan rasa kelat, namun proses fermentasi tidak boleh
berlebihan (over fermentation) karena selain merusak citarasa dan aroma, juga akan
terjadi pembentukan warna yang berlebihan. Perubahan senyawa selama fermentasi ini
tidak lepas dari aktivitas enzimatis mikroorganisme, yang berperan untuk memecah gula
menjadi alkohol dan selanjutnya terjadi pemecahan alkohol mejadi asam asetat. Pada
awal fermentasi, mikroorganisme yang aktif adalah khamir (yeast) yang memecah
sukrosa, glukosa dan fruktosa menjadi etanol. Bersamaan dengan hal itu, terjadi pula
pemecahan pektin dan metabolisme asam organik. Aktivitas selanjutnya dilakukan
beberapa genera bakteri asam laktat dan asam asetat yang memecah etanol menjadi asam
laktat. Selain itu juga dihasilkan asam asetat, dan asam organik lain seperti asam sitrat
dan malat (Atmana, 2000).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirasa perlu untuk mengkaji mutu biji
Kakao, khususnya Kakao yang berasal dari sentra penanaman di Sulawesi Tenggara
melalui penelitian dengan judul “Perubahan Kadar Lemak Biji Kakao (Theobroma
cacao L.) Melalui Fermentasi Beberapa Isolat Khamir”. Masalah yang dikemukakan
dalam penelitian ini, adalah: bagaimana perubahan kadar lemak biji Kakao (Theobroma
cacao L.) setelah difermentasi oleh beberapa isolat khamir. Penelitian ini bertujuan
3
untuk mengetahui perubahan kadar lemak biji Kakao (Theobroma cacao L.) setelah
difermentasi oleh beberapa isolat khamir. Harapannya hasil penelitian ini dapat
direkomendasikan kepada pihak terkait dan selanjutnya disosialisasikan kepada petani
Kakao agar dapat menerapkan hasil penelitian ini sehingga mutu biji Kakao dapat
ditingkatkan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Kakao
Tanaman Kakao memiliki habitus pohon kecil, yang kadang-kadang rendah
sudah bercabang, dengan tinggi 3-8 m. Daunnya bertangkai, berbentuk bulat telur
terbalik memanjang kadang meruncing, dengan luas 10-48 x 4-20 cm. Bunga berkelamin
dua, berbilang 5, yang terletak dalam berkas di ketiak atau pada kayu yang tua. Daun
kelopak berbentuk lanset, dengan panjang 6-8 mm, berwarna putih namun kadangkadang keunguan. Daun mahkota memiliki panjang 8-9 mm, kuku dari dalam dengan 2
rusuk berwarna merah, helaiannya menggantung, berwarna putih kuning atau
kemerahan. Tabung benang sari berbentuk periuk, setiap tabung terdiri
2 benang sari
yang seluruhnya bersatu, letaknya berseling dengan satu staminodium. Staminodium
berwarna ungu tua dengan ujung putih. Bakal buah beruang 5 dan memiliki bakal biji
yang banyak. Buahnya merupakan buni berbentuk telur memanjang, dengan 5 pasang
rusuk yang berwarna ungu atau kuning, dengan panjang sekitar 12-13 cm dengan
dinding kulit yang tebal (van Steenis, 1997). Untuk jenis kakao lindak buahnya
berwarna hijau ketika masih muda dan setelah tua berwarna kuning, bijinya berwarna
ungu tua, gepeng dan rasanya pahit. Dinding buah keras dan permukaan halus, serta
memiliki alur yang tidak begitu dalam, dengan ujung yang membulat (Anonim, 1994).
Buah kakao terdiri dari 4 bagian, yaitu kulit, plasenta, pulp serta biji. Biji terdiri
dari 2 bagian, yaitu kulit biji (testa) dan keping biji. Keping biji merupakan bagian
terbesar dari biji yaitu 86 - 90%, sisanya merupakan kulit biji mencapai
10 - 14%.
