GAMBARAN KEKERASAN PADA ANAK YANG MEMINTA-MINTA (PENGEMIS) DI KELURAHAN PULOREJO KECAMATAN PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO Heri Triwibowo*, Heni Frilasari** STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto ABSTRACT A child doesn’t have sins, really irritable to the environment and still depend on another. Children need happy life in safe and comfort condition in order to be able play and learn to adult optimally. But most of parents force their children to work to raise family income, everytime children can disturb their growth and development. This research is aimed to know description of orphan children abuse in Pulorejo Downtown Prajuritkulon Mojokerto. This research uses descriptive method. The population of this research is all of orphan children in Pulorejo Downtown Prajuritkulon Mojokerto as many as 23 childrens, Sampling technique used is total sampling technique. The result of this research shows that orphan children abuse in Pulorejo Downtown Prajuritkulon Mojokerto is all of respondent (100%) due to emotional abuse, neglected andcommercialization, 73.9% due to physical abuse, and 26.1% due to sexual abuse.Analysis of data used univariate analyze that result frequencies distribution and percentage. Abuse to the children is really hurt physically or emotionally, sexual abuse, neglected, commercial exploitation and anothe exploitation, that cause injury and real disadvantage or potential tothe children’s health, children life, dan children’s growth and development. This abuse need better and more serious handle from associated side not only government but also society. Key words: children, abuse, orphan Semua PENDAHULUAN Kekerasan bentuk tindakan pada anak atau adalah perlakuan anak harus diberi kesempatan untuk menemukan jati dirinya dan memiliki harga diri di dalam menyakitkan secara fisik ataupun secara lingkungan yang aman dan kondusif dalam emosional, seksual, sebuah keluarga atau asuhan seseorang, penelantaran, eksploitasi komersial atau menuju dewasa yang yang sehat dan eksploitasi lainnnya, yang mengakibatkan sejahtera, upaya menaruh perhatian yang cidera atau kerugian nyata atau potensial lebih besar lagi perlu diberikan kepada terhadap kesehatan anak ,kelangsungan anak-anak dalam kesulitan termasuk anak hidup anak tumbuh kembang anak atau jalanan. Ada 4 macam kekerasan pada martabat anak yang dilakukan dalam anak yaitu: physical abuse, emotional konteks abuse, penyalahgunaan hubungan (UNICEF,2005). tanggung jawab 2009). neglect, komersialisasi(Grant, Fenomena tentang kekerasan pada tidak bersekolah, sehingga mereka seperti anak sekarang banyak sekali terjadi di kehilangan masa kanak-kanaknya karena masyarakat, terutama kekerasan pada anak di yang meminta-minta (pengemis).Mereka minta(mengemis), dan hak-hak mereka seharusnya mendapatkan kasih sayang dan sebagai anak tidak ada, padahal disisi lain perlindungan diri dari orang tua dan mereka masih ingin bermain dengan lingkugan sekitarnya, mendapatkan paksa untuk bekerja meminta- tidak malah teman-temannya atau menikmati masa atau tindak kanak-kanak mereka. perlakuan kekerasan secara fisik maupun secara Seorang anak tidakmempunyai emotional yang bisa mengganggu tumbuh mempunyai dosa, sangat peka terhadap kembang anak dan psikologi anak. lingkungannya Di Indonesia pada tahun 2008 anak dan masih sangat tergantung pada orang tua dan orang lain jalanan sekitar 8.000 orang, pada tahun disekitarnya.Anak 2009 jumlah mereka mencapai lebih dari hidup yang penuh ceria dalam suasana 12.000 orang, dan pada tahun 2010 ketika tenteram dan aman untuk dapat bermain pertama kali dilakukan pendataan secara dan belajar menuju kedewasaan yang nasional di temukan ada sekitar 240.000 optimal.Banyak anak yang meminta-minta (pengemis) di belakangi anak menjadi anak meminta- 12 kota besar di Indonesia . Dan di minta (pengemis), dalam banyak kasus di provinsi Jawa Timur jumlah anak jalanan Indonesia disebabkan karena kekurangan belakang ini di perkirakan sekitar 9.940 ekonomi suatu keluarga, namun sekarang jiwa lebih, di mana sekitar 3 ribu di kebanyakan para orang tua memaksa antaranya berada di kota Surabaya, dan anaknya untuk kerja untuk menambah sisanya tersebar di berbagai plosok kota pendapatan lain,seperti Malang, Sidoarjo, Mojokerto, memenuhi kebutuhan ekonominya karena Jember (Sekda Jatim,2003). kebanyakan orang tua Pada studi pendahuluan memerlukan masa faktor yang melatar orang tua bukan untuk anak-anak yang yang meminta-minta (pengemis) ekonominya dilakukan oleh penulis di Kelurahan tercukupi, mereka biasanya dikerahkan