PDF - Jurnal UNESA

advertisement
MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No.5 Tahun 2016
ISSN : 23019085
PENERAPAN MODEL TABA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BELAHKETUPAT DAN
LAYANG-LAYANG DI KELAS VII SMP
Ditya Rifky Rahmawati
PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Susanah
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Abstrak
Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model Taba. Model Taba merupakan prosedur
pengajaran yang menggunakan proses penalaran induktif dalam menanamkan suatu konsep. Tujuh
langkah model Taba antara lain Listing (mendata), Grouping (mengelompokkan), LabellingandData
Collection (melabeli dan mengumpulkan data), Generalizing (menggeneralisasi), Comparing
(membandingkan), Explaining (menjelaskan) dan Predicting (memprediksi).Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas
siswa, hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran. Data dikumpulkan menggunakan
lembar pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas
siswa, kuis , tes hasil belajar, dan angket respon siswa.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran menggunakan model Taba termasuk dalam kategori sangat baik
dengan skor rata-rata sebesar 3,69, 2) Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran termasuk dalam
kategori kurang aktif dengan persentase rata-rata aktivitas siswa selain berperilaku tidak relevan
dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sebesar 100% dan kesesuaian aktivitas siswa
dengan waktu ideal berada dalam kategori kurang sesuai, 3) Hasil belajar siswa dilihat dari nilai kuis
dan tes hasil belajar yang menyatakan sebanyak 26 dari 32 siswa telah tuntas dalam materi
belahketupat dan layang-layang serta memperoleh persentase ketuntasan secara klasikal sebesar
81,25%, dan 4) Respon siswa terhadap pembelajaran termasuk kategori positif dengan rata-rata
presentase respon sebesar 83,44%.
Abstract
Mathematics learning on this research uses Taba model. Taba model is teaching procedures that uses inductive
reasoning process in instilling a concept. Seven steps Taba models include Listings, Grouping, Labelling and Data
Collection , generalizing , Comparing, Explaining and Predicting.This research aims to describe how teacher’s
proficiency manages teaching process, students` activity, learning output, and students` response. The method of
this research is descriptive with qualitative and quantitative approach. The data are gathered by using
observation, test, and questionnaire methods. The observation method is used to gather data aboutteacher’s
proficiency in managing the learning process and students` activities. Test method is used to collect data about
students` learning output, whereas questionnaire method is used to gather data students` response during
studying with Taba model.The result of this research showed that: 1) teacher’s proficiency in managing the
learning process using Taba model was categorized as very good with average score of 3,69, 2) students` activities
during the learning process was categorized as less active with average percentage without irrelevant activities is
100% and and suitability of student activity with ideal time to be in the category of less suitable, 3) the learning
output based on recapitulation of score in assignment sheets and final test showed that 26 of 32 students had
already passed the material of rhombus and kite and earned the percentage of completeness classically 81,25%, and
4) the students’ response about the learning process included to positive category with an average percentage of
responses is 83.44%.
Keywords: Mathematics Learning, Taba model
Volume 3 No.5 Tahun 2016
pemahaman
konsep
matematika.
Model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menjadi
faktor timbulnya kesulitan siswa dalam belajar
(Widdiharto, 2008).
Soedjadi (2000) berpendapat bahwa dalam
pembelajaran Matematika, terutama pada jenjang
SD dan SMP, sangat diperlukan penggunaan pola
pikir
induktif.
Model
pembelajaran
yang
menggunakan pola pikir induktif antara lain Model
Induktif, Model “Concept Attainment”, dan Model
Taba. Menurut Eggen (1996), Model Induktif sangat
bergantung pada proses observasi tetapi penekanan
keterampilan untuk menyimpulkan hanya sebatas
menggeneralisasi apa yang mereka amati, Model
“Concept
Attainment”
menekankan
pada
keterampilan menyimpulkan dengan mendorong
siswa untuk membentuk dan menganalisis
hipotesis, sedangkan Model Taba meningkatkan
lingkup pengembangan keterampilan proses
dengan melibatkan siswa dalam membuat
generalisasi, penjelasan, dan prediksi.
Model pembelajaran Taba merupakan
prosedur pengajaran yang menggunakan proses
penalaran induktif dalam menanamkan suatu
konsep. Dalam pembelajaran dengan model Taba,
siswa akan mendapat serangkaian contoh spesifik
yang dapat menanamkan sampai pada suatu
aturan, prinsip, atau fakta yang pasti. Titik tekan
model Taba adalah mengajarkan siswa untuk
bagaimana berpikir (Eggen et al., 1979).
Model Taba juga memiliki sintaks yang
sesuai jika diterapkan dengan pendekatan scientific.
