proposal - FKIP UNIDAR AMBON - Universitas Darussalam Ambon

advertisement
1
PROPOSAL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP LKMD
KATAPANG
OLEH
SADARIA LA JANTO
NPM: 200912059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDY MATEMATIKA
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya ,masyarakat, bangsa dan Negara (Anomi.3).
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan
dan permasalahan denga sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan
identitas dirinya. Mengingat sangat penting bagi kehidupan, maka pendidikan
harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
Dalam
implementasi
tujuan sistem pendidikan Nasional
penekanan
kurikulum pendididkan dasar yang berkenaan dengan sekolah menengah pertama
(SMP) adalah pada kemampuan siswa untuk menguasai dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi yang disesuaikan denagn kebutuhan pembangunan dan lingkungan
penguasaan tersebut akan memudahkan siswa
mengembangkan berbagai
kemampuannya secara bertahap seperti teratur dan kritis, memecahkan masalah
sederhana serta dianggap bersikap mandiri dalam kebersamaan.
Jadi matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan
lain yang dipelajari disekolah.Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang
3
pendidikan dasar dan menengah adalah Penyempurnaan kurikulum harus
mengacu pada undang-undang tersebut.Kurikulum 2004 bertujuan untuk
mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilakukan secara
menyeluruh
mencakup
pengembangan
dimensi
manusia
Indonesia
seutuhnya.Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional pendidikan yang
berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan (Depdiknas, 2003:
3).
Matematika merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang
pendidikan dasar (SD), menengah pertama (SMP), dan menengah atas (SMA).
Karena dianggap perlu sehingga
pemerintah dalam hal ini Departemen
Pendididkan Nasional secara terus menerus mengadakan pembaharuan dan
penyempurnaan dalam bidang pendidikan dan pengajaran matematika. Dalam
kurikulum pendidikan (Depdikbud, 1994:1) dideskripsikan bahwa tujuan umum
diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
sebagai berikut:
(1)
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
didalam kehidupan dan didalam dunia yang selalu berkembang melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, efisien dan efektif.
(2)
Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari
pengetahuan.
dan mempelajari ilmu
4
Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak
diperbincangkan adalah
rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari
rendahnya rata-rata hasil belajar matematika. Hal ini dikarenakan guru dalam
penyampaikan materi kurang menarik perhatian siswa dan pada dasarnya sebagian
besar siswa kurang capat memahami materi pelajaran, khususnya matematika.
Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai pelajaran dan memperoleh
hasil nilai yang rendah. Tantangan guru adalah menerapkan model dan strategi
pembelajaran agar semua siswa dapat menerima dan bisa memahami konsepkonsep matematika tersebut walaupun kemampuan mereka berbeda-beda. Salah
satu model yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model integratif.
Model integratif adalah sebuah model pengajaran atau instuksional
untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang
bangunan pengetahuan sistematis sambil secara bersamaan melatih keterampilan
berpikir kritis mereka.Jadi perlu adanya kepedulian terhadap siswa dan kejelian
terhadap kemampuan meminta peserta didik untuk berpikir kreatif dan
membangun pemahaman yang berhubungan dengan materi sekolah maupun
kuliah.
Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam
seni mengajar untuk membekali siswa agar dapat mudah memahami topik-topik
yang mereka pelajari ketimbang merekam pelajaran di dalam bentuk yang sudah
tertata secara sistematis. Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam
usaha memotivasi siswa, terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas,
yang sering kita jumpai dalam kelas.
5
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga
dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan strategi yang tepat sesuai
dengan tingkat perkembangan mental siswa. Sampai saat-saat ini masih banyak
ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam mempelajari
matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada materi sistem
persamaan linear dua variabel khususnya pada soal cerita. Akibatnya terjadi
banyak kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal.
Salah satu masalah yang di hadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran anak kurang didorong untuk
membangun pemahaman yang mendalam dan mengembangkan kemampuanya
dalam berfikir kritis, terutama pada SMP LKMD Katapang masih terlihat sangat
kurang. Pada proses pembelajaran guru tidak menggunakan strategi yang tepat
terutama dalam mengontrol dan mengelolah kelas secara baik hal ini terlihat pada
saat proses pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan
apa yang diajarkan oleh guru, sehingga terjadi ketidakaktifan siswa dalam belajar.
Hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar siswa yang dirasakan masih jauh
dari apa yang diharapkan.
Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini
seperti yang telah di jelaskan di atas, merupakan salah satu masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas
dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Untuk mengatasi hal
tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidikan harus selalu
meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan
6
kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam
proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, perlu
adanya kerjasama antara guru dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru
untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat
dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Penelitian Tindakan kelas ini difokuskan
pada keaktifan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP LKMD Katapang
pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Pemahaman dalam penelitian
ini adalah kesanggupan dan kecakapan untuk mengenal fakta, konsep, prinsip, dan
skill.
Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa pembelajaran
matematika yang ada selama ini, guru matematika pada SMP LKMD Katapang
belum menemukan strategi/model yang tepat dalam proses belajar mengajar,
sehingga berakibat pada prestasi yang rendah. Berdasarkan uraian diatas maka
peneliti berkeinginan meneliti penerapan model pembelajaran integrative pada
SMP LKMD Katapang. Penelitian ini direncanakan mengambil judul:
“Penerapan
model pembelajaran integratif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa materi sistem persamaan linier dua variabel pada kelas VIII
SMP LKMD Katapang’’.
1.2 Pembatasan Masalah
Masalah hanya dibatasi pada bentuk Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel yaitu menyelesaikan soal cerita bentuk Sistem Persamaan Linear dengan
menggunkan metode eliminasi dan subtitusi.
7
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di ataas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model
pembelajaran
integratif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal cerita dengan materi sistem persamaan linier dua variabel
pada siswa kelas VIII SMP LKMD Katapang.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatkan hasil belajar
siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi sistem persamaan linier dua
variabel pada siswa kelas VIII SMP LKMD Katapang.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
 Bagi siswa
Diharapkanakan lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oeh
guru dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar.
 Bagi guru bidang studi matematika
Yaitu sebagai bahan masukan agar dalam pembelajaran matematika bukan saja
memperhatikan hasil belajar siswa tetapi proses dalam berpikir siswa juga
perlu diperhatikan dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa untuk
melaksanakan perbaikan pengajaran.
 Bagi peneliti
8
Sebagai pengalaman supaya kelak jika menjadi seorang pendidik dapat
memperhatikan proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika.
 Sekolah/instansi
Sebagai bahan informasi yang bisa digunakan oleh sekolah untuk lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran, sekaligus menjadikan hasil penelitian ini
sebagai pegangan di kemudian hari.
1.6 Penjelesan Istilah
Agar tidak menimbulkan salah penafsiran dalam memahami judul diatas,
maka perlu dijelaskan beberapa istilah yaitu :

Hasil belajar siswa adalah pengetahuan yang telah diperoleh atau dicapai
siswa setelah proses pembelajaran. Hal ini relevan dengan pendapat sudjana
(1982:12) bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki oleh
seseorang setelah menerima pengalaman.

Model integratif adalah sebuah model pengajaran atau instuksional untuk
membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang bangunan
pengetahuan sistematis sambil secara bersamaan melatih keterampilan
berpikir kritis mereka(Eggen & Kauchak, 2010 : 259).
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan mental yang tidak dapat diamanti dari
luar, apa yang terjadi dalam diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung
hanya mengamati orang ttersebut. Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang
menampakkan kemampuan yang telah di peroleh melalui belajar. Berdasarkan
perilaku yang ditampilkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang
telah
belajar.Menurut (Gagne, 1984), belajar dapat didefenisiskan sebagai suatu proses
di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan
mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka
masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. James O Whittaker, misalnya, merumuskan belajar
sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah malalui latihan atau
pengalaman.
Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as
a result of experience. Belaar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through practive or
training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku
(dalam arti luas )
10
ditimbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan. Drs. Slameto juga
merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di
atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan dua unsure, yaitu jiwa dan raga.Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah,
2011).
Pada melakukan aktivitas belajar(Djamarah dan Zain, 2002), mengatakan
bahwa belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam mengetahui, keterampilan dan
sikap (Winkel, 1999).Oleh sebab itu, aktivitas mempelajari bahan tersebut
tergantung pada kemampuan siswa.hakikatnya belajar adalah Perubahan yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah Jika bahan belajarnya sukar dan siswa
kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang
lama. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah proses
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik (Yusfiani, 2006).
