PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SECARA TEMATIK DAN INTEGRATIF YANG BERORIENTASI KBK Oleh: Ida Bagus Putrayasa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia -------------------------------------------------------Abastrak Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan integratif (terpadu) dengan fokus pada aspek keterampilan berbahasa. Secara tematik dimaksudkan bahwa tiap kegiatan berbahasa mesti berpangkal pada tema tertentu. Sementara itu, secara integratif dimaksudkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memadukan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis – disebut perpaduan internal – dan memadukan pembelajaran bahasa Indonesia dengan bidang studi lain, seperti: Matematika, IPA, dan IPS – disebut perpaduan eksternal). Dalam pengimplementasiannya, digunakan pendekatan komunikatif dan integratif. Kata-kata kunci: tematik, integratif, dan komunikatif Teaching Indonesian through Thematic and Integrative Approaches which Oriented on the Competency Based Curriculum by Ida Bagus Putrayasa Abstract Teaching Indonesian is conducted through thematic and integrative activities which is focused on the language skill. Thematic activity means that language teaching activity should be based on certain theme. Integrative approach means that teaching Indonesian can be done by integrating the four language skill, namely: listening, speaking, reading, and writing. In addition, teaching Indonesian can also be done by integrating the Indonesian language with other subjects such as Mathematics, Science, Social Study. The implementation of this activity is used communicative and integrative approaches. Key words: thematic, integrative, communicative 1. Pendahuluan Kebijakan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2005) yang dituangkan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menggariskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik 1 dan integratif (terpadu) dengan memfokuskan pada aspek keterampilan berbahasa (kompetensi komunikatif, Savignon, 1983). Pembelajaran bahasa Indonesia seperti itu sebenarnya sudah dikenal sejak diberlakukannya Kurikulum 1994. Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi komunikatif, yakni kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Terkait dengan kurikulum yang berlaku sekarang, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), tuntutan terhadap kompetensi komunikatif tersebut tidaklah menimbulkan permasalahan, mengingat sejak dulu kurikulum bahasa Indonesia sudah berorientasi pada kompetensi. Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan secara tematik, artinya bahwa tiap kegiatan berbahasa pastilah berpangkal pada tema tertentu. Implikasinya, secara operasional suatu sajian pembelajaran bahasa Indonesia di dalam suatu pertemuan haruslah menggunakan suatu tema tertentu. Misalnya, jika dalam suatu pertemuan dipilih tema teknologi, diskusinya tentang teknologi, begitu pula kosakatanya, latihan menulisnya, dan sebagainya. Di samping secara tematik, pembelajaran bahasa Indonesia juga dilakukan secara integratif. Artinya, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memadukan empat keterampilan berbahasa, yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Ini sering disebut dengan keterpaduan internal. Sementara itu, pembelajaran bahasa Indonesia dapat juga dipadukan dengan bidang studi lain, seperti: Matematika, IPA, dan IPS (keterpaduan eksternal). Apa yang disarankan oleh BSNP itu pada hakikatnya sesuai dengan pandangan para pakar bahasa tentang whole language (Goodman, 1986), suatu konsep yang menyatakan bahwa bahasa bukanlah barang serpih-serpih yang terpisah, melainkan sebagai suatu keseluruhan utuh. Implikasinya dalam pengajaran ialah bahasa harus diajarkan secara utuh sebagai suatu sistem yang terpadu. Kedua cara tersebut jelas saling melengkapi satu sama lain, karena suatu tema akan memadukan seluruh kegiatan berbahasa, baik pada tingkat perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan di dalam kelas. 2 Sejalan dengan uraian di atas, dalam Kurikulum PGSD disebutkan bahwa pembelajaran hendaknya lebih berorientasi pada kebermaknaan belajar. Dalam hal itu perlu dilibatkan materi-materi yang beragam. Selanjutnya ditegaskan bahwa ada tiga elemen penting dalam belajar untuk pemahaman, yaitu: (1) pengembangan topik generik yang bisa mendorong anak untuk secara mendalam dan bergairah melaksanakan connection making, (2) pengajaran menekankan pada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, dan (3) asesmen dalam konteks, yang artinya testing bukan bagian terpisah, melainkan terpadu dalam pembelajaran dan tugas-tugas yang dihadapkan kepada anak bersifat holistik (Zuchdi, 1997). Hal ini mengarah pada prinsip pembelajaran terpadu, yakni pembelajaran yang secara sengaja mendekatkan aspek-aspek intra dan inter-bidang studi, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan simultan dalam konteks yang bermakna. 