MODUL V LAPORAN KEU 1-ok

advertisement
MODUL V
LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. memahami basis akuntansi syariah
2. memahami tujuan laporan keuangan syariah
3. memahami jenis-jenis laporan keuangan syariah
4. memahami unsur-unsur laporan keuangan syariah
5. menyusun laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
6. mampu menjawab pertanyaan yang terkait dengan penyusunan laporan
keuangan syariah
===================================================
I.
PENDAHULUAN
Selayaknya organisasi, entitas syariah juga harus menyusun laporan keuangan
pada akhir periode akuntansinya. Menurut PSAK No. 101 (2007) telah diatur hal-hal
yang terkait dengan penyajian laporan keuangan syariah yang secara lengkap berikut
ini.
A. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas
syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka
membuat
keputusan
–keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber- sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka . dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
a) Aset;
b) Kewajiban;
c) Dana syirkah temporer;
‘12
1
Akuntansi Syariah
Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
Komponen tambahan dan penyajian pos-pos laporan yang mencerminkan karakteristik
khusus untuk industry teertentu akan diatur dalam lampiran
Pernyataan ini yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Apabila entitas syariah yang belum melaksanakan fungsi social secara penuh, entitas
syariah tersebut tetap harus menyajikan komponen laporan keuangan paragraph 11e)
dan f) yaitu Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat; dan Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Kebajikan. (paragraph 12,13,14 PSAK no. 101, 2007).
II. PERTIMBANGAN MENYELURUH
Pertimbangan menyeluruh yang harus dilaksanakan oleh entitas syariah dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah meliputi: penyajian secara wajar,
kebijakan akuntansi, kelangsungan usaha, dasar akrual, materialitas dan agregasi,
saling hapus (offsetting), dan informasi komparatif. Berikut ini PSAK no. 101 (2007)
mengatur hal-hal tersebut.
A. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas entitas syariah dengan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuanga. Informasi lain tetap
diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan
tersebut tidak diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.(paragraph 16,
PSAK no. 101, 2007).
Apabila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan belum mengatur masalah pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka
penyajian secara wajar dapat dicapai melalui pemilihan dan kebijakan akuntansi sesuai
paragraph 20 PSAK no. 101, serta menyajikan jumlah yang dihasilkan sedemikian rupa
sehingga memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami. (paragraph 17, PSAK no. 101, 2007).
B. Kebijakan Akuntansi
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah, diperlukan kebijakan
akuntansi tertentu yang terkait dengan traksaksi dan pos-pos di laporan keuangan agar
menghasilkan informasi yang dapat diandalkan dan relevan untuk pengambilan
keputusan ekonomi para pemakai laporan keuangan tersebut.
‘12
3
Akuntansi Syariah
Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
C. Kelangsungan Usaha
Dalam penyusunan laporan keuangan,
manajemen harus menilai (assessment)
kemampuan kelangsungan usaha entitas syariah. Laporan keuangan harus disusun
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud
melikuidasi atau menjual, atau tidak mempunyai alternatif
untuk
selain melakukan hal
tersebut. Dalam penilaian kelangsungan usaha, ketidakpastian yang bersifat material
yang terkait dengan kejadian atau kondisi yang bias menyebabkan keraguan atas
kelangsungan usaha harus diungkapkan. Apabila laporan keungan tidak disusun
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka kenyataan tersebut harus diungkapkan
bersama dengan dasar lain yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta
alas an mengapa asumsi kelangsungan usaha entitas syariah tidak dapat digunakan.
(paragraph 23, PSAK no. 101, 2007).
D. Dasar Akrual
Entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali Laporan
Arus Kas dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha. Dalam
penghitungan pembagian hasil usaha didasarkan pada pendapatan yang telah
direalisasikan menjadi kas (dasar kas). (paragraph 25, PSAK no. 101, 2007).
Dapat dijelaskan di sini, bahwa laporan keuangan selain Laporan Arus Kas dan
penghitungan bagi hasil, PSAK mengharuskan menyajikan berdasarkan basis akrual.
Untuk pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi bukan pada saat pendapatan
telah direalisasikan menjadi kas. Sedangkan untuk penghitungan bagi hasil PSAK
mengaturnya dengan dasar kas (cash basis). Untuk keperluan ini, PSAK no. 101
mengaturnya dengan sebuah laporan keuangan tersendiri yang disebut dengan Laporan
Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil.(bentuk laporan terdapat di bagian belakang
bab ini).
Ada praktisi entitas syariah yang berpendapat bahwa pengakuan pendapatan sebaiknya
juga menggunakan dasar kas dengan pertimbangan kepastian kinerja setelah kas dapat
direalisasikan menjadi kas. Dengan demikian celah penyelewengan dasar akrual untuk
kepentingan entitas yang cenderung menguntungkan entitas tetapi merugikan pembaca
laporan keuangan dapat diminimalisir. Dalam praktik, dasar akrual dapat digunakan
untuk
manajemen
laba,
seperti
perataan
laba
(income
smoothing).
menggunakan dasar kas dalam pengakuan pendapatan, maka secara teknis
kemungkinan akan terjadi penggeseran pengakuan pendapatan di tahun berikutnya,
tetapi di tahun berjalan juga ada kas masuk dari penerimaan pelunasan piiutang
‘12
5
Akuntansi Syariah
Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
Apabila
Download