11
Belajar merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan setiap orang
dengan belajar maka seorang dapat memiliki pengetahuan serta keterampilan
untuk membangun dirinya dan dengan belajar proses perubahan tingkah laku
dapat terjadi. Menurut Morgan, Belajar dapat didefenisikan sebagai perubahan
tingkah laku yang relatif dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Hal
yang sama dikatakan Gagne, belajar merupakan proses perubahan dari belum
mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar siswa dapat
mewujudkan cita-cita yang diharapkan (Ratumanan, 2002).
Adapun ciri-ciri belajar menurut Burton dalam (Hamalik, 2005) adalah
sebagai berikut :
1.
Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui
(Under
going).
2.
Proses situasi melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3.
Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
4.
Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang
mendorong motivasi yang kontinu.
5.
Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa proses
belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan perubahan yang terjadi didalam diri
siswa setelah melakukan aktivitas belajar, proses belajar yang dilakukan
merupakan aktivitas yang kompleks dan berkaitan dengan masalah-masalah
praktis yang bersumber dari siswa dan dari luar siswa. Demikian juga dalam
12
proses belajar mengajar matematika, banyak faktor yang mempengaruhi baik
siswa maupun guru itu sendiri.
2.2 Hakikat Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai karakteristik
khusus bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Menurut (Sumardyono,
2004) matematika memiliki karakteristik: (1) Memiliki objek kajian abstrak, (2)
Bertumpu pada kesepakatan, (3) Berpola pikir deduktif, (4) Konsisten dalam
sistemnya, (5) Memiliki simbol yang kosong dari arti, dan (6) Memperhatikan
semesta pembicaraan. Hal senada diungkapkan pula oleh Hudoyo dalam (Hasyim,
2009) bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbolsimbol tersusun secara hirarki dan penalarannya deduktif, sehingga dalam belajar
matematika memerlukan daya nalar yang tinggi.
Dalam belajar matematika perlu untuk menciptakan situasi-situasi di mana
siswa dapat aktif, kreatif dan responsif secara fisik pada sekitar.Untuk belajar
matematika siswa harus membangunnya untuk diri mereka.hanya dapat dilakukan
dengan eksplorasi, membenarkan, menggambarkan, mendiskusikan, menguraikan,
menyelidiki, dan pemecahan masalah (Countryman, 1992). Selanjutnya Goldin
dalam (Sri Wardhani, 2004) mengatakan matematika dibangun oleh manusia,
sehingga dalam pembelajaran matematika, pengetahuan matematika harus
dibangun oleh siswa. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif jika guru
memfasilitasi siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan
pembelajaran bermakna.
13
Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi siswa
sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal siswa dan konsep yang
dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Freudental dalam
(Gravemeijer, 1994) matematika merupakan aktivitas insani (human activities)
dan
pembelajaran
matematika
merupakan
proses
penemuan
kembali.
Ditambahkan oleh de Lange dalam(Sutarto Hadi, 2005) bahwa proses penemuan
kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan
dunia real. Menurut (Gravemeijer,1994) masalah konteks nyata merupakan bagian
inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
suatu
disiplin
ilmu
yang
memiliki
karakteristik
khusus,
dan
dalam
mempelajarinya membutuhkan daya nalar tinggi. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran matematika sudah seharusnya tidak disamakan dengan ilmu lain.
Selain itu, karena siswa
yang belajar matematika berbeda-beda pula
kemampuannya, maka kegiatan pembelajaran harus diatur dengan baik sekaligus
memperhatikan kemampuan siswa dan untuk mengetahui apakah proses belajar
terjadi dalam diri siswa maka perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk atau kejadiankejadian yang tampak pada diri siswa yang bersangkutan sebagai aplikasi
terjadinya proses belajar.
Materi matematika tersusun secara berstruktur dan sistematis artinya
materi saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Ausubel dalam (Hudojo,2000) bahwa didalam belajar matematika apabila
konsep A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin
14
dipelajari sebelum konsep A dan B dipelajari terlebih dahulu. Demikian pula
konsep D baru dapat dipelajari bila konsep C sudah dikuasai, demikian
seterusnya.
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai
potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang
meliputi domain ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, di mana:
 Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognititf tingakat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kogninitif tingkat tinggi.
 Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
 Ranah Psikomotoris berkenaan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana,
1989).