Fase listing pada model Taba memuat aktifitas
mengamati yang ada pada pendekatan scientific.
Fase grouping dan labeling pada model Taba
mengajak peserta didik mengeksplorasi hasil
pengamatannya lebih detail. Hal itu akan
memaksimalkan
pendekatan
scientific
yang
diterapkan dalam kurikulum 2013.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang “Penerapan
Model Taba pada Pembelajaran Matematika Materi
Belahketupat Dan Layang-Layang di Kelas VII
SMP”.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan bagaimana kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa,
hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap
pembelajaran.
Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran
pada
penelitian
ini
adalah
keterampilan guru dalam melaksanakan setiap
tahap pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran
dengan model Taba, sesuai dengan rencana
PENDAHULUAN
Matematika merupakan mata pelajaran
yang memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Sejalan dengan hal tersebut, Permendiknas Tahun
2006 mengenai Standar Isi menyatakan bahwa
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu
yang mendasari perkembangan teknologi modern
karena mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu lain dan pengaruh besar
dalam memajukan daya pikir manusia.
Dewasa ini banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mempelajari matematika. Hal
tersebut menurut Lestari (2014) disebabkan oleh
kurangnya minat dan perhatian siswa pada
pembelajaran matematika. Kesulitan siswa dalam
mempelajari dan memahami matematika menurut
Fitri (2014) terletak pada mengaitkan antar konsepkonsep. Salah satu materi Matematika yang
mengaitkan antar konsep-konsep adalah materi
bangun datar dengan sub materi Belahketupat dan
Layang-Layang.
Fakta yang diperoleh dari beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa siswa
mengalami kesulitan untuk memahami materi
bangun datar dengan submateri Belahketupat dan
Layang-Layang. Berdasarkan hasil penelitian
Chairani (2012) di SMP Assalam Bandung diperoleh
kesimpulan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam menjelaskan sifat-sifat dan rumus luas
daerah belahketupat dan layang-layang. Hal
tersebut dikarenakan mereka hanya mengingatnya
tanpa mengonstruksi sendiri rumus tersebut. Hasil
yang sama diperoleh Chasanah (2014) yang
menyatakan
bahwa
berdasarkan
diagnosis
kesulitan dalam menyelesaikan soal, kesulitan
terbanyak pertama yang dialami siswa terletak
pada aspek penguasaan konsepyang selalu
berkaitan dengan materi segiempat khususnya
layang-layang dan belah ketupat.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu
dilakukan suatu tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut sehingga pemahaman
konsep matematika pada materi belahketupat dan
layang-layang dapat ditingkatkan. Higgins (dalam
Wahyudi, 2011) menyatakan bahwa peserta didik
akan lebih mudah memahami dan memaknai
konsep yang menjadi tujuan pembelajaran jika
peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
yang berlangsung. Selain itu menurut Frudenthal
(Lestari, 2014) dalam suatu konsep akan lebih
dipahami dan diingat oleh peserta didik apabila
konsep tersebut disajikan melalui prosedur atau
langkah-langkah yang menarik.
Maka sangat diperlukan adanya penerapan
model pembelajaran yang menarik, melibatkan
keaktifan peserta didik dan dapat meningkatkan
132
Volume 3 No.5 Tahun 2016
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Aspek yang
diteliti antara lain. Aktivitas siswa dalam penelitian
ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama
proses pembelajaran dengan model Taba.Keenam
aktivitas belajar siswa yang diamati dalam
penelitian ini antara lain 1) Visual activities, yaitu
aktivitas mengamati objek yang ditampilkan guru.
2) Oral activities, yaitu aktivitas menjelaskan
kesimpulan akhir dan mengajukan pertanyaan; 3)
Listening activities, yaitu memperhatikan penjelasan
guru atau teman; 4) Writing activities, yaitu
membuat list berdasarkan pengamatan, membuat
pengelompokan dari daftar hasil pengamatan,
memberikan label nama pada kelompok yang telah
dibuat,
dan
mengumpulkan
data
dengan
mengerjakan LKS; 5) Drawing activities, yaitu
mengumpulkan data dengan mengerjakan LKS; 6)
Mental activities, yaitu membuat generalisasidari
masing-masing kelompok data, membandingkan
hasil generalisasi antarkelompok, dan memprediksi
penyelesaian soal yang disajikan guru.
Hasil belajar siswa adalah skor yang diperoleh
siswa dari pengerjaan kuis dan tes hasil belajar
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model Taba. Sedangkan respon
siswa
adalah
tanggapan
siswa
terhadap
pembelajaran menggunakan model Taba dan
kejelasan bahasa yang digunakan dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS) serta Tes Hasil Belajar.
