prinsip dasar komunikasi yg efektif

advertisement
MODUL 9
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
S. Djuarsa Sendjaja, Ph. D.
Pendahuluan
S
ebagaimana telah di uraikan dalam modul 1 , komunikasi adalah suatu
kegiatan yang di lakukan secara sadar , di sengaja serta mempunyai
tujuan. Tujuan yang di maksud di sini , tentunya tujuan yang sesuai
dengan harapan atau keinginan dari pihak pelaku komunikasi.
Berhasil tidaknya pihak sumber dalam pengaruhi pihak
penerima / khalayak , tidak semata–mata di tentukan oleh faktor sumbernya itu
sendiri. Faktor–faktor komunikasi lainnya , yakni pesan saluran dan kondisi
pihak penerima / khalayak juga ikut berperan. Dengan katalain keefektifan
upaya komunikasi merupakan hasil totalitas dari kemampuan sumber , bentuk
dan teknis penyajian pesan , kapasitas saluran komunikasi yang dipergunakan ,
serta kondisi khalayak / pihak penerima .
Materi yang akan di sajikan dalam modul 9 ini secara
khusus akan membahas mengenai empat faktor tersebut. Setiap faktor akan
menjadi suatu topik kegiatan belajar . pelajari dengan cermat setiap topik
kegiatan belajar , serta kerjakan semua pertanyaan dalam latihan dan tes
formatif . apabila ada kesulitan dalam memahami materi kegiatan belajar , atau
merasa ragu-ragu , diskusikan dengan teman atau tutor anda.
Secara umum tujuan dari modul ini adalah untuk
memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan
keberhasilan komunikasi . Setelah mempelajari modul ini, anda di harapkan
dapat memahami tentang:
1.
2.
3.
4.
Karakteristik sumber
Bentuk dan teknik penyajian pesan
Karakteristik saluran komunikasi
Karakteristik khalayak
Kegiatan Belajar 1
Karakteristik Sumber
U
ngkapan ungkapan dalam percakapan sehari-hari the singer not the
song (penyanyi bukan lagunya) dan the man behind the gun (orang
yang memegang senjata), menunjukan arti pentingnya pelaku
(sumber) dalam suatu kegiatan . dalam hal ini sedikitnya terdapat
tiga karakteristik dari sumber yang perlu di perhatikan , yakni: credibility
(kredibilitas ), attractiveness (daya tarik) dan power (kekuasaan / kekuatan).
A. kreadibilitas sumber
creadibility atau kreadibilitas menunjuk pada suatu
kondisi dimana si sumber di nilai punya pengetahuan , keahlian , atau
pengalaman , yang relevan dengan topik pesan yang di sampaikan sehingga
pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan
yang di sampaikannya itu bersifat objektif.
Lazimnya faktor kreadibilitas sumber ini di lihat
dalam
dua
dimensi
:
expertise
(keahlian/kecakapan)
dan
trustworthiness
(kepercayaan ). Dengan demikian , seorang
komunikator akan berhasil dalam upaya persuasi
yang di lakukannya apa bila ia : a. Di pandang
punya pengetahuan dan keahlian , b. Dinilai jujur
, punya integritas serta di percayai oleh pihak
komunikan (khalayak). Proses pembentukan
pengetahuan , pendapat , siakap, dan tingkah laku yang ter jadi dalam diri
penerima di sebut sebagai “internalisasi”.
Secara teoretis hasil atau akibat penyampaian pesan
terhadap pihak penerima ini akan lebih cepat terjadi apabila si sumbernya
memiliki “kredibilitas tinggi” (high credibility). Namun demikian, tidaklah
berarti bahwa hasil upaya persuasi yang di lakukan oleh sumber yang memilaiki
“kredibilitas rendah” akan nihil. Lazimnya, upaya persuasi yang di lakukan
sumber yang kredibilitasnya rendah baru akan tampak setelah kurun waktu
tertentu. Hasil yang demikian disebut sebagai sleeper effect. Hal ini di
karenakan bahwa pihak penerima kemudian akan memusatkan perhatiannya
pada faktor-faktor pesannya dan mengabaikan siapa sumbernya .
Kredibilitas yang dimiliki seseorang menurut Roger
(1983), lebih lanjut dpat dibagi dalam dua jenis : competence credibility dan
safety credibility . Competence creadibility adalah kredibilitas yang
berkaitan dengan status / kedudukan formal, sedangkan safety credibility
menunjuk pada kredibilitas yang tidak berkaitan dengan status / kedudukan
formal. Dengan demikian sesorang dikatakan memiliki competence
credibility dalam suatu hal / bidang apa bila ia memang mempunyai status /
kedudukan formal dalam hal/ bidang tersebut.
Sebagai contoh: Di desa A , ada dua orang tokoh yang
selalu di jadikan sumber tempat bertanya yang dapat di percaya mengenai
seluk beluk persoalan program KB oleh ibu-ibu di desa A tersebut. Tokoh
pertama adalah ibu Hermini, seorang petugas Lapangan Program Keluarga
Berencana (PLKB). Toko ke dua adalah ibu sulastri , istri seorang guru SD.
Kredibilitas yang dimiliki oleh ibu Hermini adalah termasuk jenis
competence credibility karena ia memang mempunyai peran dan kedudukan
formal sebagai petugas lapangan program KB . sedangkan kedibilitas yang
di miliki oleh ibu sulastri tergolong jenis safety credibility . karena ,keahlian
yang dimiliki nya tidak ada kaitannya dengan kedudukan dan pekerjaan
formal di bidang program KB.
