BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Rumah Susun 2.1.1 Pengertian Rumah Susun 1. Menurut ketentuan pasal 1 angka 1 UU Rumah Susun Rumah susun (Rusun) adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian – bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan – satuan yang masing – masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. 2. Menurut kuswahyono (2004) ditinjau dari sudut penggunaanya, rumah susun dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: 1. Rumah susun hunian yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal, 2. Rumah susun bukan hunian yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat usaha atau kegiatan social, 3. Rumah susun campuran yaitu rumah susun sebagian berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian berfungsi sebagai tempat usaha. 2.1.2 Jenis – jenis rumah susun UU Rumah Susun mengenal beberapa jenis Rumah Susun, yaitu 1. Rumah Susun Umum Rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.Rumah Susun Umum inilah yang kemudian berkembang menjadi Rusunami dan Rusunawa. Rusunami adalah akronim dari Rumah Susun Umum Milik, sedangkan Rusunawa adalah akronim dari Rumah Susun Umum Sewa, 2. Rumah Susun Khusus 7 8 Rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus, 3. Rumah Susun Negara Rumah susun yang dimiliki oleh Negara yang menjadi tempat tinggal, sarana pembinaan dan penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan pegawai negeri, 4. Rumah Susun Komersial Rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.Rumah Susun Komersial oleh pengembang sering disebut apartemen, flat atau kondominium. Berdasarkan penggunaannya, Rumah Susun kemudian dapat dikelompokkn menjadi: 1. Rumah susun hunian, yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal, 2. Rumah susun bukan hunian, yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat usaha dan atau kegiatan social, 3. Rumah susun campuran, yaitu rumah susun yang sebagian berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian berfungsi sebagai tempat usaha. Terdapat 3 macam rumah susun (Neufert, 1986) yaitu : 1. Rumah susun bertingkat rendah (low rise apartment) atau bertingkat tinggi (high rise apartment). Merupakan rumah susun yang dimana pencapaian vertikalnya mempunyai lebih dari 1 tangga atau lift. Untuk rumah susun bertingkat rendah, jumlah lantai maksimal adalah 4, sedangkan jika lebih dari 8 lantai disebut rumah susun bertingkat tinggi. 2. Rumah susun memusat (point block) yaitu rumah susun dengan pencapaian vertikal hanya menggunakan 1 (satu) tangga atau lift (single vertical acess system). Dalam perkembangannya rumah susun memusat berkembang pula menjadi rumah susun memusat panjang atau disebut dengan tipe cluster (cluster type), yang mempunyai keuntungan privasi yang tinggi. 9 3. Maisonet (maisonette) merupakan hunian 22 lantai dan memanjang dan mempunyai potensi memanfaatakan pemandangan. Tipe ini juga disebut rumah susun tipe memanjang (row type). 2.1.3 Persyaratan teknis Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1988 tentang Rumah Susun juga mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun, antara lain meliputi : 1. Ruang; Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami dalam jumlah yang cukup. 2. Struktur, komponen, dan bahan bangunan; Rumah susun harus direncakanan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku. 3. Kelengkapan rumah susun; Rumah susun harus dilengkapi dengan: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan air limbah, saluran dan/atau tempat pembuangan sampah, tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya, alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga darurat kebakaran, tempat jemuran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, alat/sistem alarm, pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu, dan generator listrik untuk rumah susun yang menggunakan lift. 4. Satuan rumah susun; Satuan rumah susun dapat berada pada permukaan tanah, di atas atau di bawah permukaan tanah, atau sebagian di bawah dan sebagian di atas permukaan tanah. Rumah susun juga harus mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan, memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan 10 penggunaannya, serta harus disusun, diatur, dan dikoordinasikan untuk dapat mewujudkan suatu keadaan yang dapat menunjang kesejahteraan dan kelancaran bagi penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari untuk hubungan ke dalam dan ke luar. 5. Bagian bersama dan benda bersama; 1. Bagian bersama yang berupa ruang untuk umum, ruang tangga, lift, selasar, harus mempunyai ukuran yang dapat memberikan kemudahan bagi penghuni dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni, maupun dengan pihakpihak lain. 2. Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas, kapasitas yang dapat memberikan keserasian lingkungan guna menjamin keamanan dan kenikmatan para penghuni. 6. Kepadatan dan tata letak bangunan; Kepadatan bangunan dalam lingkungan harus memperhitungkan dapat dicapainya optimasi daya guna dan hasil guna tanah.Tata letak bangunan harus menunjang kelancaran kegiatan sehari-hari dan harus memperhatikan penetapan batas pemilikan tanah bersama, segi-segi kesehatan, pencahayaan, pertukaran udara, serta pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya yang mengancam keselamatan penghuni, bangunan, dan lingkungannya. 7. Prasarana lingkungan; Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk keperluan kegiatan sehari-hari bagi penghuni, baik ke dalam maupun ke luar dengan penyediaan jalan setapak, jalan kendaraan, dan tempat parkir. 8. Fasilitas bangunan Dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan ruangan-ruangan dan/atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan masyarakat, tempat bermain bagi anak-anak, dan kontak sosial lainnya serta ruangan dan/atau bangunan untuk pelayanan kebutuhan sesuai standar yang berlaku. Persyaratan teknis pembangunan rumah susun ini ditujukan untuk menjamin keselamatan, keamanan, ketenteraman serta 11 ketertiban para penghuni dan pihak lainnya. Pengaturan atas bagian bangunan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah mengandung hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama, memberikan landasan bagi sistem pembangunan yang mewajibkan kepada penyelenggara pembangunan ("developer") untuk melakukan pemisahan rumah susun atas satuan-satuan rumah susun dengan pembuatan akta pemisahan dan disahkan oleh Instansi yang berwenang. Atas dasar pemisahan yang dilakukan dengan akta dengan melampirkan gambar, uraian dan pertelaan yang disahkan oleh instansi yang berwenang dan didaftarkan sebagaimana disyaratkan tersebut memberikan kedudukan sebagai benda tak bergerak yang dapat menjadi obyek pemilikan ("real property"). Sedangkan dalam segi lain, pengaturan tersebut memberikan landasan bagi sistem pemilikan, ditunjukkan bahwa hak milik atas satuan rumah susun, dalam kedudukannya sebagai hak kebendaan, meliputi hak milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan terpisah, termasuk juga hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan. 2.1.4 Persyaratan dan jenis peruntukan Persyaratan lokasi pembangunan rusuna antara lain sebagai berikut: 1. Tersedianya saran dan prasarana berupa: a. Rencana jalan paling sedikit 12 meter dan lebar badan jalan ekisting paling sedikit 8 meter; b. Saluran air dengan system drainase yang baik; c. Jalur angkutan umum menuju lokasi; dan d. Terjangkau pelayanan jaringan utilitas kota 2. Berada pada kawasan peremajaan lingkungan dan pembangunan baru; 3. Terhadap pembangunan rusuna pada kawasan peremajaan, maka masyarakat yang tinggal pada kawasan tersebut mendapat prioritas untuk menempati rusuna yang akan dibangun dan dikembangkan; 12 4. Pola pembangunan dan pembangunan rusuna dibatasi sampai dengan luas lahan 3 hektar; 5. Pada daerah yang memiliki potensi strategis dapat diberikan insentif berupa pengembangan dan pembangunan rusuna lebih dari 3 hektar dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan Gubernur dan dikenakan kewajiban tambahan berupa sarana dan prasarana kota sebagai bentuk kontribusi terhadap kota yang besarnya ditetapkan kemudian; 6. Perencanaan rusuna diwajibkan menyediakan fasum/ fasos paling sedikit 50% dari standar sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999, atau mempertimbangkan ketersediaan fasum/ fasos pada lingkungan sekitarnya, kecuali perbelanjaan niaga untuk melayani kebutuhan lingkungannya diberikan tambahan luas sampai dengan 100% dari standar yang ditetapkan; 7. Menyediakan ruang terbuka yang besarannya 2 m² per jiwa (sebagai ruang gerak pribadi atau personal space atau tempat bermain) yang berada pada halaman dan/ atau bangunan, dan gerak pribadi tidak boleh difungsikan untuk kegiatan lain, halaman yang digunakan untuk ruang gerak pribadi sekaligus berfungsi sebagai ruangan terbuka evakuasi bencana; 8. Menyediakan sarana dan prasarana bagi penyandang cacat; 9. Perencaan pada lantai dasar bangunan hanya untuk fungsi sarana penunjang dan fasum/ fasos dengan luas paling banyak 50% dan sisanya sebagai ruang terbuka tanpa dinding; 10. Setiap 10 unit hunian menyediakan lokasi parkir satu mobil dan 5 motor dalam halaman bangunan; 11. Perhitungan jumlah penghuni berdasarkan luas lantai, setiap luas lantai hunian 45 m² gross adalah 4 jiwa 12. Permukaan atap bangunan dibangun sebagai taman (roof garden) dan difungsikan sebagai ruang public. 