Pulp merupakan lapisan lendir dari biji kakao terdiri dari 80-90 % air, dan gula 4-8%.
4
Komposisi pulp yang demikian merupakan media pertumbuhan yang baik bagi
mikroorganisme (Asmara, 1996, dalam Nada 1999).
2. Fermentasi Biji Kakao
Fermentasi merupakan suatu proses yang menghasilkan produk berupa alkohol
dan asam organik yang terjadi secara khas pada bahan tumbuhan, sebagai akibat
penguraian karbohidrat yang merupakan senyawa organik yang utama pada jaringan
tumbuhan (Stanier, 1982). Menurut Lay dan Hastowo (1992), fermentasi tidak hanya
terjadi pada senyawa gula, melainkan dapat pula terjadi pada asam amino, asam
organik, purin dan pirimidin, namun jika proses ini berlangsung secara tidak teratur
kadang gula langsung dirubah menjadi asam organik (Supardi dan Sukamto, 1999
dalam Shumbogo, 2004). Fermentasi biji kakao itu sendiri merupakan suatu proses
pengolahan pasca panen yang mempengaruhi mutu biji kakao. Dalam proses ini terjadi
penguraian gula menjadi alkohol yang dilakukan oleh beberapa jenis khamir, yang
dilanjutkan dengan penguraian alkohol menjadi asam asetat dan asam laktat oleh
beberapa jenis bakteri (katabolisme). Selain itu, selama proses ini juga berlangsung
pembentukan senyawa-senyawa organik yang merupakan senyawa calon pembentuk
aroma pada biji kakao (anabolisme) akibat aktivitas mikroorganisme tersebut (Atmana,
2000). Perbandingan komposisi bji kakao yang segar dan yang telah mengalami
fermentasi, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan komposisi biji kakao segar dan yang telah mengalami fermentasi
Komposisi
Biji kakao segar (%)
Air
6,43
Lemak
44,44
Theobromin
1,49
Karbohidrat
28,52
Protein
11,83
Abu
4,00
Lain-lain
3,29
Sumber : Anonim, 1994.
Biji kakao yang difermentasi
0,50
50,22
1,55
26,98
14,04
3,76
2,95
5
3. Mikroorganisme dalam Fermentasi Biji Kakao
Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi biji kakao yaitu khamir (yeast),
bakteri asam cuka dan bakteri asam laktat. Dengan aktivitas ketiga jenis mikroorganisme
ini menyebabkan adanya perubahan enzimatis selama fermentasi. Pada bagian pulp buah
(daging buah) terjadi perombakan gula menjadi alkohol oleh khamir dan perombakan
alkohol menjadi asam cuka oleh bakteri asam cuka atau bakteri asam susu (Heddy,
1990). Menurut Atmana (1996) dan Nada (1999), pada tahap awal fermentasi
mikroorganisme yang paling aktif adalah khamir.
Khamir
digolongkan
dalam
tiga
familia
yaitu
Saccharomyecetaceae,
Sporabolomycetaceae, dan Cryptococcaceae. Ciri khas organisme ini adalah reproduksi
vegetatifnya yang disebut budding atau penyembulan meskipun reproduksi dengan
pembelahan dan pembentukan spora dapat berlangsung namun akan selalu terdapat cara
budding. Reproduksi seksual terjadi dengan perkawinan yang diikuti dengan produksi
spora seksual yang terletak pada kantung spora yang disbut askus. Khamir sering
dijumpai dalam bentuk tunggal, tapi bila sel anaknya tidak lepas dari sel induk setelah
pembelahan, maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomiselium (Schelegel, 1994).
Secara umum ukuran khamir lebih besar dari bakteri namun ukuran khamir yang terkecil
tidak lebih besar dari bakteri yang terbesar. Lebar khamir berkisar
1-5 µm dan
panjangnya 5-30 µm atau lebih. Setiap spesies memiliki bentuk yang khas namun dalam
biakan murni masih terdapat varietas yang luas dalam ukuran dan bentuk sel individunya
tergantung dari umur dan lingkungannya. Pada umumnya, bentuk sel khamir bulat telur
dan ada beberapa yang memanjang dan berbentuk bola (Pelczar dan Chan, 1986).