Oleh karena itu, penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan
pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses adalah kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan. Dalam hal iniproses lebih
ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama
15
dalam
pembelajaran
matematika
adalah
mengatur
jalan
pikiran
untuk
memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun
sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur, keterampilan
menghitung
dan
menghubungkan
konsep-konsep
tersebut.
Nasution
mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar
menambah kepandaiannya (Harmaningsih dan Jaka Santosa, 2008).
Sementara itu Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar matematika
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh
pengalaman belajarnya (Harmaningsih dan Jaka Santosa, 2008).
Gagne dan Briggs menerangkan bahwa hasil belajar berkaitan dengan 5
bagian dalam bentuk kapabilitas yakni :
1. Keterampilan
intelektual
adalah
kecakapan
yang
berkenang
dengan
pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkrit
dan terdefenisi kaidah serta prinsip.
2. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru
dengan
jalan
mengatur
proses
internal
masing-masing
dalam
memperlihatkannya, mengingat dan berpikir.
3. Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan mengatur informasi-infomaasi yang relevan.
4. Keterampilan
motorik
adalah
kemampuan
untuk
melaksanakan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
dan
16
5. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil
tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.(Harmaningsih dan Jaka Santosa, 2008).
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka
yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil
dari seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika yang diukur
dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
2.4 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research ) adalah penelitian
pendidikan dan kegiatannya lebih diarahkan pada pemecahan masalah
pembelajaran melalui penerapan langsung di kelas, yang berarti penelitian yang
dilakukan pada sebuah kelasuntuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan
pada suatu subjek penelitian dikelas tersebut. Secara lebih luas penelitian tindakan
dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok
subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan tindakannya, untuk
kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan atau
penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik,
Kemmis dan Mc. Taggart dalam (Trianto, 2011).
Sementara itu, pakar pendidikan A. Suhaenah Suparno dalam (Trianto,
2011), mendefenisikan Penelitin Tindakan Kelas sebagai salah satu cara
pengembangan profesionalitas guru dengan jalan memberdayakan mereka untuk
memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan
secara terus menerus. Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi objek penelitian
17
dalam hal ini adalah proses pembelajaran yang merupakan interaksi antara guru,
siswa dan bahan belajar. Dari interaksi tersebut guru mencoba mencatat hal-hal
yang penting yang memungkinkan ia dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian
penting yang dapat dikategorisasikan sebagai masalah.
Terkait dengan pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini ada
beberapa pendapat rumusan defenisi menurut MasnurMuslich dalam (Trianto,
2011), diantaranya :
1)Hopkins : PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang
dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakannya. Dalam melaksanakan tugas dan memperdalam
pemahaman terhadap kondisi dalam praktek pembelajaran.
2) Suyanto : PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.
Adapun proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneli secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai
berikut:
1)Mengamati
teknik
pembelajaran
yang
digunakan
oleh
guru
dalam
pembelajaran matematika sebelumnya.
2) Mengidentikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam
pembelajaran matematika sebelumnya.
18
3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran
matematika sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa.
4)Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah :
1) Merancang pelaksanaan pembelajaran
2) Bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan
3)Pelaksana, guru memberi pengarahan, motivasi, dan stimulus agar praktisi dapat
melaksanakan perannya berdasarkan rencana.
c. Pengamatan dan Evaluasi
Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan pengamatan dan evaluasi
secara komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
instrument pengumpulan data yang telah disediakan sehingga diperoleh data
empiris pelaksanaan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan
peluang yang berkaitan dengan pengguanaan strategi Integarif. Data tersebut
dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dan evaluasi, selanjutnya
dikumpulkan dan dianalisis. Refleksi yang dimaksudkan adalah pengkajian
terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara. Hasil analisis
data yang dilaksanakan pada tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk
menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk itu, refleksi dalam penelitian
ini akan dilakukan setiap akhir tindakan dan akhir siklus.
19
Langkah-langkah tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Permasalahan
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Tidak
Tercapai
stop
Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan
2.5 Model Integratif
Guru sebagai kompenen penting dari tenaga kependidkan, memiliki tugas
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran
guru diharapkan bisa menggunakn model pembelajaran karena dengan
penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran akan sangat perlu karena untuk
mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Saat menggunakan model integratif, guru memberikan kombinasi fakta, konsep,
dan generalisasi didalam satu kesatuan.Dan juga guru membimbing upaya siswa
20
saat mereka mencari pola dan hubungan sebab-akibat di dalam informasi
tersebut.Menggunakan model ini menuntut guru untuk pintar dalam mengajukan
dalam mengajukan pertanyaan dan dalam membimbing pemikiran siswa.
