1 PROPOSAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP LKMD KATAPANG OLEH SADARIA LA JANTO NPM: 200912059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDY MATEMATIKA UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON 2013 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya ,masyarakat, bangsa dan Negara (Anomi.3). Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan denga sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya. Mengingat sangat penting bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam implementasi tujuan sistem pendidikan Nasional penekanan kurikulum pendididkan dasar yang berkenaan dengan sekolah menengah pertama (SMP) adalah pada kemampuan siswa untuk menguasai dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang disesuaikan denagn kebutuhan pembangunan dan lingkungan penguasaan tersebut akan memudahkan siswa mengembangkan berbagai kemampuannya secara bertahap seperti teratur dan kritis, memecahkan masalah sederhana serta dianggap bersikap mandiri dalam kebersamaan. Jadi matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari disekolah.Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang 3 pendidikan dasar dan menengah adalah Penyempurnaan kurikulum harus mengacu pada undang-undang tersebut.Kurikulum 2004 bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya.Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan (Depdiknas, 2003: 3). Matematika merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar (SD), menengah pertama (SMP), dan menengah atas (SMA). Karena dianggap perlu sehingga pemerintah dalam hal ini Departemen Pendididkan Nasional secara terus menerus mengadakan pembaharuan dan penyempurnaan dalam bidang pendidikan dan pengajaran matematika. Dalam kurikulum pendidikan (Depdikbud, 1994:1) dideskripsikan bahwa tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan didalam dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif. (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan. dan mempelajari ilmu 4 Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata hasil belajar matematika. Hal ini dikarenakan guru dalam penyampaikan materi kurang menarik perhatian siswa dan pada dasarnya sebagian besar siswa kurang capat memahami materi pelajaran, khususnya matematika. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai pelajaran dan memperoleh hasil nilai yang rendah. Tantangan guru adalah menerapkan model dan strategi pembelajaran agar semua siswa dapat menerima dan bisa memahami konsepkonsep matematika tersebut walaupun kemampuan mereka berbeda-beda. Salah satu model yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model integratif. Model integratif adalah sebuah model pengajaran atau instuksional untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang bangunan pengetahuan sistematis sambil secara bersamaan melatih keterampilan berpikir kritis mereka.Jadi perlu adanya kepedulian terhadap siswa dan kejelian terhadap kemampuan meminta peserta didik untuk berpikir kreatif dan membangun pemahaman yang berhubungan dengan materi sekolah maupun kuliah. Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam seni mengajar untuk membekali siswa agar dapat mudah memahami topik-topik yang mereka pelajari ketimbang merekam pelajaran di dalam bentuk yang sudah tertata secara sistematis. Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam usaha memotivasi siswa, terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas, yang sering kita jumpai dalam kelas. 5 Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan strategi yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Sampai saat-saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam mempelajari matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada materi sistem persamaan linear dua variabel khususnya pada soal cerita. Akibatnya terjadi banyak kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal. Salah satu masalah yang di hadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran anak kurang didorong untuk membangun pemahaman yang mendalam dan mengembangkan kemampuanya dalam berfikir kritis, terutama pada SMP LKMD Katapang masih terlihat sangat kurang. Pada proses pembelajaran guru tidak menggunakan strategi yang tepat terutama dalam mengontrol dan mengelolah kelas secara baik hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru, sehingga terjadi ketidakaktifan siswa dalam belajar. Hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar siswa yang dirasakan masih jauh dari apa yang diharapkan. Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini seperti yang telah di jelaskan di atas, merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidikan harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan 6 kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, perlu adanya kerjasama antara guru dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Penelitian Tindakan kelas ini difokuskan pada keaktifan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP LKMD Katapang pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Pemahaman dalam penelitian ini adalah kesanggupan dan kecakapan untuk mengenal fakta, konsep, prinsip, dan skill. Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika yang ada selama ini, guru matematika pada SMP LKMD Katapang belum menemukan strategi/model yang tepat dalam proses belajar mengajar, sehingga berakibat pada prestasi yang rendah. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berkeinginan meneliti penerapan model pembelajaran integrative pada SMP LKMD Katapang. Penelitian ini direncanakan mengambil judul: “Penerapan model pembelajaran integratif untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi sistem persamaan linier dua variabel pada kelas VIII SMP LKMD Katapang’’. 1.2 Pembatasan Masalah Masalah hanya dibatasi pada bentuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yaitu menyelesaikan soal cerita bentuk Sistem Persamaan Linear dengan menggunkan metode eliminasi dan subtitusi. 7 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di ataas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran integratif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan materi sistem persamaan linier dua variabel pada siswa kelas VIII SMP LKMD Katapang. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi sistem persamaan linier dua variabel pada siswa kelas VIII SMP LKMD Katapang. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: Bagi siswa Diharapkanakan lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oeh guru dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Bagi guru bidang studi matematika Yaitu sebagai bahan masukan agar dalam pembelajaran matematika bukan saja memperhatikan hasil belajar siswa tetapi proses dalam berpikir siswa juga perlu diperhatikan dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa untuk melaksanakan perbaikan pengajaran. Bagi peneliti 8 Sebagai pengalaman supaya kelak jika menjadi seorang pendidik dapat memperhatikan proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika. Sekolah/instansi Sebagai bahan informasi yang bisa digunakan oleh sekolah untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran, sekaligus menjadikan hasil penelitian ini sebagai pegangan di kemudian hari. 1.6 Penjelesan Istilah Agar tidak menimbulkan salah penafsiran dalam memahami judul diatas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yaitu : Hasil belajar siswa adalah pengetahuan yang telah diperoleh atau dicapai siswa setelah proses pembelajaran. Hal ini relevan dengan pendapat sudjana (1982:12) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang setelah menerima pengalaman. Model integratif adalah sebuah model pengajaran atau instuksional untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang bangunan pengetahuan sistematis sambil secara bersamaan melatih keterampilan berpikir kritis mereka(Eggen & Kauchak, 2010 : 259). 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian belajar Belajar merupakan suatu kegiatan mental yang tidak dapat diamanti dari luar, apa yang terjadi dalam diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung hanya mengamati orang ttersebut. Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menampakkan kemampuan yang telah di peroleh melalui belajar. Berdasarkan perilaku yang ditampilkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.Menurut (Gagne, 1984), belajar dapat didefenisiskan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. James O Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah malalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belaar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practive or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas ) 10 ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsure, yaitu jiwa dan raga.Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011). Pada melakukan aktivitas belajar(Djamarah dan Zain, 2002), mengatakan bahwa belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam mengetahui, keterampilan dan sikap (Winkel, 1999).Oleh sebab itu, aktivitas mempelajari bahan tersebut tergantung pada kemampuan siswa.hakikatnya belajar adalah Perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah Jika bahan belajarnya sukar dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik (Yusfiani, 2006). 11 Belajar merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan setiap orang dengan belajar maka seorang dapat memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk membangun dirinya dan dengan belajar proses perubahan tingkah laku dapat terjadi. Menurut Morgan, Belajar dapat didefenisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Hal yang sama dikatakan Gagne, belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan (Ratumanan, 2002). Adapun ciri-ciri belajar menurut Burton dalam (Hamalik, 2005) adalah sebagai berikut : 1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (Under going). 