Program Adopsi IFRS

advertisement
Konsep-konsep yang diterapkan oleh IAI dengan berbasis IFRS
Apa itu IFRS?
Munculnya IFRS tak bisa lepas dari perkembangan global, terutama yang terjadi pada
pasar modal. perkembangan teknologi informasi (TI) di lingkungan pasar yang terjadi
begitu cepat dengan sendirinya berdampak pada banyak aspek di pasar modal, mulai dari
model dan standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan modal,
hingga ketersediaan jaringan informasi ke seluruh dunia.
Dengan kemajuan dan kecanggihan TI pasar modal jutaan atau bahkan miliaran investasi
dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Pergerakan
mereka tak bisa dihalangi teritori negara. Perkembangan yang mengglobal seperti ini
dengan sendirinya menuntut adanya satu standar akuntansi yang dibutuhkan baik oleh
pasar modal atau lembaga yang memiliki masalah internal.
International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial
Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas
tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional
yang kuat dengan pengungkapan yang jelas dan transparan mengenai substansi transaksi
ekonomi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait
transaksi tersebut.
Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan
informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia. Mengadopsi IFRS
berarti mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat suatu
perusahaan dapat dimengerti oleh pasar global. Namun, beralih ke IFRS bukanlah
sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mungkin akan
mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan. Suatu perusahaan akan
memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan
keuangannya. Penerapan standar akuntansi yang sama di seluruh dunia juga akan
mengurangi masalah-masalah terkait daya banding (comparability) dalam pelaporan
keuangan.
Yang paling diuntungkan sudah jelas, investor dan kreditor trans-nasional serta badanbadan internasional. Tidak mengherankan, banyak perusahaan yang telah mengadopsi
IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global.
Konvergensi IFRS
International Financial Reporting Standards (IFRS) memang merupakan kesepakatan
global standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan
internasional di dunia. Popularitas IFRS di tingkat global semakin meningkat dari waktu
ke waktu. Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September 2009, misalnya,
menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi internasional harus
meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk mengurangi kesenjangan aturan di
antara negara-negara anggota G-20.
Sejak 2008, diperkirakan sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar
dalam bursa efek global menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan
laporan keuangannya. Memang, hingga saat ini IFRS belum menjadi one global
accounting standard. Namun standar ini telah digunakan oleh lebih dari 150-an Negara.
Manfaat dan Tujuan adopsi IFRS
Penyesuaian terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan
keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui penyesuaian maka laporan keuangan
perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan
dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik dan
dapat meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu, program
konvergensi juga bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital) dengan
membuka peluang penggalangan dana melalui pasar modal secara global, meningkatkan
investasi global, dan mengurangi beban penysusunan laporan keuangan, meningkatkan
kredibilitas dan kegunaan Laporan Keuangan, meningkatkan komparabilitas pelaporan
keuangan,
dan
menciptakan
efisiensi
penyusunan
laporan
keuangan.
Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK
tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS dan
kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor
menyebut kesesuaian dengan IFRS.
Program Adopsi IFRS
Sejak 2004, profesi akuntan di Indonesia telah melakukan harmonisasi antara
PSAK/Indonesian GAAP dan IFRS. IAI telah mencanangkan dilaksanakannya program
konvergensi IFRS yang akan diberlakukan secara penuh pada 1 Januari 2012. Perubahan
tata cara pelaporan keuangan dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP),
PSAK, atau lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi “kompetensi
wajib-baru” bagi akuntan publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan
akuntan pendidik.
Dengan konvergensi IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan
professional judgment, senantiasa peningkatan kompetensi harus pula dibarengi dengan
peningkatan integritas. Peta arah (roadmap) program konvergensi IFRS yang dilakukan
melalui tiga tahapan. Pertama, tahap adopsi (2008 - 2011) yang meliputi adopsi seluruh
IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak
adopsi terhadap PSAK yang berlaku. Kedua, tahap persiapan akhir (2011) yaitu
penyelesaian infrastruktur yang diperlukan. Ketiga, yaitu tahap implementasi (2012)
yaitu penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS dan evaluasi
dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
PSAK akan di-update secara terus-menerus seiring adanya perubahan pada IFRS. Bukan
hanya mengadopsi IFRS yang sudah terbit, DSAK-IAI juga bertekad untuk berperan aktif
dalam pengembangan standar akuntansi dunia.
Revisi IAI menuju IFRS
Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju
konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi yang dilakukan pada tahun
2007,
dan
membuat
PSAK
baru
tahun
2009
dan
2010,
Revisi tahun 2007
• PSAK 16 tentang Properti Investasi
• PSAK 16 tentang Aset Tetap
• PSAK 30 tentang Sewa
• PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan
• PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
sebagai
berikut:
PSAK Baru Revisi 2009
• PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
• PSAK 2: Laporan Arus Kas
• PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan laporan Keuangan tersendiri
• PSAK 5: Segmen Operasi
• PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
• PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi
• PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
• PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
• PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi dan Aset Kontijensi
• PSAK 58: Aset tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
PSAK Baru Revisi 2010
• PSAK 7: Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
• PSAK 10: Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
• PSAK 19: Aset tidak Berwujud
• PSAK 22: Kombinasi Bisnis
• PSAK 23: Pendapatan
ISAK Baru (2009 dan 2010)
• ISAK 07 (Revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
• ISAK 09 : Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi dan
Liabilitas Serupa
• ISAK 10
: Program Loyalitas Pelanggan
• ISAK 11
• ISAK 12
• ISAK 13
: Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
Pencabutan Standar
• PPSAK 1
: Pencabutan PSAK 32: Akuntansi Kehutanan dan PSAK 35: Akuntansi
Pendapatan Jasa dan Telekomunikasi, dan PSAK 37: Akuntansi Penyelanggaraan Jalan
Tol.
• PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK 43: Akuntansi Anjak
Piutang
• PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi RestrukturisasiUtang-Piutang Bermasalah
• PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31: Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi
Perusahaan
Efek,
dan
PSAK
49:
Akuntansi
Reksa
dana
• PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK no 55
(tahun 1999) Tentang Instrument Derivatif Melekat Pada Kontrak dalam Mata Uang
Asing
Dasar Pertimbangan Pencabutan
1) Dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional (International Financial
Reporting Standard atau IFRS) yang mengakibatkan perlunya pencabutan PSAK
untuk suatu industri tertentu yang sudah ada pengaturannya dalam PSAK lain yang
mengacu ke IFRS.
2) Adanya inkonsistensi antara pengaturan dalam PSAK dengan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan PSAK lain.
3) Adanya tumpang tindih pengaturan dalam PSAK dengan PSAK lain untuk suatu
transaksi dan peristiwa lainnya.
4) Adanya perubahan konsep atau peraturan yang menjadi dasar penyusunan PSAK
untuk suatu industri tertentu sehingga pengaturan dalam PSAK tersebut tidak sesuai
dengan konsep atau peraturan yang ada sekarang.Pernyataan ini diterapkan secara
prospektif untuk transaksi dan peristiwa lainnya yang terjadi setelah tanggal efektif.
Untuk meningkatkan daya banding, maka entitas dianjurkan untuk menyajikan
kembali laporan keuangan sajian untuk periode yang berakhir sebelum tanggal
efektif. Dampak penerapan Pernyataan untuk periode sebelum periode sajian diakui
dalam saldo laba awal periode sajian paling awal.
Exposure Draft Baru
• ED PSAK 24 (R 2010): Imbalan Kerja
• ED PSAK 18 (R 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya
• ED PSAK 3 (R 2009): Laporan Keuangan Interim
• ED ISAK 17 (R 2009): Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
• ED ISAK 15: Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan
Interaksinya
• ED ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa
Menuju IFRS:
Rencana Penerapan Fair Value di Indonesia
Apa sesungguhnya fair value? selama ini, sistem akuntansi di Indonesia menggunakan
konsep historical cost. Konsep ini menggunakan pendekatan biaya perolehan
menghasilkan nilai buku. Untuk berbagai kepentingan, laporan nilai buku itulah yang
selama
ini
lazim
dijadikan
acuan
untuk
menilai
sebuah
perusahaan.
Dengan kondisi pasar yang semakin dinamis, dan berkembang sangat cepat, akhirnya
konsep historical cost dianggap tidak cocok lagi, karena tidak mencerminkan nilai pasar.
Sebagai gantinya digunakan konsep Fair Value. Meskipun telah disepakati bahwa
Indonesia akan menerapkan konsep fair value, namun banyak kalangan mengingatkan
untung rugi atau risiko-risiko yang ditimbulkannya. Fair value akan menguntungkan
pelaku pasar atau investor karena memang mencerminkan nilai pasar yang sebenarnya.
“Sebab informasi pasarnya terkini. Hanya, memang, kita akan kesulitan untuk menilai
pasar yang tidak aktif. Dan untuk itu diperlukan penilaian model. Fair value memiliki tiga
keunggulan, yaitu laporan keuangan menjadi lebih relevan untuk dasar pengambilan
keputusan; meningkatkan keterbandingan laporan keuangan; dan informasi lebih dekat
dengan apa yang diinginkan oleh pemakai laporan keuangan. Dengan demikian, potensi
laba/rugi sebuah perusahaan jauh jauh hari sudah bisa diprediksikan.
Cara Konversi
Untuk Indonesia mengadopsi secara penuh seperti Australia sangat tidak mungkin.
Adopsi jika hanya untuk yang cross-border listing saja tentu mengakibatkan tidak
komparabelnya perusahaan Indonesia yang cross-border listing dengan yang domestik.
Adopsi yang mungkin adalah adopsi model ketiga yang dapat diakui dunia internasional,
namun mempunyai karakteristik yang cocok dengan kita. Kata kuncinya disini adalah
taylor-made namun memenuhi kebutuhan internasional serta dapat melepaskan diri dari
tekanan dunia internasional.
Pengapdosian IFRS mestinya diikuti pula dengan pengapdosian standar pengauditan
internasional. Standar pelaporan keuangan perusahaan tidak akan mendapatkan
pengakuan tinggi, bila standar yang digunakan untuk pengauditan masih standar lokal.
Internasional Standards on Auditing (ISA) merupakan standar auditing internasional yang
juga harus diadopsi agar kualitas pelaporan keuangan berstandars internasional sekaligus
mendapat pengakuan.
Download