Secara teoritis , upaya persuasi akan lebih efektif
apabila di lancarkan tidak hanya oleh orang-orang yang mempunyai
competence credibility, tetapi juga melalui orang-orang yang memiliki safty
credibility. Karena , orang-orang yang lazimnya di pandang lebih jujur ,
terbuka dan dekat dengan masyarakat sekitarnya .
B. DAYA TARIK SUMBER (SOURCE ATTRACTIVENESS)
Daya tarik sumber merupakan karakteristik berikutnya
yang ikut menentukan keberhasilan upaya persuasi . apa bila sumber di nilai
“menarik” oleh penerima makaupaya persuasi akan lebih cepat berhasil
karena adanya proses identifikasi dalam diri pihak penerima . Banyak contoh
dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukan bahwa penerimaan suatu ide
atau produk baru sering kali merupakan hasil identifikasi penerima terhadap
sumber. Misalnya : senang menggunakan celana “levis” karena
mengidentifikasikan dirinya sebagai orang “modern”, “elite”, “kota” atau
“orang amerika” .
Namun demikian ,perlu di pertimbangkan bahwa proses
identifikasi seringkli hanya bersifat temporer . Dalam arti , bahwa selama si
sumber di nilai masih menarik , masih pantas untuk di tiru , atau si
sumbernya tidak berubah. Misalnya produk yang sama, tetapi di peragakan
oleh tokoh atau model yang berbeda.
c. kekuatan / kekuasaan sumber
Karakteristik sumber lainnya yang penting dalam
upaya persuasi adalah power atau kekuatan /kekuasaan. Kekuatan
atau kekuasaan sumber terhadap pihak penerima , secara umum
dapat terjadi melalui empat cara . pertama , kharisma. Kharisma
adalah faktor bawaan yang melekat
pada diri seseorang. Seseorang yang
tergolong kharismatik, lazimnya
mempunyai
kekuatan
untuk
mempengaruhi
orang
lain.
Almarhum Presiden Soekarno ,
adalah salah satu contoh seorang
tokoh yang kharismatik. Kedua ,
wibawa
otoritas.
Faktor
ini
berkaitan dengan kedudukan atau otoritas formal. Seseorang yang
memiliki kededekan formal sebagai pemimpin suatu kelompok
atau orgnisasi akan punya kekuatan untuk mempengaruhi orangorang yang menjadi bawahanny . Ketiga , kompetensi atau
keahlian. Kompetensi adalah sesuatu
yang dapat diperoleh seseorang melalui
proses belajar. Kompetensi dapat
dimiliki oleh setiap orang karena bukan
merupakan sesuatu yang sifatnya
bawaan atau pemberian. Seseorang akan
punya kekuatan pengaruh dalam suatu
bidang tertentu apabila ia memang di pandang punya keahlian di
bidang tersebut. Keempat , compliance atau pemenuhan. Sumber di
nilai punya kekuatan atau kekuasan apa bila ia mampu mem
berikan imbalan dan hukuman kepada penerimanya. Ini berarti
bahwa seseorang / sekelompok orang , menerima suatu ide atau
anjuran di karenakan adanya harapan untuk memperoleh imbalan
dan untuk menghindari hukuman / sanksi. Proses penerimaan yang
demikian disebut sebagai compliance.
Kegiatan belajar 2
Bentuk dan teknik penyajian pesan
B
entuk dan teknik penyajian pesan juga merupakan faktor yang
ikut menentukan berhasil atau tidaknya upaya persuasiyang di
lancarkan seseorang., sekelompok orang atau suatu organisasi.
Secara umum ada 2 faktor yang perlu di perhatikan dalam upaya
merancang suatu pesan yang efektif : struktur dan daya tarik (appeals).
Berikut adalah uraian mengenai kedua
faktor tersebut.
A.
Struktur
pesan
Struktur pesan
menunjuk
pada
pengorganisasian
elemen- elemen pokok dari pesan.
Dalam hal ini sedikitnya ada tiga hal yan
perlu di perhatikan dalam pengaturan
struktur pesan , yakni : message
sidedness (isi pesan), order of
pretentation (urutan penyajian) , dan
conclusion
drawing
(penarikan
kesimpulan).
1. Message Sidedness (isi pesan)
Penyusunan pesan dapat di susun secara “satu sisi” (one
sided) atau dua sisis(two sided). Penyusun pesan yang satu sisi
memberikan penekanan hanya pada posisi kepentingan pihak pengirim
pesan. Biasanya yang di tonjolkan hanya hal-hal yang menyangkut
kekuatan / kelebihan atau aspek positif dari suatu ide atau produk , yang
akan di kmunikasikan. Sememntara pada penyusun pesan yang bersifat
dua sisi (two sided), di segi kekuatan dn aspek positif , hal-hal yang
merupakan kekurangan/ kelemahan atau aspek- aspek negatif dari suatu
ide atau produk yang akan di komunikasi kan juga di tampilkan.