2. Proses situasi melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. 3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. 4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. 5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan perubahan yang terjadi didalam diri siswa setelah melakukan aktivitas belajar, proses belajar yang dilakukan merupakan aktivitas yang kompleks dan berkaitan dengan masalah-masalah praktis yang bersumber dari siswa dan dari luar siswa. Demikian juga dalam 12 proses belajar mengajar matematika, banyak faktor yang mempengaruhi baik siswa maupun guru itu sendiri. 2.2 Hakikat Pembelajaran Matematika Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai karakteristik khusus bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Menurut (Sumardyono, 2004) matematika memiliki karakteristik: (1) Memiliki objek kajian abstrak, (2) Bertumpu pada kesepakatan, (3) Berpola pikir deduktif, (4) Konsisten dalam sistemnya, (5) Memiliki simbol yang kosong dari arti, dan (6) Memperhatikan semesta pembicaraan. Hal senada diungkapkan pula oleh Hudoyo dalam (Hasyim, 2009) bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbolsimbol tersusun secara hirarki dan penalarannya deduktif, sehingga dalam belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi. Dalam belajar matematika perlu untuk menciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif dan responsif secara fisik pada sekitar.Untuk belajar matematika siswa harus membangunnya untuk diri mereka.hanya dapat dilakukan dengan eksplorasi, membenarkan, menggambarkan, mendiskusikan, menguraikan, menyelidiki, dan pemecahan masalah (Countryman, 1992). Selanjutnya Goldin dalam (Sri Wardhani, 2004) mengatakan matematika dibangun oleh manusia, sehingga dalam pembelajaran matematika, pengetahuan matematika harus dibangun oleh siswa. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif jika guru memfasilitasi siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna. 13 Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi siswa sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal siswa dan konsep yang dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Freudental dalam (Gravemeijer, 1994) matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali. Ditambahkan oleh de Lange dalam(Sutarto Hadi, 2005) bahwa proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Menurut (Gravemeijer,1994) masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki karakteristik khusus, dan dalam mempelajarinya membutuhkan daya nalar tinggi. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran matematika sudah seharusnya tidak disamakan dengan ilmu lain. Selain itu, karena siswa yang belajar matematika berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan pembelajaran harus diatur dengan baik sekaligus memperhatikan kemampuan siswa dan untuk mengetahui apakah proses belajar terjadi dalam diri siswa maka perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk atau kejadiankejadian yang tampak pada diri siswa yang bersangkutan sebagai aplikasi terjadinya proses belajar. Materi matematika tersusun secara berstruktur dan sistematis artinya materi saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ausubel dalam (Hudojo,2000) bahwa didalam belajar matematika apabila konsep A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin 14 dipelajari sebelum konsep A dan B dipelajari terlebih dahulu. Demikian pula konsep D baru dapat dipelajari bila konsep C sudah dikuasai, demikian seterusnya. 2.3 Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, di mana: Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognititf tingakat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kogninitif tingkat tinggi. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah Psikomotoris berkenaan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 1989). Oleh karena itu, penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan. Dalam hal iniproses lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama 15 dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur, keterampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Nasution mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar menambah kepandaiannya (Harmaningsih dan Jaka Santosa, 2008). Sementara itu Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya (Harmaningsih dan Jaka Santosa, 2008). Gagne dan Briggs menerangkan bahwa hasil belajar berkaitan dengan 5 bagian dalam bentuk kapabilitas yakni : 1. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenang dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkrit dan terdefenisi kaidah serta prinsip. 2. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing dalam memperlihatkannya, mengingat dan berpikir. 3. Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-infomaasi yang relevan. 4. Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. dan 16 5. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.(Harmaningsih dan Jaka Santosa, 2008). Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika yang diukur dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. 2.4 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research ) adalah penelitian pendidikan dan kegiatannya lebih diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung di kelas, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelasuntuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian dikelas tersebut. Secara lebih luas penelitian tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik, Kemmis dan Mc. Taggart dalam (Trianto, 2011). Sementara itu, pakar pendidikan A. Suhaenah Suparno dalam (Trianto, 2011), mendefenisikan Penelitin Tindakan Kelas sebagai salah satu cara pengembangan profesionalitas guru dengan jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi objek penelitian 17 dalam hal ini adalah proses pembelajaran yang merupakan interaksi antara guru, siswa dan bahan belajar. Dari interaksi tersebut guru mencoba mencatat hal-hal yang penting yang memungkinkan ia dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian penting yang dapat dikategorisasikan sebagai masalah. Terkait dengan pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini ada beberapa pendapat rumusan defenisi menurut MasnurMuslich dalam (Trianto, 2011), diantaranya : 1)Hopkins : PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya. Dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktek pembelajaran. 2) Suyanto : PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional. Adapun proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneli secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai berikut: 1)Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika sebelumnya. 2) Mengidentikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam pembelajaran matematika sebelumnya. 18 3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran matematika sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa. 4)Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah : 1) Merancang pelaksanaan pembelajaran 2) Bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan 3)Pelaksana, guru memberi pengarahan, motivasi, dan stimulus agar praktisi dapat melaksanakan perannya berdasarkan rencana. c. Pengamatan dan Evaluasi Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan pengamatan dan evaluasi secara komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrument pengumpulan data yang telah disediakan sehingga diperoleh data empiris pelaksanaan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan pengguanaan strategi Integarif. Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. d. Analisis dan Refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dan evaluasi, selanjutnya dikumpulkan dan dianalisis. Refleksi yang dimaksudkan adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk itu, refleksi dalam penelitian ini akan dilakukan setiap akhir tindakan dan akhir siklus. 19 Langkah-langkah tindakan dapat digambarkan sebagai berikut: Permasalahan Perencanaan Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Tidak Tercapai stop Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan 2.5 Model Integratif Guru sebagai kompenen penting dari tenaga kependidkan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran guru diharapkan bisa menggunakn model pembelajaran karena dengan penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran akan sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Saat menggunakan model integratif, guru memberikan kombinasi fakta, konsep, dan generalisasi didalam satu kesatuan.Dan juga guru membimbing upaya siswa 20 saat mereka mencari pola dan hubungan sebab-akibat di dalam informasi tersebut.Menggunakan model ini menuntut guru untuk pintar dalam mengajukan dalam mengajukan pertanyaan dan dalam membimbing pemikiran siswa. Model integratif dirancang untuk membantu siswa mencapai dua tujuan belajar yang saling terkait yaitu: 1. Membangun pemahaman mendalam tentang bangunan pengetahuan yang sistematis, yaitu satu topik yang mengkombinasikan fakta, konsep, generalisasi, dan hubungan di antara semuanya (Eggen & Kauchak, 2010). 2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah tujuan kedua saat model integratif digunakan. Mengembangkan pemikiran kritis menuntut latihan menemukan pola, menyusun penjelasan, membuat hipotesis, melakukan generalisasi, dan mendokumentasikan temuan-temuan dengan bukti. Kesalingterkaitan antara tujuan-tujuan ini sangat penting,biasanya sedikit jam pelajaran diberikan pada kegiatan-kegiatan belajar yang mendorong pemikiran kritis. Alhasil, siswa tidak pandai berpikir kritis ( Willingham, 2007). Ini tidaklah mengejutkan karena siswa tidak banyak berlatih di dalam kegiatankegiatan pemikiran kritis.Untungnya, dengan latihan, guru bisa belajar melakukan hal demikian nyaris tanpa upaya tambahan.Pertama, pendekatan pendekatan ini utamanya berbentuk penyesuaian dalam berpikir, menjauh dari mengajar dengan memberitahu untuk menuju pengajaran yang membimbing.Hal ini menuntut guru memberi siswa informasi yang bisa mereka gunakan untuk menganalisis. 