Khamir memiliki suhu optimum 25oC-30 oC, dan suhu maksimum 35 oC-47 oC. Dapat
tumbuh dengan baik dalam kondisi aerob, namun ada beberapa jenis yang dapat hidup
dalam kondisi an aerob meskipun pertumbuhannya lambat (Waluyo, 2004).
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan di
Laboratorium Biologi dan Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo.
6
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tabung reaksi,
erlenmeyer, gelas ukur, pipet volum, pipet pasteur, corong, hemasitometer, jarum ose,
bunsen, mortal, oven, hotplate, shaker, timbangan analitik, soxhlet, otoklaf, mikroskop,
oven, evaporator, dan karung tempat fermentasi; Biji Kakao, Isolat Khamir, Akuades,
Ekstrak kentang, Petroleum eter, Kloroform, NH4OH, Alkohol, Dekstrosa, Na2SO4 an
hidrat, Kapas, Aluminium foil, dan kertas saring.
Sampel penelitian adalah empat kelompok Khamir yang terdiri dari tiga genus,
yaitu
Saccharomyces,
Hanseniaspora,
Endomycopsis,
dan
satu
familia
Saccharomycetaceae. Penentuan sampel ini berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
yang telah menginventarisir jenis-jenis khamir yang terdapat dalam proses fermentasi
biji Kakao.
Prosedur penelitian yaitu : 1) sterilisasi alat dan bahan; 2) aktivasi isolat khamir
yaitu sebanyak 5 ose dari masing–masing isolat khamir yang memiliki umur yang sama,
diinokulasikan dalam 50 mL media Potato Dextrosa Broth (PDB) dan diinkubasi selama
24 jam pada suhu kamar (27ºC). Selanjutnya biakan siap digunakan sebagai starter pada
fermentasi biji kakao; 3) menghitung jumlah sel yang dihitung dengan menggunakan
alat bantu hemositometer. Suspensi sel khamir dikocok, dan dengan menggunakan pipet
pasteur sebanyak 0,1 mL suspensi dimasukan ke dalam hemositometer dengan cara
ujung pipet diletakkan pada lekukan berbentuk V pada kaca penutup hemositometer,
kemudian ruang hemositometer dibiarkan terpenuhi oleh suspensi. Selanjutnya
hemositometer diamati di bawah mikroskop pada pembesaran 400x. Jumlah sel khamir
yang teramati pada 80 kotak kecil dihitung dengan rumus dalam Hadioetomo, 1990)
sebagai berikut :
Jumlah sel yang terhitung x 5 x 1000
sel/mL
0,1
Biji yang digunakan sebanyak 200 gr untuk masing–masing perlakuan isolat
Jumlah sel 
khamir. Selanjutnya biji kakao tersebut, dimasukan ke dalam karung steril dengan
ukuran 15 x 20 cm dan diinokulasikan dengan masing–masing isolat khamir yang telah
diaktivasi sebanyak 20 mL ke dalam setiap karung. Selanjutnya biji kakao
7
difermentasikan selama 5 hari pada suhu kamar. Analisis lemak biji dengan Metode
Soxhlet (Woodman, 1968), yaitu sebanyak 2,5 gr biji kakao yang telah dihaluskan dan
dicampur dengan 8 gr pasir yang telah dipijarkan, kemudian dimasukan ke dalam tabung
ekstraksi Soxhlet dalam kertas saring. Kemudian air pendingin dialirkan dalam
kondensor, selanjutnya tabung ekstraksi kemudian dihubungkan dengan alat destilasi
soxhlet dengan pelarut petroleum eter selama 4 jam. Setelah residu dalam tabung
ekstraksi diaduk, ekstraksi dilanjutkan lagi selama 2 jam dengan pelarut yang sama.