Model integratif dirancang untuk membantu siswa mencapai dua tujuan
belajar yang saling terkait yaitu:
1.
Membangun pemahaman mendalam tentang bangunan pengetahuan yang
sistematis, yaitu satu topik yang mengkombinasikan fakta, konsep,
generalisasi, dan hubungan di antara semuanya (Eggen & Kauchak, 2010).
2.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah tujuan kedua saat model
integratif digunakan. Mengembangkan pemikiran kritis menuntut latihan
menemukan pola, menyusun penjelasan, membuat hipotesis, melakukan
generalisasi, dan mendokumentasikan temuan-temuan dengan bukti.
Kesalingterkaitan antara tujuan-tujuan ini sangat penting,biasanya sedikit
jam pelajaran diberikan pada kegiatan-kegiatan belajar yang
mendorong
pemikiran kritis. Alhasil, siswa tidak pandai berpikir kritis ( Willingham, 2007).
Ini tidaklah mengejutkan karena siswa tidak banyak berlatih di dalam kegiatankegiatan pemikiran kritis.Untungnya, dengan latihan, guru bisa belajar melakukan
hal demikian nyaris tanpa upaya tambahan.Pertama, pendekatan pendekatan ini
utamanya berbentuk penyesuaian dalam berpikir, menjauh dari mengajar dengan
memberitahu untuk menuju pengajaran yang membimbing.Hal ini menuntut guru
memberi siswa informasi yang bisa mereka gunakan untuk menganalisis.
21
Menerapkan pelajaran menggunakan Model Integratif menggabungkan
empat metode fase yang saling terkait erat serta menekankan berpikir dan strategi
untuk meningkatkan motivasi siswa. Empat fase terserbut, yaitu:
1. Fase Berujung Terbuka
Fase berujung terbuka adalah titik awal bagi analisis siswa.Dalam fase
ini, siswa mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola-pola di dalam
data.
2. Fase Kausal
Fase Kausal dimulai ketika siswamemberikan penjelasan bagi kesamaan
dan perbedaan yang ditemukan pada fase sebelumnya.
3. Fase hipotesis
Fase Hipotesis adalah fase di mana siswa menghipotesiskan hasil yang
didapat pada kondisi-kondisi yang berbeda.
4. Fase Penutup dan Penerapan
Fase penutup dan penerapan adalah fase di mana siswa melakukan
generalisasi untuk membuat hubungan yang bersifat umum.
2.5.1
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Integratif
a. Kelebihan Model Pembelajaran Integratif
1. Dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang
topik-topik yang mereka pelajari sambil mengembangkan kemampuan
berpikir kritis mereka.
22
2. Saat guru merasa nyaman dengan model ini, guru dapat mengenali
kesempatan-kesempatan menggunakannya dengan bahan-bahan yang sudah
ada di buku teks atau bahan-bahan lain.
3. Guru akan mampu mendorong tingkat pemahaman mendalam siswa tanpa
banyak persiapan tambahan dari pihak guru
4. Guru hanya perlu memperjelas apa yang ingin guru capai
b. Kekurangan Model Pembelajaran Integratif
1. Umpan balik dari guru menunjukkan mereka meyakini model ini pada
awalnya sangat menuntut dan sulit diterapkan.
2. Melakukan perencanaan awal untuk pelajaran Model integratif memerlukan
waktu yang cukup lama.
2.6 Ruang Lingkup Materi
a. Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan garis lurus pada bidang cartesius dapat dinyatakan dalam
bentuk 𝑎𝑥 − 𝑏𝑦 = 𝑐 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐 konstanta real dengan 𝑎, 𝑏 ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥, 𝑦
adalah variabel pada himpunan bilangan real.