Sebagai contoh , uraian tentang alat kontrasepsi KB
(misalnya IUD) yang di muat dalam sebuah leaflet atau brosur , disebut
bersifat”satu sisi” , apabila isinya hanya menjelaskan tentang manfaat dan
kelebihandari alat kontrasepsi tersebut. Tetapi , apabila dalam laflet
tersebut juga di jelaskn tentang kekurangan atau hal-hal yang bersifat
negatif dari penggunaana alat kontrasepsi (misaalnya penjelasan tentang
kemungkinan adanya efeksamping atau keluhan yang akan di alami oleh
pemkai alat kontrasepsi )
Maka isis pesan tentangkontrasepsi yang di smpaikan bersifat “dua sisi”.
Ada tiga kondisi yang perlu di pertimbangakan dalam
menentukan apakah suatu pesan yang akan di sampaikan kepada
khalayak sasaran disusun secara satu sisi atau dua sisi. Tiga kondisi
tersebut adalah: 1. Tingkat pendidikan khalayak , 2. Pendapt khalayak
tentang isu atau hal yang akan di jadikan pokok pesan , 3. Kemungkinan
pengenaan khalayak atas counterargumen (argumen yang menentang ).
Hasil-hasil studi, antara lain mengungkapkan bahwa
tknik penyusunan pesan yang satu sisi (one sided) cukup tepat bagi
khalayak sasaran yang : 1. Tingkat pendidikan relatif rendah , 2. Tidak
punya cukup pandangan atau penilaian yang bertentangan atau negatif
atas ide atau produk yang di komunikasikan , serta, 3. Tidak terkena
counterargumen (argumen yang menentang). Sedangkan struktur
penyampaian pesan yang bersifat “dua sisi” di pandang efektif bagi: 1.
Khalayak yang mempunyai tingkat pendidikan relatif tinggi , 2. Khalayak
yang telah punya pengetahuan dan pengalaman tentang hal yang di
komunikasikan, serta, 3. Terdapat pro dan kontra tentang hal yang di
komunikasikan.
2. Order of presentation
Ada dua macam penyajian pesan menurut urutannya :
climax versus anticlimax order , dan referenci and primary model.
Climax versus anticlimax order berkaitan dengan teknik
penyajian pesan yanag bersifat satu sisi (one sided). Model climax order
menunjuk pada cara penyusunan pesan di mana argumen
terpenting/terkuat dari isi pesan di tempatkan pada bagian akhir. Kalau
argumen terpenting di tempatkan pada bagian awal , disebut anticlimax
order, sementara kalau di tempatkan di tengah-tengah , disebut pyramidal
order. Penggunaan ketiga macam order tersebut tentu saja tergantung dari
kondisi khalayak sasaran. Beberapa studi menunjukan bahwa model
climax order tepat bagi klompok khalayak yang punya tingkat perhatian
atau kepentingan yang “tinggi” atas ide atau produk yang di
komunikasikan. Bagi klompok khalayak yang di duga tingkat perhatian/
kepentingannya “rendah” terhadap ide atau produk yang di
komunikasikan, model antiklimax order lebih efektif. Sedangkan untuk
model pyramidal order di pandang kurang efektif baik bagi klompok yang
tingkat perhatian/ kepentingannya “tinggi” atau “rendah”.
Recency dan primacy model berkaitan dengan penyajian
pesan yang bersifat dua sisi (two sided). Primacy model menunjuk pada
teknik penyajian atau penyusunan pesan dimana aspek-aspek positif/
kekuatan dari ide atau produk di tempatkan pada bagian awal. Kalau
aspek-aspek positif/ kekuatan dari ide atau produk tersebut di tempatkn di
bagian akhir disebut recency model. Secara umum kedua model ini
memiliki kekuatan/kelebihan yang sama. Namun beberapa studi
menunjukan bahwa model primancy order lebih tept di terapkan bagi isuisu/topik-topik yang “kontroversial” dan/atau “populer”, atau bagi
kelompok-kelompok khalayak sasaran yang punya kepentingan/ perhatian
tinggi. Sementara bagi topik-topik/ isu-isu yang tidak begitu populer
dan/atau tidak “kontroversial” serta bagi klompok-klompok khalayak
yang sasaran yang di duga tidak punya kepentingan/perhatian, model
recency order di pandang lebih efektif.
3. Drawing a conclusion (penarikan kesimpulan)
Penarikan kesimpulan atas isi penjelasan tentang suatu
ide atau produk yang di komunikasikan dapat dilakukan secara langsung
dan jelas (eksplisit) dan dapat juga di lakukan secara tidak langsung
(implisit), dalam arti bahwa penarikan kesimpulan di serahkan kepada
pihak khalayak sendiri. Beberpa hasil studi mengungkapkan bahwa
penarikan kesimpulan secara eksplit cocok bagi klompok khalayak
sasaran yang ber pendidikan/ berpengetahuan relatif “rendah” di atas isi
pesan yang di sampaikan. Sedangkan bagi klompok khalayak yang di
duga punya pengetahuan luas tentang isi pesan yang di komunikasikan,
penarikan kesimpulan yang imlisit di pandang lebih efektif.
b.Message appeals (daya tarik pesan )
Ada beberpa teknik penampilan yang dapat di gunakan
dalam penyusunan suatu pesan mengenai ide atau produk. Teknik-teknik
tersebut, antara lain : fear (thread) appeals, emotional appeals, rational
appeals dan humor.