13. Pada lokasi yang termasuk dalam Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan berwenang (KKOP) diperlukan rekomendasi dari instansi 13 2.1.5 Fasilitas Lingkungan rumah susun Fasilitas lingkungan rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat; 2. Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan gaya hidup di rumah susun; 3. Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu; 4. Menunjang fungsi-fungsi aktivitas penghuni yang paling pokok baik dari segi besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada; 5. Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya Tabel 2.1 : Fasilitas Lingkungan Rusun No. 1 Jenis Fasilitas Lingkungan Fasilitas niaga Fasilitas Yang Tersedia - 2 Fasilitas pendidikan - No. Jenis Fasilitas Lingkungan Warung Toko-toko perusahaan dan dagang Pusat perbelanjaan Ruang belajar untuk pra belajar Ruang belajar untuk sekolah dasar Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat pertama Ruang belajar untuk sekolah menengah umum Fasilitas Yang Tersedia 14 3 Fasilitas kesehatan 4 Fasilitas peribadatan 5 Fasilitas pelayanan umum 6 Ruang terbuka - Posyandu Balai pengobatan BKIA dan ruamah bersalin Puskesmas Praktek dokter Apotek Musola Masjid kecil Kantor RT Kantor/balai RW Post hansip/siskamling Pos polisi Telepon umum Gedung serba guna Ruang duka Kotak Surat Taman Tempat bermain Lapangan olah raga Peralatan usaha Sirkulasi Parkir Sumber : Standar Nasional Indonesia (2003) 2.1.6 Karakteristik Rumah Susun Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik rumah susun di Indonesia memiliki ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11) : 1) Satuan Rumah Susun Mempunyai ukuran standar minimum 18 m2, lebar muka minimal 3 meter. Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang penunjang) di dalam dan/atau diluar ruang utama. Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran dan kemudahan, serta penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air. Batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup dan/atau sebagian terbuka dan/atau ruang terbuka. 2) Benda Bersama 15 Benda bersama dapat berupa prasaran lingkungan dan fasilitas lingkungan. 3) Bagian Bersama Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur, dan kelengkapan rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu dengan bangunan rumah susun. 4) Prasarana Lingkungan Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah, sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi lainnya. 5) Fasilitas Lingkungan Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan, pelayanan umum, serta pertanaman. Tipe unit rumah susun juga beragam.Kisaran luas unit rumah susun pada umumnya minimal 18m2 dan paling besar adalah 50 m2 . Tabel 2.2 : tipe unit rumah susun Tipe Unit Fasilitas Tipe 18 m - 1 kamar tidur Tipe 21 m2 - ruang tamu 2 Tipe 24 m - kamar mandi Tipe ini biasanya untuk - dapur/pantry keluarga muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga Tipe 30 m2 - 2 kamar tidur Tipe 36 m2 - ruang tamu / keluarga 2 Tipe 42 m - kamar mandi / WC Tipe 50 m2 - dapur / pantry Tipe ini untuk keluarga yang - ruang makan sudah memiliki anak Sumber : Rosfian (2009) 2 16 2.2 Photovoltaic (Panel Surya) Photovoltaic (PV) adalah suatu sistem atau cara langsung untuk mentransfer radiasi matahari atau energi cahaya menjadi energi listrik [Wulandari Handini, FT UI, 2008] .Energi listrik yang dihasilkan oleh sel surya selain dipengaruhi oleh intensitas surya juga oleh efisiensinya.Secara teoritis, efisiensi yang dapat dicapai oleh sel surya maksimal sekitar 30 – 40% tergantung pada tipe dan konstruksinya, namun umumnya hanya mencapai efisiensi antara 7 – 17%.Atas dasar efisiensi tersebut, pengendalian posisi dari panel PV (yang merupakan kumpulan dari modul sel PV) menjadi penting agar intensitas matahari dapat diserap secara optimal. 