Tanggapan terhadap pelaksanaan pembelajaran
meliputi
suasana
selama
pembelajaran
menggunakan model Tababerlangsung dan minat
terhadap model Taba.
Adapun rangkaian prosedur yang dilaksanakan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Menerapkan model pembelajaran Taba pada materi
Belahketupat dan Layang-Layang selama tiga kali
pertemuan; 2) Melakukan pengamatan terhadap
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dan aktivitas siswa, serta melaksanakan kuis setiap
proses pembelajaran selesai dilaksanakan; 3)
Melakukan tes hasil belajar untuk memperoleh data
tentang hasil belajar siswa.
Data tentang kemampuan guru dalam
mengelola
pembelajaran
diperoleh
dengan
menggunakan lembar observasi kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran.Pada masingmasing
aspek
kemampuan
guru
dalam
melaksanakan kegiatan yang telah disusun pada
RPP dilakukan penyekoran berdasarkan kategori
yang telah ditentukan pada rubrik penyekoran
pengelolaan
pembelajaran.Nilai
rata-rata
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
secara
keseluruhan
dari
tiga
kali
pertemuandihitung menggunakan rumus yang
telah ditentukan, kemudian menggolongkan nilai
rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran
ke dalam kategori sangat kurang, kurang, baik,dan
sangat baik.
Data tentang aktivitas siswa diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.
Kemudian akan dianalisis dengan menghitung
persentase kemunculan dari masing-masing
aktivitas untuk selanjutnya dijumlahkan serta
menentukan kesesuaian persentase aktivitas siswa
yang menjadi ciri khas model Taba dengan kriteria
waktu ideal aktivitas siswa yang berpedoman pada
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) menggunakan model Taba
Sedangkan data tentang hasil belajar diperoleh
dengan menghitung nilai kuis dan nilai tes sebagai
nilai hasil belajar siswa dengan rumus
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif.Penelitian ini dilaksanakan
pada semester genap tahun ajaran 20152016.Pengambilan data dilakukan di SMPN 1 Krian
Sidoarjo.Subyek penelitian dalam penelitian ini
adalah guru matematika dan siswa kelas VII-I
SMPN 1 Krian Sidoarjo yang terdiri dari32 siswa
dan 5 siswa yang diamati untuk aktivitas
siswa.Pada penelitian ini digunakan rancangan oneshot-case study.
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan
Lembar Kuis. Instrumen dalam penelitian ini
berupa lembar observasi kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, lembar observasi aktivitas
siswa, soal tes hasil belajar, dan angket respon
siswa.
π»π‘Žπ‘ π‘–π‘™ π΅π‘’π‘™π‘Žπ‘—π‘Žπ‘Ÿ
π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– 𝐾𝑒𝑖𝑠 1 + π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– 𝐾𝑒𝑖𝑠 2 + π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– 𝐾𝑒𝑖𝑠 3 + (2 × π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– 𝑇𝑒𝑠)
=
5
Hasil belajar tersebut dibandingkan dengan KKM
yang diterapkan di sekolah penelitian, yakni
79.Persentase keberhasilan pembelajaran klasikal
selanjutnya dihitung untuk mengkategorikan
ketuntasan belajar.Aturan yang ditetapkan di SMP
Negeri 1 Krian, Sidoarjo dikatakan tuntas belajar
secara klasikal jika banyaknya siswa yang tuntas
secara individu lebih dari atau sama dengan 80%
133
Volume 3 No.5 Tahun 2016
dari keseluruhan siswa yang ada dalam kelas
pembelajaran.
Data tentang respon siswa diperoleh dengan
menggunakan lembar angket respon siswa.Nilai
respon siswa untuk setiap kategori jawaban
dihitung dengan cara mengalikan banyaknya
siswa/responden yang memilih jawaban dengan
skor pilihan jawaban tersebut. Kemudian,
persentase nilai respon siswa setiap item
pernyataan dihitung dengan menggunakan rumus
yang untuk selanjutnyadikategorikan dengan cara
mencocokkan hasil persentase dengan kriteria yang
telah ditentukan.
secara keseluruhan dari tiga kali pertemuan sebesar
3,69 dengan kategori sangat baik.
Aktivitas siswa yang mendapatkan persentase
terbesar adalah aktivitas yang ketujuh.Aktivitas
tersebut yaitu mengumpulkan data dengan
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Hal tersebut
terjadi karena siswa secara berkelompok harus
mengumpulkan data untuk mengorganisasi dan
menunjukkan informasi dari data yang telah
dimiliki, yang nantinya akan disimpulkan.