Fear (thread) appeals, adalah suatu penampilan pesan
yang menonjolkan unsur-unsur “ancaman”, “bahaya”, atau hal-hal yang
dapat menimbulkan rasa takut. Misalnya: kita akan merancang pesan
tentang program KB yang mengikuti pendekatan ini. Maka yang kita
tonjolkan,antra lain adalah gambaran mengenai padatnya penduduk ,
susahnya mencari pekerjaan, kesulitan dalam ekonomi rumah tangga
banyaknya ibu-ibu yang meninggal sehabis melahirkan.
Emotional appeals memberikan penekanan pada halhal yang bersifat emosional. Penyajian pesan yang diarahkan pada upaya
memberikan gmbaran tentang keindahan, kesedihan, kasih sayang, cinta,
seksual, dan ahal-hal lain yang menyangkut perasaan , termasuk
penyajian pesan yang mengikuti model emitional appeals. Rational
appeals mengutamakan hal-hal yang “logis rasional” dan faktual.yang di
tonjolkan disini adalah gambaran peristiwa sebenarnya, fakta atau
argumentasi logis. Misalnya: apabila kita merancangpesan mengenai
program KB maka yang akan kita tonjolkan adalah penjelasan atau
argumentasi bahwa dengan sedikit anak maka sedikit pula biaya
pengeluaran rumah tangga., atau gmbaran yang menunjukan bahwa dari
sekian ribu ibu-ibu PUS (pasangan usia subur ) di kabupaten X, sekitar
60% di antaranya sudah ber-KB. Sementara humor appeals menunjuk
pada suatu teknik penyajian pesan yang disusun secara “humoris”. Sifat
humor dapat di sajikan dalam bentuk kata-kata, kalimat, gambar-gambar
(misalnya menampilkan gambar karikatur , gambar foto pelawak
terkenal) atau bentuk simbol-simbol lainnya yang menimbulkan suasana
lucu.
Fear appeals di pandang tepat bagi kelompok khalayak
sasaran yang tidak punya pengetahuan cukup mengenai pesan yang di
komunikasikan. Fear appeals ini akan lebih efektif apabila pesan yang di
sampaikan juga berisikan intruksi atau penjelasan mengenai cara-cara
menghindari suatu ancaman atau bahaya.
Emotional appeals lazimnya lebih tepat di tujukan bagi
klompok-klompok khalayak sasaran yang pendidikannya “relatif” tinggi
atau punya pengetahuan luas tentang pesan yang di komunikasikan,
rational approach lebih efektif.
Humor appeals di pandang cukup efektif dalam menarik perhatian dan
ingatan (recall) khalayak atas pesan yang di komunikasikan. Namun ,
dampak persuasinya terhadap khalayak secara teoritis di pandang
“rendah”.
Kegiatan Belajar 3
Karakteristik Saluran
Komunikasi
a.karakteristik saluran komunikasi
S
ecara umum ada 2 saluran komunikasi yang dapat dipergunakan
dalam upaya penyebarluasan pesan, yaitu:
 Saluran komunikasi personal (personal channels)
 Saluran komunikasi nonpersonal (non personal channels)
Atau lazim disebut sebagai saluran komunikasi melalui media massa. Kedua
jenis saluran tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Saluran komunikasi personal, baik yang bersifat langsung perorangan
(individual) ataupun melalui kelompok, lebih persuasive dibandingkan dengan
saluran media massa. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor.
a. Pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat
dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi
dan manusiawi.
b. Kedua, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat
dilakukan secara lebih rinci dan lebih fleksibel disesuaikan dengan
kondisi nyata khalayak.
c. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam proses komunikasi cukup “tinggi”
d. Keempat, pihak komunikator/sumber dapat langsung mengetahui reaksi,
umpan balik dan tanggapan dari pihak khalayak atau isi pesan yang
disampaikannya.
e. Kelima, pihak komunikator/sumber dapat segera memberikan penjelasan
apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak
khalayak atas pesan yang disampaikannya.
Dalam hal dampaknya, upaya penyampaian pesan melalui saluran
komunikasi personal ini juga dipandang efektif. Dampak atau hasil komunikasi
yang terjadi pada pihak penerima tidak hanya meyangkit aspek kognitif dan
efektif, tetapi juga sampai ke aspek konatif. Dengan kata lain, melalui saluran
komunikasi personal pihak sumber dapat mempengaruhi pihak penerima dalam
hal pengetahuan, sikap dan juga perilakunya. Namun demikian, penggunaan
saluran ini juga
mempunyai
kekurangan, yakni:
daya jangkau dan
kecepatan
penyampaian
pesannya terbatas.
Sementara itu,
saluran
media
massa
punya
kemampuan daya
jangkauan khalayak
yang luas (bahkan
mungkin
tidak
terbatas),
serta
kemampuan penyampaian pesannya yang cepat. Sebagai contoh : Liputan TVRI
mengenai suatu peristiwa yang terjadi di Jakarta (misalnya kegiatan KTT Non
Blok), langsung pada saat yang sama dapat disiarkan tidak hanya ke seluruh
Indonesia, tetapi juga ke seluruh penjuru dunia melalui satelit komunikasi.