2.2.1 Komponen Photovoltaic (Panel Surya) Panel Surya Berfungsi merubah cahaya matahari menjadi listrik.Bentuk pipih dari panel surya memberikan kemudahan pemenuhan kebutuhan listrik untuk berbagai skala kebutuhan. Gambar 2.1 Panel Surya Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 Alat Pengatur Daya (Charge Controller) Gambar 2.2 Alat Pengatur Daya (Charge Controller) Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 17 Berfungsi mengatur aliran listrik dari panel surya ke batere /ACCU dan aliran listrik dari baterai / ACCU ke lampu, TV atau radio. Juga berfungsi melindungi dari konsleting atau pengiriman muatan arus berlebih ke input terminal. Batere Berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban.Beban dapat berupa lampu penerangan dan alat elektronik lainnya yang membutuhkan listrik. Gambar 2.3Batere Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 Inverter Berfungsi mengubah arus DC menjadi arus AC. Gambar 2.4 Inverter Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 2.2.2 Cara Kerja Pada siang hari panel surya menerima cahaya (sinar) matahari yang kemudian diubah menjadi energi listrik oleh sel-sel kristal yang ada pada panel surya. Listrik yang dihasilkan oleh panel surya dapat langsung disalurkan ke beban ataupun 18 disimpan dalam batere ACCU, sebelum disalurkan ke beban (lampu, komputer, TV, dll). Pada malam hari, dimana panel surya tidak menghasilkan listrik. Listrik yang sudah terkumpul (tersimpan) dalam batere ACCU akan dapat digunakan. Untuk menyalakan peralatan listrik terutama lampu penerangan dll. Gambar 2.5 Skema Kerja Panel Surya Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 2.2.3 Jenis Panel Surya Monocrystalline Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis. Dengan teknologi seperti ini, akan dihasilkan kepingan sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya, sekitar 12% - 15%. Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan, menyebabkan mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya yang lain di pasaran. Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan kristal silikonnya. 19 Gambar 2.6Monocrystalline Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 Polycrystalline Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal silikonnya tidak semurni pada sel surya monocrystalline, karenanya sel surya yang dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar 11% - 14% . Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya. Bentuknya yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding monocrystalline, karenanya harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai saat ini. Gambar 2.7PolyCrystalline Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 Thin Film Solar Cell (TFSC) Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis 20 ini sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel.Jenis ini dikenal juga dengan nama TFPV (Thin Film Photovoltaic). Gambar 2.8Thin Film Solar Cell (TFSC) Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 HIT (High – performance hybird silicon) Panel surya HIT terdiri dari monocrystalline yang tipis dikelilingi oleh silicon amorf yang sangat tipis. Produk ini memberikan kinerja industri terkemuka dan nilai menggunakan teknik manufaktur yang terkini.Efisiensi yang bisa dihasilkan dari solar panel jenis HIT ini sekitar 17-18%. Gambar 2.9 HIT solar panel Sumber : Google.com diakses tanggal 15 September 2014 Tabel 2.3 Perbedaan Efisiensi dan Luas area yang dibutuhkan 21 Sumber :Simon Roberts, Nicolo Guariento.2009.PV Handbook 2.2.4 Sistem On grid dan Sistem Off grid Sistem off grid Merupakan sistem pembangkit listrik tenaga surya untuk daerahdaerah terpencil/pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN. Off Grid System disebut juga Stand-Alone PV system yaitu sistem pembangkit listrik yang hanya mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama dengan menggunakan rangkaian modul photovoltaic (Solar PV) untuk menghasilkan energi listrik sesuai dengan kebutuhan. Sistem off grid umumnya digunakan pada daerah/wilayah yang jauh / tidak terjangkau jaringan listrik (PLN). Gambar 2.10 Sistem off grid Sumber : Google.com diakses tanggal 11 Oktober 2014 Sistem on grid Sistem ini menggunakan solar panel (panel photovoltaic) untuk menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dan bebas emisi. Dengan adanya sistem ini akan mengurangi tagihan listrik rumah tangga, dan memberikan nilai tambah pada pemiliknya. Rangkaian sistem ini akan tetap berhubungan dengan jaringan PLN dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi dari panel surya untuk menghasilkan energi listrik semaksimal mungkin. 