di Pulorejo Kecamatan Prajurit Kulon Kota pinggir jalan seperti di lampu merah dan Mojokerto 15 Januari 2015 didapatkan di data bahwa (Wilantara,2007).Namun jumlah seluruh anak yang meminta-minta (pengemis) 23 anak, perempetan jalan raya kota sesungguhnya, setiap saat seorang anak terancam bahaya mereka rata-rata berusia 6-12 tahun, yang dapat mengganggu tumbuh sebagian besar anak-anak jalanan tersebut kembangnya, karena anak menjadi korban kekerasan. timbullah Dengan istilah tersebut “Child maka Abuse Prajuritkulon Kota Mojokerto. Populasi and dalam penelitian ini adalah semua anak Neglect” (CAN) yaitu perlakuan salah atau usia 6-12 tahun yang disewa untuk kekerasan dan menelantarkan anak (Claint meminta-minta dkk,2008). Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajurit atau pengemis di Upaya untuk mengatasi kekerasan kulon Kota Mojokerto yang berjumlah 23 pada anak di Indonesia pada tahun 1998 anak.Dalam penelitian ini teknik sampling telah lembaga yang digunakan adalah total sampling, perlindungan anak (LPA) di beberapa kota yaitu teknik penentuan sampel dengan cara besar yang pada saat ini masih di dalam menjadikan tahap konsolidasi bentuk organisasi, dan sebagai subjek penelitian. Sampel dalam demikian pula sebuah pusat data dan penelitian ini adalah semua anak usia 6-12 informasi komisi nasional perlindungan tahun yang disewa untuk meminta-minta anak dibentuk untuk memonitori kejadian atau pengemis di Kelurahan Pulorejo tentang perlakuan salah dengan kekerasan Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto maupun (Komnas yang berjumlah 23 anak.Variabel dalam PA,2009). Berdasarkan latar belakang penelitian ini adalah kekerasan pada anak tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti yang tentang gambaran kekerasan pada anak pengemis.Instrumen yang meminta-minta (pengemis). menggunakan daftar wawancara yang dibentuk sebuah penelantaran anak seluruh anggota populasi meminta-minta atau penelitian berisi pernyataan kekerasan pada anak yang METODE PENELITIAN Desain penelitian meminta-minta (pengemis) di merupakan Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajurit bentuk rancangan yang digunakan dalam Kulon Kota Mojokerto.Instrument yang melakukan prosedur penelitian. Dalam digunakan adalah daftar wawancara dalam penelitian desain bentuk kuesioner skala Guttman yang penelitian deskriptif yaitu suatu metode dibuat sendiri oleh peneliti. Analisa data yang ini menggunakan bertujuan mendeskripsikan menggambarkan atau menggunakan teknik deskriptif persentase secara dari dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi akurat sejumlah karakteristik masalah yang ingin diteliti. Penelitian ini meneliti tentang gambaran kekerasan pada anak yang meminta-minta Kelurahan atau Pulorejo pengemis di Kecamatan frekuensi. Tabel HASIL PENELITIAN 1. Umur Anak Peminta-minta Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak Peminta-minta di Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto pada 2016 No 1 2 3 4 5 6 7 Umur 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Jumlah Tabel 1 F 2 3 4 3 7 3 1 23 % 8,7 13,0 17,4 13,0 30,4 13,0 4,3 100 menunjukkan 3 menunjukkan bahwa sebagian besaranak peminta-minta sudah tidak bersekolah, yaitu sebanyak 17 orang (73,9%). 4. Pendidikan Orang Tua Tabel 4 No 1 bahwa hampir setengah dari anak peminta-minta Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua di Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto pada 2016 Pendidikan Orang Tuan Dasar (SD, SMP/sederajat) Jumlah Tabel 4 F % 23 100 23 100 menunjukkan bahwa berumur 10 tahun, yaitu sebanyak 7 orang seluruh orang tua responden berpendidikan (30,4%). dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100%). 2. Jenis Kelamin Anak Peminta-minta Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Peminta-minta di Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto pada 2016 No Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Jumlah Tabel 2 F 13 10 23 % 56,5 43,5 100 menunjukkan bahwa sebagian besaranak peminta-minta adalah laki-laki, yaitu sebanyak 13 orang (56,5%). 3. No 1 2 Kekerasan Pada Anak Yang Memintaminta (Pengemis) Tabel 5 No 1 2 3 4 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kekerasan Pada Anak Yang Memintaminta (Pengemis) di Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto pada 2016 Bentuk Kekerasan Physical Abuse Emotional abuse Neglected Seksual Komersialisasi Tabel 5 F 17 23 23 6 23 menunjukkan % 73,9 100 100 26,1 100 bahwa seluruhresponden mengalami emotional abuse, neglected, dan komersialisasi yaitu Status Sekolah Tabel 3 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Sekolah di Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto pada 2016 Status Sekolah Masih sekolah Tidak sekolah Jumlah F 6 17 23 % 26,1 73,9 100 23 orang (100%) dan hampir setengah responden mengalami kekerasan seksual, yaitu 6 orang (26,1%). PEMBAHASAN Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar anak peminta-minta mengalami physical abuse, yaitu sebanyak 17 orang (73,9%). Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa seluruhanak peminta- Physical abuse, terjadi ketika orang minta mengalami emotional abuse, yaitu tua atau pengasuh dan pelindung anak sebanyak memukul memerlukan abuse terjadi ketika orang tua atau perhatian). Pukulan akan diingat anak itu pengasuh dan pelindung anak setelah jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam mengetahui anaknya meminta perhatian periode yang mengabaikan anak itu.Ia membiarkan anak melukai basah atau lapar karena ibu terlalu sibuk bagian tubuh anak (Kapplan & Saddock atau tidak ingin diganggu pada waktu itu. dalam Suprabandari, 2007). Ia boleh jadi mengabaikan kebutuhan anak (ketika anak tertentu. dilakukan Kekerasan seseorang berupa 23 orang (100%).Emotional Anak peminta-minta mengalami untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan kekerasan fisik yang paling sering adalah mengingat semua kekerasan emosional dicubit oleh orang yang menyewa bila jika kekerasan emosional itu berlangsung mereka tidak mau mengemis. Responden konsisten. mengalami kekerasan fisik dikarenakan emosional berlaku keji pada anaknya akan mereka dianggap sebagai orang miskin terus menerus melakukan hal yang sama yang malas bekerja, sehingga hanya sepanjang kehidupan anak itu. Biasanya meminta-minta pada orang lain, hal ini berupa perilaku verbal dimana pelaku seringkali membuat orang lain menjadi melakukan pola komunikasi yang berisi jengkel/geram penghinaan, dan diperlakukan Orang tua ataupun yang kata-kata secara yang seenaknya. Kekerasan fisik sering terjadi melecehkan anak (Kapplan & Saddock pada dalam Suprabandari, 2007). responden, karena meskipun diperlakukan tidak baik, mereka juga Usia responden yang masih dalam masih membutuhkan uang hasil mengemis usia sekolah seharusnya berada di sekolah, untuk keperluan hidup, sehingga masih apalagi sekolah dasar di Kota Mojokerto tetap mau mengemis. Responden yang ini gratis tidak dipungut biaya, jadi biaya tidak fisik bukan lagi alasan bagi mereka untuk tidak dikarenakan usia mereka yang masih kecil bersekolah. Namun, kenyataan bahwa sehingga masih dikasihani, selain itu mereka berada di jalanan dan mengemis mereka bertingkah sopan dan menurut ini seringkali membuat orang geram dan sehingga tidak dikasari oleh penyewa menyalahkan orang tua mereka, akan maupun orang lain. tetapi kemarahan ini justru dilakukan pada mendapatkan kekerasan anak, bukan pada orang tuanya, karena yang mereka temui di jalanan saat itu tanpa perlindungan dan tidak dihiraukan adalah anak peminta-minta. karena bila anak-anak ini ditunggui akan Pendidikan orang tua yang rendah membuat orang tua responden jadi kurang membuat orang menjadi tidak iba dan tidak memberikan mereka uang. mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang tumbuh kembang anaknya, Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan sebagian anak seksual, yaitu sehingga demi kepentingannya, orang tua mengalami lebih membiarkan anak kepanasan dan sebanyak kedinginan di jalanan tanpa memikirkan kekerasan seksual meliputi pemaksaan bagaimana tumbuh kembang anak ke hubungan seksual yang dilakukan terhadap depannya orang yang menetap dalam lingkup rumah nanti bagaimana akibat kehidupannya di jalanan. kekerasan kecil 6 orang (26,1%).Dalam tangga tersebut (seperti isteri, anak, dan Hasil penelitian pada tabel 5 pekerja rumah tangga). Selanjutnya menunjukkan bahwa seluruhanak peminta- dijelaskan pula bahwa kekerasan seksual minta yaitu adalah setiap perbuatan yang berupa 23 orang (100%).Pengabaian pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan mengalami sebanyak disini dalam neglected, artian mendapatkan anak hubungan seksual dengan cara tidak wajar ataupun dan terdekat hubungan seksual dengan orang lain untuk dilingkungan tujuan komersil dan atau tujuan tertentu sekitarnya.Pengabaian bisa terjadi baik (Kapplan & Saddock dalam Suprabandari, sengaja maupun tidak sengaja (Kapplan & 2007). perhatian maupun perlindungan tidak dari orang-orang orang Saddock dalam Suprabandari, 2007). atau tidak disukai, pemaksaan Kekerasan seksual jarang terjadi Pengabaian ini dilakukan oleh pada anak pengemis