Perhatikan persamaan-persamaan berikut:
a. 𝑥 + 5 = 𝑦
b. 2𝑎 − 𝑏 = 1
c. 3𝑝 + 9𝑞 = 4
Persamaan-persamaan diatas adalah contoh bentuk persamaan linear
dua variabel. Variabel pada persamaan 𝑥 + 5 = 𝑦 adalah 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦, variabel
23
pada persamaan 2𝑎 − 𝑏 = 1 adalah 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏. Adapun variabel pada
persamaan 3𝑝 + 9𝑞 = 4 adalah 𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑞.
Perhatikan bahwa pada setiap contoh persamaan di atas, banyaknya
variabel ada dua dan masing-masing berpangkat satu.
Persamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑎𝑥 +
𝑏𝑦 = 𝑐 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅, 𝑎, 𝑏 ≠ 0, 𝑑𝑎𝑛𝑥, 𝑦suatu variabel.
Terlihat bahwa persamaan-persamaan tersebut memiliki dua varabel
yang belum diketahui nilainya. Bentuk inilah yang dimaksud dengan
persamaan linear dua variabel. Jadi, persamaan linear dua variabel adalah
persamaan yang hanya memiliki dua variabel dan masing-masing variabel
berpangkat satu.
b. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Dua persamaan atau lebih yang disajikan secara bersamaan disebut
sistem persamaan.Persamaan-persamaan yang membentuk sebuah sistem
persamaan dapat berbentuk linear, kuadrat, atau yang lainnya (eksponensial,
trigonometri, dan lain-lain).Sistem persamaan linear dua variable adalah
beberapa persamaan linear dua variable yang disajikan bersama-sama.
Bentuk umum dari sistem persamaan linear dengan dua variabel
adalah:
𝛼1x + b1y = c1........................(1)
𝛼 2x + b2y = c2.........................(2)
24
Maka dapat
dikatakan dua persaman
tersebutmembentuk sistem
persamaan linear dua variabel. Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
tersebut adalah pasangan bilangan (𝑥, 𝑦) yang memenuhi kedua persamaan
tersebut.Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dapat
dilakukan dengan metode grafik, eliminasi, subtitusi, dan gabungan antara kedua
atau ketiga metode tersebut.
2.7 Kerangka Pemikiran
Betapapun tepat dan baiknya bahan ajaran matematika yang ditetapkan,
belum bisa menjamin akan tercapai tujuan matematika yang diinginkan. Salah
satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar
mengajar yang dilaksanakan. Salah satu manfaat pembelajaran model integratif
untuk siswa yang mempunyai hasil belajar yang rendah, antara lain adalah
memberikan siswa kesempatan mempergunakn waktu yang dibutuhkannya untuk
membangun pemahaman pengetahuan sistematis dan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan sebaik-baiknya. Dengan menyediakan waktu belajar yang cukup
maka akan memungkinkan mereka belajar secara leluasa, meningkatkan motivasi
dan keaktifan siswa dalam belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil
belajar.
Pada prateknya mata pelajaran yang melibatkan beberapa keterampilan
berpikir dan menjelaskan masalah akan lebih tepat jika dikerjakan melalui model
integratif. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model
integratif dalam
menyampaikan materi SPLDV khususnya penyelesaian soal-soal, baik dalam
bentuk soal biasa ataupun dalam bentuk cerita
25
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini
dirumuskan sebagai “model pembelajaran integratif dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP LKMD Katapang, khususnya pada
materi SPLDV”.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian
dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang
secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas tersebut. Penelitian ini
dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementasi yang terdiri dari empat
aspek yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan serta
refleksi (reflection).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini diseminarkan dan
direncanakan selama 5 minggu pada semester genap 2012/2013
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SMP LKMD Katapang Kecamatan Seram
Bagian BaratKabupaten SBB Propinsi Maluku
3.3 Sumber Data dan Subjek Penelitian
3.3.1. Sumber Data
27
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas VIII
SMP LKMD Katapang Kabupaten Seram Bagian Barat. Dengan jumlah siswa
terdiri dari 32 orang..
3.2.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang penulis gunakan dalam penelitianini adalah seluruh
kelas VIII SMP LKMD Katapang Kabupaten Seram Bagian Barat.
3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini
adalah :
1. Instrument non tes, berupa observasi sistematis pada aspek afektif dan
psikomotor untuk mengukur keadaan siswa selama proses pembelajaran.
2. Instrumen tes, yaitu tes akhir dalam bentuk essay untuk mengukur
kemampuan kognitif siswa. Dimana tes yang diberikan sebanyak 5 soal
dalam bentuk soal cerita.