Petroleum eter yang telah mengandung ekstrak lemak dan minyak kemudian diuapkan
dalam penangas air sampai agak pekat. Selanjutnya dipanaskan dalam oven dengan suhu
100oC sampai berat konstan. Berat residu dalam botol sebagai berat lemak dan minyak
(Harborne, 1987).
D. Hasil dan Pembahasan
Hasil perhitungan jumlah sel khamir dalam masing-masing starter, yang
dilakukan secara langsung dengan menggunakan ruang penghitung (Haemositometer)
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah sel khamir yang diaktivasi pada media PDB selama 24 jam
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis Khamir
Hanseniaspora
Saccharomyces
Endomycopsis
Saccharomycetaceae
Jumlah Sel (Sel/mL)
1,35 x 107
2,00 x 107
4,00 x 107
4,50 x 107
Hasil analisis kadar lemak biji Kakao setelah fermentasi dengan penambahan
isolat khamir dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar lemak biji Kakao setelah fermentasi dengan isolat khamir
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis khamir
Kontrol
Saccharomycetaceae
Endomycopsis
Saccharomyces
Hanseniaspora
1
49,33
52,05
51,22
49,40
47,02
Kadar lemak (%)
2
Rata-rata
52,01
50,67
51,69
51,87
50,22
50,72
49,56
49,48
46,29
46,65
8
Data Tabel 2 menunjukan adanya perbedaan kadar lemak pada biji kakao dengan
penambahan isolat khamir (Saccharomyces, Endomycopsis, Saccharomycetaceae dan
Hanseniaspora). Kadar lemak biji kakao yang dihasilkan dari fermentasi dengan
penambahan
isolat
khamir
pun
berbeda-beda.
Isolat
Endomycopsis
dan
Saccharomycetaceae dapat meningkatkan kadar lemak biji kakao dibandingkan kontrol,
sedangkan isolat Saccharomyces dan Hanseniaspora dapat menurunkan kadar lemak biji
kakao dibandingkan kontrol. Selama fermentasi berlangsung, khamir memecah gula
yang terdapat dalam pulp kakao, dimana keempat isolat khamir tersebut memiliki
kemampuan yang berbeda dalam memecah gula. Saccharomyces mampu memecah
glukosa, sukrosa dan dekstrosa, Endomycopsis hanya mampu merombak glukosa dan
sukrosa, sedangkan Hanseniaspora dan Saccharomycetaceae mampu merombak
glukosa dan dekstrosa. Keseluruhan gula ini akan dirombak menjadi alkohol dan
karbondioksida (Kirsop dkk., 1984 dan Nord, 1963). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Lay (1994), khamir merupakan kelompok fungi yang dapat memecah gula menjadi
alkohol dan karbondioksida. Khamir merupakan kelompok fungi yang memiliki sifat
pereduksi yang kuat, dimana dalam kondisi fermentasi aktif media yang mengandung
gula maupun senyawa lain yang ditambahkan, akan terjadi reduksi aldehid menjadi
alkohol menurut jenisnya salah satunya akan terbentuk gliserol (Judoamidjojo, 1992).
Selanjutnya menurut Lay (1994), dalam katabolisme
glukosa dihasilkan
karbondioksida, air, energi dan asetil Co-A. Asetil Co-A merupakan hasil metabolisme
lemak dan merupakan pemuka dalam sintesis asam lemak. Hubungan antara sintesis
asam lemak dan katabolisme glukosa karena adanya ketersediaan gliserol untuk sintesis
asam lemak. Sedangkan gliserol itu sendiri merupakan salah satu hasil sampingan dari
glikolisis dan merupakan bahan dasar pembentukan lemak. Selain itu dalam sumber
yang sama dikatakan bahwa, selama glikolisis terbentuk senyawa antara dihidroksi
aseton yang dapat ditransformasikan menjadi gliserol. Dengan demikian adanya gliserol
akibat perombakan glukosa oleh isolat khamir akan dapat mempengaruhi kadar lemak
biji pada akhir fermentasi. Disamping itu, selama fermentasi terjadi pembentukan lemak
yang dilakukan oleh bakteri alami yang terdapat dalam pulp biji. Dengan adanya
kerjasama antara isolat khamir yang ditambahkan selama fermentasi dan aktivitas
9
bakteri alami, yang terdapat dalam pulp biji akan lebih meningkatkan kadar lemak biji
Kakao.