2. Pendekatan-pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (BI) Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal beberapa pendekatan, seperti pendekatan tujuan, pendekatan struktural, pendekatan komunikatif, pendekatan pragmatik, dan pendekatan terpadu. Pendekatan merupakan teori, konsep, kepercayaan, paham, hukum, rumus, dan sebagainya yang diyakini kebenarannya, yang dipakai sebagai dasar memilih dan menentukan cara-cara (metode, teknik) pembelajaran, termasuk perencanaan KBM, pemberian tugas, penyusunan tes proses dan hasil belajar. Sehubungan dengan yang digariskan dalam BSNP, bahwa belajar bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi dan pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan integratif (terpadu), maka pada bagian ini hanya dibicarakan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu. 2.1 Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Zuchdi, 1997). Tampak bahwa 3 bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Menurut Littelwood (1981), pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa: 1) pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikasi bahasa. 2) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa, tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk bahasa, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat. Sehubungan dengan pendapat itu, dia mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa diberi latihan, antara lain seperti di bawah ini. (1) Memberi informasi secara terbatas. Contoh: a. Mengidentifikasi gambar Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan tentang benda-benda yang terdapat dalam gambar yang disediakan oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, jumlah, bentuk, dan sebagainya. b. Menemukan pasangan yang cocok Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang masing-masing mendapat sebuah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain (di luar kelompok) diberi duplikat salah satu gambar yang telah dibagikan. Siswa ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya yang membawa gambar dengan tujuan untuk mengetahui indentifikasi atau cirri-ciri gambar 4 yang mereka bawa. Dari hasil tanya jawab itu, siswa (pembawa duplikat) tersebut harus dapat menemukan siapa di antara teman-temannya itu yang membawa gambar yang cocok dengan duplikat yang dibawanya. (2) Menemukan informasi tanpa dibatasi Contoh: Menemukan perbedaan Siswa A dan B masing-masing mempunyai sebuah gambar yang sama, kecuali beberapa bagian. Para siswa harus mendiskusikan gambar tersebut sehingga menemukan perbedaannya. (3) Menyusun informasi Contoh: Siswa diminta membayangkan bahwa mereka akan mengadakan kemah selama tiga hari. Tiap anggota hanya boleh membawa barang kira-kira 11 kg. Kelompokkelompok itu harus menentukan apa saja yang mereka bawa, dengan melihat barang yang patut dibawa, yang diberikan oleh guru, dan mempersiapkan pembelaan apabila mereka ditentang oleh kelompok lain. Latihan-latihan tersebut merupakan latihan penggunaan bahasa dalam aktivitas komunikasi yang bersifat fungsional dalam kelas. Di samping itu, juga terdapat aktivitas komunikatif yang lain, yakni: aktivitas interaksi sosial, dan simulasi dalam bermain peran. Uraian di atas dapat diringkaskan sebagai berikut. - Pendekatan Komunikatif - Teori dasar : Bahasa adalah alat komunikasi sosial. - Artinya : - bahasa itu bagi orang per orang adalah alat untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, maksud, dan sebagainya kepada orang lain. Apa yang ada pada dirinya (misalnya informasi) disampaikan kepada orang lain agar orang lain pun memilikinya. Alat yang dipakai untuk menyampaikan itu adalah bahasa. - bahasa adalah salah satu alat yang dipakai orang untuk berkomunikasi. Alat yang lain masih banyak, misalnya: kentongan, gerak anggota 5 tubuh, siulan, dan sebagainya. - implikasinya dalam kelas: - harus ada interaksi verbal, baik antara guru dan siswa maupun siswa dan siswa. - guru tidak usah terlalu banyak berbicara, menjelaskan, atau menggurui, tetapi menciptakan suasana yang baik agar siswa senang belajar dan senang berbicara. - guru mendorong pengembangan kemampuan berkomunikasi siswanya. Lebih baik murid berani berbicara dan mengemukakan pandapat meskipun dengan bahasa yang kurang baik dan kurang benardaripada diam karena takut salah. - hilangkan hambatan psikologis seperti takut salah, sungkan, malu, dan sebagainya. - beri tugas: masalah dan memecahkan masalah. Contoh: - berilah pelajaran yang bersifat bermain-main, kuis, teka-teki (seperti