SOLAR CONTROL PERENCANAAN BANGUNAN YANG MENYANGKUT STRATEGI PENDINGINAN DENGAN MELAKUKAN PENGENDALIAN SINAR MATAHARI YANG MASUK BANGUNAN RANCANGAN AKTIF: SOLAR SEL Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai. Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia. Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik perancangan pasif dan aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British pavillion). Bangunan ini dirancang Nicholas Grimshaw & Partner, arsitek yang juga merancang Waterloo International Railway Station yang menghubungkan Inggris dengan Perancis melalui jalur bawah laut. Paviliun Inggris ini dibangun di kompleks Expo 1992 di kota Seville, Spanyol, sebagai perwujudan hasil sayembara tahun 1989 yang dimenangi arsitek tersebut. Bangunan ini dirancang dengan pertimbangan iklim setempat, yaitu temperatur udara musim panas saat Expo dilangsungkan dapat mencapai 45 derajat Celsius, serta meminimalkan penggunaan energi yang mengemisi karbondioksida. Beberapa strategi rancangan yang digunakan mengantisipasi kondisi udara ini adalah pertama, menggunakan tabir air pada dinding timur yang berfungsi sebagai filter radiasi matahari pagi untuk pendingin bangunan tanpa menghilangkan potensi penerangan alami pagi hari. Tabir air dijatuhkan dari dinding bagian atas bangunan mengalir di seluruh dinding kaca sepanjang 65 meter ke kolam di dasar bangunan. Aliran air sebagai tabir dinding kaca berfungsi untuk pendinginan permukaan kaca itu sendiri serta menurunkan temperatur lingkungan di sekitar bangunan secara evaporatif. Humidity udara pada kawasan ini relatif rendah, sekitar 50-70 persen. Dinding kaca terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik dan berfungsi mengurangi panas matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan temperatur udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius. Sisi barat dinding bangunan dilapis kontainer berisi air yang berfungsi sebagai penyerap panas matahari sore. Panas yang diserap kontainer mengurangi pemanasan bangunan siang dan sore hari. Selanjutnya kontainer akan menghangatkan bangunan pada malam hari (temperatur udara luar malam hari cenderung rendah di bawah batas nyaman). Air panas dalam kontainer ini juga dimanfaatkan bagi keperluan pengguna bangunan. Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan. Sejumlah 1.040 panel sel solar di bagian atap bangunan yang - membentuk semacam deretan layar kapal dan mampu menghasilkan 46kW daya listrik digunakan untuk sebagian besar keperluan listrik bangunan. Konstruksi panel sel solar ini diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat melindungi atap terhadap radiasi matahari dari sisi selatan. Paviliun Inggris ini menggunakan energi listrik sekitar 24 persen lebih rendah daripada energi yang seharusnya digunakan bangunan yang dirancang tanpa strategi semacam ini. Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun aktif seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negeri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. Masih ada waktu untuk menghindari situasi buruk semacam ini dengan memulai merancang bangunan yang hemat energi, hemat listrik, sejak sekarang. ENERGI Bangunan secara umum mempunyai fungsi spesifik sesuai dengan tujuan peruntukannya. Kecenderungan umumnya adalah untuk simbol dan ekspresi estetik dari arsitektur. Bangunan rumah tinggal bertujuan untuk keamanan dari penghuni serta sebagai tanda kepemilikan. Dalam tujuan yang lebih penting lagi, bangunan diperuntukkan sebagai fungsi utama nya adalah perlindungan bagi kegiatan manusia. Dimana bangunan melakukan fungsinya merubah kondisi ekstrim diluar menjadi kondisi yang cocok dan dapat diterima bagi lingkungan manusia. Kita ketahui bahwa kondisi alam diluar bisa sangat tidak bersahabat dengan kebutuhan manusia. Cuaca dingin atau panas yang terlalu berlebihan apalagi dengan durasi yang cukup lama tentu akan mengganggu kebutuhan kenyamanan manusia jika tanpa bangunan sebagai “shelter”. Dalam waktu lampau, bangunan melakukan modifikasi iklim prinsipnya didasarkan pada posisi lokasi dan model bangunan. Model bangunan melindungi dari salju, hujan, angin serta matahari. Secara umum bangunan tradisional melakukan respon secara “passive”. Bangunan akan menjadi adaptor terhadap elemen-elemen yang mengganggu, cuaca dingin, temperatur tinggi, atau angin yang terlalu kencang. Jumlah energi yang dapat digunakan secara langsung untuk kebutuhan manusia menuntut dilakukannya beberapa modifikasi untuk mengelolanya. Terutama dalam bentuk panas untuk memasak dan pemanas ruangan dan cahaya untuk kebutuhan malam hari. Saat ini energi mumpunyai harga yang mahal. Dengan langkanya fosil sebagai penyumbang utama kebutuhan energi maka semakin lama kebutuhan konsumsi energi akan membutuhkan pengeluaran cukup besar. Sebagian besar orang baik perancang ataupun pengguna, lebih mudah memasang menggunakan pemanas daripada mengatur denah, memasang pendingin daripada mengatur ventilasi, dan menyalakan lampu daripada mengatur bukaan di siang hari. Disini kita memahami kenapa konsumsi energi kita menjadi cukup besar dan tentu tidak mempunyai konsep “sustainable”. Secara umum kebutuhan sebuah rumah tinggal berhubungan dengan elemen dari iklim yaitu temperatur, angin, dan kecukupan cahaya. Kebutuhan yang berhubungan dengan iklim dalam rumah hunian meliputi : • Heating / pemanas, untuk musim dingin • Cooling / pendingin, untuk daerah dengan karakteristik panas • Daylighting / pencahayaan, penerangan yang cukup • Ventilation/ bukaan, sebagian alami dan sebagian lagi buatan. Tentu kebutuhan akan sangat berbeda antara daerah tropis dan sub-tropis dan seterusnya. Hal diatas adalah pemhaman secara umum yang berlaku disemua wilayah. Oleh karena itu strategi yang dibutuhkan untuk tiap - tiap area akan sangat bergantung dengan iklim. Strategi yang diketahui ada 2 yaitu : 1. Daerah Dingin : memaksimalkan solar dan penghasil panas, mengatur distribusi dan penyimpanan panas, memperkecil kehilangan panas, dan mengatur ventilasi secara baik. 2. Daerah Panas : meminimalkan penyerapan panas, membuang pemanasan, mengoptimalkan ventilasi udara dingin, dan melakukan teknik pendinginan alami. Untuk bangunan-bangunan non-rumah tinggal penggunaan pencahayaan alami sangat dibutuhkan untuk mengurangi konsumsi energi listrik.