Berdasarkan data Tabel 2. dapat diketahui bahwa dengan penambahan isolat
khamir Saccharomycetaceae dapat membantu meningkatkan kadar lemak sekitar 1,2%
dari kontrol. Meskipun kadar lemak biji kakao yang dihasilkan (51,87%), belum
memenuhi permintaan pasar luar negeri. Kandungan lemak biji kakao yang diinginkan
oleh pasar luar negeri yaitu 57%, namun dengan penambahan isolat khamir dapat
membantu dalam meningkatkan kadar lemak biji kakao. Secara umum perbaikan mutu
biji kakao dapat dilakukan dengan cara perbaikan budidaya tanaman kakao dan
penanganan pasca panen antara lain dengan peningkatan kandungan lemak biji kakao
melalui fermentasi dengan bantuan penambahan isolat khamir Saccharomycetaceae dan
Endomycopsis.
D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
1) Penambahan isolat Khamir dalam fermentasi biji Kakao dapat mempengaruhi kadar
lemak biji Kakao, perubahan kadar lemak ini bervariasi sesuai jenis dan jumlah starter
yang diinokulasikan dalam proses fermentasi.
2) Saccharomycetaceae dan Endomycopsis dapat menaikkan kadar lemak biji Kakao
setelah fermentasi, sedangkan Saccharomyces dan Hanseniaspora justru dapat
menurunkan kadar lemak biji Kakao setelah fermentasi.
Daftar Pustaka
Anonim, 1994. Menyiasati Lahan dan Iklim dalam Pengusahaan Pertumbuhan JenisJenis Tanaman Terpilih. Yayasan Prosea. Bogor.
Atmana, S.A., 1996. Pentingnya Proses Fementasi Biji Kakao. BPP Teknologi.
www.iptek/terapan/cacao.co.id.
Atmana, S.A., 2000. Proses Enzimatis pada Fermentasi untuk Perbaikan Mutu Kakao..
BPP Teknologi. www.iptek/terapan/cacao.co.id.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia. ITB. Bandung.
10
Heddy, S., 1990. Budidaya Tanaman Cokelat. Angkasa. Bandung.
Judoamidjodjo, M., 1992. Teknologi Fermentasi. CV Rajawali. Jakarta.
Kirsop, B., Painting, J., Henry. 1984. Slide Culture Techiques ; Methylen Blue Staining.
Thailand Institute of Sceintific and Technologycal Research. Bangkok. Thiland.
Lay, B.W., 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lay, B.W., dan S. Hastowo, 1994. Mikrobiologi. Rajawali Pers. Jakarta.
Nada, I Wayan, 1999. Pengaruh Konsentrasi Ragi Terhadap Waktu Fermentasi Biji
Kakao (Theobroma cacao L.). Skipsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Haluoleo. Kendari.
Nord, F. F., 1963. Advances In Enzymology and Related Subjects of Biochemistry.
Fordham University. New York
Schelegel, H. G., 1994. Mikrobiologi Umum. UGM Press. Jogjakarta.
Shumbogo, M., 2004. Penyuluhan Tentang Penerapan Fermentasi pada Biji Kakao di
Desa Unamendaa kec. Wundulako Kab. Kolaka. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo. Kendari.
Stanier, 1982. Dunia Mikrobe I .Kanisius. Yogyakarta.
van Steenis, C. G. G. J., 1997. Flora. Pradnya Paramita. Jakarta.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Jakarta.
Download