3.4. Prosedur Penelitian
Prosedur peneltian ini mengikuti tahapan-tahapan Penelitian Tindakan
Kelas yang akan berlangsung selama beberapa siklus. Rancangan masing-masing
siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan,
pengamatan / observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang sampai
mencapai kriteria keberhasilan atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah
tersebut. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk
itu setiap awal dan akhir siklus diberikan tes untuk melihat sejauh mana
peningkatan kemampuan siswa.
28
Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan
penelitian dijabarkan sebagai berikut:
Siklus I
a.
Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah :
1). Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
Model integratif.
2). Menyusun material pokok pembahasan dalam hal ini adalah SPLDV.
3). Melaksanakan tes awal (pre test) untuk melihat kemampuan atau pemahaman
dasar siswa terhadap materi yang akan diberikan.
4). Melaksanakan tes akhir (post test) untuk melihat perkembangan siswa setelah
model integratif diterapkan.
5). Menyusun soal evaluasi hasil belajar.
6). Membuat instrumen observasi guru dan siswa dalam penelitian.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dengan langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Kegiatan awal (pendahuluan)
-
Appersepsi
a) Guru mengucapkan salam.
b) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model integratif
c) Guru memberi stimulus tentang materi Persamaan Linear Dua
Variabel yang pernah didengar atau dipelajari sebelumnya.
29
d) Guru menyampaikan materiyang akan diajarkan (SK, KD dan
indikator).
e) Mengingat kembali materi Persamaan Linear Dua Variabel yang
pernah dipelajari sebelumnya.
2. Kegiatan inti :
-
Eksplorasi
1) Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal
 Pembentukan
tim/kelompok diskusi kelas untuk meciptakan
semangat kerja sama.
 Penilaian serentak, mempelajari tentang sikap, pengetahuan dan
pengalaman siswa.
 Siswa mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola-pola di
dalam data.
 Pelibatan pembelajaran secara langsung, menciptakan minat awal
terhadap pelajaran.
2) Menjadikan siswa mendapat pengetahuan, keterampilan dan berpikir
secara kritis.
 Proses belajar satu kelas penuh, pengajaran dipimpin oleh guru
yang menstimulus seluruh siswa.
 Pengajuan pertanyaan oleh guru, dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
 Siswamemberikan penjelasan tentang persamaan dan perbedaan
SPLDV.
30
 Siswa menghipotesiskan hasil untuk kondisi-kondisi yang berbeda.
 Kegiatan belajar kolaboratif, tugas dikerjakan bersama-sama dalam
kelompok.
 Pengerjaan soal oleh teman sekelas dan dibahas oleh seluruh siswa.
 Kegiatan belajar aktif secara mandiri.
3) Menjadikan pembelajaran tak terlupakan
 Peninjauan : mengigat dan mengintisarikan apa yang telah
dipelajari.
 Penilaian diri : mengevaluasi perubahan, pengetahuan, ketrampilan
atau sikap.
- Elaborasi
a. Guru memberikan soal latihan agar siswa dapat menyelesaikan secara
kelompok dengan model integratif.
b. Kemudian salah satu kelompok dapat mempresentasikan hasil
kerjanya sesuai dengan model integratif.
- Konfirmasi
a. Guru merespon hasil kerja kelompok.
b. Mengatifkan siswa yang belum aktif selama proses belajar
berlangsung.
3. Kegiatan penutup :
a) Evaluasi / tanya jawab
b) Penenangan / pendingan
c) Pengamatan
31
Dalam pengamatan ini hal yang dilakukan oleh observator
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan terhadap tindakan dalam hal ini proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru.
2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa.
3. Menilai hasil tindakan dengan membandingkan kriteria penilaian
yang telah ditetapkan setelah model integratif di terapkan.
d. Refleksi.
Merupakan pengkajian ulang terhadap siklus yang dilaksanakan dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
2. Menyimpulkan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan
diperhatikan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Siklus kedua akan dilaksanakan setelah melihat hasil evalusi dan observasi pada
siklus pertama, apakah menunjukkan keberhasilan atau kegagalan setelah
dianalisis dan disesuaikan pada proses pembelajaran.