AA-11,
10,
3.71
1.0 A-9, 4.07
2
A-8, 5.09
Skor Rata-Rata
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, dapat dinyatakan bahwa
semua
kegiatan
guru
dalam
mengelola
pembelajaran sesuai dengan RPP selama tiga kali
pertemuan. Hal tersebut dikarenakan skor rata-rata
lebih dari 3,00. Dengan demikian, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran termasuk dalam
kategori baik atau sangat baik.
4
3.8
3.6
3.4
A-1,
23.98
A-12,
10.17
A-2, 5.09
A-7,
28.94
A-6, 5.09
A-3, 5.09
A-4, 2.69
A-5, 5.09
Aktivitas siswa yang sering dilakukan kedua
adalah aktivitas memperhatikan penjelasan guru
atau teman dengan rata-rata sebesar 23,98%.
Aktivitas selanjutnya yang sering dilakukan oleh
siswa adalah mengerjakan kuis individudengan
presentase sebesar 10,17%. Aktivitas yang samasama mendapat presentase rata-rata 5,09% antara
lain aktivitas mengamati objek yang ditampilkan
guru, membuat list berdasarkan pengamatan,
membuat pengelompokan dari daftar hasil
pengamatan, memberikan label nama pada
kelompok yang telah dibuat, serta membuat
generalisasi dari masing-masing kelompok data.
Aktivitas siswa yang mendapat persentas
terendah
berturut-turut
antara
lain
membandingkan generalisasi antarkelompok data,
memprediksi penyelesaian soal yang disajikan
guru, mengajukan pertanyaan, dan menjelaskan
kesimpulan akhir. Aktivitas ini tidak sering
dilakukan oleh siswa karena kesimpulan akhir
hanya dijelaskan oleh beberapa siswa yang
mengajukan diri ataupun yang ditunjuk oleh guru
secara acak.
Berdasarkan data yang diperoleh, total
presentase rata-rata aktivitas siswa selain skor
perilaku
tidak
relevan
dengan
kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung sebesar
100%.
Berdasarkan
tabel
tersebut
dapat
disimpulkan juga bahwa aktivitas mengumpulkan
data
dengan
mengerjakan
LKS
dan
membandingkan hasil generalisasi antarkelompok
data berada dalam rentang waktu ideal, sedangkan
aktivitas membuat generalisasi dari masing-masing
kelompok data tidak berada pada rentang waktu
Pertemuan
ke-1
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-3
3.2
Berdasarkan nilai kemampuan guru dalam
mengelola
pembelajaran,
terlihat
adanya
peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan
kedua karena pada pertemuan kedua aspek
memotivasi siswa, mengaitkan materi dengan
pengetahuan awal, membimbing kelompok untuk
menggeneralisasikan
konsep,
membimbing
kelompok untuk membandingkan konsep, serta
memberi umpan balik dan mengajukan soal
hipotetik mendapat skor 4. Pada pertemuan ketiga,
skor rata-rata yang diperoleh guru mengalami
penurunan.Hal tersebut dikarenakan ada beberapa
aspek yang mengalami penurunan skor, yaitu
mengorganisasikan
siswa
dalam
kelompok,
mengaitkan materi dengan pengetahuan awal, serta
mengingatkan siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya mendapat skor 3.Adapun rata-rata
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
134
Volume 3 No.5 Tahun 2016
ideal, Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
siswa SMPN 1 Krian aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan data hasil belajar pada aspek
pengetahuan dan keterampilan s, dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata hasil belajar kelas untuk
materi Belahketupat dan Layang-layang setelah
menerapkan model Taba sebesar 82,29. Nilai hasil
belajar terendah yang diperoleh siswa yaitu 72,4
dan nilai hasil belajar tertinggi yang diperoleh siswa
sebesar 95,2. Dengan model Taba yang menurut
Apriyanti (2014) didasarkan pada penalaran
induktif, siswa dapat menemukan sendiri
kesimpulan atau generalisasi dari hasil observasi
yang telah mereka lakukan. Soedjadi (2000)
berpendapat
bahwa
dalam
pembelajaran
Matematika, terutama pada jenjang SD dan SMP,
masih sangat diperlukan penggunaan pola pikir
induktif. Dengan demikian, siswa akan lebih
mudah menguasai konsep yang dipelajari sehingga
memudahkan mereka dalam mengerjakan soal-soal.
Persentase ketuntasan hasil belajar penguasaan
materi di kelas VII-I SMPN 1 Krian Sidoarjo secara
klasikal sebesar 81,25%. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kelas VII-I menguasai atau tuntas
belajar mengenai materi Belahketupat dan Layanglayang karena persentase ketuntasan hasil belajar
kelas lebih dari 80%.