Pengertian media massa yang dimaksudkan di sini tidak hanya terbatas pada
surat kabar, majalah, televisi, radio dan film, tetapi juga mencakup berbagai
media lainnya seperti billboards, leaflets, booklets, dan lain-lain. Namun, lima
faktor kelebihan yang melekat pada saluran komunikasi personal sebagaimana
diuraikan diatas, tidak dimiliki oleh saluran media massa. Dampak
penyampaian pesan melalui media massa, umumnya hanya menyangkut aspek
kognitif. Oleh karena itu, penggunaan saluran media massa lazimnya hanya
dititikberatkan pada upaya pembentukan kesadaran, pengetahuan, dan ingatan
khalayak atau sesuatu pesan. Tabel berikut akan memberikan gambaran
perbedaan antara saluran komunikasi antar pribadi dan saluran media massa.
Disamping saluran komunikasi personal dan media massa, pada mesyarakat
kita juga dikenal adanya media lainnya yang lazim disebut sebagai “media
tradisional”.
Media tradisional ini mencakup berbagai
bentuk kesenian, seperti wayang golek,
ludruk, ketoprak, lenong Betawi; forumforum komunikasi seperti “rembug desa”,
“banjar”, “slapanan”, dan berbagai bentuk
budaya lainnya. Media tradisional ini juga
cukup efektif untuk dipergunakan sebagai
saluran komunikasi persuasi atau promosi
suatu ide atau produk. Karena selain populer dan dekat dengan masyarakat
pendukungnya, penyampaian pesan melalui media tradisional dapat dilakukan
sesuai dengan kerangka nilai budaya setempat. Hanya saja penyisipan pesannya
harus disesuaikan dengan karateristik komunikasi dari masing-masing medium
tradisional.
Oleh karena itulah, untuk mendapatkan hasil komunikasi yang lebih optimal,
akan lebih baik apabila dipergunakan pembauran atau kombinasi penggunaan
antara saluran komunikasi antarpribadi, media massa dan juga media
tradisional. Karena masing-masing saluran memiliki keunggulan dan
kelemahannya masing-masing.
b.pemilihan media
Pemilihan satu atau beberapa media komunikasi, seyogianya dilakukan
sedikitnya atas dua pertimbangan.
1. Pertama, pertimbangan mengenai karakteristik media
2. Kedua, pertimbangan yang menyangkut kreatif (isi dan teknis penyajian
pesan).
Berikut adalah uraian mengenai kedua hal tersebut.
c.karakteristik media
Tiap medium memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda satu sama
lainnya. Tiap medium juga secara khusus mempunyai kekuatan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, penentuan penggunaan suatu medium perlu
disesuiakan dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing medium.
Dalam hal ini hal-hal yang dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut.
1.
Kebutuhan Luasnya Jangkauan dan Kecepatan Penetrasi
Apabila pesan yang akan disampaikan ditujukan kepada masyarakat
secara luas, maka media seperti radio dan TV cukup tepat. Karena, selain
kemampuan jangkauannya yang luas juga kecepatan penetrasinya tinggi.
2. Kebutuhan Pemeliharaan Memori
Apabila penyampaian pesan lebih
ditujukan pada upaya agar pesan-pesan
yang disampaikannya tetap diingat oleh
khalayak dalam kurun waktu yang relative
lama maka media seperti media luar ruang
(billboard, dan lain-lain) dan majalah lebih
cocok. Kedua media tersebut memiliki life
span yang relative panjang. Majalah
lazimnya disimpan dirumah sampai
berbulan-bulan, sedangkan surat kabar disimpan untuk beberapa hari.
Billboard dapat dipasang sampai bertahun-tahun.
3. Kebutuhan Jangkauan Khalayak yang Selektif
Apabila pesan-pesan yang disampaikan dimaksudkan
berkelompok-kelompok
masyarakat
segmen
tertentu/khusus maka media seperti surat kabar dan
majalah mungkin lebih tepat. Surat kabar dan majalah yang
dipilih tentunya harus disesuaikan dengan segmen
khalayak yang dituju. Misalnya, majalah wanita tepat
untuk mengiklankan produk-produk kosmetik.
untuk
4. Kebutuhan Jangkauan Khalayak Lokal
Apabila khalayak sasaran yan ingin dijangkau bersifat local (misalnya
terbatas pada kabupaten atau wilayah tertentu) maka penggunaan media,
seperti stasiun siaran radio local, bioskop, dan media luar ruang lebih tepat.
5. Kebutuhan Frekuensi Tinggi
Apabila pesan-pesan yang disampaikan membutuhkan frekuensi
penyampaian yang tinggi maka penggunaan media,seperti radio dan media
luar ruang akan lebih cocok.
d. karakteristik kreatif
Karakteristik kreatif, yakni berkaitan dengan isi, bentuk dan teknis
penyajian pesan, juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih media yang cocok. Dalam prakteknya, pemilihan suatu medium justru
sering kali didasarkan atas karakteristik kreatif. Berikut adalah beberapa
karakteristik kreatif yang perlu diperhatikan.
1.
Kebutuhan Gerak
Apabila pesan yang disampaikan menuntut unsur gerak sebagai faktor
yang utama maka media audio-visual, seperti TV dan film merupakan media
yang tepat. Contoh : gambaran tentang balap mobil, iklan kendaraan bermotor,
dan lain-lain.
2. Kebutuhan Warna
Apabila warna merupakan fakor
yang ingin ditonjolkan dari suatu
pesan maka TV, film juga majalah
cocok untuk dipergunakan. Melalui
media tersebut dapat ditampilkan
gambaran tentang keindahan alam,
iklan film foto berwarna, kosmetika,
cat yang semuanya itu menonjolkan
unsur warna.