3.6 Teknik Analisis Data
Dari hasil penelitian,
data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
pengamatan dari pelaksanaan siklus penelitian, dianalisis secara statistik
deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan dan
32
hasil siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Observasi Afektif dan Psikomotor Siswa
Untuk menilai hasil tes afektif dan psikomotor dalam penelitian ini
digunakan teknik persentase penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hasil
persentase kemampuan siswa adalah jumlah indikator yang dilakukan siswa
sesuai dengan pedoman penilaian kemampuan menyelesaikan permasalahan
dalam sistem persamaan linear dua variabel, dibagi dengan jumlah indikator yang
ada dan dikalikan 100%. Untuk mengukur keseluruhan (nilai) aspek afektif dan
ada aspek psikomotor digunakan rumus:
Nilai =
skor yang diperoleh
jumlah aspek yang dinilai
× 100
(Sumber. Arikunto, 2009:183)
2. Analisis Tes Hasil Belajar
Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa
dan nilai individu. Pada tahap penyimpulan, kriteria keberhasilan siswa dalam
menyelesaikan materi sistem persamaan linear dua variabel. Untuk menghitung
skor yang dicapai setiap siswa secara keseluruhan dianalisis dengan menggunakan
rumus (Arikunto,2009:236):
Persentase =
skor yang diperoleh
skor total
× 100
33
Adapun mengenai penetapan ketuntasan dalam pembelajran matematika
yang telah ditetapkan SMP LKMD Katapang bahwa syarat suatu pembelajaran
dikatakan tuntas secara individual seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1. kualifikasi pencapaian siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal
Keterangan
≥ 65
Ketuntasan
< 65
Tidak Tuntas
(sumber data : SMP LKMD Katapang)
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, maka dapat diketahui bahwabila siswa
memperoleh nilai ≥ 65, maka siswa tersebut dikatakan tuntas mancapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran
matematika, namun jika nilai siswa < 65 dikatakan tidak tuntas atau tidak
mencapai KKM. Selain itu ditetapkan juga kriteria presentasi ketuntasan secara
klasikal, yaitu pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika 75% mencapai
Ketuntasan Klasikal Minimal.
34
DAFTAR PUSTAKA
Agus, N.A.2007. Mudah Belajar Matematika untuk Kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah Tsanawiyah.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Anonim, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedurpenelitian.Jakarta: RinekaCipta
Countryan, J. 1992. Writing to learn mathematikcs.Portamouth, NH: Heinemann
DepartemenPendidikanNasional.2003.StandarKompetens
Mata
Pelajaran
Matematika SMP dan MTs Jakarta: PusatKurikulum, BalitbangDepdiknas
Dahar.2011.Teori-teoriBelajardanPembelajaran.Bandung:PT
Gelera
Aksara
Pratama, PenerbitErlangga
DjamarahdanZain. 2002. HakikatPembelajaran .Jakarta :RinekaCipta
Djamarah. 2011. PsikologiBelajar. Jakarta :RinekaCipta
Eggendan Kauchak.2012.Strategidan Model Pembelajaran.Jakarta:PTIndeks
HarmaningsihdanJakaSantosa.2008.PTK,PenggunaanStrategiPembelajaranAktif
UntukMeningkatkanAfektifitasPembelajaranMateriLogaritmabagiSiswaKel
as X program Akselerasi SMAN 1 Surakarta TahunPelajaran 2008-2009.
Surakarta: DEPDIKPEMORA
Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial ( Kuantitatif dan
Kualitatif ). Jakarta : Gaung Persada Press
Nuhari, dewi. 2008. KonsepdanAplikasiMatematika 1 kelas VIII SMP danMTs.
Surakarta: BumiAksara.
35
Nuharini dan Wahyuni.2008.matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VIII.jakarta: CV. Usaha Makmur
Purwanto. 2009.EvaluasiHasilBelajar. Yogyakarta: PustakaBelajar
Simangunsong W. 1991. Matematika Dasar. Ciracas, Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama
Slameto. 2003. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
RinekaCipta
Sudijono, A. 2009.PengantarEvaluasiPendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada
Sumardyono. 2004. Karakteristikmatematikadanimplikasinyaterhadap
pembelajaranMatematika. Yogyakarta: Depdiknas
Trianto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researeh). Jakarta:
Prestasi Pustakarya.
Winkel, WS. 1999. PsikologiPengajaran. Jakarta: PT Grasin
Download