Dalam pembelajaran matematika menggunakan
model Tabapada materi Belahketupat dan Layanglayang, siswa memberikan respon positif terhadap
pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dapat
diketahui juga bahwa siswa memberikan respon
yang positif terhadap LKS dan Tes Hasil Belajar
yang diberikan oleh guru. Sebesar 83,59% siswa
menyatakan setuju bahwa LKS yang diberikan oleh
guru membantu mereka dalam memahami materi
Belahketupat dan Layang-layang serta 88,28% siswa
tidak setuju dengan pernyataan bahwa LKS yang
diberikan oleh guru membingungkan.
Berdasarkan angket respon siswa yang
diberikan pada pertemuan keempat setelah
pembelajaran menggunakan model Taba pada
materi Belahketupat dan Layang-layang selesai
dilakukan, dapat diketahui bahwa respon peserta
didik terhadap penerapan model Taba pada
pembelajaran matematika materi Belahketupat dan
Layang-layang mendapatkan persentase sebesar
sebesar 83,44%. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa
siswa mempunyai respon positif terhadap
penerapan model Taba pada pembelajaran
matematika materi Belahketupat dan Layanglayang.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran menggunakan model Taba
termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor
rata-rata sebesar 3,69, aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran termasuk dalam kategori
kurang aktif dengan persentase rata-rata aktivitas
siswa selain berperilaku tidak relevan dengan
kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung
sebesar 100% dan kesesuaian aktivitas siswa dengan
waktu ideal berada dalam kategori kurang sesuai,
hasil belajar siswa dilihat dari nilai kuis dan tes
hasil belajar yang menyatakan sebanyak 26 dari 32
siswa telah tuntas dalam materi belahketupat dan
layang-layang
serta memperoleh persentase
ketuntasan secara klasikal sebesar 81,25%, dan
respon siswa terhadap pembelajaran termasuk
kategori positif dengan rata-rata presentase respon
sebesar 83,44%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan
mengenai
penerapan
model
Taba
pada
pembelajaran Matematika materi Belahketupat dan
Layang-layang, maka peneliti dapat memberikan
saran bagi guru yang ingin mengajarkan materi
bangun belahketupat dan layang-layang untuk
menggunakan model Taba sebagai alternatif dalam
pembelajaran. Saran juga peneliti berikan bagi
peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis,
sebaiknya memperhatikan pelaksanaan tahapan
model Taba pada perangkat pembelajaran serta
menelaah kembali materi yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, Yuni. 2012. Desain Didaktis Konsep LayangLayang dan Belah Ketupat Untuk Siswa SMP.
Thesis
tidak
diterbitkan.
Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Chasanah, Ulifatul. 2014. Diagnosis Kesulitan Siswa
Kelas VII Pada Materi Segiempat Melalui
Pembelajaran Remedial Dengan Tutor Sebaya di
MTsN 2 Tulungagung. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Eggen, P. D., Kauchak, D. P., & Harder, R. J. 1979.
Strategies for Teachers: Information Processing
Models in the Classroom. Englewood Cliffs,
New Jersey: Pretince/Hall International, Inc.
Fitri, Rahma. 2014. “Penerapan Strategi The Firing
Line pada Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh”. Jurnal
Pendidikan Matematika. (online) Part 2. Vol. 3
(1):
18-22.
PENUTUP
Simpulan
135
Volume 3 No.5 Tahun 2016
(ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pm
at/article/download/.../906 diakses pada 25
Februari 2016)
Apriyanti, Iis dan Gurning, Busmin. 2014. Improving
Students
Achievement
in
Reading
Comprehension by Applying The Taba Model.
Vol.3
No.1
(http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.ph
p/ellu/article/view/1396/1154
diakses
pada 22 November 2015)
Lestari, Dewi. 2014. “Penerapan Teori Bruner Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN
02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju
Utara”. Jurnal Kreatif Tadulako. (Online) Vol.
3
(2):
hal.129-141
(jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO
/article/viewFile/2874/1962 diakses pada
3 April 2016)
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia.
Jakarta:
DirektoratJenderal
Pndidikan Tinggi.
Wahyudi, Endah Bekti. 2011. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams–
Achievement
Divisions
(STAD)
untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika
pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan
Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X Teknik
Komputer Jaringan (TKJ) di SMK 45 Wonosari.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar
Matematika SMP dan Alternatif Proses
Remidinya.
Yogyakarta:
Pusat
Pengembangan
dan
Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika.
136
Download