22 Gambar 2.11 Sistem on grid Sumber : Google.com diakses tanggal 11 Oktober 2014 2.2.5 Cara Pengukuran modul PV Untuk mengukur modul pv diperlukan langkah langkah pengukuran sebagai berikut: Tentukan kebutuhan konsumsi daya Langkah pertama dalam merancang sebuah sistem PV surya adalah untuk mengetahui daya total dan konsumsi energi dari semua beban yang perlu disediakan oleh sistem PV surya sebagai berikut: - Hitung total Watt-jam per hari untuk setiap alat yang digunakan. Tambahkan Watt-jam yang dibutuhkan untuk semua peralatan bersama-sama untuk mendapatkan total Watt-jam per hari yang harus disampaikan kepada peralatan. - Hitung total Watt-jam per hari dibutuhkan dari modul PV. Kalikan total peralatan Watt-jam per hari kali 1.3 (energi yang hilang dalam sistem) untuk mendapatkan total Watt-jam per hari yang harus disediakan oleh panel. Menentukan Ukuran modul PV Ukuran yang berbeda dari modul PV akan menghasilkan jumlah tenaga yang dihasilkan. Untuk mengetahui ukuran dari modul PV, total watt puncak yang dihasilkan kebutuhan. Puncak watt/Watt Peak (Wp) yang dihasilkan tergantung pada ukuran modul PV dan iklim lokasi tapak. Kita harus mempertimbangkan "faktor generasi panel" yang berbeda di setiap lokasi tapak.Untuk Indonesia, faktor generasi panel adalah 3.43. Untuk menentukan ukuran modul PV cara yang digunakan adalah : - Hitung total rating Watt-peak yang dibutuhkan untuk modul PV dibagi total Watt-jam per hari dibutuhkan dari modul PV dengan 3.43 untuk 23 mendapatkan total rating Watt-peak yang diperlukan untuk panel PV dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan. - Hitung jumlah panel PV untuk sistem dengan cara membagi hasil dari rating Watt peak dari modul pv yang akan digunakan . Menentukan ukuran Inverter Inverter digunakan dalam sistem di mana output daya AC yang dibutuhkan. Rating masukan dari inverter tidak boleh lebih rendah dari total watt peralatan. Inverter harus memiliki tegangan nominal sama dengan baterai Anda. Untuk sistem stand alone, inverter harus cukup untuk menangani jumlah total Watts yang akan Anda gunakan pada satu waktu yang besar. Ukuran inverter harus 25-30% lebih besar dari jumlah Watts peralatan. Dalam kasus jenis alat adalah motorik atau kompresor maka ukuran inverter harus minimal 3 kali kapasitas peralatan tersebut dan harus ditambahkan dengan kapasitas inverter untuk menangani lonjakan arus selama awal. Menentukan ukuran baterai Jenis baterai direkomendasikan untuk menggunakan sistem PV surya adalah Deep Cycle Battery.. Untuk mengetahui ukuran baterai, digunakan perhitungan sebagai berikut: - Hitung total Watt-jam per hari yang digunakan oleh peralatan. - Bagilah total Watt-jam per hari digunakan oleh 0,85 kerugian baterai. - Bagilah jawaban yang diperoleh dengan 0.6 untuk kedalaman debit. - Bagilah jawaban yang diperoleh dengan tegangan nominal baterai - Kalikan jawaban yang diperoleh dengan hari penggunaan. Kapasitas Baterai(Ah) = Menentukan ukuran Solar Charge Controller Solar charge controller biasanya dinilai melawan ampere dan Tegangan kapasitas.Pilih Solar charge controller untuk mencocokkan tegangan PV array dan baterai dan kemudian mengidentifikasi jenis dari solar charge controller yang tepat untuk aplikasi Anda.Pastikan bahwa solar 24 charge controller memiliki kapasitas yang cukup untuk menangani arus dari PV array. Ukuran dari solar charge controller adalah diambil dari hubungan pendek arus (Isc) dari array PV, dan kalikan dengan 1,3. Solar Charge Controller rating = Total hubungan pendek arus PV array x 1.3. 2.3 Studi Banding 2.3.1 HDB Punggol Gambar 2.12 HDB Punggol Sumber : Google.com diakses tanggal 11 Oktober 2014 HDB Punggol berlokasi di Punggol, Singapura. HDB ini menggunakan solar panel dari sunseap dan target efisiensi dari energi solar panel yang dihasilkan adalah 5% . Solar panel yang digunakan adalah jenis wafer , polycrystalline. 2.3.2 Gedung Teknologi Gas Gambar 2.13 Gedung teknologi Gas Sumber : google.com diakses tanggal 15 oktober 2014 Gedung Teknologi Gas atau disebut juga dengan Lemigas merupakan salah satu bangunan yang mendapatkan sertifikat green building di Indonesia. Gedung Teknologi gas menggunakan berbagai macam kriteria green building , salah satunya adalah dengan menggunakan solar panel. Jenis solar panel yang digunakan adalah HIT yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi yaitu 17-18% sehingga dapat membantu pasokan tenaga listrik untuk penerangan pada ruangan kerja gedung ini.