3. Kebutuhan Suasana
Apabila pesan yang disampaikan memberikan adanya penekanan pada
faktor suasana, misalnya gambaran tentang semakin padatnya penduduk,
kemacetan lalu lintas maka media audio seperti radio dan media audio-visual,
seperti TV dan film lebih cepat.
4. Kebutuhan Demonstrasi
Apabila pesan yang disampaikannya menuntut adanya demonstrasi yang
menggambarkan tata cara, proses atau hasil maka media audio-visual, seperti
TV dan film lebih cepat. Contoh : penjelasan tentang cara memasak suatu
jenis masakan, pelajaran menggambar, kegiatan koperasi.
5. Kebutuhan Deskripsi
Apabila pesan yang disampaikan
memerlukan suatu uraian yang cukup
eksplisit, komprehensif, sistematis dan
rinci maka media cetak, seperti surat
kabar, majalah, brosur, dan leaflet lebih
cocok. Karena media cetak memiliki
kemampuan editorial yang lebih baik
dibandingkan dengan media elektronika. Contoh : penjelasan tentang
kntrasepsi KB, profil perusahaan dan produk-produk yang dihasilkannya.
Kegiatan Belajar 4
Karakteristik Khalayak
K
hlayak (audience) juga merupakam factor penentu keberhasilan
komunikasi. Karena, bagi komunikator tentunya patokan
keberhasilan upaya komunikasi yang ia lakukan itu adalah apabila
pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran/medium yang dapat
diterima/sampai ke khalayak sasaram, dipahami, dan mendapatkan tanggapan
positif, dalam arti sesuai dengan harapan si komunikator. Untk mendapatkan
hasil yang demikian, jelas tidak mudah. Khalayak bukanlah sekumpulan dari
individu-individu yang bersikap dan bertindak “pasif”. Khalayak bukanlah
merupakan “atom-atom sosial” yang membentuk masyarakat. Mereka aktif dan
juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaanperbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman, tanggapan
serta tindakan yang timbul.
Karena itulah, dalam merancang suatu kegiatan komunikasi apakah melalui
saluran komunikasi personal atau melalui media massa, kita seyogianya
berorientasi ke khalayak sasaran (audience oriented). Dalam hal ini Schramn
(1974) menyatakn secara tegas bahwa seorang perancang komunikasi yang baik
tidak akan memulai upayanya dari “apa yang yarus dikatakan”, “saluran apa
yang akan dipergunakan”, atau “bagaimana cara mengatakannya”; melainkan
terlebih dahulu mempertanyakan “siapa yang akan menjadi sasaran
penyampaian pesan”. Dalam proses komunikasi massa (komunikasi melalui
media massa) implikasi pernyataan Schrman tersebut adalah : bahwa sebelum
komunikator
mempengaruhi
khalayak
melalui
pesan-pesan
yang
disebarluaskannya, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator.
Komunikator akan berusaha mengumpulkan data dan informasi mengenai
karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas
dasar hal-hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan “apa” yang akan
disampaikan, dan “bagaimana” cara menyampaikannya.
a. pengertian khalayak
Konsep “khalayak” (audience) dalam konteks peristiwa komunikasi telah
dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Pada masa itu pengertiam khalayak
menunjuk pada sekumoulan orang yang menonon suatu pertunjukkan (misalnya
drama, pertandingan). Dengan demikian pengertian khalayk di sini adalah
sekumpulan orang yang terorganisir dalam tempat dan waktu tetrentu, di mana
masing-maisng secara
sukarela dating ke
suatu tempat karena
memiliki perhatian
yang sama, serta tujuan
yang kurang lebih
sama pula yakni ingin
memperoleh
hiburan.
Sejalan
dengan
perkembangan
zaman, konsep khalayak
tersebut di atas
sudah
tidak
lagi
memadai
untuk
menggambarkan kondisi
nyata
dari
khalayak. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya sehubungan
dengan perubahan dan perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah
konsepsi khalayak dari rumusan awalnya.
Kehadiran teknologi mesin cetak telah melahirkan khalayak pembaca yang
tidak lagi terbatas pada dimensi waktu dan ruang. Tumbuhnya komersialisasi
dalam komunikasi massa (komunikasi melalui media massa) telah memperluas
skala operasi media massa dari institusi sosial menjadi institusi ekonomi dan
industri informasi. Dalam konteks ini, khalayak dipandang sebagai “pasar”
dimana derajat kompetisi antarmedia dalam merebut khalayak pasarannya
semakin ketat dan meningkat. Dengan semakin majunya teknologi komuniaksi
satelit, jangkauan geografis media elektronika terhadap khalayak semakin luas,
tidak lagi hanya bersifat lokal, provinsiona atau nasional, tetapi juga regional
dan global.
Dengan demikian pada masa sekarang ini, konsepsi khalayak menunjuk pada
sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan
komunikasi yang dilakukan jumlahnya besar (bahkan mungkin tidak terbatas),
tersebar secara luas, banyak di antaranya yang saling mengenal satu dengan
lainnya, dan juga heterogen (beragam) dalam hal ciri-ciri sosio-ekonomi dan
demografisnya. Disamping ciri-ciri umum khalayak tersebut, masih banyak
faktor-faktor lainnya yang penting dikenali oleh komunijator mengenai warga
khalayak sasarannya. Beberapa di antaranya akan dibahas dalam bagian berikut.
b.
karakteristik
khalayak
1.