21 Menerapkan pelajaran menggunakan Model Integratif menggabungkan empat metode fase yang saling terkait erat serta menekankan berpikir dan strategi untuk meningkatkan motivasi siswa. Empat fase terserbut, yaitu: 1. Fase Berujung Terbuka Fase berujung terbuka adalah titik awal bagi analisis siswa.Dalam fase ini, siswa mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola-pola di dalam data. 2. Fase Kausal Fase Kausal dimulai ketika siswamemberikan penjelasan bagi kesamaan dan perbedaan yang ditemukan pada fase sebelumnya. 3. Fase hipotesis Fase Hipotesis adalah fase di mana siswa menghipotesiskan hasil yang didapat pada kondisi-kondisi yang berbeda. 4. Fase Penutup dan Penerapan Fase penutup dan penerapan adalah fase di mana siswa melakukan generalisasi untuk membuat hubungan yang bersifat umum. 2.5.1 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Integratif a. Kelebihan Model Pembelajaran Integratif 1. Dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang mereka pelajari sambil mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. 22 2. Saat guru merasa nyaman dengan model ini, guru dapat mengenali kesempatan-kesempatan menggunakannya dengan bahan-bahan yang sudah ada di buku teks atau bahan-bahan lain. 3. Guru akan mampu mendorong tingkat pemahaman mendalam siswa tanpa banyak persiapan tambahan dari pihak guru 4. Guru hanya perlu memperjelas apa yang ingin guru capai b. Kekurangan Model Pembelajaran Integratif 1. Umpan balik dari guru menunjukkan mereka meyakini model ini pada awalnya sangat menuntut dan sulit diterapkan. 2. Melakukan perencanaan awal untuk pelajaran Model integratif memerlukan waktu yang cukup lama. 2.6 Ruang Lingkup Materi a. Persamaan Linear Dua Variabel Persamaan garis lurus pada bidang cartesius dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑎𝑥 − 𝑏𝑦 = 𝑐 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐 konstanta real dengan 𝑎, 𝑏 ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥, 𝑦 adalah variabel pada himpunan bilangan real. Perhatikan persamaan-persamaan berikut: a. 𝑥 + 5 = 𝑦 b. 2𝑎 − 𝑏 = 1 c. 3𝑝 + 9𝑞 = 4 Persamaan-persamaan diatas adalah contoh bentuk persamaan linear dua variabel. Variabel pada persamaan 𝑥 + 5 = 𝑦 adalah 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦, variabel 23 pada persamaan 2𝑎 − 𝑏 = 1 adalah 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏. Adapun variabel pada persamaan 3𝑝 + 9𝑞 = 4 adalah 𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑞. Perhatikan bahwa pada setiap contoh persamaan di atas, banyaknya variabel ada dua dan masing-masing berpangkat satu. Persamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅, 𝑎, 𝑏 ≠ 0, 𝑑𝑎𝑛𝑥, 𝑦suatu variabel. Terlihat bahwa persamaan-persamaan tersebut memiliki dua varabel yang belum diketahui nilainya. Bentuk inilah yang dimaksud dengan persamaan linear dua variabel. Jadi, persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang hanya memiliki dua variabel dan masing-masing variabel berpangkat satu. b. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Dua persamaan atau lebih yang disajikan secara bersamaan disebut sistem persamaan.Persamaan-persamaan yang membentuk sebuah sistem persamaan dapat berbentuk linear, kuadrat, atau yang lainnya (eksponensial, trigonometri, dan lain-lain).Sistem persamaan linear dua variable adalah beberapa persamaan linear dua variable yang disajikan bersama-sama. Bentuk umum dari sistem persamaan linear dengan dua variabel adalah: 𝛼1x + b1y = c1........................(1) 𝛼 2x + b2y = c2.........................(2) 24 Maka dapat dikatakan dua persaman tersebutmembentuk sistem persamaan linear dua variabel. Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut adalah pasangan bilangan (𝑥, 𝑦) yang memenuhi kedua persamaan tersebut.Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan metode grafik, eliminasi, subtitusi, dan gabungan antara kedua atau ketiga metode tersebut. 2.7 Kerangka Pemikiran Betapapun tepat dan baiknya bahan ajaran matematika yang ditetapkan, belum bisa menjamin akan tercapai tujuan matematika yang diinginkan. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Salah satu manfaat pembelajaran model integratif untuk siswa yang mempunyai hasil belajar yang rendah, antara lain adalah memberikan siswa kesempatan mempergunakn waktu yang dibutuhkannya untuk membangun pemahaman pengetahuan sistematis dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan sebaik-baiknya. Dengan menyediakan waktu belajar yang cukup maka akan memungkinkan mereka belajar secara leluasa, meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar. Pada prateknya mata pelajaran yang melibatkan beberapa keterampilan berpikir dan menjelaskan masalah akan lebih tepat jika dikerjakan melalui model integratif. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model integratif dalam menyampaikan materi SPLDV khususnya penyelesaian soal-soal, baik dalam bentuk soal biasa ataupun dalam bentuk cerita 25 2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai “model pembelajaran integratif dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP LKMD Katapang, khususnya pada materi SPLDV”. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementasi yang terdiri dari empat aspek yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan serta refleksi (reflection). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini diseminarkan dan direncanakan selama 5 minggu pada semester genap 2012/2013 3.2.2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada SMP LKMD Katapang Kecamatan Seram Bagian BaratKabupaten SBB Propinsi Maluku 3.3 Sumber Data dan Subjek Penelitian 3.3.1. Sumber Data 27 Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas VIII SMP LKMD Katapang Kabupaten Seram Bagian Barat. Dengan jumlah siswa terdiri dari 32 orang.. 3.2.3. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang penulis gunakan dalam penelitianini adalah seluruh kelas VIII SMP LKMD Katapang Kabupaten Seram Bagian Barat. 3.3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini adalah : 1. Instrument non tes, berupa observasi sistematis pada aspek afektif dan psikomotor untuk mengukur keadaan siswa selama proses pembelajaran. 2. Instrumen tes, yaitu tes akhir dalam bentuk essay untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Dimana tes yang diberikan sebanyak 5 soal dalam bentuk soal cerita. 3.4. Prosedur Penelitian Prosedur peneltian ini mengikuti tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas yang akan berlangsung selama beberapa siklus. Rancangan masing-masing siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan / observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang sampai mencapai kriteria keberhasilan atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah tersebut. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk itu setiap awal dan akhir siklus diberikan tes untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa. 28 Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut: Siklus I a. Perencanaan Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah : 1). Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan Model integratif. 2). Menyusun material pokok pembahasan dalam hal ini adalah SPLDV. 3). Melaksanakan tes awal (pre test) untuk melihat kemampuan atau pemahaman dasar siswa terhadap materi yang akan diberikan. 4). Melaksanakan tes akhir (post test) untuk melihat perkembangan siswa setelah model integratif diterapkan. 5). Menyusun soal evaluasi hasil belajar. 6). Membuat instrumen observasi guru dan siswa dalam penelitian. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan langkah pelaksanaannya sebagai berikut: 1. Kegiatan awal (pendahuluan) - Appersepsi a) Guru mengucapkan salam. b) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model integratif c) Guru memberi stimulus tentang materi Persamaan Linear Dua Variabel yang pernah didengar atau dipelajari sebelumnya. 29 d) Guru menyampaikan materiyang akan diajarkan (SK, KD dan indikator). e) Mengingat kembali materi Persamaan Linear Dua Variabel yang pernah dipelajari sebelumnya. 2. Kegiatan inti : - Eksplorasi 1) Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal Pembentukan tim/kelompok diskusi kelas untuk meciptakan semangat kerja sama. Penilaian serentak, mempelajari tentang sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa. Siswa mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola-pola di dalam data. Pelibatan pembelajaran secara langsung, menciptakan minat awal terhadap pelajaran. 2) Menjadikan siswa mendapat pengetahuan, keterampilan dan berpikir secara kritis. Proses belajar satu kelas penuh, pengajaran dipimpin oleh guru yang menstimulus seluruh siswa. Pengajuan pertanyaan oleh guru, dan siswa diminta untuk menjelaskan. Siswamemberikan penjelasan tentang persamaan dan perbedaan SPLDV. 30 Siswa menghipotesiskan hasil untuk kondisi-kondisi yang berbeda. Kegiatan belajar kolaboratif, tugas dikerjakan bersama-sama dalam kelompok. Pengerjaan soal oleh teman sekelas dan dibahas oleh seluruh siswa. Kegiatan belajar aktif secara mandiri. 3) Menjadikan pembelajaran tak terlupakan Peninjauan : mengigat dan mengintisarikan apa yang telah dipelajari. Penilaian diri : mengevaluasi perubahan, pengetahuan, ketrampilan atau sikap. - Elaborasi a. Guru memberikan soal latihan agar siswa dapat menyelesaikan secara kelompok dengan model integratif. b. Kemudian salah satu kelompok dapat mempresentasikan hasil kerjanya sesuai dengan model integratif. - Konfirmasi a. Guru merespon hasil kerja kelompok. b. Mengatifkan siswa yang belum aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kegiatan penutup : a) Evaluasi / tanya jawab b) Penenangan / pendingan c) Pengamatan 31 Dalam pengamatan ini hal yang dilakukan oleh observator adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengamatan terhadap tindakan dalam hal ini proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. 