yang sering Ada tonton di televisi). - upayakan agar siswa mau berbicara dan menggunakan bahasa, apa pun wujudnya. Bahasa Indonesia bercampur bahasa Bali pun tidak apa-apa. - suruh siswa mengajukan pertanyaan secara lisan. Bagi murid menjadi dua kelompok besar (deretan bangku): kelompok 1 bertanya, kelompok 2 menjawab, begitu bergantian. - kembangkan imajinasi anak dengan bahasa: - andaikata saya menjadi …. - buat rangkaian cerita dari kata jarum sampai doa. 2.2 Pendekatan Terpadu Nielsen (1989) menyatakan bahwa pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan aspek-aspek intra dan inter-bidang 6 studi, sehingga pembelajar memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan simultan dalam konteks yang bermakna. Karena itu, ukuran keterpaduan dalam pembelajaran terpadu adalah bahwa pembelajaran dilakukan secara sadar, sengaja, bertujuan, dan sistematis yang dapat membantu anak memahami topik tertentu atau ide umum dari berbagai sisi. Aktivitas pendidikan hendaknya menghilangkan jurang pemisah antara bidang-bidang studi dan agar memfokuskan arah pembelajaran kepada proses integratif, yang mengharuskan anak larut bila hendak mengorganisasi pengetahuan dan pengalaman mereka. Sementara itu, ahli pembelajaran terpadu seperti H.H. Jacobs dalam sebuah wawancara dengan Brandt (1991) mengatakan bahwa kebutuhan untuk melaksanakan pembelajaran terpadu didasari beberapa alasan, yaitu: (1) bahwa sementara jam belajar di sekolah tetap, ilmu pengetahuan terus berkembang, (2) ada kecenderungan anak tidak betah di sekolah karena apa yang harus dipelajari tidak sesuai dengan kebutuhannya, dan (3) sudah jelas tidak logis mengajarkan konsep-konsep secara terpisah-pisah sementara kehidupan anak tidak pernah menuntut pemisahan tersebut. Dari sejumlah teori pembelajaran terpadu yang ada, maka pengertiannya dapat diuraikan sebagai berikut: (1) pembelajaran terpadu beranjak dari suatu tema sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lain, (2) pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak, (3) pembelajaran terpadu merupakan suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara simultan, dan (4) pembelajaran terpadu merakit dan menghubungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. Sebagai suatu pendekatan yang berorientasi proses, pembelajaran terpadu mempunyai ciri-ciri: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung pada anak, (3) pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran, (5) bersifat luwes, dan (6) 7 hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (Zuchdi, 1997). Model pembelajaran terpadu yang paling dikenal adalah model terhubung (connected model), model jarring laba-laba (webbed model), dan model terpadu (integrated model). Pembelajaran terpadu antarbidang studi dapat dilihat pada contoh di bawah ini. IPA Bahasa Indonesia 1. menyimak cerita Nyi Roro Kidul 2. menyusun wacana tentang pencemaran laut 3. bercerita tentang darmawisata ke pantai 1. mengenal berbagai jenis binatang laut 2. membedakan air laut dan air tawar 3. menerangkan ekosistem laut Tema Kelautan IPS 1. menjelaskan fungsi laut 2. membaca peta tentang kedalaman laut 3. menceritakan tentang kekayaan laut Matematika 1. menghitung luas laut berdasarkan skala peta 2. mendemonstrasikan menghitung berat jenis air laut 3. menghitung persentase perbandingan daratan dan lautan Pendekatan terpadu dapat pula dilakukan dalam pembelajaran sastra dan bahasa. Pembelajaran terpadu dalam hal ini adalah upaya pemaduan aspek-aspek pengajaran sastra dan bahasa agar saling menunjang. Hal ini patut dicermati, karena ada asumsi bahwa pencipta sastra yang menguasai bahasa dengan baik akan lebih sukses dibanding yang penguasaan bahasanya setengah-setengah. Demikian pula orang yang belajar bahasa, apabila menguasai sastra – bahasa mereka akan semakin 8 halus dan enak didengar, oleh karena dalam setiap aktivitas berbahasa, secara tak sadar manusia telah memerankan sastra dalam komunikasi. Proses pembelajaran terpadu menghendaki antara materi sastra dan bahasa memiliki kedudukan sejajar. Keduanya saling menunjang dan berhubungan secara simbiosis mutualistis. Yang penting, pengajaran sastra menghendaki situasi pengajaran yang kreatif. Pendekatan delivery system, yang menghendaki sekolah sebagai agen menghafal, sebaiknya diubah menjadi agen mencipta, mencerna, menghayati seluruh persoalan hidup dan berusaha memecahkannya. Itulah sebabnya, diperlukan pengajar yang benar-benar konstruktivistik. Pengajar semacam ini akan mampu memadukan aspek bahasa dan sastra secara arif. Pengajar yang konstruktivistik akan melakukan berbagai hal, antara lain: (1) mampu mengaitkan materi pengajaran sastra dengan peserta didik, (2) menilai dan memandang proses kompetensi dari