Khalayak
sebagai
Penggarap Informasi
Pada
dasarnya
proses
pengolahan informasi yang terjadi
pada pihak penerima (khalayak)
bersifat “selektif”. Pihak penerima
pesan pada saat berhadapan dengan
“bentuk informasi” tertentu akan melakukan decoding (pemecahan atau
penginterpretasikan kode). Alhasil tidak seluruh isi informasi akan dapat diserap
oleh si penerima secara utuh. Satu atau beberapa bagian dari isi pesan tersebut
mungkin tidak akan dicerna dan diolah karena tidak masuk dalam kerangka
pengetahuan, pengalaman hidupnya, atau karena tidak dipandang sesuai dengan
keperluan, minat dan orientasinya.
Beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat pendiidkan seseorang secara
signifikan ikut mempengaruhi derajat pengolahan informasi yang sampai
kepada dirinya. Orang yang latar belakang pendidikannya relatif “tinggi” di
samping mempunyai rasa keingintahuan tentang sesuatu yang lebih tinggi, juga
cenderung lebih kritis, selektif, dan banyak pertimbangan dibandingkan dengan
orang yang berlatar belakang pendidikan relatif “rendah”. Alhasil
mempengaruhi pendapat dan sikap orang yang berpendidikan tinggi lebih sulit
dibandingkan dengan terhadap orang yang berpendidikan rendah. Di samping
itu, dalam pencarian informasi orang yang berpendidikan tinggi mempunyai
kecenderungan lebih menyukai cara penyampaian yang terperinci yang
disampaikan melalui sarana tertulis/tercetak seperti surat kabar, majalah, buku.
Dibandingkan dengan sarana audio-visual seperti TV, film.
Studi-studi lainnya juga menemukan adanya perbedaan antara kaum wanita
dan pria dalam hal pengolahan informasi. Kaum wanita cenderung melakukan
distorsi informasi dalam tingkat yang lebih kecil dibandingkan dengan kaum
pria.
2. Khalayak sebagai Problem Solver
Khalayak jelas tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang dihadapi
mereka masing-masing. Mereka juga kan selalu berupaya mencari cara-cara
pemecahannya. Tujuan optimal meringankan beban yang ditimbulkan oleh
permaslahan yang ada.
Dari pihak penerima pesan/khalayak salah satu fungsi yang diharapkan dari
penyebaran informasi melalui media massa adalah bahwa informasi tersebut
mampu membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian
informasi atau pesan yang dipandang tidak membantu mereka dalam
memecahka permasalahan atau mugkin menambah kesulitan/permasalahan
baru, jelas tidak akan mendapat perhatian mereka.
Dalam kaitannya dengan sikap khalayak terhadap permasalahan yang
dihadapi, secara umum terdapat tiga jenis kelompok khalayak. :
1) Kelompok Pertama
Mereka yang bersikap terlalu “percaya diri”. Orang yang bersikap
demikian umumya memiliki “ego” yang sangat tinggi, dan sulit
dipengaruhi pendapat serta sikapnya. Orang-orang yang demikian juga
biasanya cenderung menyangsikan kredibilitas dari komunikator/sumber
pengirim pesan.
2) Kelompok Kedua
Bersikap sebaliknya. Kelompok khalayak ini justru tidak mempunyai rasa
percaya diri atau hanya memiliki kepercayaan diri yang rendah. Khalayak
yang demikian juga biasanya sulit untuk diyakini atau dipengaruhi
pendapat dan sikapnya karena mereka bersikap “apatis”. Khalayak ini
juga lazimnya diliputi rasa penuh ketidakpastian, labil/tidak konsisten
dalam arti suka berubah-ubah pendapat dan sikapnya secara tidak
menentu.
3) Kelompok Ketiga
Mereka yang berada diantara kedua tipe ekstrem kelompok tersebut
diatas. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai rasa sangsi
atau kredibilitas komunikator/sumber pengirim pesan, tetapi mereka juga
tidak kehilangan kepercayaan diri. Kelompok khalayak jenis inilah yang
umumnya mudah diajak berkomunikasi karena mempunyai keterbukaan
terhadap sikap dan pendapat orang lain.
3. Khalayak sebagai Mediator
Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak behenti pada khalayak
sasaran langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi bisa
melalui berbagai tahap dan barisan. Proses penyebaran
informasi yang demikian lazim diesbut sebagai muti step
flow of communication model (Schramm, 1973).
Seseorang warga khalayak setelah menerima informasi
dari suatu medium kemungkinan besar akan kembali
meneruskan informasi tersebut ke orang-orang lainnya.
Demikianlah proses ini terus berlanjut.
Sehubungan dengan proses ini, di depan telah dibahas
tentang peranan khalayak sebagai “pengolah informasi”. Dalam proses
pengolahan informasi terjadi proses seleksi yang mencakup perhatian (selective
attention), pesepasi (selective perception), dan daya ingat (selective recall).