2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. 3. Menilai hasil tindakan dengan membandingkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan setelah model integratif di terapkan. d. Refleksi. Merupakan pengkajian ulang terhadap siklus yang dilaksanakan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan. 2. Menyimpulkan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan diperhatikan pada siklus berikutnya. Siklus II Siklus kedua akan dilaksanakan setelah melihat hasil evalusi dan observasi pada siklus pertama, apakah menunjukkan keberhasilan atau kegagalan setelah dianalisis dan disesuaikan pada proses pembelajaran. 3.6 Teknik Analisis Data Dari hasil penelitian, data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan pengamatan dari pelaksanaan siklus penelitian, dianalisis secara statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan dan 32 hasil siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Data Observasi Afektif dan Psikomotor Siswa Untuk menilai hasil tes afektif dan psikomotor dalam penelitian ini digunakan teknik persentase penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hasil persentase kemampuan siswa adalah jumlah indikator yang dilakukan siswa sesuai dengan pedoman penilaian kemampuan menyelesaikan permasalahan dalam sistem persamaan linear dua variabel, dibagi dengan jumlah indikator yang ada dan dikalikan 100%. Untuk mengukur keseluruhan (nilai) aspek afektif dan ada aspek psikomotor digunakan rumus: Nilai = skor yang diperoleh jumlah aspek yang dinilai × 100 (Sumber. Arikunto, 2009:183) 2. Analisis Tes Hasil Belajar Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa dan nilai individu. Pada tahap penyimpulan, kriteria keberhasilan siswa dalam menyelesaikan materi sistem persamaan linear dua variabel. Untuk menghitung skor yang dicapai setiap siswa secara keseluruhan dianalisis dengan menggunakan rumus (Arikunto,2009:236): Persentase = skor yang diperoleh skor total × 100 33 Adapun mengenai penetapan ketuntasan dalam pembelajran matematika yang telah ditetapkan SMP LKMD Katapang bahwa syarat suatu pembelajaran dikatakan tuntas secara individual seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1. kualifikasi pencapaian siswa Kriteria Ketuntasan Minimal Keterangan ≥ 65 Ketuntasan < 65 Tidak Tuntas (sumber data : SMP LKMD Katapang) Berdasarkan tabel 3.1 diatas, maka dapat diketahui bahwabila siswa memperoleh nilai ≥ 65, maka siswa tersebut dikatakan tuntas mancapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran matematika, namun jika nilai siswa < 65 dikatakan tidak tuntas atau tidak mencapai KKM. Selain itu ditetapkan juga kriteria presentasi ketuntasan secara klasikal, yaitu pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika 75% mencapai Ketuntasan Klasikal Minimal. 34 DAFTAR PUSTAKA Agus, N.A.2007. Mudah Belajar Matematika untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Anonim, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedurpenelitian.Jakarta: RinekaCipta Countryan, J. 1992. Writing to learn mathematikcs.Portamouth, NH: Heinemann DepartemenPendidikanNasional.2003.StandarKompetens Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs Jakarta: PusatKurikulum, BalitbangDepdiknas Dahar.2011.Teori-teoriBelajardanPembelajaran.Bandung:PT Gelera Aksara Pratama, PenerbitErlangga DjamarahdanZain. 2002. HakikatPembelajaran .Jakarta :RinekaCipta Djamarah. 2011. PsikologiBelajar. Jakarta :RinekaCipta Eggendan Kauchak.2012.Strategidan Model Pembelajaran.Jakarta:PTIndeks HarmaningsihdanJakaSantosa.2008.PTK,PenggunaanStrategiPembelajaranAktif UntukMeningkatkanAfektifitasPembelajaranMateriLogaritmabagiSiswaKel as X program Akselerasi SMAN 1 Surakarta TahunPelajaran 2008-2009. Surakarta: DEPDIKPEMORA Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial ( Kuantitatif dan Kualitatif ). Jakarta : Gaung Persada Press Nuhari, dewi. 2008. KonsepdanAplikasiMatematika 1 kelas VIII SMP danMTs. Surakarta: BumiAksara. 35 Nuharini dan Wahyuni.2008.matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VIII.jakarta: CV. Usaha Makmur Purwanto. 2009.EvaluasiHasilBelajar. Yogyakarta: PustakaBelajar Simangunsong W. 1991. Matematika Dasar. Ciracas, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama Slameto. 2003. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta Sudijono, A. 2009.PengantarEvaluasiPendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada Sumardyono. 2004. Karakteristikmatematikadanimplikasinyaterhadap pembelajaranMatematika. Yogyakarta: Depdiknas Trianto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researeh). Jakarta: Prestasi Pustakarya. Winkel, WS. 1999. PsikologiPengajaran. Jakarta: PT Grasin