di Kota Mojokerto orang lain maupun orang tua. Orang lain karena mereka berada di bawah sebuah yang tidak menyukai pekerjaan mengemis perkumpulan membuat mereka tidak menghiraukan saat perlindungan anak dari kekerasan seksual. anak-anak meminta-minta pada mereka. Kekerasan seksual yang terjadi dialami Orang tua mereka pun sebenarnya sudah oleh tahu bahwa anak mereka mengemis, akan mendekati usia remaja sekitar usia 10 tetapi membiarkan saja hal itu terjadi tahun, pada usia ini anak perempuan sudah karena uang yang diperoleh anak-anak ini mendekati pubertas, dengan penampilan juga akan diberikan pada mereka. Orang fisik yang lusuh kadang mendorong orang tua membiarkan anak mengemis di jalanan lain untuk melecehkan mereka. Selain itu, anak yang juga perempuan memberikan yang sudah dorongan seksual tidak akan terjadi di KESIMPULAN jalanan yang ramai dengan orang berlalu lalang saat anak mengemis. yang Hasil penelitian pada tabel 4.5 seluruhanak Gambaran kekerasan pada anak (pengemis) di kelurahan pulorejo kecamatan prajurit mengalami kulon kota mojokerto seluruhnya (100%) komersialisasi, yaitu sebanyak 23 orang mengalami emotional abuse, neglected dan (100%).Kekerasan tipe ini merupakan komersialisasi. kekerasan peminta-minta meminta-minta dimana adanya unsur pengambilan keuntungan materi secara SARAN sepihak oleh pelaku kekerasan terhadap 1. Bagi Anak korban baik secara sengaja ataupun tidak Anak disarankan untuk kembali sengaja.Komersialisasi ini bisa berupa ke sekolah dan belajar dengan rajin perlakuan menjadi buruh anak, prostitusi, supaya masa depan anak cerah, perdagangan (Kapplan & Saddock dalam memotivasi anak supaya tegar tentang Suprabandari, 2007). keadaannya sekarang dan tidak boleh Komersialisasi yang dialami anakanak peminta-minta ini karena mereka di bawah suatu mengajarkan perkumpulan putus asa. 2. Bagi Orang Tua yang Memberi motivasi pada orang tua kepada mereka untuk kalau perbuatan yang dilakukan pada pengemis dan harus anaknya itu merupakan perbuatan uang yang yang tidak baik, memberikan siraman didapatkan dari hasil meminta-minta ini rohani,dan memberikan keterampilan kepada orang yang dianggap sebagai ketua pada orang tua yang bisa perkumpulan tersebut. Anak-anak ini juga menghasilkan suatu karya untuk memberikan hasil mengemis mereka pada dijual. dijadikan menyetorkan sejumlah orang tua. Sebagian besar anak pemintaminta ini sudah tidak bersekolah sehingga 3. Bagi Dinas Kesehatan Diharapkanuntuk melakukan membuat orang lain mudah memanfaatkan penyuluhan tentang mereka dengan iming-iming uang yang kekerasan pada anak agar orang tua bisa mereka dapatkan dengan cara mudah menyadari dari hasil mengemis. adalah perbuatan yang tidak baik dan bahwa dampak meminta-minta berdampak buruk pada perkembangan anak dengan harapan perbuatan mengemis ini bisa dihentikan. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan pengembangan untuk melakukan penelitian tentang Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. kekerasan pada anak yang memintaminta (pengemis) seperti hubungan pengetahuan orang tua yang kurang terhadap kekerasan pada anak yang meminta-minta (pengemis). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Anak Jalanan. Diunduh dari alamat http://id.wikipedia.org/wiki/an ak-jalanan, pada Rabu, 13 Februari 2015, 09.03 am. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Claint, dkk. 2008. Child Abuse and Neglects. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Departemen Sosial RI. 2006. Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan.Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Jakarta. Grant, JP. 2009. Situasi Sedunia. UNICEF Anak Hidayat, A.A, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika John W. Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Nursalam, P. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika Salamah, Ummi. 2008. Riset Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Sarwono W.S. 2006.Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo Persada. Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Sugiarno, I. 2007. Bila Pasangan Kerap Menganiaya Anak. Jakarta : IndonesiaUniversity Supartini, Y. 2009. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta:EGC. Supartini. 2009. Tumbuh Kembang pada Anak . Jurnal Ilmu Psikologi (internet)(http://journal.unkal.a c.id/index.php/hukum/article/v iew file/176/112)(diakses 02 maret 2015) Susilowati. 2005. Konvensi Hak Anak. Jakarta: Sahabat Remaja PKBI –DIY Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2002. 2003. Tentang Perlindungan Anak. Bandung: Citra Umbara