Dengan demikian dapat diduga bahwa kualitas dan kuantitas isi informasi
yang disampaikan seorang khalayak (dalam kedudukannya sebagai
komunikator) kepada khalayak lainnya kemungkinan tidak akan utuh lagi. Ini
disebabkan karena adanya proses seleksi yang terjadi dalam proses pengolahan
informasi. Lazimnya keadaan demikian terjadi apabila isi informasi yang
disampaikan menyangkut masalah “nilai” tidak semata faktual.
4. Khalayak yang Mencari Pembela
Pada suatu waktu seseorang dapat mengalami krisis keyakinan, dan diliputi
rasa ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena adanya suatu yang baru yang
mempengaruhi keyakinannya, atau karena factor-faktor lainnya. Dalam keadaan
demikian orang tersenut akan berupaya mencari data dan informasi yang
dipandang bisa mendukung atau membela keyakinannya.
Motivasi mencari informasi yang diharapkan akan dapat menjadi “pembela”
keyakinanya, merupakan salah sati faktor yang mendorog terjadinya seleksi
media. Dengan kata lain, seseorang memilih suatu medium tertentu dengan
alasan bahwa informasi yang diperoleh dari medium tersebut mampu
mendukung atau memperkuat keyakinannya.
5. Khalayak sebagai Anggota Kelompok
Sebagai makhluk social, seorang individu juga teikat oleh nilai-nilai
kelompok yang diikutinya, baik secara formal maunpun informal. Yang
dimaksud dengan kelompok formal di sini antara lain, misalnya ABRI,
KORPRI, Serikat Buruh. Sedang kelompok-kelompok seperti “Kelompok
Pecinta Alam”, “Kelompok Olah Raga Tenis” dan kelompok-kelompok hobi
lainnya
termasuk
kelompok
informal.
Dengan demikian
informasi
yang
seorang
khalayak
medium akan diproses
dimesi.
pesan
diperoleh
melalui
melalui
atau
dua
 Dimensi pertama berkaitan dengan nilai-nilai yang dipegang secara
individual/pribadi
 Dimensi kedua berhubungan dengan kedudukannya sebagai anggota
kelompok.
Dalam prakteknya bisa saja seseorang mengalami krisis nilai akibat adanya
benturan atau pertentangan antara nilai-nilai individual dengan nilai-nilai
seseorang yang diikutinya. Persoalan ini akan lebih kompleks apabila seseorang
terikat menjadi anggota berbagai kelompok sosial berlainan sifat dan tujuannya.
6. Khalayak sebagai Kelompok
Secara sosiologis, masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok orang yang
mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri bisa menyangkut cir demografis, seperti
jenis kelamin, usia, pekerjaan, asal kesukuan, dan bisa juga berdasarkan ciri-ciri
lainnya yang nondemografi, seperti nilai-nilai, ideology,
kesukaan/hobi, yang berlaku secara formal ataupun informal.
orientasi,
Mengingat sifat keragaman yang ada ini, adalah tidak mungkin kita
berkomunikasi dengan cara yang sama yang sekaligus diarahkan kepada semua
orang. Perbedaan dalam jenis kelamin, umur, dan status ekonomi misalnya juga
akan menghasilkan perbedaan dalam orientasi dan minat. Cara berbicara dengan
kalangan orang tua tentunya berbeda dengan cara berbicara dengan kalangan
orang muda. Ini berarti bahwa dalam konteksnya dengan proses penyebaran
informasi melalui media massa, diperlukan adanya “segmentasi” khalayak.
Melalui segmentasi ini khalayak dipandang sebagai suatu kelompok yang relatif
mempunyai ciri-ciri yang tidak perlu beragam. Denagn demikian penyajian
pesan/informasi dengan sendirinya akan disesuaikan dengan kondisi dan
karakteristik dari kelompok khalayak sasaran.
7. Selera Khalayak
Adalah manusiawi sifatnya apabila
tiap orang mempunyai selera yang
berbeda satu sama lainnya. Dalam
kaitannya dengan media massa
tercetak, seperti surat kabar dan
majalah, misalnya selera khalayak ini
bisa menyangkut aspek-aspek jenis isi
informasi (misalnya informasi politik, ekonomi, sosial, budaya), teknik
penyajian (bentuk huruf, layout, penyajian gambar/foto), ataupun
bentuk/formatnya (surat kabar dalam bentuk tabloid, broad-sheet, majalah).
Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu
diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan
dijangkau. Selera khalayak ini juga bisa berubah-ubah. Oleh karene itu, para
pengelola media massa seyogianya secara berkala melakukan penelitian
semacam ini perlu sebagai umpan balik dalam uapaya peningkatan dan
penyempurnaan isi dan teknis penyajian media yang sesuai dengan harapan dan
preferensi khalayknya.
8. Khayalak sebagai Khalayaknya suatu Medium
Boleh jadi sejumlah orang dalam masyarakat telah menjadi khalayak yang
setia dari satu atau beberapa media massa tertentu. Tingkat afinitas terhadap
media massa tersebut sudah sedemikian ketatnya sehingga sulit untuk beralih
atau berpindah ke media massa lainnya.
Sebagai contoh, si A telah menjadi pelanggan tetap harian Kompas dan
majalah Tempo sejak 5 tahun yang lalu. Bagi si A mungkin adalah sulit untuk
berubah menjadi pembaca tetap harian dan majalah lainnya. Bagi dirinya
konsep membaca Koran sama dengan membaca Kompas. Membaca majalah
mingguan berita berarti membaca Tempo.
Download