sudut pandang peserta didik, dan (3) mampu memadukan aspekaspek pengajaran bahasa dan tanpa mengurangi hak masing-masing materi (Endraswara, 2003). Dari ketiga ciri di atas, yang paling relevan dengan pendekatan terpadu adalah cirri yang ketiga. Di sini seorang pengajar dapat menerapkan sistem respon dan analisis. Sistem pengajaran semacam ini menandai pengajar dan peserta didik sejajar. Keduanya dapat saling memberi dan menerima dalam belajar bahasa dan sastra. Dengan demikian, tak ada manfaat yang signifikan jika pengajaran sastra dipaksakan harus dipisah-pisah dengan materi bahasa. Keduanya seharusnya seimbang guna membangun kreativitas. Kompetensi sastra setiap peserta didik akan terbangun melalui materi bahasa. Pendek kata, kompetensi yang perlu dimiliki melalui pendekatan ini adalah: (1) peserta didik dapat belajar sastra sekaligus belajar bahasa, karena keduanya saling terkait, (2) dapat memahami hubungan yang saling menguntungkan antara materi bahasa dan sastra, terutama untuk meningkatkan kemampuan bersastra, dan (3) terampil menerapkan bahasa yang indah ke dalam sastra, dan memanfaatkan sastra sebagai landasan awal belajar bahasa. Uraian di atas dapat diringkaskan sebagai berikut. - Pendekatan Terpadu 9 - Teori dasar : - bahasa itu merupakan satuan yang utuh, bukan merupakan serpihan serpihan yang tersebar. - Artinya : - secara struktur bahasa memang bisa terbagi-bagi dalam fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosakata. Akan tetapi, dalam proses belajar-mengajar bagian-bagian itu harus dipadukan. - pembelajar bahasa harus menguasai keempat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Dalam pembelajaran bahasa, minimal dua keterampilan dari empat keterampilan itu harus dipadukan dalam satu kegiatan berturutan. - berbahasa selalu terpaut dengan tema tertentu, ada “sesuatu” yang dibicarakan dalam berbahasa. Di sekolah “sesuatu” itu bisa tercakup dalam bidang studi Matematika, IPA, IPS, dan sebagainya. Dalam pembelajaran bahasa, berbagai mata pelajaran ini bisa dipadukan dengan segi-segi kebahasaan. - Implikasinya dalam kelas: 1) Tema Materi : Teknologi : Cara Kerja Pompa Air Dalam pelajaran IPA, guru dapat menjelaskan cara kerja pompa air. Ini bisa dilanjutkan dengan diskusi tentang cara kerja tersebut. Untuk kepentingan IPA, guru dapat menilai isi diskusi, sedangkan bidang studi bahasa Indonesia menilai cara-cara berdiskusi. 2) Siswa disuruh menonton televise tentang cerita anak-anak.Dalam dengar – lihat itu siswa ditugasi mencatat jalannya cerita. Di kelas siswa harus menyerahkan tulisannya, diteruskan dengan kegiatan siswa untuk menceritakan secara lisan tanpa teks, tanya jawab tentang cerita, tokoh-tokoh, kosakata, dan sebagainya. 3. Penutup Berdasarkan uraian di atas, pada bagian ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. Pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan 10 integratif (terpadu) dengan memfokuskan pada aspek keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan secara tematik, artinya bahwa tiap kegiatan berbahasa pastilah berpangkal pada tema tertentu. Di samping itu, pembelajaran bahasa Indonesia juga dilakukan secara integratif. Artinya, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memadukan empat keterampilan berbahasa, yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis (keterpaduan internal), dan dapat juga dipadukan dengan bidang studi lain, seperti: Matematika, IPA, dan IPS (keterpaduan eksternal). Pemaduan tema-tema tersebut dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pendekatan komunikatif, yang menekankan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasinya. Daftar Pustaka Badan Standar Nasional Pendidikan. (2005). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia untuk SD/MI. Brandt, R. (1991). On Interdiciplinary Curriculum: a Convensation with Heidi Hayes Jacobs. Educational Leadership. Oktober. Endraswara, S. (2003). Membaca, Menulis Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang. Goodman, K. (1986). What’s Whole in Whole Language? N.H: Heinemann Littelwood, W. (1981). Communication Language Teaching, an Introduction. Sydney: Cambridge University Press. Nielsen, M.N. (1989). Integrative Learning for Young Children: Thematic Approach. Education Horizon. Fall. Savignon, S.J. (1983). Communicative Competence. Addison Wesley: Publishing Coy. Zuchdi, D. (1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud. 11 PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SECARA TEMATIK DAN INTEGRATIF YANG BERORIENTASI KBK OLEH PROF. DR. IDA BAGUS PUTRAYASA, M.PD. Staf Edukatif JPBSID IKIP Negeri Singaraja 12 MAKALAH DISAMPAIKAN DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TANGGAL, 16 – 20 MEI 2006 DI HOTEL DARMAWAN, DENPASAR 1 13